perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh : Reni Retnowati K 5106037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh : Reni Retnowati K 5106037
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Kamis
Tanggal
: 30 Juni 2011
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Reni Retnowati. PENGGUNAAN METODE BCCT ( BEYOND CENTER AND
CIRCLE TIME ) BERBASIS PERMAINAN BERHITUNG PERMULAAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MATEMATIKA
PADA ANAK USIA DINI DI KELAS B2 TK RAUDLOTUL ATHFAL ISLAM
IRMAS SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April, 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo melalui penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan. Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research / Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Langkah –langkah dalam penelitian ini terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi hasil dan merevisi perencanaan untuk tahap selanjutnya. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, siklus I terdiri dari tiga pertemuan dan siklus II terdiri dari dua pertemuan. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran berhitung Matematika yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, tes dan metode dokumentasi. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni memperlihatkan pencapaian nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode BCCT ( Beyond Center And Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Reni Retnowati. THE USAGE OF BCCT METHODE (BEYOND CENTRE AND CIRCLE TIME) BASED ON THE CALCULATION GAMES TO ENHANCE THE ABILITY OF MATHEMATIC CALCULATION ON THE EARLY AGE CHILDREN IN B2 CLASS OF RAUDHATUL ATHFAL ISLAM IRMAS SUKOHARJO 2010.2011. Thesis, Surakarta: Theacher Training and Education Faculty Surakarta,. Sebelas Maret University. The purpose of this research is to increase the ability of mathematic calculation on the early age children B2 Class of Raudhatul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo through the usage of BCCT method ( Beyond Center and Circle Time ) based on the beginning of calculation games. This research is Classroom Action Research. This is an observation toward the teaching activity as an action, which is meant to be created and be happened in the class together. The research is a collaboration between the researcher, teacher and the students. The steps in this research consists of problem identification, action plan, the implementation of the action which is happened in the class together. The research is a collaboration between teacher, researcher, and students. The steps in this research consist of problem identification, action plan, observation, result reflection, and revision of the next planning.The research consist of two cycles. Cycle 1 consist of three meeting and the cycle II consist of two meeting. The data source of this research is Mathematics Calculation teaching process in the class with an respondent (teacher and student), also the documents. The methods of collecting data is observation method, test and documentation methods. To examine the data validity, the researcher use the triangulation technique and respondent review. Analytic technique which is used is critical analysis and descriptive comparative analytic. The qualitative data is analyzed by critical analytic. Meanwhile the data form the test will be classified as quantitative data. Those data will be analyzed descriptively and comparatively. The method is to description the test mark of two cycle with tha indicator of achievement. Based on the result we may conclude that the usage of BCCT( Beyond Center And Circle Time ) based on the on the Calculation Games can Enhance the ability of Mathematic calculation on the early age children in B2 Class of Raudhatul Athfal Islam Irmas Sukoharjo 2010/2011
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Hidup adalah proses belajar. Setiap insan hendaklah belajar dari kesalahan ,tanpa kenal putus asa untuk menjadi yang lebih baik”.
“ Sabar adalah separo iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan”. (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan Kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa tulus dan kasih sayangnya. 2. Suamiku yang senantiasa menyemangati 3. Anakku Nahdan tersayang 4. Kakak dan adik tercinta 5. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah banyak memberikan ilmu. 6. Almamater.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian; 4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd; 5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Gunarhadi, M.Kes; 6. Bapak Drs. Rachmad Djatun, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi; 7. Bapak Priyono, S. Pd, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi; 8. Ibu Rahayu Budi Utami,A.ma.Pd.TK,S.Pd, selaku Kepala Sekolah TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian; 9. Ibu Erna dan ibu Endang, selaku guru kelas B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo , yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian ;
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Seluruh ibu guru TK RA Islam IRMAS Sukoharjo yang telah ikut memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian; 11. Siswa kelas
B2 TK RA Islam IRMAS Sukoharjo
yang telah membantu
pelasanaan penelitian; 12. Teman-teman PLB 2006 atas semangat dan dukungan; 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................
ix
DAFTAR ISI....................................................................................
xi
DAFTAR TABEL............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
4
C. Tujuan Penelitian......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian....................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI …… .............................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................
6
1. Tinjauan tentang Pendidikan Anak Usia Dini ......................
6
a. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini..........................
6
b. Tokoh Pendidikan Usia Dini .........................................
7
c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Prasekolah ...................................
9
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah .......................
13
2. Tinjauan tentang BCCT ......................................................
16
a. Pengertian BCCT ..........................................................
16
b. Tujuan Metode BCCT ...................................................
17
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Landasan Pengembangan BCCT ...................................
17
d. Prinsip BCCT ...............................................................
18
e. Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT.........................
19
f. Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main .
20
g. Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT......
22
h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT
22
3. Tinjauan tentang Permainan Berhitung Permulaan ..............
23
a. Tinjauan Tentang Permainan .........................................
23
b. Landasan Teori Permainan Berhitung Permulaan .........
29
c. Metode Permainan Berhitung ........................................
31
d. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan ...........
32
e. Ciri-ciri Anak Menyenangi Permainan Berhitung ..........
33
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan ..................................
33
g. Pelaksanaan Permainan Berhitung Permulaan ...............
33
4. Tinjauan tentang Matematika .............................................
35
a. Pengertian Matematika..................................................
35
b. Tahapan Mempelajari Matematika pada Anak TK.........
35
c. Konsep Berhitung yang Diperkenalkan untuk Anak TK
36
B. Kerangka Berpikir ....................................................................
38
C. Hipotesis ..................................................................................
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... .
40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
40
B. Pendekatan Penelitian ...............................................................
41
C. Subjek Penelitian ......................................................................
43
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
43
E. Sumber Data .............................................................................
47
F. Uji Validitas Data .....................................................................
47
G. Teknik Analisis Data ................................................................
48
H. Indikator Ketercapaian..............................................................
48
I. Prosedur Penelitian ...................................................................
49
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................
52
A. Deskripsi Kondisi Awal............................................................
52
B. Deskripsi Hasil Penelitian.........................................................
55
1. Siklus I ................................................................................
55
a. Perencanaan Tindakan Siklus I ........................................
55
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ........................................
60
c. Observasi ........................................................................
66
d. Analisis dan Refleksi .......................................................
67
2. Siklus II ...............................................................................
68
a. Perencanaan Tindakan Siklus II.......................................
68
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II .......................................
73
c. Observasi ........................................................................
78
d. Analisis dan Refleksi .......................................................
79
C. Pembahasan Hasil penelitian ....................................................
80
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ....................................
87
A. Simpulan ..................................................................................
87
B. Implikasi ..................................................................................
87
C. Saran ........................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
90
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ................................
40
Tabel 2 : Kisi-kisi Soal.................................................................................
46
Tabel 3 : Indikator Ketercapaian ..................................................................
49
Tabel 4 : Kemampuan Awal Berhitung Matematika Siswa Kelas B2 TK Raudlotul
Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011
Semester Genap……………………………………………………
52
Tabel 5 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa ............................
54
Tabel 6 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I ......................................
64
Tabel 7 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ......................................
65
Tabel 8 : Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II .....................................
76
Tabel 9 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II .....................................
77
Tabel 10: Peningkatan Nilai Tes Berhitung Matematika Tiap Siklus .............
83
Tabel 11: Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 ..................................
commit to user xiv
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Contoh Benda Kongkrit ............................................................
36
Gambar 2 : Contoh Benda Visual ................................................................
36
Gambar 3 : Contoh Benda Simbol ...............................................................
36
Gambar 4 : Contoh Pengenalan Angka dengan Gambar Bintang .................
37
Gambar 5 : Contoh Penambahan dan Pengurangan dengan Gambar ............
38
Gambar 6 : Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .........................................
38
Gambar 7 : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas .........................................
42
Gambar 8 : Alat dan Bahan untuk Meronce Manik-manik.............................
56
Gambar 9 : Bahan untuk Menempel Beruang Teddy. ..................................
58
Gambar 10: Kubus Bergambar .....................................................................
59
Gambar 11: Bahan Permainan Klasifikasi Hewan ........................................
70
Gambar 12 : Alat dan Bahan untuk Membuat Kalung Angka.........................
72
Gambar 13: Grafik Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus 84 Gambar 14: Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2…………………
commit to user xv
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Satuan Kegiatan Harian Siklus I............................................ 93 Lampiran 2 : Silabus TK B......................................................................... 99 Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal ........................................................................ 100 Lampiran 4 : Soal Pre test / Post Test ......................................................... 101 Lampiran 5 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa ....................................... 104 Lampiran 6 : Lembar Observasi Kemampuaan Guru Menjelaskan ............. 105 Lampiran 7 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas......... 106 Lampiran 8 : Satuan Kegiatan Harian Siklus II............................................ 107 Lampiran 9 : Dokumentasi Kondisi Awal................................................... 111 Lampiran 10 : Dokumentasi Siklus I ............................................................. 112 Lampiran 11 : Dokumentasi Siklus II ............................................................ 114 Lampiran 12 : Daftar Nama Siswa Kelas TK B2 .......................................... 116 Lampiran 13 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor .................... 117 Lampiran 14 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Kepala Sekolah ...... 118 Lampiran 15 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .............................. 119 Lampiran 16 : Surat Keputusan Dekan FKIP................................................. 120 Lampiran 17 : Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian .......................... 121
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah suatu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan, sehingga perlu mendapat tempat pertama di semua jenjang pendidikan. Salah satu pendidikan yang sangat penting yaitu pendidikan anak usia dini atau pendidikan anak prasekolah, dimana pendidikan anak usia dini itulah yang akan menjadi pondasi dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ) Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak muali lahir sampai umur delapan tahun. Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 08 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal Kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini semakin banyak disadari oleh berbagai fihak. Hasil penelitian menyatakan bahwa usia dini merupakan perkembangan masa emas ’golden age’ sebab pada masa ini seorang anak mengalami perkembangan otak yang sangat pesat bahkan mencapai 50 % dari seluruh perkembangan otak manusia. Otak akan berkembang optimal jika anak mendapat pengalaman yang menyenangkan. Artinya, secara emosi anak merasakan aman, nyaman dan menyenangkan. Pengalaman yang dialami anak pada masa ini akan dibawa seumur hidupnya, maka implikasinya pada pendidikan usia dini adalah diperlukan langkah tepat sesuai dengan kebutuhan anak dimasa
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
depan. Keberhasilan membina anak sejak dini merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Sebaliknya kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan dan perilaku akan merupakan bencana bagi kehidupan anak di masa yang akan datang Pendidikan anak usia dini dapat diperoleh melalui jalur pendidikan formal yang berbentuk taman kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak usia 4 – 6 tahun. Di taman kanak-kanak, anak akan dididik dan dilatih berbagai bidang pengembangan pembisaaan yang meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian. Di taman kanak-kanak, anak juga dididik dengan berbagai bidang pengembangan KBM yang meliputi bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni. Tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Berdasarkan rumusan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0486/U/1992 tentang TK bab II pasal 3 dalam Hibana S Rahman (2002:48) Salah satu bidang pengembangan KBM di TK yaitu bidang pengembangan kognitif. Pengembangan kognitif dapat diperloleh melalui kegiatan
berhitung,
membilang,
mengelompokkan,
mengenal
bentuk,
membedakan sesuatu dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan guru bidang pengembangan kognitif merupakan salah satu materi yang sulit dipahami oleh anak. Sebagai seorang guru hendaknya pandai-pandai memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Pada dasarnya kemampuan akademik yang dikembangkan di TK adalah membaca, menulis dan berhitung. Pada kenyataannya dari ketiga hal tersebut yang sulit dipelajari adalah berhitung. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika menjadi guru kontrak di TK RA Islam IRMAS Sukoharjo. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam hal berhitung yang termasuk masih sederhana. Pada umumnya siswa di TK RA Islam IRMAS Sukoharjo sudah hafal dalam membilang angka,tetapi mereka akan kesulitan dalam penerapannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Kebanyakan siswa akan kesulitan menghitung benda dan menulis angka yang dimaksud serta beberapa konsep dalam berhitung lainnya, tak jarang siswa masih banyak yang keliru. Selain itu mereka juga kesulitan dalam hal penjumlahan maupun pengurangan. Metode pembelajaran yang tak sesuai sering kali membuat siswa cepat bosan. Akibatnya siswa akan malas mengerjakan tugas dan tidak berminat mengerjakan soal hitungan berikutnya. Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan berbagai cara termasuk melalui permainan berhitung. Permainan berhitung di TK tidak hanya terkait dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental sosial dan emosional, karena itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara menarik, bervariasi dan menyenangkan.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (dalam Yuliani Nurani Sugiono (2006 : 2.7) permainan berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar. Bila penyebab kesulitan anak dapat diatasi, maka akan tercipta kondisi interaktif dan dinamis antara guru dengan anak. Interaksi di dalam pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, tidak hanya sekedar hubungan guru dan anak namun berupa hubungan interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian materi pembelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada akan yang sedang belajar. Metode permainan berhitung permulaan ini akan tepat jika dipadukan dengan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ). Pendekatan BCCT mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui bermain dengan bendabenda dan orang-orang disekitarnya (lingkungan).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Menurut Nafik (2008 ) BCCT yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD) Cahaya Ilmu Semarang (2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT : sentra bahan alam, sentra main peran mikro/makro, sentra balok, sentra persiapan,sentra iman dan taqwa, sentra seni dan kreatifitas, sentra musik dan budaya Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Penggunaan Metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) Berbasis Permainan Berhitung Permulaan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Matematika Pada Anak Usia Dini Di Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo melalui penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah bertambahnya reverensi untuk meningkatkan kemampuan berhitung untuk anak usia dini khususnya usia TK. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih kompleks. 2. Manfaat Praktis a. Guru 1) Sebagai gambaran penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan Untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011, sekaligus
memberikan alternatif solusi pada kesulitan
berhitung pada siswa TK. 2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan salah satu media pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo. b. Siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo. 1) Sebagai alternatif metode belajar untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika siswa. 2) Sebagai salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memahami isi suatu hitungan dalam matematika. c. Bagi peneliti selanjutnya 1) Sebagai salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut mengenai suatu metode pembelajaran berhitung permulaan dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. 2) Menjadi salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjutan dengan variabel yang sama, di sekolah dan kondisi yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Pendidikan Anak Usia Dini
a.
Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan prasekolah/usia dini adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah (PP 27/1990). Pengertian pendidikan anak usia dini atau sering disebut juga pendidikan pra sekolah telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi pendidikan usia dini.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang akan dilakukan melalui pemberian
rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ) Menurut Marjory Ebbeck (dalam Hibana S. Rahman,2002:2) pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir sampai umur delapan tahun. Pendidikan usia dini menurut Hibana S. Rahman (2002:2) adalah upaya terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 08 tahun dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki. Pendidikan anak usia dini menurut Sunarwati (2007) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Menurut Grace Anata Irlanari (2009) pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari berbagai pendapat dari para ahli penulis dapat mengambil kesimpulan, pendidikan anak usia dini atau prasekolah adalah jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak sebelum memasuki sekolah dasar usia nol sampai enam tahun yang bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal maupun non formal. b. Tokoh Pendidikan Usia Dini
Adapun tokoh pendidikan usia dini menurut Agus Ruslan (2007) dalam adalah : 1) Martin Luther (1483 - 1546) Menurut Martin Luther tujuan utama sekolah adalah mengajarkan agama, dan keluarga merupakan institusi penting dalam pendidikan anak. 2) Jean - Jacques Rousseau (1712 - 1718) Bukunya Du de 'education, menggambarkan cara pendidikan anak sejak lahir hingga remaja. Menurut Rousseau: "Tuhan menciptakan segalanya dengan baik; adanya campur tangan manusia menjadikannya jahat (God make every things good; man meddles with them and they become evil). Rousseau menyarankan "kembali ke alam" atau "back to nature", dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak yaitu : "naturalisme". Naturalisme berarti, pendidikan akan diperoleh dari alam, manusia atau benda, bersifat alamiah sehingga memacu berkembangnya mutu, seperti kebahagiaan, sportivitas dan rasa ingin tahu. Dalam prakteknya naturalisme menolak pakaian seragam (dress code), standarisasi keterampilan dasar yang minimum, dan sangat mendorong kebebasan anak dalam belajar 3) Johan Heindrich Pestalozzi (1746 - 1827) Dalam bukunya "Emile" ia sangat terkesan dengan "back to nature". Ia mengintegrasikan kehidupan rumah, pendidikan vokasional dan pendidikan baca tulis. Pestalozzi yakin segala bentuk pendidikan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
melalui panca indra dan melalui pengalamannya potensi untuk dikembangkan. Belajar yang terbaik adalah mengenal beberapa konsep dengan panca indra. Ibu adalah seorang pahlawan dalam dunia pendidikan, yang dilakukannya sejak awal kehidupan anak. 4) Frederich Wilhelm Froebel (1782 - 1852) Froebel menciptakan "Kindergarten" atau taman kanak-kanak, oleh karena itu ia dijadikan sebagai "bapak PAUD". Pandangan Froebel terhadap pendidikan dikaitkan dengan hubungan individu, Tuhan dan alam. Ia menggunakan taman atau kebun milik anak di Blankenburg Jerman, sebagai milik anak. Bermain merupakan metode pendidikan anak dalam "meniru" kehidupan orang dewasa dengan wajar. Kurikulum PAUD dari Froebel meliputi : a) Seni dan keahlian dalam konstruksi, melalui permainan lilin dan tanah liat, balok-balok kayu, menggunting kertas, menganyam, melipat kertas, meronce dengan benang, menggambar dan menyulam. b) Menyanyi dan kegiatan permainan. c) Bahasa dan Aritmatika. Menurut Froebel guru bertanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan agar anak menjadi kreatif, dengan kurikulum terencana dan sistematis. Guru adalah manajer kelas yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, membimbing, mengawasi dan mengevaluasi proses ataupun hasil belajar. Tanpa program yang sistematis penyelenggaraan PAUD bisa membahayakan anak. 5) John Dewey (1859 - 1952) John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey, anakanak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan. " 6) Maria Montessori (1870 - 1952) Sebagai seorang dokter dan antropolog wanita Italy yang pertama, ia berminat terhadap pendidikan anak terbelakang, yang ternyata metodenya dapat digunakan pada anak normal. Tahun 1907 ia mendirikan sekolah "Dei Bambini" atau rumah anak di daerah kumuh di Roma. Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan indrawi untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam pikirannya, dengan menggunakan peralatan yang didesain khusus. Belajar membaca dan menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat anak usia 2 - 6
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis. Kritik terhadap Montessori adalah karena kurang menekankan pada perkembangan bahasa dan sosial, kreatifitas, musik dan seni. 7) McMiller Bersaudara Rachel dan Margaret mendirikan sekolah Nursery yang pertama di London pada tahun 1911. sekolah ini mementingkan kreatifitas dan bermain termasuk seni. 8) Jean Piaget (1896 - 1980) Ilmuwan Swiss ini tertarik pada ilmu pengetahuan proses belajar dan berfikir, meskipun ia sendiri ahli dalam biologi. Menurut Piaget ada tiga cara anak mengetahui sesuatu : Pertama, melalui interaksi sosial, Kedua, melalui interaksi dengan lingkungan dan pengetahuan fisik, Ketiga, Logica Mathematical, melalui konstruksi mental. 9) Benjamin Bloom Bloom (1964) mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu, yang menghasilkan taksanomi Bloom. Kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil PAUD. Pendapat ini dukung oleh Hunt yang menyatakan bahwa PAUD memberi dampak pada pengembangan kecerdasan anak selanjutnya. 10) David Werkart Metode pengajarannya menggunakan prinsip-prinsip : a) Memberikan lingkungan yang nyaman, b) Memberikan dukungan terhadap tingkah laku dan bahasa anak, c) Membantu anak dalam menentukan pilihan dan keputusan, d) Membantu anak dalam menyelesaikan masalahnya sendiri dengan melakukannya sendiri.Werkart mendirikan lembaga High Scope Education (1989). c. Ciri Tahapan Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak
Prasekolah
1) Perkembangan Jasmani / fisik Perkembangan fisik menurut Abdul Salim (1993:7) meliputi a) Perkembangan motorik kasar yaitu gerak yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh, dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot – otot besar, misalnya gerakan melompat dari suatu temapat. Tahapan perkembangan motorik kasar anak usia prasekolah (1) Umur 3-4 tahun (a) Lari menghindari hambatan (b) Berjalan di atas garis (c) Melompat di atas satu kaki (d) Berdiri di atas satu kaki, selama 5 – 10 detik (e) Mendorong, menarik, mengemudikan mainan (f) Mengendarai sepeda roda tiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
(g) Melompat di atas benda stinggi 15 cm, mendarat dengan dua kaki bersama. (h) Melempar bola di atas kepala (i) Menangkap bola yang dilemparkan kepadanya (2) Umur 4 -5 tahun (a) Berjalan mundur dengan tumit berjingkat / jinjit (b) Lompat ke depan 10 kali tanpa jatuh (c) Naik turun tangga dengan kaki berganti - ganti (3) Umur 5 – 6 tahun (a) Berlari ringan di atas ujung jari kaki/ jinjit (b) Berjalan di atas papan keseimbangan (c) Dapat melompat sejauh 20 cm (d) Main lompat tali dengan kaki berganti - ganti b) Perkembangan motorik halus yaitu gerakan yang hanya melibatkan bagian tubuh tertentu saja, dan dilakukan oleh otot –otot kecil sehingga memerlukan tenaga, namun memerlukan kecermatan dan fungsi koordinasi yang lebih komplek. Misalnya, menggambar, menulis dll. Tahapan perkembangan motorik halus anak usia prasekolah (1) Umur 3-4 tahun (a) Membuat menara dari balok kecil (b) Meniru membuat bentuk lingkaran (c) Meniru garis (d) Membuat garis silang (e) Membuat segi empat (f) Meniru tulisan (g) Membuat bentuk – bentuk tertentu (2) Umur 4 -5 tahun (a) Menggunting kertas, mengikuti garis tanpa putus (b) Menggambar garis silang (c) Menggambar segi empat (3) Umur 5 – 6 tahun (a) Menggunting bentuk sederhana (b) Meniru membuat segitiga (c) Membuat bentuk wajik, segitiga, segi empat (d) Menulis angka (e) Memberi warna (berbagai bentuk gambar) 2) Perkembangan Kognitif Ciri perkembangan kognitif anak usia TK menurut Snowman (dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:35) a)
Anak prasekolah telah terampil dalam berbahasa.
b) Kompetensi
anak
perlu
dikembangkan
melalui
kesempatan, mengagumi, mengasihi, dan kasih sayang.
commit to user
interaksi,
minat,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3) Perkembangan bahasa Bagi anak – anak usia prasekolah, tibalah saatnya pertumbuhan dahsyat dalam bidang bahasa. Perbendaharaan kata meluas dan struktur semantik dan sintaksis bahasa mereka semakin bertambah rumit. Perubahan dalam bidang bahasa ini mewakili perkembangan dibidang kemampuam kognitif. Anak – anak usia 3 tahun memiliki sekitar 900 sampai 1000 kata dan sekitar 90 % dari apa yang mereka ucapkan dapat dipahami. Anak – ank usia 3 tahun mulai menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik sesuai aturan tata bahsa. Mereka mulai menggunakan kata ganti orang saya, kau, secar benar. Mereka juga tahu paling kurang tiga kata depan, biasanya di, di atas dan di bawah. Pada usia 4 tahun, perkembangan bahasa anak – anak meledak. Perbendaharaan kata mereka mencakup sekitar 4000 sampai 6000 kata, dan mereka banyak berbicara dalam kalimat lima sampai enam kata. Bagaimanapun , kadang – kadang mereka berusaha mengkomunikasikan lebih daripada yang mampu dilakukan perbendaharaan kata bagi mereka dan memperluas kata – kata untuk menciptakan warna baru. (Snow, Burns dan Griffin , 1998 dalam Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik,2008:9). Bahasa anak usia 5 tahun berkembang terus dan perbendaharaan kata – kata mereka meluas sampai 5000 ke 8000 kata. Jumlah kata dalam kalimat bertambah dan struktur kalimat menjadi lebih rumit. Sebagai hasil dari umpan balik dari orang dewasa, anak –anak usia 5 tahun mulai mengurangi pemakaian perluasan peraturan atas kata kerja dan bentuk jamak, sering kali mengoreksi kekeliruan mereka sendiri. Anak – anak usia 5 tahun menjadi semakin pintar dalam kemampuan mereka mengkomunikasikan gagasan dan perasaan mereka dengan kata – kaat. (Ninio dan Snow, 1996 dalam Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik.2008) Dalam membicarakan tentang bahasa terdapat 3 butir yang perlu dibicarakan, yaitu : Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan bicara. Bahasa biasanya dipahami sebagai sistem tata bahasa yang bersifat
rumit dan bersifat , sedangkan
kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-kata. Walaupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
bahasa dan kemapuan bicara sangat dekat hubungannya, keduanya berbeda. Perbedaan bahasa dan kemampuan bicara menurut Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik (2008:10) adalah 1) Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat pengertian / reseptif (understanding) dan pernyataan/ ekspresif (producing). Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukan untuk anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang ditujukan pada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan) menunjukan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain. 2) Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat merencanakan menyelesaikan masalah dan menyerasikan gerakan mereka. 4) Perkembangan Emosi dan Sosial Perkembangan
emosi
berhubungan
perkembangan anak. Anak –anak
erat
dengan
seluruh
aspek
usia prasekolah mengungkapkan sederetan
emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan
seperti gila, sedih,
bahagia dan sudah bisa membedakan perasaan – perasaan mereka. Dalam tahun prasekolah ini, situasi emosi anak –anak sangat bergantung keadaan dan bisa berubah secepat mereka beralih dari kegiatan satu kegiatan lain. Menurut Hyson,1994 dalam Dorothy Rich (2008:13) Anak -anak usia prasekolah mulai mengerti berbagai perasaan berbeda yang mereka alami, namun sulit mengatur perasaan dan menggunakan ungkapan yang sesuai untuk melukiskan perasaan itu. Gejolak perasaan sangat berhubungan dengan peristiwa – peristiwa dan perasaan yang terjadi pada saat itu)”. Anak – anak usia empat tahun sering lebih menggunakan sarana fisikguna menyelesaikan konflik ketimbang pakai kata – kata untuk merundingkan kebutuhan mereka Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan – aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada. Tingkah laku sosialisasi adalah sesuatu yang dipelajari , bukan sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial seorang anak diperoleh selain dari proses kematngan juga melalui kesempatan belajar dari respons terhadap tingkah laku anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Masalah sosial dan emosional yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain menurut Dorothy Rich (2008:15) adalah : 1) Rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai kenyataan 2) Kecenderungan despresi, permulaan dari sikap apatis dan menghindar dari orang – orang di lingkungannya. 3) Sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain 4) Gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk. 5) Gangguan makan, misalnya nafsu makan sangat menurun. Ciri sosial anak prasekolah menurut Snowman(dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:34) Anak prasekolah biasanya mudah bersoasialisasi dengan orang di sekitarnya. 1) Umumnya anak pada tahap inimemiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. 2) Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti – ganti. 3) Anak yang lebih muda seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar 4) Pola bermain anak prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan ‘gender’ 5) Perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian mereka telah berbaik kembali. 6) Telah menyadari peran jenis kelamin dan sex typing. Ciri emosional pada anak usia prasekolah menurut Snowman (dalam Soemantri Patmonodewo,2003:35) 1) Anak TK cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. 2) Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru.
d. Kurikulum untuk Pendidikan Prasekolah
1) Pengertian kurikulum Menurut Patmonedewo (2003:56) “kurikulum dalah seluruh
usaha /
kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Anak tidak terbatas belajar dari apa yang diberikan di sekolah saja”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Teori Dewey bahwa “kurikulum bermakna tidak hanya sekedar penghafalan fakta –fakta yang terpisah tetapi juga suatu keseluruhan yang dipersatukan diarahkan pertama –tama untuk mengimplementasikan kurikulum yang direncanakan sekitar unit – unit” (Dewey, 1900 dalam Soemantri Patmonedewo, 2003:57 ). Terkait dengan kurikulum sebagai suatu program, dalam Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional
dijelaskan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2) Klasifikasi Kurikulum Menurut Ali Nugraha (2008,1.6) secara garis besar kurikulum, dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis a) Kurikulum sebagai program rencana atau harapan Kurikulum secara ideal memuat rencana berbagai hal dalam sistem pendidikan , terutama mengenai tujuan atau kompetensi yang diharapkan, hasil belajar , batasan isi, kegiatan, sistem penilaian, dan pengelolaan lingkungan belajar. b) Kurikulum sebagai pengalaman belajar Merupakan perwujudan dari kurikulum yang direncanakan disebut dengan kurikulum actual yaitu kegiatannya nyata pada saat terjadinya pembelajaran baik diselenggarakan di dalam maupun diluar kelas. Kurikulum sebagai alat pendidikan dapat dikelompokkan kedalam beberapa fungsi Menurut Ali Nugraha (2008,1.7)): a) b) c) d)
Fungsi kurikulum sebagai Fungsi kurikulum sebagai Fungsi kurikulum sebagai Fungsi kurikulum sebagai
Proses Kognitif. Proses Aktualisasi Diri Proses Rekonstruksi Sosial Program Akademik
3) Model Organisasi Pengembangan Kurikulum Para ahli mengklasifikasikan tiga model atau organisasi pengembangan kurikulum menurut Ali Nugraha (2008,1.8) yaitu a) Model kurikulum yang terpisah atau disebut separated subject curriculum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Model penyusunan atau pengorganisasian bahan atau materi pelajaran yang didasarkan pada batas yang ketat umtuk masing – masing mata pelajaran. b) Model kurikulum yang terkait atau disebut correlated curriculum Suatu pendekatan penyusunan bahan dengan melihat kaitan antara beberapa mata pelajaran kemudian digabung menjadi satu bidang. c) Model kurikulum yang terpadu atau disebut integrated curriculum Dari segi bahasa, integrasi berasal dari kata integer, yang berarti unit. Menurut Nasution model integrasi kurikulum mengandung unsur perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan dan keseluruhan. Menurut Kwon Young (2002: volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “ Traditional early childhood education has emphasized individual children's interests, free play, firsthand experience, and integrated learning”. Untuk itulah berikut akan kami sampaikan beberapa subtansi/isi dari kurikulum pendidikan prasekolah yang penting untuk diperhatikan menurut Soemantri Patmonedewo (2003:55) di antaranya: a) Dunia anak adalah bermain Kuriklum diharapkan mampu merujuk pada prilaku individu untuk berfikir dan bertindak imajinatifdan penuh daya hayal melalui kegiatan bermain. b) Menyentuh segala aspek perkembangan Kuriklum hendaknya mampu memberi sentuhan empiris sehinga mampu menyentuh aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, dan bahasa anak c) Menghargai perbedaan individu Kurikulum hendaknya mampu memberi inspirasi pada pengembangan sikap anak untuk senantiasa menghargai perbedaan individu. d) Mengembangkan harga diri Kurikulum hendaknya mampu mengembangkan harga diri anak dengan senantiasa merujuk pada kekurangan sekaligus kelebihannya. e) Non diskrimatif (ras, agama, suku, gender) Kurikulum hendaknya memberikan ruang yang sama sehingga anak akan mendapatkan peluang yang luas dalam mengembangkan kegiatan bermainnya. f) Melibatkan lingkungan tumbuh anak Kuriklum hendaknya memberikan porsi baik orang tua, keluarga, maupun masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pendidikan maupun tumbuh kembang anak g) Bebas tanpa paksaan Kurikulum hendaknya mampu merangsang anak untuk berani mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa tekanan baik dari pihak guru maupun orang tua sehingga anak akan menjadi kreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
h) Aman dan melindungi Kurikulum hendaknya mampu memberikan alternative tindakan pada anak sehingga akan merasa bebas dan tidak takut untuk mengebangkan kreativitasnya. Kurikulum TK dikembangkan berdasarkan integrated curriculum (kurikulum terintegrasi) dengan pendekatan tematik. Kurikulum diorganisasikan melalui suatu topik atau tema. Katz dan Chard (1989) yang dikutip oleh Soemiarti Patmonodewo (2003) menetapkan kriteria untuk memilih tema yaitu:’’ ada keterkaitannya, kesempatan untuk menerapkan keterampilan, kemungkinan adanya sumber, minat guru’’. Bahan-bahan untuk mengembangkan tema Katz dan Chard (1989) dalam Ali Nugraha (2008,1.24) antara lain ; a) Lingkungan anak seperti : rumah, keluarga, sekolah, permainan, diri sendiri. b) Lingkungan : kebun, alat transportasi, pasar, toko, museum. c) Peristiwa : 17 Agustus, hari Ibu, upacara perkawinan. d) Tempat : Jalan raya, sungai, tempat bersejarah e) Waktu : jam, kalender, dan sebagainya. 2. Tinjauan tentang Beyond Center and Circle Time ( BCCT)
a.
Pengertian BCCT
Metode dan media yang digunakan dalam suatu kegiatan penddikan sekarang ini beraneka ragam. Apalagi dalam pendidikan anak usia dini, dimana sebagian besar kegiatan pembelajaran berpusat pada bermain. Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa “ Anak – anak perlu didorong untuk bermain dengan apa yang akan mereka nanti”. Bagi anak –anak kegiatan yang menyenangkan adalah bermain dan bermain. Anak akan lebih mudah mempelajari tentang sebuah pengetahuan baru melalui permainan. Diantara tokoh yang paling berjasa dalam meletakkan dasar permainan adalah Plato seorang filosof Yunani kuno. Menurut Plato (470-390 SM ), “Anak –anak akan lebih mudah mempelajari Aritmatika dengan cara membagi – bagikan Apel kepada anak –anak. Juga melalui pemberian alat permainan miniature balok – balok kepada anak usia 3 tahun, pada akhirnya akan mengentar anak menjadi seorang Ahli Bangunan “. Maka dikembangkanlah salah satu metode untuk pembelajaran anak usia dini yaitu metode BCCT (Beyond Center and Circle Time) atau Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran . BCCT dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and Training (CCCRT) Florida, USA dan dilaksanakan di Creative Pre school Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
untuk anak dengan kebutuhan khusus. Menurut Nafik (2008)“BCCT yaitu konsep belajar dimana guru-guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”. Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) pengertian BCCT dalam beberapa hal : 1) Pendekatan Sentra dan Lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD yang berfokus pada anaka yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak yaitu, pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main, pijakan setelah main. 2) Pijakan adalah dukungan yang berubah – ubah yang disesuaikan dengan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembanagn yang dicapai anak yng diberikan sebagai pijakan untuk mencapai perkembanagn yang lebih tinggi. 3) Sentra main adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yng berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak. 4) Saat lingkaran adalah saat dimana pendidik (guru/ kader/ pamong) duduk bersama anak dengan posisi melingkaran untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main.
b. Tujuan Metode BCCT
Menuru Nafik (2008) tujuan dari metode BCCT adalah 1) Agar siswa meperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mencoba sendiri. 2) Merangsang seluruh aspek kecerdasan anak ( Multiple Intelligences) 3) Sebagai wahana untuk berfikir kreatif, aktif dan bertanggung jawab. 4) Sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat sekarang dan kelak. c.
Landasan Pengembangan BCCT
Menurut
Nafik
(2008),landasan
filosofi
adalah
BCCT
adalah
“konstruktivisme, yakni filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak sekedar mnenghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi faktafakta yang terpisah namun mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
d. Prinsip BCCT
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode
BCCT.
Menurut Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (2006) prinsip pendekatan sentra dan lingkaran adalah : 1) Keseluruhan proses pembelajarannya berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik. 2) Setiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik (guru/ kader/ pamong) dalam bentuk 4 pijakan 3) Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir menggali pengalamannya sendiri. 4) Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran 5) Mempersyarat pendidik (guru/ kader/ pamong) untuk mengikuti pelatihan sebelum menerapkan metode ini 6) Melibatkan orang tua dankeluarga sebagai salah satu kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan anak di rumah. Adapun hal –hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanan BCCT di kelas . Menurut Nafik (2008) adalah sebagai berikut : 1) Kelas dirancang dalam bentuk sentra – sentra missal : Sentra Alam, Sentra Persiapan Keaksaraan, Sentra Bermain Peran (Makro / Mikro), Sentra Rancang Bangun / Balok, Sentra Musik & Olah Tubuh, Sentra Seni dan kreatifitas, Sentra Imtaq, Sentra IT 2) 1 guru bertanggung jawab pada 7 – 12 siswa saja dengan moving class setiap hari dari satu sentra ke sentra lain. 3) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya 4) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 5) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
6) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok) 7) Hadirkan : model, sebagai contoh pembelajaran 8) Lakukan pijakan-pijakan 9) Lakukan refleksi diakhir pertemuan 10)Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Adapun ciri dari metode BCCT adalah 1) Pembelajarannya berpusat pada anak 2) Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting 3) Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri 4) Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator 5) Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat 6) Memiliki standar operasional prosedur yang baku
e.
Pijakan – pijakan dalam Metode BCCT
Dalam penerapan sebuah metode tidak sembarangan dalam melaksanakannya tentu ada hal – hal yang diperhatikan. Dalam metode BCCT seorang guru harus mengikuti pijakan – pijakan sebagai berikut : 1) Pijakan lingkungan Guru menata lingkungan yang disesuaikan dengan intensitas & densitas 2) Pijakan sebelum bermain a) Guru meminta para siswa untuk membentuk lingkaran b) Guru ada diantara para siswa sambil bernyanyi c) Guru meminta para siswa untuk duduk melingkar d) Guru meminta para siswa berdo’a bersama e) Guru menanyakan para siswa kesiapan mendengar cerita dan memasuki sentra f)
Guru memulai bercerita menggunakan media yang sesuai dengan tema
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
g) Guru menginformasikan jenis mainan yang ada dan menyampaikan aturan bermain h) Guru meminta siswa masuk ke area sentra 3) Pijakan saat bermain a) Guru mempersiapkan catatan perkembangan siswa b) Guru mencatat perilaku, kemampuan dan celetukan siswa c) Guru membantu siswa jika dibutuhkan d) Guru mengingatkan siswa bila ada yang lupa atau melanggar aturan 4) Pijakan setelah bermain / Recalling a) Guru meminta siswa untuk membereskan mainan dan alat yang dipakai b) Guru meminta siswa menceritakan pengalaman bermainnya sambil menghitung jumlah kegiatan yang dilakukan c) Guru menutup kegiatan dengan berdo’a bersama d) Guru membagikan buku komunikasi sebelum pulang (Nafik,2008) f.
Macam-macam / Tour Sentra dan Efek yang Diharapkan Implementasi Ilmu Pengetahuan dalam Kegiatan Main. Menurut Taman Pendidikan Usia Dini (TPAUD) Cahaya Ilmu Semarang
(2008) ada beberapa sentra dalam metode BCCT : 1) sentra bahan alam Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman sensori motor dalam rangka menguatkan tiga jari untuk persiapan menulis, sekaligus pengenalan sains untuk anak. Efek yang diharapkan: Anak dapat terstimulasi aspek motorik halus secara optimal, dan mengenal sains sejak dini. 2) sentra main peran mikro/makro Tempat bermain sambil belajar, dimana anak dapat mengembangkan daya imajinasi dan mengekspresikan perasaan saat ini, kemarin, dan yang akan datang.Penekanan sentra ini terletak pada alur cerita sehingga anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
terbiasa
untuk
berfikir
secara
sistimatis.
Efek yang diharapkan: Anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman dan lingkungan sekitar dan mengembangkan kemampuan berbahasa secara optimal. 3) Sentra balok Tempat bermain sambil belajar untuk mempresentasikan ide ke dalam bentuk nyata (bangunan).Di sentra ini anak dapat memainkan balok dengan perbandingan 1 anak ± 100 balok plus assesoris. Penekanan sentra ini pada start and finish, di mana anak mengambil balok sesuai kebutuhan dan mengembalikan dengan mengklasifikasi berdasarkan bentuk balok Efek yang diharapkan: Anak dapat berfikir tipologi, mengenal ruang dan bentuk sehingga dapat mengembangkan kecerdasan visual spasial secara optimal dan anak dapat mengenal bentuk – bentuk geometri yang sangat berguna untuk pengetahuan dasar matematika 4) Sentra persiapan Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman keaksaraan. Di sentra ini anak difasilitasi dengan permainan yang dapat mendukung pengalaman baca, tulis, hitung dengan cara yang menyenangkan dan anak dapat memilih kegiatan yang diminati Efek yang diharapkan: Anak dapat berpikir teratur, senang membaca, menulis dan menghitung 5) Sentra iman dan taqwa Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan kecerdasan jamak dimana kegiatan main lebih menitik beratkan pada kegiatan keagamaan.Di sentra ini anak difasilitasi dengan kegiatan bermain yang memfokuskan pada pembiasaan beribadah dan mengenal huruf hijaiyyah dengan cara bermain sambil belajar. Efek yang diharapkan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Tertanamnya perilaku akhlakul karimah, ikhlas, sabar dan senang menjalankan perintah agama. 6) Sentra seni dan kreatifitas Tempat bermain sambil belajar yang menitik beratkan pada kemampuan anak dalam berkreasi.Kegiatan di sentra ini dilaksanakan dalam bentuk proyek, dimana anak diajak untuk menciptakan kreasi tertentu yang akan menghasilkan sebuah karya. Efek yang diharapkan: Anak dapat berfikir secara kreatif 7) Sentra musik dan budaya Tempat bermain sambil belajar untuk mengenalkan beragam musik terutama musik tradisional, dan permainan tradisional dari berbagai daerah. Efek yang diharapkan dari sentra ini :anak dapat mengenal nada, birama dan ritme disamping dapat mengenal keragaman permainan tradisional yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan g.
Ciri – ciri Kelas yang Menggunakan Metode BCCT
Adapun ciri – ciri kelas yang menggunakan metode BCCT menurut Nafik,2008 : 1) Terjalin kerjasama, saling menunjang , gembira, belajar dengan bergairah 2) Pembelajaran terintegrasi menggunakan berbagai sumber sehingga siswa aktif 3) Menyenangkan tidak membosankan dan terjalin sharing dengan teman 4) Para siswa kritis dan guru kreatif h. Kecenderungan Belajar yang Melandasi Metode BCCT
Suatu metode digunakan dalam suatu proses pembelajaran tentunya ada hal yang melandasinya. Begitu pula dengan metode BCCT, adapun BCCT berlandaskan pada berbagai kecenderungan belajar menurut Nafik ,2008 anatara lain : 1) Belajar tidak sekedar menghafal. siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
2) Anak belajar dari mengalami. anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru 3) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan. 4) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. 5) Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit. 6) Penting bagi siswa tahu untuk apa ia belajar, dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan ketrampilan itu. 7) Tugas guru memfasilitasi agar informasi yang baru menjadi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerpakan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan cara mereka sendiri. 8) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. strategi belajar lebih dipentingkan daripada hasilnya.
3. Tinjauan Tentang
Permainan Berhitung Permulaan
a. Tinjauan Tentang Permainan
1) Pengertian Permainan Jika semua orangtua tahu dan menyadari bahwa aktivitas gerak dan suara anak (bisa disebut bemain) adalah cara yang paling efektif untuk anak belajar sesuatu. Sebab, bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Lewat permainan, anak akan mengalami rasa bahagia. Dengan perasaan suka cita itulah syaraf/neuron di otak anak dengan cepat saling berkoneksi untuk membentuk satu memori baru. Itulah sebabnya mengapa anak-anak dengan mudah belajar sesuatu melalui permainan. Menurut Andang Ismail (2006: 15) menuturkan bahwa permainan ada dua pengertian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Pertama, permainan adalah sebuah aktifitas bermain yang murni mencari kesenangan tanpa mencari menang atau kalah. Kedua, permainan diartikan sebagai aktifitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan dan kepuasan, Menurut Kimrasil (2009) permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik namun ditandai pencarian menang kalah. Menurut Hughes (1999) dalam (Andang Ismail,2006 : 14) bermain merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Suatu kegiatan yang disebut bermain harus ada lima unsur didalamnya yaitu: a) Mempunyai tujuan yaitu permainan itu sendiri untuk mendapat kepuasan. b) Memilih dengan bebas dan atas kehendak sendiri, tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa. c) Menyenangkan dan dapat menikmati. d) Mengkhayal untuk mengembangkan daya imajinatif dan kreativitas. e) Melakukan secara aktif dan sadar. Menurut Joan Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail, 2006: 16) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional. Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektuan, sosial, moral dan emosional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2) Karakteristik Permainan Menurut Hurst ( 1997)dan Curtis ( 1998) dalam Kwon Young (2002: volume 4 nomor 2) berpendapat bahwa : “In the English preschool, play is an integral part of the curriculum, founded on the belief that children learn through self-initiated free play in an exploratory environment “. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith, Garvery, Rubin dkk (dalam Andang Ismail , 2006:20) ada beberapa karakteristik permainan : a) Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksudnya muncul berdasar keinginan pribadi serta untuk kepentingan sendiri b) Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif c) Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain. d) Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. e) Bebas memilih, dan cirri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil. f) Mempunyai kualitas pura – pura, kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkannnya dari kehidupan nyata sehari – hari. 3) Jenis – jenis Permainan Anak –anak Pada dasarnya, semua jenis permainan mempunyai tujuan yang sama yaitu bermain dengan menyenangkan. Yang membedakan adalah pengaruh atau efek dari jenis permainan tersebut. Ada dua jenis permainan, yaitu: Permainan Aktif dan Permainan Pasif. Permainan aktif dan pasif iini hendaknya dilakukan dengan seimbang. Menurut Nia (2009) adapun pembagian permainan adalah sebagai berikut: a) Permainan aktif (1) Permainan olahraga (sport): Bagi orang dewas, olah raga bukan lagi menjadi sebuah permainan tetapi sesuatu yang serius dan kompetitif. Namun bagi anak, olah raga bisa menjadi satu permainan yang menyenangkan yang mengandung kesenangan, hiburan, dan bermain, tetapi tidak juga terlepas dari unsur partisipatif dan keinginan untuk unggul. Dalam permainan olah raga anak mengembangkan kemampuan kinestetik dan pengembangan motivasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
untuk menunjukkan keungulan dirinya (penekanan bukan pada persaingan tapi pada kemampuan) memberi kekuatan pada dirinya sendiri serta belajar mengembangkan diri setiap waktu. (2) Permainan perkelahian (body contact): Jenis permainan ini termasuk permainan modern, tapi banyak orang tua maupun guru memandangnya skeptic dan cemas, ini beralasan dari efek yang mungkin serius. Permainan ini merupakan jenis permainan modifikasi yang menuntut keseriusan anak untuk memenuhi kebutuhan akan kekuasaan. Hal tersebut sehat dan positf bagi anak, berguna untuk menguji keunggulan dan kekuatan di lingkungan sekitar. Jenis permainan ini adalah untuk menguji kemampuan dan pemikiran anak dalam dunia nyata dengan segala akibatnya. b) Permainan pasif (1) Permainan mekanis Seiring perkembangan, jaman dan teknologi memberi pengaruh besar dalam perkembangan jenis permainan untuk anak. Alat teknologi canggih seperti komputer bukan lagi milik orang dewasa, tapi telah menjadi barang biasa buat anak-anak. Berbagai games atau permainan virtual telah tersedia di dalamnya (computer). Bermain computer tidak sama dengan bermain bersama teman, anak bermain sendiri dengan kesenangannya. Sisi negatif permainan mekanis ini adalah kurangnya pembentukan sikap anak untuk menerima dan memberi (take and give). Anak memegang kendali penuh atas "teman mainnya" dan "si teman mainnya" akan melakukan apapun yang diinginkan anak. Kendali penuh ini akan menimbulkan reaksi serius bila anak menyalurkannya dalam pertemanan di lingkungan sosialnya. Hal positif anak memiliki keterampilan komputer yang akan diperlukan anak sebagai sarana hidupnya. (2) Permainan fantasi Fantasi merupakan praktik permainan yang khusus dilakukan sendiri. Anak
dapat
membentuk
dunia
sesuai
dengan
keinginannya
(imaginasi).Sebaiknya, orang tua tidak memaksa anak untuk selalu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
bermain dengan teman-temannya karena akan menciptakan kesan bahwa bermain sendiri itu salah. Permainan fantasi selain proses kreatif mengembagkan kemampuan sisi otak kanan, juga untuk pembentukan kecerdasan interpersonal (salah satu dari delapan kecerdasan teori multiple intelligence, Howard Garner 4) Manfaat Permainan Menurut Prof. Joan Freeman dan Prof Utami Munandar (dalam Andang Ismail, 2006:16) menyebutkan bahwa beberapa Ahli Psikologi dan sosiologi mengemukakan pandangan mengenai manfaat bermain , yang diantaranya adalah a) Sebagai penyalur energi berlebih yang dimiliki anak b) Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya kelak dewasa c) Sebagai pelanjut citra kemanusiaan d) Untuk membangun energi yang hilang e) Untuk memperoleh kompensasi atas hal – hal yang tidak diperolehnya. f) Bermain juga memungkinkan anak melepaskan perasaan – perasaan dan emosi –emosinya yang dalam realitas tidak dapat diungkapkan. g) Memberi stimulus pada pembentukan kepribadian Menurut Mary Frances Hanline (1999: volume 46 nomor 3) berpendapat bahwa : “ Play gives children opportunities to understand the world, interact with others, express and control emotions, develop symbolic capabilities, attempt novel or challenging tasks, solve problems, and practice skills”. Manfaat permainan menurut Robyn Hromek (2010) adalah a) Pertama, anak-anak terjaga ketika berhadapan dengan prospek bermain.Mereka langsung terlibat dalam situasi sosial yang mengajarkan keterampilan saat mereka sedang bersenang-senang. Mereka yang akrab dengan unsur-unsur bermain seperti turn-taking, aturan menjaga, menang, kalah dan kooperasi. b) Kedua, sementara anak-anak secara aktif terlibat dengan proses bermain game, tantangan sosial dan emosional muncul saat mendidik ‘atau krisis terjadi, sehingga memberikan pengalaman belajar bermakna dengan segera. c) Ketiga, terapi bermain anak-anak dengan menyediakan lingkungan yang aman untuk mempraktekkan keterampilan baru. Anak-anak merasa santai dan arus diskusi mudah dalam pengaturan ini. d) Keempat, pengamatan klinis dapat dilakukan dan ditarik kesimpulan tentang anak-anak yang tidak meningkatkan penggunaan keterampilan prososial setelah pembelajaran ekstra dan pemanduan praktek. Adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
sindrom organik, masalah kesehatan mental atau masalah perlindungan anak perlu diselidiki. 5) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Permainan Anak Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam (Andang Ismail , 2006:43) ada 8 faktor yang dapat mempengaruhi permainan anak : a) Kesehatan Anak yang banyak energi akan bermain lebih aktif jika dibandingkan dengan anak yang kurang energi yang lebih menyukai hiburan saja. b) Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c) Intelegensi Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif ketimbang anak yang kurang pandai dan permainan mereka lebih menunjukkan kecerdikan d) Jenis kelamin Anak laki – laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan, dan lebih menyukai permainan olahraga daripada permainnan lainnya. e) Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain daripada anak yang lainnya. Hal ini disebabkan karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan, dan ruang yang tidak memadai. f) Status sosial ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi, lebih menyukai kegiatan yang mahal. Sedangkan mereka yang dari kelompok sosial ekonomi kalangan bawah, lebih menyukai kegiatan yang tidak mahal. g) Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama tergantung kepada status sosial ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau pekerjaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
menghabiskan waktu luang mereka, anak terlalu lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga yang besar. h) Peralatan bermain Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainnnya. Misalnya, dominasi boneka dan binatang buatan mendukung permainan pura – pura , banyaknya balok, kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan yang sifatnya konstruktif.
b. Landasan Teori Permainan Berhitung Permulaan
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di Taman kanak-kanak menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar,2007adalah sebagai berikut: 1) Tingkat Perkembangan Mental Anak Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam diri anak. Artinya belajar sebagai suatu proses membutuhkan aktifitas baik fisik maupun psikis.selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan mental anak, karena belajar bagi anak harus keluar dari anak itu sendiri. Anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional kongkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yang kongkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interpretasi dan pengalamannya (persepsinya sendiri). 2)
Masa Peka Berhitung pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru di TK harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Orborn (1981) perkembangan intelektual pada anak berkembang sangat pesat pada kurun usia nol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
sampai dangan pra-sekolah (4-6 tahun). Oleh sebab itu, usia pra-sekolah sering kali disebut sebagai “masa peka belajar”. Pernyataan didukung oleh Benyamin S. Bloom yang menyatakan bahwa 50% dari potensi intelektual anak sudah terbentuk usia 4 tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia 8 tahun. 3)
Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental anak ke tahap yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan memperkaya pengalaman anak terutama pengalaman kongkrit, karena dasar perkembangan mental adalah melalui pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda di sekitarnya.. Bloom bahkan menyatakan bahwa mempelajari bagaimana belajar (learning to learn) yang terbentuk pada masa pendidikan TK akan tumbuh menjadi kebiasaan di tingkat pendidikan selanjutnya.Hal ini bukanlah sekedar proses pelatihan agar anak mampu membaca, menulis dan berhitung, tetapi merupakan cara belajar. Permainan berhitung di Taman Kanak-kanak seyogyanya dilakukan melalui tiga tahapan penguasaan berhitung di jalur matematika yaitu: a) Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda dan peristiwa kongkrit, seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. b) Masa Transisi Proses berfikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman kongkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, di mana benda kongkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Hal ini harus dilakukan guru secara bertahap sesuai dengan laju dan kecepatan kemampuan anak yang secara individual berbeda. Misalnya, ketika guru menjelaskan konsep satu dengan menggunakan benda (satu buah pensil), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuk lambang dari angka satu itu. c) Lambang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep. misalnya lambang 7 untuk menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah untuk menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan konsep ruang, dan persegi empat untuk menggambarkan konsep bentuk.
c. Metode Permainan Berhitung
Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok di dalam keberhasilan suatu kegiatan belajar yang dilakukan oleh anak. Pemilihan metode yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan berbagai variasi materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Adapun metode yang dapat digunakan menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, 2007 antara lain: 1) Metode Bercerita Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara lain, bercerita dengan alat peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain. 2) Metode Bercakap-cakap Adalah salah satu penyampaina bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasar-kan gambar seri, atau berdasarkan tema. 3) Metode Tanya Jawab Dilaksanakan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberi-kan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya. 4) Metode Pemberian Tugas Adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
5) Metode Demonstrasi Adalah suatu cara untuk mempertunjukan atau memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa. 6) Metode Eksperimen Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. Berbagai metode yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung kepada kreativitas guru.
d. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung Permulaan
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa kongkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar 2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari kongkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks 3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri 4) Permainan
berhitung
membutuhkan
suasana
menyenangkan
dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan 5) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak. 6) Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasa-annya yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang. 7) Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
e.
Ciri-ciri Anak Menyenangi Permainan Berhitung
Ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung menurut Direktorat
Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah
Dasar,2007 antara lain: 1) Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung. 2) Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman. 3) Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan. 4) Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya. 5) Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan bendabenda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja.
f. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1) Apabila ada anak yang cepat menyelesaikan tugas yang diberikan guru, hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah siap untuk diberikan permainan berhitung dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. 2) Apabila anak menunjukan tingkah laku jenuh, diam, acuh tak acuh atau mengalihkan perhatian pada hal lain, hal ini menunjukan bahwa telah terjadi kejenuhan
g. Pelaksanaan Permainan Berhitung Permulaan
Kemampuan yang diharapkan dalam permainan berhitung di TK dapat dilaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi dan lambang yang terdapat di semua jalur metematika, menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, 2007 yang meliputi pola, klasifikasi bilangan, ukuran, geometri, estimasi, dan statistika. 1) Bermain pola Anak diharapkan dapat mengenal dan menyusun pola-pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan, setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditujukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
oleh guru anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya. Pelaksanaan bermain pola di kelompok A dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah/sederhana untuk selanjutnya pola menjadi yang kompleks. 2) Bermain Klasifikasi Anak
diharapkan
dapat
mengelompokkan
atau
memilih
benda
berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dengan yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru. 3) Bermain Bilangan Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dengan jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dapat mencocokan sesuai dengan lambang bilangan. 4) Bermain Ukuran Anak Diharapkan dapat mengenal konsep ukuran standard yang bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, besar, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat, lidi, dan lain-lain. 5) Bermain Geometri Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda, berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda-bendayang ada disekitar anak misalnya lingkaran, segitiga, bujur sangkar, segi empat, segi lima, segi enam, setengah lingkaran, bulat telur (oval). 6) Bermain Estimasi (Memperkirakan) Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. Selain itu anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi. 7) Bermain Statistika
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan-perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu objek (dalam bentuk visual)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
4.
a.
Tinjauan Tentang Matematika
Pengertian Matematika
Menurut
Johson
dan
Myklebust
(1967:244)
dalam
Mulyono
Abdurrahman (1999:252) “Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan teroritisnya adalah memudahkan berpikir”. Menurut Lerner (1988:430) dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa “matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan,mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas”. Menurut Paling (1982:1) dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia;suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang menyatakan bahwa matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the science of quantity) atau ilmu tentang ukuran diskrit dan berlanjut (the science of discrate and continuous) (Runes,1967:189) dalam dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) telah ditinggalkan.Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri.
b. Tahapan Mempelajari Matematika pada Anak TK
Matematika merupakan proses yang terus menerus dan anak perlu tahapan dari yang konkrit ke arah yang abstrak. Tahapan tersebut menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, 2007 meliputi : 1) Kongkrit : Berikan anak material yang nyata untuk disentuh, dilihat dan diungkapkan melalui kemampuan verbal anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Contoh:
(4 buah bola)
Gambar 1.Contoh Benda Kongkrit 2) Visual : Perlihatkan anak pada gambar-gambar yang mewakili konsep Contoh:
(Kartu bergambar bola berjumlah 4)
Gambar 2.Contoh Benda Visual
3) Simbol : Perkenalkan symbol-simbol yang mewakili konsep Contoh :
=4
Gambar 3.Contoh Benda Simbol 4)
Abstrak: Anak memahami betul konsep 4 Urutan-urutan proses belajar tersebut sangat penting untuk dilakukan karena anak memerlukan berbagai pengalaman yang nyata dengan benda yang nyata pula sebelum berlanjut ke visual maupun abstrak. Berikan dorongan dengan berbagai aktifitas pelatihan, waktu untuk bereksplorasi, material untuk di manipulatif, penghargaan dan penguatan
c.
Konsep Berhitung yang Diperkenalkan untuk Anak TK
Pada anak usia prasekolah, matematika hanya pengalaman dan bukan penguasaan. Ikutilah konsep yang harus diperkenalkan pada anak dengan dimulai: 1) Korespondensi Satu Satu Pertama mulailah dengan mencoba-coba membilang dari tingkatan yang sangat sederhana. Contoh: satu buku, satu pensil, satu batu, dan seterusnya. 2) Pola
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Pola merupakan kemampuan untuk memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua sampai tiga pola yang berurutan. 3) Memilah/menyortir/klasifikasi Anak belajar klasifikasi materi, pengelompokkan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis, warna, dan lain-lain. 4) Membilang Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka-angka yang akan membantu pemahaman anak tentang arti sebuah angka Contoh: 1 2 3 4 5 6 7 8……. dst 5) Makna angka dan pengenalannya Setiap angka memiliki makna dari benda-benda atau simbol-simbol. Angka dari gambar berikut adalah: = 3 bintang
Gambar 4.Contoh Pengenalan Angka dengan Gambar Bintang 6) Bentuk Anak dikenalkan pada bentuk-bentuk yang sama/tidak sama, besar-kecil, panjang-pendek. 7) Ukuran Anak perlu pengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dengan cara mengukur langsung sehingga proses menemukan angka dari sebuah obyek. 8) Waktu dan Ruang Dua hal ini merupakan bagian dari proses kehidupan sehari-hari. Contoh: Waktu : 1 hari 2 hari
Ruang: Sempit Luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
9) Penambahan dan pengurangan Dua hal ini dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda. Contoh : Penambahan
Pengurangan
♥♥♥♥ ♥♥ ♥♥♥♥♥♥ 4 2 6
♣♣♣♣♣ ♣♣ ♣♣♣ 5 2 3
Gambar 5.Contoh Penambahan dan Pengurangan dengan Gambar B. Kerangka Berfikir Pembelajaran yang kurang tepat di dalam kelas dapat menimbulkan suatu permasalahan. Maka perlu metode yang menarik minat anak. Salah satu pengajaran yang membuat anak tertarik adalah anak mengalami sendiri proses belajar tersebut di mana lingkungan sekoah dirancang dalam bentuk sentra –sentra misalnya : sentra bahan alam, sentra main peran mikro/makro, sentra balok, sentra persiapan,sentra iman dan taqwa, sentra seni dan kreatifitas, sentra musik dan budaya. Metode
ini selain menyenangkan juga membantu anak untuk
mengembangkan daya pikirnya. Sehingga diharapkan dengan penggunaan metode ini perkembangan kognitif anak meningkat. Agar penelitian lebih jelas maka kerangka pemikirannya adalh sebagai berikut:
Anak usia dini mengalami hambatan dalam belajar matematika yang mengakibatkan ketermpilan berhitung rendah
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
Kondisi akhir setelah tindakan Kemampuan siswa dalam berhitung meningkat. Gambar 6. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
C. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung matematika di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
40
BAB III
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas B2 . TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Terletak di Jl. Nangka No 20 Gayam, Sukoharjo. 2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 20010 / 2011 dimulai dari persiapan proposal sampai penyusunan laporan, rencananya penelitian ini membutuhkan waktu lebih kurang selama 6 bulan yakni mulai bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011. Jadwal penelitian secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel. 1`. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Bulan No
Kegiatan
1
Penyusunan proposal
2
Skripsi Bab I,II,III Penyusunan Instrumen Perijinan
3
4
5
Pelaksanaan penelitian
6
Analisis data Penyusunan laporan
7
Jan Feb Mar April Mei Jun 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
40
commit to user
41
B. Pendekatan Penelitian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang menerapkan tindakan atau aksi terkendali yang dilakukan dalam bentuk siklus untuk mengatasi secara langsung masalah-masalah nyata dan spesifik yang muncul dalam pembelajaran Pada penelitian ini diterapkan solusi yang berusaha untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini melibatkan partisipasi aktif peneliti, guru, dan siswa. Menurut Kemmis dan Carr, 1986 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001:9) “Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat social dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi di mana pekerjaan ini dilakukan”. Menurut Ebbut, 1985 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001:9) mendefinisikan “Penelitian tindakan merupakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Kemmis dan Mc Taggart, 1982 (dalam Kasihani Kasbolah E.S. 2001: 10) penelitian tindakan juga digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis di mana keempat aspek, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang terkait dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memerlukan tindakan untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan kelas atau sekolah dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Karakteristik penelitian tindakan kelas Kasihani Kasbolah E.S.(2001 : 15) adalah sebagai berikut : 1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru sendiri.
commit to user
42
2. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan praktik factual. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Penelitian tindakan kelas adanya tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan penelitian tindakan kelas menurut Suyanto dan Hasan (1997) dalam Kasihani Kasbolah E.S. (2001: 21) : 1. Kualitas praktik pembelajaran di sekolah. 2. Relevansi pendidikan. 3. Mutu hasil pendidikan 4. Efisiensi pengelolaan pendidikan Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup langkah-langkah: (1) persiapan, (2) studi/ survey awal, (3) pelaksanaan siklus, dan (4) penyusunan laporan. Prosedur penelitian tindakan kelas secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut:
5.Permasalahan 6.
Perencanaan tindakan I
Refleksi I
7.Permasalahan baru/ hasil
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan I
Pengamatan/ mengumpulkan data I
Pelaksanaan tindakan II
refleksi
Refleksi II
Pengamatan/ mengumpulkan data II
8.
Apabila 9. permasalahan 10. belum terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar 7. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 74)
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
C. Subjek Penelitian
digilib.uns.ac.id
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS tahun ajaran 2010/2011. Siswa kelas ini berjumlah 19 orang yang. Sebagian dari mereka mengalami kendala dalam berhitung permulaan. D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa tekhnik sebagai berikut: 1.
Observasi Peneliti mengadakan pengamatan terhadap tindakan dengan menggunakan pedoman observasi. Sutrisno Hadi( 2007: 151) mengatakan bahwa observasi bisa dikatakan
sebagai pengamatan dan pencatatan dengan fenomena-fenomena yang diselidiki. Jenis-jenis observasi yang dipakai dalam penelitian Sutrisno Hadi( 2007: 158) yaitu : a. Observasi partisipan, dalam bentuk observer turut mengambil bagian dalam perikehidupan dan orang yang diobservasi. b. Observasi non partisipan, dalam bentuk ini observer tidak turut ambil bagian secara langsung di dalam kehidupan orang yang diobservasi. Dalam pelaksanaan siklus, observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung permulaan. Observasi dilakukan di dalam kelas tanpa mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Observasi terhadap siswa, difokuskan pada keaktifan siswa dalam belajar dan kesungguhan siswa dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan observasi terhadap guru difokuskan dalam kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas Observasi terhadap keaktifan siswa ada 10 item yang diamati dengan penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali. Adapun klasifikasinya jika total nilai 31 – 40 kategori aktif, 20 – 30 kategori kurang aktif ,kurang dari 20 kategori tidak aktif.
commit to user
44
Observasi kemampuan guru menjelaskan, aspek yang diamati meliputi: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kejelasan, penggunaan contoh/ilustrasi, pengorganisasian, penekanan pada yang penting, balikan. Skor penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali. Adapun klasifikasinya jika total nilai 45 – 60 kategori baik, 31 – 44 kategori cukup ,kurang dari 30 kategori kurang. Observasi kemampuan guru mengelola kelas, aspek yang diamati meliputi: bersikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, menuntut tanggung jawab, petunjuk yang jelas, memberikan teguran, memberikan penguatan. Skor penilaian 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : baik sekali. Adapun klasifikasinya jika total nilai 60 – 80 kategori baik, 59 – 40 kategori cukup ,kurang dari 40 kategori kurang Peneliti disini juga bertindak sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran saat itu, jadi untuk observasi terhadap kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas, dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan.
2. Metode Dokumentasi Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 200) “Metode dokumentasi yaitu mencari
data
mengenai
hal-hal
atau
variable
yang
merupakan
catatan,
transkip,buku,suratkabar,majalah,prasasti,notulen rapat,legenda dan sebagainya. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dan kompleks. Dalam penelitian ini dokumen yang akan dianalisis antara lain : data nilai siswa, SKH yang telah dibuat oleh guru, silabus, daftar presensi siswa, dan buku induk siswa.
commit to user
45
3. Teknik Tes perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sarwiji Suwandi (2008:68) mengemukakan bahwa, “Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Dengan perkata lain, tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa sesuai dengan siklus yang ada”. Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran berhitung matematika dengan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Tes yang dipilih adalah tes tertulis Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data menggunakan tes adalah dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan mengolah data yang diperoleh. Tes dilakukan dua kali yakni, tes sebelum dilakukakan tindakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan tes setelah dilakukakan tindakan untuk mengetahui kemampuan siswa yang telah mengalami perlakuan. Rinciannya jumlah soal 5 butir berbentuk essay,setiap soal bernilai 20 poin, jadi total nilai jika benar semua adalah 100 poin dapat dirumuskan jumlah jawaban benar x 20.
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
Mata
Tema
Tabel. 2. Kisi-kisi Soal Konsep
digilib.uns.ac.id
Indikator
Pelajaran
Berhitung
Binatang
Pola
Item
Bentuk
Soal
Soal
dan 3,2
Menunjukkan
Essay
mencari hewan yang mempunyai
bentuk
yang sama
Klasifikasi Mengelompokkan benda
3
Essay
dengan
berbagai
cara
menurut ciri tertentu
Bilangan
Membilang
urutan 1,4
Essay
bilangan 1-10
Ukuran
2 5
Membedakan benda
yang
sama
jumlahnya
,yang
tidak
sama
lebih
dan
lebih
banyak
Essay
sedikit Mengenal perbedaan panjang pendek
Geometri
Membuat
bentuk- 2
bentuk geometri
commit to user
Essay
47
perpustakaan.uns.ac.id
E. Sumber Data
digilib.uns.ac.id
Sumber data penelitian ini antara lain: 1. Peristiwa proses pembelajaran berhitung matematika yang berlangsung di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. 2.
Informan , yaitu guru, ,siswa B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011
3. Dokumen, data yang dikumpulkan, antara lain: silabus, satuan kegiatan harian (SKH), hasil tes siswa, serta dukumen lainnya.
F. Uji Validitas Data Suatau informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasra yang kuat dalam menarik kesimpulan. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu yakni dicek dengan wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Selain itu juga menggunakan review informan kunci yakni menginformasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi setelah kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen. Dalam penelitian ini sebagai pembanding data dicek dengan observasi partisipasif dan dokumentasi.
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
G. Teknik Analisis Data
digilib.uns.ac.id
Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi dan wawancara diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpretasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Data kualitaif dianalisis dengan Teknik analisis kritis. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif yakni memperlihatkan pencapaian nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian. Analisis dilakukan terhadap nilai yang diperoleh pada dua siklus yang telah dilakukan. Data yang berupa nilai tes antar siklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan.
H. Indikator Ketercapaian
Pada siklus terakhir siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011 dapat mencapai nilai ketercapaian yang telah ditentukan yaitu:
commit to user
sesuai dengan indikator
49
perpustakaan.uns.ac.id
No
1.
Tabel. 3`. Indikator Ketercapaian
digilib.uns.ac.id
Variabel
Indikator
Keterangan
Ketuntasan belajar siswa
13 dari 19 siswa
Siswa mendapatkan nilai ≥ 60.
dalam pembelajaran
mampu
Kriteria Ketuntasan Minimal.
berhitung.
mendapat nilai
< 60 = kurang dan belum tuntas
≥ 60.
60- 79 = cukup dan tuntas 80-84 = baik dan tuntas ≥ 85 = sempurna dan tuntas
2.
Keaktifan siswa dalam
13 dari 19 siswa
Skor 10–20= kurang aktif Skor
pembelajaran berhitung
termasuk dalam
21–30 = cukup aktif Skor 31–
kategori aktif.
40 = aktif Dengan 10 aspek yang diamati, dengan penilaian kriteria: 4= Sering, 3= Kadang-kadang, 2= Pernah 1= tidak pernah.
I. Prosedur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan Pada tahap ini peneliti berkunjung ke TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo dan menemui kepala sekolah. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau ampu. Peneliti meminta ijin dengan disertai surat ijin penelitian/ research dari Dekan FKIP UNS dilampiri
commit to user
50
proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga menemui guru kelas B2 TK perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo untuk mempersiapkan kegiatan survei awal. 2. Studi / Survei Awal Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas B2 untuk mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran berhitung matematika. Survei ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran berhitung matematika dan memeriksa hasil tes sebelum dilakukan tindakan. 3. Pelaksanaan Siklus Pelaksanaan penelitian ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus, yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi , dan (4) analisis dan refleksi. Adapun secara rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat satuan kegiatan harian (SKH). Selain itu peneliti juga menyiapkan berbagai sarana yang diperlukan selama pembelajaran seperti gambar binatang,miniatur binatang, manik-manik,
alat
tulis,
lembar
observasi,dokumentasi
dan
lain-
lain,mengadakan pre test b. Pelaksanaan, dilakukan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode BCCT yang telah disepakati antara peneliti dengan guru. Peneliti melaksanakan satuan kegiatan harian (SKH) yang telah dibuat sebelumnya dengan sistematis. Adapun skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan pembelajaran dibuat santai dan meyenangkan melalui permainan 2) Peneliti mengatur tempat duduk siswa secara melingkar 3) Peneliti melakukan tanya jawab terlebih dahulu kepada siswa
commit to user
51
4) Peneliti memberikan pengarahan kepada siswa terlebih dahulu tentang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tugas yang akan diberikan sesuai materi yang ada dalam bentuk permainan. Permainan yang diberikan adalah meronce manik-manik, menempel beruang teddy, bermain dadu, bermain pola orang,mengelompokkan gambar binatang,kalung angka. Dimana satu pertemuan permainan yang diberikan satu jenis saja. 5) Peneliti
membagikan
alat
dan
bahan
kemudian
siswa
membuat/mengerjakannya sesuai arahan peneliti. 6) Peneliti mengevaluasi hasil kerja/hasil karya siswa. c. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok penting yang telah ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa agar data lebih lengkap dan akurat. 4. Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan. 5. Tahap Pengamatan Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati guru dan siswa saat pembelajaran berhitung permulaan berlangsung. 6. Tahap Pelaporan Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo yang akan dideskripsikan adalah pada kemampuan berhitung dan keaktifan siswa dalam pembelajaran berhitung matematika. Kemampuan awal diperoleh dari hasil observasi, pre test, dan hasil wawancara dengan guru kelas B2. Berikut hasil pre test kemampuan berhitung matematika siswa kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester Genap Tabel. 4.Kemampuan Awal Berhitung Matematika Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011 Semester Genap. Nama Siswa
Nilai Tes Tertulis
Kategori
Pu Ir Ab Ra Fq Fr Fz Ka La Ha Il Ol Rf Rz Hu Sh Sya Wi Za
30 70 35 70 30 50 55 75 50 65 50 55 50 75 40 40 80 45 55
Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang
commit to 52user
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Belum Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Belum Belum Tuntas Belum Belum Tuntas Belum Belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Nilai dalam tabel 4 tersebut diperoleh dari hasil pre test yang dilakukan oleh peneliti. Pre test yang dilaksanakan tersebut termasuk tes tertulis. Tes tertulis ini untuk menguji kemampuan siswa dalam berhitung. Dari tabel 4 di atas, terdapat ada 6 siswa yang mendapat nilai di atas 65 atau sebesar 31, 58 % dari jumlah siswa secara keseluruhan dan ada 13 siswa yang mendapat nilai di bawah 55 atau sebesar 68,42 % dari 19 siswa secara keseluruhan.Bila dianalisis dengan meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk berhitung yaitu ≥ 60, ada dari ke 6 siswa yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa dalam berhitung matematika adalah 31,58%. Observasi awal penelitian ini selain meninjau nilai siswa, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam tahap observasi ini, peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari itu. Adapun hasil observasi terhadap keaktifan siswa seperti tertuang dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Tabel. 5. Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa
Nama Siswa
Kondisi Awal
Kategori
Pu
22
Kurang aktif
Ir
31
Aktif
Ab
26
Kurang aktif
Ra
18
Tidak aktif
Fq
18
Tidak aktif
Fr
19
Tidak aktif
Fz
22
Kurang aktif
Ka
31
Aktif
La
25
Kurang aktif
Ha
24
Kurang aktif
Il
31
Aktif
Ol
25
Kurang aktif
Rf
26
Kurang aktif
Rz
25
Kurang aktif
Hu
25
Kurang aktif
Sh
31
Aktif
Sya
32
Aktif
Wi
20
Tidak aktif
Za
19
Tidak aktif
Dari hasil observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada tanggal 8 Maret 2011, terdapat 5 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 26,32%, 9 siswa kurang aktif atau sebesar 47,36%, dan 5 siswa tidak aktif atau sebesar 26,32%. Adapun aspek observasi terhadap keaktifan siswa tersebut, secara garis besar mencakup perhatian terhadap penjelasan dan perintah guru serta keaktifan siswa saat proses belajar. Jadi observasi terhadap siswa ini, harus mulai dipantau sejak pelajaran dimulai sampai pelajaran berakhir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1.
Siklus I
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun pelaksanaan dan hasil pada siklus I adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Senin, 7 Maret 2011. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan di kelas Guru tersebut. Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan guru kelas saat peneliti menjadi guru kontrak di sekolah tersebut. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi alternatif untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika siswa berupa penggunaan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan . Dalam tahap ini peneliti menunjukkan proposal penelitian yang akan menjadi bahan acuan lanjutan dalam tahap perencanaan. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru menyusun SKH (Satuan Kegiatan Harian) dengan materi tema binatang. 2) Peneliti mempersiapkan permainan yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3) Peneliti memberikan deskripsi tentang permainan yang akan digunakan dalam penelitian kepada Guru kelas agar terjalin sebuah kesamaan persepsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I. a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama: (1) Pijakan Sebelum Bermain (a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. (b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak masuk hari ini. (c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama (d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak. (e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain meronce manik-manik. (f) Peneliti mengenalkan alat yang digunakan untuk permainan meronce manik-manik yaitu manik-manik, benang , mika warna-warni berbagai bentuk,gantungan kunci.
Gambar 8. Alat dan Bahan untuk Meronce Manik-manik (g) Peneliti menjelaskan tentang cara menyusun pola dengan manik-manik yang dironce, den pola manik bulat dimasukkan ke benang sebanyak 2 buah, kemudian manik lonjong 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
buah,selanjutnya mika berbagai bentuk dimasukkan 1 buah, dan seterusnya mengikuti pola dari awal yang terakhit benang yang tersisa diikat kemudian dimasukkan ke gantungan kunci. (h) Peneliti membagikan bahan-bahan permainan (i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak untuk main. (2) Pijakan Saat Bermain (a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain (b) Peneliti memberikan contoh cara main pada anak yang belum bisa mengerjakannya. (c) Peneliti memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan anak. (d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan siswa (e) Setelah anak selesai meronce, anak-anak disuruh menghitung jumlah manik-manik lonjong,bulat,mika berbentuk bunga ,bintang dan lainnya secara bergantian. (f) Peneliti menilai hasil karya anak-anak (g) Peneliti menyuruh siswa untuk menggantungkan hasil karya mereka di tas masing-masing anak. (3) Pijakan Setelah Bermain (a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai. (b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama b) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan kedua: (1) Pijakan Sebelum Bermain (a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. (b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak masuk hari ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
(c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama (d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak. (e) Peneliti mengenalkan bahan yang digunakan untuk permainan menempel
beruang
teddy
yaitu
gambar
beruang
teddy,lem,gambar baju dan celana dengan berbagai warna
Gambar 9. Bahan untuk Menempel Beruang Teddy (f) Peneliti menjelaskan tentang cara menempel gambar beruang teddy yaitu gambar baju dan celana diolesi lem dan ditempel pada gambar beruang teddy pada tempat yang sesuai. (g) Peneliti membagikan bahan-bahan permainan (h) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak untuk main. (2) Pijakan Saat Bermain (a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain (b) Memberikan contoh cara main pada anak yang belum bisa mengerjakannya. (c) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan anak. (d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan siswa (e) Setelah anak selesai menempel anak disuruh berdiri dan memegang gambar masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
(f) Peneliti menyuruh siswa untuk menghitung gambar beruang yang memakai baju yang warnanya sama,siswa diminta menghitung secara bersama-sama dan sendiri-sendiri secara bergantian. (3) Pijakan Setelah Bermain (a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai. (b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama c) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan ketiga: (1) Pijakan Sebelum Bermain (a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. (b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak masuk hari ini. (c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama (d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak. (e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain kubus bergambar (f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk permainan kubus bergambar yaitu dua buah dadu dengan titik satu sampai enam.
Gambar 10. Kubus Bergambar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
(g) Peneliti
menjelaskan tentang cara memainkan dadu yaitu
dengan cara melemparkan dua buah dadu secara bersamaan dan dilihat berapa titik yang muncul pada masing-masing dadu. (h) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak untuk main. (2) Pijakan Saat Bermain (a) Peneliti menunjuk anak secara acak untuk bermain dadu (b) Anak diminta maju ketengah lingkaran dan melempar 2 buah dadu, anak mengamati jumlah titik yang muncul. (c) Peneliti
memberikan
pertanyaan
kepada
siswa
untuk
menjumlahkan dan mengurangkan titik-titik yang muncul. (d) Peneliti juga memberikan pertanyaan tentang lebih besar,lebih kecil atau sama pada kedua titik yang muncul. (e) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan anak (f) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan siswa (3) Pijakan Setelah Bermain 1) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan alat-alat yang digunakan untuk bermain. 2) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I terdiri dari tiga pertemuan di kelas B2, yaitu pada 9,10 dan 11 Maret 2011. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan pertama Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2011 fokus pada konsep pola dan membilang angka. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran berhitung matematika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran pembelajaran berhitung matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain meronce manik-manik. Peneliti menerangkan bahan yang digunakan adalah manik-manik, benang , mika warna-warni berbagai bentuk,gantungan kunci. Peneliti menjelaskan cara meronce manik-manik terlebih dahulu manik bulat dimasukkan ke benang sebanyak 2 buah, kemudian manik lonjong 2 buah,selanjutnya mika berbagai bentuk dimasukkan 1 buah, dan seterusnya mengikuti pola dari awal yang terakhit benang yang tersisa diikat kemudian dimasukkan ke gantungan kunci. Peneliti membagikan bahan pada anak, kemudian anak mulai mengerjakannya sesuai petunjuk. Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa melaksanakannya. Setelah anak selesai meronce, anak-anak disuruh menghitung jumlah manik-manik lonjong,bulat,mika berbentuk bunga ,bintang dan lainnya secara bergantian.Peneliti menilai hasil karya anak-anak.Peneliti menyuruh siswa untuk menggantungkan hasil karya mereka di tas masing-masing anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Maret 2011. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah konsep matematika pada hal klasifikasi dan membilang angka. Sesuai dengan SKH yang telah dibuat, peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain menempel beruang teddy. Peneliti menerangkan bahan yang digunakan adalah Peneliti mengenalkan bahan yang digunakan untuk permainan menempel beruang teddy yaitu gambar beruang teddy,lem,gambar baju dan celana dengan berbagai warna. Peneliti menjelaskan tentang cara menempel gambar beruang teddy yaitu gambar baju dan celana diolesi lem dan ditempel pada gambar beruang teddy pada tempat yang sesuai. Peneliti membagikan bahan pada anak, kemudian anak mulai mengerjakannya sesuai petunjuk. Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa melaksanakannya. Setelah anak selesai menempel anak disuruh berdiri dan memegang gambar masing-masing.Peneliti menyuruh siswa untuk menghitung gambar beruang yang memakai baju yang warnanya sama,siswa diminta menghitung secara bersama-sama dan sendiri-sendiri secara bergantian. Setelah permainan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
selesai anak
diminta
untuk
membereskan sisa-sisa
bahan
yang tidak
terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
3) Pertemuan ketiga
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Maret 2011. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan
ini
adalah
konsep
matematika
pada
hal
geometri,bilangan
(penjumlahan dan pengurangan) dan ukuran (lebih besar, lebih kecil atau sama). Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain kubus bergambar / dadu. Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk permainan kubus bergambar yaitu dua buah dadu dengan titik satu sampai enam. Peneliti
menjelaskan tentang cara memainkan dadu yaitu dengan cara
melemparkan dua buah dadu secara bersamaan dan dilihat berapa titik yang muncul pada masing-masing dadu. Peneliti menunjuk anak secara acak untuk bermain dadu.Anak diminta maju ketengah lingkaran dan melempar 2 buah dadu, anak mengamati jumlah titik yang muncul.Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menjumlahkan dan mengurangkan titik-titik yang muncul.Peneliti juga memberikan pertanyaan tentang lebih besar,lebih kecil atau sama pada kedua titik yang muncul. Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan alat-alat yang digunakan untuk bermain.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
a) Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I Dari tes yang mengungkap kemampuan berhitung matematika siswa, yang terdiri dari tes tertulis, hasilnya tertuang dalam tabel 8 berikut: Tabel. 6. Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus I Nama Siswa
Nilai Tes Tertulis
Kategori
Pu Ir Ab Ra Fq Fr Fz Ka La Ha Il Ol Rf Rz Hu Sh Sya Wi Za
40 75 45 75 40 60 65 80 55 75 55 60 55 80 50 55 85 55 60
Kurang Baik Kurang Baik Kurang Cukup Cukup Baik Kurang Baik Kurang Cukup Kurang Baik Kurang Kurang Sempurna Kurang Cukup
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Belum Tuntas Belum Tuntas
Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori sempurna ada 1 anak dari 19 siswa atau sebesar 5,26% ,siswa dengan kategori baik dalam berhitung matematika ada 5 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 26,32%, siswa dalam kategori cukup ada 4 siswa atau sebesar 21,05%, dan siswa dalam kategori kurang ada 9 siswa atau sebesar 47,37%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 10 siswa atau sebesar 52, 63%, sedangkan 9 siswa yang lain belum tuntas atau sebesar 47,37%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari kondisi awal yaitu sebesar 21,05%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus I, dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung matematika melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel. 7. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Nama Siswa
Siklus I
Kategori
Pu
26
Kurang aktif
Ir
32
Aktif
Ab
31
Aktif
Ra
25
Tidak aktif
Fq
26
Tidak aktif
Fr
24
Tidak aktif
Fz
27
Kurang aktif
Ka
31
Aktif
La
32
Aktif
Ha
27
Kurang aktif
Il
31
Aktif
Ol
31
Aktif
Rf
28
Kurang aktif
Rz
32
Aktif
Hu
31
Aktif
Sh
32
Aktif
Sya
34
Aktif
Wi
26
Tidak aktif
Za
25
Tidak aktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Pada tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif dalam pembelajaran berhitung matematika sebanyak 10 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 52,63%, sedangkan 4 siswa yang lain dalam kategori kurang aktif atau sebesar 21,05%,dan 5 siswa dalam kategori tidak aktif atau sebesar 26,32%. Mulai ada peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru mencapai 5 siswa dari keseluruhan 19 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 26,32%. Jadi ada peningkatan 26,31% dibandingkan dari kondisi awal.
c.
Observasi
Tahap pengamatan siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 9,10 dan 11 Mareti 2011. Pada saat pembelajaran berhitung
berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan
belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di dalam kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Maret 2011 dan berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran berhitung matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar berhitung matematika pada tindakan 1, diperoleh hasil sebagai berikut: 1)
Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 10 siswa dari 19 siswa secara keseluruhan
2)
Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 4 siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
3)
Siswa yang tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 5 siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
4)
Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori baik dengan skor 52 dari skor maksimal 60.
5)
Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat kategori baik dengan skor 68 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih dahulu, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu: 1) Peneliti belum mampu mengendalikan siswa yang sering berebut permainan. 2) Peneliti belum mampu mengendalikan siswa yang ramai sendiri. 3) Peneliti terlalu cepat dalam menjelaskan sehingga siswa masih kesulitan dalam memahaminya. 4) Siswa masih merasa takut dan malu bertanya ketika mengalami kesulitan Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 10 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 52,63%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 10 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 52,63%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 13 dari 19 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus 1 ini belum berhasil mencapai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
indikator ketercapaian. Maka
akan diadakan siklus II dengan refleksi sebagai
berikut : 1) Agar siswa lebih antusias dan sungguh-sungguh serta tidak ramai maka peneliti melakukan kegiatan selingan yang dapat menarik perhatian misalnya mengajak anak bertepuk dan bernyanyi. 2) Anak-anak dibagi mejadi beberapa kelompok agar anak tidak saling berebut. 3) Peneliti memberikan penjelasan secara perlahan dan jelas kepada siswa. 4) Siswa diminta menjadi tutor sebaya yaitu mau membantu teman yang kesulitan agar penguasaan materi meningkat. 5) Siswa dianjurkan untuk tidak malu bertanya baik pada teman , peneliti maupun guru.
2.
a.
Siklus II
Perencanaan Tindakan Siklus II
Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Selasa, 15 Maret 2011. Perencanan ini sangat berdasar pada refleksi dari siklus1, sehingga diharapkan segala kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus 2 ini. Adapun kegiatan perencanaan adalah mencakup langkah-langkah sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru menyusun SKH (Satuan Kegiatan Harian) dengan materi tema binatang. 2) Peneliti mempersiapkan permainan yang akan digunakan dalam pembelajaran. 3) Peneliti memberikan deskripsi tentang permainan yang akan digunakan dalam penelitian kepada Guru kelas agar terjalin sebuah kesamaan persepsi. Kemudian menyepakati skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I. a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama: (1) Pijakan Sebelum Bermain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
(a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. (b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak masuk hari ini. (c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama (d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak (e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain klasifikasi hewan (f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk klasifikasi binatang yaitu kertas asturo dan gambar berbagai jenis binatang (g) Peneliti menjelaskan cara permainan,kertas asturo yang sudah dibuat kotak-kotak yang bertuliskan nama binatang ditempel didinding, siswa diberi gambar hewan satu anak satu,setiap anak disuruh maju kedepan dan memasukkan gambar ke kotak sesuai dengan nama binatang. (h) Peneliti membagikan gambar kepada anak-anak. (i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak untuk main.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Gambar 11. Bahan Permainan Klasifikasi Hewan (2) Pijakan Saat Bermain (a) Peneliti menyebutkan satu jenis nama binatang dan anak diminta mengangkat gambar sesuai yang disebutkan. (b) Peneliti menunjuk anak yang mengangkat gambar secara acak dan disuruh untuk memasukkan ke kotak yang sesuai dengan gambar dan nama binatang. Kemudian seterusnya sampai semua anak mendapat giliran. (c) Anak-anak secara bersama-sama menghitung jumlah masingmasing
hewan dan membandingkan jumlah gambar yang
satu dengan yang lain, jumlahnya lebih besar,lebih kecil atau sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
(d) Peneliti
memberikan
pertanyaan
kepada
siswa
untuk
menjumlahkan dan mengurangkan jumlah gambar hewan yang ada . (e) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan anak (f) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan siswa (3) Pijakan Setelah Bermain (a) Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan alat-alat yang digunakan untuk bermain. (b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama b) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan kedua: (1) Pijakan Sebelum Bermain (a) Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. (b) Peneliti meminta anak-anak untuk memperhatikan siapa saja yang tidak masuk hari ini. (c) Peneliti memimpin anak untuk berdoa bersama (d) Peneliti menyampaikan kepada anak tentang tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak (e) Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain kalung angka (f) Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk bermain kalung angka yaitu tali, sedotan berbagai warna yang sudah dipotong-potong, kertas warna yang berbentuk lingkaran yang tertulis angka, kertas warna yang bertulis nama anak. (g) Peneliti menjelaskan cara membuat kalung angka , kertas yang bertulis nama dimasukkan terlebih dahulu ke tali, berikutnya satu buah kertas bernomor dimasukkan ke tali kemudian diikuti dengan memasukkan tiga buah sedotan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
berbagi warna ke tali, kemudian kertas bernomor sama dimasukkan dan tiga buah sedotan juga, begitu seterusnya dengan pola yang sama. Terakhir tali diikat ujung-ujungnya.
1
2 2 RIFKY
SYAHDA
7 LAILA
5
7
RIZAL
4
Gambar 12. Alat dan Bahan untuk Membuat Kalung Angka (h) Peneliti membagikan bahan-bahan pada anak-anak. Setiap anak mendapat angka yang berbeda dan masing-masing angka yang sama dimiliki oleh dua orang anak. (i) Setelah anak siap untuk main, peneliti mempersilakan anak untuk main. (2) Pijakan Saat Bermain (a) Peneliti berkeliling diantara anak-anak yang bermain (b) Memberikan contoh cara main pada anak yang belum bisa mengerjakannya. (c) Memberikan dukungan pernyataan positif tentang pekerjaan anak. (d) Peneliti mengamati dan mencatat hal-hal yang dilakukan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
(e) Setelah anak selesai merangkai, anak disuruh memakai kalung angka yang telah selesai dibuat. (f) Anak-anak diminta berbaris kebelakang sesuai dengan urutan angka 1,2,3,... dan seterusnya. (3) Pijakan Setelah Bermain (a) Setelah permainan selesai peneliti menilai hasil karya siswa (b) Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II terdiri dari dua pertemuan di kelas B2, yaitu pada 17 dan 18 Maret 2011. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan pertama
Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada hari Kamis tanggal 17 Maret 2011 fokus pada konsep pola dan bilangan (penjumlahan dan pengurangan) dan ukuran (lebih besar, lebih kecil atau sama). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran berhitung matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran pembelajaran berhitung matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain klasifikasi hewan. Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk klasifikasi
binatang
yaitu
kertas
asturo
dan
gambar
berbagai
jenis
binatang.Peneliti menjelaskan cara permainan,kertas asturo yang sudah dibuat kotak-kotak yang bertuliskan nama binatang ditempel didinding, siswa diberi gambar hewan satu anak satu,setiap anak disuruh maju kedepan dan memasukkan gambar ke kotak sesuai dengan nama binatang. Peneliti membagikan bahan pada anak. Peneliti menyebutkan satu jenis nama
binatang
dan
anak
diminta
mengangkat
gambar
sesuai
yang
disebutkan.Peneliti menunjuk anak yang mengangkat gambar secara acak dan disuruh untuk memasukkan ke kotak yang sesuai dengan gambar dan nama binatang. Kemudian seterusnya sampai semua anak mendapat giliran.Anak-anak secara bersama-sama menghitung jumlah masing-masing
hewan dan
membandingkan jumlah gambar yang satu dengan yang lain, jumlahnya lebih besar,lebih kecil atau sama.Peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa untuk menjumlahkan dan mengurangkan jumlah gambar hewan yang ada . Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa melaksanakannya. Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Maret 2011. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah konsep matematika pada hal pola dan membilang angka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Sesuai dengan SKH yang telah dibuat, peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang. Peneliti memberitahukan kepada anak bahwa hari ini akan bermain kalung angka.Peneliti mengenalkan bahan dan bentuk yang digunakan untuk bermain kalung angka yaitu tali, sedotan berbagai warna yang sudah dipotongpotong,kertas warna yang berbentuk lingkaran yang tertulis angka, kertas warna yang bertulis nama anak.Peneliti menjelaskan cara membuat kalung angka , kertas yang bertulis nama dimasukkan terlebih dahulu ke tali,berikutnya satu buah kertas bernomor dimasukkan ke tali kemudian diikuti dengan memasukkan tiga buah sedotan berbagi warna ke tali, kemudian kertas bernomor sama dimasukkan dan tiga buah sedotan juga,begitu seterusnya dengan pola yang sama. Terakhir tali diikat ujung-ujungnya. Peneliti membagikan bahan-bahan pada anak-anak. Setiap anak mendapat angka yang berbeda dan masing-masing angka yang sama dimiliki oleh dua orang anak.Peneliti memberikan bantuan pada siswa yang mengalami kesulitan. Peneliti memberikan penguatan yang positif bagi siswa yang bisa mengerjakannya serta memberikan semangat pada siswa yang belum bisa melaksanakannya. Setelah anak selesai merangkai, anak disuruh memakai kalung angka yang telah selesai dibuat.Anak-anak diminta berbaris kebelakang sesuai dengan urutan angka 1,2,3,... dan seterusnya. Setelah permainan selesai anak diminta untuk membereskan sisa-sisa bahan yang tidak terpakai.Peneliti menutup kegiatan dengan berdo’a bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
a) Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II Dari tes yang mengungkap kemampuan berhitung matematika siswa, yang terdiri dari tes tertulis, hasilnya tertuang dalam tabel 8 berikut: Tabel. 8. Hasil Tes Berhitung Matematika Siklus II Nama Siswa
Nilai Tes Tertulis
Kategori
Pu Ir Ab Ra Fq Fr Fz Ka La Ha Il Ol Rf Rz Hu Sh Sya Wi Za
50 75 55 80 55 70 75 90 65 80 65 65 70 85 55 70 90 70 75
Kurang Baik Kurang Baik Kurang Cukup Cukup Sempurna Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Sempurna Kurang Cukup Sempurna Cukup Cukup
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori sempurna ada 3 anak dari 19 siswa atau sebesar 15,79% ,siswa dengan kategori baik dalam berhitung matematika ada 3 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 15,79%, siswa dalam kategori cukup ada 9 siswa atau sebesar 47,37%, dan siswa dalam kategori kurang ada 4 siswa atau sebesar 21,05%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 15 siswa atau sebesar 78,95%, sedangkan 4 siswa yang lain belum tuntas atau sebesar 21,05%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari siklus I yaitu sebesar 26,32%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
KKM 14 siswa telah mencapai KKM atau 78,95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, terjadi peningkatan kemampuan berhitung matematika dari siklus I yaitu sebesar 26,32%.
b) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus II, dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung matematika melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel. 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Nama Siswa
Siklus II
Kategori
Pu
29
Kurang aktif
Ir
33
Aktif
Ab
31
Aktif
Ra
29
Kurang aktif
Fq
31
Aktif
Fr
29
Kurang aktif
Fz
31
Aktif
Ka
32
Aktif
La
33
Aktif
Ha
31
Aktif
Il
31
Aktif
Ol
32
Aktif
Rf
31
Aktif
Rz
35
Aktif
Hu
32
Aktif
Sh
34
Aktif
Sya
36
Aktif
Wi
31
Aktif
Za
27
Kurang aktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Pada tabel 9 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif dalam pembelajaran berhitung matematika sebanyak 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%, sedangkan 4 siswa yang lain dalam kategori kurang aktif atau sebesar 21,05%,. Ada peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada siklus II ini jika dibandingkan dengan siklus I yang baru mencapai 10 siswa dari keseluruhan 19 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 52,63%. Jadi ada peningkatan 26,32% dibandingkan dari siklus I. Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%, sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 13 dari 19 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus II ini telah berhasil mencapai indikator ketercapaian.
c.
Observasi
Tahap pengamatan siklus II dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 17 dan 18 Mareti 2011. Pada saat pembelajaran berhitung
berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan
belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus I di dalam kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari kamis , 18 Maret 2011 dan berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti dan anak-anak duduk melingkar,peneliti memberi salam pada anak-anak dan menanyakan kabar mereka. Peneliti memerintahkan pada anak memperhatikan siapa yang tidak masuk hari ini. Pada tahap pertama peneliti melakukan apersepsi tentang hal yang berkaitan dengan tema binatang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran berhitung matematika dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar berhitung matematika pada tindakan II, diperoleh hasil sebagai berikut: a)
Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 15 siswa dari 19 siswa secara keseluruhan
b)
Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 4 siswa dari 19 siswa secara keseluruhan.
c) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori baik dengan skor 55 dari skor maksimal 60. d)
Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat kategori baik dengan skor 70 dari skor maksimal 80.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih dahulu, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan II. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Secara keseluruhan kegiatan belajar mengajar dengan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan berjalan dengan baik. Kekurangan pada pelaksanaan sebelumnya sudah dapat diatasi. Berdasarkan hasil tes berhitung matematika pada siklus II, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%. Walaupun masih ada 4 siswa yang belum memenuhi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
kategori ketuntasan dan keaktifan, namun jumlah indikator ketercapaian telah terpenuhi . Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 13 dari 19 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 13 dari 19 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus II ini berhasil mencapai indikator ketercapaian siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 15 siswa dari keseluruhan 19 siswa atau sebesar 78,95%.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai peningkatan kemampuan
berhitung matematika serta peningkatan keaktifan siswa saat
pembelajaran berhitung dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dari empat tahapan yaitu : tahap perencanaan,tahap pelaksanaan tindakan,tahap observasi dan terakhir refleksi. Sebelum tahapantahapan kegiatan dalam siklus I dan siklus II dmulai, peneliti mengadakan kegiatan observasi dan pre test untuk memperoleh data empiris yang akan digunakan sebagai bahan penguat perbandingan perkembangan kemampuan siswa pada siklus I dan siklus II, selain berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama menjadi guru kontrak di TK tersebut .Pada siklus I peneliti berperan sebagai guru dan guru kolaborator berperan sebagai pengamat, segala kegiatan berpusat pada anak, melalui pijakan-pijakan. Selama pelaksanaan tindakan, ternyata ada masalah yang perlu dibenahi. Contohnya siswa sering berebut dengan teman, ramai sendiri untuk menarik perhatian guru. Untuk mengatasi hal itu peneliti membagi anakanak dalam kelompok lebih kecil. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Snowman(dalam Soemantri Patmonodewo, 2003:34) bahwa anak prasekolah biasanya mudah bersoasialisasi dengan orang dalam kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti – ganti. Selain itu dalam pelaksanaan peneliti juga sering
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
memberikan reward pada anak yang bisa melaksanakan kegiatan maupun yang belum mampu. Semua hal tersebut dilakukan dengan berdasarkan ciri-ciri metode BCCT menurut Nafik (2008) yaitu: 1.
Pembelajarannya berpusat pada anak
2.
Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting
3.
Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri
4.
Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator
5.
Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat
6.
Memiliki standar operasional prosedur yang baku Siklus II merupakan perbaikan dari pelaksanaan siklus I yang belum
mencapai indikator ketercapaian sekaligus untuk membenahi masalah-masalah yang muncul pada siklus I. Pada siklus II ini keberhasilan penggunaan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan untuk meningkatkan kemampuan berhitung matematika pada anak usia dini dapat dilihat dari keberhasilan dalam mencapai indikator ketercapaian. Keberhasilan tersebut dapat diamati berdasarkan ketercapaian yang telah diperoleh berikut ini : 1.
Ketuntasan belajar siswa mencapai 78,95% yaitu 15 siswa dari 19 siswa mendapatkan nilai di atas 60 dari ketuntasan minimal sebanyak 13 dari 19 siswa mendapat nilai di atas 60 pada indikator ketercapaian.
2.
Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mencapai 78,95% yaitu 15 siswa dari 19 siswa dari keaktifan pembelajaran minimal sebanyak 13 dari 19 siswa dengan memperole nilai minimal 31 dari hasil pengamatan dengan lembar observasi keaktifan siswa telah mencapai indikator ketercapaian. Berdasarkan pengamatan peneliti ketika menjadi guru kontrak dan
didukung oleh informasi dari guru kelas, kemampuan berhitung sebagian anak masih rendah. Karena berhitung memerlukan ketelitian yang terkadang untuk anak usia prasekolah tidak begitu teliti serta sabar dalam berhitung. Akan tetapi penggunaan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan membuat siswa antusias dan semangat untuk belajar berhitung, serta siswa mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
peningkatan dalam hal berhitung Hal ini dikarenakan penerapan metode yang berupa permainan membuat anak senang dan tidak monoton dapat bervariasi permainannya. Hal ini sesuai dengan unsur permainan menurut Hughes (1999) dalam (Andang Ismail,2006 : 14) yaitu menyenangkan dan dapat menikmati melakukan secara aktif dan sadar. Sesuai juga dengan ciri-ciri yang menandai bahwa anak sudah mulai menyenangi permainan berhitung menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar,2007 antara lain: 1) Secara spontan telah menunjukan ketertarikan pada aktivitas permainan berhitung. 2) Anak mulai menyebut urutan bilangan tanpa pemahaman. 3) Anak mulai menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya secara spontan. 4) Anak mulai membanding bandingkan benda-benda dan peristiwa yang ada di sekitarnya. 5) Anak mulai menjumlah-jumlahkan atau mengurangi angka dan bendabenda yang ada di sekitarnya tanpa disengaja Kemampuan anak mengalami peningkatan,dapat dilihat dari nilai post test yang diberikan. Secara rinci pembahasan hasil penelitian meliputi penjabaran mengenai peningkatan kemampuan berhitung matematika serta peningkatan keaktifan siswa dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Peningkatan Kemampuan Berhitung Matematika Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas B2 dalam berhitung matematika mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Peningkatan siswa dapat dilihat pada tabel 10 dan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 12 berikut ini : Tabel 10.Peningkatan Nilai Tes Berhitung Matematika Tiap Siklus Nama
Pre Test
Post Test
Post Test
Siklus I
Siklus II
Keterangan
Pu
30
40
50
Meningkat
Ir
70
75
75
Meningkat
Ab
35
45
55
Meningkat
Ra
70
75
80
Meningkat
Fq
30
40
55
Meningkat
Fr
50
60
70
Meningkat
Fz
55
65
75
Meningkat
Ka
75
80
90
Meningkat
La
50
55
65
Meningkat
Ha
65
75
80
Meningkat
Il
50
55
65
Meningkat
Ol
55
60
65
Meningkat
Rf
50
55
70
Meningkat
Rz
75
80
85
Meningkat
Hu
40
50
55
Meningkat
Sh
40
55
70
Meningkat
Sya
80
85
90
Meningkat
Wi
45
55
70
Meningkat
Za
55
60
75
Meningkat
% Tuntas
31,58%
52,63%
78,95%
Meningkat
21,05%
26,32%
% Peningkatan
Data pada tabel 10 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes berhitung matematika dimulai dari kemampuan awal siswa, siklus I dan siklus II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus I dan siklus II. Dari daftar nilai pre test yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa dari 19 siswa yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
mencapai 31,58%. Pada hasil tes siklus I, persentase tuntas mencapai 52,63%, atau terjadi peningkatan 21,05% bila dibandingkan dengan kemampuan awal. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas sebesar 78,95%, atau terjadi peningkatan 26,32% bila dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Bila membandingkan hasil siklus II dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar 47,37%. Grafik pada gambar 12 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan nilai tes berhitung matematika kelas B2, sebagai berikut :
Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus 100.00% 80.00% 60.00%
Pre Test
Post Test Siklus I
40.00%
Post Test Siklus II 20.00% 31.58%
52.63%
78.95%
0.00%
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Test Berhitung Matematika Tiap Siklus Grafik di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 10. Hanya saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas. Pada hasil pre test,
persentase tuntas mencapai 31,58%. Pada hasil tes siklus I,
persentase tuntas sebesar 52.63%. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas adalah sebesar 78,95 %. Dari tabel 10 dan grafik 12 di atas merupakan bukti adanya peningkatan kemampuan berhitung Matematika anak usia dini kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo setelah mendapat perlakuan dengan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
2. Peningkatan Keaktifan Siswa saat Pembelajaran Berhitung Matematika Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas B2 dalam berhitung matematika mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan. Peningkatan siswa dapat dilihat pada tabel 11 dan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 13 berikut ini : Tabel 11. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo Tahun Ajaran 2010 / 2011. Nama
Pu Ir Ab Ra Fq Fr Fz Ka La Ha Il Ol Rf Rz Hu Sh Sya Wi Za % Aktif
% Peningkatan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
22 31 26 18 18 19 22 31 25 24 31 25 26 25 25 31 32 20 19
26 32 31 25 26 24 27 31 32 27 31 31 28 32 31 32 34 26 25
29 33 31 29 31 29 31 32 33 31 31 32 31 35 32 34 36 31 27
26,32%
52,63%
78,95%
26,31%
26,32%
Keterangan
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
Data pada tabel 11 di atas merupakan rekapitulasi observasi keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung matematika dimulai dari kondisi awal siswa, siklus I dan
siklus II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak
diadakan siklus I dan siklus II. Pada kondisi awal,presentase keaktifan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
26,32% . Pada siklus I,
persentase keaktifan mencapai 52,63%, atau terjadi
peningkatan 26,63% bila dibandingkan dengan keaktifan awal. Pada hasil tes siklus II, persentase tuntas sebesar 78,95%, atau terjadi peningkatan 26,32% bila dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Bila membandingkan hasil siklus II dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar 47,37%. Grafik pada gambar 13 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan keaktifan siswa kelas B2, sebagai berikut :
Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 90.00% 80.00% 70.00% 60.00%
Kondisi Awal 50.00%
Siklus I 40.00%
Siklus II 30.00% 20.00% 10.00% 26.32%
52.63%
78.95%
0.00%
Gambar 14. Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas B2 Grafik di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 11. Hanya saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat secara jelas. Pada hasil kondisi awal,
persentase keaktifan mencapai 26,32%. Pada siklus I,
persentase keaktifan siswa sebesar 52.63%. Pada hasil tes siklus II, persentase keaktifan siswa adalah sebesar 78,95 %. Dari tabel 10 dan grafik 12 di atas merupakan bukti adanya peningkatan keaktifan siswa saat pembelajaran berhitung Matematika kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam Irmas Sukoharjo setelah mendapat perlakuan dengan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat disimpulkan bahwa,
penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dapat meningkatkan kemampuan berhitung Matematika pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011 . Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya ketercapaian indikator
sebagai
berikut : 1. Sebanyak 15 siswa dari 19 siswa mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran berhitung Matematika di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo yaitu memperoleh nilai ≥ 60. 2. Sebanyak 15 siswa dari 19 siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan skor minimal 31 dari hasil pengamatan dengan lembar observasi keaktifan siswa.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran , sangatlah diperlukan adanya pemikiran yang kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Bukan hanya masalah pada berhitung Matematika saja, namun begitu pula pada permasalahan lain yang sering terjadi dalam proses belajar mengajar. Salah satu wujud pemikiran kreatif tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran. Metode terbukti efektif dalam menunjang pembalajaran. Baik pembelajaran eksak, seperti Matematika dan IPA, ataupun pembelajaran non eksak seperti Bahasa Indonesia dan IPS. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
Berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa, upaya yang dilakukan dengan penggunaan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan membuktikan terjadinya peningkatkan kemampuan berhitung Matematika pada anak usia dini di kelas B2 TK Raudlotul Athfal Islam IRMAS Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011
sehingga hal tersebut mempengaruhi kualitas proses dan hasil
pembelajaran. Metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permulaan dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menghadirkan metode pembelajaran dalam pembelajaran berhitung. Sehingga metode ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru yang ingin menyampaikan materi untuk meningkatkan keaktifan siswa usia dini dalam pembelajaran berhitung Matematika karena metode ini diaplikasikan dengan permainan sehingga sangat menarik, serta sesuai dengan perkembangan anak yang sedang gemar melakukan permainan. Untuk itu metode
BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis
permainan berhitung permulaan perlu diterapkan terutama
pada pembelajaran
berhitung.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saransaran sebagai berikut : 1. Saran kepada Kepala Sekolah: a. Dalam upaya pengembangan metode pembelajaran yang efektif dan menunjang proses belajar mengajar, hendaknya diadakan sosialisasi dan pembekalan rutin kepada guru. b. Kepala sekolah sebaiknya memberikan motivasi kepada guru untuk menggunakan metode BCCT berbasis permainan berhitung permulaan dalam pelajaran berhitung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
2. Saran kepada Guru: a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menarik sehingga siswa merasa nyaman dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. b. Guru sebaiknya mengekfektifkan
pembelajaran berhitung dengan metode
BCCT berbasis permainan berhitung permulaan 3. Saran kepada siswa: a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa akan terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan belajar mengajar. b. Siswa sebaiknya mampu mengekspresikan dirinya dengan berani dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang diadakan oleh guru. 4. Saran kepada Peneliti selanjutnya: Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan metode BCCT ( Beyond Center and Circle Time ) berbasis permainan berhitung permula dengan kemampuan berhitung Matematika di sekolah yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
DAFTAR PUSTAKA Abdul Salim.1993.Materi Penyuluhan Stimulasi Perkembangan Motorik Anak Balita Usia Prasekolah.Surabaya:Universitas Airlangga ----------- ---..2006.Pediatri Dalam Pendidikan Luar Biasa.Dirjen Dikti Agus Ruslan.31 Mei 2007. Pendidikan Usia Dini yang Baik Landasan Keberhasilan
Pendidikan Masa Depan. http://re-searchengines.com/agusruslan31-5-2.html
Ali Nugroho dkk.2008.Kurikulum dan Bahan Belajar TK.Jakarta:Universitas Terbuka Amir Ma’ruf.Mei 2009. http://oneareja.blog.friendster.com/2009/05/proposal/
Andang Ismail.2006.Education Games.Yogyakarta:Pilar Media Badudu Zain.2001.Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Carol Seefeldt & Barbara A.Wasik.2008.Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta :Indeks Conny R Semiawan.2008.Penerapan Pembelajaran Pada Anak.Jakarta:Indeks Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.2006.Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and Circles Time (BCCT)” (Pendekatan Sentra dan Saat Lingkaran) dalam Pendidikan Anak Usia Dini).Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Pembinaan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar.2007. Pedoman
Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-Kanak .Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Dorothy Rich.2008.Sukses untuk Anak –anak Prasekolah.Jakarta :Indeks Gino,Suwarni,Suripto,Maryanto,dan
Sutijan.2000.Belajar
dan
Pembelajaran
I.Surakarta:UNS PRESS Grace Anata Irlanari.2009. http://ganataedu.blogspot.com/2009/02/konsep-dasar-
pendidikanprasekolah.html
Hibana S Rahman.2002.Konsep Dasar Anak Usia Dini.Yogyakarta:PGTKI Press Kimrasil.2009.(file:///G:/Metode%20Permainan%20dalam%20Pembelajaran%20%20
BELAJAR%20PSIKOLOGI.html)
Kasi
Mapenda
Karesidenan
Hakim.Surakarta:IGRA
Surakarta.2009.Lembar commit to user
90
Kerja
RA/BA/TA
Al
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Kasihani Kasbolah.2001.Penelitian Tindakan Kelas.Malang:Universitas Negeri Malang
Kwon Young.2002. International Journal Changing Curriculum for Early Childhood
Education in England volume 4 nomor 2.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://ecrp.uiuc.edu/v4n2
/kwon.html&ei=awr2TYvxAsfjrAfE1tzgBg&sa=X&oi=translate&ct=result&re
snum=4&ved=0CEMQ7gEwAw&prev=/search%3Fq%3Djournal%2Binternati
onal%2Bcurriculum%2Beducation%2Bplay%2Bgroup%26hl%3Did%26client
%3Dfirefox-a%26rls%3Dorg.mozilla:en-US:official%26prmd%3Divns
Mary Frances Hanline. 1999. International Journal of Disability, Development and Education Developing a Preschool Play-based Curriculum volume 46 nomor 3.http://www.informaworld.com/smpp/content~db=all~content=a713671083~fr
m=abslink
Mulyono Abdurrahman.1999.Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta:Rineka Cipta Nia.11
November
2009.Manfaat
Bermain
Bagi
Perkembangan
Anak.
file:///G:/manfaat-bermain-bagi-perkembangan-anak.html
Nafik .7 Maret 2008.Sekilas Tentang Metode Pembelajaran dengan Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT) http://thenaffschool.wordpress.com/2008/03/07/makanan-apa-bcct-itu/
NN.25 Mei 2008.Aspek Perkembangan Kognitif anak Usia Taman Kanak-kanak http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/aspek-perkembangan-
kognitif-anak-usia-taman-kanak-kanak
Parwoto. tt. Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) Program Studi PGPLB. Jakarta: Depdikbud Robyn Hromek.2010.Manfaat Terapi Permainan Bagi Anak. file:///G:/Manfaat%20Permainan%20Bagi%20Anak%20%20BELAJAR%20PSI
KOLOGI.htm commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Setiyo Utoyo. 29 Mei 2009.Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini . http://toyo-utoy.blogspot.com/2009/05/kognitif-anak-usia-dini.html
Soemantri Patmonodewo.2003.Pendidikan Anak Prasekolah.Jakarta:Rineka Cipta Suharsimi Arikunto.2002.Metodologi Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sunarwati.2007.http://www.membuatblog.web.id/2010/06/
pendidikan-anak-usia-
dini.html.
Suroyo.2009.Buku Penunjang Pendidikan TK “Cerita”.Klaten:CV Isnu Surya Jaya Sutrisno Hadi.2007.Metode Reserch.Jakarta:Rineka Cipta TK RA Islam IRMAS.2008.Silabus Kelompok B Semester 1.Sukoharjo Tpaud cahaya ilmu.5 Desember 2008.Metode BCCT
dalam Pendidikan Paud
http://tpaudcahayailmu.blogspot.com/2008/12/bcct-pendidikan-anak.htmlbh
Yuliani
Nurani
Sujiono
dkk.2006.Metode
:Universitas Terbuka
commit to user
Pengembangan
Kognitif.Jakarta