See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/318636313
BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMPLEKSITAS TUGAS... Article · September 2014 CITATIONS
0 3 authors, including: I Made Pradana Adiputra University of Indonesia 3 PUBLICATIONS 1 CITATION SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by I Made Pradana Adiputra on 23 July 2017.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH LOCUS OF CONTROL DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP KINERJA INTERNAL AUDITOR (Studi Pada Kantor Inspektorat di Provinsi Bali) I Made Pradana Adiputra Anantawikrama Tungga Atmadja Komang Adi Kurniawan Saputra Universitas Pendidikan Ganesha Email:
[email protected]
Abstract : The study aimed to examine the effect of Locus of Control and the complexity of the task affect the internal performance auditor and culture of Tri Hita Karana as a moderating variable on Locus of Control and the complexity of the task affect the internal performance auditor in the Office of the Inspectorate in Bali Province. The study population was all auditors in 5 (five) Office Inspectorate in Bali (Klungkung, Karangasem, Gianyar, Bangli and Buleleng). The sampling technique used purposive sampling to certain criteria, namely the internal working of at least 1 year. The research design used in this study is the survey method by distributing questionnaires. Analysis of data using multiple linear regression and moderated regression analysis.The results showed that the locus of control affect the performance of the internal auditors, Task complexity affects the internal performance auditor in the Office of the Inspectorate in Bali Province. While Locus of Control and Task Complexity moderated Tri Hita Karana culture affect the performance of the internal auditor in the Office of the Inspectorate in Bali Province Keywords: Locus of Control, the complexity of the task, culture of Tri Hita Karana, internal auditor I.
Pendahuluan Perusahaan dituntut untuk melakukan pengawasan yang efektif sehingga
memastikan tingkat keselaran tujuan yang tinggi antara individu dan organisasi. Untuk mencapai keselarasan tujuan, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi anggota organisasinya agar tujuan individu konsisten dengan tujuan organisasi itu sendiri (Anthony dan Govindarajan, 2004). Salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara pengawasan yang efektif, maka perusahaan biasanya memerlukan suatu bagian khusus yang disebut dengan internal auditing.
1
Kualitas auditing internal yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan obyektivitas dari staf internal auditor organisasi tersebut. Hal tersebut memberikan pemahaman bahwa audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna menelusuri serta mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk dapat memberikan saran-saran perbaikan konstruktif kepada keseluruhan manajemen. Kegiatan penilaian yang bersifat independen bukanlah berarti absolut yaitu berarti bebas dari semua ketergantungan, namun maksudnya adalah internal auditor bebas dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya sehingga diharapkan akan dapat memberikan penilaian yang obyektif, dimana keandalannya tidak perlu diragukan lagi (Sujana, 2013). Sebagai pekerja, internal auditor mendapatkan penghasilan dari organisasi damana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat tergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Di sisi lain, internal auditor dituntut untuk tetap independen dalam menjalankan pekerjaannya sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada publik dan profesinya (Windsor, 2002). Kemampuan internal auditor untuk membuat keputusan yang akan diambil ketika menghadapi situasi dilema etika akan sangat bergantung kepada berbagai hal, karena keputusan yang diambil oleh internal auditor juga akan banyak berpengaruh kepada organisasi dan konstituen dimana dia berada (Arnold dan Panemon, 1991). Begitu juga internal auditor di sektor publik atau dikenal dengan Satuan Pengawas Internal yang diwadahi dalam sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), yang kemudian dikenal dengan Inspektorat Daerah atau Badan Pengawas Keuangan Daerah (Bawasda), yang berfungsi sebagai auditor atau pemeriksa internal bagi Pemerintah Kabupaten yang bertanggungjawab kepada Bupati. Sebagai auditor internal pemerintah
2
Inspektorat memiliki kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) hal yaitu; Pertama, Pengawasan yang dimaksud dapat berupa pencegahan terhadap kesalahan pelaporan dan pertanggungjawaban,
pencegahan
terhadap
kelalaian
pegawai
daerah
dalam
melaksanakan sistem dan prosedur, pencegahan terhadap terjadinya kesalahan dalam pengunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat SKPD serta mencegah penggelapan maupun korupsi yang terjadi di daerah. Kedua, pemeriksaan adalah proses sistematis untuk mengumpulkan bukti terkait dengan transaksi yang telah terjadi dan menilai kesesuaian transaksi tersebut dengan kriteria atau aturan-aturan yang telah ditetapkan. Dalam melakukan fungsi pemeriksaan, inspektorat harus dapat menemukan semua kesalahan yang material yang terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah, baik kesalahan dalam penyajian angka maupun kesalahan akibat dilanggarnya prosedurprosedur tertentu dalam pengelolaan keuangan. Ketiga, pembinaan yaitu memberikan petunjuk teknis tentang pengelolaan keuangan yang benar menurut aturan perundangan yang berlaku yang seseuai dengan azas akuntabilitas dan transparansi. Kedudukan internal auditor yang tidak independen karena memiliki satu klien dan kompleksitas tugas yang dibebankan kemungkinan dapat menimbulkan dilema judgement yang akan berpengaruh terhadap kinerja internal auditor. Hasil temuan dari BPK terhadap beberapa Kabupaten di Bali cukup mengejutkan. Seperti contoh yang terjadi di Kabupaten Buleleng pada tahun 2009 diduga oleh aparat hukum telah terjadi penyimpangan APBD mencapai angka 30 milyar, yang salah satunya disebabkan oleh adanya bantuan bencana alam fiktif kepada beberapa desa di Kabupaten Buleleng. Pada tahun 2010, kabupaten Buleleng juga mendapat sorotan terkait dengan pembebasan lahan kolam renang yang diduga oleh aparat hukum telah terjadi kesalahan prosedur pembayaran ganti rugi yang berpotensi merugikan keuangan negara. Dimana dalam
3
kasus itu telah terjadi penyerahan ganti rugi atas pengambialihan tanah negara (Sujana, 2013). Kesulitan yang dihadapi internal auditor mengakibatkan kurangnya konsensus pada auditor dan ketidakakuratan pada kinerja audit judgment, akibatnya terjadi penurunan kualitas audit judgment. (Libby dan Lipe, 1992). Untuk memperbaiki kinerja audit judgment, diperlukan Locus of Control dalam diri seorang internal auditor. Locus of Control diperlukan untuk meminimalkan perilaku menyimpang seorang auditor sehingga mampu mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi. Locus of Control merupakan suatu kepribadian atau variabel yang dapat mempengaruhi dan mengendalikan perilaku-perilaku auditor yang menyimpang (Ikhsan dan Ishak, 2005). Selain locus of control, variabel lain yang perlu dipertimbangkan adalah budaya lokal yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap orang yang memahaminya. Hal ini dijadikan dasar peneliti menggunakan suatu budaya lokal yang telah menjadi pedoman hidup orang Bali, seperti Tri Hita Karana (THK). THK digunakan karena penelitian ini akan dilakukan terhadap internal auditor Inspektorat beberapa Kabupaten di Bali. Tri Hita Karana sebagai variabel moderasi dalam penelitian ini juga didukung dengan adanya program Pemerintah Daerah Provinsi Bali yang menyelenggarakan Tri Hita Karana Award bagi instansi pemerintahan, sekolah, hotel, dan lembaga pendidikan lainnya di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya THK Award tersebut maka tentunya diperlukan struktur organisasi yang baik dan manajemen yang handal dalam kaitannya dengan budaya organisasi, serta peran budaya THK didalam instansi pemerintah yang dijadikan sebagai pedoman bagi semua elemen dalam melakukan pekerjaan termasuk internal auditor, manajemen puncak, serta karyawan-karyawan lain dibawah manajer/pimpinan (JournalBali, 2010). Hal ini dijadikan ide dasar pemikiran
4
penggunaan THK sebagai pemoderasi antara Locus of control dan kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor inspektorat. Berdasarkan penjelasan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah Locus of Control berpengaruh terhadap Kinerja internal auditor? 2. Apakah kompleksitas tugas berpengaruh terhadap Kinerja internal auditor? 3. Apakah Budaya Tri Hita Karana memoderasi pengaruh Locus of Control dan Kompleksitas tugas terhadap Kinerja Internal auditor? II.
Kajian Teori dan Pengembangan Hipotesis
2.1
Teori Keagenan Agency Theory menjelaskan fenomena yang terjadi ketika atasan mendelegasikan
wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau otoritas dalam membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 1998). Riset akuntansi keperilakuan yang menggunakan teori agensi mendasarkan pemikirannya atas adanya perbedaan informasi antara atasan dan bawahan. Dari sudut pandang teori agensi, prinsipal (pemilik atau manajemen puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang efisien. Teori agensi mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkungan (Ikhsan dan Ishak, 2005). Teori keagenan ini berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama dari teori ini menyatakan adanya hubungan kinerja antara pihak yang memberi wewenang, yaitu pimpinan perusahaan dengan pihak penerima wewenang, yaitu internal auditor. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pimpinan perusahaan diasumsikan
5
hanya tertarik pada keuntungan, sedangkan internal auditor diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori agensi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu baik principal maupun agen dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil, dan untuk mengevaluasi dari hasil keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen. Berkaitan dengan auditing, baik pemilik modal maupun agen diasumsikan sebagai orang yang memiliki rasionalitas ekonomi, di mana setiap tindakan yang dilakukan termotivasi oleh kepentingan pribadi atau akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Prinsipal mempekerjakan agen untuk melaksanakan tugas termasuk pengambilan keputusan dan lingkungan yang tidak pasti seperti perusahaan dalam kondisi financial distress. Dalam kondisi seperti ini diperlukan dasar perilaku yang dapat dijadikan panduan dalam melaksanakan pekerjaan ataupun pengawasn yaitu konsep yang terkandung dalam THK yang didukung oleh teori atribusi dengan locus of control internal yang memiliki keyakinan diri yang tinggi atas pekerjaannya. Dalam kaitan prinsipal mempekerjakan agen disini sudah pasti menunjukkan kompleksitas tugas yang tinggi, sehingga akan mempengaruhi kinerja dari individu tersebut. 2.2
Teori Atribusi Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpetasikan suatu
peristiwa, alasan, atau sebab perilakunya (Luthans, 2005). Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam
6
diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan (Ikhsan dan Ishak, 2005). Berdasarkan hal itu, maka seseorang termotivasi untuk memahami lingkungannya dan sebab-sebab kejadian tertentu. Dalam penelitian keperilakuan, teori ini diterapkan dengan dipergunakannya variabel locus of control. Variabel tersebut terdiri dari dua komponen yaitu internal locus of control dan external locus of control (Hudayati, 2002). Menurut Luthans (2005), atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses kognitif dimana orang menarik kesimpulan mengenai faktor yang mempengaruhi atau masuk akal terhadap perilaku orang lain. Terdapat dua jenis umum atribusi yang terdapat pada diri orang, yaitu atribusi disposisional, yang menganggap perilaku seseorang berasal dari faktor internal seperti kepribadian, motivasi ataupun kemampuan, dan atribusi situasional yang menghubungkan perilaku seseorang dengan faktor eksternal dari dirinya seperti pengaruh sosial dari orang lain. Teori Atribusi mengembangkan konsep cara-cara penilaian manusia yang berbeda, bergantung pada makna yang dihubungkan dengan perilaku tertentu. Dengan demikian, persepsi dan penilaian terhadap manusia cukup banyak dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang diambil dari keadaan internal manusia tersebut. Asumsi yang digunakan individu di Bali dalam riset ini adalah keyakinan terhadap ajaran Tri Hita Karana sebagai pedoman hidup masyarakat Bali, dimana dalam keseharian menjalankan pekerjaan didasari oleh ajaran THK yang diyakini mampu menstabilkan individu tersebut untuk menghadapi kompleksitas tugas yang ada. Sehingga, hubungan antara teori atribusi yang mengandung persepsi internal maupun eksternal dalam
7
individu dikaitkan dengan THK yang menjadi pedoman hidup masyarakat Bali yang mengarah kepada prestasi kerja/kinerja yang lebih baik dari individu tertentu ataupun keseluruhan organisasi. Teori atribusi yang memiliki cara penilaian yang berbeda sesuai dengan perilaku tertentu maka penerapan gaya evaluasi diperlukan sosialisasi agar terjadi persepsi yang sama antara atasan dengan bawahan sehingga dapat mengurangi perilaku disfungsional. 2.3
Locus of Control Chang, et al (2006) menyatakan bahwa locus of control adalah istilah dalam
psikologi yang mengacu pada keyakinan seseorang tentang apa yang menyebabkan hasil yang baik atau buruk dalam hidupnya, baik secara umum atau di daerah tertentu seperti kesehatan atau akademik. Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk dalam locus internal atau eksternal. Rotter (1990) dalam Hyatt & Prawitt (2001) menyatakan bahwa locus of control baik internal maupun eksternal merupakan tingkatan seorang individu berharap bahwa reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal locus of control, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external locus of control . Dalam teori atribusi, Locus of Control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. Pengendalian terhadap manusia bukan hanya sekedar proses sederhana namun tergantung pada pengendalian itu sendiri dan pada apakah individu menerima
8
hubungan sebab akibat antara perilaku yang memerlukan pengendalian, baik dalam hubungan principal maupun agent. 2.4
Kompleksitas Tugas Kompleksitas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh terbatasnya
kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah, dkk 2007). Dalam ruang lingkup kerja audit, sangat penting untuk memperhatikan kompleksitas tugas karena dapat berdampak pada kinerja audit judgment, dan pemahaman mengenai kompleksitas tugas audit dapat membantu para manajer membuat tugas untuk menjadi lebih baik yang berguna dalam hal pengambilan keputusan (Bonner, 1994). Seorang auditor akan selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan lainnya. Kompleksitas tugas dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986 dalam Engko dan Gudono, 2007). Beberapa tugas audit dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas yang tinggi dan sulit, sementara yang lain memprespsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt, 1982 dalam Engko dan Gudono, 2007). Kompleksitas tugas menurut Wood (1988) dapat didefinisikan sebagai fungsi dari tiga dimensi dari tugas itu sendiri, yaitu : sejumlah perbedaan komponen dan informasi penting yang digunakan untuk menyelesaikan tugas, komplikasi pada pola hubungan antara informasi, tindakan, dan produk serta stabilitas pola hubungan di atas dari waktu ke waktu. Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu sendiri. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya
9
kompleksitas audit bisa menyebabkan seorang akuntan berperilaku disfungsional sehingga dapat mengakibatkan penurunan kinerja internal auditor dalam pembuatan audit judgment. Agency theory menjelaskan bahwa delegasi antara atasan dan bawahan sehingga sering terjadi konflik diantara mereka. Seperti halnya atasan yang selalu menerapkan gaya evaluasi penggunaan anggaran sebagai satu-satunya tolak ukur kinerja, padahal kompleksitas tugas dalam pekerjaan itu sangat tinggi dan masih memungkinkan mengevaluasi melalui sisi yang lain, maka bawahan lebih cenderung memiliki perilaku disfungsional. Sehingga hal ini kembali didasari oleh perilaku individu atasan maupun bawahan dalam teori atribusi, apakah dengan kompleksitas yang tinggi itu mampu mengendalikan dirinya supaya tidak melangkah menuju prilaku yang disfungsional. 2.5
Kinerja Internal Auditor Performance (kinerja) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika (Judge. et al, 2001). Kinerja berkaitan erat dengan tujuan, sebagai suatu hasil perilaku kerja seseorang. Perilaku kinerja dapat ditelusuri hingga ke faktor-faktor spesifik seperti kemampuan, upaya dan kesulitan tugas. Menurut Mangkunegara (2010:9), istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Faktor penentu kinerja karyawan dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan teori atribusi yang menyatakan bahwa dua kategori dasar atribusi yang melekat pada diri seorang karyawan yang akan menentukan kinerjanya, yaitu atribusi
10
yang bersifat internal atau disposisional (dihubungkan dengan sifatsifat orang), dan yang bersifat eksternal atau situasional (yang dapat dihubungkan dengan lingkungan seseorang (Bateman, 1984 dalam Maryani, 2010). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal karyawan. Sumber internal seperti bakat, kemampuan, kemauan dan upaya. Sedangkan sumber eksternal terdiri atas lingkungan kerja, rekan kerja, dan pimpinan (Maryani, 2010). Perbedaan yang terkandung dalam sifat internal maupun ekternal dalam teori atribusi tersebut dapat diatasi dengan meyakini ajaran THK sebagai pedoman yang mampu menuntun setiap individu baik atasan maupun bawahan supaya terjadi komunikasi yang positif dan mampu memberikan kinerja yang baik bagi organisasi. 2.6
Tri Hita Karana Falsafah kultur Bali Tri Hita Karana yang menekankan pada teori keseimbangan
menyatakan bahwa masyarakat Hindu cenderung memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku (Gunawan, 2009). Kultur lokal Bali Tri Hita Karana (THK) diadopsi sebagai budaya organisasi dalam penelitian ini. THK adalah sebuah filosofi yang sekaligus menjadi konsep kehidupan dan sistem kebudayaan masyarakat Bali. Konsep kehidupan yang mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan, keselarasan, dan keseimbangan antara tujuan ekonomi, pelestarian lingkungan dan budaya, estetika dan spiritual (Tenaya, 2007). Konsep THK merupakan konsep harmonisasi hubungan yang selalu dijaga masyarakat Hindu Bali meliputi: parahyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), pawongan (hubungan antar-manusia), dan palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan) yang bersumber dari kitab suci agama Hindu Baghawad gita. Oleh
11
karena itu, konsep THK yang berkembang di Bali, merupakan konsep budaya yang berakar dari ajaran agama (Riana, 2010). Dalam pustaka suci veda juga ditemukan bahwa nilai-nilai etos kerja orang Hindu antara lain: kreativitas, kerja keras tanpa mengenal putus asa, menghargai waktu, kerja sama yang harmonis, satya wacana, efisiensi yang etis dan penuh prakarsa (Gunawan, 2009). THK dalam ajarannya sangat diyakini untuk memberikan sebuah keseimbangan hidup bagi individu masyarakat Bali. Sehingga dalam hal ini dalam teori atribusi maupun teori keagenan sangat berkaitan dengan ajaran THK. Hal tersebut maksudnya adalah jika individu yang memiliki eksternal atau internal locus of control dalam teori atribusi akan dapat diseimbangkan atau lebih cenderung mengarah kepada locus of control internal untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Sedangkan dalam konteks hubungan antara atasan dan bawahan juga sangat nyata pengaruhnya, bahwa THK mampu mengurangi arogansi atasan ataupun bawahan dalam bekerja. THK dalam penelitian ini memoderasi locus of control artinya bahwa konsep ajaran THK ini yang sudah diyakini oleh seluruh masyarakat Bali, mampu memperkuat teori atribusi dengan locus of control eksternal maupun internal. THK yang mengandung ajaran yang kuat dengan tiga unsur prahyangan, palemahan dan pawongan dikaitkan dengan perilaku individu masyarakat yang percaya adanya pahala dan karma maupun konsep hidup yang lain dalam kehidupannya, maka teori locus of control dapat disandingkan dengan ajaran THK untuk meraih kinerja yang lebih baik. 2.7
Internal Auditor/Inspektorat Daerah (Badan Pengawas Keuangan Daerah) Internal auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal
auditing. Oleh sebab itu, internal auditor senantiasa berusaha untuk menyempurnakan
12
dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks (Nasution, 2003). Sawyer. et al (2005) menjelaskan bahwa tanggung jawab internal auditor pada berbagai perusahaan sangat beragam tergantung pada perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya internal auditor wajib memberikan laporan langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan (direktur utama), atau ada pula yang melapor kepada pejabat tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan (misalnya kepada kontroler), atau bahkan ada pula yang berkewajiban melapor kepada komite audit yang dibentuk oleh dewan komisaris. Jadi pemeriksaan intern yang dilakukan oleh internal auditor adalah merupakan suatu alat pengawasan yang penting untuk mengukur dan menilai keefektifan pengawasanpengawasan yang ada di dalam perusahaan. Fungsi Internal Auditing secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Internal Auditing dalam mencapai tujuannya adalah (Nasution, 2003): (1) Membahas dan menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian akuntansi, keuangan serta operasi. (2) Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang ditetapkan. (3) Menyakinkan apakah kekayaan perusahaan/organisasi dipertanggungjawabkan dengan baik dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan resiko kerugian. (4) Menyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang dikembangkan dalam organisasi. (5) Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan. Inspektorat Daerah atau sering disebut dengan Badan Pengawas Daerah adalah unsur pelaksana tugas tertentu Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam
13
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 12 menyebutkan unsur pengawas daerah adalah Badan Pengawas Daerah yang selanjutnya disebut dengan Inspektorat Daerah Kabupaten. Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, ia mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Hutabalian dan Pasmaulina, 2010). 2.8
Kerangka Konseptual Kerangkan konseptual penelitian ini menjelaskan bahwa kompleksitas tugas yang
menjadi tanggung jawab internal auditor berpengaruh terhadap hasil kerja/kinerja internal auditor itu sendiri yang dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah Kinerja. Dalam hubungan kompleksitas tugas dengan Kinerja dirasakan perlu sebuah perilaku mendasar yang dimiliki masing-masing individu dan dirasa mampu mengendalikan diri masing-masing individu tersebut untuk mencapai suatu kinerja yang lebih baik yaitu Locus of Control internal maupun eksternal (Hyatt dan Prawitt, 2001). Oleh karena itu, dapat dibuat sebuah kerangka konseptual yang disajikan pada gambar 1.
14
2.9
Rumusan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja Internal Auditor Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hyatt dan Prawitt (2001) ada gejala bahwa baik struktur audit maupun Locus of control diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja auditor. Patten (2005) mengemukakan peranan potensial dari struktur audit dan Locus of control di dalam departemen internal audit, maka akan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi departemen audit untuk meningkatkan kinerja staff. Menurut Saputra (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa internal auditor yang memiliki Locus of control internal memiliki tingkat kinerja yang lebih baik dibandingkan internal auditor yang memiliki Locus of control eksternal. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Locus of control berpengaruh terhadap Kinerja internal auditor Inspektorat Pemerintah 2.9.2 Pengaruh Kompleksitas Tugas Terhadap Kinerja Internal Auditor Penelitian yang dilakukan oleh Chang (2006) menyatakan bahwa dalam lingkungan kerja internal audit, pemimpin perusahan dapat mempengaruhi tingkat kinerja dari auditor internal. Pemimpin perusahan memberikan tugas kepada auditor internal dengan anggaran waktu (time budget) dan ditetapkan berdasarkan kompleksitas tugas audit dan pengalaman auditor tersebut. Bonner (1994) menyatakan bahwa kompleksitas tugas itu tidak terstruktur, sulit untuk dipahami, dan ambigu. Didalam tugas yang kompleks, usaha tidak dapat secara langsung atau kuat berpengaruh pada kinerja, jika auditor tidak menambah kemampuan atau pengalaman (Bonner, 1994). Ketika tugas lebih kompleks dan tidak terstruktur,
15
usaha yang tinggi tidak akan membantu seorang auditor untuk menyelesaikan tugas audit. Hasil penelitian Sanusi & Iskandar (2007) menunjukkan bahwa ketika auditor memiliki tugas yang kompleks atau tidak terstruktur dengan baik, setinggi apapun usaha auditor akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga justru menurunkan kinerja auditor tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap Kinerja internal auditor Inspektorat Pemerintah 2.9.3 Hubungan Locus of Control, Kompleksitas Tugas, Kinerja Internal Auditor, dan Tri Hita Karana Hasil penelitian Patten (2005) menunjukkan bahwa pemahaman tentang struktur audit dan hubungannya dengan Locus of Control dapat membantu departemen audit internal untuk meningkatkan kinerja staf-staf mereka. Patten (2005) juga menyatakan jika auditor memiliki Locus of Control internal, sehingga mereka yakin akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka, maka akan menimbulkan rasa kepuasan kerja mereka dan juga akan meningkatkan kinerja mereka. Hyatt dan Prawitt (2001) menemukan bahwa di dalam perusahaan yang tidak terstruktur, internal berkinerja lebih tinggi dibandingkan eksternal. Akan tetapi, bertolak belakang dengan yang diharapkan, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam hal kinerja antara internal dan eksternal di dalam lingkungan perusahaan yang terstruktur. Hal ini berarti tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pengalaman dan Locus of Control untuk responden dari perusahaan yang lebih terstruktur.
16
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hyatt dan Prawitt (2001) ada gejala bahwa baik struktur audit maupun Locus of Control diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja internal auditor disamping kelompok eksternal audit. Seperti yang dikemukakan dalam Patten (2005), departemen internal audit pada perusahaan-perusahaan dengan bercermin pada tren dunia akuntan publik, sedang bereksperimen dengan mengkaji ulang cara internal auditor memberikan pelayanan jasa audit bagi perusahaannya, sehingga dengan mengamati peranan potensial dari struktur audit dan Locus of Control di dalam departemen internal audit, maka akan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi departemen audit untuk meningkatkan kinerja staf. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2012) menyatakan bahwa locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja internal auditor dengan variabel Tri Hita Karana sebagai variabel moderasi. Saputra (2012) juga menyatakan bahwa internal auditor yang memiliki locus of control internal memiliki kinerja yang lebih baik dengan Tri Hita Karana sebagai pemoderasi dibandingkan dengan internal auditor yang memiliki locus of control eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Cloyd dalam Saputra (2012) menyatakan bahwa untuk tingkat kompleksitas tugas yang rendah, akan menambah usaha yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja. Karena semakin besar usaha untuk memahami masalah, semakin besar pula untuk produktif mencari informasi strategis untuk menyelesaikan masalah. Menambah usaha akan berdampak pada keefektifan seorang individu dalam menunjukkan kompleksitas tugas yang rendah. Penelitian
Restuningdiah
dan
Indriantoro
(2000)
menyatakan
bahwa
peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan dapat menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu sendiri. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya
17
kompleksitas audit bisa menyebabkan seorang akuntan berperilaku disfungsional sehingga dapat mengakibatkan penurunan kinerja internal auditor dalam pembuatan audit judgment. Penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2012) menyatakan bahwa locus of control berpengaruh signifikan terhadap kinerja internal auditor dengan variabel Tri Hita Karana sebagai variabel moderasi. Saputra (2012) juga menyatakan bahwa internal auditor yang memiliki locus of control internal memiliki kinerja yang lebih baik dengan Tri Hita Karana sebagai pemoderasi dibandingkan dengan internal auditor yang memiliki locus of control eksternal. Dari penjelasan diatas tentang hasil penelitian terdahulu, maka dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut: H3a:
Tri Hita Karana memoderasi pengaruh Locus of control terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah
H3b: Tri Hita Karana memoderasi pengaruh Kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah III. Metode Penelitian 3.1 Metode Riset Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor pada 5 (lima) Kantor Inspektorat di Propinsi Bali (Klungkung, Karangasem, Gianyar, Bangli dan Buleleng). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria tertentu yaitu internal auditor yang bekerja minimal 1 tahun. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Desain penelitian survei yaitu setiap Kantor Inspektorat didatangi secara langsung dan diberikan kuesioner. Jumlah auditor yang
18
memenuhi kriteria sampel yang berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 34 orang dengan perincian seperti disajikan pada tabel 1. 3.2 Definisi Operasional Variabel. 3.2.1
Locus of Control Locus of control didefinisikan sebagai tingkatan seseorang menerima tanggung
jawab personal terhadap apa yang terjadi pada diri mereka (Lopez. et al, 2008). Untuk mengukur variabel Locus of control ini akan digunakan instrumen yang terdiri dari 29 item dan telah digunakan secara ekstensif dalam penelitian psikologis dan juga merupakan ukuran Locus of control yang digunakan oleh Hyatt dan Prawitt (2001), Patten (2005), Chetty (2008) dan Menezes (2008). Pernyataan untuk indikator Locus of control internal diberikan skor jawaban adalah 0. Pernyataan untuk indikator Locus of control eksternal diberikan skor jawaban adalah 1, sedangkan ada beberapa pernyataan dalam indikator tersebut yang merupakan distracter item. Dengan menggunakan instrumen seperti ini, skor Locus of control dapat berkisar 0-23 dengan catatan bahwa nilai kurang dari atau sama dengan 12 mengindikasikan kecenderungan "internal", sedangkan nilai yang lebih tinggi atau sama dengan 13 menunjukkan kualitas "eksternal". 3.2.2
Kompleksitas Tugas Kompleksitas tugas pada penelitian ini didefinisikan sebagai tugas yang
kompleks, terdiri atas bagian-bagian yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Dalam pelaksanaan tugasnya yang kompleks, internal auditor sebagai bagian dari perusahaan memerlukan keahlian, kemampuan dan tingkat kesabaran yang tinggi. Variabel diukur dengan konstruk kompleksitas tugas yang terdiri dari 6 item untuk mengukur kompleksitas tugas peserta survei. Internal auditor yang menjadi sampel
19
diminta untuk mengidentifikasi tingkat kompleksitas tugas dari 6 item yang berbeda. Hasil respon yang menggunakan skala 1-5 berkisar antara “sangat rendah” pada batas bawah skala (1) dan “sangat tinggi” pada batas atas skala (5). 3.2.3
Kinerja Internal Auditor Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2010: 9). Variabel diukur dengan konstruk kinerja dari Patten (2005) yang terdiri dari 18 item untuk mengukur kinerja peserta survei. Internal auditor yang menjadi sampel diminta untuk mengidentifikasi tingkat kinerja dari 18 item yang berbeda. Hasil respon yang menggunakan skala 1-5 berkisar antara “sangat tidak setuju” pada batas bawah skala (1) dan “sangat setuju” pada batas atas skala (5). Skor untuk masing-masing dari 18 item digabungkan dan menghasilkan total skor kinerja internal auditor Inspektorat. 3.2.4
Tri Hita Karana Variabel THK dimaksudkan secara spesifik untuk menjelaskan orientasi budaya
organisasi pada tingkat departemen atau bagian. Variabel persepsi budaya THK diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Gunawan (2009). Orientasi THK diukur dengan 13 butir pertanyaan yang telah digunakan oleh Gunawan (2009). Skala Likert yang digunakan 1-5 berkisar antara “sangat setuju” pada batas bawah skala (1) dan “sangat tidak setuju” pada batas atas skala (5). Penggunaan butir pertanyaan ini sesuai dengan penelitian terkait budaya lokal Tri Hita Karana, sehingga yang digunakan Gunawan (2009) dalam penelitiannya memiliki lingkup yang luas. Maka dari itu, penelitian ini yang dilakukan pada internal auditor inspektorat pemerintah dan penelitian Gunawan (2009) dilakukan pada Lembaga Perkreditan Desa memiliki
20
kesamaan lokasi dan situs penelitian di Bali, serta kesamaan dalam penggunaan variabel kinerja dan kepuasan kerja yang mendukung penggunaan indikator yang sama. 3.3 Teknik Analisis data Untuk menguji pengaruh variabel kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor dengan Locus of Control sebagai variabel pemoderasi digunakan uji Regresi Linier Berganda, sedangkan pemoderasian Tri Hita Karana dengan variabel kompleksitas tugas dan Locus of Control dilakukan dengan uji Moderated Regression Analysis (MRA). Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas atas instrument yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan pula uji asumsi klasik yang meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas. Uji validitas menggunakan Pearson Correlation mengkorelasikan skor tiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah korelasi. Variabel dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi positif lebih besar dari 0,3 (Sugiyono, 2010) atau signifikansi lebih kecil dari 0,05, sedangkan variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,70 (Ghozali, 2011). Uji normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov Smirnov dengan koefisien Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas digunakan nilai tolerance ≤ 0,10 dan Variance Inflation Factor (VIF) ≥ 10. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Park dengan meregresikan nilai absolut residual dengan variabel bebas yang digunakan. Jika memiliki nilai signifikansi diatas 0,05, dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji pengaruh antara variabel dependen (kinerja) dengan variabel independen kompleksitas tugas dan untuk menguji pengaruh interaksi dari variabel moderasi menggunakan Regresi Linier Berganda dan Modereted Regression Analysis (MRA), seperti persamaan sebagai berikut:
21
a. Model persamaan regresi linier berganda untuk hipotesis 1 dan 2 : KIA = β0 + β1 LOC + β2 KT + β3 THK + e b. Model persamaan MRA untuk hipotesis 3a dan 3b : 1. KIA= β0 + β1 LOC + β3 THK + β4 LOC*THK + e 2. KIA= β0 + β2 KT + β3 THK + β5 KT*THK + e Keterangan: KIA
= Kinerja Internal Auditor
LOC
= Locus Of Control
KT
= Kompleksitas Tugas
THK
= Tri Hita Karana
LOC*THK
= Interaksi antara Locus Of Control dengan Tri Hita Karana
KT*THK
= Interaksi antara Kompleksitas Tugas dengan Tri Hita Karana
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan Profil responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia, pendidikan, dan masa kerja auditor. Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan berada pada usia 30-39 tahun sebanyak 20%, responden berada pada usia 40-49 tahun sebanyak 41,76% dan pada usia 50-59 tahun sebanyak 38,24%. Sebagian besar responden berlatarbelakang pendidikan S1 yaitu sebanyak 82,35%, berpendidikan S2-S3 sebanyak 17,65%. Berdasarkan masa kerja responden, sebanyak 88,24% responden memiliki masa kerja 1-10 tahun dan sebesar 11,76% memiliki masa kerja > 10 tahun. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid dan reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi item-total variabel lebih besar dari 0,3 dan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai cronbach
22
alpha untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini lebih besar dari 0,70. Hasil analisis deskriptif atas variabel Locus of Control rata-rata menunjukkan skor 9 yang artinya sebagian besar responden berada pada kondisi Locus of Control internal, dengan nilai minimum adalah 6 dan skor maksimum adalah 13. Variabel kompleksitas tugas memiliki nilai minimum 18 dan nilai maksimum 22 dengan nilai rata-rata 20,62. Dengan demikian sebagian besar jawaban responden berada pada nilai 3 (tinggi). Variabel kinerja memiliki nilai minimum 67 dan nilai maksimum 81 dengan rata-rata 73,11, bahwa kinerja responden dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi, karena dari 18 pertanyaan, didapatkan rata-rata total jawaban responden adalah 73,11, jadi sebagian besar jawaban responden adalah sangat setuju. Variabel Tri Hita Karana terdiri dari 13 pertanyaan dengan nilai minimum potensial adalah 13,00 dan nilai maksimum potensial adalah 65,00. Rata-rata untuk variabel Tri Hita Karana adalah sebesar 54. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel Tri Hita Karana sebagian responden menyatakan jawaban sangat setuju. Pengujian multikolinieritas memberikan hasil nilai VIF kurang dari 10, uji heterokedastisitas dengan Uji Park menunjukkan nilai signifikasi semua variabel diatas 0,05. Uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov menunjukkan hasil Asymp.Sig sebesar 0,593. Hasil uji statistik untuk pengujian hipotesis 1 dan 2 disajikan dalam tabel 3 dengan nilai adjusted R Square sebesar 52,8 %. Dilihat dari nilai signifikansi yaitu untuk variabel LoC sebesar 0.013, maka hipotesis 1 diterima yaitu ada pengaruh Locus of Control (LoC) terhadap kinerja auditor. Hasil ini mengindikasikan bahwa responden penelitian yang berada pada kategori LoC internal mampu mempengaruhi kinerja auditor pada kantor inspektorat pemerintah. Seseorang yang mempunyai internal locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku
23
individu turut berperan di dalamnya. Mereka adalah individu yang memiliki keyakinan bahwa mereka bertanggung jawab atas perilaku kerja mereka di organisasi. Dalam hal ini auditor di lingkungan kantor Inspektorat Pemerintah di Bali meyakini dirinya bahwa untuk meningkatkan kinerjanya, mereka harus melakukan pekerjaan berdasarkan kemampuan yang ada pada diri masing-masing sesuai dengan tanggung jawabnya dalam melaksanaan pekerjaan sebagai seorang auditor pemerintah. Hasil tersebut mendukung penelitian yang diperoleh Hyatt dan Prawitt (2001) ada gejala bahwa baik struktur audit maupun Locus of control diperkirakan dapat mempengaruhi kinerja auditor dan Saputra (2012) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa internal auditor yang memiliki Locus of control internal memiliki tingkat kinerja yang lebih baik dibandingkan internal auditor yang memiliki Locus of control eksternal. Sementara itu hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan hasil bahwa hipotesis berhasil diterima bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor merasakan bahwa semakin tinggi kompleksitas tugas semakin meningkat kinerjanya. Auditor pemerintah sebagai responden dalam penelitian ini merasakan bahwa kompleksitas tugas digunakan sebagai alat motivasi mereka untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Mereka beranggapan bahwa dalam kondisi pekerjaan yang kompleks, auditor tidak hanya harus bekerja lebih keras, namun auditor juga memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menyelesaikan penugasan audit yang diberikan sepanjang tugas yang kompleks tersebut diberikan secara terstruktur. Dengan demikian pola kerja auditor di lingkungan Kantor Inspektorat di Provinsi Bali mengedepankan bentuk tugas-tugas secara terstruktur. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Bonner (1994), Restuningdiah dan Indriantoro (2000) serta Sanusi dan
Iskandar (2007) yang menunjukkan bahwa ketika auditor
24
memiliki tugas yang kompleks atau tidak terstruktur dengan baik, setinggi apapun usaha auditor akan sulit untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik sehingga justru menurunkan kinerja auditor tersebut. Akan tetapi hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Cloyd dalam Saputra (2012) menyatakan bahwa untuk tingkat kompleksitas tugas yang rendah, akan menambah usaha yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja. Karena semakin besar usaha untuk memahami masalah, semakin besar pula untuk produktif mencari informasi strategis untuk menyelesaikan masalah. Hasil pengujian hipotesis 3a yang menyatakan bahwa Tri Hita Karana (THK) memoderasi pengaruh Locus of control terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah, berhasil diterima. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 bahwa nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, nilai adjusted R square yaitu 54,3 % dengan hasil uji F juga menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 yaitu variabel LoC dan variabel moderasi THK berpengaruh secara simultan terhadap kinerja. Berdasarkan hasil uji t juga menunjukkan hasil bahwa pemoderasian THK pada LoC berpengaruh meningkatkan kinerja internal auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor pemerintah di lingkungan Kantor Inspektorat di Provinsi Bali yang dalam hal ini sebagai pemeluk agama Hindu telah benar-benar mengimplementasikan ajaran THK sebagai modal utama prinsip hidup mereka sebagai individu yang senantiasa memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku. Hal tersebut sama dengan padangan mereka yang tampak pada sikap pengendalian diri secara internalnya (LoC internal) yang menonjol dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor pemerintah sehingga dapat berdampak pada peningkatan kinerja. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
25
Saputra (2012) yang menyatakan bahwa internal auditor yang memiliki locus of control internal memiliki kinerja yang lebih baik dengan Tri Hita Karana sebagai pemoderasi dibandingkan dengan internal auditor yang memiliki locus of control eksternal. Hasil pengujian hipotesis 3b yang menyatakan bahwa Tri Hita Karana memoderasi pengaruh Kompleksitas tugas terhadap kinerja internal auditor inspektorat pemerintah berhasil diterima. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 bahwa nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, nilai adjusted R square yaitu 48,9 % dengan hasil uji F juga menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 yaitu variabel kompleksitas tugas (KT) LoC dan variabel moderasi Tri Hita Karana (THK) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja internal auditor. Berdasarkan hasil uji t juga menunjukkan hasil bahwa pemoderasian THK pada KT berpengaruh meningkatkan kinerja internal auditor. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor pemerintah di lingkungan Kantor Inspektorat di Provinsi
Bali
yang
dalam
hal
ini
sebagai
pemeluk
agama
Hindu
telah
mengimplementasikan ajaran THK sebagai modal utama prinsip hidup mereka sebagai individu yang senantiasa memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku. Pegangan yang kuat akan nilai-nilai THK bagi setiap internal auditor ternyata dapat memberikan dukungan terhadap pola pikir mereka untuk senantiasa melaksanaan tugasnya yang begitu kompleks sebagai suatu proses bahwa dirinya sebagai individu yang terus belajar dan memotivasi diri dalam memeproleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penugasan audit. Mereka memiliki keyakinan diri yang kuat bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas audit berasal dari pengendalian dirinya (LoC internal) sehingga akan membantu internal auditor untuk meningkatkan kinerjanya apapun kompleksitas tugasnya.
26
V. Simpulan, Keterbatasan dan Saran Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, maka keseluhan hipotesis yang dirumsukan dalam penelitian ini berhasil diterima. Locus of Control (LoC) berpengaruh terhadap kinerja internal auditor. Hal ini dikarenakan responden berada pada kondisi LoC secara internal. Kompleksitas Tugas (KT) berpengaruh positif terhadap kinerja internal auditor. Internal auditor pada Kantor Inspektorat Pemerintah di Provinsi Bali bekerja dengan prinsip bahwa mereka mendapatkan penugasan audit sebagai proses belajar mendapatkan pengetahuan dan pengalaman atas kompleksitas tugas sebagai auditor. Hasil pemoderasian Tri Hita Karana (THK) terhadap LoC dan KT memberikan hasil berpengaruh positif terjadap kinerja internal auditor. Nilai-nilai THK diyakini oleh internal auditor sebagai proses modal utama prinsip hidup mereka sebagai individu yang senantiasa memandang diri dan lingkungannya sebagai suatu sistem yang dikendalikan oleh nilai keseimbangan, dan diwujudkan dalam bentuk perilaku. Hal tersebut terbukti dapat memberikan dukungan terhadap LoC dan KT dapat meningkatkan kinerja internal auditor. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti Kantor Inspektorat di Provinsi Bali dalam merumuskan kebijakan dan standar untuk menyempurnakan pedoman pelaksanaan kerja bagi auditor. Selain itu agar selalu mempertimbangkan nilai-nilai filosofi/religi sebagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan penugasan audit dalam berbagai bentuk implementasi yang dimungkinkan. Penelitian yang dilakukan ini tidak dapat terlepas dari beberapa keterbatasan. Berikut merupakan beberapa keterbatasan dan saran-saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
27
1. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang melekat dikarenakan penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisioner, yaitu kemungkinan terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dan responden karena responden dan peneliti tidak dapat saling mengklarifikasi pertanyaan atau pernyataan. Oleh karena
itu
penelitian
tentunya
menjadi
lebih
representatif
apabila
mengkombinasikan dengan metode wawancara sehingga persepsi responden atas pertanyaan atau pernyataan dapat diketahui secara mendalam. 2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel internal auditor yang bekerja pada kantor Inspektorat di Provinsi Bali. Dengan demikian, hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh internal auditor di Kantor Inspektorat di selutuh Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas wilayah cakupan sampel yang sehingga diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. 3. Penelitian ini hanya menggunakan variabel Locus of Control, Kompleksitas Tugas dan Tri Hita Karana (nilai filosofi Hindu) untuk mengetahui pengaruhnya pada
kinerja
internal
auditor.
Peneliti
selanjutnya
disarankan
untuk
mempertimbangkan penggunaan variabel lain komitmen organisasi, keyakinan diri, kepuasan kerja, dan pengembangan variabel nilai-nilai filosofi lainnya dan sebagainya.
28
DAFTAR PUSTAKA Anthony, N. R and Govindarajan V. 2004. Management Control System. Salemba Empat, Jilid 1. Arnold, D.F dan L.A. Ponemon (1991), “Internal Auditors’ Perceptions of WhistleBlowing and the Influence of Moral Reasoning: An Experiment”, Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 10 No. 2, hal. 1-15. Bonner, S.E. (1994). A Model of the Effects of Audit Task Complexity. Accounting Organizations and Society, Vol.19 No.3, Pp. 213-234. Chang, Wen Chieh., Hsin Ping Lung dan Lin Wen Cheng. (2006). HR Experience as a Moderator of the Relationship Between Interviewer’s Personality and Unstructured Selection Interview Pattern. National Central University. Institute of Human Resource Management. Chetty, Pamela Jaskiaya Jeannette. (2008). The Relationship between Job Satisfaction and Locus of Control amongst Call Centre Representatives in a Call Centre in Durban, KwaZulu-Natal. Submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Social Science in the School of Psychology University of KwaZulu-Natal Durban, South Africa Engko, Cecilia dan Gudono. (2007). Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of Control Terhadap Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja Auditor. JAAI, Vol. 11, No. 2, 105-124. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gunawan, Ketut. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi (Studi pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali). Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Hudayati, Ataina. (2002). Perkembangan Penelitian Akuntansi Keperilakuan: Berbagai Teori dan Pendekatan yang Melandasi. JAAI, Vol. 6, No. 2. Hutabalian
dan
Vanny
Pasmaulina.
2010.
Peranan
Badan
Pengawas
Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir. Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18026
29
Hyatt, T.A. and Prawitt, D.F. (2001). “Does congruence between audit structure and auditors locus-of-control affect job performance?”, The Accounting Review, Vol. 76 No. 2, pp. 263-74. Ikhsan, A. and Ishak, M. (2005). “Akuntansi Keperilakuan: Tinjauan Terhadap Ilmu Keperilakuan”, Editor Krista, Penerbit Salemba Empat. Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin, 2007, Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X, Universitas Hasanudin Makassar. JournalBali. (2010). Hotel Bersaing Ketat Meraih THK Award 2010. JournalBali.comDenpasar Judge, Timothy A., Joyce E. Bono., Carl J. Theresen., and Gregory K. Patton. (2001). The Job Satisfaction-Job Performance Relationship: A Qualitative and Quantitative Review. Psychological Bulletin, Vol. 127. No. 3. 376-407 Libby, Robert., & Lipe, Marlys Gascho. 1992. Incentive Effects and The Cognitive Processes Involved in Accounting Judgement. Journal of Accounting Research, 30, 249-273. Lopez, Maria A. Leach., William W. Stammerjohan., and John T. Rigsby Jr. 2008. An Update On Budgetary Participation, Locus Of Control, And The Effects On Mexican Managerial Performance And Job Satisfaction. The Journal of Applied Business Research, Vol. 24, No. 3. pp. 121-134. Luthans, F. 2005. “Organizational Behaviour 10th Edition”. ANDI. Yogyakarta. Mangkunegara, A.P. 2010, “Evaluasi Kinerja SDM”. Cetakan Pertama. PT. Refika Aditama, Bandung. Maryani. 2010. Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Serta Pengembangan Karyawan Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan pada Perusahaan Ritel di Sulawesi Selatan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Menezes, Alvaro Amaral. 2008. Analisis Dampak Locus Of Control Terhadap Kinerja Dan Kepuasan Kerja Internal auditor (Penelitian Terhadap Internal auditor Di Jawa Tengah). Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
30
Nasution, Manahan. 2003. Sekilas Tentang Internal auditor. FE USU, Digytal Library Patten, M. Dennis. 2005. “An Analysis of The Impact of Locus of Control on Internal auditor Job Performance and Satisfaction”, Managerial Auditing Journal, Vol. 20 No. 9, pp. 1016-1029. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro. 2000. Pengaruh Partisipasi terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai sebagai Moderating Variable. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, No. 2 : 119133. Riana, I Gede. (2010). Dampak Penerapan Kultur Lokal Tri Hita Karana terhadap Orientasi Kewirausahaan dan Orientasi Pasar serta Konsekuensinya pada Kinerja Usaha (Studi pada IKM Kerajinan Perak di Bali). Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Sanusi, Zuraidah Mohd dan Takiah Mohd Iskandar. 2007. Audit Judgement Performance: Assesing The Effect of Performance Incentive, Effort and Task Complexity. Managerial Auditing Journal, 22 (1), 34-52. Saputra, Komang Adi Kurniawan. 2012. Pengaruh Locus Of Control Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Internal Auditor dengan Kultur Tri Hita Karana sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.3, No.1, pp.86100, Universitas Brawijaya. Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer and James H. Scheiner. 2005. Sawyer’s Internal Auditing. The Institute of Internal Auditors. Salemba Empat, Jakarta. Sugiono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Sujana, Edy. 2013. Pengaruh Kompetensi, motivasi, Kesesuaian Peran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Auditor Internal Inspektorat Pemerintah Kabupaten (Studi pada Kantor Inspektorat Badung dan Buleleng). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol. 3, No. 2, Universitas Pendidikan Ganesha. Tenaya, Gede Agus Indra. 2007. Analisis Falsafah dan Konsep Akuntansi dalam Perspektif Filsafat Kultur Bali Tri Hita Karana dan Kesadaran Internal
31
Lembaga terhadap Hukum Perusahaan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Windsor, C.A. 2002, “Auditors’ Complex Decision Making: The Psychological Effect of Client Management Economic Power on Auditors’ Objectivity in And Independence Conflict”, Seventh Annual Professionalism and Ethics Simposium, AAA Annual Meeting, San Antonio, August. Wood, R.E. 1986. Task Complexity: Definition of The Construct. Organizational Behavior and Human Decision Process, Pp.60-82.
32
LAMPIRAN GAMBAR 1. Kerangka Konseptual
Kompleksitas Tugas
Kinerja Internal Auditor
THK
Locus of Control
Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2014)
Tabel 1. Rincian Jumplah Sampel 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan Kabupaten Karangasem Kabupaten Klungkung Kabupaten Gianyar Kabupaten Bangli Kabupaten Buleleng
Jumlah 4 5 6 6 13
Total
34
Sumber : Data Primer (2014)
Tabel 2. Statistik Deskriptif Penelitian Descriptive Statistics Mean kinerja
Std. Deviation
N
73.1176
3.54849
34
9.5882
2.25788
34
kompleksitas
20.6176
1.25565
34
THK
54.3235
3.32776
34
LoC
Sumber : Data Diolah (2014)
33
Tabel 3 Pengujian Hipotesis 1 dan 2 : Regresi Linier Berganda
Model Summary
Model
R
R Square .754a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.568
.525
2.44680
a. Predictors: (Constant), THK, kompleksitas, LoC
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) LoC kompleksitas THK
Std. Error -2.104
12.316
.588
.223
1.311 .783
Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.171
.865
.374
2.640
.013
.719
1.392
.342
.464
3.832
.001
.982
1.018
.150
.735
5.220
.000
.728
1.375
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber : Data Diolah (2014)
34
Tabel 4. Pengujian MRA Hipotesis 3a
Model Summary
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .765a
1
Adjusted R
.585
.543
2.39817
a. Predictors: (Constant), MLTHK, THK, LoC
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
242.993
3
80.998
Residual
172.536
30
5.751
Total
415.529
33
F
Sig.
14.084
.000a
a. Predictors: (Constant), MLTHK, THK, LoC b. Dependent Variable: kinerja
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-160.574
47.394
LoC
17.611
4.223
THK
4.111 .306
MLTHK
Coefficients Beta
t
Sig.
-3.388
.002
11.206
4.171
.000
.842
3.855
4.881
.000
.075
-9.665
-4.064
.000
a. Dependent Variable: kinerja
35
Tabel 5. Pengujian MRA Hipotesis 3b Model Summary
Model
R
R Square .732a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.535
.489
2.53661
a. Predictors: (Constant), MKTHK, kompleksitas, THK
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
222.498
3
74.166
Residual
193.032
30
6.434
Total
415.529
33
Sig.
11.526
.000a
a. Predictors: (Constant), MKTHK, kompleksitas, THK b. Dependent Variable: kinerja
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) kompleksitas THK MKTHK
Std. Error
-348.342
174.587
18.372
8.198
7.337 .318
Coefficients Beta
t
Sig.
-1.995
.055
6.501
2.241
.033
3.226
6.881
2.275
.030
.151
-8.763
-2.098
.044
a. Dependent Variable: kinerja
36
Biodata Penulis 1 : (1) Nama (2) Tempat&TTgl. Lahir (3) Program Studi/PT (4) Alamat Surat - Telepon/Faks - E-mail - Telepon Rumah/HP (5) Status Akademik (6) Pendidikan Terakhir - Tahun - Program Studi - Nama PT - Negara Biodata Penulis 2 :
I Made Pradana Adiputra,SE.,S.H.,M.Si Surabaya, 9 Nopember 1973 S1 Akuntansi/Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected] 081999900190 Dosen 2002 Akuntansi Universitas Diponegoro Indonesia
(1) Nama (2) Tempat&TTgl. Lahir (3) Program Studi/PT (4) Alamat Surat - Telepon/Faks - E-mail - Telepon Rumah/HP (5) Status Akademik (6) Jabatan Struktural (7) Pendidikan Terakhir - Tahun - Program Studi - Nama PT - Negara Biodata Penulis 3 :
Dr. Anantawikrama T.A., SE.,M.Si.,Ak.,CA 1 Februari 1977 S1 Akuntansi/Universitas Pendidikan Ganesha
(1) Nama (2) Tempat&TTgl. Lahir (3) Program Studi/PT (4) Alamat Surat - Telepon/Faks - E-mail - Telepon Rumah/HP (5) Status Akademik (6) Pendidikan Terakhir - Tahun - Program Studi - Nama PT - Negara
Komang Adi Kurniawan Saputra,SE.,MSA.,Ak.,CA Singaraja, 13 Oktober 1986 S1 Akuntansi/Universitas Pendidikan Ganesha
[email protected] 087861754565 Dosen Ketua Juruan S1 Akuntansi 2012 Akuntansi Universitas Brawijaya Indonesia
[email protected] 081944822418/081234075921 Dosen 2012 Akuntansi Universitas Brawijaya Indonesia
37
View publication stats