BUKU I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2015
1
KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM Assalammu’alaikum Wr.Wb. Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan. Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kompetensi profesional dari masing-masing peserta program. Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti. Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi. Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan untuk menyelesaikan buku ini. Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Ketua Departemen THT FKUI/RSCM
DR.Dr. Trimartani Sp.THT-KL (K)
2
Assalammu’alaikum Wr.Wb. Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM telah dapat diselesaikan. BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran. BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL. Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini. Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta. Agustus 2015 Penyusun,
Dr.Nina Irawati, Sp.THT KL (K) Koordinator Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI/RSCM
3
4
Menghadapi proses globalisasi dan kebutuhan mencetak tenaga ahli dibidang ilmu kesehatan THT-KL bertaraf internasional serta adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan THTKL, diperlukan tenaga kesehatan professional yang didukung oleh penguasaan ilmu dan teknologi yang baik. Penguasaan ilmu teknologi yang baik akan dicapai dengan meningkatkan kompetensi dari peserta program pendidikan Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI. Dalam rangka meningkatkan kualitas mutu lulusan Dokter Spesialis THT-KL FKUI selain Buku Kurikulum Pendidikan juga diperlukan Buku Rancangan Pengajaran untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih lengkap dan sistematis agar program pendidikan berlangsung dengan baik. Buku Rancangan Pengajaran ini menjelaskan materi pendidikan yang diberikan kepada peserta PPDS-Sp1 setiap semester yang diikutinya. Materi Pendidikan diberikan dalam bentuk modul. Modul tentang materi pendidikan akan dijabarkan secara terperinci oleh masing-masing divisi terkait yang ada di Departemen Ilmu Kesehatan THT-KL FKUI pada saat peserta program pendidikan mengikuti stase pendidikan. Diharapkan dengan cara pembelajaran dengan bentuk modul ini akan dapat meningkatkan kompetensi dari pada lulusan spesialisasi THT-KL FKUI sehingga dapat meningkatkan efektifitas pelayanan serta mampu menjadi pakar dalam bidang Ilmu Kesehatan THT-KL. Visi dan Misi Visi program studi THT-KL adalah menghasilkan lulusan dokter spesialis THT yang mempunyai kemampuan professional bersifat internasional dan dapat memberikan pelayanan kesehatan berlandaskan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran berdasarkan bukti (evidence based medicine) dengan pengalaman luar biasa untuk semua melalui Academic Health Systemdi Asia Tenggara tahun 2019. Misi program studi THT-KL adalah Menyelenggarakan pendidikan THT-KL yang berkualitas, berdaya saing, kreatif, inovatif dan berstandar Internasional dengan para pakar berlandaskan profesionalisme. Menyelenggarakan pendidikan suasana yang nyaman dan apresiatif serta pengalaman belajar yang luar biasa. Menyelenggarakanpendidikan yang meningkatkan pelayanan kesehatan diberbagai setting pelayanan kesehatan prima.
5
SEMESTER I Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Profesi Metodologi Penelitian Biostatistic dan Komputer Statistik Quality & Safety Biologi Molekuler Farmakologi Klinik Epidemiologi Klinik dan Evidence Based Medicine
6
1. MATERI DASAR UMUM (MDU) : 8 SKS Materi Dasar Umum merupakan materi bahasan mengenai pengetahuan untuk menjadi seorang penggagas dan peneliti.Materi ini tidak berhubungan dengan bidang ilmu kedokteran secara langsung. Komponen MDU terdiri atas :
Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi Metodologi Penelitian Biostatistik& Komputer Statistik Quality and Safety
( ( ( (
1 SKS ) 2 SKS ) 3 SKS ) 2 SKS )
2. MATERI DASAR KHUSUS (MDK) : 8 SKS Materi Dasar Khusus merupakan materi bahasan yang merupakan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang kedokteran agar mampu memecahkan masalah, menjadi pengembang ilmu,dan dapat menerapkan program pendidikan dengan kualitas yang tinggi. Komponen MDK terdiri atas :
Biologi Molekuler ( 2 SKS ) Farmakologi Klinik ( 3 SKS ) Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine ( 3 SKS )
TUJUAN DAN URAIAN TOPIK MATA AJAR 1. MDU-1. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Etika Profesi. Kode Mata Kuliah : MDU-1 UILS801001 Tujuan Mata Ajaran Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep falsafah keilmuan, struktur logik keilmuan, etika profesi agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan dan melaksanakan penelitian dengan baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi kedokteran untuk bekerja sebagai dokter spesialis yang profesional. Uraian Mata Ajaran Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu : 1. Memahami filsafat sebagai suatu disiplin ilmu yang mengupayakan penalaran yang sistematis, menyeluruh dan kritis terarah.
7
2. Memahami filsafat ilmu pengetahuan sebagai cabang dari ilmu filsafat yang mengkaji ciri-ciri ilmu pemgetahuan serta cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh penge-tahuan ilmiah dan mampu mempertanggung jawabkannya 3. Menjelaskan konsep filsafat alamiah (natural) dan filsafat keilmuan 4. Dapat menjelaskan makna suatu metode ilmiah khususnya dalam pengembangan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lain pada umumnya. 5. Mampu menjelaskan dampak dari filsafat keilmuan terhadap pengembangan profesi dan profesionalisme sebagai dokter. 6. Memahami kaidah-kaidah etika profesi dalam melaksanakan seluruh kegiatan keilmuan dan profesi. 2. MDU-2. Metodologi Penelitian Kode Mata Kuliah : MDU-2 UILS801002 Tujuan Mata Ajaran Pada akhir mata ajaran, peserta program diharapkan memahami tentang hubungan antara teori dan konsep ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pengembangan pengetahuan sehingga mampu menerapkan metodologi penelitian dalam menyusun usulan penelitian. Uraian Mata Ajaran Guna mencapai tujuan mata ajar maka disusun strategi pencapaian yaitu : 1. Membahas peran penelitian dalam pengembangan ilmu 2. Membahas teknik perancangan dan pelaksanaan perancangan penelitian kuantitatif dan kualitatif, termasuk dalam hal ini : Disain penelitian Konsep dan teknik pengukuran Elemen-elemen yang diperlukan dalam usulan penelitian Pengumpulan data Teknik penulisan hasil penelitian 3. Pencapaian hasil dengan; Meminta peserta mempelajari bahan yang dibahas.Walaupun ada kuliah formal, namun diupayakan agar tatap muka bersifat aktif dan diikuti assignment/latihan yang harus dikerjakan dan dikumpulkan untuk dinilai. Menyajikan dan membuat draft awal, simulasi pra usulan penelitian dengan materi yang dapat dipilih sendiri atau diberikan Program Studi terkait.Pada akhir semester simulasi tersebut siap untuk dikembangkan lebih lanjut.
8
3. MDU-3. Biostatistik dan Komputer Statistik Kode Mata Kuliah : MDU-3 UILS801003 Tujuan Mata Ajaran Setelah mengikuti kegiatan akademik ini diharapkan bahwa : 1. Bila dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan penyakit dan penyebarannya di masyarakat peserta program mampu meninjau dan membahas masalah tersebut dari aspek biostatistik. 2. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder,peserta program mampu melakukan pengolahan, penganalisaan dan pengambilan kesimpulan data statistik secara rasional 3. Bila dihadapkan pada sekumpulan data sekunder indikator kesehatan, peserta program mampu melakukan perhitungan statistik yang lazim untuk menggambarkan situasi kesehatan masyarakat. 4. Bekerja secara sistematik dalam melakukan aplikasi program statistik menggunakan perangkat komputer. Uraian Mata Ajaran Dalam mata ajaran ini peserta program diajarkan menangani konsep dasar biostatistik, penerapan metoda pengolahan, penyajian dan analisa data penelitian. Selain itu peserta program akan berlatih mengenai penggunaan perangkat program statistik komputer dalam proses penganalisaan data penelitian. 4. MDU-4. Quality and Safety. Kode Mata Kuliah : MDU-4 UILS801004 Tujuan Mata Ajaran Setelah menyelesaikan pembelajaran peserta diharapkan mampu memahami berbagai konsep quality and safety agar dapat meningkatkan kemampuan merencanakan dan melaksanakan penelitian dengan baik dan benar, serta mampu mengembangkan ilmu dan teknologi kedokteran untuk bekerja sebagai dokter spesialis yang profesional. Uraian Mata Ajaran Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran peserta diharapkan mampu menerapkan kaidah-kaidah patients safety dalam setiap aktifitas baik penelitian biomedik maupun pelayanan keprofesiannya. 5. MDK-1. Biologi Molekuler Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801101 Tujuan Mata Ajaran Diharapkan peserta program memahami tentang dasar biomolekuler. Uraian Mata Ajaran Biologi molekuler merupakan dasar untuk mengetahui tentang sel, antara lain struktur dari transport serta organ dalam sel.Setelah itu juga dipelajari tentang bioenergik, oksidasi biologi metabolisme 9
nutrient dan non-nutrien. Disamping itu diajarkan juga tentang membran biologis komunikasi antara sel dan transduksi, berbagai strategi lokomosi serta replikasi dan ekspresi. 6. MDK-2. Farmakologi Klinik Kode Mata Kuliah : MDK-2 UILS801102 Tujuan Mata Ajaran Diharapkan peserta program memahami tentang dasar –dasar farmakologi klinik yang berhubungan dengan program studi terkait. Uraian Mata Ajaran Farmakologi Klinik merupakan salah satu dasar ilmu untuk mengetahui tentang absorpsi dan biovailabilitas, distribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Selain itu peserta program diharapkan memahami tentang interaksi obat-reseptor, mekanisme kerja obat, farmakokinetik, pemantauan terapeutik dan interaksi obat. Setelah itu para peserta diharapkan mengenal prinsip terapi cairan, farmakoterapi pada syok dan sepsis.Akhirnya peserta harus mengetahui tentang penggunaan obat secara rasional.
7. MDK-3. Epidemiologi Klinik & Evidence Based Medicine Kode Mata Kuliah : MDK-3 UILS801103 Tujuan Mata Ajaran Materi ini meliputi pemahaman pengetahuan epidemiologi klinik yaitu penerapan prinsip-prinsip epidemiologi dalam masalah yang ditemukan di klinik. Pemahaman akan dilanjutkan dengan pemanfaatan hasil penelitian yang sahih dan mutakhir untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan pada pasien. Diharapkan peserta program mempunyai kemampuan memformulasikan masalah-masalah klinik dalam pertanyaan, teknik penelusuran pustaka melaui internet/online journal. Uraian Mata Ajaran Mata ajaran ini akan mempelajari telaah kritis terhadap laporan hasil penelitian kualitatif, kuantitatif serta integrative literature. STRATEGI PEMBELAJARAN Dalam rangka mencapai pendidikan strata S2 yang berkualitas, pelaksanaan MDU / MDK bersama ini disusun secara formal dan terstruktur. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah : 1. Kuliah (tatap muka ) Dilakukan dengan kuliah dua arah dengan cara menjelaskan tentang konsep dan teori serta aplikasi di dalam klinik.
10
2. Diskusi Kelompok Dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan melakukan analisis masalah dan akhirnya akan dicapai kesepakatan bersama. PENGELOLA Tim Koordinasi Penyelenggara MDU dan MDK Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
11
SEMESTER II
Modul Dasar Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul Modul
Terintegrasi Bidang Keilmuan Bedah Dasar THT Neurotologi 1 Keterampilan Neurotologi 1 Otologi 1 Keterampilan Otologi 1 Laring Faring 1 Keterampilan Laring Faring 1 Rinologi 1 Keterampilan Rinologi 1 Keahlian Komprehensif 1 Pelatihan Kegawatan THT 1
12
MODUL TERINTEGRASI BIDANG KEILMUAN DASAR THT DAN MODUL BEDAH DASAR THT A.
Mata Kuliah
:
MKU-1 MD22801201 / MKU-1 MD22801202
Jumlah SKS
:
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT (2 SKS) Modul Bedah Dasar THT (2 SKS)
Pendahuluan
Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT-KL dan Modul Bedah Dasar THT-KL adalah materi pendidikan yang memberikan pengetahuan keahlian di bidang keilmuan dan bedah dasar THTKL agar peserta program semester II tahap pembekalan mampu memberikan pelayanan klinik departemen THT-KL. Tujuan Mata Ajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang keilmuan dan bedah dasar THT-KL. Komponen kompetensi
Lama
:
yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
4 Minggu ( 9 Divisi)
Ketua Modul
:
Ketua program studi
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi:
Komunikasi
efektif
interprofesi
dan
multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THTKL. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan dan EBM.
13
B. C.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II. Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan : 1. Filosofi dan aspek medikolegal keilmuan dan bedah dasar. 2. Keilmuan dan pengetahuan bedah dasar yaitu penyembuhan luka dan tehnik operasi serta melakukan berbagai tehnik jahitan/simpul. 3. Anatomi organ THT-KL. C.2
D.
Keterampilan Peserta didik diharapkan mampu melakukan tindakan bedah dasar. C.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul keilmuan dan bedah dasar meliputi : a. belajar mandiri b. diskusi topik dan presentasi c. praktikum
E.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 90%. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL dan modul bedah dasar THT-KL
F.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 75. 2. Logbook 3. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
14
G.
H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Sikap dan perilaku
Presentasi
30%
Sumber Daya Pelaksana modul
I.
: Seluruh staf Departemen THT-KL RSCM FKUI.
Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Keilmuan Dasar THT
Hari
Waktu
Senin s/d Jumat Minggu I
07.30 09.00
Senin s/d Jumat Minggu II
07.30 09.00
Senin s/d Jumat Minggu III Senin s/d Jumat Minggu IV
07.30 09.00 07.30 09.00
Materi
Staf Pengajar
Filosofi dan aspek medikolegal Patient safety EBM Wound Healing Dasar-dasar bedah dasar Persiapan preoperasi dan perawatan pasca operasi Anatomi wajah, hidung, anatomi kulit dan jaringan lunak Prinsip analgesi pada muka materi dan macam-macam jahitan Prinsip jabir dan tandur Wet Lab tehnik basic skill surgery I Wet Lab tehnik basic skill surgery II Ujian tulis MCQ & Esai Ujian ketrampilan basic skill surgery
DR.Dr.Trimartani DR.Dr.Trimartani DR.Dr.Dini Widiarni DR.Dr. Mirta DR.Dr.Trimartani
Teknik kuliah
Kuliah praktek
Mirta Trimartani Dr.Dini W. DR.Dr.Trimartani Trimartani, Dini Widiarni, Mirta
praktek
15
J.
Matriks Kegiatan Modul Terintegrasi Bidang Bedah Dasar THT Hari Senin
Waktu 07.30-09.00 12.00-13.30 07.30-09.00 12.00-13.30
07.30-09.00 12.00-13.30 07.30-09.00 07.30-09.00
Senin
12.00-13.30 07.30-09.00 12.00-13.30
Selasa
07.30-09.00
Selasa
Rabu Kamis Jumat
12.00-13.30
Rabu
07.30-09.00 12.00-13.30
Kamis
07.30-09.00
Jumat
12.00-13.30 07.30-09.00
07.30-09.00 12.00-13.30 07.30-09.00 12.00-13.30 07.30-09.00 12.00-13.30
Senin Selasa Rabu
Kamis
07.30-09.00
Jumat
12.00-13.30 07.30-09.00
Topik Introduksi Bedah Dasar di Bidang THT Filosofi dan perkembangan Ilmu Penyakit THT Cedera sel serta apoptosis dan nekrosisi Terapi cairan, elektrolit dan keseimbangan asam : Prinsip dasar, jenis cairan, cara penghitungan cairan Fisiologi dan biologi sistem hemostasis Penyembuhan luka Dasar-dasar ketrampilan bedah Kamar bedah dan tata cara kamar bedah serta antisepsis Infeksi bedah dan infeksi nosokomial Resistensi kuman dan peran biofilm Dasar pemeriksaan histopatologi dan neoplasma Respon imunologik pada trauma dan Systemic Inflamatory Respon Syndrome Perawatan pra dan pasca bedah serta pencegahan dan penangan infeksi pasca trauma / infeksi Pemantauan pengelolaan syok dan nutrisi parental Tehnik dasar-dasar bedah dan bedah plastik rekonstruksi Persiapan pra, saat dan pasca operasi, pasien syok akibat perdarahan Tehnik trakeostomi Persiapan pasien : sebelum pembedahan, saat pembedahan dan pasca pembedahan Kamar bedah dan tata cara kamar bedah Dasar-dasar ketrampilan bedah Persiapan operasi di bidang Otologi Persiapan operasi di bidang Rinologi Persiapan operasi di bidang Laring-Faring Nutrisi pasca bedah
Tutor TR BH RDR An
Tehnik Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah
RW DW Tr H
Kuliah Kuliah Kuliah Kuliah
DF RDR MA
Kuliah Kuliah Kuliah
NI
Kuliah
SMH
Kuliah
An Tr
Kuliah Praktikum
An
Kuliah
BH An
Praktikum Kuliah
RU Tr/MA/DW Otologi Rinologi LaringFaring An Persiapan operasi di bidang Plastik & PlastikRekonstruksi Rekonstruksi Onkologi Persiapan operasi di bidang Onkologi Persiapan operasi di bidang Endoskopi Bronko- Endoskopi BE Esofagologi
Praktikum Praktikum Presentasi Presentasi Presentasi Kuliah Presentasi Presentasi Presentasi
16
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, 2007.
17
MODUL NEUROTOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 1
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801303 / MPK MD22801504
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Neurotologi I merupakan materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dasar dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL diharapkan mampu menjelaskan penyakit serta kelainan dalam bidang Neurotologi THT-KL dan mencapai kompetensi : 1. Mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Mampu berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
18
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Peserta
PPDS THT-KL mampu menjelaskan
embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis. 2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis perifer. 3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil pemeriksaan audiologi dasar, keseimbangan sederhana dan pemeriksaan fungsi motorik saraf fasialis perifer. D.
Lingkup Bahasan D.1
Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Neurotologi THT, meliputi: 1.
Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi dan fisiologi, patofisiologi organ pendengaran, organ keseimbangan dan saraf fasialis..
2.
Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai penyakit-penyakit yang menimbulkan gangguan pendengaran. yang disebabkan oleh : -
Atresia liang telinga, mikrotia
-
Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
-
Infeksi (misalnya : OMSK, labirintitis)
-
Timpanoskerosis, otosklerosis
-
Proses sentral (misalnya :CAPD)
-
Vaskuler (misalnya : sudden deafness, stroke)
-
Trauma (misalnya: trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
19
3.
-
Degenerasi (misalnya: presbikusis, multipel sklerosis)
-
Imunologi (misalnya: ALHL)
-
Kongenital
-
Tinitus
-
Tumor (misalnya : neuroma akustik)
-
Ototoksik (misalnya : gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
4.
-
Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
-
Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
-
Trauma (trauma kepala)
-
Degenerasi (Presbiastasis)
-
Imunologi (Menier’e deseases)
-
Kongenital, BPV pada anak
-
Tumor
-
Ototoksik
-
BPPV
-
Superior canal dehiscent
Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
5.
-
Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
-
Trauma (trauma kepala, karena operasi)
-
Kongenital
-
Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
-
Degeneratif
Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan otoskop, tes penala, tes bisik, audiometri nada murni, dan tes pendengaran behavioral pada anak
20
6.
Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan sederhana dan Schellong test untuk hipotensi ortostatik
7.
Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi motorik saraf fasialis (system House-Brackmann dan sistem Freyss). Lingkup
Pokokbahasan
Tahap
Bahasan
Kemampuan Klinis
Gangguan
Embriologi, anatomi C3
Pendengaran,
fisiologi
dan C3
keseimbangan patofisiologi dan Fasialis
C3
Saraf pendengaran, keseimbangan
dan
saraf Fasialis interpretasi
hasil C3
pemeriksaan Pemeriksaan audiologi, keseimbangan
C3 fungsi dan
fungsi saraf fasialis dasar Manajemen pasien Melakukan
C3
tahap C3
persiapan pemeriksaan
dasar
dan menginterpretasikan hasil
serta
mendiagnosis
21
gangguan pendengaran, keseimbangan
dan
saraf Fasialis
Anatomi,
C3
fisiologi,patofisiologi, diagnosis
dan
tatalaksana . indikasi, persiapan,
dan C3 langkah-
langkah pemeriksaan Gangguan
anatomi,
pendengaran,
patofisiologi
fisiologi, C3
keseimbangan gangguan dan fasialis
saraf pendengaran, keseimbangan
dan
saraf fasialis Diagnosis
C3
komprehensif indikasi, dan langkah- C3 langkah, persiapan.pemeriksaa
22
D.2
Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Tindakan
Tingkat kewenangan klinis
1. Tes berbisik
1
2. Tes Garpu tala
1
3. Pemeriksaan:
2
-
Pemeriksaan Audiometri nada murni & masking
-
Tes SAL (Sensineural Aquity Level) untuk mengatasi dilema masking
-
Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold)
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking
2
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan LDL (Loudness Discomfort Level) 2 6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of lesion) : ABLB, SISI, Tone decay 7. Audiologi pediatric
2
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA)
2
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA)
2
- Tes play audiometri
2
- Tes fungsi persepsi
2
8. PemeriksaanTimpanometri
2
9. PemeriksaanTesFungsi Tuba
2
10. Tes keseimbangan sederhana
1
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan 2 Dynamic Visual Acuity Test
23
12. PemeriksaanTesposisi (Dix Hallpike, side lying, 2 roll test) 13. PemeriksaanTesKalori (dengan air atau udara)
0
14. Pemeriksaan Posturografi
0
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss 2 atau House-Brackmann) 16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 17. Pemeriksaan Elektrofisiologis
2
fungsi saraf 2
Fasialis (NET) 18. Pemeriksaan BERA
0
19. Pemeriksaan ASSR
0
20. Pemeriksaan OAE
0
21. Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi 2 vestibuler (VRT) 22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran D.3
2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Lingkup Bahasan (Pokok/topik Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: -
Atresia liang telinga, mikrotia
-
Gangguan fungsi tuba, patolous tuba
-
Infeksi (OMSK, labirintitis)
-
Timpanosklerosis, otosklerosis
-
Proses sentral (CAPD)
24
F.
-
Vaskuler (sudden deafness, stroke)
-
Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
-
Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
-
Imunologi (ALHL)
-
Kongenital
-
Tinitus
-
Tumor (neuroma akustik)
-
Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
-
Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
-
Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
-
Trauma (trauma kepala)
-
Degenerasi (Presbiastasis)
-
Imunologi (Menier’e deseases)
-
Kongenital, BPV pada anak
-
Tumor
-
Ototoksik
-
BPPV
-
Superior canal dehiscent
-
Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
-
Trauma (trauma kepala, karena operasi)
-
Kongenital
-
Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
-
Degeneratif
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1.
Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf wajah (n. fasialis). a. belajar mandiri
25
b. diskusi topik 2.
Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL. a. kerja poliklinik b. skill tutorial
3.
Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
G.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasipeserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi.
H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis peserta PPDS THT-KL. NBL adalah 75 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan
kemampuanPeserta
PPDS THT-KL
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
26
I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
J.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul
:
1. Prof.Dr.dr.Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K) 2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K) 3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K) K.
Lokasi Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM
I.
Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Senin Jum’at Minggu I
Waktu s/d 08.0015.30
Materi Cara
Tutor kerja
Teknik
di Divisi Prof.Dr.dr. Jenny Pengarahan
Neurotologi
E B, Sp THT
Embriologi,anatomi,
Dr.
fisiologi, organ
Widayat Diskusi topic
patofisiologi Alviandi, Sp THT pendengaran, Dr.
Kerja praktek
Brastho CBD/case
keseimbangan dan saraf Bramantyo,
based
Sp discussion
THT
fasialis Diagnosis dan diagnosis banding
gangguan
pendengaran,
27
keseimbangan dan saraf fasialis
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi
tes
pendengaran dasar Pelatihan pemeriksaan dan
interpretasi
fungsi
tes
keseimbangan
dasar Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fungsi motorik saraf fasialis Evaluasi
awal
pengetahuan
Ujian tulis: Essay
dan
kemampuan pelayanan klinik di Div Neurotologi Senin Jum’at Minggu II
s/d 08.0015.30
Embriologi,anatomi, fisiologi, organ
Prof.Dr.dr. Jenny
patofisiologi E B, Sp THT pendengaran, Dr.
Widayat Diskusi topic
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT fasialis
Dr.
Brastho CBD/case
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo, banding
Kerja praktek based
Sp discussion
gangguan THT
pendengaran, keseimbangan dan saraf fasialis
28
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi
tes
pendengaran dasar Pelatihan pemeriksaan dan
interpretasi
fungsi
tes
keseimbangan
dasar Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fungsi motorik saraf fasialis Senin Jum’at Minggu III
s/d 08.0015.30
Embriologi,anatomi, fisiologi, organ
Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
patofisiologi E B, Sp THT pendengaran, Dr.
Widayat
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT fasialis
Dr.
Brastho
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo,
Sp
gangguan THT
banding pendengaran,
keseimbangan dan saraf fasialis
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi
tes
pendengaran dasar Pelatihan pemeriksaan dan fungsi
interpretasi
tes
keseimbangan
dasar
29
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fungsi motorik saraf fasialis
Senin
s/d 08.00-
Embriologi,anatomi,
Jum’at Minggu 15.30
fisiologi,
IV
organ
Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
patofisiologi E B, Sp THT pendengaran, Dr.
Widayat
keseimbangan dan saraf Alviandi, Sp THT fasialis
Dr.
Brastho
Diagnosis dan diagnosis Bramantyo,
Sp
gangguan THT
banding pendengaran,
keseimbangan dan saraf fasialis
Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi
tes
pendengaran dasar Pelatihan pemeriksaan dan fungsi
interpretasi
tes
keseimbangan
dasar Pelatihan pemeriksaan dan interpretasi fungsi motorik saraf fasialis EVALUASI
Ujian Tulis Essay
30
Daftar Pustaka: 1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology 2. Katz J, Clinical Audiology 3. Gelfand SA, Essentials of Audiology 4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation 5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
31
MODUL OTOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 1 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801305 / MPK MD22801506
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Otologi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul otologi-1 adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL). Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit, menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM.
32
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi kelainan kongenital telinga. 2. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi trauma telinga. 3. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit inflamasi telinga luar. 5. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit inflamasi telinga tengah. 6. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit inflamasi telinga dalam.
33
7. PPDS THT-KLmampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi penyakit tumor jinak dan ganas telinga.
D.
Lingkup Bahasan D.1
Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THTKLmampumemahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi: 1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu: i. Kelainan kongenital telinga herediter. ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter. 2. Jenis trauma telinga, yaitu: i. Trauma mekanik pada telinga. ii. Trauma kimia pada telinga. iii. Trauma akustik pada telinga. 3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam). 4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu: i. Otitis eksterna sirkumskripta. ii. Otitis eksterna difusa. 5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu: i. Otitis media supuratif. ii. Otitis media non-supuratif. 6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu: i. Labirinitis. ii. Penyakit Meniere. iii. Neuronitis vestibularis. iv. Presbiakusis. v. Ototoksisitas.
34
vi. Sudden deafness. vii. Tuli akibat bising.
Lingkup Bahasan
Topik Bahasan
Tingkat Kemampuan Klinis
Kelainan
kongenital Atresia dan stenosis liang
telinga herediter & non-herediter.
Trauma
telinga. Celah brakial 1.
mekanik, Laserasi & avulsi kulit
kimia, & akustik.
liang telinga. Perforasi
membran
timpani. Dislokasi osikel. Fraktur tulang temporal. Benda asing telinga Benda asing organik & luar, tengah & dalam
anorganik telinga luar, tengah & dalam.
Otitis eksterna
Otitis
eksterna
sirkumskripta. Otitis eksterna difusa. Otitis eksterna maligna. Otitis media
Otitis media supuratif: otitis
media
akut
(rekuren)& otitis media supuratif kronik. Otitis
media
non-
supuratif: otitis media efusi, glue ear.
35
Labirintitis purulenta.
Labirintitis
Labirintitis serosa. Tumor
dan Seruminoma.
jinak
Adenokarsinoma
ganas: A. Liang telinga.
liang
telinga.
B. Telinga tengah.
Osteoma.
C. CPA.
Exostosis. Osteosarkoma. Adenokarsinoma telinga tengah. Neuroma akustik.
D.2
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Keterampilan
Tingkat Kewenangan Klinis
POLIKLINIK
Menggunakan peralatan diagnostik, alat bedah mikro, 5 dan bahan kimia / obat-obatan untuk telinga. Membaca
dan
interpretasi
hasil
pemeriksaan 5
penunjang (fungsi pendengaran, nervus fasialis, keseimbangan, radiologi). KAMAR OPERASI
Mampu melakukan persiapan operasi telinga (alat, 5 pasien, dokumen pendukung). Mampu mengenali dan menyebutkan struktur 5 anatomi telinga dan tulang temporal.
36
Mampu mempraktekkan teknik bedah dasar pada 5 operasi telinga.
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul otologi-1 ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai penyakit-penyakit yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari di bidang otologi. a. Belajar mandiri. b. Diskusi topik. 2. Kerja praktek bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang otologi ilmu kesehatan THT-KL dengan cara: a. Kerja poliklinik. b. Kerja ruang rawat inap. c. Kerja instalasi gawat darurat. 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan metode: a. Tinjauan pustaka/journal reading. b. CBD/case based discussion.
37
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif
: dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1. H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2.
Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
38
J.
Sumber Daya Pelaksana modul
:
1. Dr.Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K). 2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K). 3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K). K.
Lokasi Praktek 1. Poliklinik/ instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto Mangunkusumo. 2. Instlasasi rawat
inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS.
Cipto
Mangunkusumo. L.
Matriks Kegiatan
Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
SENIN
08.00-10.00
Cara kerja di Divisi Otologi
Dr. Alfian Farid Pengarahan Hafil, SpTHT-KL (K). DR.Dr. Ratna D.Restuti, SpTHTKL (K). Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL (K). Idem Diskusi/Praktikum
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu I
Senin s/d 08.00-15.30 Jum’at Minggu II
Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Melakukan tatalaksana pasien rawat inap Idem Bekerja di poli Divisi Memahami penyakit di bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal
Teknik
Diskusi/Praktikum
39
Hari/Tgl
Waktu
Materi
Senin s/d 08.00-
Bekerja di Poli Divisi
Jum’at
Memahami penyakit di
15.30
Minggu III
Tutor
Teknik
Idem
Diskusi/Praktikum
Idem
Diskusi/Praktikum
bidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal
Senin s/d 08.00-
Bekerja di Poli Divisi
Jum’at
Memahami
Minggu IV
15.30
penyakit
Ujian Tulis Essay
dibidang Otologi Bekerja di kamar operasi IGD/IBP Follow up pasien di bangsal Ujian Tulis
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014. 3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13 th Ed, LeaFebiger, 1985. 4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989.
40
MODUL LARING FARING 1 DAN MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 1
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801307 / MPK MD22801508
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Laring Faring THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
41
B.
C.
D.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui MDU dan MDK semester 1. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis bandingdisphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampumenjelaskan, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang laring dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital 4. laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. Tahap Klinis Fisiologi C3
Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Trauma Laring
Anatomi, Laring Interpretasi Scan Handling RFL
Kemampuan
CT- C3 C3
42
ManajemenPasien Trauma Laring Basic surgical landmark, indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan operasi, alat-alat yang akan dipakai Patofisiologi, dan tatalaksana trauma larig indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkahlangkah tindakan rekonstruksi laring Abses leher dalam Anatomi, patofisiologi abses leher dalam Tatalaksana komprehensif Indikasi, kontraindikasi, komplikasi, langkah-langkah, persiapan. Obructive sleep apnea Anatomi, fisiologi, syndrome (OSAS) patofisiologi sumbatan Pemeriksaan RFL, muller maneuver,ESS, dan mengintrepetasikan polisomnografi Tatalaksana komprehensif (OSA surgery, edukasi, Tumor ganas laring Anatomi, fisiologi, patofisiologi laring
C3 C3 C3
C3
C3
C3
C3 C3
C3
C3
C3 C3 C3
43
Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi laringektomi dan diseksi leher Persiapan dan melakukan trakeostomi Stenosis laring Patofisiologi stenosis laring Diagnosis dan komplikasi Persiapan pre operasi Alat-alat yang dipersiapkan Disfonia Fisiologi, etiologi dan patofisiologi Diagnosis dan diagnosis banding Tatalaksana komprehensif Kelainan kongenital Tumbuh kembang (Laryngomalasia, Diagnosis laryngeal web, Tatalaksana laryngeal cleft, hygroma komprehensif colli, hemangioma,parese) Infeksi faring laring Anatomi, histologi, (tonsilitis faringitis, patofisiologi laringitis) Diagnosis Komplikasi Tatalaksana komprehensif Lesi jinak laring Patofisiologi (hemangioma, Diagnosis Papiloma Tatalaksana laring,granuloma,nodul, komprehensif polyp,
C3
C3
C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3 C3
C3 C3 C3 C3 C3 C3
44
D.2
Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 2 Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 1 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Inform Consent Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1 Tatalaksana Medikamentosa 2 Cricotirotomi 1 Trakeostomi Terintubasi 1 Trakeostomi Primer 0 Melebarkan Stoma 0 Decanulasi 0 Pemasangan NGT Ekstraksi Benda Asing Orofaring Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring Perawatan Kanul Trakea Perawatan Luka Pasca Operasi Angkat Jahitan Insisi Abses Peritonsil Insisi Submandibula Insisi Retrofaring Insisi Parafaring Perawatan Abses Penggantian Kanul Trakea Flexible Optik Laringoskopi Muller Manuever Interprestasi Hasil PSG
1 1 2 1 1 1 1 0 0 0 1 2 2 2 2
Interpretasi Hasilmct Scan
2
Laringoskopi Diagnostic Dan Biopsi Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Non Neoplasma Ekstirpasi Lesi Jinak Laring Neoplasma Insisi Dan Flap Pada Operasi Tiroidektomi
0 0 0 0
45
Insisi Apron Pada Operasi Laringektomi
0
Penutupan Luka Penutupan Luka Pada Operasi Laringektomi Tonsilekomi Dan Adenoidektomi 0
1
Diagnosis Dan Tatalaksana LPR
0
Ekstirpasi Kista Leher
0
Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 3 Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 1 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang Penegakan Diagnosis Penyakit Laring Faring Dengan 2 Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang Kompleks Tindakan Laringoskopi Tidak Langsung 1 Tatalaksana Medikamentosa 2 Trakeostomi Terintubasi 1 Trakeostomi Primer Pemasangan NGT 2 Biopsi Lokal Anestesi Tumor Orofaring 1 Perawatan Kanul Trakea 1 Perawatan Luka Pasca Operasi 1 Perawatan Abses 2 Muller Manuever 2 2
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
46
E.
Pokok Bahasan Pada modul ini ditetapkan pokok bahasan sebagai berikut: 1. Infeksi laring faring 2. Dysphonia 3. Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) 4. Abses leher dalam 5. Kelainan kongenital laring 6. Trauma laring 7. Lesi jinak laring 8. Lesi ganas laring 9. Obtructive Sleep Apnea Syndrome
F.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenaidisphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome. a. belajar mandiri b. diskusi topic 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL. 1. kerja poliklinik 2. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan : a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%. 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Laring Faring.
G.
47
H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke- 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.NBL adalah 80. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
J.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH) 2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH) 3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI) 4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Instalasi Bedah Pusat RSCM 3. Ruang rawat Gedung A RSCM
48
K.
Matriks Kegiatan
Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.0010.00
Senin s/d 08.00Jum’at 15.30 Minggu I
Materi Tutor Cara kerja di Divisi HBH Laring Faring SMH ARI FFZ
Teknik Pengarahan
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay
Senin s/d 08.00Jum’at 15.30 Minggu II
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan menggunakan flexible optic laryngoscop Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring Pelatihan membaca CTscan/ PSG
HBH SMH ARI FFZ
HBH SMH ARI FFZ
49
Senin s/d 08.00Jum’at 15.30 Minggu III
Senin s/d 08.00Jum’at 15.30 Minggu IV
M.
Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Pelatihan ekstraksi benda asing Infeksi laring faring Dysphonia Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring) Abses leher dalam Kelainan kongenital laring Trauma laring Lesi jinak laring
HBH SMH ARI FFZ
Diskusi/Praktikum
HBH SMH ARI FFZ
Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders, Saunders Company, 152-153., 2001 2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006 3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299387., 1194 4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx. In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214. 5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery – otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-605.
50
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea & Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34 7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology. Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500 8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59 9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology. Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42 10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th Ed, Chapter 31, pp. 724-92.
51
MODUL RHINOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN RHINOLOGI 1 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801309 / MPK MD22801510
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Rinologi adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang Rinologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Rinologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THTKL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 52
B.
C.
D.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan. Sasaran Pembelajaran D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal. 2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal. 3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan. 4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi 0 derajat dengan baik dan benar 5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan 6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan.
53
Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Tahap Kewenangan Klinis
Inflamasi dan infeksi Rinosinusitis akut hidung dan sinus Rinosinusitis paranasal kronik Polip nasal Snusitis dentogen Infeksi jaringan lunak (vestibulitis, selulitis) Penyakit autoimun (bersama divisi alergi imunologi) Sinusitis Jamur Kelainan anatomi Gangguan penghidu
Epistaksis
Abses Septum kelainan septum atresia koana anosmia trauma anosmia pasca infeksi epistaksis anterior epistaksis posterior
Benda Asing,
Lesi jinak hidungdan angiofibroma sinus paranasal papiloma inverted (angiofibroma, Papiloma inverted, bekerjasama dengan divisi onkologi THT)
54
D.2
Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Jenis Tindakan/ Keterampilan
Tahapan Pembekalan Penegakan diagnosis dengan 3 anamnesis, pemeriksaan fisik, rinoskopi anterior dan posterior Evaluasi menggunakan nasal endoskop 0 derajat Pembacaan CT-Scan Evaluasi menggunakan nasal endoskop 30,45, 70, 110 derajat Pemeriksaan fungsi penghidu Tatalaksana medikamentosa Tatalaksana pembedahan : BSEF I (Maksila) Tatalaksana pembedahan BSEF II (Maksila dan Etmoid) Tatalaksana pembedahan BSEF III DCR Tatalaksana pembedahan BSEF III (Maksila, etmoid dan frontal atau sfenoid) Tatalaksana BSEF IV (Jabir Osteoperiosteal) Tatalaksana BSEF IV (kebocoran CSS) Tatalaksana BSEF IV (operasi skull base) Tatalaksana BSEF IV (ekstirpasi tumor dengan endoskop) Tatalaksana pembedahan : Septoplasti Tatalaksana pembedahan: Reduksi Konka Inferior Melakukan perawatan luka pasca operasi BSEF Tindakan polipektomi sederhana di poliklinik Tindakan sinuskopi diagnostik
2,3 2
2 2 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 2
55
Tindakan sinuskopi tindakan Ekstraksi benda asing Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Ligasi arteri sfenopalatina Ekstraksi benda asing D.3
2 1 2 0 2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4
E.
Lingkup Bahasan (Pokok Bahasan) Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal 2. Kelainan anatomi 3. Gangguan penghidu 4. Epistaksis 5. Benda asing
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Rinologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai Rinosinusitis, Polip, Kelainan septum, Epistaksis, Gangguan Penghidu dan Benda asing a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang Rinologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik b. skill tutorial 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion
56
F.
I.
G.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. NBL adalah 75. 2. Minicex Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien . 3. DOPS Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
57
H.
Sumber Daya Pelaksana modul : 5. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K) 6. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K) 7. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K) 8. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL Lahan Praktek 4. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 5. Instalasi Bedah Pusat RSCM 6. Ruang rawat Gedung A RSCM
I.
Matriks Kegiatan Hari/Tgl Waktu SENIN 08.00-10.00
Materi Cara kerja di Divisi Rinologi
Tutor Dr.Umar SD Dr.Endang MK DR.Dr.Retno SW Dr.Febriani
Senin s/d Jum’at Minggu I
Rinosinusitis
idem
08.00-15.30
Polip kelainan septum
08.00-15.30
gangguan penghidu benda asing Epistaksis pelatihan pemeriksaan fungsi penghidu pelatihan menggunakan nasal endoskop 0 derajat Rinosinusitis
Teknik Pengarahan
Diskusi topik Kerja praktek CBD/case based discussion Ujian tulis: Essay
idem
idem
58
Senin s/d Jum’at Minggu II
Polip kelainan septum gangguan penghidu benda asing epistaksis pelatihan septoplasti lilin dan atau kambing pelatihan membaca CT-scan
Senin s/d Jum’at Minggu III
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at Minggu IV
08.00-15.30
Rinosinusitis
idem
Diskusi/Praktikum
Polip kelainan septum gangguan penghidu benda asing epistaksis pelatihan sinuskopi, ekstraksi benda asing Rinosinusitis Polip kelainan septum gangguan penghidu benda asing epistaksis
idem Ujian Tulis Essay
59
Daftar Pustaka 1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders Co.1989. 2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009. 3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006. 4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997. 5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th Ed.2003. 6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001. 7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991. 8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008. 9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
60
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 1 Mata Kuliah
:
MPA MD22801411
Jumlah SKS
:
Modul Keahlian Komprehensif THT 1 (2 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul
:
Koordinator Penelitian THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 1 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
61
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar. C.2 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 1 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal. c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.
62
G.
Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Form penilaian -Makalah dan 50% pembimbing Karya Ilmiah Media 30 % penguji presentasi 20% pembimbing -Presentasi dan diskusi
H.
Sumber Daya Pelaksana modul
I.
: 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 1 Hari Waktu Senin- 2 bulan Jumat Selasa/ rabu/ jumat SeninJumat
Materi Staf Pengajar Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing diskusi dengan pembimbing
Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 1 yang telah ditentukan 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 2 rabu/ yang telah jumat ditentukan
Pembimbing Moderator Penguji Pembimbing
Pembimbing Moderator Penguji
Teknik Belajar mandiri diskusi Presentasi
Belajar mandiri diskusi Presentasi
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, PhilosophyApproaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989.
63
6. 7.
Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
64
MODUL KEGAWATDARURATAN THT I Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801309 / MPK MD22801510
Jumlah SKS Lama
:2 SKS
A. Pendahuluan Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL.
:
4 Minggu
Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu
Ketua Modul : Penanggung Jawab IGD THT
memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Laring Faring THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsipprinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan 65 Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
1. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 2. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
66
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: 1. Benda asing di THT 2. Nyeri telinga akut 3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis 4. Trauma telinga dan tulang temporal 5. Tuli mendadak 6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif 3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : 1. Benda asing di THT 2. Nyeri telinga akut 3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis 4. Trauma telinga dan tulang temporal 5. Tuli mendadak 6. Epistaksis 7. Trauma wajah 8. Trauma jaringan lunak wajah 9. Trauma hidung 10. Abses leher 11. Sumbatan laring 12. Trauma trakea 13. Disfagia 14. Esofagitis korosif
67
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
Kewenangan klinis 3c
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
3c
Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT
3c
3c Manajemen pasien Benda Asing di THT
indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkahlangkah pengambilan benda asing di THT Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel)
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
3c 3c
3c
68
3c
Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna
Diagnosis
Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus
3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
3c
3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal
Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tata Laksana
3c Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak
69
Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik
3c Diagnosis dan komplikasi
3c Rencana tatalaksana
3c Anatomi, fisiologi dan patofisiologi Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior
3c Diagnosis
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
3c Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
70
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi
Diagnosis
3c Komplikasi
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
3c
Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka
Anatomi, histologi, patofisiologi
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula
Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis
71
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam Trauma Endogen
3c
3c
3c Diagnosis Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
3c Anatomi, histologi, patofisiologi Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus
Diagnosis dan diagnosis banding
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif Anatomi, histologi, patofisiologi Esofagitis Korosif
3c
3c Diagnosis
72
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 2
Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: Bronkoskopi Benda asing di bronkus : Bronkoskopi Benda asing di esofagus: Esofagoskopi Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum
0 0 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1
2 1 2
0 0 0
73
Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT Esofagitis korosif Esofagoskopi Pemasangan NGT
1 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 1 1 0 1 1
1
II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga.
74
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan,
Form penilaian
40%
Keterampilan
Form penilaian
20%
Sikap dan perilaku
Form penilaian
40%
H. Sumber Daya Pelaksana modul
: Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 2. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
SeninJumat
15.0007.00
SabtuMinggu
08.0020.00 20.0008.00
Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT
Tutor
Teknik
DPJP jaga harian
Form penilaian
DPJP jaga harian
Form penilaian
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
75
SEMESTER III Modul Endoskopi Bronkoesofakologi 1 Modul Keterampilan Endoskopi Bronkoesofakologi 1 Modul Onkologi 1 Modul Keterampilan Onkologi 1 Modul Plastik Rekonstruksi 1 Modul Keterampilan Plastik Rekonstruksi 1 Modul Alergi Imunologi Modul Keterampilan Alergi Imunologi Modul Keahlian Komprehensif 2 Modul Pelatihan Kegawatan THT 2
76
MODUL ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN ENDOSKOPI BRONKOE SOFAGOLOGI 1
Mata Kuliah
:
A.
Pendahuluan Modul
EBE
adalah
materi
pendidikan
yang
MKK-1 MD22801313 / MPK MD22801514
memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang
Jumlah SKS
ilmu penyakit THT agar peserta program semester III tahap
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang EBE yaitu KELAINAN DI TRAKTUS TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN KESULITAN MENELAN OROFARING. Tujuan Pembelajaran
:
Setelah melewati modul ini, peserta program
4 Minggu
diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Endoskopi Bronkoesofagologi THT-KL
di bidang EBE
THT-KL.
Komponen kompetensi yang
diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi
dalam
memahami
dan
mampu
menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan profesional.
kemampuan
intelektual
dan
Area kompetensi: Profesionalisme,
ETIK DAN MEDIKOLEGAL 2. Kompetensi dalam
area berkomunikasi secara
efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam
mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan , EBM.
77
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta didik diharapkan mampu untuk : 1. Menjelaskan adanya kelainan di tarktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring dengan tepat dan cepat 2. Menentukan sikap/tindakan terhadap kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Mengenal komplikasi kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4. Melakukan penatalaksanaan yang tepat dalam mengatasi kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk : 1. Menjelaskan anatomi, topografi, histologi dan fisiologi traktus tracheobronchial dan esofagus (K3,A3) 2. Menjelaskan kemungkinan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Menjelaskan gejala dan tanda kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4. Merencanakan pemeriksaan radiologi dan penunjang lainnya pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnostik dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 6. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada 7. Menjelaskan tanda-tanda klinik bila ada komplikasi akibat kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III.
C.
Sasaran Pembelajaran (Audience, Behaviour, Condition, Degree) 1. Mampu mendiagnosis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 2. Mampu menjelaskan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring
78
D.
3. Mampu menjelaskan gambaran klinis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 4. Mampu menjelaskan secara lengkap jenis jenis pemeriksaan penunjang lainnya.pada kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 5. Mampu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan dan memahami : 1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi anatomi. 2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring 3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi, penggunaan radiologi. 4. Peserta PPDS THT mampu melakukan dan membuat laporan bronkoskopi atau esofagoskopi dan pemeriksaan FEES 5. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring. Lingkup Bahasan
Trakeobronkial, esofagus, orofaring
Pokok Bahasan
Kelainan esofagus : Benda asing esofagus
Anatomi trakeobronkial, esofagus dan orofaring Persarafan - jaras traktus trakeobronkial, esofagus dan orofaring Vaskularisasi
Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis)
Tahap Kewenangan Klinis
C3
C3
79
Stenosis esofagus
Esofagitis : Refluks Eosinofilik
Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Esofagoskopi kaku dan fleksibel) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya. Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, Esofagoskopi kaku dan fleksibel) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya. Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya
C3
C3
Gangguan neuromuscular : spasme difus esofagus, Nutcracker Esofagus Akalasia, divertikulum
Patofisiologi dan jenis kelainan. Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Barium esofagogram, pH metri, Manometri, Esofagoskopi kaku dan fleksibel, biopsy mukosa) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya
C3
Disfagia fase oral dan fase faring
Patofisiologi dan jenis kelainan.
C3
80
Benda asing traktus trakeobronkial
D.2
Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (FEES, Videofluruoskopi, CT scan Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya. Patofisiologi Diagnosis ( gejala, tanda klinis) Pemeriksaan penunjang (Radiologi, CT scan, Bronkoskopi kaku dan fleksibel, Virtual bronkoskopi) Tata laksana komprehensif Komplikasi dan tatalaksananya
C3
Keterampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Tindakan
Tingkat Klinis 1 2
Kewenangan 3
4
5
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik Persiapan dan interpretasi pemeriksaan rhinolaringoskopi serat optic lentur Persiapan dan interpretasi pemeriksaan Trakeo - Bronkoskopi Kaku (Bonkoskopi diagnostik) Persiapan dan interpretasi pemeriksaan Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel Persiapan dan interpretasi prosedur Ekstraksi Benda Asing Trakeo-Bronkus dengan Bronkoskopi kaku Persiapan dan interpretasi pemeriksaan Esofagoskopi kaku
81
Persiapan dan interpretasi prosedur Ekstraksi Benda Asing Esofagus dengan Esofagoskopi kaku Persiapan dan interpretasi prosedur biopsi tumor trakea-bronkus dengan Bronkoskopi kaku Persiapan dan interpretasi prosedur Biopsi tumor esofagus dengan Esofagoskopi kaku Persiapan pemeriksaan Trans Nasal Esophagoscopy (Flexible Esophagoscopy) Persiapan dan interpretasi prosedur Dilatasi Esofagus dengan Esofagoskopi Rigid (Esophagoscopic Dilation Under Direct Vision) Persiapan dan interpretasi pemeriksaan FEES (Flexible Endoscopic Esophageal of the Swallowing)
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
82
E. F.
Lingkup Bahasan E.1 Tingkat Kewenangan Klinis Metode Dan Tahapan Pengajaran Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi a. Belajar mandiri b. Kuliah interaktif c. Kerja praktek
G.
Evaluasi Pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai berikut : 1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE.
H.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex
83
Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
J.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. Dr. dr Susyana Tamin, Sp THT-KL(K) 2. dr. Elvie Zulka, Sp THT-KL(K) 3. dr. Rahmanofa Yunizaf SpTHT
K.
Lokasi Praktek 3. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 4. Ruang rawat Gedung A RSCM
L.
Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
Materi
Senin
08.00-10.00
Cara kerja di Divisi Endoskopi-bronkoesofagologi
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Minggu I
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Tutor
Dr. Susyana Pengarahan Tamin Dr.Elvie Zulka Dr Rahmanofa Yunizaf D. Diskusi topik Traktus trakeobronkial dan Idem E. Kerja praktek esofagus F. CBD/case Benda asing traktus based trakeobronkial dan esofagus discussion ujian pre tes G. Ujian tulis: Essay Esofagitis Stenosis esofagus Pelatihan membaca Temuan Refluks
Idem
H. Diskusi topik I. Kerja praktek J. CBD/case based discussion
Kelainan neuromuscular Idem esofagus Disfagia fase oral dan fase faring
K. Diskusi topik L. Kerja praktek
Skor
Minggu II Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Teknik
84
Minggu III
Hari/Tgl Senin s/d Jum’at
M. CBD/case based discussion
Waktu 08.00-15.30
Materi Review modul
Tutor Idem
Teknik N. Diskusi topik O. Kerja praktek P. CBD/case based discussion
08.00-15.30
Review modul
Idem
Q. Diskusi topik R. Kerja praktek S. CBD/case based discussion
08.00-15.30
Review modul Ujian Tulis
Idem
T. Diskusi topik U. Kerja praktek V. CBD/case based discussion W. Presentasi Timjauan Pustaka X. Ujian Tulis Essay
Minggu IV Senin s/d Jum’at Minggu V Senin s/d Jum’at Minggu VI
DAFTAR PUSTAKA 1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2nd ed. 2002:577-615 2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102 (4): 23840. 3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds. Head and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998 4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck SurgeryOtolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5 5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21.
85
6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4): 26-33. 7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R, Kendall K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18. 8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the larynx. In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder, 1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36. 9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management of swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21. 10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults. In: Marks L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1 st ed. United Kingdom: Speechmark Publishing Ltd; 2001.p. 2-6. 11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9. 12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455. 13. Bailey BJ., Johnson JT. Esofageal Disorder, 755-70., 2006 14. Ballantyne J.C, Grove John, Edwards C.H., Downton David. In a Synopsis of otolaryngology. 15. Bristal John wright & sons red. Page 353 – 369
86
MODUL ONKOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN ONKOLOGI 1 Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801315 / MPK MD22801516
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Onkologi THT-KL
A.
Pendahuluan Pada modul ini dipelajari mengenai anatomi, surgical landmark, patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tumor dibidang onkologi THT. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit-penyakit tumor dibidang Onkologi THT, diagnosis dan penatalaksanaannya. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
87
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang Onkologi THT dengan lengkap 2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT 3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT 4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT 5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang Onkologi THT
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi: - Karsinoma nasofaring - Tumor sinonasal - Angiofibroma - Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring - Tumor kelenjar liur - Tumor tiroid - Tumor ganas kulit di kepala leher - Unknown primary tumor
Lingkup Bahasan Karsinoma Nasofaring
Pokok Bahasan Anatomi Patofisiologi
Diagnosis histopatologi klasifikasi WHO /WF Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan
Tahap Kewenangan Klinis
C3 C3 C3
88
Tumor Sinonasal
Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan
Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel. Anatomi Patofisiologi
C3
Penegakan Diagnosis Tatalaksana
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana
Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi
C3
C3
C3
C3 C3 C3
C3 C3
89
Angiofibroma
Teknik rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid (bekerja sama dengan divisi rinologi) Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel. Anatomi Patofisiologi
Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
- Diagnosis histopatologi - Interpretasi imunohistokimia - CT/MRI scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik rinofaringolaringoskopi (bekerjasama dengan divisi Laringfaring) Interpretasi hasil pemeriksaan Anatomi Patofisiologi
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen
C3
C3
C3 C3 C3
C3 C3
C3
C3 C3 C3
90
Bone scan Pet scan
Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik rinofaringolaringoskopi Interpretasi hasil pemeriksaan
C3 C3
C3
C3 Teknik biopsi lokal Tumor kelenjar liur
Anatomi
C3
Patofisiologi
C3
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi
C3
C3 C3
C3 Teknik biopsi lokal Tumor tiroid
Anatomi
C3
Patofisiologi
C3
91
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana
Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi
C3
C3 C3
C3 Tumor ganas kulit di kepala leher
FNAB
Anatomi
C3
Patofisiologi
C3
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan Penegakan Diagnosis Tatalaksana
Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi
C3
C3 C3
C3 Teknik biopsi lokal Unknown primary tumor
Anatomi
C3
92
Patofisiologi
C3
Diagnosis histopatologi Interpretasi imunohistokimia CT/MRI scan Foto thoraks USG Abdomen Bone scan Pet scan
C3
C3
Penegakan Diagnosis Tatalaksana
Informed consent Komplikasi tindakan Cara mengatasi komplikasi Teknik rinofaringolaringoskopi Interpretasi hasil pemeriksaan
C3
C3
C3 Teknik biopsi local FNAB
93
D2. Keterampilan Setelah melewati modul ini peserta didik diharapkan mampu: Keterampilan Menegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik THT, pemeriksaan penunjang Teknik rinofaringolaringoskopi Interpretasi hasil pemeriksaan Teknik biopsi local dengan endoskopi rigid Teknik biopsi local dengan endoskopi fleksibel
Tahap Pembekalan Semester 3 3 3 3 3 3
D3.Sikap dan prilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety. E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul karsinoma nasofaring meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik. 1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai karsinoma nasofaring a. belajar mandiri b. diskusi topic 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan menjelaskan diagnosis dan tatalaksana karsinoma nasofaring. a. kerja poliklinik 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%.
94
G.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2.
Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
95
I.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K) 2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD 3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL
J.
Lahan Praktek Lokasi praktek peserta program PPDS adalah Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM Matriks Kegiatan
K.
Hari/Tgl
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
Senin (Minggu I)
07.30-08.30
Cara kerja di Divisi
Dr. Zanil Dr.Marlinda Dr. Mayang
Pengarahan
Senin s/d Jum’at (Minggu I)
08.30-15.30
idem
Y. Diskusi topik Z. Kerja praktek AA. CBD BB. DOPS CC. Ujian tulis: Essay (pre test)
idem
DD. Diskusi topik EE. Kerja praktek FF. CBD GG. DOPS
Senin s/d Jum’at (Minggu II)
08.00-15.30
Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi
96
Senin s/d Jum’at (Minggu III)
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at (Minggu IV)
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at (Minggu V)
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at (Minggu VI)
08.00-15.30
Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi Karsinoma nasofaring Tumor sinonasal Angiofibroma Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
Idem
HH. Diskusi topik II. Kerja praktek JJ. CBD KK. DOPS
Idem
LL. Diskusi topik MM. Kerja praktek NN. CBD OO. DOPS PP. Literature review
Idem
QQ. Diskusi topik RR. Kerja praktek SS. CBD TT. DOPS UU. Ujian tulis: Essay (post test)
idem
VV. Diskusi topik WW. Kerja praktek XX. CBD YY. DOPS
97
Tumor kelenjar liur Tumor tiroid Tumor ganas kulit di kepala leher Unknown primary tumor Pemeriksaan RFL Biopsi
ZZ. Ujian tulis: Essay
Daftar Pustaka: 1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. 2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009. 3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002. 4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New York:Thieme;1998. 5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334 6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160 7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
98
MODUL PLASTIK REKOSNTRUKSI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONTRUKSI 1
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801317 / MPK MD22801518
Jumlah SKS
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Plastik Rekonstruksi Iadalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang plastik rekonstruksi THT-KL yang berkaitan dengan ilmu penyakit THT agar peserta program semester III tahap pembekalan mampu memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang plastik rekonstruksi. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
99
B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester II.
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi THTKL dalam penanganan pasien i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat melakukan perawatan luka yang benar. ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir. iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajahdengan cara foto dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi 2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial termasuk hidung dan daun telinga. 3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan merencanakan tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THT-KL (Celah bibir dan palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas maksilofasial, mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler). Lingkup Bahasan
Uraian
Plastik Rekonstruksi THT-KL
Plastik rekonstruksi
Kelainan Hidung
Hidung
Pokok Bahasan
Proses penyembuhan luka Perawatan luka Tandur alih. Jabir analisis dan dokumentasi wajah pre dan post operasi plastik rekonstruksi anatomi dan fisiologi hidung. rekonstruksi pada kelainan hidung luar dan dalam (septoplasti,
Tahap Kewenangan Klinis C3 C3 C3 C3 C3
C3 C3
100
Trauma dan fraktur
Kelainan kongenital
Defek Hidung
rinoplasti dan septorinoplasti), patofisiologi kelainan fungsi dan fisik akibat trauma gejala dan tanda fraktur hidung diagnosis dan diagnosis banding trauma hidung tindakan dan pengelolaan trauma dan fraktur hidung pada keadaan akut dan lanjut tindakan operasi reposisi tertutup indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi berbagai tindakan pengelolaan trauma hidung komplikasi trauma hidung
kelainan kongenital hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk kelainan kongenital hidung kelainan defek hidung kelainan fisik dan patofisiologi hidung tindakan dan pengelolaan untuk kelainan defek hidung
C3
C3 C3 C3
C3 C3
C3 C3 C3 C3 C3 C3
C3 C3 C3 C3
C3
101
Maksilofasial
Facial Plasty
Defek maksilofasial
Kongenital telinga
Trauma maksilofasial
anatomi, histologi dan fisiologi wajah termasuk daun telinga pada anak dan dewasa kelainan fisik dan patofisiologi wajah tata laksana penanganan kelainan wajah non patologi dan patologi kelainan defek maksilofasial kelainan fisik dan patofisiologi maksilofasial tindakan dan pengelolaan untuk kelainan defek maksilofasial kelainan kongenital telinga kelainan fisik dan patofisiologi telinga Tata laksana untuk kelainan kongenital telinga (mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel preaurikuler) anatomi, histologi dan fisiologi maksilofacial pada anak dan dewasa. patogenesis serta patofisiologi trauma maksilofasial komplikasi berbagai fraktur maksilofasial, fraktur sinus, fraktur Lefort I, II dan III,
C3 C3
C3 C3
C3 C3
C3
C3 C3 C3
C3
C3
C3
102
Labiopalatoski sis
Labioskisis
Palatoskisis
fraktur zigoma, serta mandibula. indikasi, kontra indikasi, komplikasi (maloklusi, diplopia) dan berbagai pendekatan operasi terhadap fraktur maksilofasial Tata laksana fraktur maksilofasial: fraktur sinus frontal, fraktur maksila, fraktur zigoma dan mandibula embriologi, anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir kelainan anatomi dan fisiologi rongga mulut dan bibir faktor resiko dan patofiologi terjadinya berbagai jenis labioskisis Tata laksana komprehensif labioskisis. embriologi, anatomi dan fisiologi palatum dan jaringan sekitar kelainan anatomi dan fisiologi palatum dan jaringan sekitar faktor resiko dan patofisiologi terjadinya berbagai jenis palatoskisis Tata laksana komprehensif palatoskisis.
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
C3
103
C.2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Ada 3 tahapan pembelajaran: yaitu tahap orientasi, latihan, portfolio, dan umpan balik. Metode pembelajaran dapat diberikan dalam bentuk : bedah buku, diskusi topik, belajar mandiri, dan latihan pada pasien. Tiap-tiap topik bahasan akan berada dalam tahapan yang berbeda dan akan diberikan dengan metode yang berbeda seperti yang tercantum dalam matriks kegiatan.
E.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak lebih dari 75%. 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.
F.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook
104
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85. Waktu Pelaksanaan 1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi 2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima) G.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
H.
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K) 2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) M.Epid 3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)
I.
Lokasi Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM 2. Ruang rawat Gedung A RSCM
J.
Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah : Hari / Tanggal
Waktu
Materi
Tutor
Teknik
Senin
08.00-10.00
Cara kerja di Divisi Plastik Rekonstruksi
Dr. dr. Dini W.W SpTHTKL (K)
Pengarahan
105
Senin s/d Jum’at Minggu I
08.00-15.30
Bekerja di Poli Divisi Latihan menggunakan alat diagnostik Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP
Senin s/d Jum’at Minggu II
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at Minggu III
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at Minggu IV
08.00-15.30
Senin s/d Jum’at Minggu V
08.00-15.30
Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal
DR.dr.Trimartani SpTHTKL(K) Dr. dr. Mirta H.R SpTHTKL(K)
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
Diskusi/ Praktikum
106
Senin s/d Jum’at Minggu VI
08.00-15.30
Bekerja di Poli Divisi Memahami penyakit di bidang Plastik Rekonstruksi THT Bekerja di kamar operasi IGD / IBP Follow Up pasien di bangsal Ujian Tulis
Diskusi/ Praktikum Ujian Tulis Essay
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-ApproachesTechnigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins, 2007.
107
MODUL ALERGI IMUNOLOGI 1 DAN MODUL KETERAMPILAN ALERGI IMUNOLOGI 1
Mata Kuliah
:
MKK-1 MD22801319 / MPK MD22801520
Jumlah SKS
A.
:
Materi Keahlian Khusus (MKK) = 1 SKS Materi Penerapan Keprofesian (MPK) = 1 SKS
Lama
:
4 Minggu
Ketua Modul
:
1.
Ketua Divisi Alergi Imunologi THT-KL 2.
3.
4.
5.
6.
Pendahuluan Modul alergi imunologi adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang alergi imunologi THT-KL. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang alergi imunologi THT-KL (united airway disease) dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik. 108
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL. C.
Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan fisiologi sistem imun alami dan adaptif dengan lengkap 2. Residen THT mampu menjelaskan Mengetahui, dan memahami 4 tipe reaksi hipersensitifitas 3. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan komplemen 4. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi rinitis alergi, rinitis non alergi, dan komorbid 5. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan diagnosis rinitis alergi, rinitis non alergi, dan komorbid 6. Residen THT mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan tatalaksana komperhensif kasus rinitis alergi, rinitis non alergi dan komorbid
D.
Lingkup Bahasan D.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang alergi imunologi THT, meliputi: 1. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis alergi 2. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan komplikasi rinitis non alergi 3. Mengetahui, memahami dan menjelaskan patofisiologi, etiologi, gejala dan tanda, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana komorbid rinitis alergi. Lingkup Bahasan
Pokok Bahasan
Imunologi Dasar
Rinitis Alergi
Imunitas alami (innate immunity) Imunitas adaptif Patofisiologi rinitis alergi
Tahap Kewenangan Klinis C3
C3
109
Rinitis Non Alergi
Penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid)
D.2
Diagnosis rinitis alergi (klasifikasi WHO ARIA 2008) Tatalaksana rinitis alergi (edukasi, kontrol lingkungan, farmakoterapi, dan merencanakan imunoterapi/tindakan bedah) Rinitis vasomotor Rinitis okupasi Rinitis hormonal Rinitis geriatri Rinitis idiopatik NARES Penyakit Sistemik Penyebab Rinitis Nonalergi Drug Induced Rhinitis Rinitis atrofi Rinosinusitis/polip hidung OME Hipertrofi adenoid United Airway Diseases
C3 C3
C3 C3 C3
C3 C3 C3
Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 3
Melakukan konseling, persiapan dan prosedur skin prick test
4
Melakukan konseling, persiapan dan prosedur nasoendoskopi
4
Melakukan konseling, persiapan dan prosedur PNIF
4
110
Melakukan konseling, persiapan dan prosedur tes fungsi penghidu Menegakan diagnosis rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Memberikan farmakoterapi kasus rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Melakukan edukasi kasus rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) pada pasien dan keluarga Merencanakan imunoterapi
3
Merencanakan tindakan bedah
4
4
4
4
4
D.3
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan non paramedik. Disiplin dan bertanggungjawab serta taat dalam pengisian dokumen medik, tugas serta pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
D.4
Bahasan Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut: 1. Imunologi dasar 2. Rinitis alergi 3. Rinitis non alergi 4. Penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid)
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap orientasi, latihan, dan umpan balik.
111
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai imunologi dasar, rinitis alergi, rinitis non alergi, penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid). a. belajar mandiri b. diskusi topik 2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek klinis/keterampilan di bidang alergi imunologi ilmu kesehatan THT-KL a. kerja poliklinik 3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan a. tinjauan pustaka/journal reading b. CBD/case based discussion F.
G.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90% 1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik. 2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi imunologi. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Ujian tulis. Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus (NBL) =75. 2. Minicex. Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien. 3. DOPS. Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan 4. Logbook 5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
112
H.
Pembobotan Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan
Essay
70%
Minicex Sikap dan perilaku
I.
J.
K.
30%
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Keterampilan
DOPS
100%
Sumber Daya Pelaksana modul : 1. dr Nina Irawati, Sp THT-KL(K) 2. dr Niken L. Poerbonegoro, Sp THT-KL(K) Lahan Praktek 1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM Matriks Kegiatan Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah : Hari/Tgl SENIN
Waktu 08.00-10.00
Materi Cara kerja di Divisi Alergi Imunologi
Tutor Dr. Nina Dr.Niken
Teknik Pengarahan
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
imunologi dasar rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) ujian pre tes
Idem
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion 4. Ujian tulis: CBD/Case Based Discussion
08.00-15.30
rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Pelatihan melakukan tes kulit
Idem
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion
Minggu I
Senin s/d Jum’at Minggu II
113
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Pelatihan melakukan tes nasal peak flowmetri.
08.00-15.30
Idem rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Melakukan tes kulit dan tes nasal peak flowmetri Idem rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Melakukan nasal peak flowmetri dan tes kulit Presentasi journal reading idem rinitis alergi rinitis non alergi penyakit THT yang berhubungan dengan alergi (komorbid) Melakukan tes kulit dan nasal flowmetri Ujian Tulis
Minggu III
Senin s/d Jum’at Minggu IV
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Minggu V
Senin s/d Jum’at
08.00-15.30
Minggu VI
Idem
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion.
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion
1. Diskusi topik 2. Kerja praktek 3. CBD/case based discussion 4. Presentasi Timjauan Pustaka 5. Ujian Tulis: CBD/Case Based Discussion
Lampiran: Penilaian PSP, DOPS,minicex
114
115 Daftar Pustaka: 1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6 th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010. 2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009. 3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002. 4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New York:Thieme;1998. 5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334 6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy 2008 Apr ; 63 (86):8-160 7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009. 8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
115
116
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 2 Mata Kuliah
:
MPA MD22801421
Jumlah SKS
:
Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS)
Lama
:
6 Bulan (Selama Periode Semester II)
Ketua Modul
:
Koordinator Penelitian THT-KL
A.
Pendahuluan Modul Keahlian Kompehensif THT 2 adalah materi pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasuskasus THT sesuai dengan evidence based medicine. Tujuan Pembelajaran Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini: 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal. 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin. 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim. 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu. 5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM. 6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
116
117 B.
Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester III
C.
Sasaran Pembelajaran C.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu: 1. Melakukan penulisan karya ilmiah. 2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar. 3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai landasan pembuatan karya ilmiah. 4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2
Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi etika penulisan karya ilmiah.
E.
Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul Keahlian Kompehensif THT 2 meliputi : a. Menyusun makalah b. Mencari literatur dan melakukan critical appraisal. c. Diskusi dengan pembimbing d. Presentasi Ilmiah
F.
Evaluasi pembelajaran Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
I.
Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Formulir penilaian karya ilmiah. NBL adalah 75. 2. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari diskusi dengan pembimbing dan presentasi ilmiah. NBL adalah 85.
117
118
G.
Pembobotan Bentuk Evaluasi Bobot Form penilaian -Makalah dan Media 50% pembimbing Karya Ilmiah presentasi 30 % penguji -Presentasi dan 20% pembimbing diskusi
H.
I.
Sumber Daya Pelaksana modul
: 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K) 2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
Matriks Kegiatan Modul Modul Keahlian Kompehensif THT 2 Hari SeninJumat
Waktu 2 bulan
Materi Staf Pengajar Penyusunan karya ilmiah dan Pembimbing diskusi dengan pembimbing
Selasa/ rabu/ jumat SeninJumat
Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 3 yang telah ditentukan 2 bulan Penyusunan karya ilmiah dan diskusi dengan pembimbing
Selasa/ Sesuai jadwal Presentasi karya ilmiah 4 rabu/ yang telah jumat ditentukan
Pembimbing Moderator Penguji Pembimbing
Pembimbing Moderator Penguji
Teknik Belajar mandiri diskusi Presentasi
Belajar mandiri diskusi Presentasi
Daftar Pustaka: 1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21 2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007 3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994, 4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, PhilosophyApproaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
118
119 5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery, Elseiver Science Publishers, 1989. 6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014 7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
119
120
MODUL KEGAWATDARURATAN 2 Mata Kuliah
:
A. Pendahuluan
:
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan THT-KL.
MPK MD22801522
Jumlah SKS
Modul Keahlian Komprehensif THT 2 (2 SKS)
Tujuan Pembelajaran
Lama
:
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
6 Bulan (Selama Periode Semester III)
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-
Ketua Modul
:
Koordinator Penelitian THT-KL
KL. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal 2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin 3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim 4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 5. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
120
121
3. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM 4. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester III yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran 1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan THT. 3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan I.1 Pengetahuan Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan THT, meliputi: 1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuhkembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. 2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding: 3. 4. 5. 6. 7.
Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak
121
122 8. Epistaksis 9. Trauma wajah 10. Trauma jaringan lunak wajah 11. Trauma hidung 12. Abses leher 13. Sumbatan laring 14. Trauma trakea 15. Disfagia 16. Esofagitis korosif Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Benda asing di THT Nyeri telinga akut Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Epistaksis Trauma wajah Trauma jaringan lunak wajah Trauma hidung Abses leher Sumbatan laring Trauma trakea Disfagia Esofagitis korosif
Lingkup Bahasan
pokok bahasan
3c
Benda Asing di THT:
Benda asing di Esofagus Benda asing di Laring Benda asing di Trakea Benda asing di Bronkus Benda asing di Sinus Piriformis Benda asing di Dasar Lidah Benda asing di Faring/ Tonsil Benda asing di Hidung Benda asing di Liang Telinga
Kewenangan klinis
Anatomi, Fisiologi Dan Patofisiologi
122
123 3c
Diagnosis dan Diagnosis Banding
3c Rencana tatalaksana tindakan dan medikamentosa pada kasus benda asing di THT
3c
Manajemen pasien Benda Asing di THT
3c 3c indikasi, kontraindikasi, komplikasi, persiapan, langkah-langkah pengambilan benda asing di THT 3c
Nyeri Telinga Akut Otitis Media Supuratif Akut (OMA) Otitis Eksterna Sirkumskrip (Furunkel) Otitis Eksterna Difus Otitis Eksterna Maligna
Anatomi, patofisiologi Nyeri Telinga Akut
Diagnosis
3c
3c 3c
Tatalaksana Komprehensif Komplikasi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis: Meningitis Otogenik Trombosis Sinus Lateralis
3c Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
123
124
Abses Ekstradural Abses Subdural Abses Otak Otogenik Hidrosefalus Otikus
3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Telinga dan Tulang Temporal; Trauma Daun Telinga Keluar Cairan/ Darah dari Liang Telinga Gangguan Pendengaran Gangguan Keseimbangan Paresis Fasial Fraktur Tulang Temporal
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Telinga
Diagnosis
3c 3c
Rencana Tata Laksana
3c Anatomi dan patofisiologi Tuli Mendadak Tuli Mendadak Iskemia Koklea Infeksi Virus Pasca Trauma Kepala Trauma Bising Keras Perubahan Tekanan Atmosfir Obat Ototoksik Penyakit Meniere Neuroma Akustik
3c Diagnosis dan komplikasi
3c
Rencana tatalaksana
124
125 3c
Anatomi, fisiologi dan patofisiologi
Epistaksis Perdarahan Anterior Perdarahan Posterior
3c Diagnosis
3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Muka Fraktur Tulang Hidung Fraktur Maksila Fraktur Zigoma Fraktur Mandibula Fraktur Orbita
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Jaringan Lunak Muka Avulsi Total Avulsi Sebagian H. Laserasi
3c Diagnosis
3c Komplikasi
125
126 3c Rencana Tatalaksana komprehensif 3c
Anatomi, histologi, patofisiologi Trauma Hidung Trauma Tertutup Trauma Terbuka Diagnosis
3c 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi
Abses Leher Abses Peritonsil Abses Retrofaring Abses Parafaring Abses Submandibula
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi Sumbatan Laring Radang Tumor Kelainan Kongenital Paresis Postikus Bilateral Trauma Benda Asing
3c Diagnosis 3c Rencana Tatalaksana komprehensif
Trauma Trakea Trauma Tumpul Trauma Tajam
3c Anatomi, histologi, patofisiologi
126
127
3c
Trauma Endogen Diagnosis
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c 3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Disfagia Kelainan Faring Kelainan Esofagus
3c Diagnosis dan diagnosis banding
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c Anatomi, histologi, patofisiologi 3c Diagnosis Esofagitis Korosif 3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
I.2 Ketrampilan Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu: Keterampilan
Tahap Pembekalan Semester 3
Ekstraksi Benda Asing: Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi
0 1 1 1
127
128 Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak langsung Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset Nyeri telinga akut Tatalaksana Medikamentosa Pemasangan tampon telinga Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis Tatalaksana Medikasmentosa Trauma telinga dan tulang temporal Tuli mendadak Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa Epistaksis Pemasangan tampon anterior Pemasangan tampon posterior Trauma muka Trauma jaringan lunak muka Bedah minor Trauma hidung Reduksi tertutup Aspirasi dan insisi hematoma septum Abses leher Aspirasi dan insisi abses peritonsil Aspirasi dan Insisi abses submandibular Aspirasi dan Insisi abses retrofiring Aspirasi dan Insisi abses parafaring Terapi medikamentosa Sumbatan jalan napas atas Tindakan laringoskopi tidak langsung Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Trauma trakea Tindakan laringoskopi langsung Cricotirotomi Trakeostomi terintubasi Trakeostomi primer Pemasangan NGT Disfagia Pemasangan NGT
0 1 1 2 1 1 1 1
2 1 2
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0
0 1 1 0 1 1
128
129 Esofagitis korosif Persiapan esofagoskopi Pemasangan NGT
1 1
II.3 Sikap dan Perilaku Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin dan bertanggung jawab serta peserta didik dapat berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim dalam penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan THT.
E. Metode dan Tahapan Pembelajaran Metode pengajaran pada modul kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap : 1. Praktek klinis di IGD dan ruang rawat RSCM dengan supervise berjenjang 2. Diskusi dengan DPJP jaga harian setelah jaga. I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan 1. Form penilaian yang diisi oleh DPJP jaga harian dan dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah jaga.
G. Pembobotan
Bentuk
Evaluasi
Bobot
Pengetahuan,
Form penilaian
40%
Keterampilan
Form penilaian
20%
Sikap dan perilaku
Form penilaian
40%
129
130 H. Sumber Daya Pelaksana modul
: Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek 1. Unit Gawat Darurat RSCM 17. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan Hari/Tgl
Waktu
SeninJumat
15.0007.00
SabtuMinggu
08.0020.00 20.0008.00
Materi Kasus kegawatdaruratan THT Kasus kegawatdaruratan THT
Tutor
Teknik
DPJP jaga harian
Form penilaian
DPJP jaga harian
Form penilaian
Daftar Pustaka: 1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
130
131