BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN
5.1
Konsep Dasar Perancangan 5.1.1
Metode Konsep Desain Pembuatan suatu karya memerlukan beberapa data dan proses perancangan agar mendapatkan suatu ide yang menarik dan dapat digunakan pada identitas visual yayasan.
Dibawah ini merupakan proses perancangan dari identitas visual yayasan nurani autis:
28
5.1.2
Rincian Proses Perancangan
a.
Brief Brief dilakukan untuk menentukan apa saja yang akan dibuat dan dibutuhkan oleh Yayasan Nurani Autis dalam bentuk karya desain.
b.
Solusi Desain Dengan menyertakan Graphich Standart Manual pada karya desain sehingga terlihat jelas acuan-acuan yang dapat dipakai untuk pembuatan desain secara massal ataupun pengulangan pembuatan karya desain. Pemilihan item yang akan dibuat sebagai perancangan untuk yayasan.
c.
Konsep Perancangan Pada tahap ini ditentukan penggunaan karakter yang akan digunakan
dalam
kesempatan
ini
perancangan penulis
karya
desain,
pada
menggunakan
karakter
yang
berhubungan dengan autisme sebagai konsep perancangan karya desain.
d.
Sketsa Desain Membuat beberapa alternatif sketsa secara manual yang nantinya dapat dipertimbangkan oleh pihak yayasan dengan proses asistensi revisi. Penambahan atau pengurangan karya desain yang dibuat agar hasil desain sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak yayasan.
e.
Proses Digital Pada proses desain digital akan disesuaikan dengan sketsa desain yang telah dibuat. Proses digital meliputi transformasi logo dan pembuatan graphic standards manual sebagai panduan identitas visual yayasan.
29
f.
Proses Produksi Setelah tahap proses digital, proses produksi meliputi pembuatan
logo
dengan
mellihat
dari
data-data
yang
dikumpulkan sebagai acuan transformasi logo.
g.
Proses Pasca Produksi Pada proses ini penerapan terhadap karya desain yang telah dibuat dan diproduksi.
h.
Hasil Akhir Merupakan akhir dari sebuah perancangan karya yang sudah selesai dikerjakan yang kemudian diserak terimakan kepada pihak yayasan.
5.1.3
Tema Perancangan Dalam tema perancangan ini penulis mengangkat tema desain yang berkaitan dengan karakteristik autisme seperti penggunaan spectrum warna dan bentuk puzzle yang identik dengan autisme.
5.1.4
State of The Art •
Bentuk Bentuk-bentuk desain yang dipakai pada identitas visual ini penulis tetap memberikan sentuhan-sentuhan desain yang identik dengan autisme, sehingga karakter identitas visual yang dibuat tidak menghilangkan makna yang terkandung dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan autisme itu sendiri.
•
Warna Autisme adalah salah satu penyakit yang unik, para peneliti ataupun para spesialis hingga saat ini belum menemukan penyebab dari penyakit tersebut. Dengan keunikan tersebut autis mempunyai ciri khas warna-warna yang dipakai dalam
30
berbagai media promo untuk menggambarkan autisme, dari sinilah muncul ide bagi penulis untuk membuat standarisasi warna-warna yang dipakai dalam identitas visual yayasan nurani autis.
5.1.5
Keterkaitan Dengan Pihak Luar Dalam menyelesaikan identitas visual ini, penulis banyak melakukan diskusi dengan pemilik yayasan untuk mendapatkan banyak data yang akan divisualisasikan. Dari data-data tersebut penulis mengembangkan rancangan desain yang disampaikan kepada pemilik yayasan untuk menyatukan pemahaman dengan pemilik yayasan ketika data-data tersebut diaplikasikan menjadi identitas visual bagi yayasan.
Dengan melakukan diskusi tersebut membantu penulis dalam menterjemahkan sebuah teori desain yang disampaikan oleh pihak yayasan kepada penulis untuk dijadikan sebuah karya desain berupa identitas visual yayasan itu sendiri.
5.1.6
Harapan Setelah Karya Terwujud Penulis sangat berharap sekali dengan pembuatan identitas visual ini mampu memberikan banyak hal yang positif bagi yayasan terutama
mampu memberikan kepercayaan kepada
masyarakat luas dalam proses pengenalan Yayasan ketika identitas visual yang penulis buat dapat diaplikasikan melalui media promosi sehingga dapat mengajak banyak donatur tertarik untuk datang langsung ke lokasi yayasan untuk mendonaturkan dananya atau melakukan konsultasi dengan pihak yayasan mengenai anak-anak berkebutuhan khusus terutama anak autis. 5.2
Perancangan Desain Identitas Visual Yayasan Nurani Autis 5.2.1
Transformasi Logo Yayasan Nurani Autis merupakan sebuah lembaga usaha yang bergerak di bidang pendidikan dibawah naungan yayasan Miftaah Al Jannah Li Masykuriin.
31
Sejak di mulai berdirinya, Yayasan Nurani Autis sudah merancan beberapa desain logo yang akan dijadikan identitas bagi yayasan, dari logo-logo tersebut penulis melakukan perubahan desain terhadap logo yang sudah ada namun tetap mengedepankan harapan dan keinginan dari pihak yayasan.
Logo 1
Logo 2
Logo 3
Dari beberapa logo yang diberikan oleh pihak yayasan kepada penulis, penulis kemudian membuat beberapa sketsa logo sebagai referensi untuk yayasan yang nantinya akan menjadi desain terpilih sebagai bahan acuan penulis untuk mentransformasi logo sebelumnya menjadi logo yang akan penulis desain dalam bentuk digital atau illustrasi.
32
33
Transformasi desain logo yang penulis lakukan terurai pada skema
perancangan
desain
diatas
merupakan
konsep
perancangan logo yang penulis berikan kepada yayasan sebagai rancangan desain terpilih setelah penulis melakukan berbagai observasi dan analisa data seperti yang sudah penulis kemukakan
pada
uraian-uranian
perancangan
desain
sebelumnya.
Adapun
uraian
dari
transformasi
logo
tersebut
penulis
mengambil referensi dari logo sebelumnya yang diberikan oleh yayasan yang kemudian di analisis bersama-sama antara penulis
dan
pihak
mengenai desain
yayasan yang
untuk
menyatukan
dibuat sesuai dengan
persepsi arti yang
terkandung dalam transformasi desain logo tersebut sesuai dengan hrapan dan keinginan yayasan, setelah ada desain terpilih kemudian penulis membuat rancangan desain tersebut menjadi sebuah illustrasi desain dalam bentuk vector yang kemudian penulis rancang kembali menjadi sebuah identitas visual bagi yayasan sebagai panduan dalam pengaplikasian identitas yayasan kedalam berbagai media promosi ataupun kedalam atribut perlengkapan kantor.
5.2.2
Konsep Dasar Pemilihan Font Dalam pemilihan desain font yang dipilih untuk perancangan transformasi logo dan standarisasi penggunaan font pada atribut lainnya yaitu hasil dari diskusi antara penulis dan pihak yayasan untuk itu penulis menggukana beberap font yang terasa cocok dengan konsep desain penulis dan sesuai dengan karakter yayasan yang dibangun.
34
Sketch Rockwell:
35
Sketch rockwell terpilih sebagai font type logo Yayasan Nurani Autis karena bentuk font tersebut yang berupa arsiran pensil sesuai dengan konsep yayasan yang didirikan yaitu membina anak-anak autis yang semula tidak mampu bersosialisasi di lingkungan masyarakat normal menjadi anak-anak yang mampu bersosialisasi
dengan
baik
keunikan yang dimilikinya.
36
dilingkungannya
dengan
segala
Segoe print
Segoe Print terpilih sebagai tagline logo pada logo Yayasan Nurani Autis karena bentuk font tersebut sangat dinamis dan mudah dibaca dan diingat sesuai dengan tujuan dari tagline tersebut agar mudah dibaca.
37
Penggunaan font type pada logo Yayasan Nurani Autis
5.2.3
Konsep Dasar Pemilihan Color Pallete Warna sejak lama diketahui bisa memberikan pengaruh terhadap psokologi, emosi serta cara bertindak manusia. Warna juga menjadi bentuk komunikasi non verbal yang mengungkapkan pesan secara instan dan lebih bermakna yang sering digunakan para marketer atau komunikasi visual yang handal untuk tujuan branding sales atau penjualan serta marketing perusahaan. Misalnya warna merah berarti gagah atau putih yang dikaitkan dengan kesucian pada pembuatan logo perusahaan.
Bahkan, ada ilmu komunikasi visual yang menggunakan warna untuk terapi warna atau yang disebut colourology (menggunakan warna untuk meyembuhkan). Metode ini sudah dipraktekkan oleh banyak kebudayaan kuno seperti Mesir dan Cina. Mata kita bisa menangkap tujuh juta warna yang berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang bisa memiliki dampak pada kesehatan dan mood yang pada akhirnya akan mendorong konsumen untuk lebih loyal terhadap produk perusahaan. Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula. Dengan menggunakan berbagai nuansa warna pada materi promosi, branding, marketing, corporate identity serta logo perusahaan dapat membawa
38
harmoni, stabilitas, keseimbangan dan peningkatan penjualan yang mengagumkan1.
Dari teori mengenai warna diatas, penulis memilih warnawarna yang diterapkan pada identitas visual Yayasan Nurani Autis sesuai dengan psikologi warna yang berkaitan dengan dunia autisme. Pembuatan color pallete ini dimaksudkan agar Yayasan mengetahui perbedaan warna yang terjadi ketika penggunaan warna-warna yang dipakai pada identitas visualnya ketika identitas visual tersebut
diaplikasikan pada media cetak ataupun non-
cetak.
1
The Meaning of colors. Herma Cerrato
39
5.2.4
Guide Lines atau Graphic Standard Manual Seberapa pentingkah graphic standard manual untuk sebuah perusahaan??
sebagai contoh: kita ingin mencetak sebuah kartu nama ataupun kop surat ke sebuah percetakan.. apa yang harus di jelaskan kepada pihak percetakan jika mereka bertanya • Berapa kode warna logo tersebut? • Berapa ukuran fontnya? • Bagaimana layout bentuk dari kartu nama atau kop surat
tersebut?
40
Jika kita memiliki graphic standard manual semua hal itu dapat teratasi. Oleh karena itu,, penulis memberikan pemahaman kepada pihak yayasan. apa dan mengapa pedoman identitas ini penting, karena pada umumnya masyarakat awam tidak mengerti tentang pedoman identitas. Untuk menjaga kesinambungan visual, kekuatan logo secara terus menerus, karena itulah dibutuhkan sebuah graphic standard manual.
Hal yang sering terjadi sebagai akibat tidak adanya atau tidak mengikuti acuan Graphic Standard Manual dari logo adalah :
1. Logo mengalami perubahan baik warna, bentuk, maupun komposisi. sehingga mengakibatkan perbedaan persepsi dan image yang diterima oleh masyarakat luas. 2. Logo terkesan murah dan tidak mempunyai nilai yang kuat karena adanya perubahan perubahan yang terjadi. 3. Penyebaran pesan perusahaan yang tidak konsisten yang menyebabkan
terhambatnya
proses
penanaman
image
perusahaan kepada audiencenya
Hal apa saja yang terdapat pada graphic standard manual (panduan identitas)? • Pembukaan • Makna Logo • logo graysacale • Warna • Tipografi • Layout Penerapan Identitas, • Incorret Used • Satationeries • Dll.
41
Tidak hanya itu, ada kalanya perusahaan besar membuat pedoman yang terdiri dari beberapa macam pedoman yang saling terpisah, misalnya pedoman khusus untuk advertising, pedoman khusus untuk signage, pedo¬man khusus untuk kemasan, semua disesuaikan dengan kebutuhan. Diluar pedoman yang umum ada juga yang mencantumkan tone atau tata bahasa perusahaan, signage, seragam karyawan, display untuk pameran, kemasan produk, gift dan lain-lain. semua tergantung dari kebutuhan perusahaan, besar kecilnya perusahaan, budget dan banyak lagi faktor lainnya.
5.2.5
Uraian Guide Lines atau Graphic Standard Manual
Cover Graphic Standard Manual Yayasa Nurani Autis.
42
Dafatr Isi Graphic Standard Manual, Penulis lebih mengangkat warna biru pada graphic standard manual sebagai visual key.
Lembar Pendahuluan merupakan uraian singkat Graphic Standard Manual
43
Lembar Tujuan keterangan singkat mengenai pentingnya sebuah graphic Standard Manual,
Uraian singkat mengenai logo Yayasan Nurani Autis.
44
Lembar penggunaan font pada logo yayasan.
Lembar penggunaan font pada logo yayasan.
45
Lembar Deskripsi Logo, merupakan informasi warna yang digunakan pada yayasan nurani sebagai panduan bagi penulis untuk memudahkan yayasan dalam menggunakan warna-warna yang sudah menjadi standard.
Lembar Psikologi warna yang digunakan oleh yayasan sebagai meotivasi bagi yayasan.
46
Lembar Variasi logo dibuat untuk memandu pihak yayasan ketika logo yayasan akan digunakan pada background yang putih atau berwarna atau penggunaan logo ketika dirubah pada format grey scale.
Lembar penggunaan logo yang salah sebagai panduan bagi yayasan untuk tidak menggunakan logo pada area background yang memiliki warna yang sama dengan logo sehingga akan menghilangkan salah identitas yang terkandung dalam logo tersebut.
47
Lembar ukuran logo di maksudkan untuk memandu yayasan ketika akan mengaplikasikan sebuah logo dengan ukuran yang kecil. Sehingga ketika sebuah logo harus diaplikasikan dalam bentuk yang kecil maka tetap bisa dibaca dan dilihat.
Lembar
kartu
nama
merupakan standarisasi
kartu
nama yang digunakan oleh yayasan dengan spesifikasi penggunaan huruf dan ukurannya.
48
Lebar ID Card adalah standarisasi bagi pengguanaan spesifikasi huruf dan ukuran ID card.
Lembar Form merupakan spesifikasi desain yang digunakan pada berbagi form yang digunakan oleh yayasan.
49
Cover Pada form
50
Kombinasi penempatan logo pada form dibagi menjadi dua standarisasi, pertama logo berada di kiri atas dengan alamat yayasan .
Dan standarisasi kedua penempatan logo tetap berada di sebelah kiri atas
dengan
alamat
berada di kanan bawah kertas
dengan
ditambahkan bisru
sebagai
garis visual
key yayasan.
51
Pada kertas surat yayasan, mengkombinasikan visual key yayasan dan logo.
Pada
Kertas
untuk
yayasan,
Surat logo
yayasan berada di kiri atas kertas dan lamat berada di kanan bawah kertas.
52
Stempel yang digunakan untuk yayasan dengan ukuran yang lebih spesifik yaitu 2x2cm
Penempatan logo pada amplop yayasan merupakan standarisasi desai amplop surat resmi pada yayasan.
53
54
Kombinasi penempatan Logo pada merchandise yayasan, sebagai salah satu media promosi untuk memperkenalkan identitas yayasan.
Penggunaan Logo pada yayasan dibuat lebih fleksibel mengikuti kebutuhan event yayasan namun hanya sebatas pengginaan pada
55
5.2.6
Panduan Desain a.
Elemen Desain Pembuatan sebuah desain perlu memperhatikan bentuk yang diinginkan. Desain yang diciptakan agar terlihat baik, maka
harus
ada
elemen-elemen
desain
yang
perlu
diperhatikan yaitu :
1.
Bentuk Pengertian bentuk dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
(1997:
152)
“wujud
yang
ditampilkan”,
sedangkan Dharsono (2004: 30) berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan bentuk adalah totalitas dari karya seni, bentuk merupakan komposisi atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni. Ada dua macam bentuk: pertama visual form, yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni atau satu kesatuan dari unsur-unsur pendukung karya seni tersebut. Kedua special form, yaitu bentuk yang tercipta karena adanya timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan emosional.
2.
Garis Garis adalah unsur visual yang terbuat dari rangkaian titik-titik yang terjalin memanjang menjadi satu (Widia, 2007: 835). Garis merupakan unsur visual yang banyak berpengaruh pada pembentukan suatu obyek sehingga garis selain dikenal sebagai coretan atau goresan juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna (Adi Kusrianto, 2009: 30).
3.
Warna Warna dapat didefinisikan secara obyektif sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan
56
(Sadjiman, 2006: 11). Menurut Widia (2007: 837) warna pada ilmu kimia merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen atau zat warna. Warna sebagai unsur visual yang terkait dengan bahan yang mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmentnya. Adapun sebagai kesan yang diterima oleh mata, lebih ditentukan oleh cahaya. Salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah menarik perhatian pembaca adalah warna.
Akan tetapi, jika pemakaian warna kurang tepat maka dapat merusak citra, mengurangi nilai keterbacaan, dan bahkan dapat menghilangkan gairah baca (Supriyono, 2010: 70). Dalam seni rupa warna dibagi menjadi tiga dimensi yaitu hue, pembagian warna berdasarkan namanama warna, seperti merah, biru, kuning, dan seterusnya. Kedua, value yaitu gelap terangnya warna dan yang ketiga intensity yaitu tingkat kemurnian dan kejernihan warna. Menurut Darmaprawira (2002: 35), banyak orang memiliki reaksi yang sama tentang arti warna yaitu :
Merah : Dari semua warna yang ada merah memiliki kroma yang paling kuat dan memiliki daya atraksi tertinggi. Merah adalah positif, agresif dan menarik. Selain itu merah adalah warna yang paling populer terutama bagi wanita.
Biru : warna biru memiliki karakter dingin, segar, pasif, dan terang.
Hijau : warna hijau memiliki bebarapa kesamaan dengan warna biru. Dibandingkan dengan warnawarna lain, warna hijau lebih netral dalam pengaruh emosi, cenderung lebih pasif. Oleh karena itu, warna hijau. Dianggap sebagai warna yang paling penuh ketenangan dibandingkan dengan warna-warna lain.
57
Kuning : warna kuning merupakan warna yang paling terang dan bercahaya dari semua warna yang ada. Warna kuning dengan tone yang lebih gelap kurang populer dibandingkan dengan warna-warna yang lain. Ungu : memberi kesan kaya, impresif, megah, mulia, dan angkuh. Putih : memberi kesan positif, penuh stimulasi, dan bersih. Juga bercahaya, segar, ringan, gembira, lembut, dan suci. Hitam : warna hitam memberi kesan khidmat, menaklukkan, tertekan, dan dalam. Kelabu (abu-abu) : Kelabu mengambil campuran dari hitam dan putih. Warna kelabu memiliki kesan lunak lebih dalam dari pada putih. Sebaliknya tidak terlalu kuat seperti warna hitam.
4.
Ruang Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang, ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi menjadi dua, yaitu ruang nyata dan ruang semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti (Adi Kusrianto, 2009: 31). Ruang dalam seni rupa dibagi atas dua macam yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang semu artinya indera penglihatan menangkap
bentuk
dan
ruang
sebagai
gambaran
sesungguhnya yang tampak pada layar/ taferil. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan dengan indera penglihatan (Dharsono, 2004: 53). Ruang merupakan unsur rupa yang harus ada, karena ruang merupakan bentuk-bentuk berada (exist). Dengan kata lain setiap bentuk pasti menempati ruang (Sadjiman, 2006: 122).
58
5.
Tekstur Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi dua, yaitu tekstur kasar dan halus (Rakhmat Supriyono, 2010: 80), dengan kesan pantul mengkilat dan kusam. Kemudian ditinjau dari efek tampilannya ada yang digolongkan sebagai tekstur nyata dan tekstur semu.
Tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan hasil penglihatan, misalnya bila suatu permukaan dilihat tampak kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Adapun tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan, misalnya bila dilihat tampak kasar, namun ketika diraba ternyata halus. Dalam penerapannya, tekstur ini dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta berpengaruh terhadap intensitas warna (Adi Kusrianto, 2009: 32-33).2
b.
Desain Sebagai Strategi Komunikasi Pada
komunikasi,
konsep
positioning
dan
diferensiasi sudah sangat dikenal oleh para pemasar. Singkatnya, di dalam suatu kategori produk, benak kita sulit mengingat lebih dari 2 atau 3 brand, misalnya di film ada Fuji dan Kodak, di ayam goreng ada KFC dan Suharti. Yang diingat orang bukanlah kesamaan Fuji dan Kodak, tetapi perbedaannya. Fuji cocok untuk outdoor, Kodak cocok untuk indoor. KFC adalah ayam impor, Suharti ayam kampung.
Hal ini bisa diterapkan secara sederhana di dalam dunia
desain.
Jika
semua
perusahaan
teknologi
menggunakan garis-garis yang solid dan warna biru, 2
ibid, Hal 5-9
59
Lucent menggunakan logo bulat dalam bentuk sapuan kuas dengan warna merah. Kenapa? Agar mudah diingat.
Warna biru di kategori bank saat ini milik BCA, kombinasi warna merah biru adalah Lippo, gradasi biru ke putih Citibank, pita biru adalah Bank Mandiri. Oleh karena itu Danamon perlu mengklaim warna orange dan kuning. Warna hijau di film milik Fuji dan warna kuning milik Kodak, sehingga Konica memilih warna biru.
Warna adalah salah satu elemen yang paling kuat untuk di-recall karena warna sangatlah emosional daripada bentuk. Oleh karena itu gunakan warna sebagai atribut yang paling awal untuk didefinisikan. Lakukan analisa terhadap kompetitor, kategori produk, brand dan dari situ bisa diambil strategi diferensiasi yang akan membedakan kita dengan pesaing.
Bentuk swoosh sudah terpatri ke dalam benak kita sebagai Nike. Sangat banyak brand me-too yang berusaha memplesetkan bentuk ini kedalam logonya. Mengapa
tidak
melakukan
strategi
diferensiasi
ketimbang imitasi? Tetapi jika memang strateginya adalah imitasi, mungkin ini adalah salah satu jalan yang bisa ditempuh. Hal ini kembali kepada strategi, apa yang ingin dikomunikasikan.3
3
Sabmen S, Novry & Djoemena, Raeni, Best Of Indonesia Letterhead+Logo Collections, Hal 139
60