DAMPAK SOSIAL PERTAMBANGAN RAKYAT (DI DESA TANOYAN SELATAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW) FITRI LIMBALO, Dr. Rauf A Hatu M.Si, Funco Tanipu ST. MA
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI ABSTRACK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial pertambangan rakyat di desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yakni untuk mengetahui seberapa besar dampak sosial pertambangan rakyat di desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Berdasarkan data hasil wawancara dengan informan penelitian, maka hasilnya menunjukan bahwa keberadaan tambang emas di desa Tanoyan berdampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat setempat. Dampak positifnya adalah sebagai berikut: 1) Keberadaan Tambang Emas dapat menyediakan lapangan kerja baru bagi warga setempat sehingga memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat pada sektor non pertanian. 2) Keberadaan Tambang tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat sehingga kesejahteraan keluarga mereka pun terjamin. Selanjutnya, dampak negatifnya adalah sebagai berikut: 1) Semakin menyempitnya kesempatan kerja pada sektor pertanian di desa Tanoyan. 2) Semakin sedikitnya lahan pertanian yang dimiliki warga desa Tanoyan karena telah digunakan sebagai lahan pertambangan. 3) Sering terjadi konflik-konflik kecil antara sesama warga Tanoyan maupun warga setempat dengan warga migran atau pendatang. Sehingga menyebabkan kurang harmonisnya hubungan di antara warga-warga setempat. Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapkan perlu adanya campur tangan pemerintah Kabupaten dalam hal pengelolaan sektor pertambangan yang ada di desa Tanoyan Selatan Kecmatan Lolayan serta perlu adanya perangkat aturan yang diberlakukan di Desa Tanoyan yang mengatur dan mengikat serta menjadi acuan bagi setiap warga yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Kata Kunci: Pertambangan, Perubahan Sosial, Konflik, Tenaga Kerja, Pendapatan dan Peluang Kerja
A. PENDAHULUAN
1
Secara umum sektor pertambangan di Kabupaten Bolaang Mongondow khususnya Didesa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan merupakan sector yang memberikan kontribusi positif bagi pembangunan. Walaupun pertambangan diwilayah tersebut dikategorikan sebagai wilayah pertambangan skala kecil, namun hal ini berpengaruh positif bagi pengurangan pengangguran dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat. Kondisi ini oleh pemerintah daerah dimanfaatkan untuk mengeluarkan kebijakan
mengenai
pertambangan
daerah,
sedangkan
di
tingkat
kota
dimanfaatkan untuk mengembangkan industri barang mineral. Pengelolaan sumberdaya mineral oleh industri pertambangan dilakukan karena dipandang dapat memberikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan pembangunan Negara, serta terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal maupun masyarakat di luar lokasi penambangan. Selain itu, karena pihak industri sebagai pihak yang memiliki modal berupa teknologi yang tinggi diharapkan mampu mengelola sumberdaya mineral secara baik dan efisien.
Namun
pada pelaksanaannya, pengelolaan
sumberdaya mineral oleh industri tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambangan tersebut merupakan aktivitas pengerukan terhadap sumberdaya alam yang terkandung di tempat terbuka maupun bawah tanah, sedangkan pemanfaatan dengan penggunaan teknologinya seringkali berlebihan dalam mengeruk sumberdaya mineral yang ada sehingga pengelolaan sumberdaya alam tambang oleh industri pertambangan memberikan dampak terhadap perubahan ekosistem lokal. Perubahan pada ekosistem lokal meliputi perubahan pada tataran sosial-ekonomi maupun lingkungan. Perubahan yang terjadi pada tataran sosial ekonomi diantaranya terjadinya perubahan sistem mata pencaharian masyarakat lokal yang awalnya bergerak di sektor pertanian sebagai sektor utama masyarakat, berubah menjadi masyarakat non pertanian seperti buruh pabrik, pedagang maupun kegiatan non pertanian lainnya. Hal ini disebabkan menurunnya produktivitas lahan akibat rusaknya lahan pertanian yang ada
dan berdampak terhadap penurunan
pendapatan masyarakat. Sementara itu
pada tataran lingkungan, terjadinya
kerusakan ekologi seperti pencemaran air dan udara akibat limbah industri, serta
2
kekeringan air yang kemudian berimplikasi pada penurunan produktivitas lahan pertanian. Berdasarkan kondisi empirik yang diamati oleh peneliti dilapangan, bahwa tambang emas yang berada di desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaaang Mongondow sudah berlangsung sejak lama. Data Tahun 2011 menjelaskan bahwa Tambang ini dibuka tahun 1986 dan lokasi penambangan ini masuk dalam kawasan hutan produksi. Karena sudah memiliki izin pertambangan rakyat (IPR) yang oleh pemerintah setempat, maka tambang emas didesa Tanoyan Selatan disebut sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR). Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi sumberdaya alam yang diantaranya adalah Tambang Emas. Adapun luas pertambangan desa Tanoyan Selatan adalah 1.000.000 m2 / 100 Ha.1 Adanya aktivitas pertambangan di daerah tersebut mengakibatkan perubahan struktur sosial yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian menjadi non pertanian. Perubahan tersebut diantaranya adalah pemanfaatan lahan pertanian untuk lokasi penambangan yang menyebabkan berkurangnya luas garapan bagi petani. Selanjutnya tenaga kerja di sektor pertanian lebih memilih melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian, termasuk sebagai tenaga kerja pada usaha tambang. Perpindahan tenaga kerja disektor pertanian ke non-pertanian diperkirakan akan menghadapi sejumlah persoalan, baik jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka pendek, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani sering kurang dan bahkan tidak relevan dengan jenis pekerjaan diluar sektor pertanian. Oleh sebab itu, tingkat produktivitasnya sebagai tenaga kerja cenderung rendah sehingga gaji/upah yang diterima relative kecil. Petani sering hanya menjadi tenaga kerja/buruh untuk berbagai jenis pekerjaan, dan mempunyai kedudukan sangat rapuh terhadap pekerjaannya. Perkembangan usaha tambang juga menyebabkan kedatangan tenaga kerja migrant dari berbagai daerah di Indonesia. Tenaga kerja/pekerja tambang yang seluruhnya adalah laki-laki, jumlahnya ratusan orang membawa berbagai kebiasaan dan budaya yang berbeda dari kebiasaan dan budaya masyarakat. 1
Kantor Desa Tanoyan Selatan 2013 (Profil Desa)
3
Dalam kesehariannya interaksi antara pekerja migrant dengan masyarakat setempat
memungkinkan
terjadinya
pergeseran-pergeseran
prilaku
dari
masyarakat setempat. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimana Dampak Sosial Pertambangan Rakyat Di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dampak sosial pertambangan rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan
B. KAJIAN TEORI Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No. 11Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini disebutkan bahwa Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahanbahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. Golongan A ( bahan galian strategis, seperti minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, uranium, nikel, kobalt dan timah), Golongan B ( bahan galian vital, seperti besi, mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, zircon, Kristal kuarsa dan belerang) dan golongan C ( bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital, seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu permata, dan batu setengah permata ) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri. Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat.2 Industri pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral
2
Undang-Undang No 11 tahun 1967, Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan.
4
yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia.3 Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan pertambangan rakyat berdampak pada kondisi sosial masyarakat. Hal ini terlihat dengan adanya peralihan mata pencaharian masyarakat sector pertanian ke sector non pertanian, berkurangnya luas lahan pertanian disebabkan semakin tingginya aktivitas pertambangan. Selain itu, terjadinya transformasi budaya yang berakibat pada timbulnya konflik horizontal
dikalangan
masyarakat.
Dengan
kata
lain,
bahwa
aktivitas
pertambangan sangat berpengaruh pada keberlangsungan tatanan kehidupan social masyarakat. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa untuk mengukur sejauhmana dampak keberadaan pertambangan terhadap kehidupan sosial masyarakat diperlukan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Kesempatan Kerja 2. Pendapatan Masyarakat 3. Kepemilikan Lahan Pertanian 4. Hubunbgan antara warga Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok, adapula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi berjalan cepat. Perubahan-perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakat, lapisanlapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial. Menurut Hendropuspito, bahwa terdapat dua rumusan definisi perubahan sosial yaitu:
3
D. Noor, Geologi Lingkungan, ( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal, 45
5
1) Perubahan sosial didefinisikan sebagai perbedaan keadaan yang berarti dalam unsur masyarakat dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Dalam definisi ini terkandung perubahan sosial pasif. 2) Perubahan sosial adalah proses perkembangan unsur sosial budaya dari waktu ke waktu yang membawa perbedaan yang berarti dalam struktur dan fungsi masyarakat.4 Menurut Mac Iver yang dikutip dalam Soejono Soekanto, perubahan sosial dikatakan
sebagai
perubahan-perubahan
dalam
hubungan
sosial
(sosial
relationship) atau sebagai perubahan terhadap perubahan keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.5 Dari berbagai pendapat tentang perubahan sosial tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan sosial dalam masyarakat nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembagalembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang serta interaksi sosial. C. PROSEDUR PENELITIAN Pendekatan penelitian adalah metode atau cara mengadakan penelitian.6 Sedangkan jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yang mana pengkajian selanjutnya dalam penelitian ini adalah merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan.7 Alasan peneliti memilih pendekatan kualitatif ini digunakan karena: Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih 4 5
Hendropuspito, Oc, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hal.256 Soerdjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Grafindo Persada, 1982),
hal.306 6
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneke
Cipta. 2002), hal.23 7
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. (Bandung: PT Rosda Karya,
2006), hal.3
6
peka dan lebih dapat menyesuaikan dengan banyak penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.8 Dengan demikian, peneliti bisa mendapatkan data yang akurat dan otentik yang dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan sehingga bisa langsung mewawancarai dan berdialog dengan informan. Selanjutnya peneliti mendekripsikan tentang objek penelitian yang di teliti secara sistematis dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti mengenai “Dampak Sosial Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow”. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (Field Research), dimana lebih menitiberatkan pada hasil pengumpulan data dari informan yang telah ditentukan.9 Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan secara langsung dimana objek yang diteliti yaitu pemerintah desa, tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan dari masyarakat yang berpropesi penambang. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan pembahasan yang dibahas yakni “Dampak Sosial Pertambangan Rakyat di Desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow”. Dalam penelitian ini, menurut Moleong, bahwa sumber data utama adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu: Data Primer, yaitu berupa kata-kata dan Tindakan dari orang-orang yang diamati atau diwawancarai dalam hal ini adalah informan. Adapun informan yang di wawancarai adalah pemerintah desa, tokoh masyarakat dan beberapa perwakilan dari masyarakat yang berpropesi penambang. Data Sekunder, yaitu merupakan data yang diperoleh dari Kepustakaan dan dokumen-dokumen atau bahan-bahan tertulis yang relevan dengan pembahasan yang sedang dikaji.10
8
Ibid. H.4
9
Ibid.h.26
10
Lexy J. Maleong,, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung ; PT Remadja, 2005), hal
175
7
Untuk mendapatkan data yang nantinya digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data adalah teknik observasi, wawancara dan dokumenter. Proses analisis data dalam penelitia ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: reduksi data, display data dan verifikasi data. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di Desa Tanoyan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan yakni: 1. Objek tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, selain itu data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadai dan mudah untuk memperolehnya. 2. Dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan masih dalam taraf kesanggupan peneliti. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Mayoritas penduduk Desa Tanoyan Selatan yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian kini mulai beralih meninggalkan sektor pertanian tersebut dengan menjadi pekerja di sektor pertambangan Rakyat. Proses peralihan ini disebabkan oleh keadaan sektor pertanian yang belum mampu menjamin kesejahteraan para petani. Sehingga untuk menjamin kesejahteraan hidup, para pekerja sektor pertanian pun mengalihkan mata pencaharianya pada sektor pertambangan. Dampak kehadiran Tambang Rakyat bagi masyarakat Desa Tanoyan Selatan tidak hanya terlihat pada perubahan struktur mata pencaharian saja, melainkan juga pada aspek sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan masyarakat, pelapisan sosial, kesempatan kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta tingkat konflik yang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya perubahan kondisi lingkungan. Dimana, terjadinya kerusakan lingkungan seperti pencemaran air sungai yang di sebabkan oleh pembuangan limbah pertambangan. Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat setempat merupakan faktor pemicu konflik antara masyarakat yang berprofesi selain penambang dengan masyarakat penambang.
8
Berdasarkan data hasil wawancara dengan informan, maka dapat digambarkan bahwa kesempatan kerja bagi masyarakat setempat sebelum adanya Tambang Rakyat masih banyak bergerak pada sektor pertanian. Namun dengan kehadiran Tambang Rakyat tersebut, para petani sudah banyak yang mengalihkan mata pencahariannya pada sektor tambang rakyat sehingga
menyebabkan
semakin sedikitnya kesempatan kerja bagi sektor pertanian. Kondisi ini terjadi karena kesempatan kerja pada sektor pertambangan lebih terbuka lebar dan penghasilannya lebih menjanjikan kesejahteraan masyarakat desa Tanoyan Selatan. Memang tidak dapat dipungkiri
bahwa keberadaan tambang emas di
Tanoyan Selatan tidak hanya berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Namun hal ini juga akan menimbulkan masalah baru bagi kelestarian lingkungan yang ada di sekitarnya. Dimana hasil pengolahan tambang menyisakan limbah yang dapat mencemari sungai dan akan berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat yang ada di lingkungan pertambangan tersebut. Kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Sementara peningkatan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan dengan upah yang dapat menjamin kesejahteraan hidup masyarakat tersebut. Keberadaan Tambang Rakyat bukan hanya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi masyarakat yang ingin bekerja pada sektor non pertanian, akan tetapi juga mampu meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sehingga dapat menjamin kesejahteraan hidup. Berdasarkan hasil wawancara, maka dapat diketahui bahwa terlihat perbedaan penghasilan antara para pekerja sektor pertanian dengan para pekerja tambang. Keberadaan tambang rakyat di desa Tanoyan selatan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat yang berprofesi penambang yang ada di desa setempat. Profesi atau pekerjaan sebagai penambang merupakan profesi yang dapat menjamin kelangsungan dan kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Tanoyan. Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya jumlah kenderaan pribadi berupa mobil dan sepeda motor yang dimiliki oleh masyarakat berprofesi penambang dan para pemilik lokasi pertambangan.
9
Secara faktual, kondisi tersebut di atas menunjukan proses pergeseran perubahan status sosial di kalangan para pekerja sebelum dan setelah adanya kegiatan pertambangan di desa Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Dimana masyarakat setempat yang berprofesi penambang atau para pemilik tambang yang sebelumnya berprofesi petani, saat ini sudah memiliki status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pada umumnya masyarakat di Desa Tanoyan Selatan bekerja pada dua sektor sekaligus yakni sebagai petani dan penambang atau pekerja tambang. Salah satu dampak negatif keberadaan tambang emas adalah semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat desa Tanoyan Selatan. Dimana pada tahun 2013 luas lahan pertanian desa Tanoyan Selatan berkisar 800.000 m2 atau 800 Ha, sedangkan luas lahan pertambangan adalah 100.000 m2 atau 100 Ha.11 Perluasan lokasi pertambangan di Desa Tanoyan Selatan merupakan faktor utama yang menyebabkan berkurangnya lahan pertanian di desa tersebut. Dari data hasil wawancara dapat diketahui bahwa pemanfaatan lahan pertanian untuk dijadikan lokasi pertambangan warga disebabkan oleh ketidaktahuan pemilik lahan perkebunan tentang kualitas lahan pertanian yang dimiliki oleh warga setempat. Ketidaktahuan pemilik lahan akan kualitas lahan mereka sengaja di gunakan oleh para pemiliki modal untuk membeli lahan milik petani dengan harga yang lumayan murah. Kondisi ini merupakan faktor yang menyebabkan semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Terjadinya proses alih fungsi lahan tersebut menyebabkan tingkat mobilitas masyarakat yang bergerak pada sektor pertambangan lebih besar daripada masyarakat yang bergerak pada sektor pertanian. Mobilitas masyarakat setempat yang semakin tinggi akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kabupaten Bolaang Mongondow. Pada awalnnya hubungan antara sesama warga Tanoyan saat masih cukup baik. Ini terlihat dengan masih eratnya kehidupan gotong royong dan saling membantu antar sesama warga Tanoyan Selatan. Namun dengan adany kehadiran
11
Profil Desa Tanoyan Selatan Tahun 2013
10
Tambang Emas kehidupan sosial masyarakat Desa Tanoyan Selatan perlahanlahan sudah mulai berubah. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya tenaga kerja migran yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut. Parilaku para tenaga kerja migran dapat mempengaruhi perilaku masyarakat yang ada dilingkungan pertambangan. Dimana kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yang diperlihatkan oleh para tenaga kerja migran akan memberikan dampak yang tidak baik bagi warga setempat terutama para remaja yang berada disekitarnya. Karena dalam kurun waktu tertentu, remaja dilingkungan setempat akan ikut-ikutan mingkonsumsi minuman beralkohol dengan para pekerja yang datang dari luar daerah. Kebiasaan mengkonsumsi minuman secara ramai-ramai yang diperlihatkan oleh penambang yang datang dari luar daerah dengan masyarakat atau remaja di desa Tanoyan Selatan merupakan hasil dari transformasi budaya, adat dan kebiasaan sehingga hal ini berpengaruh terhadap munculnya konflik diantara masyarakat setempat dengan masyarakat pendatang. Kondisi ini memberikan dampak negatif terhadap proses perubahan sosial yang terjadi terjadi ditengahtengah masyarakat. Berdasarkan data hasil wawancara, dapat digambarkan bahwa keberadaan tambang yang disertai dengan meningkatnya masyarakat pendatang dapat menyebabkan kurang harmonisnya hubungan antar sesama warga setempat, baik sesama warga Tanoyan Selatan maupun warga pendatang. Ditambah lagi kebiasaan buruk yang dibawah oleh masyarakat pendatang yang menyebabkan pergeseran nilai sosial budaya bagi masyarakat setempat. Karena “mau tidak mau” masyarakat setempat dengan sendirinya akan terpengaruh dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk yang ditunjukan oleh masyarakat pendatang atau para pekerja migran yang sudah lama berada di lingkungan tersebut. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan sosial yang akan menjurus kepada konflik horizontal yang lebih besar lagi. Terjadinya kesenjangan sosial dan konflik horizontal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah gesekan yang terjadi akibat benturan berbagai budaya yang di bawa oleh masyarakat pendatang dengan budaya yang dimiliki masyarakat setempat.
11
E. PENUTUP Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan tambang emas di desa Tanoyan Selatan memiliki dampak positif maupun negatif bagi kehidupan sosial masyarakat setempat. dampak positifnya, tersedianya peluang atau kesempatan kerja pada sektor pertambangan dan adanya peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat. Kemudian dampak negatifnya adalah semakin menyempitnya kesempatan kerja pada sektor pertanian, semakin berkurangnya lahan pertanian yang dimiliki warga desa Tanoyan karena telah digunakan sebagai lahan pertambangan dan sering terjadi konflik-konflik kecil antara sesama warga Tanoyan Selatan maupun warga setempat dengan warga migran atau pendatang. Sehingga menyebabkan kurang harmonisnya hubungan di antara warga-warga tersebut. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial tersebut ditandai oleh meningkatnya status sosial, struktur dan lapisan sosial sebagai akibat dari adanya peluang kerja dan peningkatan pendapatan dari masyarakat desa Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Selain itu, menyempitnya luas lahan pertanian dan kurang harmonisnya hubungan antara warga setempat dapat menyebabkan kesenjangan sosial yang memicu terjadinya konflik sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Dengan mengacu pada kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat memang tidak bisa dihindarkan. Perubahan sosial tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula berdampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan. Untuk mengantisipasi dampak negatif yang lebih besar lagi peneliti menyarankah beberapa hal seperti perlu adanya campur tangan pemerintah Kabupaten dalam hal pengelolaan sektor pertambangan yang ada di desa Tanoyan Selatan Kecmatan Lolayan. Selain itu juga diperlukan adanya perangkat aturan yang diberlakukan di Desa Tanoyan yang mengatur dan mengikat serta menjadi acuan bagi setiap warga yang datang untuk mengais rejeki di desa tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA Buecker, Regina, 2003. Karl Marx's Conception Of International Relations, (Glendon Journal Of International Studies Elfindri,. Bachtiar, Nasri, . 2004. Ekonomi Ketenaga Kerjaan, Andalas University Press, Padang. Fuad, F.H. dan S. Maskanah. 2000. Inovasi Penyelesaian Sengketa Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Bogor: Pustaka LATIN. Hadi Sutrisno, 2000. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Hartono Lahar, Dkk, 2004. Laporan Hasil Kegiatan Evaluasi Sumber Daya Dan Cadangan Bahan Galian Pertambangan Skala Kecil. Daerah Lembar Manado. Sulawesi Utara. Bandung: Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Hendropuspito, OC. 1989. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius. Kamanto Sunarto, 1994. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama K.J Veeger, 1990. Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Kuswardoyo. 2006. Sosiologi dan Antropologi Sebagai Ilmu tentang Perilaku Sosial dalam Masyarakat. Surakarta:PT Pabelan Koentjaradiningrat, 2000,. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek : Sosiologi, Ekonomi, dan Perencanaan, Liberty, Yogyakarta. Maleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT Remadja Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. . Salim, H.S. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudarmanto. 1996. Analisis Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Desa di Sekitar Hutan dalam Pemanfaatan Hasil Hutan dan Prospek Pengembangannya (Studi Kasus Pengembangan Desa Hutan di Sekitar Wilayah HPH PT. INHUTANI V, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Dati II Musi Banyuasin Provinsi Dati I Sumatera Selatan) [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Suharsini Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneke Cipta
13
Soemitro R, Sutyastie, dan Tjiptoherjanto,. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia (Suatu Analisis Awal), Rineka Cipta, Jakarta. Soerdjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo Persada. T. Apandi dan S. Bachri, 1997. Peta Geologi Lembar Kotamubagu Sulawesi. Bandung: Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi
Paul Doyle Johnson, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Wiriosudarmo, R. 1999. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dokumen Undang-undang No 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Laporan Departemen Energy dan Sumberdaya Mineral Tahun 2004
14