Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan Fara Sofah Intani Endang R. Surjaningrum Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Abstract. Due to conflict variations that occur to misplaced college students, this study was keen to disseminate conflict variations that occur to misplaced college students and their coping strategies to handle it. The misplaced college student which is chosen in this research whose decided to stay and finish college. Through this context, the clearer dynamics of coping strategy was expected. Interview and observation process was done to three college student, consisting of two male students and one female. The results of data analysis are 1) misplaced college students go through conflicts but they are varied in accordance to each context; generally the conflicts that occur are psychological, academic and relational; 2) The uniqueness of each research subject are: a) misplaced students with independent characteristic tend to create problem-focused coping; b) Inconsistent support system to misplaced college student causes a more vulnerable psychological condition; c) Consistent and strong supporting system minimizes the quality of conflict within misplaced college student; 3) A coping strategy occurs to overcome psychological, academic and relational conflict; 4) Misplaced college students who have a competency to control the environment tend to use problem-focused coping. In the other hand, misplaced college students who do not have a good competency to handle their environment tend to use emotional-focused coping; 5) The findings of this research are: a) The objective of the coping is to reach a maturation, and as a way to increase self resilience in order to face a bigger conflict in the future; b) The creation of problem-focused coping is preceded by the dynamics of thinking process which leads to an insight serves as a base for the coping strategy.
Keywords: conflict, coping strategy, college student, misplace Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui macam konflik yang muncul pada mahasiswa salah jurusan dan bagaimanakah coping strategy (strategi adaptasi) yang digunakan untuk menghadapinya. Coping strategy adalah usaha-usaha baik secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, meredakan, dan mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Secara garis besar konflik pada mahasiswa salah jurusan dapat dikategorikan menjadi: 1) konflik psikologis, 2) konflik akademik, dan 3) konflik relasional. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa salah jurusan yang sedang menjalani kuliah di tiga perguruan tinggi di Surabaya. Jumlah subyek penelitian sebanyak tiga orang, yang terdiri atas dua laki-laki dan seorang perempuan. Konteks salah jurusan dipahami sebagai konteks dimana mahasiswa belajar pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Alat pengumpul data berupa wawancara dan observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis tematik. Hasil analisis data menunjukkan
Korespondensi: Endang Retno Surjaningrum, Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, 5014460, Faks (031) 5025910, E-mail:
[email protected] INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
119
Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan
bahwa: 1) Mahasiswa salah jurusan mengalami konflik namun dalam bentuk yang bervariasi pada masing-masing konteks, secara garis besar bentuk konflik yang muncul antara lain konflik psikologis, akademik dan relasional; 2) Keunikan subyek penelitian adalah: a) Mahasiswa salah jurusan dengan karakteristik independen, cenderung menciptakan problem focused coping; b) Ketidakajegan supporting system pada mahasiswa salah jurusan menyebabkan kondisi psikologis subyek rapuh; c) Supporting system yang ajeg dan kuat meminimalisir kualitas konflik pada mahasiswa salah jurusan; 3) Coping strategy muncul untuk mengatasi konflik, baik yang bersifat problem focused coping maupun emotional focused coping; 4) Mahasiswa salah jurusan yang merasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan problem focused coping. Sedangkan mahasiswa yang merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan emotional focused coping; 5) Temuan penelitian antara lain a) Tujuan coping adalah mencapai pendewasaan diri dan upaya meningkatkan ketahanan diri agar mampu menghadapi konflik lebih besar di masa datang; b) Terciptanya problem focused coping didahului oleh sebuah dinamika berpikir hingga penemuan insight yang melandasi coping strategy.
Kata kunci: konflik, coping strategy, mahasiswa, salah jurusan
Penelitian ini berangkat dari masalah yang muncul saat mahasiswa belajar pada jurusan yang tidak sesuai dengan miatnya. Penelitian Bona (2008) dengan sampel mahasiswa jurusan Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga, menemukan bahwa alasan mahasiswa memilih program studi Ilmu Sosial sebagai bidang studi adalah: karena mudah ditembus (52,77%); dan sesuai dengan minat (31,11%). Melalui hasi penelitian tersebut penulis memahami bahwa tidak semua mahasiswa pada jurusan tersebut mendasarkan pemilihan jurusan perguruan tinggi pada minat terhadap Ilmu Sosial dan Politik. Padahal pada semua usia, minat memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Hurlock (1978:114) menjelaskan bahwa minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Dari sumber yang berbeda Etikawati (2006:36) menjelaskan bahwa minat turut menentukan keunikan pribadi, karena dianggap sebagai sesuatu yang dipilih untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Minat juga akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan bagi seseorang jika dapat mengekspresikannya. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa minat, kemampuan dan masukan significant others sangat berpengaruh terhadap
120
pengambilan keputusan pilihan jurusan pada calon mahasiswa. Penulis menilai masih ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi proses tersebut, yakni sistem penjaringan ujian nasional dan penentuan passing grade. Apabila c a l o n m a h a s i s w a t i d a k ce r m a t d a l a m mempertimbangkan faktor-faktor tersebut maka besar kemungkinan akan masuk pada jurusan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Penulis memahami salah jurusan sebagai sebuah konteks dimana: 1. Mahasiswa sudah memahami minat dan bakatnya sebelum masuk perguruan tinggi; 2. Pada saat masuk Perguruan Tinggi mahasiswa masuk pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya; 3. Disebabkan karena pemilihan jurusan berdasar pada pertimbangan passing grade yang rendah, kurangnya informasi yang memadai berkaitan dengan pilihan jurusan atau pengaruh dari significant person (orang tua, saudara, pacar, dan sebagainya). Menurut Susilowati (2008) beberapa masalah yang dapat muncul ketika mahasiswa merasa ”salah jurusan” antara lain problem psikologis, akademis dan relasional. Salah jurusan juga berdampak pada munculnya rasa kecewa dan menyesal. Jika mahasiswa salah jurusan memutuskan untuk pindah kuliah, maka dana INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum
yang sudah dikeluarkan sebelumnya akan menjadi tidak efisien. Penelitian ini berfokus pada deskripsi macam konflik yang muncul pada mahasiswa salah jurusan, dan bagaimana coping strategy yang digunakan untuk meregulasi konflik tersebut. Weiten (1995:215) menjelaskan terdapat dua kemungkinan respon perilaku yang muncul sebagai proses adaptasi. Pertama adalah respon menghadapi ( fight), kedua adalah respon menghindar (flight). Kedua respon tersebut akan memunculkan jenis strategi penanggulangan (coping strategy) yang berbeda. Coping mengarah pada usaha aktif untuk menguasai, mengurangi atau menoleransi tuntutan yang disebabkan oleh stress (Lazarus dan Folkman, 1984). Menurut penulis coping merupakan mekanisme tubuh yang sangat penting dalam proses kehidupan. Melalui coping individu akan melakukan adaptasi terhadap berbagai tekanan dan perubahan yang terjadi termasuk pada konteks salah jurusan. Individu akan meningkat kualitas hidupnya ketika dapat melakukan coping yang adapatif dan sebaliknya jika proses coping yang terjadi maladaptif. Penelitian ini dibatasi pada mahasiswa salah jurusan dengan latar belakang ekonomi keluarga menengah ke atas. Landasan yang digunakan karena mahasiswa ini memiliki kemungkinan untuk beralih pada jurusan lain yang lebih sesuai dengan minatnya. Konteks tersebut akan menjadi unik dan menarik untuk diteliti apabila mahasiswa salah jurusan tersebut memutuskan untuk terus bertahan dan menyelesaikan kuliahnya. Pilihan yang tidak umum untuk terus bertahan tentu saja melalui sebuah dinamika psikologis yang panjang dan melibatkan berbagai aspek.
Coping Strategy Coping sttrategy adalah usaha-usaha baik secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, meredakan dan mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Tuntutan disebabkan oleh interaksi antara individu dengan peristiwaperistiwa yang dinilai dapat menimbulkan stres (Lazarus & Folkman, 1984). Dengan demikian coping strategy dapat dijelaskan sebagai berbagai cara yang dipakai individu dalam mengatasi berbagai situasi. Masing-masing individu menciptakan penyelesaian masalah yang INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
bervariasi dalam menghadapi tantangantantangan kehidupan sesuai dengan talenta dan motif seseorang dalam merespon terhadap orang lain (Abbot dalam Anggraeni, 2006). Lazarus dan Folkman membagi penyelesaian masalah menjadi : 1. Problem focused coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat pada masalah. Individu akan mengatasi masalah dengan aktivitas penyelesaian langsung, mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru. 2. Emotional Focused Coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat pada emosi. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres tanpa mengatasi sumber masalah (Lazarus & Folkman, 1984). Tiga tahap episode dalam proses coping meliputi respon coping, tujuan coping, serta hasil coping. Respon coping adalah tindakan fisik dan mental yang dilakukan sebagai respon terhadap sumber stress serta ditujukan untuk mengubah peristiwa eksternal ataupun kondisi internal. Apabila individu menganggap bahwa sumber stres (yang berasal dari lingkungan) eksternal masih dapat dimanipulasi atau disiasati, maka individu akan cenderung memunculkan respon coping yang bertujuan untuk memindahkan ataupun menyiasati sumber stres tersebut (problem focused coping). Namun apabila sumber stress eksternal sudah tidak dapat ”dikutak-katik” lagi, maka satusatunya respon coping yang mungkin dilakukan adalah dengan menyesuaikan diri terhadap lingkungan untuk mengurangi distress emosional yang dirasakan individu (emotion focused coping). Tujuan coping adalah tujuan yang hendak dicapai setelah melakukan proses coping. Sedangkan hasil coping adalah konsekuensi langsung, yang bersifat baik maupun buruk., dari respon coping yang dilakukan (Rudolph, Dennig & Weisz, 1995). Menurut Taylor (dalam Anggraeni, 2006:27) terdapat empat tujuan coping, yaitu: 1. Mempertahankan keseimbangan emosi 2. Mempertahankan self image yang positif 3. Mengurangi tekanan lingkungan atau menyesuaikan diri terhadap kajian negatif. 4. Tetap Melanjutkan Hubungan yang Memuaskan dengan Orang Lain. Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber
121
Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan
penyelesaian masalah individu. Komponen sumber penyelesaian masalah ini diadaptasi dari Sources of Coping (Bird & Malville, 1994 dalam Lazarus & Folkman, 1984:151-153) sebagai berikut: a. Apa yang kita miliki (what we have) Sumber ini terdiri dari ketrampilan personal, kemampuan, kompetensi diri, kekayaan finansial dan kesehatan. b. Siapa diri kita (who we are), kerangka psikologis yang terdiri dari watak dan keyakinan juga memiliki pengaruh yang besar mengenai bagaimana situasi yang menekan itu dialami. Kerangka psikologis tersebut antara lain: 1. Sumber-sumber psikologis 2. Sistem keyakinan personal 3. Personality Traits c. Apa yang kita lakukan (what we do), menyangkut usaha aktif yang digunakan untuk menghindari, mencegah, mengatur dan mengontrol sumber tekanan
METODE PENELITIAN Kriteria utama dari subjek penelitian adalah sebagai berikut:
1.
Subyek adalah mahasiswa sebuah universitas negeri atau swasta. 2. Saat penelitian berlangsung, subyek sedang berada pada semester 5 atau 7. 3. Subyek sudah memahami minatnya sebelum masuk perguruan tinggi, landasan yang dipakai adalah pernyataan dari subyek saat wawancara. 4. Subyek masuk pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya pada saat perguruan tinggi dan disebabkan oleh: a. Pemilihan jurusan berdasar pada pertimbangan passing grade yang rendah b. Kurangnya informasi yang memadai berkaitan dengan pilihan jurusan c. Pengaruh dari significant others (orang tua, saudara, pacar, dan sebagainya). Diperoleh tiga subyek mahasiswa yang berasal dari tiga perguruan tinggi di Surabaya. Dua diantaranya laku-laki dan satu perempuan. Semua subyek memenuhi keriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan wawancara dengan panduan umum dan observasi. Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis tematik.
HASIL DAN BAHASAN Hasil penelitian disajikan dalam table berikut.
Tabel 1. Macam konflik pada mahasiswa salah jurusan Jenis konflik FK GS RN Tertekan Putus asa Depresi Tidak nyaman Sakit hati Marah Capek dan jengkel Pusing Kecewa Menyesal IPK dan nilai rendah Mengulang mata kuliah Perpanjangan masa kuliah
122
aspek
psikologis
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum
Tidak termotivasi Bolos kuliah Malas belajar Sulit memahami mata kuliah Tidak berkembang Labeling negatif Diacuhkan oleh teman satu jurusan Tidak dekat dengan teman satu jurusan Minder Diremehkan Konflik dengan orang tua Konflik dengan dosen Didapatkan berbagai bentuk konflik yang muncul pada mahasiswa salah jurusan. Selanjutnya macan konflik diklasifikasikan ke dalam tiga jenis konflik, yaitu konflik psikologis,
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Akademik
Relasional
akademik dan relasional. Selanjutnya data mengenai jenis coping strategy yang digunakan disajikan pada table berikut.
123
Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan
Berbagai macam bentuk coping strategy di atas diklalsifikasikan berdasarkan problem focused coping dan emotional focused coping. Secara garis besar ada empat tahapan dalam proses coping strategy pada mahasiswa salah jurusan: 1. Proses munculnya konflik. Subyek yang memiliki faktor internal minat, berinteraksi dengan hal-hal yang berada di luar diri mereka, menciptakan suatu peristiwa yang menimbulkan stress (Lazarus & Folkman, 1984). Hal-hal di luar diri subyek, dalam konteks ini merupakan tuntutan eksternal terhadap subyek. Tuntutan eksternal tersebut antara lain sikap orang tua yang memaksa subyek untuk memilih jurusan tertentu yang sesuai dengan keinginan orang tua namun tidak sesuai dengan minat subyek, sistem penjaringan perguruan tinggi dan informasi seputar perguruan tinggi. Interaksi antara individu dengan peristiwaperistiwa yang dinilai dapat menimbulkan ketegangan (Lazarus & Folkman, 1984). Selanjutnya individu akan mengalami konflik dalam dirinya. Konflik terjadi ketika terdapat dua atau lebih impuls motivasi atau perilaku yang bersaing untuk aktual (Weiten & Lloyd, 1994). 2. Episode coping Episode coping terdiri dari tujuan coping, respon coping dan hasil coping. Beberapa penemuan tujuan baru yang muncul dalam penelitian ini di luar teori adalah tujuan untuk mencapai pendewasaan diri, dan meningkatkan ketahanan diri dalam menghadapi konflik dalam kehidupan. Tujuan coping tersebut menjadi dasar bagi subyek dalam mengaktualisasikan respon coping yang muncul setelahnya. Sebelum menentukan bentuk respon coping yang akan dilakukan subyek terlebih dahulu menganalisa dan mempertimbangkan sumber daya coping yang mereka miliki. Bird dan Malville (1994, dalam Lazarus & Folkman, 1984:151-153) menjelaskan beberapa sumber coping yang dimiliki oleh individu. Sumber tersebut antara lain; apa yang kita miliki (what we have), siapa diri kita (who we are) dan apa yang kita lakukan (what we do). What we have meliputi keterampilan personal yaitu 1) kemampuan untuk mencari informasi seputar jurusan, menganalisa situasi pada jurusannya dan menganalisa masalah yang
124
terjadi baik yang ada di dalam maupun di luar dirinya; 2) Kemampuan, yaitu kompetensi diri yang menciptakan kepercayaan diri pada individu. Pada subyek yang memiliki kompetensi diri yang lebih tinggi dari tuntutan belajar lingkungan cenderung memiliki lebih banyak rasa percaya diri dalam hal akademiknya; 3) Kekayaan finansial, dalam hal ini masih berupa biaya kuliah yang sepenuhnya ditanggung oleh orang tua subyek. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang subyek yang berasal dari keluarga berada; 4) Kesehatan. Who we are meliputi 1) Sumber-sumber psikologis yang nampak muncul pada konteks salah jurusan adalah self esteem, dan mastery (keahlian) yang dimiliki; 2) Sistem keyakinan personal juga muncul pada konteks salah jurusan. Subyek memiliki prinsip-prinsip hidup, tujuan dan komitmen yang menjadi nilai dasar dalam perilaku sehari-hari. Nilai yang muncul antara lain tanggung jawab, prinsip untuk menyelesaikan sesuatu yang dimulai, pendewasaan dan peningkatan ketahanan diri dalam menghadapi masalah. Keyakinan personal ini menjadi aspek internal yang mendorong dan mengontrol perilaku individu agar tetap melakukan coping; 3) Karakteristik personal juga merupakan salah satu sumber coping yang menentukan bentuk coping yang muncul. Masing-masing subyek memiliki karakteristik khas yang menentukan jenis coping y a n g ke m u d i a n m u n c u l . S u b ye k y a n g independent dalam pengambilan keputusan akan cenderung memunculkan coping yang lebih efektif untuk mengatasi masalahnya, yaitu problem focus coping. Sedangkan subyek yang memiliki dependensi tinggi dalam pengambilan keputusan cenderung memunculkan coping yang sifatnya emosional (emotional focused coping) dan tidak efektif memecahkan inti persoalan. Apa yang kita lakukan (what we do) akan berkaitan langsung dengan bentuk coping yang aktual dan muncul dalam rangka meminimalisir masalah. Lazarus membagi coping strategy menjadi dua, yaitu problem focused coping dan emotional focused coping (Lazarus dan Folkman, 1984). Selain strategi coping yang telah dikemukakan di atas, Aldwin dan Reverson juga menambahkan faktor dukungan sosial (support mobilization) (Aldwin & Reveson, 1987). Pada konteks salah jurusan, teori ini terbukti. Mahasiswa salah jurusan juga INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Fara Sofah Intani, Endang R. Surjaningrum
mempertimbangkan sumber daya yang mereka miliki dalam kaitannya dengan menciptakan coping strategy yang sesuai bagi konflik yang mereka hadapi. 3. Proses terbentuknya coping strategy Problem focused coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat pada masalah. Individu akan mengatasi masalah dengan aktivitas penyelesaian langsung, mempelajari cara-cara atau ketrampilan yang baru (Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian manunjukkan bahwa subyek melakukan problem focused coping namun dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping yang dimiliki dan konteks lingkungan yang dihadapinya. Subyek yang memiliki kemampuan analisa situasi, mencari informasi, memiliki kompetensi diri yang dibutuhkan dan normal secara fisik oleh lingkungan cenderung memunculkan coping yang lebih adaptif. Di samping itu konteks lingkungan eksternal belajar juga menentukan bentuk coping yang muncul. Karakteristik personal juga mempengaruhi jenis bentuk coping yang muncul. Subyek yang m e m i l i k i k a ra k te r i s t i k e k t rove r t a k a n memunculkan aktivitas komunikasi dengan sebanyak mungkin orang-orang di sekitarnya untuk mendapatkan dukungan instrumental dan feedback. Selain itu subyek yang memiliki independensi tinggi terutama dalam pengambilan keputusan akan menampakkan proses berpikir untuk mencari pemahaman baru ataupun makna baru hingga mendapat insight untuk melandasi perilaku coping yang muncul. Keyakinan personal juga memperkuat perilaku coping, terutama untuk mempertahankan konsistensi perilaku coping yang muncul. Emotional Focused Coping, yaitu perilaku penyelesaian masalah yang berpusat pada emosi. Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres tanpa mengatasi sumber masalah (Lazarus & Folkman, 1984). Hasil penelitian manunjukkan bahwa subyek melakukan problem focused coping namun dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan sumber daya coping yang dimiliki dan konteks lingkungan yang dihadapinya. Dominasi bentuk emosional focused coping dalam menghadapi masalah umumnya terjadi pada subyek yang memiliki tingkat dependensi tinggi dan karakteristik introvert. INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Bentuk-bentuk emotional focused coping yang muncul antara lain: mencari dukungan emosional, pemaknaan ulang secara positif, penerimaan (acceptance), escapism (merokok dan minum minuman beralkohol), minimization (menolak memikirkan masalah lebih dalam) dan pencarian makna (Aldwin & Revenson, 1987). 4. Proses terbentuknya insight pada problem focused coping Pada proses terbentuknya problem focused coping, didahului oleh sebuah proses berpikir yang menghasilkan insight. Proses tersebut diawali dengan pertanyaan subyek terhadap makna atau nilai penting dari jurusannya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, subyek mencari informasi dari berbagai sumber. Baik melalui proses wawancara, observasi, maupun media cetak dan elektronik. Subyek lalu melakukan analisis terhadap semua informasi yang didapatkan, hingga menarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini merupakan insight baru, yang lalu diiternalisasi oleh subyek sehingga menjadi landasan bagi ide kreatif coping yang muncul. Jenis coping yang muncul atas dasar insight tersebut cenderung berpusat pada masalah. Artinya coping strategy yang muncul dapat secara efektif mangurangi atau menyelesaikan konflik yang muncul sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN 1.
2.
Mahasiswa salah jurusan dalam penelitian ini mengalami konflik dalam proses adaptasi pada jurusan yang tidak sesuai dengan minatnya. Bentuk konflik yang muncul bervariasi, bergantung pada kondisi khas internal dan eksternal pada masing-masing mahasiswa. Berikut merupakan keunikan pada masingmasing subyek salah jurusan: a. Mahasiswa salah jurusan dengan karakteristik independen dalam pengambilan keputusan, cenderung melakukan proses berpikir yang lebih dalam. Proses berpikir ini akan menghasilkan insight sebagai dasar dari perumusan coping strategy. Jenis coping yang tercipta berdasarkan proses pencapaian insight tersebut bersifat problem focused coping
125
Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan
3.
4.
yang dapat mengurangi atau menyelesaikan konflik secara efektif. b. Ketidakajegan supporting system pada mahasiswa salah jurusan menyebabkan kondisi psikologis subyek menjadi rapuh. c. Adanya supporting system yang ajeg dan kuat, meminimalisir kualitas konflik pada mahasiswa salah jurusan. Mahasiswa salah jurusan memunculkan coping strategy untuk mengatasi konflik yang dialaminya. Dua jenis coping strategy sama-sama muncul pada mahasiswa salah jurusan, baik yang bersifat problem focused coping maupun emotional focused coping. Tidak semua jenis coping efektif, hanya tipe problem focused coping yang efektif terhadap pengurangan atau penyelesaian konflik. Mahasiswa salah jurusan yang merasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan lingkungannya cenderung menampakkan problem focused coping. Sedangkan
5.
mahasiswa yang merasa tidak memiliki ke m a m p u a n u n t u k m e n ge n d a l i k a n lingkungannya cenderung menampakkan emotional focused coping. Temuan penelitian: a. Tujuan dari coping adalah mencapai pendewasaan diri, dan meningkatkan ketahanan diri agar mampu menghadapi konflik yang lebih besar pada kehidupan di masa datang. b. Terciptanya problem focused coping didahului oleh sebuah dinamika berpikir hingga mahasiswa salah jurusan menemukan insight yang menjadi landasan coping strategy. Dinamika yang terjadi adalah: munculnya pertanyaan kritis pencarian informasi untuk menjawab pertanyaan analisis informasi insight internalisasi insight coping strategy (problem focused coping).
PUSTAKA ACUAN Abror, A. R. (1993). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Bird, G. & Melville, K. (1994). Family and intimate relationship. New York: McGraw Hill. Bonna, B. M. (2008). Persepsi mahasiswa ilmu sosial terhadap perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan dan peluang kerja selepas menyelesaikan studi (Studi deskriptif pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga). Diakses pada tanggal 2 Oktober 2009. http://fultext.lib.adln.unair.ac.id. Etikawati, A.I., (2006). Warna-warni kecerdasan anak dan pendampingannya. Yogyakarta: Kanisius. Hurlock, E.B. (1978). Child development 6th edition, Terjemahan: Meitasari, M. M. & Zarkasih, M. Jakarta: Penerbit Erlangga Lazarus, L.A. & Folkman, S. (1984). Stress appraisal and coping. New York: Spranger. Susilowati, P. (2008, 16 Juni). Memilih jurusan di perguruan tinggi. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2009 dari http://www.e-psikologi.com Weiten, W. & Lloyd, M. A. (1994). Psychology applied to modern life: Adjustment in the 90s 3rd edition. California: Brooks/Cole Publishing Company.
126
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010
Petunjuk bagi Penulis INSAN Media Psikologi Artikel yang dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi adalah artikel hasil seleksi yang telah disetujui Redaksi dan belum pernah dipublikasikan di media penerbitan lain. Penulis yang bermaksud karyanya dimuat dalam Jurnal INSAN Media Psikologi harus memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini : 1. Materi tulisan harus bersifat ilmiah, merupakan hasil penelitian empiris, analisi kritis atas karya/artikel yang telah diterbitkan, telaah pustaka, atau bentuk tulisan lainnya yang dipandang dapat mengembangkan disiplin psikologi; 2. Artikel ditulis dengan sistematika berikut : a. Judul, ditulis dengan model title-case, dengan jumlah kata sekitar 8-14 kata; b. Nama penulis (tanpa gelar) dan instansi asal beserta alamat untuk berkorespondensi (nama jalan, kota, kode pos, email, telepon atau fax); c. Abstract, (ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) terdiri dari 150-200 kata dan ditulis miring/italic dengan spasi tunggal. Abstrak memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan, hipotesis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian; d. Kata kunci (keywords), maksimal 5 konsep yang diurutkan dari kata kunci yang utama sampai kata kunci penunjang; e. Pendahuluan (mencakup latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan rumusan masalah); f. Metode penelitian, berisi penjelasan tentang variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data; g. Hasil dan Bahasan; h. Simpulan dan Saran, tidak dirinci dalam poin-poin, tetapi berupa paragraf; i. Pustaka Acuan, disusun berdasarkan acuan APA Style dan hanya pustaka yang dikutip dalam artikel yang dicantumkan. 3. Teknik penulisan artikel mengikuti ketentuan sebagai berikut : a. Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia/Inggris yang baku; b. Artikel ditulis dalam bentuk esai, sehingga tidak ada format numerik (atau abjad) yang memisahkan antar bab/bagian, ataupun untuk menandai bab/bagian baru; c. Setiap kutipan harus dituliskan sumbernya pada akhir kutipan dengan menggunakan running note, bukan footnote atau endnote. Misalnya : … (Neuman,1994). d. Di dalam penulisan artikel, hindari penggunaan dot points, pengabjadan, atau penomoran seperti ini : 1. …. 2. …. Tetapi lebih baik ditulis sebagai berikut : 1) …, 2) … dst e. Tabel dan gambar / grafik dibuat sesederhana mungkin, dikirim dalam file terpisah dari teks inti, dalam format Ms Word. Tabel terdiri dari nomor tabel, judul tabel (di atas), “catatan keterangan” bila diperlukan (di bagian bawah tabel). Penulisan tabel hanya menggunakan garis-garis horizontal, jangan menggunakan garis vertikal; 4. Penulisan pustaka acuan ditulis sesuai tata tulis menurut acuan APA Style sebagaimana yang tercantum dalam Publication Manual of the American Psychological Association (2001, 5th ed.) dan disusun secara alfabetis dari nama akhir penulis utama.
INSAN Vol. 12 No. 02, Agustus 2010