1
ANALISIS PENGARUH IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KUALITAS LAYANAN PADA SEKTOR PENYEDIA JASA LOGISTIK DENGAN KINERJA RANTAI PASOK SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR Nur Atika, Achmad Holil Noor ali, Anisah herdiyanti Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak- Untuk mempermudah menjalankan proses bisnis, salah satu solusi yang sering dipilih oleh perusahaan adalah melakukan implementasi teknologi informasi (TI). Tidak terkecuali pada perusahaan penyedia jasa logistik. Perusahaan penyedia jasa logistik melakukan implementasi TI untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan, selain itu implementasi TI juga diharapkan bisa memberi pengaruh pada proses manajemen rantai pasok. Namun, pada kenyataannya, implementasi TI pada perusahaan tidak menjamin suatu perusahaan bisa meningkatkan kualitas pelayan dan kinerja rantai pasok perusahaan tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis berapa besar pengaruh implementasiTI terhadap kualitas layanan dengan variabel mediatorkinerja rantai pasok.Dalam analisis ini akan dikembangkan model kausal dan pembuktian secara empiris dengan menggunakan metode pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling(SEM). Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diketahui sejauh mana pengaruh implementasiTI terhadap kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia jasa logistik. Sehingga perusahaan bisa menentukan kebijakan perusahan terhadap implementasi TI pada rantai pasok perusahaan. Kata Kunci :Implementasi Teknologi Informasi, Kinerja Rantai Pasok, Kualitas Layanan, Penyedia jasa logistik, Logistic Service Provider, SEM
T
I. PENDAHULUAN
eknologi di bidang informasi adalah salah satu elemen yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi suatu negara.Implementasi teknologi informasi (TI) telah banyak diterapkan oleh para pelaku bisnis. Hal ini dikarenakan teknologi informasi merupakan salah satu faktor penting bagi sebuah perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan proses bisnis perusahaan. Saat ini persaingan bisnis bukan lagi terbatas pada persaingan antar perusahaan atau merk, namun persaingan sudah menuju ke arah persaingan rantai pasok. Perusahaan yang mampu menjalankan rantai pasoknya dengan efektif dan efisien akan bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat. Selain itu, saat ini suatu perusahaan dituntut untuk melibatkan perusahaan lain guna memenuhi kebutuhan logistik
perusahaannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan infrastruktur perusahaan untuk melakukan sendiri aktivitas logistik. Dalam pelaksanaan kegiatan logistik, para pemilik barang, yaitu peserta inti dari rantai pasok banyak melakukan praktek alih daya (out-sourcing) kepada penyedia jasa logistik (logistic service provider) untuk menangani urusan logistik perusahaan seperti pergudangan, pengiriman bahan baku/produk (transportasi), dan pengemasan (packaging). Aspek penting yang perlu diperhatikan ketika menerapkan TI pada perusahaan penyedia jasa logistik adalah pengaruh implementasi TI terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada para pengguna jasa. Penyedia jasa logistik harus memperhatikan apakah TI yang diterapkan bisa mendukung faktor-faktor berpengaruh terhadap kualitas layanan seperti (1) Reliability (keandalan), (2) Responsiveness (ketanggapan), (3) Assurance (jaminan), (4) Empathy (empati), (5) Tangibles(perwujudan nyata). Secara logika, jika TI yang diimplementasikan berpengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasok, maka hal tersebut juga kan berpengaruh baik terhadap perbaikan kualitas layanan. Kebanyakan penelitian tentang kualitas layanan yang telah dilakukan berfokus pada layanan di bidang industri, tidak berkaitan pada rantai pasok(Seth dkk, 2006). Maka dari itu masih perlu dilakukan penelitian tentang kualitas layanan pada rantai pasok, khususnya pada penyedia jasa logistik. Roach (1994) dalam Brynjolfsson & Yan (1996) mendeskripsikan paradoks produktivitas TI merupakan fenomena ketidakcocokan atau ketidakseimbangan antara besaran investasi yang dikeluarkan untuk keperluan teknologi informasi dengan ukuran total output yang dihasilkan. Hal ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa pemanfaatan komputer dan TI dalam dunia bisnis untuk memberikan nilai tambah ternyata memberi dampak yang tidak setimbang pada produktivitas perusahaan jika dibanding dengan biaya penerapannya. Perusahaan mempercayakan penggunaan TI untuk meningkatkan proses rantai pasok, namun pada kenyataannya investasi TI tidak dapat menjamin baiknya kinerja perusahaan (Fang Wu, 2005). Di Indonesia sendiri, APKOMINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia) memperkirakan hanya sekitar 20% investasi TI di Indonesia yang mengenai sasaran dan dimanfaatkan secara optimal.
2
Maka dari itu melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui sebarapa besar implementasi TI dapat mendukung kinerja rantai pasok perusahaan penyedia jasa logistik dan apakah pengaruh tersebut dapat mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan penyedia jasa logistik. Dengan begitu, permasalahan rantai pasok pada penyedia jasa logistik seperti aliran data/informasi bisa dikurangi dan tidak lagi menjadi penghambat proses bisnis inti perusahaan seperti aliran logistik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penyedia Jasa Logistik (Logistic Service Provider) Menurut Jayaran dan Tam (2010), penyedia jasa logistik adalah perusahaan yang menyediakan transportasi dan pergudangan secara berbayar. Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider) merupakan institusi yang menyediakan jasa pengiriman barang dari tempat asal barang ke tempat tujuannya, dan jasa penyimpanan barang (pergudangan). Fernie, dkk (1999) dalam Sumantri dan Lau (2011) menyebutkan bahwa dengan menggunakan penyedia jasa logistik, perusahaan berharap akan dapat meningkatkan mutu pelayanannya, seperti pengiriman dan mutu realibilitasnya. Tujuan jangka panjang menggunakan penyedia jasa logistik adalah untuk menciptakan kinerja bisnis perusahaan yang unggul dalam pelayanan. Larsen (2000) dalam Seth dkk (2006) memandang penyedia jasa logistik sebagai penghubung pelayanan logistik yang meliputi kemitraan, perjanjian pihak ketiga dan perjanjian layanan terpadu. LSP membantu organisasi untuk berkonsentrasi pada kegiatan inti dan dengan demikian akan menjadikan biaya yang lebih rendah dan layanan pelanggan yang lebih baik. Namun, untuk mencapai hal ini, seseorang harus memiliki mekanisme yang tepat untuk mengukur, memantau dan mengendalikan kualitas layanan (Seth dkk, 2006). B. Implementasi TI pada Penyedia Jasa Logistik Simchi-Levi dkk (2004) dalam Pujawan dan Erawan (2010) menyebutkan bahwa tujuan penerapan TI dalam manajemen rantai pasok adalah: a. Mengumpulkan informasi mengenai sebuah produk mulai dari produksi sampai pengiriman dan pembelian dan menyediakan pola pandang bagi semua pihak dalam rantai pasok. b. Menyediakan akses untuk seluruh data dan informasi yang ada di dalam sistem melalui satu titik kontak (single-point-of contact). Tujuannya adalah semua informasi yang tersedia baik yang untuk pelanggan atau untuk kebutuhan internal harus dapat diakses dalam satu langkah dan tetap sama terlepas dari cara untuk mengakses data tersebut baik melalui
telepon, faks, atau internet, atau siapapun yang membutuhkan data tersebut. c. Menganalisis, merencanakan dan membuat trade offberdasarkan informasidari seluruh komponen dalam sebuah rantai pasok. d. Kolaborasi dengan partner untuk mengatasi ketidakpastian, antara lain melalui pembagian informasi,dan mencapai optimasi global. Menurut Chen dan Paulraj (2004) dalam Li dkk (2008) menyebutkan ada lima bentuk TI yang jika diimplementasikan akan berpengaruh terhadap kinerja rantai pasok, lima implementasi TI tersebut antara lain adalah: a. Penggunaan Electronic Data Interchange (EDI) b. Penggunaan bar code c. Penggunaan komputer secara efektif dalam operasional dan pembuatan keputusan d. Kode identifikasi unik dan standar terbuka e. DSS (Decision Support System) untuk partner rantai pasok Mengurangi ketidakpastian lingkungan telah menjadi salah satu tujuan manajemen rantai pasok yang paling penting (Chen dan Paulraj, 2004 dalam Li dkk, 2008). Dengan menyediakan informasi yang real time dan akurat mengenai ketersediaan produk, tingkat inventori, status pengiriman dan kebutuhan pasar, implementasi TI dapat mengurangi ketidakpastian lingkungan dan meningkatkan efisiensi rantai pasok (Radstaak dan Ketelaar, 1998 dalam Li dkk, 2008). Implementasi TI secara umum diyakini dapat menjadi faktor utama dalam kesuksesan manajemen rantai pasok dan menjadi kebutuhan dalam mengoptimalkan kinerja rantai pasok (Handfield dan Nichols, 1999 dalam Li dkk, 2008). C. Kualitas Layanan pada Perusahaan Penyedia Jasa Logistik Menurut Parasuraman dkk (1988) dalam Seth dkk (2006), kualitas layanan mempunyai lima dimensi pengukuran. Lima dimensi tersebut antara lain: (1) Reliability (keandalan), kemampuan melaksanakan layanan yang dijanjikan secara meyakinkan dan akurat. (2) Responsiveness (ketanggapan), kesediaan membantu konsumen dan memberikan jasa dengan cepat. (3) Assurance (jaminan), pengetahuan dan kesopanan serta kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan. (4) Empathy (empati), kesediaan memberikan perhatian yang mendalam dan khusus kepada masing-masing pelanggan. (5) Tangibles(benda berwujud), penampilan fisik, perlengkapan, karyawan dan bahan komunikasi. Secara umum telah diakui bahwasannya ada hubungan antara kualitas layanan dan peningkatan kinerja rantai pasok (Mentzeret dkk, 2001 dalam Seth dkk, 2006). Kinerja rantai pasok yang efektif pada perusahaan penyedia jasa logistik akan berpengaruh pada kualitas layanan yang diberikan perusahaan. Dalam konteks rantai pasok, kualitas pelayanan memiliki dampak tidak hanya pada pemasok --yang merupakan partner dari perusahaan--, karyawan, pelanggan tetapi juga mempengaruhi seluruh bisnis dan pertumbuhan organisasi (Seth dkk, 2006).
3
D. Kinerja Rantai Pasok
Interaksi pemenuhan kebutuhan logistik yang
dilakukan antar perusahaan guna memenuhi kebutuhan logistik perusahaan disebut sebagai rantai pasok.Rantai pasok adalah jaringan logistik yang saling terkait dan dikelola oleh beberapa perusahaan mulai dari titik sumber bahan mentah pembuat produk (hulu) sampai pada titik penggunaan (hilir).Rantai pasok adalah jaringan perusahaan yang berhubungan dengan material, uang, dan arus informasi (Lummus dkk, 2001 dalam Rajaguru dan Matanda, 2012).Menurut Vlosky dkk (1994) dalam Rajaguru dan Matanda (2012), proses rantai pasok melibatkan produsen utama, pemasok, produsen, pengecer, dan konsumen. Ling Li (2007) mendefinisikan manajemen rantai pasok sebagai sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer dan konsumen secara efisien.Dengan demikian barang dan jasa dapat didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi memenuhi kebutuhan konsumen. Kinerja rantai pasok bisa diartikan sebagai ukuran pencapaian perusahaan dalam menyelenggarakan proses rantai pasok dalam rentang waktu tertentu. Menurut Li dkk (2008) kinerja rantai pasok perusahaan dapat diukur dengan beberapa faktor, diantaranya: (1) ketepatan waktu, (2) perputaran persediaan (inventory turn over ratio) dan waktu perputaran uang (cash to cash cycle time, (3) Lead time pelanggan dan efisiensi beban, (4) kinerja pengiriman produk, (5) visibilitas persediaan rantai pasok dan biaya kesempatan (opportunity cost), (6) manajemen biaya logistik. E. Konsep SEM dan Aplikasi GeSCA Dalam suatu penelitian seringkali ditemui beberapa variabel pengamatan yang saling berpengaruh, maka dari itu pengaruh variabel satu terhadap variabel yang lainnya juga harus diperhatikan.Hal ini menyebabkan analisis univariate tidak bisa dilakukan, dalam permasalahan seperti ini maka diperlukan pendekatan analisis multivariate untuk memperhitungkan pengaruh antar variabel.Untuk itu diperlukan metode analisis yang tepat dalam menangani masalah yang kompleks, yaitu suatu perluasan atau kombinasi dari beberapa analisis multivariat yaitu metode Structural Equation Modeling atau dikenal dengan SEM. Menurut Kaplan dalam Holbert dan Stephenson (2002), Structural Equation Modeling (SEM) merupakan perpaduan antara faktor analisis dan path analysis menjadi satu metodologi statistik yang komprehensif. Model Persamaan Struktural atau Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan metode-metode statistika yang memungkinkan pengujian suatu rangkaian hubungan yang relatif kompleks secara simultan. Covariance based SEM memiliki keterbatasan karena mengasumsikan jumlah sampel yang besar, data harus terdistribusi secara normal multivariate, indikator harus dalam bentuk reflektif, model harus berdasarkan pada teori dan
adanya indeterminacy. Maka dari itu sekarang SEM berbasis component atau variance yang terkenal dengan Partial Least Square (PLS) dan Generalized Structured Component Analysis (GSCA) digunakan sebagai alternatif. Seperti yang dinyatakan oleh Wold (1985) dalam Ghozali (2008) PLS dan GSCA merupakan metode analisis yang powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Dibandingkan dengan covariance based SEM (CBSEM), component based SEM –PLS dan GSCA—menghindarkan dua masalah serius yaitu inadmisable solution dan factor indeterminacy (Fornell dan Bookstein, 1982 dalam Ghozali, 2008). Dalam penelitian ini, perangkat lunak yang akan digunakan untuk melakukan analisis adalah aplikasi GeSCA. Aplikasi ini merupakan aplikasi berbasis website yang diciptakan oleh Prof. Heunsun Hwang dari McGill University. Aplikasi ini GesCA ini dapat diakses secara online melalui alamat www.sem-gesca.org. Kemudahan yang didapat dari menggunakan GeSCA antara lain adalah minimal sampel yang digunakan hanya 30 sampel, dan semua perhitungan yang diperlukan hanya membutuhkan satu kali running. Dalam sekali running itu juga ditampilkan AVE dan Alpha.
III. METODOLOGI A. Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan awal dari pengerjaan penelitian, pada tahap ini dipelajari sumber-sumberatau referensi terkait yang dapat mendukung pengerjaan tugas akhir. Literatur yang berkaitan dengan tugas akhir antara lain tentang rantai pasok, manajemen rantai pasok, logistik, kinerja rantai pasok, dan implementasi aset teknologi informasi. Output dari tahapan pertama ini adalah adanya pemahaman teori tentang hal penting sebagai bahan pendukung pengerjaan tugas akhir. B. Desain dan Penentuan Variabel Penelitian Variabel dan model konseptual diperoleh dari pengumpulan informasi mengenai implementasi TI, kinerja rantai pasok, dan kualitas layanan dari pengkajian literatur maupun penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan untuk model konseptual pada penelitian ini diadaptasi dari penelitian Li, dkk (1999) dan Parasuraman dkk dalam Seth dkk (2006). Variabel yang diambil dari penelitian Li, dkk (1999) adalah variabel implementasi TI dan kinerja rantai pasok.Sedangkan variabel yang diambil dari Parasuraman dkk dalam Seth dkk (2006) adalah variabel kualitas layanan.
4
Gambar 1 Model Konseptual Penelitian
Setiap Variabel memiliki indikator untuk dapat menilai dari masing-masing variabel tersebut. Berikut tabel 1 adalah penjelasan singkat masing-masing indikator tiap variabel laten. Implementasi Teknologi Informasi ITI 1 ITI 2 ITI 3 ITI 4 ITI 5 KRP 1 KRP 2 KRP 3 KRP 4 KRP 5 KRP 6 KL 1 KL 2 KL 3 KL 4 KL 5
Electronic data interchange (EDI) Penggunaan bar code Penggunaan komputer secara efektif dalam operasional dan pembuatan keputusan Kode identifikasi unik dan standar terbuka DSS (decision support system) untuk partner rantai pasok Kinerja Rantai Pasok Pengembangan Just in time Rasio pergantian inventory Waktu tunggu pengiriman Kinerja pengiriman produk Visibilitas inventory rantai pasok dan biaya kesempatan Manajemen Biaya logistik Kualitas Layanan Tangible (Nyata) Reliability (keandalan) Responsiveness (ketanggapan) Assurance (jaminan) Empathy (empati)
Pada penelitan ini terdapat tiga hipotesis yang akan di lakukan uji hipotesis pada akhir penelitan. Tiga Hipotesis tersebut antara lain : H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia jasa logistik H3: Kinerja rantai pasok meningkatkan kualitas layanan pada perusahaan penyedia logistik. C. Pengumpulan Data Tahap ini merupakan tahap ditentukannya jenis dan metode pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian. Jenis data yang dikumpulkan pada tugas akhir ini merupakan data primer hasil survey dengan menyebarkan kuesioner ke pihak yang terkait pada perusahaan penyedia jasa logistik. Berikut ini merupakan tahapan dalam pengumpulan data: Pembuatan kuesioner. Pertanyaan yang dicantumkan pada kuesioner mencakup implementasi teknologi informasi pada perusahaan penyedia jasa logistik dan keterkaitannya dengan kualitas layanan dan kinerja rantai pasok. Penyebaran kuesioner. Responden merupakan pejabat pada perusahaan rantai pasok/ yang mewakilinya.
5
D. Analisis Deskriptif Statistik Analisis deskrptif statistik dilakukan untuk mengetahui informasi serta karakteristik data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner. Pada penelitian ini terdapat 30 responden dari 30 perusahaan penyedia jasa logistik. Responden terbanyak merupakan pejabat pada perusahaan penyedia jasa logistik yang menjabat sebagai manajer, yaitu berjumlah 13 orang (43%). Sedangkan responden yang merupakan pemilik dari perusahaan berjumlah 3 orang (10%), direktur pelaksana/ CEO sebanyak 3 orang (10%), wakil general manajer sebanyak 2 orang (7%), asisten manajer sebanyak 5 orang (17%), kepala bagian sebanyak 3 orang (10%), dan seorang akuntan (3%). Untuk daerah asal perusahaan yang menjadi responden, 18 dari 30 perusahaan (60%) yang disurvey berada di kota Surabaya. Sedangkan di kota Sidoarjo ada 5 perusahaan (17%), di Jakarta ada 3 perusahaan (10%), dan di Bali ada 4 perusahaan (13%). E. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung Cronbach’s Alpha pada tiap variabel. Data tersebut bisa dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6. Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan pada penelitian, semua variabel/indikator yang diuji memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,6. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel/indikator yang digunakan pada instrumen dinyatakan reliabel. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pada penelitian ini, uji validitas item dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Dari hasil uji validitas yang dilakukan pada penelitian, semua item pertanyaan yang diuji menunjukkan nilai yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan yang digunakan pada instrumen dinyatakan valid. F. Uji Linearitas Uji Linearitas bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruhvariabel bebas terhadap variabel terikat.Selain itu metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan bentuk hubungan antara kedua variabel sekaligus korelasi diantara keduanya. Pada uji linearitas ini dilakukan pengujian dengan metode curve FIT dengan batas nilai signifikansi mencapai
kurang dari 0,05. Pada penelitian ini hubungan antara variabel dependent dengan independent telah signifikan, berarti model bersifat linear karena nilai signifikansi kurang dari 5% (P Value < 0,5) G. Analisis Inferensial Analisis Inferensial dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis komponen, yakni dengan alat bantu Generalized Structured Component Analysis (GSCA). Analisis ini dimulai dari dari melakukan perancangan model struktural, melakukan perancangan model pengukuran, mengambangkan diagram jalur. Setelah output dari GSCA keluar, dilakukan estimasi terhadap weight and loading estimate, path coefisient estimate, lalu means weight, loading dan path coefficient.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap analisis hasil dilakukan analisis terhadap keterkaitan antar variabel Implementasi TI dengan Integrasi dan Kinerja rantai pasok. Setelah itu dilaukan uji hipotesis utnuk menjawab rumusan masalah serta tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini A. Analisis Inferensial Pada penelitian ini, analisis inferensia digunakan untuk mengolah data kuantitatif hasil dari penyebaran kuesioner pada perusahaan penyedia jasa logistik dengan tujuan untuk menguji kebenaran hipotesis hipotesis yang diajukan peneliti mengenai pengaruh implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok dan kualitas layanan pada perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, analisis inferensia dilakukan dengan menggunakan aplikasi online GeSCA (dapat diakses di sem-gesca.org). Hasil dari perhitungan menggunakan aplikasi GeSCA dapat dilhat pada lampiran. Identifikasi Goodness of FIT. Model Fit 0.601 FIT 0.570 AFIT 0.994 GFI 0.128 SRMR 35 NPAR a. Identifikasi Nilai FIT FIT = 0,601 FIT menunjukan varian total dari semua variabel yang dapat dijelaskan oleh model tertentu. Nilai FIT berkisar dari angka 0 sampai 1. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa model yang terbentuk dapat menjelaskan semua variabel yang ada sebesar 0,601.Keragaman implementasi TI, kinerja rantai
6
pasok, dan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik dapat dijelaskan oleh model sebesar 60,1 %.Berarti model cukup baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji. b. Identifikasi Nilai AFIT AFIT = 0,570 Adjusted dari FIT hampir sama dengan FIT. Namun, karena variabel yang mempengaruhi kualitas layanan terdapat dua variabel, maka akan lebih baik menggunakan AFIT (FIT yang sudah terkoreksi). Karena semakin banyak variabel yang mempengaruhi, maka nilai FIT akan semakin besar. Hal ini disebabkan proporsi keragaman juga akan meningkat, sehingga untuk menyesuaikan dengan variabel yang ada dapat menggunakkan AFIT. Jika dilihat dari nilai AFIT, keragaman implementasi TI, kinerja rantai pasok, dan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik dapat dijelaskan oleh model sebesar 57 %. Berarti model cukup baik untuk menjelaskan fenomena yang dikaji. c. Identifikasi Nilai GFI GFI = 0,994 Goodness Fit Index (GFI) bertujuan untuk menguji apakah model yang dihasilkanmenggambarkan kondisi aktualnya. Rentang nilai pada GFI adalah 0 (poor fit) hingga 1 (better fit). GFI yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 0,994, ini menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai karena nilai GFI mendekati 1. d. Identifikasi Nilai SRMR SRMR = 0,128 Standardize R oot M ean S quare R esidual (SRMR) merupakan penambahan ukuran model fit. Jika nilai SRMR mendekati 0 maka hal ini mengindikasikan kesesuaian model keseluruhan.Pada penelitian ini nilai SRMR model sebesar 0,128 berarti model berdasarkan SRMR tidak sesuai. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit, sehingga variasi nilai yang dimiliki kurang baik. e. Identifikasi NPAR NPAR = 35 Number of Free Parameters Estimated (NPAR) menunjukan banyaknya parameter bebas yang digunakan dalam perhitungan alat bantu GSCA, termasuk weights, loadings, and path coefficients. Pada penelitian ini, paramater bebas yang digunakan berjumlah 35 parameter.
5.1.1
Identifikasi R-Square
R Square digunakan untuk mencari besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau bersama-sama. Arti dari R Square tersebut apabila nilai R Square mendekati 1, maka secara bersama-sama variabel independen berpengaruh kuat terhadap
variabel dependen dan apabila R square mendekati angka nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 1 Hasil Uji GeSCA - Identifikasi R-Square R square of Latent Variable 0 implementasi TI 0.401 Kinerja Rantai Pasok 0.813 Kualitas Layanan Pada tabel ___ dapat dilihat bahwa nilai R Square pada kinerja rantai pasok adalah 0,401 dan pada kualitas layanan adalah 0,813. Hal ini menunjukkan ketika terjadi peningkatan terhadap implementasi TI, maka dapat mempengaruhi kinerja rantai pasok sebesar 40%, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak masuk dalam model. Sedangkan untuk nilai R Square pada kualitas layanan, menunjukkan bahwa ketika ada peningkatan terhadap implementas TI dan kinerja rantai pasok, maka akan meningkatkan kualitas layanan hingga 81%, sedangkan sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak masuk dalam model. B. Pengujian Hipotesis. Pada tabel 38 akan disajikan hasil dari penghitungan koefisien jalur pada GeSCA yang menunjukkan pengaruh antar variabel laten. Tabel 2 Hasil Uji GeSCA - Path Coefficients Path Coefficients implementasi TI->Kualitas Layanan implementasi TI->Kinerja Rantai Pasok Kinerja Rantai Pasok->Kualitas Layanan
Estimate 0.333 0.633 0.654
SE CR 0.142 2.35* 0.120 5.26* 0.129 5.08*
CR* = significant at .05 level Berikut ini merupakan penjelasan hasil uji hipotesis dari tabel di atas: 1. H1: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik Pada tabel 38 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kepuasan pengguna akhir sebesar 2,35*. Tanda bintang (*) pada nilai critical ratios menunjukkan bahwa implementasi TI berpengaruh terhadap kualitas layanan yang diberikanperusahaan penyedia rantai pasok. Dengan kata lain hipotesis 1 diterima. 2. H2: Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia jasa logistik Pada tabel 38 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios(CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kepuasan pengguna akhir sebesar 5,26*. Tanda bintang (*) pada nilai
7
critical ratiosmenunjukkan bahwa implementasi TI berpengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia rantai pasok. Dengan kata lain hipotesis 2 diterima. 3. H3: Kinerja rantai pasok meningkatkan kualitas layanan pada perusahaan penyedia logistik. Pada tabel 38 dapat dilihat bahwa nilai critical ratios (CR) koefisien jalur variabel isi terhadap kepuasan pengguna akhir sebesar 5,08*. Tanda bintang (*) pada nilai critical ratiosmenunjukkan bahwa implementasi kinerja rantai pasok berpengaruh signifikan terhadap kinerja rantai pasok terhadap kualitas layanan yang diberikan perusahaan penyedia jasa logistik. Dengan kata lain hipotesis 3 diterima. Dari pengujian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui bahwa ketiga hipotesis diterima. Tabel _ merupakan ringkasan dari hasil pengujian hipotesis penelitian. Hipotesis Hasil H1 Implementasi TI berpengaruh Diterima terhadap peningkatan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik H2 Implementasi TI berpengaruh Diterima terhadap peningkatan kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia jasa logistik H3 Kinerja rantai pasok meningkatkan diterima kualitas layanan pada perusahaan penyedia logistik. V. KESIMPULAN 6.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini merupakan beberapa kesimpulan yang dapat diambil: 1. Berdasarkan data yang didapatkan dari penyebaran kuesioner penelitian kepada responden, diperoleh hasil bahwa: a. Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik b. Implementasi TI berpengaruh terhadap peningkatan kinerja rantai pasok pada perusahaan penyedia jasa logistik c. Kinerja rantai pasok meningkatkan kualitas layanan pada perusahaan penyedia logistik. 2.
Nilai GFI yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 0,994, ini menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian sangat sesuai dalam menjelaskan permasalahannya. Nilai GFI ini menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian tentang pengaruh implementasi TI terhadap kualitas layanan dengan variabel mediator kinerja rantai pasok yang diadopsi dari Li, dkk (1999), Zakaria dkk (2010), serta Kress dan Wisner (2012) bisa digunakan untuk mengukur implementasi TI berpengaruh terhadap kinerja
rantai pasok dan kualitas layanan perusahaan penyedia jasa logistic di Indonesia. 6.2. Saran Berdasarkan pelaksanaan penelitian tugas akhir ini, berikut ini merupakan saran yang diberikan agar bisa dijadikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya: 1. Dalam penelitian ini, diperoleh hasil yang signifikan dari pengaruh implementasi TI terhadap kualitas layanan, implementasi TI terhadap kinerja rantai pasok, dan kinerja rantai pasok terhadap kualitas layanan pada perusahaan penyedia jasa logistik. Dilihat dari nilai signifikansi ketiganya, yang mempunyai nilai signifikansi terendah adalah pengaruh implementasi TI terhadap kualitas layanan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika dilakukan implementasi TI, maka kinerja rantai pasok dan kualitas layanan akan meningkat, namun peningkatan pada kinerja rantai pasok lebih tinggi daripada terhadap kualitas layanan. Maka dari itu perlu dilakukan analisis lebih mendalam apakah implementasi TI yang dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa logistic sudah mencakup implementasi TI yang berhubungan dengan kualitas layanan atau belum. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengaruh implementasi TI pada perusahaan penyedia jasa logistik. Namun penulis menyarankan untuk menambahkan indikator lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi TI pada perusahaan penyedia logistik seperti sumberdaya manusia di bagian TI. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Achmad Holil Noor Ali, M.Kom. dan Ibu Anisah Herdiyanti, S.Kom., M.Sc. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang memberi bimbingan selama proses pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Agung Nugroho, Strategi Jitu memilih Metode statistic Penelitian dengan SPSS, Andi Jogyakarta, 2005 Brynjolfsson, E dan Yan, Shinkyu. Information Technology and Productivity: A Review of the Literature. Cambridge : MIT Sloan School of Management. Advances in Computers Academic Press, Vol 43 : 179-214. 1996 Efferin, S. (2008), Metode Penelitian Akuntansi (Menangkap Fenomena dengan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif), Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2008 Ghozali, Imam., Generalized Structured Component Analysis (GSCA), Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2008 Hair, Joseph F., & Anderson, Rolph E., Multivariate data analysis, Cornell University, Prentice Hall, 2010
8
Holbert, R. L., & Stephenson, M. T., Structural Equation Modeling in the Communication Sciences, Human Communication Research, International Communication Association, 2002 Jayaram, Jayanth., & Tan, Keah-Choon., Supply Chain Integration with Third-Party Logistic Providers, Int. J. Production Economics, Elsevier, 2010 Li, G., Yang, H., Sun, L., Sohal, A. S., The Impact of IT Implementation on Supply Chain Integration and Performance, Int. Journal Production Economics, Elsevier, 2008 Ling Li, Supply Chain Management: Concepts, Techniques and Practices Enhancing the Value Through Collaboration, World Scientific Publishing Company, 2007 Najib, F. M., Analisis Tingkat Prioritas Atribut Kualitas Layanan Perusahaan Penyedia Jasa Logistik, Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 8, Center for Business Studies, FISIP – Unpar, 2012 Pujawan, I. N., & Erawan, M., Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya, 2010 Rajaguru, R., & Matanda, M.J., Effects of inter-organizational compatibility on supply chain capabilities: Exploring the mediating role of..., Industrial Marketing Management, 2012 Seth, Nithin., Deshmukh, D. K., Vrat, Pram., A Conceptual Model for Quality of Service in The Supply Chain, International Journal of Physical Dostributor & Logistic Management, Emeral Group Pubhlishing Limted, 2006 Sumantri, Y., & Lau, K.S., The Current Status of Logistics Performance Drivers in Indonesia: An Emphasis on Potential Contributions of Logistics Service Providers (LSPs), Journal of APIBTMS, 2011 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012, Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, 2012 Wu, Fang, et al., The impact of information technology on supply chain capabilities and firm performance: A resource-based view, Journal of Industrial Marketing Management, 2005