perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MONOGRAFI TANAMAN JERUK KEPROK TAWANGMANGU
(Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) DI KECAMATAN TAWANGMANGU, KABUPATEN KARANGANYAR PADA TAHUN 2012
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh Alfatika Permatasari M0408039
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/ atau dicabut.
Surakarta,
Juli 2012
Alfatika Permatasari NIM. M0408039
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2012
Alfatika Permatasari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
ABSTRAK Jeruk keprok tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) merupakan salah satu varietas unggul lokal yang berasal dari wilayah Tawangmangu, namun populasinya semakin menyusut dikarenakan beberapa faktor, antara lain: hama dan penyakit tanaman, campur tangan manusia, dan faktor lingkungan. Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu belum diketahui secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk membuat monografi dan mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan populasi dan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Pendataan tanaman jeruk keprok tawangmangu dilakukan dengan metode sensus. Faktor lingkungan yang diukur antara lain: faktor klimatik, geografis, edafik, dan biotik. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif, sedangkan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu dianalisis korelasi Pearson dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok tanaman jeruk keprok tawangmangu yaitu tanaman induk dan tanaman baru. Populasi tanaman induk cenderung lebih rendah, diameter batang, dan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan tanaman baru. Tanaman induk tersebar di wilayah dengan elevasi tinggi terutama di Gondosuli dan Kalisoro, sedangkan tanaman baru cenderung tersebar di wilayah dengan elevasi rendah terutama di Nglebak dan Tawangmangu. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan intensitas cahaya, kelembapan udara, kelembapan tanah, dan K2O tertukar. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu udara, intensitas cahaya, kecepatan angin, suhu tanah, C-organik, dan bahan organik. Kata kunci: monografi, jeruk keprok tawangmangu, varietas unggul lokal, Tawangmangu
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Monograph of Tawangmangu Tangerine Plants (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) in Subdistrict Tawangmangu, District Karanganyar in 2012
Alfatika Permatasari Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science, Sebelas Maret University of Surakarta ABSTRACT Tawangmangu tangerine (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) is one of local prime varieties in Tawangmangu, yet its population has decreased due to some factors, i. e : pest and plant dissease, human interference, and environment. Monograph of tawangmangu tangerine plants has not been identified certainly. The objective of this research were to arrange a monograph and the relationships between environment factors with population and production of tawangmangu tangerine. The research conducted by observation and interview methods. Calculation of tawangmangu tangerine population was conducted by census method. The datas analyzed by descriptively and quantitatively. The relationship between environment factors and population as well as production of tawangmangu tangerine plants were analyzed by Pearson correlation by using SPSS software. Results showed that there was a two groups of tawangmangu tangerine, prime and the new one. There was a decreasing of tawangmangu tangerine production compared with its production in 2000. Tawangmangu tangerine plants tend to distribute in clumped. Highest population of the new tawangmangu tangerine plants was at Nglebak village (low elevation), while the prime tawangmangu tangerine plants was at Blumbang village (high elevation). Population of tawangmangu tangerine plants has a tight correlation to sunlight intensity, air humidity, soil humidity, and K2O exchanged respectively. Production of tawangmangu tangerine has tight correlation to air temperature, sunlight intensity, wind speed, soil temperature, organic-C, and organic compound respectively. Key words: monograph, tawangmangu tangerine, local prime varieties, Tawangmangu.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an ialah seperti buah jeruk, manis rasanya dan harum aromanya (H.R Bukhori 5/9 dan Muslim 797) Bukanlah kesulitan yang membuat kita takut, tetapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah menyerah dan jangan pernah menyerah mencoba. Maka jangan katakan pada Allah, aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah, aku punya Allah yang Maha Segalanya (Ali Bin Abi Tholib RA) -DKRH HIMABIO 2012Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison) Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada, kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon (R-lien Arindro) Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kami berharap (Qs. Al-Insyroh: 6-8)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk: Mami dan Papi tercinta, Terimakasih atas perhatian, cinta, kasih sayang, semangat, doa dan restumu yang selalu menenangkan, menyejukkan, dan menguatkanku dalam segala hal. Adik-adikku tersayang Keluarga besar KRHT. Soedarmanto Sindoediprodjo Keluarga besar KRT. Djito Padmo Hartono Terima kasih atas kasih sayang, dukungan, perhatian, semangat, dan doa kepada Allah SWT yang telah menjadi sumber inspirasi, kekuatan, dan keberhasilanku. Almamaterku tercinta commit to user
viii
Universitas Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi dengan berjudul: ”Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar pada Tahun 2012” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc(Hons)., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penelitian untuk keperluan skripsi. Dr. Agung Budiharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan saran-saran dalam penelitian. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Drs. Marsusi, M.S., Ph.D., selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Dr. Sunarto, M.S., selaku penguji I yang telah memberikan saran-saran yang positif pada penyusunan skripsi ini. Dr. Ari Susilowati, M.Si., selaku penguji II yang telah memberikan saransaran yang positif pada penyusunan skripsi ini. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar beserta jajarannya, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar. Camat Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar beserta jajarannya, terimakasih
atas
dukungan
dan
kerjasamanya
sehingga
penulis
dapat
melaksanakan penelitian dengan lancar. Ketua Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta jajarannya, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar. Ketua Laboratorium Pusat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta jajarannya, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ketua Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta jajarannya, terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar. Ria, Nessya, Dik Bowo, Fina, Yani, Nat, Putri, Odisse, Evita, dan rekanrekan mahasiswa Biologi semua angkatan yang telah memberikan bantuan, semangat, perhatian dan doanya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan sangat membantu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihakpihak terkait.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN........................................................ ............... iv ABSTRAK ......................................................................................................... v ABSTRACT....................................................................................................... vi MOTTO.............................................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... viii KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix DAFTAR ISI...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xvii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 4 BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 5 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5 1. Jeruk Keprok Tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu.) .............................. 5 2. Persyaratan Lingkungan Tumbuh Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu ................................................... 7 3. Produksi Buah Jeruk Keprok Tawangmangu .......................... 12 4. Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu ................ 12 commit to user B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 14
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 16 A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 16 B. Alat dan Bahan ............................................................................... 16 C. Rancangan Penelitian .................................................................... 17 D. Prosedur Kerja Penelitian .............................................................. 19 E. Analisis Data ................................................................................... 26 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 27 A. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................ 27 B. Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu ................. 29 C. Deskripsi Sistem Budidaya Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu ................................................................................. 33 D. Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu .............................................................................. 39 E. Kondisi Faktor Lingkungan di Kecamatan Tawangmangu dan Hubungannya dengan Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu ................................................................................ 44 BAB V. PENUTUP ........................................................................................... 63 A. Kesimpulan ..................................................................................... 63 B. Saran ................................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64 LAMPIRAN....................................................................................................... 69 RIWAYAT HIDUP PENULIS ......................................................................... 93
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Produksi Jeruk Keprok tawangmangu di Enam Kelurahan yang Ada di Kecamatan tawangmangu .....................................................
12
Tabel 2. Luas Wilayah, Curah Hujan, dan Parameter Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu ...................................................................................
28
Tabel 3. Ringkasan Hasil Wawancara dengan 70 Petani Responden
Tentang
Budidaya
Tanaman
Jeruk
Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu ....................
34
Tabel 4. Perbedaan Karakter Morfologi Tanaman Induk dan Tanaman Baru Jeruk Keprok Tawangmangu ...................................................
35
Tabel 5. Kondisi Faktor Lingkungan di Kecamatan Tawangmangu ............
44
Tabel 6. Hubungan
antara
Faktor
Lingkungan
di
Kecamatan
Tawangmangu dengan Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu ................................................................................
commit to user
xiv
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Gambar 2.
Fisiognomi Tanaman Induk dan Buah Jeruk Keprok Tawangmangu ..............................................................................
6
Bagan Kerangka Pemikiran ........................................................
15
Gambar 3. Populasi Tanaman jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu .............................................................................. Gambar 4.
Kepadatan Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu ...........................................................
Gambar 5.
Monografi
Tanaman
Jeruk
Keprok
Monografi
Tanaman
Jeruk
Keprok
Tanaman
Jeruk
Keprok
xv
42
Tawangmangu
Berdasarkan Diameter Tanaman..................................................
commit to user
41
Tawangmangu
Berdasarkan Tinggi Tanaman ...................................................... Gambar 10. Monografi
36
Tawangmangu
Berdasarkan Umur Tanaman ...................................................... Gambar 9.
33
Perbedaan Karakter Morfologi Tanaman Induk dan Tanaman Baru Jeruk Keprok Tawangmangu . ............................................
Gambar 8.
32
Produktivitas Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu ...........................................................
Gambar 7.
31
Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu ..............................................................................
Gambar 6.
30
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indosnesia tentang Pelepasan Jeruk Keprok Tawangmangu Sebagai Varietas Unggul ....................................................................................... 69
Lampiran 2.
Lembar Kuisioner ...................................................................... 71
Lampiran 3.
Dokumentasi Penelitian ........................................................... 73
Lampiran 4.
Cara Kerja Analisis Sifat Kimia Sampel Tanah di Kecamatan Tawangmangu Tabulasi Hasil Pengukuran ......... 75
Faktor Lingkungan ............................................................................................. 75 Lampiran 5.
Tabulasi Hasil Pengukuran dan Pengamatan Karakter Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu ................................... 78
Lampiran 6
Identitas Petani Jeruk Keprok Tawangmangu ....................... 81
Lampiran 7.
Tabulasi Hasil Pengukuran Faktor Lingkungan .................... 83
Lampiran 8.
Analisis Hubungan antara Faktor Lingkungan di Kecamatan Tawangmangu dengan Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu .......................................................................
Lampiran 9.
86
Analisis Kimia Tanah di Kecamatan Tawangmangu ............. 92
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN Singkatan
Kepanjangan
m cm mm mg g kg
meter centimeter milimeter miligram gram kilogram derajat derajat celcius persen meter di atas permukaan air laut mililiter nanometer part per milion miliekuivalen diameter at breast height carbon/karbon bahan organik nitrogen phospor/fosfor calium/kalium lithium cloride aluminium ferro/besi calsium/kalsium waktu indonesia barat hektare meter persegi
o o
C % m dpl ml nm ppm me dbh C BO N P K LiCl Al Fe Ca WIB ha m2
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Jeruk merupakan komoditas buah terpenting ketiga di Indonesia setelah pisang dan mangga (Badan Litbang Pertanian, 2010). Perkembangan tanaman jeruk pada tahun 1970-an mengalami era keemasan, sehingga saat itu Indonesia merupakan negara pengekspor jeruk terbesar kedua di Association of South East Asian Nations (ASEAN) setelah Malaysia, dengan volume ekspor 97.000 ton dari pangsa impor ASEAN (Ramelan, 1983). Kondisi tersebut bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Kebutuhan buah jeruk nasional semakin meningkat, sedangkan produksi nasional semakin menurun. Oleh karena itu, kebutuhan dipenuhi dengan cara mengimpor. Saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor sebesar 94.696 ton pada tahun 2005 (Badan Litbang Pertanian, 2010). Keadaan tersebut sangat disayangkan, mengingat Indonesia sebenarnya memiliki varietas-varietas tanaman jeruk unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jeruk keprok tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) termasuk varietas unggul lokal yang berasal dari daerah Tawangmangu (Rukmana, 1999). Varietas jeruk ini unggul dalam hal produksi dan memiliki ciri khas yang berbeda dengan jeruk keprok umumnya, yaitu bagian pangkal buah meruncing, memiliki rasa yang manis, dan aroma yang khas. Berdasarkan keunggulan-
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
keunggulan yang dimiliki tersebut, pada tanggal 15 September 2003 Menteri Pertanian mengeluarkan surat keputusan yang berisi pelepasan jeruk keprok tawangmangu sebagai varietas unggul dapat dilihat pada lampiran 1. Varietas jeruk keprok ini perlu dipertahankan sekaligus dikembangkan untuk mencukupi pemenuhan kebutuhan jeruk nasional. Usaha
pengembangan tanaman
jeruk keprok tawangmangu
sangat
diperlukan mengingat populasi tanaman ini semakin menyusut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penebangan tanaman jeruk keprok karena umur tanaman yang
sudah
terlalu
tua,
sehingga
menyebabkan
petani
cenderung
ingin
menggantikannya dengan tanaman lain yang lebih produktif. Kedua, pembangunan villa dan perumahan pada lahan-lahan yang semula merupakan lahan pertanian tanaman jeruk keprok tawangmangu. Ketiga, karena adanya penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) yang disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiatica yang menyerang tanaman jeruk keprok tawangmangu, sehingga populasinya menurun drastis (Wahyuningsih, 2009). Hal ini disebabkan karena tanaman jeruk sangat peka terhadap berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh patogen sistemik utamanya CVPD (Muhammad et al., 2003). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan petani sekitar Tawangmangu pada tahun 2008, didapati bahwa masih terdapat beberapa tanaman jeruk keprok tawangmangu yang bertahan. Berdasarkan ciri-cirinya, varietas tanaman jeruk keprok ini berbeda dengan varietas tanaman jeruk keprok yang baru ditanam kemudian. Untuk membedakannya, kelompok jeruk keprok yang memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
pangkal buah meruncing disebut sebagai tanaman induk, sedangkan jeruk keprok yang tidak memiliki pangkal buah meruncing disebut tanaman baru. Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Berpijak dari kenyataan ini, disadari perlu adanya upaya konservasi tanaman jeruk keprok tawangmangu untuk memperkaya koleksi plasma nutfah dan mendapatkan sifat-sifat unggul yang terdapat pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi tanaman, penggambaran peta monografi, dan kajian hubungan antara faktor lingkungan dengan beberapa karakter tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012? 2. Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dengan populasi dan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
C. Tujuan Penelitian 1. Membuat monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012. 2. Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan populasi dan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai data tentang monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012. 2. Sebagai informasi mengenai hubungan faktor lingkungan dengan populasi dan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Jeruk Keprok Tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu.) a. Klasifikasi Klasifikasi jeruk keprok tawangmangu menurut Van Steenis (1975) adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Rutales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Spesies : Citrus nobilis Lour. Varietas : Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu. b. Deskripsi Morfologi Tanaman jeruk keprok merupakan pohon dengan tinggi 2-8 m dapat dilihat pada gambar 1a. Batang dan rantingnya tidak berduri. Daunnya berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau muda pada permukaan bawah. Tangkai daun tidak bersayap dengan panjang 0,5-1,5 cm dan lebar 1-1,5 mm. Helaian daun berbentuk oval dengan ujung tumpul. Bunganya berkelamin dua dengan diameter 1,5-2,5 cm dan berdaun mahkota putih. Buahnya berbentuk seperti bola dengan diameter 5-8 cm, tebal kulit 0,2-0,3 cm, dan daging buah berwarna orange (Van Steenis, 1975). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
3 4 2
1
a
b
Gambar 1. Fisiognomi tanaman jeruk keprok tawangmangu a. Tanaman jeruk keprok tawangmangu 1. Batang 2. Ranting 3. Daun, b. Buah jeruk keprok dilihat dari atas 4. Bagian pangkal buah meruncing sebagai ciri khas buah dari jeruk keprok tawangmangu (Dokumentasi Pribadi, 2011).
Tanaman jeruk keprok tawangmangu mulai berbuah pada umur 3 tahun. Produktivitasnya mencapai titik optimal setelah berumur 4-8 tahun. Jeruk keprok tawangmangu memiliki rasa dan aroma yang khas. Buahnya berukuran cukup besar dengan diameter 5-6,5 cm dan bobot 55-60 g. Bagian pangkal buah meruncing sebagai ciri khasnya dapat dilihat pada gambar 1b. Permukaan kulit buahnya halus dan setelah matang warnanya hijau kekuningan hingga orange. Daging buahnya memiliki permukaan yang tidak rata dan berair banyak (Dinas Pertanian
Tanaman
Pangan,
Perkebunan,
Karanganyar, 2000).
commit to user
dan
Kehutanan,
kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
c. Manfaat Buah jeruk dapat disajikan dalam bentuk obat herbal, jus, dan asinan (Bibalani and Sayadmahaleh, 2011). Mengonsumsi buah dan jus jeruk dapat melindungi tubuh terhadap serangan kanker (Mathur et al., 2011), membantu sistem
pertahanan
tubuh,
dan
membantu
memerangi
infeksi
virus
(Wirakusumah, 2002). Selain itu, buah maupun kulit buah jeruk keprok juga bermanfaat sebagai antioksidan dan sumber vitamin C (Ramful et al., 2011; Chaiwong and Theppakorn, 2010; Oboh et al., 2011).
2. Persyaratan Lingkungan Tumbuh Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu Syafei (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor lingkungan seperti klimatik, edafik, geografis, dan biotik antara satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan menentukan kehadiran suatu jenis tumbuhan di daerah tertentu. a. Faktor Klimatik (Kondisi Iklim) Kondisi
iklim
merupakan
salah
satu
faktor
dominan
yang
mempengaruhi distribusi tumbuhan (Parikesit, 1994). Kondisi iklim yang berpengaruh terhadap distribusi tumbuhan, antara lain: suhu, intensitas cahaya, kelembapan udara, curah hujan, dan kecepatan angin (Kurniawan and Parikesit, 2008). Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Apriyana et al. (2011) menunjukkan bahwa jeruk keprok tawangmangu dengan kualitas yang baik menghendaki suhu sekitar 19°C pada saat pembungaan dan suhu yang lebih tinggi serta stabil sekitar 22-23 °C saat memasuki fase pembentukan buah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
sampai dengan pematangan buah. Tanaman jeruk keprok membutuhkan penyinaran matahari antara 50-60 %. Apabila tanaman tersebut ternaungi maka akan berkurang produktivitasnya (Ling et al., 2008). Air sebagai komponen semua jaringan tanaman. Sumber air dapat berasal dari curah hujan apabila tidak ada irigasi. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman jeruk keprok adalah 2.000-3.000 mm/tahun dan kelembapan udara yang ideal adalah 70-80 %. Tanaman jeruk di daerah dengan kelembapan tinggi buahnya tetap berwarna hijau meskipun sudah masak (Setiawan and Sunarjono, 2004). Mahkota bunga dan buah jeruk keprok akan rontok apabila ditanam di wilayah yang memiliki kecepatan angin lebih dari 40-48 km/jam. Pada wilayah yang memiliki kecepatan angin terlalu tinggi diperlukan tanaman penahan angin yang ditanam berderet secara tegak lurus dengan arah angin agar mahkota bunga dan buah jeruk keprok tidak rontok (Efendi, 2009). b. Faktor Edafik (Kondisi Tanah) Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tumbuhan. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh terhadap distribusi tumbuhan adalah kesuburan. Parameter kesuburan tanah, antara lain: kandungan bahan organik, unsur hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori tanah (Munishi et al., 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Bahan organik (BO) merupakan salah satu komponen tanah yang sangat penting. BO tanah merupakan sumber pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. BO tanah merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia maupun biologi. Apabila tidak ada masukan BO ke dalam tanah akan terjadi masalah pencucian sekaligus keterlambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi BO yang masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan C-organik tanah semakin berkurang (Ahmad, 2003). Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman membutuhkan hara essensial selain radiasi cahaya matahari, air, dan CO2. Unsur hara essensial nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S) adalah nutrisi yang berperan penting sebagai feed bagi tanaman. Ketersediaan masing-masing unsur tersebut di dalam tanah berbeda antar tanaman (Suwandi, 2009). Tanaman jeruk keprok tumbuh subur di tanah yang berasal dari endapan yang subur, gembur, cukup humus, tidak mengandung salinitas tinggi, dapat mengikat dan menyerap air. Tanaman ini apabila berada pada tanah yang cukup bahan organik sampai lapisan dalam lebih dari 50 cm, pertumbuhannya akan lebih cepat dan lebih baik (Sarwono, 1993). Pertumbuhan tanaman jeruk keprok lebih cocok pada pH tanah antara 5,5-7 yaitu bersifat netral. Hasil pertumbuhan optimal dapat diperoleh pada pH 6 (Simatupang, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c. Faktor Geografis Faktor geografis yang berkaitan dengan distribusi tumbuhan, antara lain: posisi koordinat derajat lintang (latitude), derajat bujur (longitude), dan faktor fisiografis yang meliputi: ketinggian tempat (altitude), kemiringan lereng (slope), dan arah lereng (aspect). Berdasarkan gejala gradien termometrik, suhu udara akan mengalami penurunan sekitar 0,5-0,6 oC setiap wilayah naik 100 meter di atas permukaan air laut (m dpl). Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap distribusi tumbuhan,
sebab tumbuhan memiliki
keterbatasan daya adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya (Dolezal and Srutek, 2002). Tanaman jeruk keprok yang berada pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl dengan kemiringan 30-40 %, memiliki kualitas internal yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman jeruk keprok yang berada pada ketinggian di bawah 1.000 m dpl (Giyanti, 2001). Tanaman jeruk keprok terdistribusi di daerah tropis yang terletak antara 20-40 oLU dan 20-40 oLS. Tanaman jeruk keprok yang hidup di daerah pegunungan mempunyai aroma yang khas, warna lebih cerah, dan lebih banyak mengandung gula jika dibandingkan dengan tanaman yang berada pada ketinggian lebih rendah untuk varietas yang sama (Sarwono, 1993). d. Faktor Biotik Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan yang mencapai klimaks dan mampu hidup di daerah tersebut. Kegiatan anggota komunitas tergantung penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor fisik dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
biotik yang ada di daerah tersebut. Tumbuhan yang hidup secara alami di suatu wilayah, akan membentuk suatu kumpulan. Kumpulan ini di dalamnya terdapat asosiasi dan interaksi, sehingga terbentuk suatu keterpaduan (Djufri, 2002). Pertumbuhan dan produktivitas tanaman jeruk keprok akan lebih optimal apabila diberi jarak tanam sekitar 6x6 m dan tanah di sekitarnya digemburkan serta diberi tanaman penutup tanah (cover crop). Jenis cover crop, antara lain: Centrocema pubescens, Mimosa invisa, Crotalaria juncea, dan Tahuneprosia vogelli. Cover crop bermanfaat sebagai pupuk hijau yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman jeruk 2-4 kali lipat (AAK, 1994). Dalam suatu komunitas dapat pula terjadi interaksi yang merugikan. Adanya serangan hama dan penyakit tumbuhan serta perilaku manusia yang sifatnya mengubah tatanan lahan dapat mempengaruhi distribusi tumbuhan. Jenis hama yang umumnya menyerang tanaman jeruk, yaitu: kutu loncat (Diaphorina citri), kutu daun (Aphis gossypii), dan ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella). Jenis penyakit yang umumnya menyerang tanaman jeruk yaitu: CVPD, tristeza, woody gall, blendok, dan kanker (Ismail, 2009). Faktor biotik terpenting lainnya yang terkait dengan kehidupan tanaman budidaya adalah faktor manusia (antropogenik). Manusia berusaha mengolah dan memanfaatkan lingkungan hidup di sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun terkadang dapat merusak kelestarian alam. Dalam waktu yang relatif singkat manusia mampu mengubah lahan-lahan pertanian menjadi perumahan. Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat terhadap kestabilan ekosistem yang secara alami telah terjalin dalam jangka waktu yang lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3. Produksi Buah Jeruk Keprok Tawangmangu Kecamatan Tawangmangu merupakan sentra produksi buah jeruk keprok tawangmangu yang mencapai angka produksi tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya di kabupaten Karanganyar. kecamatan Tawangmangu memiliki 7 desa yaitu: Bandardawung, Gondosuli, Karanglo, Nglebak, Plumbon, Sepanjang, Tengklik, dan 3 kelurahan yaitu: Blumbang, Kalisoro, serta Tawangmangu. Produksi rata-rata jeruk keprok tawangmangu di enam kelurahan pada tahun 2000 sebesar 101 kwintal. Produksi tertinggi yaitu kelurahan Kalisoro 235 kwintal, sedangkan produksi terendah yaitu kelurahan Sepanjang 22 kwintal disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Produksi jeruk keprok tawangmangu di enam kelurahan yang ada di kecamatan Tawangmangu No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelurahan Produksi (kwintal) Kalisoro 235 Tengklik 160 Mblumbang 132 Tawangmangu 34 Nglebak 28 Sepanjang 22 Jumlah 611 Sumber : Dinas pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan, kabupaten Karanganyar, 2000.
4. Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu Fitogeografi merupakan kajian yang mempelajari sebaran tumbuhan di bumi pada masa lalu dan saat ini. Kajian distribusi tumbuhan dapat dilakukan menurut jenis-jenisnya secara terpisah maupun keseluruhan yang terdapat secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
luas maupun terbatas pada daerah tertentu. Penggambaran pola distribusi tumbuhan pada suatu wilayah disebut monografi (Maarel, 2005). Dalam hal ini yang dimaksud
monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu adalah
penggambaran pola distribusi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu,
kabupaten
Karanganyar
beserta
karakter-karakter
yang
dimilikinya. Dasar-dasar yang diperlukan untuk membuat monografi suatu tanaman, antara lain: total populasi, kepadatan, produksi (di dalamnya mencakup umur tanaman, tinggi tanaman, diameter batang tanaman), dan produktivitas tanaman. Selain itu, peta wilayah penelitian juga diperlukan untuk membuat peta monografi. Peta tersebut bermanfaat sebagai tempat untuk menggambarkan keberadaan tanaman yang diteliti, sehingga monografi tanaman tersebut dapat digambarkan dengan jelas. Distribusi tumbuhan di alam dapat dibedakan menjadi tiga pola dasar yaitu acak, teratur, dan mengelompok. Pola distribusi secara mengelompok merupakan pola distribusi tumbuhan yang paling umum terjadi di alam (Sambas et al., 2011) dan hanya sedikit yang populasinya berdistribusi dalam pola teratur (Krebs, 2002). Menurut konsep dinamika fitogeografi, faktor-faktor yang mempengaruhi pola dasar distribusi tumbuhan, yaitu: kondisi habitat, respon tumbuhan, sifat adaptasi, migrasi, dan kelangsungan hidup yang sebagian besar tergantung pada sifat proses evolusi dan kemampuan bermigrasi (Weis, 1963).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Tanaman jeruk keprok tawangmangu merupakan tanaman lokal yang distribusinya relatif sempit, hanya ada di daerah Tawangmangu dan sekitarnya (Wisnuanto, 2008). Akan tetapi, ada informasi bahwa tanaman jeruk keprok tawangmangu telah berhasil dikembangkan di daerah Magetan, Jawa Timur meskipun kualitas produk buahnya berbeda (Pamuji, Komunikasi Pribadi, 2012).
B. Kerangka Pemikiran Jeruk keprok tawangmangu merupakan salah satu varietas unggul lokal yang berasal dari daerah Tawangmangu, namun populasinya semakin menyusut dikarenakan beberapa faktor, antara lain: hama dan penyakit tanaman, antropogenik (campur tangan manusia), dan faktor lingkungan lainnya. Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Penelitian ini dilakukan untuk membuat monografi dan mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dengan populasi dan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Faktor lingkungan yang diukur, antara lain: biotik (karakter tanaman, hama dan penyakit tanaman), abiotik yang mencakup kondisi klimatik (suhu udara, intensitas cahaya, kelembapan udara, kecepatan angin), geografis (latitide, longitude, altitude,slope, aspect), dan edafik (suhu tanah, pH tanah, kelembapan tanah, Corganik, BO, N, P2O5 tersedia, K2O tertukar). Hasil pengamatan yang mendukung penggambaran monografi dianalisis kemudian dibuat monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Secara sistematis, bagan kerangka pemikiran dirumuskan pada gambar 2. Jeruk keprok tawangmangu Populasi semakin menyusut Hama dan penyakit
Antropogenik
Faktor lingkungan
Evaluasi
Inventarisasi tanaman Peta distribusi tanaman
Faktor lingkungan : · Biotik Karakter tanaman, hama dan penyakit tanaman · Klimatik Suhu udara, intensitas cahaya, kelembapan udara, kecepatan angin · Geografis Latitide, longitude, altitude, slope, aspect · Edafik Suhu tanah, pH tanah, kelembapan tanah, C-organik, BO, N, P2O5 tersedia, K2O tertukar
Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar pada tahun 2012 Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2012 yaitu observasi tanaman jeruk keprok tawangmangu yang meliputi inventarisasi tanaman, pengamatan ciri karakter tanaman, pengambilan sampel tanah, pengukuran faktor lingkungan, dan penggambaran monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu, kabupaten Karanganyar. Analisis sifat kimia sampel tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Alat-alat yang digunakan dalam observasi di lapangan, antara lain: termometer-higrometer, lux meter, anemometer, garmin Global Positioning System (GPS), termometer tanah, pH meter, soil tester, hagameter, roll meter, penggaris, dan kamera digital. Alat-alat yang digunakan untuk analisis sifat kimia tanah, antara lain: analisis C-organik dan BO (labu takar 50 ml, erlenmeyer 50 ml, gelas ukur 25 ml, botol semprot, dan buret 50 ml), analisis N total (tabung Kjeldhal, destruktor, destilator, labu godok atau tabung destilasi, erlenmeyer 50 ml, gelas ukur, dan buret), analisis P2O5 tersedia (erlenmeyer 50 ml, gelas beker
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
50 ml, gelas ukur 10 ml, pipet ukur 2 ml, spectrophotometer panjang gelombang 660 nm, dan tabung reaksi), analisis K2O tertukar (erlenmeyer 100 ml, gelas ukur 25 ml, pipet tetes, gelas beker 100 ml, dan flamephotometer). 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman induk dan tanaman baru jeruk keprok tawangmangu (Citrus nobilis Lour. var Tawangmangu) serta sampel tanah. Untuk analisis C-organik dan BO (H2 SO4 pekat, K2Cr2O7 1 N, H3PO4 pekat, indikator DPA, dan FeSO4 0,5 N), analisis N (H2 SO4 pekat, campuran garam K2 SO4 dan CuSO4 (20:1), NaOH 45%, H2 SO4 0,1 N, indikator MR, NaOH 0,1 N, dan butir Zn), analisis P2 O5 tersedia (larutan Bray I, (NH4)6Mo7O24, SnCl, larutan standar 10 ppm, akuades, dan kertas saring), analisis K2 O tertukar (CH3COONH4 1 N dan LiCl).
C. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: 1. Wawancara Metode wawancara dengan menggunakan kuisioner digunakan untuk mengetahui perkiraan umur tanaman, perkiraan produksi, dan sistem budidaya tanaman jeruk keprok tawangmangu. Lembar kuisioner dapat dilihat pada lampiran 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
2. Sensus dan pengamatan lapang Metode sensus dan pengamatan lapang digunakan untuk mengetahui total populasi tanaman tiap desa/kelurahan dan total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu tiap stasiun pengamatan, tinggi tanaman, diameter batang tanaman, dan faktor lingkungan abiotik. Penelitian lapangan dilakukan di 10 desa/kelurahan yang dibagi menjadi 3 stasiun pengamatan berdasarkan ketinggian tempat, meliputi: a). Stasiun I pada ketinggian 501-900 m dpl, meliputi: Sepanjang, Plumbon, Karanglo, Nglebak, dan Bandardawung b). Stasiun II pada ketinggian 901-1200 m dpl, meliputi: Tengklik dan Tawangmangu c). Stasiun III pada ketinggian 1201-1750 m dpl, meliputi: Kalisoro, Blumbang, dan Gondosuli. 3. Analisis data sekunder Luas daerah dan data iklim terutama curah hujan serta suhu udara rata-rata pada tahun 2010 diambil dari Badan Pusat Statistik, Kabupaten Karanganyar, sedangkan data curah hujan pada tahun 2011 diambil dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
D. Prosedur Kerja Penelitian 1. Survei Populasi dan Karakter Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu Karakter tanaman jeruk keprok Tawangmangu yang diamati meliputi: total populasi dan kerapatan tanaman, perkiraan umur tanaman, perkiraan produksi dan produktivitas tanaman, tinggi tanaman, diameter batang tanaman, dan ada tidaknya hama penyakit tanaman. a. Total populasi tanaman Pendataan total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu dilakukan dengan metode sensus, yaitu dengan cara mengamati populasi tanaman di seluruh wilayah yang ada di kecamatan Tawangmangu (Bandardawung, Blumbang, Gondosuli, Kalisoro, Karanglo, Nglebak, Plumbon, Sepanjang, Tawangmangu, dan Tengklik). Identitas petani ditulis dan dihitung total populasi tanaman jeruk keprok yang dimiliki. b. Perkiraan umur tanaman Perkiraan umur tanaman jeruk keprok tawangmangu dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada para responden dapat dilihat pada lampiran 3. Responden dalam penelitian ini adalah para petani jeruk keprok tawangmangu. Jumlah responden diambil sesuai dengan jumlah petani yang mempunyai atau membudidayakan tanaman jeruk keprok tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
c. Perkiraan produksi tanaman Perkiraan produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu dilakukan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada para petani jeruk keprok tawangmangu. d. Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur menggunakan hagameter. Alat penunjuk arah tinggi difungsikan dengan memutar tombol untuk berbagai jarak pohon dari pengukuran (bisa 15 m, 20 m, 25 m, dll). Posisi pembidik diatur dengan jarak antara pembidik dengan pohon yang akan diukur sesuai dengan skala jarak yang digunakan. Kunci jarum penunjuk dibuka dengan cara menekan tombol. Bidikan dilakukan melalui visir ke pangkal pohon kemudian dikunci dengan menekan tombol. Skala yang ditunjukkan pada jarum dicatat. Selanjutnya bidikan dilakukan ke ujung pohon yang diinginkan kemudian dikunci dengan menekan tombol. Skala yang ditunjukkan pada jarum dicatat. e. Diameter batang tanaman Diameter batang tanaman diukur menggunakan roll meter. Diameter batang diukur setinggi dada (diameter at breast height = dbh = 1,3 m dari permukaan tanah). Roll meter dililitkan pada batang pohon dengan posisi roll meter harus sejajar untuk semua arah, sehingga data yang diperoleh adalah keliling batang (keliling batang = 2.p.r). Setelah nilai r diketahui maka didapatkan nilai untuk diameter batang (diameter batang = 2.r).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
f. Hama dan penyakit tanaman
Ada tidaknya hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk keprok tawangmangu dilakukan pengamatan secara langsung dan wawancara dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada para petani jeruk keprok tawangmangu. 2. Pengukuran Faktor Lingkungan a. Faktor Klimatik Faktor klimatik di setiap wilayah yang ditemukan tanaman jeruk keprok tawangmangu diukur, meliputi: 1). Suhu udara Suhu udara diukur menggunakan termometer-higrometer. Alat diletakkan pada permukaan tempat yang akan diukur dan dibiarkan selama 60 detik. Selanjutnya besarnya suhu udara yang tertera dicatat. Pengukuran suhu udara dilakukan pada jam 12.00–14.00 WIB. 2). Intensitas cahaya Intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux-meter. Alat dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Selanjutnya sensor penerima cahaya yang ada pada alat diarahkan pada arah datangnya cahaya yang akan diukur dengan menentukan besarnya intensitas cahaya bertahap dari 1x, 10x dan 100x. Apabila skala rendah (1x) masih mengukur skala 1 maka ditingkatkan yang lebih tinggi yaitu 10x dan apabila masih 1 diteruskan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
yang lebih tinggi yaitu 100x. Setelah angka yang tertera stabil kemudian dicatat. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada jam 12.00–14.00 WIB. 3). Kelembapan udara Kelembapan udara diukur menggunakan termometer-higrometer. Alat diletakkan pada permukaan tempat yang diukur dan dibiarkan selama 60 detik. Selanjutnya besarnya kelembapan udara yang tertera dicatat. Pengukuran kelembapan udara dilakukan pada jam 12.00–14.00 WIB. 4). Kecepatan angin Kecepatan angin diukur menggunakan anemometer. Alat dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Sensor penerima angin yang ada pada alat diarahkan pada arah datangnya angin yang diukur, lalu ditunggu selama 60 menit. Setelah angka yang tertera stabil kemudian dicatat. Pengukuran kecepatan angin dilakukan pada jam 12.00–14.00 WIB. b. Faktor Geografis Faktor geografis di setiap wilayah yang ditemukan tanaman jeruk keprok tawangmangu, meliputi: 1). Ketinggian tempat dan posisi titik-titik kordinat derajat Ketinggian tempat (altitude), posisi titik-titik kordinat derajat lintang (latitude) dan bujur (longitude) diukur dengan menggunakan garmin GPS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2). Kemiringan lereng dan arah lereng Kemiringan lereng (slope) dan arah lereng (aspect) diukur menggunakan kompas geologi. Sisi kompas dengan cermin diletakkan sejajar bidang yang diukur atau sama dengan mendekatkan sisi kompas dengan tanda S. Klinometer diletakkan di bagian bawah dan gelembungnya diusahakan tepat berada di tengah-tengah garis yang ada di klinometer. Angka yang ditunjuk jarum utara adalah besarnya kemiringan lereng, sedangkan angka yang ditunjuk jarum selatan adalah arah lereng. c. Faktor Edafik Faktor edafik di setiap wilayah yang ditemukan tanaman jeruk keprok tawangmangu diukur, meliputi: 1). Suhu tanah Suhu tanah diukur dengan menggunakan termometer tanah. Termometer dimasukkan hingga menutupi lubang indikator kemudian ditunggu selama 60 detik. Selanjutnya besarnya suhu tanah yang tertera dicatat. Pengukuran suhu tanah dilakukan pada jam 12.00–14.00 WIB. 2). pH tanah pH tanah diukur menggunakan soil tester. Alat dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Bagian ujung alat yang runcing ditancapkan ke dalam tanah hingga batas sel-selnya terbenam dalam tanah dan dibiarkan selama 60 detik. Angka yang tertera pada skala besar yang terletak di bagian atas dicatat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
3). Kelembapan tanah Kelembapan tanah diukur menggunakan soil tester. Alat dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Bagian ujung alat yang runcing ditancapkan ke dalam tanah hingga batas sel-selnya terbenam dalam tanah dan dibiarkan selama 60 detik. Tombol yang berada di samping alat ditekan untuk menentukan kelembapan tanah. Angka yang tertera pada skala kecil yang terletak di bagian bawah dicatat. 4). Analisis Sifat Kimia Tanah Sampel tanah diambil pada setiap desa/kelurahan yang termasuk dalam masing-masing stasiun pengamatan yang telah ditentukan. Sampel tanah sebanyak ± 50 g dicampur, kemudian sampel tanah dibawa ke Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk dianalisis sifat kimia tanahnya. Sifat-sifat kimia tanah yang dianalisis, antara lain: a). pH tanah menggunakan metode Potensiometri b). C-organik menggunakan metode Walkey and Black c). BO menggunakan metode Walkey and Black d). Kadar N menggunakan metode Kjeldhal e). P2O5 tersedia menggunakan metode Bray I f). K2 O tertukar menggunakan metode Flamephotometri Cara kerja selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
3. Pembuatan Peta Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu Peta monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu dibuat berdasarkan umur tanaman, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman. Tanaman induk dan tanaman baru dibedakan dengan pewarnaan yang berbeda agar mempermudah dalam mengamati peta monografi. Tanaman induk diberi warna orange, sedangkan tanaman baru diberi warna hijau. Satu individu tanaman jeruk keprok tawangmangu diwakili dengan satu notasi titik (•) atau strip (-). Posisi notasi disesuaikan dengan letak tanaman jeruk keprok tawangmangu terhadap posisi titik koordinat derajat lintang (latitude) maupun koordinat derajat bujur (longitude) sesuai dengan hasil pengukuran menggunakan garmin GPS di lokasi penelitian. Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu berdasarkan umur tanaman dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Umur tanaman ≤ 5 tahun diberi notasi titik (•), sedangkan umur tanaman > 5 tahun diberi notasi strip (-). Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu berdasarkan tinggi tanaman dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Tinggi tanaman ≤ 5 tahun diberi notasi titik (•), sedangkan tinggi tanaman > 5 tahun diberi notasi strip (-). Monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu berdasarkan diameter batang tanaman dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Diameter batang tanaman ≤ 5 tahun diberi notasi titik (•), sedangkan diameter batang tanaman > 5 tahun diberi notasi strip (-).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
E. Analisis Data 1.
Monografi
tanaman
jeruk
keprok
tawangmangu
digambarkan
dengan
mengilustrasikan pada peta tentang umur tanaman, tinggi tanaman, dan diameter batang tanaman pada masing-masing posisi tempat tumbuhnya. 2. Kepadatan tanaman dihitung dengan cara total populasi dibagi luas wilayah masing-masing desa/kelurahan dan atau masing-masing stasiun pengamatan atau ketinggian tempat. Satuan kepadatan tanaman yaitu batang/km2. 3. Produksi tanaman jeruk keprok tawangmangu dinyatakan dengan menghitung perkiraan produksi buah per tahun. Satuan produksi tanaman yaitu kg/tahun. 4. Produktivitas tanaman jeruk keprok tawangmangu dihitung dengan cara total produksi dibagi luas wilayah masing-masing desa/kelurahan dan atau masingmasing stasiun pengamatan atau ketinggian tempat. Satuan produktivitas tanaman yaitu kg/km2/tahun. 5. Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara faktor lingkungan, meliputi: suhu udara, intensitas cahaya, kelembapan udara, kecepatan angin, suhu tanah, pH tanah, kelembapan tanah, C-organik, BO tanah, N, P2O5 tersedia, dan K2O tertukar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Tawangmangu yang merupakan sentra produksi buah jeruk keprok tawangmangu yang mencapai angka produksi tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya di kabupaten Karanganyar (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar, 2000). Berdasarkan letak geografisnya, kecamatan Tawangmangu terletak antara 111o4’55”-111o11’48” Bujur Timur (BT) dan 7°37’23”-7°41’19” Lintang Selatan (LS). Kecamatan Tawangmangu terletak di bagian timur kota Karanganyar, provinsi Jawa Tengah. Batas-batas kecamatan Tawangmangu, yaitu: Sebelah utara
: Kecamatan Karangpandan
Sebelah timur
: Provinsi Jawa Timur
Sebelah selatan
: Kecamatan Jatiyoso
Sebelah barat
: Kota Karanganyar
Lokasi penelitian ini meliputi seluruh wilayah yang ada di kecamatan Tawangmangu yang terdiri dari 7 desa yaitu: Bandardawung, Gondosuli, Karanglo, Nglebak, Plumbon, Sepanjang, Tengklik, dan 3 kelurahan yaitu: Blumbang, Kalisoro, serta Tawangmangu. Data tentang luas wilayah, populasi, dan produksi jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu disajikan pada tabel 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Tabel 2. Luas wilayah, curah hujan, dan parameter monografi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu Desa /Kelurahan Bandardawung Blumbang Gondosuli Kalisoro Karanglo Nglebak Plumbon Sepanjang Tawangmangu Tengklik
Luas wilayah (ha)* 301,16 1.111,91 1.925,44 1.057,61 185,87 234,43 474,08 564,48 337,39 810,78
Curah hujan (mm/tahun)*
Populasi (batang)
Kepadatan (batang/km2 )
Produksi (kg/tahun)
490 3.000 3.750 2.300 520 1.760 470 520 2.150 3.000
25 28 21 26 11 359 10 25 205 6
8 3 1 2 5 153 2 4 60 1
648 1.455 756 2.184 396 26.844 372 1.296 10.164 100
Produktivi tas (kg/km2 / tahun) 215 130 39 206 213 11.450 78 229 3.012 12
* Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010. Luas wilayah dari yang terbesar secara berturut-turut yaitu desa Gondosuli 1.925,44 ha, kelurahan Blumbang 1.111,91 ha, kelurahan Kalisoro 1.057,61 ha, desa Tengklik 810,78 ha, desa Sepanjang 564,48 ha, desa Plumbon 474,08 ha, Kelurahan Tawangmangu 337,39 ha, desa Bandardawung 301,16 ha, desa Nglebak 234,43 ha, dan desa Karanglo 185,87 ha. Banyaknya hari hujan di kecamatan Tawangmangu pada tahun 2011 adalah 128 hari dengan curah hujan rata-rata 2.438 mm/tahun. Curah hujan tertinggi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Juni-Oktober (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar, 2011). Curah hujan dari yang tertinggi secara berturut-turut yaitu di desa Gondosuli 3.750 mm/tahun, kelurahan Blumbang dan desa Tengklik 3.000 mm/tahun, kelurahan Kalisoro 2.300 mm/tahun, kelurahan Tawangmangu 2.150 mm/tahun, desa Nglebak 1.760 mm/tahun, desa Karanglo dan desa Sepanjang 520 mm/tahun, desa Bandardawung 490 mm/tahun, serta desa Plumbon 474,08 mm/tahun. Curah hujan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
desa Gondosuli paling tinggi dibandingkan wilayah lainnya karena wilayah terletak pada ketinggian tempat yang paling tinggi dan suhu udara yang paling rendah dibandingkan wilayah lainnya. Menurut Duryat (2008), semakin tinggi wilayah yang ada di pegunungan maka suhu udara semakin rendah. Akan tetapi, kelembapan udaranya semakin tinggi sehingga wilayah tersebut berpotensi untuk menerima hujan lebih tinggi dibandingkan di wilayah yang lebih rendah. Topografi wilayah di kecamatan Tawangmangu berupa lereng dan perbukitan yang terletak pada ketinggian rata-rata 1200 m dpl dengan kemiringan lereng 1–40o. Kemiringan terbesar terletak di wilayah paling timur yaitu lebih dari 40% (Budiarto, 2008).
Kemiringan lereng di lokasi penelitian berkisar antara
11-31,5o. Hal ini dikarenakan penelitian ini dilaksanakan di wilayah pemukiman penduduk.
B. Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu Tanaman jeruk keprok tawangmangu tersebar di seluruh wilayah yang ada di kecamatan Tawangmangu. Akan tetapi, total populasi, kepadatan, produksi, maupun produktivitas tanaman jeruk keprok tawangmangu setiap desa atau kelurahan yang ada di kecamatan Tawangmangu bervariasi. Berdasarkan gambar 3 dapat dijelaskan bahwa total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu yang dimiliki 70 responden di kecamatan Tawangmangu yaitu 716 batang yang terdiri dari 92 batang tanaman induk dan 624 batang tanaman baru dapat dilihat pada lampiran 5. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu dari yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
tertinggi secara berturut-turut, yaitu: desa Nglebak 359 batang yang terdiri dari 6 tanaman induk dan 353 tanaman baru; kelurahan Tawangmangu 205 batang yang terdiri dari 3 tanaman induk dan 202 tanaman baru; kelurahan Blumbang 28 tanaman induk; kelurahan Kalisoro 26 tanaman induk; desa Sepanjang 25 batang yang terdiri dari 5 tanaman induk dan 20 tanaman baru; desa Bandardawung 25 batang yang terdiri dari 7 tanaman induk dan 18 tanaman baru; desa Gondosuli 21 batang yang terdiri dari 5 tanaman induk dan 16 tanaman baru; desa Karanglo 11 batang yang terdiri dari 1 tanaman induk dan 10 tanaman baru; desa Plumbon 10 batang yang terdiri dari 5 tanaman induk dan 5 tanaman baru; dan desa tengklik 6 tanaman induk. 6 25
28 21
205
25 10
359
26 11
Bandardawung Blumbang Gondosuli Kalisoro Karanglo Nglebak Plumbon Sepanjang Tawangmangu Tengklik
Gambar 3. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu (batang) Berdasarkan gambar 4 dapat dijelaskan bahwa kepadatan tanaman jeruk keprok tawangmangu dari yang tertinggi secara berturut-turut yaitu: desa Nglebak 153 batang/km2, kelurahan Tawangmangu 60 batang/km2, desa Bandardawung 8 batang/km2, desa Karanglo 5 batang/km2, desa Sepanjang 4 batang/km2, kelurahan Blumbang 3 batang/km2, kelurahan Kalisoro 2 batang/km2, desa Plumbon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
2 batang/km2, desa Gondosuli 1 batang/km2, dan desa Tengklik 1 batang/km2. Kepadatan di desa Nglebak mencapai angka tertinggi karena populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu di wilayah ini sangat tinggi 359 batang dan luas wilayahnya kecil yaitu 234,43 ha. Kepadatan di desa Tengklik mencapai angka terendah karena populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu di wilayah ini sangat rendah 6 batang akan tetapi luas wilayahnya besar yaitu 810,78 ha.
1 8
312
5
60
4 2
153
Bandardawung Blumbang Gondosuli Kalisoro Karanglo Nglebak Plumbon Sepanjang Tawangmangu Tengklik
Gambar 4. Kepadatan tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu (batang/km2) Berdasarkan gambar 5 dapat dijelaskan bahwa total produksi jeruk keprok tawangmangu yang dimiliki 70 responden di kecamatan Tawangmangu yaitu 44.215 kg/tahun. Produksi jeruk keprok tawangmangu dari yang tertinggi secara berturutturut, yaitu: desa Nglebak 26.844 kg/tahun, kelurahan Tawangmangu 10.164 kg/tahun, kelurahan Kalisoro 2.184 kg/tahun, kelurahan Blumbang 1455 kg/tahun, desa Sepanjang 1296 kg/tahun, desa Gondosuli 756 kg/tahun, desa Bandardawung 648 kg/tahun, desa Karanglo 396 kg/tahun, desa Plumbon 372 kg/tahun, dan desa Tengklik 100 kg/tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Desa Nglebak memiliki produksi jeruk keprok tawangmangu tertinggi karena populasi yang ada di wilayah tersebut paling tinggi dibandingkan populasi yang ada di wilayah lainnya. Selain itu, tanaman jeruk keprok tawangmangu yang ada di desa Nglebak sebagian merupakan tanaman baru yang produktif sehingga memiliki kemampuan produksi yang lebih baik dibandingkan tanaman jeruk keprok tawangmangu yang umurnya sudah terlalu tua.
100
1.455 648
756 2.184
10.164
396
1.296
Bandardawung Blumbang Gondosuli Kalisoro Karanglo Nglebak Plumbon
372 26.844
Sepanjang Tawangmangu Tengklik
Gambar 5. Produksi jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu (kg/tahun) Berdasarkan gambar 6 dapat dijelaskan bahwa produktivitas tanaman jeruk keprok tawangmangu dari yang tertinggi secara berturut-turut yaitu: desa Nglebak 11.450 kg/km2/tahun, kelurahan Tawangmangu 3.012 kg/km2/tahun, desa Sepanjang 229 kg/km2/tahun,
desa Bandardawung 215 kg/km2/tahun, desa
Karanglo
213 kg/km2/tahun, kelurahan Kalisoro 206 kg/km2/tahun, kelurahan Blumbang 130 kg/km2/tahun, desa Plumbon 78 kg/km2/tahun, desa Gondosuli 39 kg/km2/tahun, dan desa Tengklik 12 kg/km2/tahun. Produktivitas di desa Nglebak mencapai angka tertinggi karena produksi jeruk keprok tawangmangu di wilayah ini tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
26.844 kg/tahun dan luas wilayahnya kecil yaitu 234,43 ha. Produktivitas di desa Tengklik mencapai angka terendah karena produksi jeruk keprok tawangmangu di wilayah ini sangat rendah 100 kg/tahun tetapi luas wilayahnya besar yaitu 810,78 ha.
12 229
215 130 39
206
3.012
78
11.450
213
Bandardawung Blumbang Gondosuli Kalisoro Karanglo Nglebak Plumbon Sepanjang Tawangmangu Tengklik
Gambar 6. Produktivitas tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu (kg/km2/tahun)
C. Deskripsi Sistem Budidaya Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu Jumlah responden dalam wawancara ini adalah 70 orang petani jeruk keprok yang tersebar dari berbagai wilayah yang ada di kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada lampiran 6. Para petani responden banyak memberikan berbagai informasi mengenai sistem budidaya untuk tanaman jeruk keprok tawangmangu. Ringkasan hasil wawancara dengan para responden disajikan pada tabel 3. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu yang dimiliki 70 petani responden adalah 716 batang yang terdiri dari 92 batang tanaman induk dan 624 batang tanaman baru. Tanaman jeruk keprok tersebut dikategorikan sebagai tanaman induk apabila berasal dari biji maupun hasil cangkokan tanaman jeruk keprok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
tawangmangu terdahulu, sedangkan tanaman jeruk keprok yang berasal dari bantuan Dinas Pertanian dikategorikan sebagai tanaman baru. Kedua tanaman ini memiliki beberapa perbedaan karakter morfologi yang disajikan pada tabel 4 dan gambar 7. Tabel 3. Ringkasan hasil wawancara dengan 70 petani responden tentang budidaya tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu Populasi tanaman Tanaman induk Tanaman baru Asal tanaman Tanaman induk
Tanaman baru Pemupukan Intensitas Jenis pupuk Masalah-Masalah yang dihadapi Hama tanaman Penyakit tanaman Pemberantasan hama Intensitas Jenis Produksi Cara budidaya Jenis tanaman sela
Cara perbanyakan Masa berbunga Masa panen Total produksi per tahun
92 batang 624 batang Biji jeruk keprok tawangmangu dan hasil cangkokan tanaman jeruk keprok tawangmangu terdahulu Bantuan dari Dinas Pertanian 0-4 kali/tahun Kandang, urea, NPK Kutu loncat (Diaphorina citri), kutu daun (Aphis gossypii), dan tungau (Tenuipalsus sp) Buah gugur prematur 0-2 kali/tahun Cygon, roxion, phosphamidon, propargite, cyhexation, caprafol, air sabun Tumpangsari : 48 responden Monokultur : 22 responden Sawi, daun bawang, cabai, wortel, anggrek tanah, selada, bayam, seledri, stevia, begonia, bunga krisan, bunga lili, dan besaran Biji : 53 batang Cangkok : 39 batang Maret-Juni Juni-Agustus 44.215 kg/tahun
Sumber : Hasil wawancara dengan 70 petani jeruk keprok tawangmangu
Pengelolaan tanah yang dilakukan petani, antara lain: pengolahan tanah, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama, pemilihan sistem penanaman, dan jenis tanaman sela. Pengolahan tanah umumnya dilakukan 2-3 kali/tahun. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah menjadi lebih gembur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Pengairan dilakukan 2-3 hari sekali dengan penyiraman. Hal ini dilakukan karena ketersediaan air yang terbatas. Namun, pada musim penghujan pengairan hanya mengandalkan air hujan saja. Tabel 4. Perbedaan karakter morfologi tanaman induk dan tanaman baru jeruk keprok tawangmangu Karakter morfologi
Tanaman induk
Tanaman baru
Ujung daun Warna helaian daun
Agak lancip Hijau tua
Ujung petala bunga Tangkai buah
Lancip Kaku
Pangkal buah Kulit buah Permukaan daging buah Kulit ari yang menempel pada daging buah Rengkahan satuan daging buah ketika dibuka Jumlah satuan daging buah yang terletak berjajar anterodorsal Rasa buah
Meruncing Lebih tebal (± 2-3 mm) Tidak rata Kering dan tidak berair
Tumpul Hijau pucat sampai hijau muda Tumpul Elastis sehingga melengkung Tidak selalu meruncing Lebih tipis (< 2 mm) Rata Lengket dan berair
Saling berlepas secara keras Lebih banyak
Saling berlepas secara halus Lebih sedikit
Manis
Masam
Guna menjaga kesuburan tanah, petani menambahkan hara ke dalam tanah dengan cara pemupukan. Intensitas pemupukan umumnya dilakukan 0-4 kali/tahun. Petani responden menggunakan pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik yang digunakan berupa pupuk kandang. Pupuk organik seperti pupuk kandang sangat baik memperbaiki struktur dan sifat tanah, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, juga ditemukan dampak positif lain seperti meningkatkan ketersediaan makro dan mikronutrien bagi tanaman, sehingga tanaman menjadi lebih subur karena leluasa dalam pengambilan unsur hara (Wahyunindyawati et al., 2012; Aribawa and Kariada, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a
b
a1
b1
a2
b2
a3
b3
a4
b4
Gambar 7. Perbedaan karakter morfologi tanaman induk dan tanaman baru jeruk keprok tawangmangu a. Tanaman induk b. Tanaman baru 1. Daun 2. Bunga 3. Tangkai buah 4. Buah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Selain menggunakan pupuk organik, beberapa petani juga menggunakan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang dibutuhkan tanaman adalah pupuk buatan yang mengandung unsur nitrogen, fosfor dan kalium (Mashudi et al., 2008). Pupuk anorganik yang banyak digunakan yaitu pupuk urea dan pupuk lengkap NPK. Pupuk tersebut digunakan sebagai pupuk pelengkap. Bentuk interaksi yang merugikan dapat pula terjadi dalam suatu komunitas. Adanya serangan hama dan penyakit tanaman dapat mempengaruhi kehidupan tanaman.
Jenis
hama
yang umumnya
menyerang tanaman
jeruk
keprok
tawangmangu, yaitu: kutu loncat (Diaphorina citri), kutu daun (Aphis gossypii), dan tungau (Tenuipalsus sp.), sedangkan jenis penyakit yang umumnya menyerang tanaman ini yaitu buah gugur prematur. Usaha pemberantasan hama dan penyakit tanaman diberikan petani 0-2 kali/tahun. Para petani jeruk keprok tawangmangu menggunakan insektisida bahan aktif, misalnya: cygon, roxion, phosphamidon, propargite, cyhexation, caprafol, dan air sabun. Sistem
penanaman
umumnya
digunakan
petani
responden
yaitu
tumpangsari. Jenis tanaman yang ditumpangsarikan dengan tanaman jeruk keprok tawangmangu yaitu: sawi, daun bawang, cabai, wortel, anggrek tanah, selada, bayam, seledri, stevia, begonia, bunga krisan, bunga lili, dan besaran. Sistem penanaman tumpangsari memiliki banyak keunggulan, antara lain: meningkatkan pendapatan petani, mengurangi kegagalan panen, dan mengurangi pengikisan tanah oleh air hujan (Herlina, 2011). Sistem penanaman tumpangsari memberikan banyak manfaat ketika kelebihan unsur hara dapat dimanfaatkan oleh tanaman lain. Akan tetapi, dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
sistem penanaman ini, hara yang diserap menjadi lebih banyak, sehingga memerlukan ketersediaan hara yang lebih tinggi daripada penanaman dengan sistem monokultur. Tanaman jeruk keprok tawangmangu yang dibudidayakan umumnya didapatkan melalui cara generatif dengan biji maupun vegetatif dengan cangkok dan okulasi. Tanaman jeruk keprok tawangmangu hasil okulasi didapatkan petani dari bantuan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Karanganyar. Masyarakat di wilayah Tawangmangu menyebut tanaman jeruk tersebut dengan nama jeruk sanggitan. Masa berbunga tanaman jeruk keprok tawangmangu berlangsung pada bulan Maret-Juni, sedangkan masa panen berlangsung pada bulan Juni-Agustus. Total produksi jeruk keprok tawangmangu yang dimiliki 70 petani responden yaitu 44.215 kg/tahun. Produksi ini sangat menurun jika dibandingkan dengan produksi jeruk keprok tawangmangu pada tahun 2000 dapat dilihat pada tabel 1. Hal ini dikarenakan banyak populasi tanaman induk produktif yang ditebang maupun yang mati karena usia tanaman tersebut sudah terlalu tua. Tanaman baru yang banyak dibudidayakan saat ini berumur 1-5 tahun. Tanaman baru yang umurnya kurang dari 5 tahun kemampuan produksinya belum optimal. Hasil panen jeruk keprok tawangmangu sebagian besar dikonsumsi sendiri, sebagian lainnya dijual ke para tengkulak. Harga jual rata-rata buah jeruk keprok tawangmangu Rp15.000,00-Rp17.500,00/kg. Harga ini lebih tinggi dibandingkan harga buah jeruk keprok pada umumnya. Kebanyakan pembeli adalah para wisatawan terutama orang-orang Cina (Wagimin, Komunikasi Pribadi, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
D. Monografi Tanaman Jeruk Keprok Tawangmangu di Kecamatan Tawangmangu Tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu berumur 1-75 tahun. Kebanyakan tanaman jeruk keprok yang berumur di atas 5 tahun adalah tanaman induk, sedangkan tanaman jeruk keprok yang berumur di bawah 5 tahun kebanyakan adalah tanaman baru disajikan pada gambar 8. Tanaman induk banyak ditemukan di kelurahan Blumbang dan kelurahan Kalisoro, sedangkan tanaman baru banyak ditemukan di desa Nglebak dan kelurahan Tawangmangu. Semakin tua umur tanaman umumnya akan semakin tinggi tanaman tersebut. Tanaman jeruk keprok tawangmangu memiliki tinggi antara 0,5-8,6 m. Tanaman jeruk keprok tawangmangu dengan tinggi lebih dari 5 m banyak ditemukan di kelurahan Blumbang dan kelurahan Kalisoro disajikan pada gambar 9. Hal ini karena di wilayah tersebut banyak terdapat tanaman induk. Tanaman jeruk keprok tawangmangu dengan tinggi kurang dari 5 m banyak terdapat di desa Nglebak dan kelurahan Tawangmangu karena di wilayah tersebut banyak ditemukan tanaman baru. Semakin tua umur tanaman umumnya semakin besar diameter batangnya. Tanaman jeruk keprok tawangmangu memiliki diameter batang antara 1,3-17,8 cm. Tanaman induk kebanyakan memiliki diameter batang lebih dari 5 cm, sedangkan tanaman baru kebanyakan memiliki diameter batang kurang dari 5 cm disajikan pada gambar 10. Akan tetapi, tanaman baru yang berumur 5 tahun dapat pula memiliki diameter batang lebih dari 5 cm jika kondisi lingkungan tumbuhnya mendukung dan kondisi tanamannya sehat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tanaman induk banyak ditemukan di kelurahan Blumbang dan kelurahan Kalisoro. Kedua wilayah tersebut berada pada ketinggian di atas 1000 m dpl. Akan tetapi, untuk tanaman baru banyak ditemukan di wilayah bawah, misalnya desa Nglebak dan kelurahan Tawangmangu yang berada pada ketinggian di bawah 1000 m dpl. Hal ini terkait dengan kebijakan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan, kabupaten Karanganyar yang memusatkan desa Nglebak dan kelurahan Tawangmangu sebagai sentra budidaya tanaman jeruk keprok tawangmangu karena kondisi lingkungan di kedua wilayah tersebut sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman tersebut (Wagimin, Komunikasi Pribadi, 2012). Pola distribusi tanaman jeruk keprok tawangmangu di kecamatan Tawangmangu cenderung mengelompok. Tanaman jeruk keprok tawangmangu ini memiliki pola distribusi secara mengelompok bukan dikarenakan pengaruh alami, akan tetapi karena terkait dengan campur tangan manusia. Petani sengaja menanam dan membudidayakan tanaman jeruk keprok tawangmangu di lahan-lahan yang mereka miliki dengan jarak tanam tertentu. Populasi tanaman induk lebih sedikit dibandingkan dengan populasi tanaman baru. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan tanaman induk semakin langka, sehingga jarang ditemukan. Saat ini tanaman jeruk keprok tawangmangu yang banyak dibudidayakan adalah tanaman baru. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan, kabupaten Karanganyar hampir setiap tahun menyediakan bibit-bibit tanaman jeruk keprok tawangmangu untuk didistribusikan di wilayah kecamatan Tawangmangu khususnya di desa Nglebak dan kelurahan Tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
E. Kondisi Faktor Lingkungan di Kecamatan Tawangmangu dan Hubungannya dengan Populasi dan Produksi Jeruk Keprok Tawangmangu Kondisi faktor lingkungan berkaitan erat dan menentukan kehadiran suatu jenis tumbuhan di wilayah tertentu (Syafei, 1994). Setiap tanaman memiliki persyaratan lingkungan tumbuh yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi. Dalam pertumbuhan tanaman, sering terjadi keragaman dalam satu jenis tanaman yang disebabkan oleh perbedaan lingkungan. Keragaman tersebut dapat berupa keragaman geografis dan keragaman lokal antar lingkungan tumbuh (Duryat, 2008). Kondisi faktor lingkungan di kecamatan Tawangmangu disajikan pada tabel 5. Untuk Hubungan faktor lingkungan di kecamatan Tawangmangu dengan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu disajikan pada tabel 6. Tabel 5. Kondisi faktor lingkungan di kecamatan Tawangmangu Parameter Klimatik
Geografis Edafik
Biotik (Karakter tanaman)
Suhu udara (oC) Intensitas cahaya (lux) Kelembapan udara (%) Kecepatan angin (knot) Kemiringan lereng (o) Suhu tanah (o C) pH tanah Kelembapan tanah (%) C-organik (%) BO (%) N (%) P2O5 tersedia (ppm) K2O tertukar (me %) Populasi (batang)
Stasiun I 24,39 808,88 66,27 0,95 19,71 23,33 5,95 64,99 3,51 6,05 0,22 16,24 0,26
Tanaman induk Tanaman baru Produksi (kg/tahun)
27 401 29.656
Nama stasiun Stasiun II Stasiun III 22,22 21,52 590,08 499,18 71,91 76,56 1,60 1,84 25,39 28,50 21,05 20,72 5,77 6,35 70,67 75,28 5,45 5,96 9,40 10,28 0,38 0,23 18,66 16,94 0,29 0,31 6 207 10.164
59 16 4.395
Keterangan : Stasiun I = 501-900 m dpl, stasiun II = 901-1200 m dpl, stasiun III = 1201-1750 m dpl
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Tabel 6. Hubungan antara faktor lingkungan di kecamatan Tawangmangu dengan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu
Faktor lingkungan Suhu udara (oC) Intensitas cahaya (lux) Kelembapan udara (%) Kecepatan angin (knot) Suhu tanah (o C) pH tanah Kelembapan tanah (%) C-organik (%) BO (%) N (%) P2O5 tersedia (ppm) K2 O tertukar (me %)
Populasi Indeks Signifikansi Korelasi (5 %) Pearson .980 .064 .990 .046 -1.000 .010 -.985 .055 .949 .102 -.608 .292 -1.000 .008 -.972 .076 -.972 .076 -.142 .455 -.363 .382 -1.000 .009
Produksi Indeks Signifikansi Korelasi (5 %) Pearson 1.000 .002 .999 .016 -.975 .072 -1.000 .006 .992 .040 -443 .354 -.976 .070 -.999 .014 -.999 .014 -.330 .393 -.535 .320 -.986 .053
Faktor lingkungan di tiap wilayah yang ditumbuhi tanaman jeruk keprok tawangmangu diukur secara langsung dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan ketinggian tempat, total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu cenderung menurun dengan meningkatnya ketinggian tempat disajikan pada tabel 5. Total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan ketinggian 501-900 m dpl dengan populasi 428 batang yang terdiri dari 27 tanaman induk dan 401 tanaman baru, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan populasi 213 batang yang terdiri dari 6 tanaman induk dan 207 tanaman baru, selanjutnya ketinggian 1201-1750 m dpl dengan populasi 75 batang yang terdiri dari 59 tanaman induk dan 16 tanaman baru. Penurunan total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu selain disebabkan oleh faktor kebijakan penanaman tanaman baru dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Kehutanan, hal ini diduga juga terkait dengan faktor lingkungan lain terutama peningkatan intensitas cahaya dan penurunan kelembapan udara, kelembapan tanah, dan kandungan K2 O tertukar yang ditunjukkan pada tabel 6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Menurut Dewanti (2009), tanaman jeruk keprok merupakan salah satu tanaman yang menyukai sinar matahari karena selama pertumbuhan tanaman ini menghendaki banyak sinar matahari. Berdasarkan fotoperiodisitasnya tanaman jeruk keprok merupakan tanaman berhari panjang (long day) yang membutuhkan kualitas, intensitas, dan lama penyinaran yang cukup untuk tumbuh dan berproduksi. Apabila tanaman ini ternaungi akan menghambat proses fotosintesis, sehingga akan menghambat proses pertumbuhan, perkembangan, dan terjadi penurunan produksi suatu tanaman. Intensitas naungan yang dapat ditolerir tanaman jeruk keprok adalah 0-30 %. Oleh karena itu, tingginya intensitas cahaya di stasiun I sebesar 808,88 lux diikuti dengan tingginya populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan intensitas cahaya 499,18 lux diikuti rendahnya populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu. Air sebagai komponen semua jaringan tanaman. Sumber air dapat berasal dari curah hujan apabila tidak ada irigasi. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman jeruk keprok adalah 2.000-3.000 mm/tahun dan kelembapan udara yang ideal adalah 70-80 %. Tanaman jeruk di daerah dengan kelembapan tinggi buahnya tetap berwarna hijau meskipun sudah masak (Setiawan and Sunarjono, 2004). Oleh karena itu, kelembapan udara di stasiun I sebesar 66,27% diikuti dengan tingginya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu terutama kelompok tanaman baru, sebaliknya di stasiun III dengan kelembapan udara 76,56% diikuti rendahnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Intensitas cahaya yang tinggi akan membuat air dalam tanah lebih cepat mengalami penguapan sehingga suhu tanah akan meningkat dan kelembapan tanahnya menurun. Semakin lembab kondisi tanahnya maka tanaman jeruk keprok akan layu dan bahkan mati, sedangkan apabila kelembapan tanahnya kurang maka daunnya mengalami kerusakan yaitu bentuk daunnya keriting (Rasulil, 2011). Oleh karena itu, kelembapan tanah di stasiun I sebesar 64,29% diikuti dengan tingginya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu terutama kelompok tanaman baru, sebaliknya di stasiun III dengan kelembapan udara 75,28% diikuti rendahnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Penurunan kandungan K2O tertukar umumnya diikuti penurunan unsur hara K. Unsur hara K pada tanaman terlibat dalam aktivitas fotosintesis melalui perannya dalam memacu proses membuka dan menutupnya stomata. Apabila ketersediaan unsur hara K rendah maka aktivitas fotosintesisnya juga rendah, yang selanjutnya berdampak pada rendahnya fotosintat yang dihasilkan. Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi gula (Silalahi et al., 2010; Delvian, 2006 dalam Suwandi, 2009). Kandungan K2 O tertukar di stasiun I sebesar 0,26 me % diikuti dengan tingginya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu terutama kelompok tanaman baru, sebaliknya di stasiun III dengan kandungan K2 O tertukar sebesar 0,31 me % diikuti rendahnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Berdasarkan ketinggian tempat, total produksi jeruk keprok tawangmangu cenderung menurun dengan meningkatnya ketinggian tempat disajikan pada tabel 5. Total produksi jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan ketinggian 501-900 m dpl dengan angka produksi 29.656 kg/tahun, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan angka produksi 10.164 kg/tahun, selanjutnya ketinggian 1201-1750 m dpl dengan angka produksi 4.395 kg/tahun. Penurunan produksi jeruk keprok tawangmangu selain disebabkan oleh tingginya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu baru yang produktif, hal ini diduga juga terkait dengan faktor lingkungan lain terutama peningkatan suhu udara, intensitas cahaya, dan suhu tanah serta penurunan kecepatan angin, C-organik, dan BO tanah. Menurut Duryat (2008), Suhu udara akan semakin kecil dengan semakin tingginya lingkungan tumbuh. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya fiksasi CO2. Berkurangnya suhu udara juga dapat mengahambat pertumbuhan karena lebih lambatnya laju metabolisme sehingga proses fotosintesis terganggu. Menurut Efendi (2009), tanaman jeruk keprok dengan kualitas yang baik menghendaki suhu udara yang optimal sekitar 22–23°C untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Oleh karena itu, tingginya suhu udara di stasiun I sebesar 24,39oC diikuti dengan tingginya produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan suhu udara 21,52oC diikuti dengan rendahnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air dan unsur hara terganggu, karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terjadi terus menerus tanaman akan rusak. Hubungan suhu tanah yang rendah dengan dehidrasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
dalam jaringan tanaman adalah apabila suhu tanaman rendah viskositas air naik dalam membran sel, sehingga aktivitas fisiologis sel-sel akar menurun dan akar tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik (Dewanti, 2009). Oleh karena itu, tingginya suhu tanah di stasiun I sebesar 23,33oC diikuti dengan tingginya produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan suhu udara 20,72oC diikuti dengan rendahnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Kecepatan angin yang rendah akan berdampak positif terhadap pembukaan stomata, pembentukan bunga, dan buah dan pada tanaman jeruk keprok. Menurut Efendi (2009), bahwa kecepatan angin lebih dari 40-48 km/jam dapat merontokkan bunga dan buah jeruk. Pada wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi diperlukan tanaman penahan angin yang ditanam berderet secara tegak lurus dengan arah angin agar bunga dan buah jeruk tidak rontok. Oleh karena itu, rendahnya kecepatan angin di stasiun I sebesar 0,95 knot diikuti dengan tingginya produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan kecepatan angin 1,84 knot diikuti dengan rendahnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Peran BO dalam tanah dapat berpengaruh terhadap perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Pramono, 2004). BO memegang sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Apabila tidak ada masukan BO ke dalam tanah akan terjadi masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi BO yang masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C-organik tanah semakin rendah (Ahmad, 2003). Kandungan BO tanah di stasiun I sebesar 6,05% diikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
dengan tingginya produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan kandungan BO tanah 10,28% diikuti dengan rendahnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Kenaikan BO tanah umumnya juga diikuti dengan kenaikan kandungan C-organik tanah, sebaliknya jika kandungan BO tanah rendah maka C- organik tanah di wilayah tersebut juga rendah. Kandungan C-organik di stasiun I sebesar 3,51% diikuti dengan tingginya produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan kandungan C-organik 5,96% diikuti dengan rendahnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Suhu udara tertinggi terdapat pada ketinggian 501-900 m dpl dengan suhu udara 24,39oC, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan suhu udara 22,22oC, dan ketinggian 1201-1750 m dpl dengan suhu udara 21,52oC. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu udara dengan nilai r = 0,980 dan α = 0,064 dapat dilihat pada lampiran 8, artinya adanya peningkatan suhu udara di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Begitu juga produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu udara dengan nilai r = 1 dan α = 0,002, artinya adanya peningkatan suhu udara di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Peningkatan produksi jeruk keprok tawangmangu selain disebabkan oleh peningkatan populasinya, diduga juga disebabkan oleh peningkatan suhu lingkungan yang dapat meningkatkan laju metabolisme tanaman serta memicu terjadinya pembungaan dan pembuahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada ketinggian 501-900 m dpl dengan intensitas cahaya 808,88 lux, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan intensitas cahaya 590,08 lux, dan ketinggian 1201-1750 m dpl dengan intensitas cahaya 499,18 lux. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan intensitas cahaya dengan nilai r = 0,990 dan α = 0,046, artinya adanya peningkatan intensitas cahaya di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan intensitas cahaya dengan nilai r = 0,999 dan α = 0,016, artinya adanya peningkatan intensitas cahaya di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Kelembapan udara tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kelembapan udara 76,56%, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kelembapan udara 71,91%, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kelembapan udara 66,27%. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kelembapan udara dengan nilai r = -1 dan α = 0,010, artinya adanya peningkatan kelembapan udara di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kelembapan udara dengan nilai r = -0,975 dan α = 0,072, artinya adanya peningkatan kelembapan udara di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Kecepatan angin tertinggi tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1500 m dpl dengan kecepatan angin 1,84 knot, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kecepatan angin 1,6 knot, dan ketinggian 601-900 m dpl dengan kecepatan angin 0,95 knot. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kecepatan angin dengan nilai r = -0,985 dan α = 0,055, artinya adanya peningkatan kecepatan angin di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kecepatan angin dengan nilai r = -1 dan α = 0,006, artinya adanya peningkatan kecepatan angin di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara dan intensitas cahaya semakin kecil, sedangkan kelembapan udara semakin besar (Duryat, 2008). Intensitas cahaya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tanaman. Cahaya matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap organ keseluruhan tubuh tanaman secara langsung. Kelembapan udara akan berubah dengan perubahan energi panas matahari dan suhu udaran dapat mengakibatkan tanaman mengering, terlebih lagi apabila disertai dengan angin. Kecepatan angin merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap evaporasi (Sudaryono, 2004). Berdasarkan letak geografisnya, kecamatan Tawangmangu terletak pada ketinggian 600-1700 m dpl. Total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan ketinggian 501-900 m dpl dengan populasi 428 batang yang terdiri dari 27 tanaman induk dan 401 tanaman baru, diikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
ketinggian 901-1200 m dpl dengan populasi 213 batang yang terdiri dari 6 tanaman induk dan 207 tanaman baru, selanjutnya ketinggian 1201-1750 m dpl dengan populasi 75 batang tanaman yang terdiri dari 59 tanaman induk dan 16 tanaman baru. Total produksi jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan ketinggian 501-900 m dpl dengan angka produksi 29.656 kg/tahun, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan angka produksi 10.164 kg/tahun, selanjutnya ketinggian 1201-1750 m dpl dengan angka produksi 4.395 kg/tahun. Menurut Duryat (2008), bahwa pengaruh ketinggian tempat terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara tidak langsung, artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tumbuh tanaman terhadap suhu udara, kelembapan udara, oksigen di udara, dan keadaan tanah. Di daerah pegunungan seperti di kecamatan Tawangmangu memiliki curah hujan lebih tinggi dan suhu lebih rendah, sehingga kecepatan penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berjalan lambat. Sebaliknya di dataran rendah penguraian bahan organik dan pelapukan mineral berlangsung cepat. Oleh sebab itu, di wilayah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya bahan organik dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah. Total populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan kemiringan lereng 19,71o dengan populasi 428 batang yang terdiri dari 27 tanaman induk dan 401 tanaman baru, diikuti kemiringan lereng 25,39o dengan populasi 213 batang yang terdiri dari 6 tanaman induk dan 207 tanaman baru, selanjutnya kemiringan lereng 28,5o dengan populasi 54 batang tanaman induk.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Total produksi jeruk keprok tawangmangu tertinggi terdapat pada wilayah dengan kemiringan lereng 19,71o dengan angka produksi 29.656 kg/tahun, diikuti kemiringan lereng 25,39o dengan angka produksi 10.164 kg/tahun, selanjutnya kemiringan lereng 28,5o dengan angka produksi 3.639 kg/tahun. Menurut SK Mentan No.837/KPTS/Um/11/1980, kemiringan lereng 0-8o tergolong datar, 9-15o tergolong landai, 16-25o tergolong agak curam, 26-45o tergolong curam, dan lebih dari 46o tergolong sangat curam. Semakin tinggi derajat kemiringan lereng maka total populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan tanaman jeruk keprok akan lebih optimal pertumbuhan dan produksinya apabila berada pada lereng yang datar hingga agak curam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efendi (2009), bahwa tanaman jeruk keprok yang berada pada kemiringan lereng lebih dari 30o maka pertumbuhannya terganggu dan produksinya menurun karena kualitas lingkungan tumbuhnya semakin menurun. Kemiringan lereng akan berpengaruh terhadap laju aliran permukaan. Semakin besar derajat kemiringan lereng, maka kecepatan dari aliran permukaan juga akan semakin tinggi. Aliran permukaan yang tinggi akan membawa partikel-partikel tanah terutama partikel liat, debu, dan bahan organik tanah yang memiliki kapasitas tinggi untuk melakukan pertukaran ion. Hilangnya partikel-partikel tanah tersebut akan menurunkan kesuburan dan kapasitas menahan air tanah. Umumnya semakin tinggi derajat kemiringan lereng juga akan semakin menurunkan ketebalan solum tanah, sehingga akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan (Duryat, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Lahan yang dimiliki petani responden memiliki arah lereng yang bervariasi. Arah lereng menghadap ke timur 30 lahan, tenggara 15 lahan, barat 7 lahan, timur laut 6 lahan, selatan dan utara 4 lahan, barat daya 3 lahan, dan barat laut 1 lahan. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu tertinggi secara berturut-turut terdapat pada arah lereng menghadap tenggara 357 batang, timur 244 batang, barat 36 batang, utara 25 batang, barat daya dan timur laut 20 batang, selatan 11 batang, dan barat laut 3 batang. Produksi jeruk keprok tawangmangu tertinggi secara berturu-turut terdapat pada arah lereng menghadap tenggara 28.506 kg/tahun, timur 10.144 kg/tahun, barat 2.705 kg/tahun, utara 1.528 kg/tahun, timur laut 684 kg/tahun, barat daya 576 kg/tahun, selatan 72 kg/tahun, dan barat laut belum berproduksi. Arah lereng menghadap timur, tenggara diikuti tingginya populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu karena arah lereng berpengaruh terhadap lingkungan tumbuh dan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mamat et al. (2006), bahwa umumnya arah lereng menghadap utara dan timur memberikan kualitas lingkungan tumbuh yang lebih baik dibandingkan lereng yang menghadap ke selatan maupun barat. Semakin besar sudut arah lereng dari arah timur, produksi tanaman jeruk keprok cenderung akan meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin besar sudut arah lereng dari arah timur ke arah utara, maka cahaya matahari pagi yang diperoleh tanaman akan semakin banyak sehingga produksi jeruk keprok akan lebih tinggi, sebaliknya semakin besar sudut arah lereng dari arah barat ke arah selatan, cahaya matahari pagi yang diperoleh tanaman akan semakin sedikit, sehingga produksinya lebih rendah (Duryat, 2008).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Jenis tanah yang ada di lokasi penelitian adalah andosol. Tanah andosol umumnya hanya terdapat di wilayah pegunungan seperti di Tawangmangu. Tanah ini sedang berkembang dari bahan induk abu vulkanik, memiliki drainase yang baik, dan pH tanah agak masam. Tanah andosol merupakan jenis tanah yang subur, gembur, memiliki kadar C-organik dan N tinggi, kandungan P rendah karena terfiksasi kuat, dan permeabilitas tinggi (TIM KTM Tampolore, 2009). Jenis tanah tersebut sesuai dengan lingkungan tumbuh yang diperlukan oleh tanaman jeruk keprok. Suhu tanah dari tertinggi terdapat pada ketinggian 501-900 m dpl dengan suhu tanah 23,33oC, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan suhu tanah 21,05oC, dan ketinggian 1201-1750 m dpl dengan suhu tanah 20,72oC. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu tanah dengan nilai r = 0,949 dan α = 0,102, artinya adanya peningkatan suhu tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu tanah dengan nilai r = 0,992 dan α = 0,040, artinya adanya peningkatan suhu tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab meningkatnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Semakin rendah suhu tanah maka total populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu cenderung menurun. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya yang tinggi akan membuat air dalam tanah lebih cepat mengalami penguapan, sehingga suhu tanah akan meningkat. Suhu tanah optimal untuk pertumbuhan dan produksi jeruk keprok berkisar antara 25-30oC. Suhu tanah yang rendah akan berakibat absorpsi air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dan unsur hara terganggu, karena transpirasi meningkat. Apabila kekurangan air ini terjadi terus menerus tanaman akan rusak. Hubungan suhu tanah yang rendah dengan dehidrasi dalam jaringan tanaman adalah apabila suhu tanaman rendah viskositas air naik dalam membran sel, sehingga aktivitas fisiologis sel-sel akar menurun dan akar tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik (Dewanti, 2009). Kelembapan tanah tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kelembapan tanah 75,28%, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kelembapan tanah 70,67%, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kelembapan tanah 64,99%. Populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu dari yang tertinggi secara berturut-turut terdapat pada stasiun I, stasiun II, dan stasiun III. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan suhu tanah dengan nilai r = -1 dan α = 0,008, artinya adanya peningkatan kelembapan tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan suhu tanah dengan nilai r = -0,976 dan α = 0,070, artinya adanya peningkatan kelembapan tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Nilai pH berkisar antara 0–14. pH tanah tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan pH tanah 6,35, diikuti ketinggian 501-900 m dpl dengan pH tanah 5,95, dan ketinggian 901-1200 m dpl dengan pH tanah 5,77 dapat dilihat pada lampiran 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu dari yang tertinggi secara berturutturut terdapat pada stasiun I, stasiun II, dan stasiun III. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan pH tanah dengan nilai r = -0,608 dan α = 0,292 artinya adanya peningkatan pH tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan pH tanah dengan nilai r = -0,976 dan α = 0,070, artinya adanya peningkatan pH tanah di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. pH tanah yang cocok untuk budidaya tanaman jeruk keprok adalah 5,5–6,5 dengan pH optimum 7 yaitu bersifat netral. Hasil pertumbuhan dan produksi optimal tanaman jeruk keprok dapat diperoleh pada pH 6 (Simatupang, 2009). pH tanah pada ketinggian 1201-1750 m dpl lebih tinggi dibandingkan pada ketinggian 501-900 m dpl dan 901-1200 m dpl. Hal ini berkaitan dengan perlakuan pemberian pupuk organik dengan dosis yang besar, sehingga dapat meningkatkan pH tanah dan juga menghasilkan zat pengatur tumbuh untuk merangsang pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Rija et al. (2007), pemberian bahan organik dengan dosis yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kation ke dalam larutan tanah, sehingga cukup untuk meningkatkan pH tanah dan akibatnya muatan permukaan negatif menjadi lebih besar. pH tanah pada stasiun I sebesar 5,95 diikuti dengan kenaikan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan pH tanah 6,35 diikuti dengan penurunan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Wilayah pegunungan memiliki curah hujan lebih tinggi dengan suhu lebih rendah, sehingga kecepatan penguraian BO dan pelapukan mineral berjalan lambat. Oleh sebab itu, di wilayah pegunungan keadaan tanahnya relatif lebih subur, kaya BO, dan unsur hara jika dibandingkan dengan tanah di dataran rendah (Duryat, 2008). Kandungan BO tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kandungan BO tanah 10,28%, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kandungan BO tanah 9,4%, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kandungan BO tanah 6,05%. Kenaikan kandungan BO tanah umumnya diikuti dengan kenaikan C-organik tanah. Kandungan C-organik tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kandungan C-organik 5,96%, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kandungan C-organik 5,45%, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kandungan C-organik 3,51%. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan BO dan C-organik dengan nilai r = -0,972 dan α = 0,076 artinya adanya peningkatan BO dan C-organik di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan BO dan C-organik dengan nilai r = -0,999 dan α = 0,014, artinya adanya peningkatan BO dan C-organik di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Ketersediaan hara tanah meliputi kadar N, P2O5 tersedia, dan K2 O tertukar. Kandungan N dari yang tertinggi terdapat pada ketinggian 901-1200 m dpl dengan kandungan N 0,38%, diikuti ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kandungan N
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
0,23%, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kandungan N 0,22%. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan N dengan nilai r = -0,142 dan α = 0,455, artinya adanya peningkatan kandungan N di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan N dengan nilai r = -0,330 dan α = 0,393, artinya adanya peningkatan kandungan N di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Menurut Tim Balitbang Pertanian (2005), apabila kandungan N < 0,1 % tergolong sangat rendah, 0,1-0,2 % tergolong rendah, 0,21-0,5 % tergolong sedang, 0,51-0,75 % tergolong tinggi, dan > 0,75 % tergolong sangat tinggi. Kandungan N di ketiga stasiun tergolong sedang, sehingga cukup bagus untuk pertumbuhan dan produksi jeruk keprok tawangmangu. Hara N merupakan salah satu hara makro yang menjadi pembatas utama produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerahdaerah beriklim sedang. Kekurangan N sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman. Aplikasi N biasanya memberi reaksi yang cepat. Hal ini terlihat pada peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Apabila tanah kekurangan N mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil, daun kuning, perkembangan buah tidak sempurna, sehingga sering kali masak sebelum waktunya (Delvian, 2006 dalam Suwandi, 2009). Kandungan N pada stasiun I sebesar 0,22% diikuti dengan kenaikan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan kandungan N 0,23% diikuti dengan penurunan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Penigkatan kandungan P2O5 umumnya diikuti kenaikan unsur P. Kandungan P2O5 tersedia tertinggi terdapat pada ketinggian 901-1200 m dpl dengan kandungan P2O5 18,66 ppm, diikuti ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kandungan P2O5 16,94 ppm, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kandungan P2O5 16,24 ppm. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan P2O5 dengan nilai r = -0,363 dan α = 0,382, artinya adanya peningkatan kandungan P2O5 di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan P2O5 dengan nilai r = -0,535 dan α = 0,320, artinya adanya peningkatan kandungan P2O5 di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Menurut Tim Balitbang Pertanian (2005), apabila kandungan P2O5 < 10 ppm tergolong sangat rendah, 10-15 ppm tergolong rendah, 16-25 ppm tergolong sedang, 26-35 ppm tergolong tinggi, dan > 35 ppm tergolong sangat tinggi. Kandungan P2O5 tersedia di ketiga stasiun penelitian tergolong sedang. Hal tersebut menandakan bahwa tanah di wilayah tersebut cukup subur, sehingga tanaman jeruk keprok mampu tumbuh dan berproduksi di wilayah tersebut. Hara P adalah unsur hara yang tidak mudah bergerak (immobile) dalam tanah. Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnya dinamis, bergantung pada reaksi tanah, sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksida dan mineral liat membentuk Al, Fe, dan Ca-P atau oleh BO. Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
dan transfer energi (Widiastuti, 2011). Kandungan P2O5 tersedia pada stasiun I sebesar 16,24 ppm diikuti dengan kenaikan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu, sebaliknya di stasiun III dengan kandungan P2O5 tersedia 16,94 ppm diikuti dengan penurunan populasi dan produksi jeruk keprok tawangmangu. Penigkatan kandungan K2O umumnya diikuti kenaikan unsur K. Kandungan K2O tertinggi terdapat pada ketinggian 1201-1750 m dpl dengan kandungan K2O 0,31 me %, diikuti ketinggian 901-1200 m dpl dengan kandungan K2O 0,29 me %, dan ketinggian 501-900 m dpl dengan kandungan K2 O 0,26 me %. Populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan K2 O dengan nilai r = -1 dan α = 0,009, artinya adanya peningkatan kandungan K2O di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi tanaman jeruk keprok tawangmangu. Produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi terbalik dengan kandungan K2O dengan nilai r = -0,986 dan α = 0,053, artinya adanya peningkatan kandungan K2 O di suatu wilayah menjadi salah satu penyebab menurunnya produksi jeruk keprok tawangmangu. Menurut Tim Balitbang Pertanian (2005), apabila kandungan K < 0,1 me % tergolong sangat rendah, 0,1-0,3 me % tergolong rendah, 0,4-0,5 me % tergolong sedang, 0,6-1 me % tergolong tinggi, dan > 1 me % tergolong sangat tinggi. Kandungan K2 O pada stasiun I dan II tergolong rendah, sedangkan pada stasiun III tergolong sedang. Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, dan pembentukan pati (Silalahi et al., 2010; Delvian, 2006 dalam Suwandi, 2009).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Terdapat 2 kelompok tanaman jeruk keprok tawangmangu yaitu tanaman induk dan tanaman baru. a. Populasi tanaman induk cenderung lebih rendah, diameter batang, dan tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan tanaman baru. b. Tanaman induk tersebar di wilayah dengan elevasi tinggi terutama di Gondosuli dan Kalisoro, sedangkan tanaman baru cenderung tersebar di wilayah dengan elevasi rendah terutama di Nglebak dan Tawangmangu. 2. a. Total populasi, produksi buah, dan produktivitas jeruk keprok tawangmangu tertinggi di Nglebak. b. Populasi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan intensitas cahaya, kelembapan udara, kelembapan tanah, dan K2 O tertukar, sedangkan produksi jeruk keprok tawangmangu berkorelasi sangat erat dengan suhu udara, intensitas cahaya, suhu tanah, C-organik, dan BO.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakter tanaman induk dan tanaman baru baik dari segi agronomi, taksonomi, dan molekuler. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang interaksi antara tanaman jeruk dengan komoditas lainnya dalam rangka pengembangan sistem tumpangsari yang baik. 3. Tanaman induk dan tanaman baru masih memiliki potensi yang bagus, namun populasinya rendah sehingga perlu dikembangkan lagi melalui berbagai pendekatan oleh berbagai pihak terkait. commit to user