EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
BIOPESTISIDA SEBAGAI PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) YANG RAMAH LINGKUNGAN Achmad Djunaedy Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fak. Pertanian Unijoyo
Abstract Pest management has been conducted based on the use of sintethic chemical compounds. As such pratice causes environmental degradation, the concept of pest management is pointed to environmentally sound. The objective of this paper is to discuss the pontency of biopesticide as alternative environmentally-friendly compounds in managing pest. It is concluded that biopesticide could be effective in managing some pests, such as cuterpiller, grasshoper, and thrips. Futhermore, the plant resource for biopesticide is great. Of 37 000 plants identified, only about 1% has been used. Preparation and aplication of this matter in the field are easy. Key words: biopesticide, environmentally sound/ friendly, pest mangement
PENDAHULUAN
konsumsi pestisida per tahun mencapai 6,33 persen, namun pada kenyataannya di lapangan
Sejauh ini kerugian yang dialami
diperkirakan dapat mencapai lebih dari 10 – 20
sektor pertanian Indonesia akibat serangan
persen.
hama dan penyakit mencapai miliaran rupiah dan
menurunkan
sampai 20 persen. kendala
tersebut,
produktivitas
Penggunaan pestisida kimiawi yang
pertanian
berlebihan memberi dampak negatif terhadap
Menghadapi seriusnya sebagian
besar
lingkungan dan manusia. Keseimbangan alam
petani
terganggu dan akan mengakibatkan timbulnya
Indonesia menggunakan pestisida kimiawi.
hama yang resisten, ancaman bagi predator,
Upaya tersebut memberikan hasil yang cepat
parasit, ikan, burung dan satwa lain. Salah satu
dan efektif. Kenyataan ini menyebabkan tingkat
kepercayaan
petani
penyebab terjadinya dampak negatif pestisida
terhadap
terhadap lingkungan adalah adanya residu
keampuhan pestisida kimiawi sangat tinggi.
pestisida di dalam tanah sehingga dapat
Sejalan dengan hal itu, promosi dari perusahan
meracuni organisme nontarget, terbawa sampai
pembuat pestisida yang sangat gencar semakin
ke
meningkatkan ketergantungan petani terhadap
dan
meracuni
pada tanaman dapat terbawa sampai pada mata
meningkat, kebutuhan
rantai makanan, sehingga dapat meracuni
pestisida juga memperlihatkan pertumbuhan tiap tahun.
air
lingkungan sekitar. Bahkan, residu pestisida
pestisida kimiawi. Seperti halnya kebutuhan pupuk yang terus
sumber-sumber
konsumen, baik hewan maupun manusia.
Rata-rata peningkatan total
88
Biopestisida Sebagai Pengendali ...
88 – 95
(Achmad Djunaedy)
Bahkan akhir-akhir ini diantisipasi adanya
nanti akan sangat membebani dunia pertanian
kontaminasi pestisida pada air susu ibu.
di
Keracunan akibat kontak langsung dengan
ketergantungan pertanian Indonesia terhadap
pestisida dapat terjadi pada saat aplikasi.
pestisida kimia akan membawa dampak negatif
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai
pada upaya ekspansi komoditas pertanian ke
tahun 2000 mencatat sedikitnya terjadi tiga juta
pasar bebas, yang seringkali menghendaki
kasus keracunan pestisida setiap tahun dengan
produk bermutu dengan tingkat penggunaan
220.000 korban jiwa.
pestisida yang rendah. Dengan demikian secara
Sejumlah
dampak
Indonesia.
Tingginya
tingkat
negatif
berangsur-angsur harus segera diupayakan
penggunaan pestisida seperti telah disebutkan
pengurangan penggunaan pestisida kimiawi
di atas, mendorong dibuat metode lain
dan mulai beralih kepada jenis-jenis pestisida
yang dapat
hayati
dilakukan
penggunaan
untuk
pestisida
pemberantasan
hama
mengurangi
dalam dan
usaha
(biopestisida)
yang
aman
bagi
lingkungan.
penyakit
tanaman. Harga pestisida kimiawi cukup tinggi
Tujuan
sehingga membebani biaya produksi pertanian.
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui
Dalam hitungan petani, biaya komponen
potensi
pestisida mencapai 25 – 40 persen dari total
pengendalian organisme pengganggu tanaman
biaya produksi pertanian. Tingginya harga
yang ramah lingkungan.
biopestisida
sebagai
alternalif
pestisida kimiawi tersebut disebabkan bahan aktif pestisida masih diimpor. Depresiasi nilai
PENDEKATAN MASALAH DAN
rupiah terhadap dolar Amerika menyebabkan
PEMBAHASAN
harga
pestisida
terjangkau
kimiawi
oleh
semakin
petani. Dalam
tidak kondisi
Pengertian dan Penggolongan Biopestisida
pertanian Indonesia saat ini dengan harga
Berdasarkan asalnya, biopestisida
komponen pestisida yang tinggi, maka dapat
dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida
diramalkan bahwa usaha tani menjadi tidak
nabati dan pestisida hayati. Pestisida nabati
menguntungkan karena tidak dapat diandalkan
merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari
sebagai
layak.
tanaman baik dari daun, buah, biji atau akar
Kondisi tersebut tentu saja amat merugikan
yang senyawa atau metabolit sekunder dan
pembangunan bidang pertanian Indonesia. Di
memiliki sifat racun terhadap hama dan
samping
penyakit
sumber
itu
pendapatan
kebijakan
yang
global
dalam
tertentu.
Pestisida
nabati
pada
pembatasan penggunaan bahan aktif kimiawi
umumnya digunakan untuk mengendalikan
pada proses produksi pertanian pada gilirannya
hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit
89
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
(bersifat bakterisidal).
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
Biopestisida yang
kecambah dan bercak daun yang disebabkan
terbuat dari bahan-bahan alam tidak meracuni
oleh Fusarium sp., Phytium sp., Vericillium
tanaman
lingkungan.
albo-atrum, Alternaria spp. dan Rhizoctonia
Pemakaian ekstrak bahan alami secara terus-
solani. Bio-GL mengandung Gliocladium spp.
menerus juga diyakini tak menimbulkan
untuk mengendalikan penyakit tular tanah
resisten pada hama, seperti yang biasa terjadi
yang disebabkan oleh Phomosis seclerotiodes,
pada pestisida sintetis. Beberapa jenis tanaman
Phytium spp, Rhizoctonia solani, Sclerotinia
yang mampu mengendalikan hama seperti
sclerotiorum. Glicompost berbentuk kompos
famili Meliaceae (nimba, Aglaia), famili
yang berbahan aktif Gliocladium spp., untuk
Anonaceae (biji srikaya, biji sirsak, biji buah
mengendalikan patogen tular tanah serta
nona).
penyakit
dan
mencemari
Pestisida
hayati
layu
Fusarium,
Phomosis
merupakan
seclerotiodes, Phytium spp, Rhizoctonia solani
formulasi yang mengandung mikroba tertentu
dan Sclerotinia sclerotiorum pada tanaman
baik berupa jamur, bakteri, maupun virus yang
hortikultura.
bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya
Bacillus sp dan Pf, untuk mengendalikan
(penyebab
penyakit akar bengkak, rebah kecambah, layu
penyakit
tanaman)
atau
Prima-BAPF
menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat
Fusarium,
racun baik bagi serangga (hama) maupun
Rhizoctonia dan karat.
nematoda
penyakit
bakteri,
busuk
daun
tanaman).
Lebih lanjut Sastroutomo, (1992)
Formulasi Beuveria bassiana (isolat Segunung)
mengemukakan bahwa biopestisida yang ada
mampu
dapat dibedakan dalam 1) Herbisida biologi
moncong
(penyebab
layu
mengandung
mengendalikan yang
hama
merupakan
kumbang
hama
utama
(Bioherbisida),
2)
Fungisida
biologi
anggrek dan serta mengendalikan kumbang
(Biofungisida) dan 3) Insektisida biologi
mawar serta kutu daun pada tanaman krisan.
(Bioinsektisida).
Dari kelompok bakteri yang telah
Insektisida biologi (Bioinsektisida)
banyak diteliti dan digunakan sebagai agen
berasal dari mikroba yang digunakan sebagai
hayati (pestisida hayati) adalah genus Bacillus
insektisida.
(B. polimyxa, B. subtilis dan B. thuringiensis),
menyebabkan penyakit pada serangga tidak
Pseudomonas (P. Fluorescens-Pf), kelompok
dapat menimbulkan gangguan terhadap hewan-
cendawan
hewan lainnya
maupun tumbuhan. Jenis
Gliocladium sp). Formulasi pestisida hayati
mikroba
akan
yang telah dihasilkan BALITHI diantaranya
insektisida
Bio-PF mengandung Pf untuk mengendalikan
spesifik artinya harus menyerang serangga
penyakit layu bakteri dan cendawan, rebah
yang menjadi sasaran dan tidak pada jenis-
(Trichoderma
harzianum
dan
90
Mikroorganisme
yang harus
yang
digunakan
mempunyai
sebagai
sifat
yang
Biopestisida Sebagai Pengendali ...
88 – 95
(Achmad Djunaedy)
jenis lainnya. Pada saat ini hanya beberapa
diperdagangkan dengan nama Collego dan
insektisida biologi yang sudah digunakan dan
digunakan pada tanaman padi dan kedelai di
diperdagangkan secara luas. Mikroba patogen
Amerika (Sastroutomo, 1992).
yang telah sukses dan berpotensi sebagai
Fungisida
insektisida
biologi
salah
satunya
adalah
biologi
(Biofungisida),
menyediakan alternatif yang dipakai untuk
Bacillus thuringiensis (Khetan, 2001). Bacillus
mengendalikan
thuringiensis var. kurstaki telah diproduksi
biofungisida yang telah digunakan adalah
sebagai insektisida biologi dan diperdagangkan
spora
dalam berbagai nama seperti Dipel, Sok-Bt,
mengendalikan penyakit akar putih pada
Thuricide, Certan dan Bactospeine. Bacillus
tanaman
thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan
cabai.Merek dagangnya ialah Saco P dan
dengan nama Bactimos, BMC, Teknar dan
Biotri P (Novizan, 2002).
Vektobak. Jenis insektisida ini efektif untuk
lainnya
membasmi
lalat
Gliocladium spesies G. roseum dan G. virens.
Jenis insektisida
Produk komersialnya sudah dapat dijumpai di
biologi yang lainnya adalah yang berasal dari
Indonesia dengan merek dagang Ganodium P
protozoa,
telah
yang direkomendasikan untuk mengendalikan
dikembangkan untuk membasmi belalang dan
busuk akar pada cabai akibat serangan jamur
jengkerik. Nama dagangnya ialah NOLOC,
Sclerotium Rolfsii.
Hopper Stopper. Cacing yang pertama kali
merupakan
didaftarkan
ialah
mengendalikan serangan jamur Fusarium sp.
yang
pada
larva
nyamuk
(Sastroutomo, 1992).
Nosema
locustae,
sebagai
Neoplectana
dan
yang
insektisida
carpocapsae,
penyakit
Trichoderma
karet
dan
menurut
tanaman
sp.
jamur.
Beberapa
digunakan
layu
Novizan
untuk
fusarium
pada
Biofungisida (2002),
yaitu
Bacillus subtilis yang
bakteri
tomat.
saprofit
Bakteri
mampu
ini
telah
diperdagangkan dengan nama Spear, Saf-T-
diproduksi secara masal dengan merek dagang
Shield.
Emva dan Harmoni BS (Novizan, 2002). Herbisida
adalah
biologi
pengendalian
(Bioherbisida),
gulma
dengan
Prospek Biopestisida
menggunakan penyakit yang ditimbulkan oleh
Bertolak
dari
keadaan
dunia
bakteri, jamur dan virus. Bioherbisida yang
pertanian Indonesia seperti tersebut di atas
pertama kali digunakan ialah DeVine yang
maka usaha untuk memproduksi biopestisida
berasal dari Phytophthora palmivora yang
di dalam negeri amat memungkinkan. Faktor
digunakan untuk mengendalikan Morrenia
yang mendukung di antaranya adalah bahwa
odorata,
jeruk.
Indonesia cukup kaya dengan berbagai jenis
Bioherbisida yang kedua dengan menggunakan
jasad renik yang spesifik di daerah tropis dan
Colletotrichum
lebih sesuai untuk iklim Indonesia, karena
gulma
pada
tanaman
gloeosporioides
yang
91
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
pada umumnya biopestisida dieksplorasi dari
memproduksi biopestisida dengan harga relatif
berbagai
yang
murah.
Salah satu pemecahan masalah
dari
tersebut
yaitu
jenis
merupakan
mikroorganisme,
musuh
alami,
sehingga
dengan
memformulasikan
ketersediaan bahan baku sangatlah berlimpah.
kembali bahan baku kualitas analitik yang
Alam
akan
digunakan di luar negeri serta menggantinya
keanekaragaman hayati merupakan sumber
dengan bahan baku lokal, yang harganya relatif
daya alam yang potensial untuk dimanfaatkan
lebih murah dan mudah didapatkan.
Indonesia
yang
kaya
bagi kesejahteraan rakyat. Trichoderma produk
harzianum
biofungisida
mengendalikan
Jenis jamur dapat
yang
Menindaklanjuti
dijadikan
efektif
dasar
pemikiran
tersebut, maka perlu dilakukan modifikasi
untuk
terutama untuk substitusi bahan baku lokal,
jamur
penyakit
tanaman
agar dapat diproduksi di dalam negeri dengan
hortikultura,
sayuran
maupun
tanaman
biaya produksi yang tidak terlalu mahal dan
perkebunan
dan
Jamur
harga jual yang terjangkau oleh petani. Dari
Metarrhizium
anisopliae
Beauveria
hasil kajian diketahui bahwa komponen bahan
bassiana, B. brongniartii, Verticillium lecanii,
baku impor tersebut dapat digantikan dengan
Paecilomyces sp., Entomophhthora sp., dan
jenis bahan yang terdapat di dalam negeri.
jamur entomopatogen lainnya dapat dijadikan
Contoh, untuk bahan produksi dapat digunakan
produk-produk
Produk
limbah hasil pertanian seperti onggok tapioka,
bioinsektisida dengan bahan aktif jamur-jamur
jerami, limbah jagung, sekam, molase, bagase,
di atas umumnya disebut sebagai produk
dan sebagainya. Banyak jenis sumber daya
mikoinsektisida, yang efektif terhadap hama
alam kita (mineral) yang dapat digunakan
serangga tanaman padi, sayuran, hortikultura,
sebagai bahan untuk formulasi biopestisida,
dan perkebunan. Bakteri Bacillus thuringiensis
seperti tanah gambut, tanah lempung, dan pasir
telah dikenal mampu mengendalikan hama
diatomae. Sejalan dengan pola pikir awal
serangga pada sayuran, dalam produk yang
terhadap
dikenal petani sebagai racun B.t. Sementara
biopestisida, maka produksi dilakukan dengan
untuk bioherbisida dapat diproduksi dengan
menggunakan bahan baku lokal, dalam rangka
bahan aktif berupa spora jamur Fusarium sp.
menekan biaya produksi, tanpa mengurangi
avirulen. Teknologi pembuatan pestisida tidak
kualitas dan efektivitas fungsi dari produk
terlalu
tersebut.
sulit
kehutanan. dan
bioinsektisida.
untuk
diadopsi,
dan
dapat
adaptasi
teknologi
produksi
dikembangkan di dalam negeri. Dari ragam
Biaya produksi biopestisida yang murah, sudah
teknologi yang sifatnya sederhana dan murah
barang tentu akan menjadikan harga jualnya
sampai dengan yang agak canggih dan mahal.
pun cukup terjangkau oleh petani. Ongkos
Langkah penting berikut adalah usaha untuk
produksi pertanian dari kebutuhan pestisida
92
Biopestisida Sebagai Pengendali ...
88 – 95
(Achmad Djunaedy)
yang sebelumnya mencapai 25 – 40 persen
Daun kubis yang diberi ekstrak itu akan
dengan menggunakan pestisida kimiawi, kini
menjadi toksin atau racun yang mematikan
dapat ditekan menjadi hanya sekitar 8 – 10
ulat. Ia juga membuat ekstrak tanaman dari
persen. Dampak
biopestisida
temu putih, biji nimba, daun kenanga, biji
terhadap kualitas produk secara signifikan
selasih, serta daun avokad yang masing-masing
dapat meningkatkan nilai jual (ekonomi)
berfungsi mencegah serangan kutu pada
produk baik di pasar lokal, regional maupun
tempat
internasional. Sehingga margin keuntungan
kacangan. Beberapa jenis kacang-kacangan,
petani kita dapat ditingkatkan, dan sudah
seperti kacang hijau, kedelai, kacang merah,
barang tentu dengan demikian kesejahteraan
dan kacang tanah, yang dilumuri ekstrak
petani beserta keluarganya dapat meningkat.
tersebut akan awet disimpan sampai enam
penggunaan
Arinafril
(2002),
mengemukakan
penyimpanan
bulan.
beras
dan
kacang-
Khasiat serupa ditemukan pada
bahwa terdapat 37.000 spesies flora Indonesia
tanaman bawang putih, bunga kemuning, kulit
yang telah diidentifikasi, dan baru sekitar satu
jeruk, lengkuas, kunyit, temu hitam, cabai
persen yang dimanfaatkan untuk biopestisida.
merah, tembakau, dan kulit duku. Cairan
Berlandaskan hal itu, pria yang menjadi
ekstrak
pengajar di Fakultas Pertanian Universitas
mematikan kumbang kacang hanya dengan
Sriwijaya (Unsri), Sumatera Selatan, ini giat
kadar 1,12 persen.
menggali
Beberapa
kegunaan
tanaman
bagi
bunga
kemuning
ekstrak
yang
bahkan
dihasilkan
efektif
juga
pemberantasan hama. Sejak 1997 Arinafril
memiliki kegunaan lebih. Ekstrak bunga
membuat ekstrak tanaman untuk biopestisida.
kenanga, lengkuas, jahe, kunyit, umbi bawang
Biopestisida yang dia ciptakan memiliki
putih, dan daun nimba tidak menghambat
kegunaan
serta
perkecambahan benih kacang hijau sehingga
menghambat perkembangan ulat dan serangga
aman untuk ditanam meskipun disimpan dalam
yang menjadi hama pada tanaman dan tempat
waktu lama. Pembuatan ekstrak tanaman
penyimpanan
juga
dilakukan secara sederhana, meliputi metode
menghambat penetasan telur pada keong mas
tepung, rendam, pasta, dan campuran air. Pada
yang kerap menjadi hama padi. Sebagian
ekstraksi jahe yang menggunakan metode
tanaman yang diolah menjadi biopestisida
tepung, rimpang jahe dibersihkan, dikupas, dan
merupakan tanaman yang banyak ditemukan
dihaluskan menjadi tepung. Kemudian, serbuk
dan dipelihara masyarakat.
jahe dicampur dengan beras atau kacang guna
mematikan,
menghalau,
makanan.
Selain
itu,
Ekstrak jahe dan temu putih telah dibuktikan
khasiat
untuk
mempertahankan masa penyimpanan makanan
menghambat
tersebut. Jahe juga bisa diolah melalui metode
serangan ulat kubis (Plutella xylostella Linn).
pasta. Jahe yang sudah dihaluskan dicampur
93
EMBRYO VOL. 6 NO. 1
JUNI 2009
ISSN 0216-0188
air agar membentuk adonan, lalu dimasukkan
Organisme
ke kantong dan diperas.
Komposisi
perasan
dicelupkan
Ke dalam cairan
beras
dan
kacang-
Pengganggu Biopestisida
Tanaman, dan
Cara
Pengendaliannya.
kacangan.
Jenis OPT yang dapat dikendalikan
Pada tahun 1998 ia membuktikan, campuran
dengan biopestisida antara lain : (1) Hama
ekstrak serai wangi, biji nimba, dan lengkuas
secara umum; (2) Hama Trips pada cabai; (3)
yang disemprotkan pada belalang kembara
Hama belalang dan ulat; (4) Hama wereng
(Locusta migratoria) muda akan mematikan
coklat dan penggerek batang (5) Hama dan
hama itu hanya dalam waktu sekitar 30 menit.
penyakit pada tanaman bawang merah; dan (6)
Cairan ekstrak dari tiga tanaman tersebut
Hama tikus. Sedang jenis tanaman biofarmaka
meracuni jaringan sel serangga yang ganas
antara lain tergantung dari jenis OPT-nya. Ada
menyerang hamparan padi dan perkebunan di
pun cara mengendalikannya sebagai berikut :
Nusa Tenggara Timur pada tahun 1998. Arinafril (1999), kembali membuat
Hama Secara Umum
cairan ekstrak biji nimba yang memiliki daya
Daun mimba (Azadirachta indica) 8
untuk mematikan 70 persen telur keong mas
kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, diterjen/sabun
yang banyak terdapat di daun padi dan
colek 20 kg dan air 80 liter. Bagian tanaman
tunggul-tunggul
ini
sawah.
Ekstrak
yang
ditumbuk
halus
kemudian
dicampur
disemprot ke kumpulan telur keong mas
diterjen/sabun colek. Setelah itu masukkan 20
merusak
liter air dan diaduk sampai rata. Adonan ini
sel-sel
telur
perkembangbiakkan
dan
hewan
memutus
yang
kerap
diamkan selama 24 jam kemudian disaring
merusak tanaman padi itu.
dengan kain halus dan hasil saringannya
Pada tahun 2001 ia diminta membantu
diencerkan dengan 60 liter air. Larutan ini
pencegahan hama kutu daun pada tanaman
sudah dapat digunakan untuk mengendalikan
kacang pea, sejenis kacang kapri yang tumbuh
hama seluas ± satu hektar lahan tanaman.
di
Jerman.
memanfaatkan
Untuk cairan
keperluan ekstrak
itu,
ia
lengkuas.
Hama Trips pada Cabai
"Ekstrak lengkuas bersifat sistemik, diserap
Daun sirsak (Annona muricata) 50–
akar tanaman, dan dibawa ke jaringan daun.
100 lembar setelah ditumbuk halus kemudian
Ekstrak racun yang terkandung dalam daun
dicampur dengan 15 gr detergen/sabun colek.
akan mencegah serangan kutu daun.
Masukkan air 5 liter dan diaduk sampai rata. Setelah didiamkan selama 24 jam kemudian disaring dengan kain halus. Apabila larutan akan digunakan, setiap satu liter larutan
94
Biopestisida Sebagai Pengendali ...
88 – 95
diencerkan dengan 10-15 liter air kemudian
(Achmad Djunaedy)
B. Saran
disemprotkan ke seluruh bagian tanaman cabai
Pengendalian Organisme Pengganggu
yang terserang hama Trips.
Tanaman disarankan memakai biopestisida selain mudah didapatkan bahan bakunya juga tidak
Hama Belalang dan Ulat Daun sirsak (Annona muricata) 50 lembar
dan
daun
tembakau
membawa
dampak
negatif
bagi
lingkungan sekitar.
(Nicotiana
tabacum) satu genggam ditumbuk halus.
DAFTAR PUSTAKA
Setelah itu, tambahkan 20 gram diterjen/sabun Anonymous, 2008. Biopestisida Dari Tanaman Biofarmaka http://www. sinartani.com/mimbarpenyuluh/biop estisida-tanaman-biofarmaka1225683995. htm
colek dan 20 liter air kemudian diaduk sampai rata. Setelah adonan ini didiamkan/diendapkan selama 24 jam kemudian disaring dengan kain halus. Jika larutan tersebut akan digunakan,
Arinafril, 1999, , Ekstrak Tanaman untuk Atasi Hama. Laboratorium Toksikologi Pestisida. Universitas Sriwijaya. Palembang. Indonesia.
encerkan dulu dengan 50-60 liter air lalu semprotkan pada tanaman yang terserang hama belalang dan ulat.
Khetan, S.K. 2001. Microbial Pest Control. http://www.cplbookshop. com/contents/C155.htm
PENUTUP A. Kesimpulan
Novizan, 2002. Membuat & Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agro Media Pustaka
1. Biopestisida cukup efektif sebagai pengendali hama ulat, belalang dan thrips.
Pratomo, Dj. 2008. Biopestisida Sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman Hias. Laboratorium Biokontrol, Balai Penelitian Tanaman Hias.Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian
2. Sumber bahan baku biopestida cukup banyak yaitu terdapat 37.000 spesies flora
Indonesia
yang
telah
diidentifikasi, dan baru sekitar satu persen yang dimanfaatkan. 3. Pembuatan
biopestisida
Sastroutomo, S. S. 1992. Pestisida. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 186 hal.
dan
aplikasinya di lapang cukup mudah
Wahyudi, P. 2001 Biopestisida Alternatif Pestisida Masa Depan. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri, BPPT.
dilakukan.
95