BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Temuan Guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ada dapat dilihat melalui temuan di lapangan. Selanjutnya temuan tersebut dapat disimpulkan dan digunakan untuk menjelaskan terhadap teori dan metoda yang digunakan. Secara terperinci temuan yang diperoleh dalam penelitian ini menjelaskan tentang peran pawon (=perapian) di dalam rumah tinggal masyarakat Tengger, yaitu:
7.1.1. Peran Pawon Hasil pengkajian dalam penelitian ini menemukan bahwa peran dari pawon Tengger pada masa kini antara lain: a). fungsi pawon adalah kemampuan dari pawon dalam menghasilkan sesuatu berdasarkan unsur fisik api yang dimiliki; b). guna pawon adalah manfaat yang diperoleh dari fungsi pawon; c). penggunaan bentuk pawon tertentu mempengaruhi terhadap fungsi dan guna ruang pawon; d). pawon yang digunakan mampu memunculkan elemen ruang yaitu dua bangku panjang dan satu meja rendah yang sebelumnya tidak ada, dan memunculkan beragam sistem aktivitas; e). mampu membentuk tata letak tertentu di ruang pawon yaitu dua bangku panjang diletakkan di depan lubang samping pawon masing-masing di sisi sebelah kanan dan kiri serta sebuah meja rendah yang diletakkan di samping kedua bangku; f). mampu beradaptasi terhadap bentuk, luasan dan perletakan pintu dalam ruang pawon.
7.1.2. Faktor yang mempengaruhi Peran Pawon Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan pawon di Tengger disesuaikan dengan kebutuhan (memasak, menghangatkan badan, ajang sosialisasi keluarga, makan hingga menerima tamu). Secara khusus diperlihatkan faktor
183
waktu dan faktor struktur masyarakat sangat berpengaruh terhadap durasi (jam) penggunaan pawon dan jumlah pawon yang digunakan. Selain itu kedua faktor tersebut juga dapat memicu terjadinya segmentasi aktivitas di sekitar pawon. Secara terperinci dijelaskan sebagai berikut: -
Faktor waktu berpengaruh terhadap penggunaan pawon Tengger yaitu: a). siklus harian berpengaruh
terhadap durasi (jam) penggunaan pawon,
dimana durasi penggunaan saat sore hari lebih panjang dibandingkan saat pagi hari; b). siklus tahunan berpengaruh terhadap durasi (jam) penggunaan pawon dan jumlah pawon, dimana saat Hari Karo durasi (jam) penggunaan lebih panjang dan jumlah pawon yang digunakan lebih banyak dibandingkan saat Hari Biasa akibatnya segmentasi aktivitas di sekitar pawon juga dapat terjadi saat Hari Karo. -
Faktor struktur masyarakat yaitu peran sosial dari penghuni rumah berpengaruh terhadap penggunaan pawon, yaitu: a). semakin lama durasi (jam) penggunaan pawon baik di dapur maupun di pedhayohan menunjukkan semakin besar peran dari pemilik rumah dalam melayani warga (kelompok Pemimpin Adat/ Dukun dan kelompok Aparat Desa dibandingkan kelompok Masyarakat Biasa); b). jumlah pawon di dapur tidak dipengaruhi oleh hirarki struktur masyarakat yaitu semua kelompok masyarakat menggunakan satu dapur, hal ini sekaligus menunjukkan peran dapur yang cukup dominan dibandingkan ruang pawon lainnya; c). semakin banyak jumlah pawon di pedhayohan atau semakin besarnya segmentasi aktivitas di sekitar pawon menunjukkan peran pemilik rumah yang semakin tinggi di tengah-tengah masyarakat (peran tertinggi adalah
kelompok
Pemimpin Adat/ Dukun disusul kelompok Aparat Desa dan kelompok Masyarakat Biasa).
7.2. Simpulan Hasil dari temuan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: ”Peran pawon di dalam rumah Tengger menunjukkan penggunaan pawon terhadap fungsi secara berbeda telah memunculkan keragaman pawon (bentuk), elemen ruang
184
(perabot), fokus komunitas dan keragaman aktivitas. Selain itu penggunaan pawon juga mampu memunculkan tata letak perabot tertentu yang mampu beradaptasi terhadap ruangan yang ada. Adanya faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan pawon Tengger terutama faktor waktu (saat) dan struktur masyarakat mampu memicu terjadinya segmentasi aktivitas di sekitar pawon.
7.2.1. Hasil Penelitian terhadap Teori yang digunakan Kontribusi hasil penelitian tentang peran pawon dalam rumah tinggal masyarakat Tengger terhadap teori yang digunakan memperlihatkan adanya pengkayaan dan pengembangan dari teori tentang perapian dan teori tentang penggunaan ruang. Peninjauan terhadap fungsi dan guna dari perapian dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan perapian sehingga terjadi keragaman perapian pada kelompok masyarakat tertentu.
1. Teori tentang Perapian a. Teori tentang perapian pada masa kini seperti yang diangkat kasusnya oleh Unwin (1997); Kent (1990-b); Zurick & Shresta (2003) dan Ewing ( eds. Madge & Peckham, 2006) memperlihatkan sebuah perapian memiliki bentuk yang bermacam-macam sesuai dengan kondisi geografi, sosial dan budaya dari masyarakat yang menggunakannya. Bentuk pawon di Tengger memiliki kemiripan dengan salah satu kasus yang diangkat oleh Unwin (1997) dan Kent (1990-b) yaitu berbentuk persegi panjang dan memiliki konstruksi seperti meja. Meskipun bentuk pawon Tengger seragam tetapi memiliki variasi atau keragaman baik dalam jumlah maupun tipenya berdasarkan sifat, bahan bakar dan unsur api yang digunakan. Pemilihan bentuk pawon Tengger ternyata tidak dipengaruhi oleh adanya hirarki atau struktur masyarakat yang ada, namun dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang dimiliki. b. Selain itu sebuah perapian juga memiliki posisi tertentu di dalam ruangan dan biasanya juga dilengkapi dengan perabot di sekelilingnya. Fenomena di Tengger memperlihatkan adanya perabot yang sama (dua buah bangku panjang dan satu meja rendah) di sekitar pawon yang memiliki kemiripan
185
dengan kasus Ewing (eds. Madge & Peckham, 2006). Namun penelitian ini mampu menunjukkan pengetahuan baru yang belum pernah dibahas sebelumnya, yaitu tentang peran dari pawon yang mampu memicu hadirnya perabot (elemen pembentuk ruang) dan juga harus mampu beradaptasi terhadap ruang yang ada.
2. Teori tentang Penggunaan Ruang Dengan menyandingkan hasil penelitian dengan teori tentang waktu dan ruang (Giddens, 1985 dan Tuan, 1077) dan teori tentang penggunaan ruang (Kent, 1990-a dan 1990-b), diperoleh beberapa catatan: a. Giddens (1985) menyatakan tentang adanya regionalisasi dalam penggunaan ruang. Fenomena Tengger mampu memperlihatkan regionalisasi ruang di dalam rumah Tengger terjadi akibat adanya penggunaan pawon yang berbeda terutama pada struktur masyarakat tertentu dan saat-saat tertentu. b. Konsep waktu mitos yang diangkat oleh Tuan (1977) menunjukkan pembagian
waktu
berdasarkan
kosmogoni,
astronomi
dan
manusia.
Masyarakat Tengger pada masa kini masih melaksanakan tradisi adat mereka dengan mempertimbangkan adanya faktor waktu mitos. c. Kent (1990-b) tidak secara tegas menyatakan tentang adanya kesesuaian antara segmentasi ruang dengan segmentasi aktivitas yang terjadi di dalam rumah. Hasil penelitian ini memperlihatkan segmentasi aktivitas tidak selalu selaras dengan segmentasi ruang. Segmentasi aktivitas pada rumah Tengger lebih banyak dipengaruhi oleh faktor waktu (saat) dan struktur masyarakat yang ada, yaitu: a). pada Hari Karo aktivitas yang semula terpusat pada satu pawon maka aktivitas gegeni sebagai ajang bersosialisasi akan berpindah ke pawon yang lain; b). semakin tinggi peran pemilik rumah di dalam masyarakat yaitu Ketua Dukun (wakil dari Kelompok Pemimpin Adat) disusul dengan kelompok Aparat Desa maka segmentasi aktivitas di sekitar pawon juga akan semakin banyak. Meminjam istilah dari Kent (1990-b) tentang fungsi ruang maka penggunaan pawon di pedhayohan dapat dijelaskan sebagai monofunctional room sedangkan pawon di dapur sebagai multipurpose room. Hasil dari penelitian
186
ini juga diharapkan mampu mengembangkan teori Kent tentang segmentasi ruang. Perpindahan atau penambahan ruang pawon di pedhayohan ternyata bertolak belakang dengan teori Kent (1990) tentang berpindahnya ruang untuk menerima tamu ke ruang yang tidak memiliki perapian.
7.2.2. Hasil Penelitian terhadap Metoda Penelitian Kontribusi dari penelitian ini terhadap metoda yang digunakan adalah cara mengembangkan metoda penelitian yang dipilih. Penggabungan metode penelitian kualitatip dan kuantitatip menurut Brannen (2002), dilengkapi dengan cara pengolahan data menurut Creswell (1998). Pengembangan terhadap metoda penelitian juga dilakukan dengan cara mengkombinasikan dengan pendekatan pendekatan dari Johnston dan Gonlin (1998). Pendekatan ini (dari sisi fungsional) digunakan untuk mendapatkan perwakilan sampel rumah sedangkan (dari sisi sosial) digunakan untuk membaca arsitektur (ruang perapian) yaitu melalui penggunaan ruang. Guna membantu mendapatkan perwakilan sampel rumah yang representatif, peneliti juga mengikuti pendekatan Darjosanjoto (2002) tentang adanya klasifikasi dan hirarki. Penelitian ini memperlihatkan, penggunaan satu metoda penelitian saja ternyata tidak cukup sehingga dibutuhkan adanya pengembangan terhadap metoda penelitian yang digunakan.
7.3. Saran Penelitian ini telah menunjukkan beberapa faktor dapat mempengaruhi terhadap penggunaan dan segmentasi aktivitas di pawon Tengger. Penelitian memfokuskan pada kondisi kekinian sehingga faktor yang menjadi pertimbangan adalah faktor waktu (siklus harian dan siklus tahunan) dan faktor struktur masyarakat yang ada. Selain kedua faktor tersebut, penelitian ini juga menunjukkan adanya faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap penggunaan dan segmentasi aktivitas di pawon yaitu bertambahnya jumlah anggota keluarga. Terbatasnya penelitian ini dengan hanya memfokuskan pada kondisi kekinian
187
yang menunjuk pada faktor waktu dan struktur masyarakat membuat adanya peluang untuk penelitian selanjutnya yaitu melihat pengaruh dari faktor bertambahnya anggota keluarga terhadap penggunaan dan segmentasi aktivitas di pawon Tengger.
188