Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 ISSN:2476-8820
CORPORATE GOVERNANCE MECHANISMS, MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN Zaky Machmuddah Universitas Dian Nuswantoro ABSTRACT The main issue in the research is concerning on corporate governance mechanisms, earnings management and financial performance. The role of commissioner board is to supervise and to guide direct management so that board of commissioners can give strong effects to press management in doing earnings management. Such duty can be also done by audit committee effectively if audit committee can command press management not to do earnings management. Therefore, earnings management is one of the factors which impacts financial performance. The purpose of the current research is to examine the effects of corporate governance mechanisms measured by proportion of independent board of commissioners, the number of board of commissioners meetings, and the number of audit committee who handles earnings management. The research also examined the effects of earnings management on financial performance measured by return on assets. Populations of the research are all companies listed in Indonesian Stock Exchange during 2013-2014. The total of research samples is 59 companies with 106 annual reports done using purposive sampling method. The research uses descriptive analysis technique and structural equation model. The results of the research indicate that proportion of independent board of commissioners negatively and significantly affects earnings management. Meanwhile, the number of board of commissioners meetings and the number of audit committee do not significantly affect earnings management, as well as earnings management does not significantly affect financial performance. The practical implication of the research is to give inputs to the government in making policies to reduce opportunistic action of managers, and to protect shareholders and stakeholders from making wrong decision. Keywords: corporate governance mechanisms, earnings management and financial performance. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara prinsipal dan agen, selain itu laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja agen dalam satu periode. Agar kinerja agen terlihat bagus maka agen akan melakukan tindakan creative accounting. Melalui kebijakan-kebijakan yang diambil, agen sebagai pengelola perusahaan dapat melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya sendiri agar kinerja keuangan terlihat bagus, karena agen mengetahui kondisi internal perusahaan dan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan prinsipal selaku pemilik perusahaan hanya dapat mengawasi jalannya perusahaan melalui informasi yang diberikan agen. Terkadang informasi yang 1
disampaikan agen tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya. Perbedaan kepentingan tersebut dapat memunculkan terjadinya asimetri informasi (Jensen dan Meckling, 1976). Asimetri antara agen dengan prinsipal dapat memberikan kesempatan kepada agen untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998). Sejak tahun 1997 sampai 2002, manajemen laba meningkat terus (Cohen, et al., 2005). Namun demikian, manajemen laba sebenarnya dapat dibatasi oleh mekanisme corporate governance (Klein, 2002). Fungsi dari mekanisme corporate governanceadalah untuk menjamin dan mengawasi jalannya sistem governance dalam sebuah organisasi (Walsh dan Schward, 1990 IARN (iarn. detikjogja. com)
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 dalam Sabeni, 2005). Mekanisme corporate governancedapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu internal mechanisms dan external mechanisms. Dewan komisaris independen dan komite audit merupakan bagian dari internal mechanismscorporate governance. Sejak 20 Juli 2001,melalui Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) nomor Kep-339/BEJ/07-2001, pemerintah telah mewajibkan setiap perusahaan go public untuk memiliki dewan komisaris independen dan komite audit dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance). Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi serta memberikan petunjuk dan arahan pada manajemen selaku pengelola perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen yang melakukan manajemen laba. Begitu pula dengan komite audit, jika komite audit dapat menjalankan tugasnya secara efektif, maka komite audit dapat menekan manajemen maka kegiatan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dapat diminimalisasi. Sehingga manajemen laba merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan (Theresia, 2005). Penelitian mengenai mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan beberapa kali telah dilakukan, tetapi bukti empiris belum menunjukkan konsistensi hasilnya. Penelitian pada permasalahan ini menarik untuk dikaji ulang agar memberikan gambaran teoritis yang lebih jelas. Gunny (2005) dan Theresia (2005) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, namun demikian Afriyenti (2009) menemukan bukti bahwa manajemen laba akrual tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Klein et al. (2002) dan Ebrahim (2007), menemukan bukti empiris bahwa komite audit berhubungan negatif dengan manajemen laba. Berbeda dengan Klein et al. (2002) dan Ebrahim (2007), Utami dan Rahmawati (2008) menemukan bukti bahwa secara individu komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, tetapi komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) membuktikan bahwa komite 2
audit dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Begitu pula dengan Rahmawati (2013) menemukan hasil bahwa, secara parsial hanya variabel dewan komisaris independen yang berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sementara variabel komite audit dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini terinspirasi dari penelitian Rahmawati (2013). Namun demikian penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian Rahmawati (2013). Perbedaan pertama, dalam penelitian Rahmawati (2013) variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba dan variabel independen yang digunakan antara lain, dewan komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan dua variabel dependen yaitu manajemen laba dan kinerja keuangan, variabel independen yang digunakan mencakup proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah komite audit. Perbedaan kedua, sampel yang digunakan dalam penelitian Rahmawati (2013) adalah perusahaan perbankan sedangkan dalam penelitian ini perusahaan manufaktur dijadikan sebagai sampel. Perbedaan ketiga, modified Jones model digunakan oleh Rahmawati (2013) untuk menghitung discretionary accruals sedangkan dalampenelitian ini menggunakan model Kothariet al (2005). Perbedaan berikutnya adalah pada teknik analisis penelitian Rahmawati (2013) menggunakan regresi linier, sedangkan pada penelitian ini menggunakan structural equation modeling (SEM). Dari latar belakang diatas, maka dapat diperoleh research question terkait mekanisme corporate governance, manajemen laba dan kinerja keuangan sebagai berikut: 1) apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatifterhadap manajemen laba? 2) apakah jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 3) apakahjumlah anggotakomite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 4) apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan? Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan bukti empirismengenai pengaruh mekanisme corporate governance, IARN (iarn. detikjogja. com)
Machmuddah manajemen laba dan kinerja keuangan. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis pengaruh negatif proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba, 2) menganalisis pengaruh negatif jumlah rapat dewan komisaris terhadap manajemen laba, 3) menganalisis pengaruh negatif jumlah anggota komite auditterhadap manajemen laba, 4) menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap kinerja keuangan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi (Agency Theory) Salah satu faktor pemicu terjadinya konflik kepentingan menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah pemisahan fungsi kepemilikan dan pengendalian perusahaan, sehingga hal ini dapat menimbulkan biaya agensi. Lebih lanjut Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa masalah akan terjadi jika prinsipal tidak mengetahui apa yang telah dilakukan oleh agen. Adverse selection dan moral hazard adalah masalah keagenan. Adverse selection terjadi jika, seorang agen gagal memberikan kemampuannya ketika kontrak telah terjadi. Sedangkan moral hazard terjadi jika, kurangnya upaya dari agen untuk melaksanakan tanggung jawab yang diberikan, atau tanpa sepengetahuan prinsipal bertindak untuk kepentingannya sendiri atau sebaliknya bertentangan dengan kepentingan prinsipal. Manajemen Laba Manajemem laba menurut Schipper (1989) adalah proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja dan memiliki maksud tertentu, untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen laba, sebagai tindakan seorang manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba perusahaan yang dikelolanya pada periode berjalan, tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan dalam jangka panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran (magnitude) laba. Manajer dapat menggunakan metode penyusutan dan metode pengakuan IARN (iarn. detikjogja. com)
pendapatan atau biaya sebagai pertimbangan dalam penyusunan transaksi pelaporan keuangan. Kinerja Keuangan Kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimiliki perusahaan adalah pengertian kinerja keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007). Pengukuran kinerja keuangan digunakan untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang. Beberapa alat analisis seperti rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai baik buruknya kinerja keuangan perusahaan. Return on assets merupakan salah satu contoh rasio keuangan, yang diukur dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efektif kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan. Proporsi Dewan Komisaris Independendan Manajemen Laba Komisaris independen merupakan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris nonindependen merupakan komisaris dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud pihak terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori pihak terafiliasi (Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), 2006). Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Egon Zehnder dalam FCGI, 2001). Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba, sehingga dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen yang melakukan manajemen laba. . Hal ini dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang 3
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 berkualitas (Boediono, 2005). Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Rapat Dewan Komisaris dan Manajemen Laba Rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi diantara anggotaanggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas manajemen. Rapat tersebut akan membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajemen, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2005). Peran dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen yang melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat diharapkan monitoring (pengawasan) yang dilakukan oleh dewan komisaris akan semakin baik. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Xie et al (2003) yang menemukan bukti bahwa semakin sering dewan komisaris mengadakan rapat, maka fungsi pengawasan semakin efektif. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2: Jumlah rapat dewan berpengaruh negatif manajemen laba.
komisaris terhadap
JumlahAnggota Komite Audit dan Manajemen Laba Komite audit harus terdiri dari individuindividu yang mandiri dan tidak terlibat dengan tugas sehari-hari dari manajemen yang mengelola perusahaan, dan memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Salah satu dari beberapa alasan utama kemandirian ini adalah untuk memelihara integritas serta pandangan yang objektif dalam laporan serta penyusunan rekomendasi yang
4
diajukan oleh komite audit, karena individu yang mandiri cenderung lebih adil dan tidak memihak serta objektif dalam menangani suatu permasalahan (FCGI, 2005). Foker, 1992 dalam Said et al. (2009) menjelaskan bahwa komite audit merupakan alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, akibatnya biaya agensi akan berkurang, dalam hal ini keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat diminimalisasi. Oleh karena itu, jika komite audit dapat menjalankan tugasnya secara efektif, maka komite audit dapat menekan manajemen sehingga kegiatan manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dapat diminimalisasi, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H3: Jumlah anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Dalam proses penyusunan laporan keuangan, agen memiliki keleluasaan memilih metode dan kebijakan-kebijakanakuntansi mana yang akan digunakan. Agen sebagai pengelola perusahaan dapat melakukan tindakan oportunistis untuk memenuhi keuntungan dirinya sendiri agar kinerja keuangan terlihat bagus. Tindakan tersebut biasa disebut dengan manajemen laba yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2005) dan Theresia (2005), yang menemukan bukti bahwa manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sehingga hipotesis dalam penelitian ini adalah: H4: Manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Telaah Penelitian Sebelumnya Penelitian pada area ini sudah beberapa kali dilakukan tetapi kekonsistenan hasil penelitian belum terbukti. Adapun ikhtisar hasil penelitian sebelumnya sebagai berikut.
IARN (iarn. detikjogja. com)
Machmuddah Tabel 1 Hasil Penelitian Terdahulu No.
Peneliti & Tahun
Alat Analisis
Hasil Temuan
1.
Rahmawati (2013)
Regresi
dewan komisaris independen, komite audit independen, dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap manajemen laba. Pengujian secara parsial menunjukkan dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, sedangkan komite audit independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.
Guna dan Herawaty (2010)
Regresi
leverage, kualitas audit dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, komite audit, komisaris independen, independensi dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.
Utami dan Rahmawati (2008)
Regresi
secara individu komposisi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, tetapi komite audit, auditor, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
4.
Ahmed (2007)
Regresi
komite audit dan independensi dewan direksi berhubungan negatif dengan manajemen laba.
Ebrahim
lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
METODA PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaanperusahaan go public. Seluruh perusahaan yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) antara periode tahun 2013-2014 dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan sampel yang representative, dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,dengan kriteria sebagai berikut:1) perusahaan manufaktur yang termasuk industri barang konsumsi dan aneka industriyang terdaftar di BEIperiode tahun 2013-2014, 2) laporan keuangan yang diterbitkan menggunakan kurs rupiah, 3) memiliki data yang
Kinerja keuangan dan manajemen laba dijadikan variabel dependen dalam penelitian ini. Pengukuran kinerja keuangan dengan skala rasio return on assets (ROA), yaitu dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset. Manajemen laba (DACC)diukur dengan proksidiscretionary accrual. Model yang dikembangkanoleh Kothari et al.(2005) digunakan untuk mengukur manajemen laba. Adapun discretionary accrual dihitung dengan cara sebagai berikut. …………………………………………………………………………………. . (1)
⁄
( ⁄ ( ⁄
(
) )
⁄
IARN (iarn. detikjogja. com)
( (
(
)
(
) ⁄ ) ⁄
) )
( (
)
⁄ ⁄
)
(
(
⁄ ⁄
) )
………. . (2)
………. (3)
……………………………………………………. . (4) 5
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 dimana: TACCit
= Total akrual perusahaan i pada tahun t
Niit
= Laba bersih kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
CFOit
= Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t = Total akrual perusahaan i pada tahun t (yang dihasilkan dari perhitungan nomor 1 di atas) = Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1 it
= Perubahan laba perusahaan i pada tahun t
it
= Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i pada tahun t = Property, plant and equipment perusahaan i pada tahun t
it
= Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1
it it
e
= Nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t = Error
it
= Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t
Variabel Independen pada penelitian ini, Teknik Analisis antara lain: 1) proporsi dewan komisaris Penelitian ini menggunakan analisis independen(PDKI),pengukuran proporsi dewan deskriptif dan structural equation modeling komisaris independen dengan membagi jumlah (SEM). SEM merupakan teknik analisis statistika dewan komisaris independen terhadap jumlah multivariate yang digunakan untuk menguji relasi total dewan komisaris. 2) Rapat dewan kompleks antar sejumlah besar variabel. Dengan komisaris(RDEKOM),pengukuran jumlah rapat menggunakan program aplikasi analysis of dewan komisaris dengan menghitung jumlah rapat moment structure (AMOS) penelitian ini dapat formal yang dilaksanakan oleh dewan komisaris diuji, karena penelitian ini memiliki dua variabel dalam setahun. 3) Komite audit (KOMDIT), dependen. Model regresi yang akan pengukuran jumlah komite audit dengan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai menghitung jumlah anggota komite audit dalam berikut. laporan tahunan. Y1 = β0 + β1PDKI + β2RDEKOM + β3KOMDIT +e …………. . . . (5) Y2 = β0 + β4ROA + e ………………………………………………. . (6) dimana: Y
= Manajemen laba, diproksi dengan discrecionary accrual
β0
= Konstanta
β -β3
= Koefisien
PDKI
= Proporsi dewan komisaris independen
RDEKOM = Jumlah rapat dewan komisaris KOMDIT
= Jumlahanggota komite audit
ROA
= Kinerja keuangan, diukur dengan return on assets
Untuk memperoleh gambaran mengenai hubunganantara variabel independen dengan variabel dependen adalah tujuan dari uji hipotesis. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan 6
menggunakan aplikasi AMOS, adapun langkahlangkahnya antara lain, menyiapkan file data, membuat diagram jalur, mengaitkan diagram jalur dengan data, mengatur properti analisis, IARN (iarn. detikjogja. com)
Machmuddah menjalankan analisis dan kemudian mendeskriptifkan hasil analisis. Dengan mengatur properti analisis akan diperoleh estimasi mean dan intersep regresi, nilai estimasi terstandardisasi dan koefisien determinasi (R²). ANALISIS Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk periode antara tahun 2013-2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) 2014diketahui bahwa dari 496perusahaan yang listing di BEI terdapat141 perusahaan bergerakdi bidang manufaktur yang terbagi menjadi 3 sektor. Sektor industri dasar dan kimia sebanyak 64 perusahaan, sektor aneka industri sebanyak 39 perusahaan dan sektor industri barang konsumsi sebanyak 38 perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi dan sektor aneka industri yang diperoleh 154 annual report dengan 42annual report tidak menggunakan kurs rupiah dan 6 annual report memiliki data tidak lengkap, sehingga diperoleh 106 annual report yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Tabel 2: Hasil Uji Hipotesis Variabel
t hitung
Sig.
PDKI
-2. 144
0. 032
RDEKOM
-0. 596
0. 551
KOMDIT
0. 631
0. 528
-0. 836
0. 403
ROA Chi-square: 0. 11274
Sumber: output AMOS, data sekunder yang diolah, 2015. Hasil Pengujian Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba. Hasil uji hipotesis, seperti tampak pada tabel 2 membuktikan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan,peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba IARN (iarn. detikjogja. com)
dengan membatasi tingkat manajemen laba (Vafeas, 1998). Hal ini sesuai dengan harapan dari penelitian ini, semakin besar proporsi dewan komisaris independen maka fungsi pengawasan akan semakin efektif sehingga akan meminimalisasi manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013), Utami dan Rahmawati (2008), Ebrahim (2007), Xie et al. (2003) dan Klien (2002) yang menemukan bukti bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Namun demikian temuan penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010). Hasil Pengujian Jumlah Rapat Dewan Komisaris terhadap Manajemen Laba. Sesuai dengan Tabel 2, penelitian ini menemukan hasil bahwa jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, kemungkinkan rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris kurang efektif. Rapat yang efektif seharusnya memberikan kesempatan pada semua pihak untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi secara terbuka tanpa merasa adanya tekanan dari pihak lain. Seringkali rapat yang efektif di Indonesia tidak terjadi karena budaya ketimuran orang Indonesia, yaitu adanya rasa ketakutan/kekhawatiran pada dampak di masa yang akan datang dan adanya seseorang atau lebih yang mendominasi jalannya rapat (Muntoro, 2006). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Waryanto (2010) dan Suhardjanto et al. (2010). Hasil Pengujian Jumlah AnggotaKomite Audit terhadapManajemen Laba. Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi jumlah anggota komite audit terhadap manajemen laba melebihi5% yaitu sebesar 0. 528, ini berarti jumlah anggotakomite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba atau dengan kata lain jumlah anggota komite audit tidak dapat meminimalkan atau mengurangi terjadinya manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2013), Guna dan Herawaty (2010), Utami dan Rahmawati (2008).
7
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 Hasil Pengujian Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan Tingkat signifikansi manajemen laba terhadap kinerja keuangan seperti yang terlihat pada tabel 2 sebesar 0,403, ini berarti bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriyenti (2009) dan Ujiyantho dan Bambang (2007), yang menemukan bukti bahwa manajemen laba akrual
tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunny (2005) dan Theresia (2005). Nilai adjusted R² yang ditunjukkan sebesar 0. 11274, ini berarti bahwa kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 11. 274% berarti sisanya sebesar 88. 726% dijelaskan oleh variabelvariabel lain di luar persamaan.
0, 41, 0, 01
PDKI -0,17 5,45, 19,44 RDEKOM
3,02, 0,09 KOMDIT
0,00
0,03 DACC
-0,10
0,10 ROA
0,02
Gambar 1: Hasil analisis regresi linier dengan dua variabel dependen Berdasarkan gambar 1, model regresi berganda yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y1=0,03-0, 7
KI+0,00
Y2 = 0,10 - 0, 0
K M+0,02K M IT + ε
+ε
adjusted R square penelitian ini kecil, 2) mekanisme corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah anggota komite audit. Saran
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Sementara jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah anggota komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Begitu pula dengan manajemen laba terhadap kinerja keuangan tidak menunjukkan pengaruhnya.
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran untuk agenda penelitian mendatang adalah sebagai berikut: 1) diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel lainnya yang diduga memiliki pengaruh pada manajemen laba, seperti kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas dan sebagainya agar didapat hasil yang lebih baik, 2) perlu menambahkan variabel mekanisme corporate governancey ang lain, seperti komposisi dewan direksi, karakteristik sub komite, dan lain-lain.
Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan tersebut antara lain sebagai berikut: 1) nilai 8
IARN (iarn. detikjogja. com)
Machmuddah DAFTAR PUSTAKA Afriyenti, Mayar. 2009. Pengaruh Accrual Earnings Management dan Real Earnings ManagementTerhadap Kinerja Perusahaan Dengan Struktur Kepemilikan Sebagai Variabel Moderasi: Studi Empiris Di BEI. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Boediono, G S. B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisa Jalur, Prosiding,Simposium Nasional Akuntansi VIII, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Cohen, D. A. , Dey, A. , Lys, T. Z. 2005. Trends in earnings management and informativeness of earnings announcements in the pre- and post-Sarbanes Oxley periods. Available at SSRN: /http://ssrn. com/abstract=658782S. Ebrahim, Ahmed. 2007. Earnings Management and Board Activity: An Additional Evidence. Review of Accounting and Finance, Vol. 6, No. 1: 42-58. Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1: 57-74. Fischer, M. , and Rosenzweig, K. 1995. Attitude of Students andAccountingPractitioners Concerning the Ethical Acceptability of Earnings Management. Journal of Business Ethics. Vol. 14: 433–444. Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI). 2005. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance). Jakarta. Guna, Welvin I dan Arleen Herawaty. 2010. Pengaruh Mekanisme GoodCorporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 12 (1): 53-68. Gunny, K. 2005. What are the Consequences of real Earnings Management? www. papers. ssrn. com. (Diakses Tanggal 06 Desember 2010). Healy, P. M. and Wahlen, J. M. 1999. A Review of The Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting, Accounting Horizons, Vol. 13 No. 4: 365-383. Jensen, M. C. and Meckling, W. H. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3: 305-360. Klein, A. 2002. Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earnings Management. Journal of Accounting and Economics. Vol. 33 No. 3: 375-401. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. Pedoman Umum GCG di Indonesia. Jakarta. Kothari, S. P. , Leone, A. J. , Wasley, C. E. , 2005. Performance matched discretionary accrual measures. Journal of Accounting and Economics 39: 163–197. Muntoro, Ronny Kusuma. 2006. Membangun Dewan Komisaris Yang Efektif. Makalah, Universitas Indonesia. ahmawati, Hikmah Is’ada. 20 3. engaruh Good orporate Governance (G G) Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan. Accounting Analysis Journal, Vol. 2 (1). Richardson, V. J. 1998. Information Asymmetry and Earnings Management: Some Evidence. http:/www. ssrn. com. Sabeni, Arifin. 2005. Peran Akuntan Dalam Menegakkan PrinsipGood Corporate Governance (Tinjauan Perspektif Agency Theory)”, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Said, R. , Zainuddin, Y. and Haron, H. 2009. The Relationship Between Corporate Social Responsibility Disclosure and Corporate Governance Characteristic in Malaysian Public Listed Companies:SocialResponsibility Journal. Vol. 5. No. 2: 212-226. IARN (iarn. detikjogja. com)
9
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015 Schipper, K. 1989. Earnings Management. Accounting Horizons Vol. 3: 91-106. Suhardjanto, Djoko, Dewi Aryane, Erna Rahmawati, dan Firazonia M. 2010. Peran Corporate Governance dalam praktik Risk Disclosure Pada Perbankan Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Auditing, Vol. 9 (1) : 16-30. Theresia, D. Hastuti. 2005. Hubungan antara Good Corporate Governace dan Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Jakarta). Prosiding,Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. Ujiyantho, M. Arief dan Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur, Prosiding, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar. Utami, Rini Budi dan Rahmawati. 2008. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Prosiding, Seminar Ketahanan Ekonomi Nasional, UPN Veteran Yogyakarta. Vafeas, N. and Afxentiou, Z. 1998. The ssociation Between the S ’s 992 ompensation isclosure Rule and Executive Compensation Policy Changes. Journal of Accounting and Public Policy 17(1): 27-54. Waryanto. “ engaruh Karakteristik Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro. Xie, B. , Davidson, D. III and DaDalt, P. J. 2003. Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee, Journal of Corporate Finance, Vol. 9: 295-316.
10
IARN (iarn. detikjogja. com)
Machmuddah LAMPIRAN A DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL NO.
KODE
1
ADES
Akasha Wira International, Tbk
2
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk
3
ALTO
Tri Banyan Tirta, Tbk
4
ASII
5
AUTO
Astra Auto Part, Tbk
6
BATA
Sepatu Bata, Tbk
7
BIMA
Primarindo Asia Infrastructure, Tbk
8
CEKA
Cahaya Kalbar, Tbk
9
DAVO
Davomas Abadi, Tbk
10
DLTA
Delta Djakarta, Tbk
11
DVLA
Darya Varia Laboratoria, Tbk
12
GGRM
Gudang Garam, Tbk
13
GJTL
Gajah Tunggal, Tbk
14
HDTX
Pan Asia Indosyntec, Tbk
15
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk
16
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk
17
IMAS
Indomobil Suskses International, Tbk
18
INAF
Indofarma, Tbk
19
INDF
Indofood Sukses Makmur, Tbk
20
INDS
Indospring, Tbk
21
JECC
Jembo Cable Company, Tbk
22
KAEF
Kimia Farma, Tbk
23
KBLI
KMI Wire and Cable, Tbk
24
KBLM
Kabelindo Murni, Tbk
25
KDSI
Kedaung Setia Industrial, Tbk
26
KICI
Kedaung Indah Cah, Tbk
27
KLBF
Kalbe Farma, Tbk
28
KRAH
Grand Kartech, Tbk
29
LMPI
Langgeng Makmur Industry, Tbk
30
LPIN
Multi Prima Sejahtera, Tbk
31
MBTO
Martina Berto, Tbk
32
MERK
Merck, Tbk
33
MLBI
Multi Bintang Indonesia, Tbk
IARN (iarn. detikjogja. com)
NAMA PERUSAHAAN
Astra International, Tbk
11
Indonesia Accounting Research Journal | Vol. 3 No. 1, Januari – Juni 2015
12
34
MRAT
Mustika Ratu, Tbk
35
MYOR
Mayora Indah, Tbk
36
MYTX
Apac Citra Centtertex, Tbk
37
NIPS
Nippres, Tbk
38
PRAS
Prima Alloy Steel Universal, Tbk
39
PSDN
Prashida Aneka Niaga, Tbk
NO.
KODE
40
PYFA
Pyridam Farma, Tbk
41
RICY
Ricky Putra Globalindo, Tbk
42
RMBA
Bentoel International Investama, Tbk
43
ROTI
Nippon Indosari Corporindo, Tbk
44
SCCO
Supreme Cable Manufacturing and Commerce, Tbk
45
SCPI
Schering Plough Indonesia, Tbk
46
SIDO
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk
47
SKBM
Sekar Bumi, Tbk
48
SKLT
Sekar Laut, Tbk
49
SMSM
Selamat Sempurna, Tbk
50
SQBI
Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk
51
STTP
Siantar Top, Tbk
52
TCID
Mandom Indonesia, Tbk
53
TRIS
Trisula International, Tbk
54
TSPC
Tempo Scan Pasific, Tbk
55
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk
56
UNIT
Nusantara Inti Corpora, Tbk
57
UNVR
Unilever Indonesia, Tbk
58
VOKS
Voksel Electric, Tbk
59
WIIM
Wismilak Inti Makmur, Tbk
NAMA PERUSAHAAN
IARN (iarn. detikjogja. com)