Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan, 1(4): 355-365
Beberapa aspek biologi Ikan Sidat (Anguilla sp.) di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan [Some biological aspects of eels (Anguilla sp.) in Mosolo Waters of Wawonii Island, Konawe Archipelago] 1
Kardin, 2La Sara, dan 3Utama K. Pangerang 1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. HAE Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782 2 Surel:
[email protected] 3 Surel:
[email protected] Diterima: 4 April 2016; Disetujui : 24 Agustus 2016
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan sidat (Anguilla sp.) di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan. Penelitian ini dilaksankana selama tiga bulan yaitu pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Pengambilan sampel ikan sidat dilakukan menggunakan alat tangkap pancing dan electrical fishing di tiga stasiun yang telah ditentukan berdasarkan keterwakilan karakteristik lingkungan. Total sampel yang diperoleh selama penelitian sebanyak 98 individu. Panjang ikan sidat yang tertangkap berkisar 240-764 mm. Hubungan panjang dan bobot tubuh organisme ini mengikuti pola pertumbuhan isometrik (b<3), Sedangkan faktor kondisinya berkisar 0,617-1,711. Parameter kualitas air seperti suhu (25-26 oC), pH air (7-8), kecepatan arus (20,75-22,07 m/s), kedalaman (40-87 cm) berada pada kisaran yang mendukung kehidupan ikan sidat. Keadaan substrat berbatu dan berpasir sangat disenangi organisme ini. Kata Kunci: sebaran ukuran Ikan Sidat, pertumbuhan, faktor kondisi, kelimpahan.
Abstract The purpose of the study was to determine some biological aspects of eels (Anguilla sp) at Mosolo Waters of Wawonii Island, Konawe Archipelago. The study was conducted from June to August 2014. The sampling of eels were taken using rod fishing and electrical fishing at 3 stations. Those stations were decided according to the representative of environmental characteristics. The total samples obtained were 98 individuals. The standard length ranged from 240 mm to 704 mm. the result of length-weight relationship following isometrik growth pattern ( b<3). The condition factors of eels were 0.617-1.711. Water quality parameters such as temperature (25-26 oC), water pH (7-8), current velocity (20,7522,07m/s), and water depth (40-87cm) were still preferred by eels. The same phenomenon was shown by substrat of gravel and sand which were preferred by eels. Keywords : Eels size distribution, growth, condition factor, abundance.
Pendahuluan Ikan sidat (Anguilla sp) adalah salah satu
Sungai
Mosolo
Desa
Mosolo
Pulau
jenis ikan yang termasuk ke dalam golongan
Wawonii, Konawe Kepulauan merupakan salah
katadromous, dimana untuk makan dan tumbuh
satu daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh
menjadi besar terjadi di air tawar (sungai). Saat
dan berkembangnya ikan sidat. Hal ini disebabkan
memijah, ikan sidat akan beruaya kembali ke laut.
daerah tersebut relatif dekat dari muara sungai
Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang
Mosolo yang diduga menjadi daerah bagi ikan
tumbuh besar di Sungai Mosolo yang terletak di
sidat untuk tumbuh dan berubah menjadi sidat
Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan. Hal ini
kategori yellow eel. Sasono (2001) menyatakan
disebabkan sungai tersebut berhubungan langsung
bahwa sidat tergolong ikan katadromous yaitu ikan
dengan Laut Banda yang merupakan tempat
yang tumbuh di perairan tawar dan akan beruaya
pemijahan ikan tersebut.
menuju ke laut dalam (kedalaman ± 400 m) ketika
Aspek biologi Ikan Sidat
akan memijah. Telur sidat menetas di laut lepas
menyukai daerah dengan tingkat kecerahan yang
kemudian larvanya terbawa arus. Selanjutnya sidat
cukup tinggi (Sarwono, 2008).
beruaya menuju pantai dan ikan sidat (glass eel)
kondisi tersebut maka sumber daya ikan sidat di
masuk ke sungai-sungai dan tumbuh berkembang
Sungai Mosolo perlu dilakukan pengelolaan agar
hingga dewasa.
keberadaannya tetap lestari.
Berdasarkan
Sungai Mosolo merupakan salah satu
Sebagian besar penduduk Desa Mosolo
habitat ikan sidat untuk tumbuh dan berkembang.
berprofesi sebagai petani pala dan cengkeh.
Ketika telur-telur ikan sidat di laut menetas, maka
Kurangnya pemahaman dan perhatian masyarakat
anak-anak ikan sidat akan segera bergerak menuju
setempat akan nilai ekonomis sidat menyebabkan
daerah estuari. Menurut Haryuni (2002), ikan sidat
potensi ikan sidat yang cukup melimpah di sungai
mengalami tiga fase kritis yaitu ; fase I, fase telur
tersebut kurang mendapat perhatian. Ikan sidat
hingga glass eel yang planktonis; fase II, fase glass
merupakan komoditas yang berharga dan dapat
eel yang melakukan migrasi ke daerah estuari
diandalkan bagi masyarakat setempat. Semakin
hingga mencapai daerah perairan tawar untuk
tingginya permintaan ikan sidat maka akan
melakukan proses pendewasaan; dan fase III, fase
semakin meningkat pula usaha penangkapan ikan
saat migrasi ikan sidat dari perairan tawar menuju
sidat.
laut untuk melakukan pemijahan. Ikan sidat yang
penangkapan para nelayan dan dapat dijadikan
dapat dibesarkan berada pada fase II.
sebagai mata pencaharian bagi masyarakat Desa
Hasil
dapat
meningkatkan
usaha
Mosolo. Dengan demikian, pada masa yang akan
menemukan ikan sidat Sungai Mosolo, yang
datang dapat terjadi tekanan terhadap populasi
memiliki tangkapan seluruhnya (136 ekor) adalah
ikan sidat di sungai mosolo.
sidat
A.
Rahmatullah
ini
(2013)
jenis
penelitian
Hal
marmorata.
Sungai
Mosolo
Mengingat begitu pentingnya keberlanjutan
merupakan sungai yang bersifat permanen, yakni
sumber daya ikan sidat maka penelitian dengan
pada saat musim hujan dan musim kemarau airnya
judul Beberapa Aspek Biologi Ikan Sidat (Anguilla
selalu tersedia meskipun volume air pada musim
sp) di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe
kemarau berkurang. Sungai Mosolo merupakan
Kepulauan sangat perlu dilakukan. Hasil penelitian
tipe sungai radial dentritik karena bagian hulu
diharapkan
sungai tersebut merupakan pegunungan yang
mengembangkan aspek biologi dan pengelolaan
terdapat banyak anak sungai dengan saluran yang
sumber daya ikan sidat di sungai tersebut,
berkelok-kelok yang diduga banyak ikan sidat.
sehingga pemanfaatan ikan sidat dapat dilakukan
Sungai ini bermuara di daerah berhadapan dengan
secara optimal.
sebagai
acuan
awal
dalam
Laut Banda yang merupakan daerah pemijahan dan penyebaran fase dalam siklus ikan sidat.
Bahan dan Metode
Keberadaan ikan sidat khususnya pada
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga)
bagian Muara Sungai Mosolo memiliki kondisi
bulan, yaitu mulai bulan Juni-Agustus 2014.
yang baik, Kondisi tersebut disebabkan oleh : 1)
Lokasi penelitian bertempat di Sungai Mosolo
kondisi perairan yang masih stabil dan terjaga
Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan (Gambar 1).
kealamiannya merupakan daerah yang cocok bagi
Pengukuran panjang dan berat (bobot) ikan sidat
ikan sidat untuk tumbuh dan berkembang menjadi
dilakukan di Laboratorium Produksi Perikanan
yellow eel (Herunadi, 2003) ; 2) ikan sidat
Universitas Halu Oleo.
356
Kardin dkk.,
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Tiap Stasiun Pengamatan Stasiun I
Titik Koordinat
Karakteristik
04º12’22,8"LS - 122º09’ 58,5"
Muara sungai berbatasan langsung dengan laut banda
BT
dengan lebar sungai 34,4 m, kedalaman 64 cm, kecepatan arus 0.872 m/detik. jenis substrat berbatu dan tingkat kecerahan pada stasiun ini tinggi.
II
04 º 12’ 00,5"LS - 123º10’00,1"
Lokasi ini berada diatas stasiun I dengan kedalaman 46 cm
BT
dan lebar sungai 17.3 m, kecepatan arus sebesar 0.966 m/detik. substrat berbatu, dan tingkat kecerahan tinggi.
III
04º11’45,4"LS - 123º09’38,9"
stasiun yang paling jauh jaraknya dari muara sungai, lebar
BT
17.8 m dan kedalaman 51 cm, substrat berbatu, tingkat kecerahan tinggi, dan kecepatan arus 0.996 m/detik
Sungai Mosolo merupakan sungai yang
pembeda antara satu dan yang lainnya. Berikut
terdapat di Desa Mosolo yang memiliki panjang ±
perbedaan karakteristik tiap stasiun yang menjadi
7,21 km (google maps, 2014), dan memiliki
lokasi pengambilan sampel.
percabangan anak sungai yang jaraknya tidak
Pengambilan
cara
nelayan
yaitu
penangkapan
Mosolo bermuara di Laut Banda. Sungai tersebut
menggunakan
memiliki karakteristik yang sangat baik dan sangat
sesungguhnya tidak di perkenankan karena sangat
menunjang kehidupan masyarakat
berbahaya bagi biota di perairan tersebut serta bagi
tersebut.
electrical
fishing.
Cara
ini
keselamatan manusia. Penangkapan cara seperti ini
Setiap stasiun pengambilan sampel dan pengukuran parameter karakteristik
dilakukan
mengikuti
terpaut jauh dengan badan induk sungai. Sungai
di daerah
yang
sampel
kualitas
masing-masing
sangat lazim digunakan masyarakat di daerah ini.
air
memiliki
Ikan sidat ditangkap dengan memberikan kejutan
yang
menjadi
listrik yang dihubungkan ke air pada seluruh area 357
Aspek biologi Ikan Sidat
yang
telah
ditentukan.
Sumber
listrik
Keterangan :
menggunakan sebuah baterai basah atau baterai aki
K = jumlah kelas
yang berkekuatan 10 Ampere. Kekuatan listrik
n = jumlah total sampel ikan sidat yang tertangkap
tersebut tidak akan mematikan organisme target
Selanjutnya untuk menghitung interval
dan tidak memberikan dampak buruk terhadap organisme lain. Aliran listrik disalurkan melalui
kelas menggunakan rumus :
sebuah batang logam yang dicelupkan ke dalam
P = KR ……………………… (3)
air. Pengambilan sampel dilakukan pada malam
Keterangan
hari karena ikan sidat bersifat
P = interval kelas /selang kelas
nokturnal.
Selanjutnya semua sampel ikan sidat
yang
:
R = panjang atau berat maksimal ikan sidat –
tertangkap pada setiap sampling dikumpulkan dan
panjang atau
diukur panjang dan berat (bobot) di laboratorium
K = jumlah kelas
kemudian di hitung jumlahnya.
berat minimum ikan sidat
Selanjutnya ditentukan frekuensi masingmasing kelas ukuran dalam suatu tabel. Hasil yang
Setiap sampel ikan sidat yang diperoleh dari
diperoleh kemudian diplotkan dalam gambar
setiap stasiun di identifikasi jenisnya. Selanjutnya
dengan kelompok kelas panjang (mm) sebagai
di ukur panjang totalnya (mulai dari ujung
sumbu X dan frekuensi sebagai sumbu Y.
terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian
ekor),
menggunakan
dan
ditimbang
timbangan
gantung
Menurut Effendie (2002), hubungan bobot
bobotnya
dan panjang ikan mempunyai suatu nilai yang
dengan
memungkinkan untuk mengubah harga panjang ke
ketilitian 1 g.
dalam harga bobot, atau sebaliknya. Bobot ikan
Pengukuran kualitas air seperti suhu, pH,
dalam suatu bagian dari hidupnya dapat dianggap
kecepatan arus dan debit air sungai diukur bersama
sebagai suatu fungsi dari panjangnya, mempunyai
saat
Khusus pada
nilai yang bervariasi menurut pangkat tertentu dari
parameter kedalaman dan kecerahan diukur saat
panjangnya. Hubungan bobot panjang ini hampir
siang hari.
mengikuti hukum kubik yang dapat dinyatakan
penangkapan ikan sidat.
ikan
Perhitungan kelimpahan relatif setiap jenis
dengan rumus:
dilakukan
W=aL3 ................................ (4)
dengan
perhitungan
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Krebs, 1972):
Keterangan: W = bobot ikan (g)
𝑛𝑖
Kr = 𝑁 ×100% ……………(1)
L = panjang ikan (mm)
Keterangan :
a = konstanta
Kr = Kelimpahan Relatif
Hubungan panjang bobot ikan baronang
Ni = Jumlah Individu Spesies ke-i
dianalisis dengan menggunakan rumus yang
N = Jumlah total individu semua spesies
dikemukakan Effendie (2002) yaitu:
Sebaran frekuensi panjang dan bobot ikan sidat dikelompokkan berdasarkan selang kelas ukuran menggunakan persamaan Sturgess (1926 ) dalam Sudjana (1996) sebagai berikut : K = 1 + 3,3. Log n ………. (2) 358
W = a Lb ............................. (5) Keterangan: W = bobot ikan (g) L = panjang total ikan (mm) a dan b = konstanta
Kardin dkk.,
Persamaan 1 kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma (persamaan sehingga
membentuk
persamaan garis
6),
∑ log W x ∑ (N x log a) b=
sebagai berikut:
… ………. (8)
∑ log L
lurus
Menurut Walpole (1995), untuk menguji
Log W = log a + b log L …………………...
(6)
koefisien regresi, b = 3 atau tidak, maka dilakukan analisis data uji-t dengan menggunakan rumus
Setelah
melakukan
transformasi
ke
berikut:
bentuk logaritma terhadap data aslinya, nilai-nilai a dan b dapat diselesaikan dengan menggunakan
t hitung =
metode kuadrat terkecil (Akyol et al., 2007) dan nilai a yang diperoleh harus di-antilogkan.
menunjukkan pola pertumbuhan isometrik, berarti pertambahan panjang tubuh dan bobot seimbang. Jika nilai b<3 menunjukkan tipe pertumbuhan
lebih cepat daripada pertambahan bobot tubuh). b>3
pertumbuhan
allometrik
menunjukkan positif
………………….........................
(9)
Effendie (2002), untuk menguji koefisien
data uji-t. Nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel maka b berbeda dengan 3, sebaliknya jika t hitung lebih kecil maka b sama dengan 3.
allometrik negatif (pertambahan panjang tubuh
jika
sb
regresi, b = 3 atau tidak, maka dilakukan analisis
Apabila b=3 maka pertumbahan ikan
Sebaliknya,
b−3
tipe
Untuk mengukur kekuatan hubungan panjang dan bobot ikan baronang digunakan analisis korelasi dengan rumus:
(pertambahan
bobot tubuh lebih cepat daripada pertambahan
r=
N(∑ logL∗logW)−(∑ logL)(∑ log W) √{N(∑ log2 L)−(∑ logL)2}{N(∑ log2 W)−(∑ logW)2 }
.(10)
panjang tubuh). Penentuan harga konstanta nilai a (intersep = titik potong regresi dengan sumbu y) dan untuk harga konstanta b (slop = tangen sudut garis
Menurut Andy Omar (2009), harga r bergerak antara -1 dan +1 (-1≤ r ≥+1), untuk nilai r = +1, berarti terdapat hubungan linear sempurna langsung antara jantan dan betina. Untuk nilai r = -
regresi) dengan formulasi sebagai berikut:
1, berarti terdapat hubungan linear sempurna tak ∑ log W x ∑ (log L)2 - ∑ log L x ∑ (log L x log W) Log a =
2
√N x ∑ (log L) − (∑ log L)
2
langsung antara jantan dan betina. Sebaliknya jika nilai r = 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan
…… (7)
linear antara jantan dan betina.
Kekuatan
hubungan korelasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Interpretasi hubungan korelasi (r) panjang bobot ikan (Sugiono, 2013) Nilai Koefisian Korelasi (- atau +)
Arti
0,00 – 0,199
Korelasi sangat lemah
0,20 – 0,399
Korelasi lemah
0,40 – 0,599
Korelasi sedang
0,60 – 0,799
Korelasi kuat
0.80 – 1,000
Korelasi sangat kuat
359
Aspek biologi Ikan Sidat
Hasil dan Pembasan Pengelompokkan ukuran dibagi atas dua
yellow ell. Mengacu pada Amir F (2008) yang
bagian, yang pertama kelompok ukuran kelas
menyatakan bahwa, perbedaan sebaran ukuran
panjang (mm) dan yang kedua, kelompok
ikan sidat yang ditemukan diduga disebabkan
ukuran kelas berat (g) masing-masing tergolong
oleh penentuan daerah sampling, yaitu pada
dalam
tersebut
bagian sungai yang masih dekat dengan perairan
bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran
estuari atau pada daerah muara sungai, sehingga
panjang (mm) dan berat (g) yang diidentifikasi
peluang untuk mendapatkan ikan sidat yang
selama
mengetahui
berukuran besar dalam proses ruayanya ke hulu
sebaran ukuran di setiap bulan pengambilan
untuk pertumbuhan dan atau sebaliknya untuk
sampel. Pada Gambar 11, kelompok ukuran
ruaya pemijahan masih sangat rendah.
7
kelas.
Pengelompokan
penelitian,
serta
untuk
panjang 240-314 mm merupakan kelompok
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan
ukuran yang cukup banyak di jumpai yaitu
bahwa ukuran ikan sidat yang ditemukan di
sebanyak 11 ekor dengan persentase 21.2%
Muara Sungai Mosolo tidak berubah selama
yang terdiri dari 8 ekor bulan Juni, 2 ekor bulan
masa penelitian.
Juli dan 1 ekor pada bulan Agustus.
dugaan bahwa ikan sidat yang hidup pada Muara
Kelompok ukuran berat
Hal tersebut memperkuat
29 -128 (g)
Sungai Mosolo berasal dari induk atau hasil
(Gambar 2 ) merupakan kelompok ukuran berat
pemijahan (Batch) yang berbeda pada tiap
terbanyak yang ditemukan selama penelitian,
bulannya. Muchsin dkk. (2003) menyatakan di
yaitu sebanyak 37 ekor dengan persentase
Muara Sungai Poso, kisaran panjang ikan sidat
71.2%. Kelompok ukuran panjang terbanyak
yang ditangkap seakan-akan tidak berubah
terdapat
pada selang ukuran 315-389 mm
selama pengamatan yang memperkuat dugaan
dengan persentase 46,2 % yang terdiri dari 2
bahwa ikan sidat yang berada di Muara Sungai
ekor di bulan juni, 15 ekor di bulan Juli dan 7
Poso berasal dari hasil pemijahan (batch) yang
ekor di bulan Agustus. Kelompok ukuran
berbeda dengan selang perbedaan umur satu
panjang terendah terdapat pada selang ukuran
bulan.
465-539 mm dan pada selang ukuran 690-764
Sebaran frekuensi panjang ikan sidat
mm dengan masing-masing persentase sebanyak
tertera pada gambar 2. Gambar 2 menunjukkan
1,9 % dengan jumlah 1 ekor, yaitu pada bulan
bahwa kelompok ukuran ikan sidat selama
Juli dan Agustus.
penelitian lebih banyak yang tertangkap pada
Berdasarkan hasil perhitungan sebaran ukuran panjang dan berat
ikan sidat yang
ukuran 182-281 mm (69 ekor) dan terendah pada ukuran 117-181 mm (29 ekor).
teridentifikasi selama tiga bulan pengambilan
Sebaran frekuensi panjang ikan sidat
sampel, rata-rata berada pada fase elver dan
tertera pada gambar 2, kelompok ukuran ikan
yellow eel. Elver merupakan ikan sidat yang
sidat selama penelitian lebih banyak yang
hendak
tertangkap pada ukuran 182-281 mm (69 ekor)
Sarwono
tumbuh (2008)
menjadi bahwa,
dewasa. ikan
Menurut
sidat
yang
berukuran 150 – 400 mm berada pada fase elver dan diatas ukuran 400 mm berada pada fase
360
dan terendah pada ukuran 117-181 mm (29 ekor).
Kardin dkk.,
50
46,2
45
Frekuensi %
40 Bulan Juni
35
Bulan Juli
Bulan Agustus
30 25 21,2 20
21,2 15
15 8
10 5
7 2 1
2
7,7
6 5 1,9
0
0 1 0
0 1
3 0 0 0 0
1,9
0 1 0
0 240-314 80
315-389
390-464
465-539 540-614 Kelas panjang (mm)
615-689
690-764
71,2
70 Frekuensi %
60
Bulan Juni
Bulan Juli
Bulan Agustus
50
40 30 20 9,6
9
10
0
5 4
3 0 2
1,9
1 0
0 29-128
129-228
229-328
329-428
429-528
529-628
629-728
Kelas berat (g)
Gambar 2. Sebaran frekuensi panjang dan berat ikan sidat selama penelitian di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan
Hasil perhitungan panjang dan bobot tubuh
Koefisien korelasi (r) hubungan panjang dan
ikan sidat selama penelitian tertera pada Gambar 3,
bobot tubuh ikan sidat memiliki korelasi yang kuat.
menunjukkan bahwa ikan sidat pada bulan Juni
Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila panjang
(2.778), Juli (2.986) dan Agustus (3.041) memiliki
bertambah maka pengaruh terhadap pertambahan
tipe pertumbuhan isometrik (b < 3 ).
bobotnya. Hal ini sesuai pernyataan Omar (2005)
Hasil analisis terhadap hubungan panjang
yang menyatakan bahwa apabila nilai koefisien
dan bobot, ikan sidat memiliki nilai konstanta b =
korelasi 0,90-1,00 menunjukkan korelasi yang
2.779 (Juni); 2.986 (Juli); dan 3.041 (Agustus)
sangat kuat. Sugiono (2013) menambahkan bahwa
seperti tertera pada. Terdapat korelasi yang erat
hubungan yang kuat dan positif, apabila nilai hasil
antara panjang total ikan dengan bobot, hal tersebut
koefisien korelasi mendekati 1, maka kedua peubah
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) untuk
tersebut kuat terdapat korelasi yang tinggi antara
masing-masing ikan sidat.
keduanya.
361
Aspek biologi Ikan Sidat
140 Juni
120
y = -2.463L2.778 R² = 0.9287 r=0.9684 n=19
W (g)
100
80 60 40 20 0 0
10
20
30
40
50
40
50
40
50
140 120
y = 4.626L2.9863 R² = 0.935 r= 0.9910 n = 40
Juli
W (g)
100 80 60 40 20 0 0
10
20
30
140 120
Agustus
y = 2.128L3.0412 R² = 0.961 r= 0.9889 n= 49
W(g)
100 80 60 40 20 0 0
10
20
30 L (mm)
Gambar 3. Hubungan panjang dan bobot tubuh ikan sidat selama penelitian di Sungai Mosolo Pulau Wawonii, Konawe Kepulauan Berdasarkan uji-t terhadap b, ikan sidat
menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan
mimiliki tipe pertumbuhan yang isometrik pada
sidat bulan Juni, Juli dan Agustus sebanding
bulan
dengan pertambahan bobot tubuhnya. Namun,
362
Juni,
Juli
dan
Agustus.
Hal
ini
Kardin dkk.,
kondisi
tersebut
tidak
mempengaruhi
pola
bobotnya. Hal ini sesuai pernyataan Andy Omar
pertumbuhan pada bulan Juni, Juli hingga
(2005)
Agustus. Hal ini berarti pertambahan panjang
koefisien
dan bobot ikan sidat pada bulan Juni, Juli hingga
korelasi yang sangat kuat. Sugiono (2013)
Agustus sebanding pertambahan panjang dan
menambahkan hubungan yang kuat dan positif,
bobot
dengan
apabila nilai hasil koefisien korelasi mendekati
pernyataan Effendie (2002) bahwa apabila b = 3
1, maka kedua peubah tersebut kuat dan terdapat
maka pertumbuhan ikan menunjukkan pola
korelasi yang sangat tinggi antara keduanya.
tubuhnya.
Hal
ini
sesuai
menyatakan
bahwa
korelasi
0,90-1,00
apabila
nilai
menunjukkan
pertumbuhan isometrik, berarti pertambahan
Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor
panjang tubuh dan bobot ikan seimbang. Jika
ekologi yang mencakup konsentrasi oksigen
nilai b < 3 menunjukkan tipe pertumbuhan
terlarut
allometrik negatif (pertambahan panjang tubuh
ketersediaan makanan bagi ikan sidat (Pathak
ikan lebih cepat daripada pertambahan bobot
dkk., 2012). Adapun
tubuh ikan). Sebaliknya, jika b > 3 menunjukkan
(2002) bahwa apabila b = 3 maka pertumbuhan
tipe
positif
ikan menunjukkan pola pertumbuhan isometrik,
(pertambahan bobot tubuh ikan lebih cepat
berarti pertambahan panjang tubuh ikan dan
daripada pertambahan panjang tubuh ikan).
bobot seimbang. Jika nilai b < 3 menunjukkan
pertumbuhan
Berdasarkan
allometrik
hasil
analisis
terhadap
sangat
tipe
tinggi,
sirkulasi
air,
dan
pernyataan Effendie
pertumbuhan
allometrik
hubungan panjang bobot, ikan sidat memiliki
(pertambahan
nilai konstanta b = 2.778 (Juni); 2.986 (Juli);
daripada pertambahan bobot tubuh). Sebaliknya,
3.041 (Agustus) seperti tertera pada (Gambar 3).
jika b > 3 menunjukkan tipe pertumbuhan
Terdapat korelasi yang erat antara panjang total
allometrik positif (pertambahan bobot tubuh
ikan dengan bobot, hal tersebut ditunjukkan oleh
lebih
nilai koefisien korelasi (r) untuk msing-masing
tubuh)
ikan.
cepat
panjang
daripada
tubuh
lebih
negatif cepat
pertambahan panjang
Tidak selamanya ikan sidat memiliki tipe Koefisien korelasi (r) hubungan panjang
pertumbuhan yang sama. Beberapa penelitian
bobot tubuh ikan sidat memiliki korelasi yang
menunjukkan
sangat kuat hingga sangat kuat. Hal tersebut
Anguillidae
menunjukkan bahwa apabila panjang bertambah
pertumbuhan isometrik dan allometrik negatif
maka
(Tabel 3).
berpengaruh
terhadap
pertambahan
bahwa tidak
ikan selalu
dari
family
memiliki
tipe
Tabel 3. Nilai koefesien regresi dari b dan variasi nilai b ikan sidat di beberapa lokasi L total (mm)
Koefesien Nilai b
Lokasi
Pustaka
153
2,85
Sungai Brahmaputra
Pathaket al. (2012)
140 (♂)
2,28
153 (♀)
2,59
185
3,17
Sungai Gangga
Pathak et al. (2012)
146 (♂)
3,17
185 (♀)
3,14
363
Aspek biologi Ikan Sidat
Secara umum, nilai b tergantung pada
pengelolaan sumber daya, agar tidak terjadi
kondisi fisiologis dan lingkungan seperti suhu, pH,
eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya ini,
dan letak geografis (Mulfizar dkk., 2012). Kondisi
dan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu
lingkungan Muara Sungai Mosolo selama periode
masyarakat desa dapat diarahkan untuk melakukan
penelitian berada dalam keadaan yang stabil,
usaha pembesaran ikan sidat. Dengan adanya hal
dimana dari hasil pengamatan kisaran nilai suhu
tersebut, maka sumber daya ikan sidat di daerah
dan pH air tidak mengalami perubahan yang
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dan
signifikan bahkan cenderung berada pada kondisi
tidak merusak habitat asli sidat.
normal di setiap stasiun pengamatan dan periode pengambilan
sampel.
Kondisi
tersebut
menyebabkan pertumbuhan ikan sidat berlangsung
Daftar Pustaka
matahari maksimal hingga ke dasar perairan.
Akyol, O.H., T. Kinacigil., R. Sevik. 2007. Lonline Fishery and Length-Weigth Relationship for Selected Fish Species in Gokova Bay ( Aegean Sea, Turkey). Internasional Journal of Natural and selected Sciences 1:1-4.
Kondisi ini merupakan hal yang sangat disukai
Amir, F., Mallawa, A., Budimawan., Tresnati, J.
dengan baik. Kedalaman maksimal pada Muara Sungai Mosolo adalah 60 cm dengan kondisi air yang jernih, substrat berbatu, dan penetrasi cahaya
oleh ikan sidat untuk hidup.
2008. Pendugaan Umur Rekruitmen Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebaran frekuensi panjang ikan sidat di Sungai Mosolo didominasi ukuran dewasa (elver). 2. Hubungan panjang dan bobot ikan sidat selama penelitian memiliki satu tipe pertumbuhan yaitu isometrik. 3. Kisaran faktor kondisi ikan sidat di Sungai Mosolo memiliki nilai yang relatif stabil.
selama peneltian pada bulan Juni sampai Agustus masih dalam kondisi yang optimal mendukung
pertumbuhan
dan
perkembangan ikan sidat.
Saran Perlu kiranya dilakukan penelitian lanjutan agar sumber daya ikan sidat yang ada di Pulau Wawonii
khususnya
Desa
dimanfaatkan secara optimal. adanya
364
Mosolo
Andy Omar, S. 2005. Modul praktikum biologi perikanan. Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 161 hal. Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal. Haryuni. 2002. Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp.
4. Parameter lingkungan perairan yang ditemukan
untuk
pasifica) dari Perairan Malunda, Sulawesi Barat yang Tergambar pada Mikrostruktur Otolith. Universitas Hasanudin. Makassar. 13 hal.
dapat
Namun perlu
penyusunan peraturan daerah dalam
Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah. Thesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 58 hal. Magurran, A, E., 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey. 179 hal. Muchsin, I., Zairion., Ndobe, S., 2003. Beberapa Aspek Biologi Larva Sidat (Anguilla sp.) di Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah. Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik, Jakarta, 11 April 2002, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Hal 77-83.
Kardin dkk.,
Mulfizar, Muchlisin, Z,A., Dwiyanti, I., 2012. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Universitas Syah Kuala. Banda Aceh. Hal 1-9. Pathak, B. C. Zahid M., Serajuddin M., 2012. Length - Weight, Length - Length Relationship of the Spiny Eel, Macrognathus pancalus (Hamilton 1822) Sampled from Ganges and Brahmaputra River Basins, India. Iranian Journal of Fisheries Sciences, 12(1) : 170-182. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. 2011. Sidat. Jakarta. 60 hal. Rahmatullah, K.A. 2013. Kelimpahan dan Pertumbuhan Benih Sidat (Anguilla sp.) di Muara Sungai Mosolo Desa Mosolo Kecamatan Wawonii Tenggara Pulau Wawonii Kabupaten Konawe Kepulauan.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Halu Oleo. Sarwono, B. 2008. Budidaya Belut dan Sidat Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Sasono, D.A. 2001. Kebiasaan Makanan Ikan Sidat (Anguilla Bicolor) di Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripksi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. 71 hal. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito. 442 hal. Sugiono. 2013. Statistika untuk Afabeta, Bandung. 390 hal.
penelitian.
Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika, edisi ke3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hal.
365