1.1, Latar Belakang
Pembangunan f ndonesia tidak &pat
dipisahkan dari kcbradam
sumhrdayrt yang dimiliki. Keberhctsilan pembangunan dapctt diperoleh dengan rnemanfaatkan sumberdaya secara optimal, baik sumberdslya alarn (nnrurul resources) rnaupun sumberdaya mmusia (human resources), Salahsatu indikator keberhasilan pembangunan adalah perturnbuhan
ekonomi yang cukup tinggi. Dalarn ha1 ini peranan tenaga kerja sebagai modal
manusia (human capital) tidak: daprtt diabaikan, Pertumbuhan elconarni rercipta sebagai hasif dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan tcnaga kerja. f,lasil yang diperoleh ditentukan oleh kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang dirnili ki .
Secara keselunrhan mutu surnberdaya manusia Indonesia rnasih rencja h sehingga tertinggal jauh dari negm-ira-negara lain.
Data United rvurion
Developpneptr Project (UNDP) tentang Human Development Index (HE-XDI) rnenunjukkan Indonesia berada pada peringkat 105 dari 174 negara, hanya berada satu tingkat di atas Vietnam. Pada tahun 2000 malsthan turun menjadi peringkat
109 (Khamsan, 2000).
Jumlah tenaga kerja yang ptensial maupun riil ditentukan oleh beberapa
hal, antara lain kornposisi penduduk berdasarkan umw dan jenis kef amill sel-ta kemampuan dan keterarnpilan tenaga kerja. Batasan umur trntuk usia kerja di
Indonesia adalah 10 tahun ke atas, dirnana banyak anak usia 10 - f 4 tahun
(bahkan rnungkin lebih rnuda) s d a b hams bekerja karma desakan ekonomi.
Dernikian pula, penduduk perernpuan semakin banyak rnernasuki pasar kerja,
selain karena desakan ekonomi juga sebagai dampak gerakan emansipasi
prempuan (women emancipation).
Masuknya perempum dalam pasar kerja didorung dua faktor, yaitu fiiktor ekstemal dari, fuar diri pmempuan dm faktar internal yang berasal dari dafm dirinya. Sdahsatu f&or eksternal yang sangat bberpengaruh saat ini adalcth terjstdinya frrisis ekonarni y ang berkepanjmgan.
Krisis telah "memaksa"
perempuan untuk turut serta rnenyelamatkan perekonomian keluarga. Selain
falctor tersebut, saat ini banyalc perempuan yang tidak puas hanya tinggal di nunah dm mcnjdankan tugas sehgai ibu nunahtanggst, tetapi ingin mengernbangkan
diri sekaligus rnenymbangkan kepandaian d m ketermpiIannya, Perempuan, sebagaimm
hdnya
1
,
iagin
berperanserta
dm
membuktih
kernampuannya f Saskma, 1998). Keterlibatan perempum dalarn babagai sektor pernbangunan sernakin
dapat dirasdcm.
Bila dilihat secara makro, perempuan berperan dalam
mengerjakan pekerjaan nunahtangga dan bertanggungjawab dalam rnembina
keluarga sekaligus berperm dalam rnencari nakah dan memperofeh pendapatan y m g akan berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga, perturnbuhan dan
perbaikan ekonomi nasional serta upaya perbai kan pernerataan pendapatan masyarakat (Madi kanto, 1985).
Sumatera Barat, selanjutnya ditulis Sumbar, sebag'ai salahsatu provinsi di Indonesia tidak terlepas dawi fenomma di atas. Laju prtumbuhan penduduk Sumbar selama periode 1980 - 1990 mencapai 1.62 persen pertahun dengan rasio
jenis kelamin (sex rario) sebesar 95 pada tahun 1990 (Badan Pusat Statistik, 1991). Laju pertumbkan tersebut tidak banyak berubah, dimma selama periode
f 995
- 1998 mencapai
1.53 persen pertahun dengan sex rario s e k s a r 94 pada
tahun 1998 (BPS, 1999). Hd ini mengindikasikan bahwa jumiah tenaga kerja
perempuan tidak jauh berWa daripada jumlah tenaga kerja Iaki-laki. Dapat dilihat dwi perbandingan jumlah penduduk usia kerja antara laki-iaki dan perempum pada tahun tersebut, dimana penduduk laki-laki krjumlah 1 537 400 orang dan penduduk perernpuan bejurnlah I 688 700 orang.
Pada tahun 1998 penawarm tenaga kerja laki-laki yang terdaftar di Sumbar addah
perempuan
sebanyak 1 174 800 orang,
sedangkan
tenaga
kerja
s e h y a k 1 622 900 orang. Sementara, permintan tenaga lcerja
laki-laki sebanyak 941 000 orang dm tenaga kerja perernpuan sebanyak 727 000 orang ( ~ ~ r n Tenaga e n Kerja, 1999). Ternyata permintam terhadap tenaga kerja perernpuan lebih Mikit dibandingkan tenaga kerjct laki-laki, padahal penawarwya jauh lebih banyak. Pengdokasian w&tu dari tenaga kerja perempuan, baik wnktu yang
dipasarkan ataupun tidak, &an dipengamhi oleh faktor-fbktor ehnorni, sosish dan budaya dalam suatu masyarakat. Bagi masyarakat Sumbar perempuan bekerja
terutma di pedesam adalah suatu ha1 yang biasa &an rnerupakan kebiasaan turun temurun. Menurut Schola f 1990) &/urn Kemala (2000) di daerah ini pekerjaan di lahan sawah dikerjstlran oleh
anggota keluarga sendiri. Sepanjang
perkernbangan generasi telah terbentuk perntragian kerja tertentu antara Iaki-laki
dan pexempustn. Misalnya, pengalahan lahan dan rnembajak merupakan pekerjaan
khas I&-Mi,
sementara menmam, merawat tmarnan, panen dm rnengaiafi basil
panen adstlah pekerja m perempun. Pad8 saat ini secara keseluruhan pem bagi an lcerja mmumt jenis kelmin tidak sedemikian jelas 1agi. Banyak perempuan di
perdesam juga bekerja di sektar lain untuk menmbah pendapatan dm
rnenjaldan prinsip tidak: mau tergmtung pada suami secara ekonomi. Salahsaitu kegiatan perempuan ymg cukup menonjol dalam meningkatkan
pendapatan nrmahtangga adalah usaha kerajinan tenun di Kenagarian Pandsti Sikek Kabupaten Tanah Datar,
Usaha ini tel& dil&ukm sejalc lama dm
mmp&an kegiatan turun temurun. Sampsli sekarang kegiatan pertenunan ini berperan dalam memperluas kesempatm kerja, khususnya bagi perempuan, dan
menjadi salahssttu sumber pendapatan keluarga yang culcup rnenonjol,
Dilihat dari jumlah penduduk di wilayah ini, m&
perernpuan lebih
bmyak dwipada l&i-laki, dimana pada tahun 1999 penduduk perernpan krjumfah 3 548 orang dm penduduk laki-Iaki berjurnlah 2 807 orang. Penduduk perempuan yang termas& angkatan kerja sebesar 27.02 persen dm penduduk
laki-l&i sebesar 50.08 persen. Hal ini berarti bahwa rnasih terdapat potensi yang
cukup besar dari penduduk perernpuctn untuk dapat bekerja produktif dalam meningkatkan pendapatatstn rumahtangga. Demi kian juga, dilihat dari penyerapan tenaga kerja dalam industrikajinan pada tahun yang sarnzl, dimana tenaga kerja
perempuan terserap sebem 20.03 persen sernentara Iaki-Iaki hanysl sebesar 0.73 p e n (BPS, 2000).
Sesungghnya apabila sumberdaya perempuan diberdayakan sesuai
dengan patensinyrt diduga merela &an Iebih banyak rnenyurn bang
pada
pertumbuhan ekanami daerah. Apalagi ji ka penduduk perernpan mempunyai peranan ymg lebih b s a r dalam pengambilan keputusan dan ztkses yang lebih baik kepada failitas-fasilitaskemasyarakatm, maka diharapkan produktivitas mereka
akan meningkat. Hal ini memberikan indikasi bahwa pemjudan pcmberdayaan
human capital perempum juga tergantung dstri tingkat ketersediaan fasilitasfasilitas kemasywakatan seperti pendidikan, kesehatan, sarma dm aktivitas +
o l k g a , kegiatan arganisasi kemasyxakatstn dm fain sebagainya (Anwar, 1996).
D
h memberikan gambaxan yang jelas dm tegas mengenai kedudukan
dm peman perempuan dalam masyardat, pemerintah beusaha rnemberikan perhatian khusus,
Salahsatu bentuk perhatian tersebut adalah pembahaan
keduduican dm peranan perernpuan dalam Undang-Undang Nomor 25 Takun 2000 mengenai Program Pembangman Nasiond (Propenas) Tahun 2000 - 2004.
Pada bab VIXI undmg-urrdmg tersebut duelaskan arah kebij&an pembangunan
sosial budaya mengenai kedudukan d m peran perempuan sebagai berikut : ( I ) meninghtkan kedudulcan dm peran perernpuan dengan tewujudnya icesetaman
dm keadilm gender, dm (2) meningkatkan kualitas peran d m kernandirian arganisasi perempum dengan tetap mempertatrankan nilai persatuan dan kesatuan f Badan Perencanam dm Fernbangunan Nasional ,2000).
Program pernbangunan ymg dimmuskan addah : (1) program peningkatan kualitas hidup perempuan, (2) program pengem bangan d m keserasian kebijakan pernberdayam perempuan, d m (3) program peningkatan peran masyarakat dan pemampuan kelembagaan pengantsutamaan gender (Moimrreaming Gender into Development). Program pertama bertujuan rneningkatkan kedudukan dan peran
perernpuan. sebagai individu, angguta keluarga dm rnakhluk sasial.
Adapun
sasarannya adalah meningkatnya kualitas dan peran perernpum terutama di bidang hukum, ekonami, politik, pendidikm, sosial dm budaya. Program
kedua
krtujuan
mewujudkan
keserasian
kebij&an
pemberdayaan perempuan di berbagai bidang pernbmgunan. Sasarrtnnya adalah
rnempunyai p m n yang besar dalam pekerjaan pruduktif rneliputi pekerjaan
mencari nafkah (income earning work) dm mengurus pekerjaan nunahtangga (domestic work). Pengukuran abs imbdan kerja diperoleh dalam bentuk imbalan
pendapatan (upah) dm imbalan kmpa kepuasan ddam mengum pekerjaan rumahtangga.
Swam empiris, perm perempuan di dalam rumahtmgga dm di Iuar rurnahtangga menimbulh kompleksitcts fungsi, tugas dm kewajiban yang rnenuntut merela untuk mampu mernprediksi dm mengalokasikan potensi yang
dimifiki dengm tepat. Para prernpuan sebagai ibu mmahtangga hams mampu
memutuskan kapan, dimma dm bagaimana menjaldan tugas sebagai istri, ibu, manejer nunahtangga, pncari nafkah d m angguta masymakat. Harapan ini
menuntut kernampurn supra rnanajerial perernpum dalam menyesuaikan diri dengm nilsti-nilai agma dm sosial budaya yang berlaku (Mubeis, 19921,
Kenyataan dari sumbangan perernpum dalam pem bangunan adal a h partisipasi perempuan sebagsti tenaga kerja dalam berbagi sektor. Dal am
rnemmuki pasar keja, tenaga kerja perernpuan di hadapkm pada berbagai
pertimbstngan karma kompleksitas f~mgsinya.
Fungsi perempuan daIarn
kehidupan dapat dibagi atas : ( I ) fungsi l~urnanis-sasial,yaitu perernpuan sebagai
makhluk sosial, (2) fungsi produksi, yaitu perempuan sebagai salahsatu faktor produksi yang diperlukan ddam pembangunan, dm (3) fungsi reproduktif, yaitu prempum sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Fungsi reprodukti f seringkal i dibitkan dengm kodrat perempan sebagmi istri yang sewaktu-w&tu hamil dan
menyusui.
Ha1 ini menyebabkan perialrum yang diterirna antara tenaga
kerja Iaki-Iaki dart tenaga kerja perempuan tidak sama walaupun pada jabatan dan
tanggungjawab kwja yang s m a (Wibisana, 1995). Hal ini &an
sangat:
berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja perernpuan baik di perdesaan rnaupun di perkotaan.
Dalm memahami status dm perm gmda perempuan dalam keluarga dikernbangkan konsep pembagian kerja y m g digambarkan dengan diferensiasi peranan mtara anggata nunahtangga ymg d i h r dengm dokstsi waktu. Selain itu juga dapat dilihstt dari p~gmbilrtnkeputusan yang tergmbar melalui konsep
distribusi kekuasam antara suami dm istri dalam nxmahtangga.
Namun dernikim, &lam kenyataamya masib terdapat perbedaan pn&argaan yang diberikan rnasyarakat terhadap h i 1 kerja antara perernpuan dm laki-laki, misalnya dalam
upah kcrja, Secara umum terdapat perbedaan
upah (pendapatm) mtara tenaga kerja l&-laki dm tenaga kerja perernpuan. Kondisi riil menunjukkan bahwa perempum menerima upab yslng lebih rendah daripada l&i-labci, terutama di sektor industri.
Buruh perernpuan yang ingin
mcringankan beban keluarga tersudut pada rendahnya psisi tawar menawar akibat kornpetisi mtar unskilled workers ymg ketat.
Perempum umumnya
meaerirna penghasilan di bztwah standar upah minimal, lingkungan dan keselamatan kerja yang tidak terjamin serta tidak berfungsinya serikat pekerja (Simanjuntak, 1998).
Berdasarkan gambaran di atas, m a b perlu diiakukan suatu analisis
mengenai peran perempuan dilihat dari pengalokasim wairtunya, bai k untu k kegiatan mencari nafkah maupun kegiatan nxrnah~angga,Analisis pendapatan juga dilakukan sehingga dapat diperoleh gmbaran perm perernpuan dalam
meningkatkan pndapatan rwnahtanggst. Hal ini berkaitsur era1 dengan
kegiatetn tmm. Mereka bekerja untuk rnengumpulkan modal bagi usaha laimya
seperti brdagang, usafiatani cabe, usahatmi kubis dm lain-lain. Faktor sosiat budaya lainnya yang cukup berpenganrh adalah adanya ketentuan sosial ymg ti&
membolehkan m a s y d a t wilaysth ini rnengajarkan
ketmpilan menenun ymg dimiliki kepada orang-orang di l u u Kenstgarian
Pmdai Sikek, Pefanggm texhadap fral ini &an dikenakan s d s i sasial dm mereka ticlak diakui la@ sebagai warga wilayah tersebut secara adat. Dilihat dari satu
sisi ha1 ini ti&
lagis dm mengmdung unsur ketertutupm masyarakat
terhadap dmia luar. Teapi, rnereka menyadari, bahwa topog& wilayah ini yang
tertetak di kaki Gunung Singgalang yang krbukit-bukit akin menyulitkan untuk mengemt>an&m sektor perhian sebagai sumber pendapatm mmabtangga.