BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran budaya organisasi dan dinamisme pasar terhadap penerapan ambidexterity kontekstual. Selain itu, peneliti juga menguji sejauh mana penerapan ambidexterity kontektual berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan baik secara finansial dan nonfinansial. Berdasarkan hal tersebut, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut. 1. Budaya organisasi berpengaruh posistif dan signifikan terhadap penerapan ambidexterity kontekstual. Internalisasi nilai-nilai yang ada pada budaya organisasi akan membuat anggota merasa bangga dan menjadi bagian dari organisasi karena merasa memiliki organisasi tersebut, sehingga mereka dengan sukarela akan mendukung perilaku atau strategi yang diterapkan oleh perusahaan. 2. Ambidexterity kontekstual berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini mengkonfirmasi beberapa penelitian terdahulu yaitu Gibson dan Birkinshaw (2004), He dan Wong (2004) dan Raisch dan
Birkinshaw
(2008)
yang
mengemukakan
bahwa
penerapan
ambidexterity dapat dilakukan secara bersamaan pada unit atau mekanisme yang sama. Dengan begitu, penerapan eksplorasi dan eksploitasi secara bersamaan mampu membawa perusahaan beradaptasi
111
terhadap lingkungan eksternal dan menghasilkan kinerja superior jangka pendek dan jangka panjang baik secara finansial maupun nonfinansial. 3. Ambidexterity kontekstual memediasi secara penuh pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan. Budaya organisasi akan berdampak pada kinerja perusahaan hanya jika budaya tersebut mampu membawa organisasi
beradaptasi
terhadap
perubahan lingkungan
eksternal, melalui eksplorasi dan eksploitasi kompetensi (ambidexterity kontekstual). Sehingga perusahaan yang mampu mengintegrasikan dan menyeimbangkan keduanya akan mampu menghasilkan kinerja superior melalui produk dan layanan yang lebih baik dibandingkan pesaing dari waktu ke waktu serta kompetensi tersebut dapat dikonversikan dalam bentuk uang. Dengan begitu, budaya organisasi hanya akan berpengaruh terhadap kinerja apabila perusahaan mengembangkan perilakunya (conduct). 4. Dinamisme pasar memoderasi dan memperkuat pengaruh ambidexterity kontekstual terhadap kinerja perusahaan. Ketika pasar bersifat dinamis pengaruh ambidexterity kontekstual terhadap kinerja perusahaan akan semakin kuat. Hal ini terjadi karena perubahan perilaku para pelaku pasar menuntut perusahaan untuk terus mempelajari pengetahuan dan keahlian (skill) baru agar dapat merespon dan menghadapi perubahan tersebut. Kunci keberhasilan bisnis saat ini adalah perusahaan mampu menciptakan dan memberikan nilai yang lebih baik kepada pelanggan dari waktu ke waktu, sehingga mau tidak mau suka tidak suka perusahaan harus
112
mempelajari
kompetensi-kompetensi
baru
agar
dapat
merespon
(beradaptasi) dan menghadapi setiap perubahan yang terjadi. 5. Dua variabel kontrol pada penelitian ini yaitu ukuran dan usia perusahaan tidak menunjukkan adanya perbedaan pengaruh pada pola pengaruh yang telah dihipotesiskan. Karena pada konteks emerging economy UKM tidak memiliki sumerdaya yang jauh berbeda dan cenderung belum memiliki struktur kerja yang stabil. Dengan begitu, fokus perusahaan akan terbagibagi karena banyaknya pembelajaran yang dilakukan perusahaan terutama di era yang serba dinamis (Hannan dan Freeman, 1984).
5.2 Implikasi Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk semua pihak, diantaranya. 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini memperluas pemahaman dan memberikan bukti baru mengenai faktor kontekstual yang dapat mendukung penerapan ambidexterity, khususnya memperluas tipe budaya organisasi yaitu budaya birokrasi dan inovatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa
budaya
organisasi
(birokrasi
dan
inovatif)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan ambidexterity. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi pengaruh penerapan ambidexterity terhadap kinerja perusahaan baik secara finansial dan nonfinansial, peran mediasi ambidexterity terhadap pengaruh budaya organisasi pada kinerja perusahaan, dan peran dinamisme pasar terhadap
113
pengaruh ambidexterity pada kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ambidexterity berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan, ambidexterity memediasi secara penuh pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja perusahaan dan dinamisme pasar memoderasi pengaruh ambidexterity terhadap kinerja perusahaan. 2. Penelitian ini memberikan bukti empiris baru mengenai penerapan ambidexterity kontekstual pada industri kreatif, khususnya pada konteks Indonesia sebagai salah satu negara emerging economy. Artinya, lingkungan bisnis pada negara emerging economy penuh dengan ketidakpasatian dan ketidakstabilan khususnya di bidang keuangan, ekonomi dan iklim politik (Jaramillo dan Schiantarelli, 2002). Namun, kondisi tersebut tetap mampu membuat UKM-UKM pada industri kreatif khususnya di Indonesia bertahan dan beradaptasi terhadap setiap perubahan yang terjadi. Karena mereka melakukan pembelajaran secara terus-menerus agar dapat merespon setiap perubahan lingkungan eksternal. Selain itu, jumlah UKM yang beroperasi di bidang industri kreatif juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pelaku bisnis (perusahaan) di industri kreatif dalam menjalankan perusahaannya di era yang dinamis dan tidak pasti, khususnya dalam konteks Indonesia sebagai salah satu negara emerging economy. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi
114
mengenai pembentuk kemampuan organizational ambidexterity yang memberikan manfaat positif terhadap kesuksesan dan kelangsungan hidup organisasi khususnya budaya organisasi (budaya inovatif dan birokrasi) dan dinamisme pasar.
5.3 Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang Penelitian ini telah berhasil menguji dan memberikan bukti secara empiris terhadap hipotesis yang diajukan. Namun, penelitian ini masih memiliki keterbatasan yang dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya yaitu. 1. Pada negara-negara berkembang yang merupakan emerging economy seperti Indonesia belum ada database yang valid dan kredibel akan informasi mengenai keberadaan UKM-UKM, sehingga metode survei yang sifatnya cross sectional sangat tepat untuk dilakukan. Namun, hasil yang didapat dengan menggunakan metode survei hanya mampu merepresentasikan kejadian pada satu waktu tertentu yaitu pada saat dilakukannya penelitian ini saja. Ada kemungkinan di waktu yang berbeda sampel yang digunakan hanya melakukan pembelajaran dan menilai kinerja perusahaannya pada satu waktu tertentu saja yaitu pada saat penelitian ini dilakukan, sehingga hasilnya belum mampu menangkap fenomena yang diteliti secara jelas. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan studi longitudinal atau metode campuran agar hasil penelitian dapat lebih baik dan akurat. Contohnya, dengan melakukan dua kali survei dengan jarak survei pertama dan kedua
115
selama satu tahun (Lubatkin et al., 2006; Jansen et al., 2006; Podsakoff et al., 2003), mengkombinasikan data primer dan sekunder (He dan Wong, 2004; Lubatkin et al., 2006; Jansen et al., 2012; Podsakoff et al., 2003). 2. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (judgement) sehingga generalisasi hasil penelitian harus dilakukan secara hati-hati. Sampel penelitian ini hanya terbatas pada empat subsektor industri kreatif yang peneliti anggap merupakan subsektor produktif yang ada di kota Yogyakarta. Oleh karena itu, pada penelitian mendatang sebaiknya memperbanyak jumlah sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat atas gambaran mengenai industri kreatif di Indonesia. Salah satunya dengan menambah jumlah subsektor yang ada dalam
industri
kreatif
sebagai
sampel
penelitian.
Selain
itu,
memperbanyak jumlah sampel juga dapat dilakukan dengan memperluas cakupan wilayah pengambilan sampel seperti kota Bandung, Solo dan Pekalongan yang merupakan kota kreatif (Kemenperaf, 2014). 3. Penelitian ini hanya terfokus pada budaya organisasi sebagai anteseden ambidexterity kontekstual emerging economy di Indonesia. Penelitian mendatang dapat memperluas penelitan ini dengan melakukan studi perbandingan antara negara emerging economy dan negara berkembang untuk menguji pengaruhnya pada ambidexterity. 4. Secara empiris penelitian ini memberikan bukti baru bahwa faktor kontekstual (budaya organisasi) dan situasional (dinamisme pasar) dapat mempengaruhi penerapan ambidexterity kontekstual khususnya eksplorasi
116
dan eksploitasi kompetensi. Eksplorasi dan eksploitasi kompetensi dilakukan melalui proses pembelajaran sehingga penerapaan ambidexterity kontekstual membutuhkan dukungan kapasitas penyerapan (absorptive capacity) yang sesuai antara anggota organisasi dalam melakukan pembelajaran secara kolektif (Güttel dan Konlechner, 2009; Cohen dan Levinthal, 1990). Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya diharapkan untuk menggunakan variabel absorptive capacity sebagai variabel pemoderasi pada pengaruh ambidexterity kontekstual terhadap kinerja perusahaan.
117