1
PENGARUH PENDEKATAN BEYOND CENTERS AND CIRCLE TIME (BCCT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIALISASI SISWA KELOMPOK A PAUD TERPADU NURUL DZIKRI
NOVA INDRIATI PAUD Terpadu Nurul Dzikri/Universitas Ahmad Dahlan Jl. Alpokat No.9 Wedomartani Sleman
[email protected] ABSTRAK Kemampuan sosialisasi anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman dari berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya, dan melalui pendekatan Beyond Centers and Circle Times, anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar bersama teman sebaya. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai subyek pembelajar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi siswa kelompok A PAUD Terpadu Nurul Dzikri. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelompok A PAUD Terpadu Nurul Dzikri Yogyakarta melalui teknik random assignment sejumlah 20 siswa. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistic Non-Parametric Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan yaitu ada pengaruh kemampuan sosialisasi pada siswa sebelum (pretest) dan sesudah (postest) diberikan pendekatan BCCT dengan nilai Z=-2.812 pada taraf signifikansi nilai 0.005 (p>0.05), dan ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan pendekatan BCCT dan penggunaan pendekatan konvesional dalam kemampuan sosialisasi anak dengan nilai0.000 (p<0.05). Kata kunci: Beyond Centers and Circle Times, dan Kemampuan Sosialisasi
2
ABSTRACT Child socialization skills gained from a variety of opportunities and experiences of interacting with the people around him, and through approaches Beyond Centers and Circle Times, stimulated children to actively play while learning activities with peers. The whole learning activities focusing on children as subjects of learners. Therefore, this study aimed to determine the influence of Beyond Centers and Circle Time (BCCT) approach to increase socialization ablity from students group A PAUD Nurul Dzikri. The subjects in this study were the students of Integrated Early Childhood Group A Nurul Dzikri Yogyakarta through random assignment technique a number of 20 students. The data analysis technique used in this study is a Non-Parametric Statistics Based on the analysis of data obtained conclusions: there is the influence of social skills in children before (pretest) and after (posttest) given BCCT approach to the value of Z = -2812 at significance level value of 0.005 (p>0.05), and no significant differences between the use of BCCT approach and the use of conventional approaches in the social skills of children with nilai0.000 (p<0:05). Keywords: Beyond Centers and Circle Times, and Socialization Ability
A. PENDAHULUAN Secara umum, Taman Kanak-Kanak (TK) sebagai salah satu institusi pendidikan prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, intelektual, kemampuan fisik dan motorik, sosial, moral, yang diperlukan oleh anak-anak untuk penyesuaian diri baik sekarang maupun tahap perkembangan selanjutnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari proses internalisasi nilai-nilai dan perilaku-perilaku yang diterima di masyarakat, yang salah satunya adalah menanamkan kemampuan sosial. Dengan demikian pendidikan di taman kanak-kanak tidak saja meletakkan kemampuan secara akademik saja, melainkan juga mengembangkan aspek psikososial anak (Izzaty, 2009). Menurut Dahlan dan Nugraha (2005) yang melakukan penelitian terhadap para orangtua dan guru yang dianggap kurang membekali ketrampilan sosial pada anak-anaknya, hasil penelitiannya memfokuskan bahwa anak-anak tersebut menunjukkan perilaku kesepian dan pemurung, beringas, serta kurang memiliki sopan santun. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya seseorang untuk memiliki ketrampilan sosial sehingga ia dapat hidup dengan baik dan tentram dalam lingkungan sosialnya. Sejak anak-anak usia TK masalah-masalah sosial emosional sudah dapat identifikasikan dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya serta
3
tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Berdasarkan observasi awal yang dilaksanakan pada awal tahun Ajaran Baru bulan Juli 2012 di PAUD Terpadu Nurul Dzikri, terutama pada anak TK kelompok A, ditemukan rata-rata kemampuan sosial anak masih sangat rendah, hal ini bisa dilihat ketika anak belum menunjukkan sikap mandiri dalam kegiatan, belum mau berbagi dan membantu teman, belum menunjukkan antusiasme dalam melakukan permainan, belum mampu mengendalikan perasaan, menghargai orang lain dan belum bisa menunjukkan rasa percaya diri, hal ini akan berpengaruh pada perkembangan sosialnya. Erikson (Papalia, Old, 2008) seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak pada usia 4-5 tahun berada pada tahap ke tiga yaitu initiative vs guilt (berinisiatif vs bersalah). Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah. Penentuan metode pembelajaran yang sesuai dengan visi institusi pendidikan akan memudahkan bagi para pendidik untuk menstimulasi dan memfokuskan pembelajaran di kelas, khususnya untuk PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang memerlukan lingkungan belajar yang nyaman bagi anak untuk merangsang seluruh aspek perkembangan anak.Dalam petunjuk teknis penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (Kemendiknas 2012), belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar merupakan ciri strategi belajar di PAUD, karena memang bermain merupakan dunia anak. Pengalaman bermain yang menyenangkan dapat merangsang perkembangan anak baik secara fisik, emosi, kognisi maupun sosial. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesianya adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran. Pencetusnya adalah seorang ahli PAUD berkebangsaan Italia, yaitu Maria Motessori yang mengfokuskan kegiatan anak-anak di sentra-sentra untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak (Suyadi, 2009). Alverman dan Phelps (2004) menjelaskan bahwa pendekatan sentra dan saat lingkaran adalah satu pendekatan yang dipakai dalam penyelenggaraan PAUD yang difokuskan pada anak yang dalam proses belajarnya berpusat disentra main Melalui pendekatan sentra anak dirangsang untuk secara aktif melakukan kegiatan bermain sambil belajar di sentra-sentra pembelajaran (sentra persiapan, sentra main peran, sentra balok, sentra bahan alam, dan sentra IMTAQ). Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai subyek pembelajar. Pendidik lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan motivator dengan memberikan pijakan-pijakan (Depdiknas, 2006). Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik melakukan peneltian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pendekatan BCCT dalam meningkatkan kemampuan sosialisasi anak kelompok A di PAUD Terpadu Nurul Dzikri. Dalam kerangka inilah dirasakan pentingnya melakukan penelitian terhadap peningkatan kemampuan sosialisasi anak dengan menggunakan pendekatan BCCT.
4
B. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan rancangan eksperimen desain pretest-postest control group design. Menggunakan instrumen penelitian berupa modul penelitian, dan lembar observasi berupa behavior checklist siswa yang berdasarkan professional judgment. Validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity) dan menguji reliabilitas butir soal dengan antar rater. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah Statistic non-parametric dengan uji Wilcoxon dan MannWhitney. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan BCCT terhadap kemampuan sosialisasi siswa kelompok A PAUD Terpadu Nurul Dzikri Yogyakarta. Alasan pemilihan PAUD Terpadu Nurul Dzikri Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut merupakan sekolah terpadu dengan tiga layanan pendidikan yang berkelanjutan. Hasil analisis data dengan menggunakan non-parametric statistic sebagai berikut. Pengaruh pendekatan BCCT untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi siswa kelompok A PAUD Terpadu Nurul Dzikri Yogyakarta. Hasil analisis data sebelum perlakuan (pretest) diketahui bahwa tingkat skor sedang lebih banyak dibandingkan tingkat skor tinggi. Setelah pemberian perlakuan dengan pendekatan BCCT selama empat kali perlakuan, sedikit demi sedikit kemampuan sosialisasi siswa mulai muncul. Berdasarkan hasil uji wilcoxon setelah diberikan perlakuan dengan pendekatan BCCT menunjukkan tingkat skor yang tinggi pada kemampuan sosialisasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dengan nilai Z=-2.812 pada taraf signifikansi nilai 0.005 (p>0.05), yang berarti H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan sosialisasi pada siswa sebelum (pretest) dan sesudah (postest) diberikan pendekatan BCCT. Untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pendidikan pada anak usia dini (prasekolah) diperlukan Pendekatan pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guru perlu menyiapkan suatu Pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak. Ketepatan dan kesesuaian penggunaan Pendekatan pembelajaran ini sangat penting karena bisa berdampak signifikan terhadap cara dan proses pembelajaran anak selanjutnya. Hal ini berarti penggunaan Pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan dunia anak akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif yang mendukung pengembangan berbagai potensi dan kemampuan anak tersebut, namun sebaliknya kekeliruan dalam menggunakan Pendekatan pembelajaran dapat menghambat potensi-potensi anak
5
secara optimal dan menumbuhkan persepsi-persepsi yang keliru pada anak tentang aktivitas belajar itu sendiri. Pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Time) merupakan salah satu Pendekatan pembelajaran yang ideal untuk diterapkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Menurut Gutomo (2007) pendekatan BCCT adalah suatu proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini yang berpusat pada area main atau sentra dengan memberikan pijakan-pijakan yang sesuai kebutuhan dan perkembangan anak, dan didalam memberikan pijakan sebelum dan sesudah main, anak-anak dan guru membentuk posisi melingkar. Hurlock (2005) menyatakan perkembangan sosial merupakan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Artinya, perkembangan sosial merupakan proses seorang individu menyesuaikan diri dengan aturan tempat ia hidup dan berkembang. Kemampuan berperilaku sosial perlu dimiliki dan dilatih sejak usia dini sebagai suatu fondasi bagi perkembangan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih luas (Izzati, 2009). Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan BCCT bertujuan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak, salah satu kecerdasan sosial. Pendekatan BCCT memperkaya pengalaman bermain anak, merangsang kemampuan sosial dan emosional pada anak usia prasekolah dan berpengaruh positif pada perkembangan intelektual anak. Pada pendekatan BCCT dalam proses bermain sambil belajar, anak-anak diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya tanpa keterlibatan guru dalam kegiatan tersebut. Adanya interaksi antar anak berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam bersosialisasi. Hal tersebut menunjukkan, secara tidak langsung kemampuan sosialisasi terstimulasi. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, setelah peneliti menemukan pengaruh pendekatan BCCT, peneliti juga menemukan adanya perbedaan antara penggunaan pendekatan BCCT dengan pendekatan Konvensional. Hasil analisis pada test statistic Asymp. Sig menujukkan nilai 0.000 pada gainskor pertama sampai gainskor rerata, berarti H0 pada gainskor pertama sampai gainskor rerata ditolak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan sosialisasi menggunakan pendekatan BCCT dengan kemampuan sosialisasi tanpa menggunakan BCCT. Pendekatan pembelajaran Beyond Centers and Circles Time (BCCT) atau di Indonesia dikenal dengan istilah SELING (Sentra dan Lingkaran) kurikulumnya diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan, sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung, dan penilai kegiatan anak. Pembelajarannya bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaiannya pun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dan kebutuhan setiap anak. Semua tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga guru punya panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas, dari penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan (Scaffolding). Sehingga setiap anak
6
memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri tanpa mesti takut membuat kesalahan. Djamarah (1996), berpendapat Pendekatan pembelajaran konvensional adalah Pendekatan pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran pendekatan konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan tanpa adanya praktek ataupun bermain secara langsung. Ada banyak perbedaan pendekatan BCCT dengan Pendekatan konvensional diantaranya sebagai berikut: Pada pedekatan BCCT, Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, serta saling mengoreksi, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah disimulasikan, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri, dan ketrampilan dikembangkan atas dasar pemahaman. Pada pendekatan Konvesional, siswa adalah penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara individual dan monoton, pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, perilaku dibangun atas kebiasaan, dan ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan. Hubungan antara pendekatan BCCT dengan kemampuan sosialisasi, yaitu siswa dapat berinteraksi, saling berbagi, menunjukkan perilaku empati, menunjukkan sikap tanggung jawab dan bekerja sama dengan teman sebaya di semua sentra. Penerapan pendekatan BCCT berdampak positif bagi perkembangan anak karena dianggap sebagai pendekatan yang tepat, mengingat pendekatan ini diyakini mampu merangsang seluruh aspek kecerdasan anak melalui bermain yang terarah. Selain mampu merangsang anak saling aktif, kreatif, dan terus berpikir, dan menggali pengalaman sendiri, penerapan pendekatan BCCT mampu merubah perilaku siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran anak yang terarah, anak mampu mengembangkan pengetahuannya sendiri, melakukan eksplorasi, mampu memahami perilaku terbaik, dan mampu berbahasa secara komunikatif sesuai dengan pemahaman anak.. Berdasarkan penjelasan dan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara antara kemampuan sosialisasi anak menggunakan pendekatan BCCT dengan menggunakan pendekatan konvensional (tanpa pendekatan BCCT) dapat diterima, dengan Asymp. Sig menujukkan nilai 0.000 (P<0.05) pada gainskor pertama sampai gainskor rerata, berarti H0 pada gainskor pertama sampai gainskor rerata ditolak. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan sosialisasi menggunakan pendekatan BCCT dengan kemampuan sosialisasi tanpa menggunakan BCCT. Adapun aspek yang paling berkonstribusi pada pendekatan Beyond Centers and Circle Time untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi siswa kelompok A PAUD Terpadu Nurul Dzikri yaitu aspek kemurahan hati atau kedermawanan siswa. Pada aspek tersebut, siswa dilibatkan dalam beberapa kegiatan main di semua sentra, seperti dalam berbagi makanan, mainan ataupun barang yang dimilikinya.
7
D. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran, analisis data dan pembahasan variabel penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa: Ada pengaruh pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Time) terhadap kemampuan sosialisasi, yang berarti ada pengaruh kemampuan sosialisasi pada siswa sebelum (pretest) dan sesudah (postest) diberikan pendekatan BCCT. Berdasarkan pengaruh tersebut, ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan sosialisasi menggunakan pendekatan BCCT dengan kemampuan sosialisasi tanpa menggunakan BCCT, dengan demikian penggunaan pendekatan BCCT lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan sosialisasi.
DAFTAR PUSTAKA Adam, G., R., 1983. Social Competence During Adolescence: Social Sensitivity, Locus Of Control, And Peer Popularity. Journal Of Yoauth And Adolescence. 12 (03): 203-211. Alverman & Phelps. (2004). Reading Strategies “Reading Student’s Interactions with Texts” Reciprocal Teaching. http://www.sdcoe.k12.ca.us/score/promosing/tips/rec.html. diunduh (10 April 2013) Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Batty dan Sorensen. (2000). Social Skills Interventions to Increase Academic and Social Growth. Chicago: Saints Xavier University dan Skyligh Professional Development. http://www. eric.ed.org/socialskills. Diunduh 7 April 2013. Beaty, J.J (2011). Skills for Preschool Teachers (9th Edition). Pearson Chaplin, J.P. (2004). Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Chofivah, S. (2008). Penerapan Metode BCCT di PAUD Unggulan Nasional Anak Saleh Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Malang. Daradjat, Z. (2008). Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Bandung: apt. Refika Aditama Depdiknas DIY. Konsep Pendekatan BCCT (Beyond Centers and Circle Times), Bahan Seminar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Direktorat PAUD
8
Depdiknas. (2006). Pedoman Penerapan Pendekatan Beyond Center and Circle Time (BCCT). Pendekatan Sentra dan Lingkungan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. (2007). Kompetensi Aspek Perkembangan Anak Usia 3-4 dan 5-6 tahun. Jakarta: Depdiknas.
9
Fatima, N.A. (2010). Peningkatan Kemampuan Bersosialisasi Anak melalui Metode Sosiodrama pada Kelompok A di Taman Kanak-kanak Pelita Hati Sukun Pondok Indah Malang.Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Malang Gulay H (2005) Assesment of the Prosocial Behavior of Young Children with Regard to Social Development, Social Skill, Parental Acceptance– Rejection and Peer Relations. Journal of Instructional Psychologi 38:3 Handayani, S (2012). Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran. Skripsi. FKIP. Universitas Pendidikan Bandung Hasselt, V. B. V., & Michel. H. (1992). Handbook of Social Development A Lifespan Perspektive. New York: Plenum Press. Hurlock, E.B. (2005). Perkembangan Anak Jilid 2. Alih Bahasa: Dr. Medmeitasari Tjandrasa. Jakarta: Erlangga Iman.
Teguh (2009). Sosialisasi dan Social Skill. http://www.sekolahrumah.com/index.php?option=com_content&task= vi ew&id=1075&Itemid=215. Diunduh 3 Maret 2013.
Kartini. (2002). Model Pembelajaran Atraktif di Taman Kanak-kanak. Bulletin www.depdiknas.go.id/bulletin/model_pembelajaran_atraktif_TK.htm. Diunduh 21 April 2013 Kasiram, M. (2008) Metodologi Penelitian. Malang: UIN Malang Press Kassler, C. (1992). Cooperative Language Learning. New Jersey: Englewood Cliffs. Koehler dan Langness. (2000). Socialization Skills in Home Schooled Children Versus Conventionally Schooled Children. http://www. eric.ed.org/socialskills. Diunduh 6 April 2013. Latipun (2006) Psikologi Eksperimen edisi kedua. Malang: UMM Press Matson, J.L, Matson, ML., & Rivet, T.T (2007). Social-Skills Treatments for Children With Autism Spectrum Disorders An Overview. http://bmo.sagepub.com/content/31/5/682.short. Diunduh 29 April 2013
10
Merrell, K.W. (1994). Preschool and Kindergarten Behavior Scale Test Manual. Utah State Univercity: Departemant of Psychology. http://www.eric.ed.org/behaviorscales. Diunduh 8 April 2013. Moeslicatoen, R. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Nugraha, A. dan Rahmawati. (2004). Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka. Nurohmah, E. (2011). Penerapan Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Anak Kelompok A di TK-SD Satu Atap Bandung Rejoari I Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Malang. Rahayu, N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Menggnakan Permainan Tradisional Di Kelas A2 TK ABA Karangwaru Lor Yogyakarta.Skripsi. Fakultas Psikologi. Unversitas Sarjana Wiyata Taman Siswa. Rydell, A., M., Hagekull, B., & Bohlin, G., 1997. Measurement Of Two Social Competence Aspect In Middle Childhood. Journal Of Development Psychology. 33 (05): 824-833. Santrock, J.W. (2007). Life Span Development. Alih Bahasa: Achmad Chusairi dan Damanik. Jakarta: Erlangga Seniati, L., Aries, Y., & Bernadete, N. S. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks Sugiyono (2012) Metodologi Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung: Alfabeta Suyadi. (2010) Psikologi belajar PAUD. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani. Smith dkk., (2011). Twenty-One. Social Skills and Social Competence in Interactions with Peers. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781444390933.ch21/summary. Diunduh 13 Juli 2013 Syaodih, E. (2003). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Educate: Jurnal Pendidikan dan Budaya. 5: 23-28 Tuntall dan Dorothy. (1994). Social Competence Needs In Young Childrent: What The Research Says. New Orleans: Childhood Education
11
International Study Conference. eric.ed.org/socialcompetence. Diunduh 9 April 2013.
http://www.
Turie, E (2010) Domain Specificity in Social Interaction, Social Thought and Soscial Development. Journal of Child Development Volume 81, Number 3, page 720-726 Papalia, Diane E, Etc. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan), terjemahan A. K. Anwar. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Patmonodewo, S (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta Patton R.K. (2004). Social Skills Issues of Mainstreaming HearingImpaired Children. Washington University: Depatement Of Speech and Hearing. http://www. eric.ed.org/socialskills. Diunduh 8 April 2013. Permen Diknas (2009). Standar PAUD. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58. Jakarta: Depdiknas PUSDI PAUD (2009). Program Pembelajaran Untuk Menstimulasi Ketrampilan Sosial Anak bagi Pendidikan Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Logung Pustaka. Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.