BAHAN D A N METODE Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 1999 sampai dengan Agustus 2000, selama dua musim tanam di lokasi tipe luapan B (Anjir Mambulau Tengah) dan tipe luapan C (Basarang),
Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah. Laboratorium yang digunakan adalah laboratorium kimia terpadu Unpar Palangka Raya untuk analisis kandungan ion fero air lahan, serta analisis hasil dan komponen hasil tanaman padi, laboratorium Terpadu FMIPA IPB Bogor untuk analisis hara jaringan daun, laboratorium Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor untuk analisis tanah, dan laboratorium Anatomi Tanaman Biotrop Bogor untuk analisis akar tanaman padi IR-64 secara mikroskopik. Kondisi lahan pada lokasi penelitian tipe luapan B banyak dijumpai sebagai lahan tidur, terutama pada daerah yang tidak memiliki bangunan sawah dan berdrainase jelek. Vegetasi didominasi oleh hamparan purun, gelam dan karamunting yang mencirikan bahwa tanah di daerah tersebut sangat masam. Lokasi tipe luapan C yang pada dekade tahun 1960 - 1970 merupakan lahan sawah produktif, tetapi dewasa ini tidak bisa ditanami dan ditinggalkan petani.
Terjadi perubahan vegetasi dimana yang dulunya ditumbuhi oleh
tanaman padi dan vegetasi rumput daun lebar, tetapi sekarang berubah menjadi hamparan purun dan gelam. Sistem tata air pada lokasi penelitian adalah sistem sisir. Pada lokasi tipe luapan B, jarak antara saluran sekunder (Handel) 400 m dan jarak antara saluran tersier 500 m. Tipe luapan C, jarak
antar saluran sekunder 6.000 m dan jarak antar saluran tersier (ray) 800 m. Denah blok percobaan pada lokasi tipe luapan B dan tipe luapan C (Gambar 2 dan 3). Varietas padi yang biasa ditanami petani adalah varietas padi lokal, seperti Siam Unus, Pandak dan Bayar yang berumur dalam.
Bahan dan Alat Digunakan empat varietas padi sawah, yaitu dua varietas unggul tenggang Fe (Lalan dan Banyuasin), satu varietas introduksi peka Fe (IR-64) dan satu varietas lokal tenggang Fe (Siam Unus), diperoleh dari koleksi Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi dan koleksi Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa Banjarbaru (Lampiran 5, 6, 7 dan 8). Bahan lain adalah dolomit (kadar air = 3.60°/o, CaO = 27.96% dan MgO = 17.46%), fosfat alam (asal = Christmas Island, mesh = 40, kadar air = 4.02O/0, PzOs = 17O/0), urea, KC1 dan nitrogen cair. Alat yang digunakan adalah traktor tangan, eisen test, AAS dan spektrofotometer.
Petunjuk penggunaan alat AAS dan spektrofotometer,
menurut Yoshida (1981).
Penelitian menggunakan rancangan Strip-split Plot, terdiri dari 3 faktor, yaitu: (1) Amelioran, sebagai main plot; (2) Saluran cacing, sebagai sub plot; dan (3) Varietas padi, sebagai sub-sub plot. Ulangan sebanyak 3 blok. Masingmasing blok milik seorang petani seluas 1 hektar. Empat perlakuan pemberian amelioran, yaitu: 0= Kontrol, tanpa amelioran; K+ = Diberi dolomit 4 tonfha;
I
I
I
;
BLOK 3 (B3) 1500 m dari Pintu Air
2500 rn
-
BLOK 2 (B2) 900 m dari Pintu Air
+..................................................
BLOK 1 (Bl) 200 m dari Pintu Air
1
-0
2@)..m..........................................
PlNTU AIR HANDEL PAJENTAI
ANJIR SERAPAT
Gambar 2. Penempatan Blok Percobaan pada Lokasi Tipe Luapan B Desa Anjir Mambulau Tengah, Kecamatan Kapuas Timur, Anjir Serapat Km. 4,5
2000 m dari saluran sekunder
Gambar
P+ = Diberi fosfat alam 300 kg/ha; K+P+ = Diberi dolomit 4 ton/ha dan diberi fosfat alam 300 kg/ha. Empat perlakuan jarak saluran cacing, yaitu S3= 3 m; S6 = 6 m; S9 = 9 m;
S12 = 12 m. Empat perlakuan varietas padi, yaitu
V l = Lalan (tenggang Fe); V2 = Banyuasin (tenggang Fe); V3 = IR-64 (peka Fe); V4 = Siam Unus (tenggang Fe)(Deskripsi: Lampiran 5, 6, 7 dan 8). Penanaman keempat varietas padi menggunakan pola tanam Duwitripa (Dua kali mewiwit/menyemai tiga kali panen), sebagai berikut : Pada MTl digunakan 3 varietas padi (Lalan, Banyuasin dan IR-64), dan pada MT2 digunakan 4 varietas padi (Lalan, Banyuasin, IR-64 dan Siam Unus) (Gambar 4). Varietas Siam Unus adalah varietas padi lokal berumur panjang, dimana pada MTl dilakukan penyemaian (meampak) dan memperbesar bibit (melacak), dan baru ditanam pada MT2 (Gambar 5).
Waktu persemaian 20-25 hari, selanjutnya
bibit dipindahkan ketempat yang berair (meampak) selama 25-30 hari, kemudian bibit dicabut dan ditanam (melacak) ke lahan sawah selama 30-45 hari, baru ditanam. Untuk mengevaluasi usaha pola tanam Duwitripa adalah membandingkan hasil gabah varietas unggul padi (MTl dan MT2) dengan hasil gabah varietas lokal (MT2). Sebelum penelitian dikerjakan, diambil contoh tanah pada masingmasing blok dan lokasi. Pada penelitian MTl yang diamati sifat-sifat agronomi 3 varietas padi, sedangkan pada penelitian MT2 selain sifat-sifat agronomi juga diamati sifat-sifat fisologi dari 4 varietas padi. Selama MT2 diukur ion fero air tanah setiap 2 minggu, dan setelah MT2 diambil contoh tanah dari masingmasing perlakuan amelioran, jarak saluran cacing dan blok.
Galangan petakan sawah
Saluran keliling Saluran cacing
Galangan batas kepemilikan
Pintu air ,
Parit batas kepemilikan
j
I
I
\
Var. Padi Unggul
I I I I
I
ar. Padi Unggul
I
I
I I
Keterangan : = Waktu menyemai/mewiwit
Gambar 5. Pola Tanam Duwitripa (Dua kali mewiwit/menyemai, tiga kali panen)
Pelaksanaan lapangan. Sebelum penelitian dilakukan pengolahan tanah dengan cara pelumpuran (puddling), yaitu 1 kali bajak singkal dan 2 kali rotari menggunakan traktor tangan.
Membuat bangunan fisik sawah, yaitu
pembenahan galangan petakan sawah maupun galangan batas kepemilikan, parit batas kepemilikan dan saluran keliling. Selanjutnya dilakukan pencucian atau penggelontoran air lahan sebanyak 2 - 3 kali. Pada setiap musim tanam diberikan pupuk dasar, yaitu 200 kg urea/ha dan 100 kg KCl/ha. Dalam melaksanakan penelitian ini, maka penentuan lokasi, persiapan lahan, persiapan tanaman, pengambilan contoh (tanah, air dan tanaman), pengamatan tanaman dan analisis data, mengikuti prosedur berikut:
Penentuan lokasi. Penelitian lapangan ini melibatkan petani sawah pasang surut sulfat masam di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. kesesuaian
tanah
untuk
penelitian
dan
kesanggupan
Berdasarkan petani
untuk
berpartisipasi, maka dua lokasi penelitian ditentukan di: 1. Desa Anjir Mambulau Tengah, Kecamatan Kapuas Timur.
terlibat sebanyak 3 KK,
Petani yang
dan masing-masing petani memiliki lahan seluas
1 ha (ukuran; 50 x 200 m). Lokasi lahan petani di Anjir Mambulau Tengah
ini terletak pada tipe luapan B, dengan jarak blok dari saluran sekunder, adalah: B1 = dekat dari saluran sekunder (200 m), petani ke 1; B2 = agak jauh dari saluran sekunder (900 m), petani ke 2; 83 = jauh dari saluran sekunder (1500 m), petani ke 3 (Gambar 2). 2. Desa Batu Nindan, Kecamatan Basarang. Petani yang terlibat sebanyak 3 KK,
dan masing-masing petani memiliki lahan seluas 1 ha (ukuran; 50 x
200 m). Lokasi lahan petani di Batu Nindan ini terletak pada tipe luapan C, dengan jarak blok dari saluran sekunder, adalah: C l = dekat dari saluran sekunder (100 m), petani ke 1; C2 = agak jauh dari saluran sekunder (1000 m), petani ke 2; C3 = jauh dari saluran sekunder (2000 m), petani ke 3 (Gambar 3).
Persiapan lahan.
Pada lokasi tipe luapan B tanahnya pecah-pecah
membentuk bongkahan keras.
Pengolahan tanah dapat dilakukan dalam
beberapa tahap kegiatan, sebagai berikut: 1. Gulma ditajak, yang tinggi dan panjang dicincang.
2. Lahan dibajak dengan bajak singkal.
3. Petakan sawah digenangi selama 2 minggu, kemudian airnya dibuang melalui saluran cacing dan saluran keliling.
Penggenangan dan
pembuangan air lahan dilakukan 3 kali sebelum pemupukan dan tanam. Mengingat pengelolaan air ini sangat tergantung pada curah hujan dan adanya pasang besar, maka kegiatan pembuangan dan penggenangan perlu dilakukan tatkala bulan matilpurnama di musim hujan. Konstruksi pembuatan saluran keliling, saluran cacing, galangan petakan sawah dan galangan batas kepemilikan (Gambar 6). 4. Pemberian amelioran, selanjutnya pelumpuran dan meratakan tanah.
Pemberian amelioran dan pupuk dasar dilakukan 7 hari sebelum tanam. Persiapan fisik lahan dilakukan sebagai berikut: (a) Pembersihan lahan menggunakan tajak/parang/cangkul, pembuatan galangan dan parit batas kepemilikan, (b) bajak singkal 1 kali, (c) pencucian/penggelontoran air lahan
60-70 cm
Galangan batas kepemilikan sawah
/
Parit batas kepemilikan sawah
Saluran keliling
20 cm
Jarak antara
Gambar.6. Konstruksi Galangan dan Saluran
20 cm
(flushing), (d) bajak rotari 2 kali, (e) pembuatan saluran keliling, (f) pembuatan saluran cacing, (g) pemberian perlakuan amelioran (dolomit danlatau fosfat alam), (h) pemberian pupuk dasar: Urea = 200 kg/ha dan KC1 = 100 kg/ha.
Persiapan tanaman. Benih padi bernas (4 varietas) disemai dengan sistem tugal diatas bedengan persemaian yang sudah dipersiapkan (cangkul dua kali, pupuk dasar urea, SP-36 dan KCI), jarak tanam 10 x 10 cm.
Setelah bibit
berumur 25 hari, maka tanaman dicabut untuk ditanam di lapangan percobaan. Jarak tanam untuk varietas Lalan, Banyuasin dan IR-64 adalah 20 x 20 cm, tetapi untuk Siam Unus adalah 25 x 25 cm. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan pembersihan gulma dan pemberantasan hama / penyakit tanaman seperti orong-orong, ulat daun, tikus dan walang sangit.
Pengambilan contoh (tanah, air dan tanaman).
Untuk mengamati
proses perubahan tanah selama penelitian, maka contoh tanah diambil saat sebelum dan sesudah penelitian. Contoh air tanah diambil selama penelitian MT2 sebanyak enam kali dari masing-masing jarak saluran cacing dengan
kedalaman air tanah 80-100 cm.
Pengambilan contoh tanaman padi untuk
menilai produksi dilakukan saat panen, dalam ubinan seluas 2 x 2 m (dihitung dalam ton GKG/ha) pada MT1 dan MT2.
Pengambilan contoh tanaman padi
untuk mempelajari pertumbuhan, diambil dalam populasi contoh seluas 2 x 2 m yang lain sebanyak 15 rumpun, dengan perincian: 5 rumpun untuk contoh pertumbuhan tanaman,
5 rumpun untuk contoh daun fase vegetatif (analisis
tanaman),
5 rumpun untuk contoh daun fase generatif (analisis tanaman)
pada MT2.
Pengambilan contoh tanaman padi fase vegetatif dilakukan pada
umur 9 MST, sedangkan fase generatif pada saat panen. Contoh adalah daun ke 3, 4 dan 5. Analisis hara N, PI K, Ca, Mg, Fe dan S menggunakan metoda: Destruksi dengan HzS04 dan campuran Selen,
dan alat Atomic Absorbed
Spectrophotometer (AAS).
Pengamatan Tanaman. Sifat-sifat agronomi yang diamati:
(a) Jumlah
anakan produktif, (batang); (b) Persentase gabah isi, (%); (c) Bobot gabah per rumpun, (g); dan (d) Hasil gabah, (t GKG/ha). Sifat-sifat fisiologi yang diamati: (a) Analisis hara N, PI K, Ca, Mg, S dan Fe jaringan daun pada fase vegetatif dan fase generatif; (b) Skor gejala keracunan Fe (Lampiran 3);
(c) Panjang
akar; dan (d) Akar tanaman padi varietas IR-64 secara mikroskopik (Lampiran 4). Analisis data.
Data hasil pengamatan lapangan dan laboratorium dilakukan
analisis secara statistik melalui analisis ragam, yang dilanjutkan dengan perbandingan berganda Duncan (Kapur, fosfat, jarak saluran cacing dan va rietas) dan contrast polynomial ortogonal.
Paket program statistik ya ng
digunakan untuk membantu dalam analisis data adalah paket program SAS (StatisticalAnalysis System) for windows Release 6.12.