SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
HALAMAN: 154 - 272
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
COGNITIVE RESTRUCTURING DAN DEEP BREATHING UNTUK PENGENDALIAN KECEMASAN PADA PENDERITA FOBIA SOSIAL OLEH: RUNIA HANIFA1 DAN MEILANNY BUDIARTI SANTOSO2 1 Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial Universitas
[email protected] 2 Dosen Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran __
[email protected]
Abstrak Fobia sosial adalah salah satu metal illness yang dihadapi oleh banyak orang dewasa dan terutama pada remaja yang masih mengalami perubahan baik pada fisiknya maupun perubahan secara psikologis. Fobia sosial terjadi karena individu mengalami kecemasan terhadap lingkungan sosialnya. Hal tersebut disebabkan adanya penyimpangan cara berfikir atau kognisi individu. Terapis dalam menangani klien individu dengan kecemasan, dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya metode cognitive restructuring (CR) dan teknik deep breathing. Klien dengan fobia sosial diberikan treatment oleh terapis untuk mengatasi kecemasan dan pikiran negatif terhadap lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan metode cognitive restructuring (CR), klien dibantu untuk menstruktur ulang kognisinya yang terbiasa untuk berpikir dengan mindset negatif dan menyebabkan rasa cemas terhadap lingkungan sosialnya. Adapun teknik deep breathing, digunakan untuk melancarkan pernapasan klien ketika mengalami kecemasan. Ketika individu mengalami fobia sosial, kecemasan yang dialami klien dapat mengakibatkan kesulitan bernafas. Dengan melakukan teknik deep breathing, klien dapat merasa lebih rileks dan dapat berpikir dengan lebih jernih untuk dapat meghilangkan pikiran-pikiran negatinya.
Abstract Social phobia is a mental illness that is faced by many adults and particularly in adolescents who are still experiencing changes in both the physical and psychological changes. Social phobia occurs because individuals experiencing anxiety of their social environment. This is due to their way of thinking or cognition deviation of individual. The therapist in handling individual clients with anxiety, can use several methods, such as cognitive restructuring (CR) and deep breathing techniques. Clients with social phobia are given treatment by a therapist to cope with anxiety and negative thoughts of their social environment. By using cognitive restructuring (CR), a client helped to restructure the cognition which accustomed to think in a negative mindset and cause anxiety to the social environment. The technique of deep breathing is used to launch the client when experiencing anxiety. When individuals experience social phobia, anxiety experienced by clients can lead to breathing difficulties. By doing deep breathing techniques, the client can feel more relaxed and able to think more clearly in order to abolishing negative thoughts. Kata Kunci: cognitive restructuring, pengendalian kecemasan, deep breathing, fobia sosial 1. Pendahuluan
230
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
Setiap individu manusia memiliki
Cognitive
Restructuring
(CR)
kelebihan dan kelemahannya masing-masing,
merupakan metode dalam praktik pekerjaan
sehingga individu membutuhkan peran orang
sosial yang digunakan untuk mengatasi
lain
untuk
masalah terkait dengan kondisi cognitive
menjalani kehidupannya. Pada praktikum ini,
seseorang. Terdapat beberapa tahapan dalam
praktikan berhadapan dengan klien yang
melakukan metode Cognitive Restructuring,
menyatakan dirinya sebagai individu yang
yaitu:
dalam
lingkungan
sosialnya
merasa adanya kesulitan dan hambatan saat ia
1) Menjelaskan terlebih dahulu maksud
berada di dalam lingkungan sosialnya untuk
dan
tujuan
digunakannya
kolom
menjalani aktivitas sehari-hari dan masa
cognitive restructuring kepada klien.
depannya. Klien mengaku bahwa dirinya tidak
2) Dimulai dari menuliskan kejadian atau
suka berinteraksi dengan orang lain, termasuk
situasi apa yang menimbulkan emosi
dengan keluarganya.
pada klien.
Menurut klien, hubungann dengan
3) Lalu meminta klien untuk menentukan
keluarganya baik-baik saja namun memang
self talk negative seperti apa yang
tidak saling terbuka. Klien berpikir bahwa
ditimbulkan dari kejadian tersebut.
ketika berada di lingkungan sosial, orang
4) Dari self talk negative tersebut klien
disekitar akan memperhatikan dan mengkritik
diajak berdiskusi apakah hal tersebut
penampilan atau perilaku klien yang membuat
seharusnya
klien merasa sangat cemas dan tidak nyaman.
jawaban klien hal tersebut tidak
Selain
juga
seharusnya ia pikirkan, maka klien di
mempengaruhi aktivitas sehari-hari seperti
arahkan mencari sudut pandang lain
pergi kuliah, pergi ke rumah makan, dan lain
dari kejadian itu, hasilnya ditulis di
sebagainya. Namun, klien juga merasa bahwa
kolom self talk positive;
itu,
kecemasan
tersebut
ia
pikirkan?
Apabila
klien memiliki potensi besar dalam dirinya
5) Apabila klien telah mengerti cara kerja
yang membuatnya tidak putus asa. Oleh karena
dari cognitive restructuring, klien
itu, praktikan melakukan proses intervensi
ditugaskan dalam 2 (dua) minggu
guna membantu klien menghadapi kondisinya
untuk membuat sendiri form tersebut.
tersebut.
Tabel
1
berikut
adalah
contoh
Cognitive Restructuring Form yang harus diisi 2. Metode,
Hasil
dan
oleh klien:
Pembahasan
Cognitive Restructuring Form
231
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
Tabel 1 Contoh Cognitive Restructuring Form (CRF) 3 Kolom Kejadian
Self Talk Negative
Self Talk Positive
Sumber: Back, Judith S., Beck, Aaron. 1995
Cognitive restructuring form atau biasa disebut
dysfunctional
thoughts
berpikiran
otomatis
negatif
pada
suatu
form
kejadian untuk mencari pikiran alternatif yang
merupakan formula untuk membiasakan klien
positif. Ketika klien sudah terbiasa melakukan
untuk mengubah pikiran negatifnya menjadi
terapi ini, klien sedikit demi sedikit akan
pikiran alternatif yang lebih positif. Di dalam
mampu menjadikan pikiran alternatif positif
kolom kejadian dituliskan aktivitas-aktivitas
tersebut menjadi pikiran otomatis klien.
yang menghasilkan rasa cemas atau takut. Kemudian di dalam kolom self talk negative,
Deep Breathing Menurut Harsono (1988)
dituliskan pikiran otomatis yang muncul ketika
Teknik deep breathing dapat digunakan
klien mengalami kejadian tersebut. Biasanya
untuk mengurangi kecemasan yang dialami
kolom ini disertai dengan persentase (%) rasa
oleh klien, termasuk pada klien dengan fobia
cemas atau takut yang dialami klien. Pada
sosial. Adapun langkah-langkah yang harus
kolom self talk positive, dituliskan pula oleh
dilakukan
klien pikiran alternatif yang lebih positif ketika
breathing adalah sebagai berikut:
klien mengalami kejadian tersebut. Hal ini
saat
melakukan
teknik
deep
1) Duduk dengan badan tegak, kedua
bertujuan untuk mengurangi rasa cemas atau
tangan rileks diantara lutut.
takut yang dirasakan klien. Pada kolom ini
2) Mata dipejamkan. Kemudian ambilah
juga biasanya disertai oleh persentase (%) rasa
nafas pelan-pelan sedalam-dalamnya
cemas atau takut klien bilamana berkurang
melalui mulut (mulut jangan dibuka
ataupun tetap.
terlalu
CRF ini dipakai oleh praktikan dalam
paru-paru.
(CBT). Form ini bertujuan untuk melakukan pada
klien
yang
rasakan
udara
menyelinap ke seluruh pelosok alveoli
melakukan cognitive behavioural therapy
pembiasaan
lebar),
terbiasa 232
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
HALAMAN: 154 - 272
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
3) Keluarkan udara pelan-pelan melalui
apakah ingin mengembangkan potensi ataukah
mulut dengan dibantu oleh otot-otot
bersama-sama mencari jalan keluar dari
perut.
masalah yang dihadapi klien.
4) Rasakan sampai seakan-akan paru-
Sebelumnya
paru menjadi kosong udara.
yang tertutup dan pemalu. Itu terlihat dari
prosedur di atas beberapa kali. breathing
dilakukan
praktikan
singgung bahwa klien merupakan seorang
5) Istirahat sebentar, kemudian ulangi
Deep
sempat
jarangnya klien mengemukakan pendapat untuk
apabila sedang bercakap-cakap, juga apabila
menenangan jiwa dan pikiran klien, sehingga
ditanya hanya menjawab seadanya, klien
keberhasilan dari teknik ini sangat ditentukan
jarang membuka obrolan terlebih dahulu.
oleh seberapa rileks diri klien.
Klien
mengatakan
dirinya
merupakan
seseorang yang tidak mudah untuk masuk ke dalam suatu lingkungan yang dianggap baru
Hasil Assesment Pada tahapan assesment ini praktikan menggali
informasi
dan asing. Dalam tahap asesstment praktikan
sebanyak-banyaknya
mengajak klien untuk mengisi form kelebihan
tentang diri klien, lingkungan klien, potensi
serta kekurangan untuk menggali potensi dan
serta masalah yang dihadapi klien dengan
masalah klien.
tujuan untuk menentukan arah konseling
Tabel 2 Kelebihan dan Kekurangan Klien
Klien
Nam a
Kelebihan 1. Loyal 2. Tidak mudah menyerah. 3. Mempunyai imajinasi yang bebas, senang menulis
Kekurangan 1. Tidak mudah memulai interaksi dengan orang lain 2. Terlalu menginginkan hal yang perfect, semua harus terlihat baik
Sumber : Praktikan mikro, 2015
233
Masalah (Jika Ada) 1. Sering cemas 2. Tidak suka bergaul
Aspek-aspek pribadi yang ingin di kembangkan 1. Ingin lebih percaya diri. 2. Ingin memiliki pikiran yang positif.
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
HALAMAN: 154 - 272
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
Gambar 1 Genogram Klien
Sumber : Praktikan mikro, 2015 Keterangan: Menikah : Laki – laki
:
Perempuan
:
Meninggal
:
Berdasarkan genogram yang telah
dan menjadi ibu rumah tangga. Nenek dari
dibuat oleh klien, maka dapat dipaparkan
Ayah dan Kakek dari Ibu klien keduanya sudah
hubungan keluarga yang dimiliki oleh klien
meninggal dunia.
adalah sebagai berikut: Klien (A) merupakan
Hubungan hubungan dengan keluarga
anak ke-2 dari 3 bersaudara. Klien (A) berusia
berdasarkan penuturan klien dirasakan baik-
20 tahun sebagai seorang mahasiswa di sebuah
baik saja namun tidak begitu dekat. Ayah klien
universitas swasta di Kota Bandung. Kakak
memiliki 5 saudara kandung dan Ibu klien
klien (R) berusia 23 tahun, saat ini bekerja di
memiliki satu saudara kandung. Hubungan
pertambangan dan adik klien (T) berusia 14
antara keluarga besar dari pihak ayah maupun
tahun masih duduk di bangku SMP. Klien saat
pihak ibu klien dirasakan oleh klien cukup
ini tinggal di Bandung, jauh dari Ayah (R) dan
dekat meskipun jarang bertemu. Keluarga
Ibu (D) yang berada di Cilegon. Saat ini ayah
besar hanya bertemu ketika ada acara besar
klien sudah berumur 53 tahun sehingga sudah
saja
tidak lagi bekerja. Ibu klien berumur 51 tahun
234
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
Gambar 2 Ecomap Klien Ibu Ayah
Adi k
A
Aban g E (tema n)
H (tema n)
Sumber: Praktikan mikro, 2015 Keterangan : Ada masalah, buruk Renggang Hubungan baik, ada timbal balik Hubungan timbal balik yang kuat Kedekatan yang timbul antara klien
merupakan hubungan yang kuat setalah
dengan ibunya karena klien merasa beliau
hubungan klien dengan ibunya. Adik klien
merupakan orang yang paling mengerti
merupakan teman bermain dan bercerita ketika
dirinya. Klien mengatakan ibu merupakan
klien menghabiskan waktunya dirumah. Klien
tempat ia menceritakan keluh kesahnya selama
juga merasa adiknya sangat perhatian dan
ini.
nyaman untuk dijadikan teman mengobrol.
Meskipun
klien
belum
pernah
menceritakan hal-hal pribadi kepada Ibunya.
Hubungan klien dengan kakaknya baik
Sedangkan kedekatan klien dengan ayahnya
namun tidak kuat, klien mengaku bahwa
karena beliau merupakan orang yang sangat
kakaknya sedikit dingin terhadap klien dan
perhatian. Ketika klien harus pulang malam,
jarang
maka ayahnya tidak akan membiarkan klien
merupakan saudara yang sangat peduli dengan
untuk pulang sendirian. Namun, menurut
klien. Hal ini dirasakan klien saat pertama kali
klien, Ayahnya adalah orang yang emosional
pindah ke Bandung, dimana klien merasa
dan sering menggunakan suara tinggi ketika
terbantu dan kakaknya adalah salah satu orang
sedang marah. Meskipun begitu hubungan
terdekat klien saat
antara klien dengan ayahnya cukup dekat
menganggap
meskipun tidak sedekat dengan ibu dan
terhadap
adiknya.
kakaknya adalah laki-laki dan tidak terlalu
Kedekatan klien dengan adiknya
235
mengobrol.
Namun
di Bandung. Klien
kakaknya
dirinya
kakaknya
bersikap
mungkin
dingin
dikarenakan
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
peka dengan keadaan klien sebagai seorang
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
1) Ketakutan atau rasa cemas terhadap
perempuan.
satu atau lebih situasi sosial yang
Hubungan klien dengan dua temannya,
memungkinkan adanya penilaian dari
E dan H terlihat berbeda. H cenderung lebih
orang lain.
kuat hubungannya dengan klien dibandingkan
Klien merasa tidak nyaman ketika
E. H adalah teman klien sejak SMP, sehingga
berada di lingkungan yang ramai
klien menganggap hubungannya dengan H
karena
lebih kuat dibandingkan dengan E. Klien
memperhatikan dia
menganggap E masih terlalu baru untuk
merasa
2) Ketakutan
orang-orang
individu
jika
individu
dijadikan teman dekat, meskipun saat di
tersebut memperlihatkan ciri atau
kampus, klien selalu bersama-sama dengan E.
gejala cemas yang akan dievaluasi
Walaupun demikian, hubungan antara klien
secara negatif oleh orang lain.
dengan kedua temannya itu merupakan
Ketika
hubungan yang baik.
dilihat banyak orang (misal, public
Ecomap
yang
klien
buat
begitu
melakukan
speaking,
kegiatan
presentasi)
merasa
dengan orang-orang terdekatnya, seperti dalam
memutuskan
tabel
yang
memegang pensil atau alat tulis lain
suka
agar tidak terlihat gemetar.
menjelaskan
dan
bahwa
kekurangan klien
tidak
Klien
akan
sederhana namun begitulah hubungan klien
kelebihan
tegang.
klien
yang
untuk
biasanya
duduk
dan
melakukan hubungan dengan orang lain. Klien
3) Situasi sosial biasanya dihindari atau
juga merasa tidak begitu membutuhkan relasi
dijalankan dengan ketakutan dan rasa
dengan terlalu banyak orang, karena hal
cemas yang tinggi.
tersebut membuat diri klien semakin tidak
Klien
nyaman. Oleh karena itu, klien tidak memiliki
seperti rumah makan, kantin kampus,
masalah buruk dengan lingkungannya karena
sampai terkadang tidak ingin kuliah.
ia menjauhi lingkungannya agar terhindar dari
4) Rasa
masalah. Berdasarkan
menghindari
takut,
menghindar hasil
asessment
tempat
cemas, tersebut
ramai
dan
rasa
selalu
ada,
biasanya dalam janka waktu 6 bulan
menyangkut fobia sosial yang dialami klien,
atau lebih.
praktikan menggunakan instrumen DSM-V
Kecemasan yang dialami klien sudah
untuk mengidentifikasi kondisi klien. Hasil
terasa sejak awal masuk SMA, yaitu
assestment terhadap klien menunjukkan hal-
sekitar 4 tahun yang lalu.
hal sebagai berikut:
5) Rasa
takut,
menghindar 236
cemas,
dan
menyebabkan
rasa secara
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
klinis, penderitaan yang signifikan atau
fobia sosial. Dari hasil SAF tersebut, klien
lemahnya sosialisasi, berhubungan,
didiagnosis memiliki fobia sosial dengan
atau
menganggap orang lain berpikiran negatif dan
area
penting
lain
dalam
keberfungsian sosial. Terlihat
dari
akan melakukan hal-hal yang tidak baik
genogram
bahwa
terhadap klien. Intervensi yang akan diberikan
hubungan klien tidak terlalu luas
praktikan pada klien adalah memperbaiki
dengan lingkungan sosialnya.
pemikiran klien tentang citra dirinya serta memperbaiki ketakutan
Plan of Treatment (POT) Hasil assessment menunjukkan bahwa
berdasar
klien
terhadap
terhadap
dunia
sosialnya. Dengan demikian, plan of treatment
klien memiliki beberapa permasalahan sebagai
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
berikut:
1) Tujuan: Praktikan membantu untuk
1) Perilaku klien yang menunjukkan rasa takut
tak
pemikiran
untuk
berhubungan
mendorong
klien
agar
mampu
dengan
membuat pikiran alternatif yang positif
lingkungan sosial yang asing dan baru.
terhadap suatu kondisi tertentu, agar
2) Klien merasa tidak nyaman ketika
klien dapat memilah pikiran seperti apa
berhadapan dengan orang banyak dan
yang seharusnya klien gunakan dalam
bingung dalam memulai percakapan
menghadapi permasalahannya.
dengan orang yang baru dikenalnya.
2) Praktikan menjelaskan kegunaan dan
3) Klien merasa tidak suka menjadi pusat
manfaat penggunaan kolom self talk
perhatian orang lain karena takut
positive, yaitu untuk klien dalam
mereka
menghasilkan pikiran alternatif yang
akan
berpikiran
negatif
terhadap dirinya. Berdasarkan
lebih positif untuk menghadapi situasi hasil
assessment,
yang menjadi permasalahan bagi klien
praktikan menyimpulkan masalah inti yang
3) Praktikan berkomunikasi dengan klien
sangat mempengaruhi diri klien saat ini adalah
mengenai proses yang akan dilakukan
klien memiliki kecemasan ketika harus keluar
oleh
rumah untuk kuliah ataupun saat melakukan
permasalahannya
pelatihan lomba debat sebagai kewajiban
menggunakan cognitive restructuring
klien. Dalam referensi DSM-V kondisi yang
form (CRF) guna mengubah kognisi
dialami klien disebut Social Anxiety Disorder
negatif yang sering muncul dalam diri
(SAD) atau fobia sosial. Kemudian praktikan
klien. Praktikan memberikan instruksi
menggunakan Social Anxiety Form (SAF)
langkah-langkah
untuk membuktikan jika klien positif memiliki 237
klien
untuk
mengatasi dengan
pengisian
CRF
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
kepada klien, kemudian klien diminta
3) Teknik intervensi lain yang akan
untuk mengerjakan CRF-nya. 4) Proses
pengisian
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
digunakan
adalah
teknik
deep
cognitive
breathing untuk mengatur napas klien
restructuring form (CRF) dilakukan
ketika mengalami kecemasan dan agar
oleh klien dalam waktu lima minggu
klien merasa lebih rileks sehingga
yang disertai dengan pendampingan
kecemasan
dari praktikan untuk setiap minggunya
menyebabkan reaksi fisiologis.
guna pembahasan dan mengevaluasi
4) Proses
yang
ada
pengisian
tidak
cognitive
kondisi klien di tiap-tiap minggunya.
restructuring form (CRF) dan teknik
Adapun untuk permasalahan klien
olah tubuh deep breathing dilakukan
mengenai perasaan cemas dan perasaan takut
oleh klien dalam waktu lima minggu
menghadapi
dan
kerumunan
ketika
membeli
makan, atau ke tempat umum, praktikan
pelaksanaannya
disesuaikan
dengan kondisi klien.
menyusun plan of treatment sebagai berikut: 1) Tujuan: Agar klien dapat secara bertahap
mampu
kecemasanya
Treatment
menghadapai
Berdasarkan hasil asessment dan plan
berinteraksi
of treatment, maka intervensi yang akan
dalam
dengan lingkungan sosial.
dilakukan praktikan terhadap klien mengenai
2) Dalam kasus ini praktikan bersama
fobia sosial yang dialami klien adalah teknik
klien melakukan pengisian cognitive
rational
therapy
dengan
menggunakan
restructuring form (CRF) selama lima
cognitive restructuring form (CRF).
minggu. Tabel 3. Cognitive Restructing Form (CRF) Treatment minggu ke1
2
Pengalaman Pergi kuliah
Persentase (%) 70%
Pergi ke rumah makan Latihan debat Pergi kuliah
50%
Pergi ke rumah makan Latihan debat
50%
70% 70%
60%
Self Talk Negative
Self Talk Positive
Saya takut akan dipermalukan di kelas Saya tidak suka orang bergerombol
-
Persentase (%) -
-
-
Saya takut dianggap salah/aneh Saya tidak suka dengan teman-teman kelas dan dosen Saya takut orang lain membicarakan saya. Menganggap aneh Saya takut salah di depan orang banyak
-
-
Saya tidak akan berbicara agar tidak ditertawakan lagi Mereka tidak selalu melihat saya
60%
Tidak semua orang berpikir buruk
50%
238
45%
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
3
3
4
5
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
Pergi kuliah
50%
Takut dijelek-jelekkan dosen dan teman teman
Pergi ke rumah makan Latihan debat
50%
Takut dianggap aneh
60%
Takut melakukan kesalahan
Pergi kuliah
50%
Takut dijelek-jelekkan dosen dan teman teman
Pergi ke rumah makan Latihan debat
50%
Takut dianggap aneh
60%
Takut melakukan kesalahan
Pergi kuliah
40%
Pergi ke rumah makan Latihan debat
30%
Cemas memikirkan apa yang terjadi di kelas nanti Cemas terhadap pandangan orang
40%
Akan dilihat banyak orang
Pergi kuliah
30%
Takut dosen dan teman kelas
Pergi ke rumah makan Latihan debat
35%
Takut dilihat orang
40%
Saya takut melakukan kesalahan di depan audience
Tidak akan dipermalukan jika saya sudah tau jawabannya Jika saya berpakaian normal, saya tidak akan terlihat aneh Saya bekerja tim, bila salah teman saya akan membantu Tidak akan dipermalukan jika saya sudah tau jawabannya Jika saya berpakaian normal, saya tidak akan terlihat aneh Saya bekerja tim, bila salah teman saya akan membantu Saya menyiapkan mata kuliah dengan baik
35%
Banyak yang lebih mencolok penampilannya dari saya Audience yang menonton datang untuk mendukung kami Sudah beberapa minggu tidak ada yang melakukan hal buruk, saya akan baik baik saja Orang lain tidak akan mempedulikan bagaimana penampilan saya Audience adalah orang orang yang ramah dan tidak akan menjelekjelekkan saya
25%
25%
40%
35%
25%
40%
30%
35%
20%
20%
25%
Sumber: Praktikum Mikro 2015
Berdasarkan
tabel
Cognitive
mampu membuat pikiran alternatif positif
Restructuing Form (CRF) di atas, terlihat
terhadap kejadian tersebut.
bahwa klien mampu berpikir terbalik denga
Setelah dilakukan intervensi dengan
mengisi form positive dari perilakunya tersebut
menggunakan CRF, klien lebih mampu
sejalan dengan yang klien tuliskan. Di kolom
menerima
pertama, klien tidak mengisi kolom self talk
berpikiran negatif tentang dirinya sendiri.
positif karena persentase kecemasan pada
Klien bisa membedakan mana yang tergolong
kolom ini dijadikan sebagai baseline. Namun
self talk negative dan mengubahnya menjadi
untuk beberapa minggu setelahnya, klien
self talk positive.
239
kondisi
sekitarnya
dan
tidak
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
Intervensi dilakukan dalam waktu dua
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
sedalam-dalamnya
dan
keluarkan
minggu. Ketika klien telah mengerjakan CRF,
sebanyak-banyaknya.
kemudian
klien
untuk duduk dengan badan tegak, kedua
telah
tangan rileks diantara lutut, mata dipejamkan.
dikerjakannya tersebut. Klien mengatakan
Kemudian ambilah nafas pelan-pelan sedalam-
setelah membuat kolom tersebut ia menjadi
dalamnya melalui mulut (mulut jangan dibuka
terbuka
mampu
terlalu lebar), dan rasakan udara menyelinap ke
memikirkan pikiran lain yang lebih positif.
seluruh pelosok alveoli paru-paru. Keluarkan
Karena biasanya klien hanya berpikir dalam
udara pelan-pelan melalui mulut dengan
satu pandangan yang sayangnya merupakan
dibantu oleh otot-otot perut. Rasakan sampai
self-talk negatif. Klien tidak lagi mengambil
seakan-akan paru-paru menjadi kosong udara.
kesimpulan bahwa apa yang terjadi merupakan
Istirahat sebentar, kemudian ulangi prosedur di
kesalahannya atau citra dirinya yang aneh
atas beberapa kali. Deep breathing dilakukan
dimata orang lain dan klien dapat berpikir lebih
untuk menenangan jiwa dan pikiran.
praktikan
mendiskusikan
bersama
hasil
CRF
pikirannya
yang
sehingga
Klien
nafas
diperintahkan
rasional serta tidak mengambil kesimpulan secara tergesa-gesa. Selain
Terminasi
intervensi
dilakukan
Setelah intervensi dan evaluasi terhadap
menggunakan metode CRF akan efektif
klien telah dilakukan, tahapan selanjutnya
apabila minggu selanjutnya dibarengi dengan
adalah terminasi. Terminasi ini dilakukan
intervensi behavioral sesuai dengan plan of
karena telah berakhirnya masa praktikum
treatment.
Intervensi
kedua
mikro dan target minimal dari intervensi ini
mengenai
permasalahan
mengenai
sudah tercapai. Target minimal dari praktikan
perilaku cemas klien yang takut menghadapi
dalam intervensi ini, yaitu klien dapat
kumpulan orang serta tampil di depan orang
mengurangi kecemasan yang biasa dirasakan,
lain. Teknik intervensi yang akan dilakukan
dan mampu mengendalikan diri ketika cemas
dalam
ini
tersebut datang. Juga menghasilkan pikiran
pengendalian kecemasan yaitu olah tubuh dan
alternative yang positif untuk menghilangkan
memperlambat
rasa cemas.
menyelesaikan
gerak
yang
pada
kasus
klien
permasalahan
tubuh
serta
deep
breathing.
Dalam
melakukan
terminasi
ini,
Kemudian selanjutnya merupakan teknik
praktikan menjabarkan hal-hal yang sudah
deep breathing, yaitu latihan pernafasan yang
dilakukan dari awal sampai akhir dilakukannya
dipakai untuk menenangkan orang. Teknik
intervensi. Praktikan pun menjabarkan hasil-
pernafasan ada bermacam-macam. Akan tetapi
hasil yang sudah tercapai saat intervensi
prinsipnya sama saja, yaitu ambil nafas
dilakukan. Pada tahap terminasi klien pun 240
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
merasa bahwa apa-apa yang ia dapatkan sesuai
kecemasan meskipun masih sedikit
dengan apa yang ia harapkan dalam menyikapi
kaku untuk dilakukan. Ia mengaku
berbagai persoalan.
masih harus banyak latihan dalam teknik tersebut. 3) Tujuan dari intervensi telah tercapai,
Evaluasi Evaluasi dilaksanakan setelah proses
klien mampu mengurangi kecemasan
treatment selesai dilakukan. Dalam proses
terhadap lingkungan sosialnya. Namun
evaluasi ada beberapa kriteria yang dilakukan
disamping itu perlu latihan dalam
untuk menilai apakah proses pendampingan
menggunakan
telah berjalan dengan sesuai dengan rencana.
kecemasan karena kondisi real tidak
teknik
pengendalian
1) Dalam proses pendampingan ini klien
sama dengan latihan, perlu improvisasi
mengatakan ada banyak manfaat yang
dan kesabaran dari klien untuk benar-
ia rasakan. Pertama klien mempunyai
benar mengendalikan kecemasannya
teman untuk bercerita apa saja tentang
tersebut.
masalahnya, ia mengakui bahwa fobia sosial ini baru pertama kali diceritakan kepada
orang
lain
yaitu
3. Simpulan dan Saran (Conclusion and
kepada
Suggestion)
praktikan. Kemudian pendampingan ini
membantu
klien
keluar
Tahapan dalam praktikum ini telah
dari
dilaksanakan dari mulai kontak awal sampai
kecemasannya. Hal tersebut diakui
dengan
oleh klien. Secara jujur bahwa sejak
praktikan intervensi memiliki kondisi fobia
pertama kali pendampingan ini dimulai
sosial yang menjadi fokus dalam proses
telah terjadi perubahan dalam diri. Ia
intervensi dalam proses praktikum ini.
lebih mampu mengontrol diri dan
1) Takut
pikiran. Dulunya klien tidak mau
lebih
berani
Klien
menghadapai
yang
lingkungan
2) Merasa tidak mampu mengontrol rasa
bisa menjawab dan kini ia mengatakan mulai
terminasi.
sosialnya
mengatakan pendapatnya walaupun
sudah
tahapan
cemas
untuk
3) Serta
merasa
orang
lain
akan
memasukkan diri kedalam kondisi
mengevaluasi dirinya
sosial.
Dari persoalan di atas praktikan
2) Klien
mengatakan
bahwa
dalam
bersama klien berusaha mengatasi persoalan
pendampingan ini, teknik pengendalian
yang
kecemasan dengan deep breathing
menggunakan metode intervensi rational
banyak
therapy dengan cognitive restructuring (CR)
membantu
menghadapi 241
dirasa
mengganggu
klien
dengan
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)
HALAMAN: 154 - 272
untuk kasus kedua pengendalian kecemasan
yang
berupa teknik deep breathing digunakan untuk
disarankan melakukan pendampingan
meminamilisir reaksi panik dan cemas. Teknik
yang lebih lanjut apabila memang
latihan yang digunkan yaitu mengatur cara
dibutuhkan oleh klien.
bernapas, untuk merasakan pernapasan yang normal
dan
tidak
terburu-buru,
3) Klien
artinya
mengungkapkan
kendala apabila muncul kembali rasa
1) Klien sedikit demi sedikit mulai bisa
cemas
pemikiran-pemikiran
negatif dan interpretasi buruk terhadap sendiri Klien
atau
UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan
mampu
Dalam kesempatan ini penulis ingin
berpikir
menyampaikan ucapan terimakasih kepada
secara positif atas suatu kejadian. 2) Klien
disarankan
sehingga
mampu membantu klien menghadapi
dengan menggunakan metode di atas adalah:
sosialnya.
rata-rata
tua atau keluarga agar pihak luar
Dapat disimpulkan hasil dari intervensi
dirinya
atas
kendala yang dihadapi kepada orang
mengurangi kecemasan
mengurangi
di
mampu
membuat
pihak
pikiran
yang
telah
memberikan
bantuan,
dorongan, serta bimbingan sehingga penulis
alternative yang lebih positif untuk
dapat
menghadapi suatu kondisi.
praktikum mikro ini. Penulis menyampaikan
3) Klien
mampu
secara
bertahap
menyelesaikan
penulisan
laporan
terima kasih setulus-tulusnya kepada:
mengendalikan kecemasannya.
1) Allah SWT karena atas rahmat-Mu penulis
Berdasarkan kepada hasil yang telah
masih diberi kesehatan baik lahir maupun
dicapai pada praktikum ini, praktikan mencoba
batin, sehingga Laporan Praktikum Mikro
memberikan saran kepada klien sebagai
ini dapat terselesaikan dengan baik.
berikut: 1) Klien
2) Bapak Budi Muhammad Taftazani, S.Sos., mampu
MPSSp., selaku koordinator praktikum ini.
mempertahankan self talk positive dan
3) Tim Dosen Praktikum Mikro yang telah
bisa
diharapkan
mempertahankan
perubahan
membimbing saya.
dalam mengontrol emosinya agar
4) Ibu Meilanny Budiarti Santoso, S.Sos.,
dalam menghadapi suatu masalah
SH., M.Si selaku supervisor yang telah
dapat melihat lebih positif.
banyak
2) Klien disarankan untuk melakukan
membantu
dalam
bimbingan
selama proses praktikum berlangsung.
terapi kepada psikolog professional
Demikian laporan praktikum mikro ini
untuk menangani kondisi klien, karena
disusun, akhir kata penulis berharap laporan ini
klien didiagnosa memiliki fobia sosial 242
SHARE: SOCIAL WORK JURNAL
VOLUME: 6
NOMOR: 2
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Alladin, Assen. 2015. Integrative CBT for Anxiety Disorders. John Wiley & Sons Brandell R Jerrold. 2010. Theory&Practice In Clinical Social Work: Sage Publishing Carleton R.N., McCreary D.R., Norton P.J., & Asmundson, G.G. 2006. Brief Fear of Negative Evaluation scale revised. Depression and Anxiety. Davison Gerald, C. John M.neale. Aann M Kring. 2012. Psikologi abnormal cetakan ke 9. Jakarta: Rajwali pers diterjemahkan oleh Noermalasari fajar Gerald Corey. 2009. Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama Geldard, Kathryn dan Geldard, David. 2011. Keterampilan Praktik Konseling. ogyakarta : PUSTAKA PELAJAR. Hofmann, Stefan G., Otto, Michael W. 2008. Cognitive Behavioral Therapy for Social nxiety Disorder. New York: Taylor & Francis Group Felgoise, Stephanie., Nezu, Arthur M., Nezu, Christine M.., Reinecke, Mark A. 2006. Encyclopedia of Cognitive Behavior Therapy. Springer Science & Business Media Kearney, Christopher A. 2005. Social Anxiety Disorder and Social Phobia. U.S: Business Media, Inc Taftazani, Budi, M., 2013, Bahan Mata Kuliah Social Case Work. Wibhawa, Budhi, Raharjo, Santoso T. dan B., Meilanny, 2010, Dasar-dasar Pekerjaan. Sosial, Bandung: Widya Padjadjaran.
243
HALAMAN: 154 - 272
ISSN:2339 -0042 (p) ISSN: 2528-1577 (e)