BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran yang diambil berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan.
5.1
Kesimpulan Dari analisa yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Dari hasil perhitungan dan analisa nilai TPR yang telah dilakukan pada alumunium die casting brake shoe, dapat disimpulkan bahwa : a.
Alumunium die casting brake shoe line 2 memiliki nilai TPR ratarata tertinggi sebesar 75,99% sedangkan alumunium die casting brake shoe line 3 memiliki nilai TPR terendah sebesar 73,87%.
b.
Secara rata-rata nilai TPR alumunium die casting brake shoe hanya mencapai 75,17% masih kurang 9,83% lagi dari kondisi ideal yang diinginkan oleh perusahaan yaitu sebesar 85%.
c.
Secara keseluruhan guna mencapai tingkat keefektifan penggunaan alumunium die casting brake shoe pada kondisi yang diinginkan sebesar 85%, target produksi idealnya yang harus dicapai adalah rata-
112
rata sebesar 15.315 unit/bulan, sedangkan aktualnya rata-rata hanya sebesar 13.561 unit/bulan masih kurang 1.754 unit lagi. 2.
Setelah dilakukan analisa dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor kerugian yang mempengaruhi rendahnya nilai TPR adalah sebagai berikut: a.
Kehilangan kecepatan/speed losses adalah faktor dominan yang menyebabkan rendahnya nilai TPR yaitu rata-rata sebesar 142.858 detik/bulan atau sebesar 50,82%.
b.
Kedua adalah waktu set up mesin yaitu rata-rata sebesar 85.400 detik/bulan atau sebesar 30,38%.
c.
Ketiga adalah kerusakan mesin yaitu rata-rata sebesar 47.950 detik/bulan atau sebesar 17,06%.
3.
Dari analisa pemeliharaan dan perawatan secara umum yang telah dilakukan pada alumunium die casting brake shoe disimpulkan bahwa : a.
Kerusakan komponen mesin •
Jenis kerusakan yang sering terjadi pada alumunium die casting brake shoe adalah metal sliper ketarik yaitu sebesar 40,89%, metal sliper miring sebesar 19,21% dan ex ejector pin over sebesar 13,78%.
113
•
Prioritas penanganan yang harus dilakukan adalah mengurangi atau
menghilangkan
frekuensi
kerusakan
yang
memiliki
persentase paling tinggi yaitu metal sliper ketarik. •
Penyebab dominan terjadinya kerusakan pada komponenkomponen alumunium die casting brake shoe tersebut adalah kurang optimalnya pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan oleh pihak maintenance maupun operator.
b.
Mean Time Between Failure (MTBF) •
Alumunium die casting brake shoe 2 mempunyai nilai MTBF yang paling rendah sebesar 41 jam antar kerusakan atau setara 2,57 hari kerja, sedangkan alumunium die casting brake shoe line 1 dan 2 mempunyai nilai MTBF yang paling tinggi sebesar 43 jam setiap antar kerusakan atau setara 2,69 hari kerja.
•
Secara umum alumunium die casting brake shoe mempunyai waktu kerusakan rata-rata setiap 42,5 jam antar kerusakan atau setara 2,65 hari kerja. Nilai MTBF ini menunjukkan selang waktu atau rata-rata berapa lama mesin akan mengalami kerusakan/breakdown dan sangat berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang telah dilakukan terhadap mesin tersebut apakah telah optimal atau tidak.
114
c.
Mean Time To Repair (MTTR) •
Alumunium die casting brake shoe line 2 memiliki nilai MTTR yang paling rendah yaitu sebesar 114 menit setiap kerusakan, sedangkan alumunium die casting brake shoe line 1 memiliki nilai MTTR yang paling tinggi yaitu sebesar 122 menit setiap kerusakan.
•
Secara umum alumunium die castingbrake shoe memiliki waktu rata-rata perbaikan yaitu sebesar 118 menit setiap terjadinya kerusakan.
•
Secara keseluruhan nilai MTTR menunjukkan kecenderungan meningkat, ini berarti pihak maintenance belum bisa mengatasi dengan baik setiap jenis kerusakan yang terjadi, untuk mengatasi hal tersebut perbaikan dalam metode kerja, penguasaan terhadap proses kerja mesin dan pengalaman pihak maintenance menjadi hal sangat penting untuk mempersingkat waktu MTTR.
5.2
Saran Setelah dilakukan penarikan kesimpulan pada bab ini, penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai masukan untuk kemajuan perusahaan:
115
1.
Secara garis besar pihak maintenance alumunium die casting brake shoe dan operator belum melaksanakan semua langkah tahapan penerapan TPM seperti yang telah dijelaskan pada bab II. Meskipun dengan cara yang berbeda sudah dapat mewakili tahapan yang ada, maka dari itu perlunya diterapkan segera tahapan penerapan TPM sebagai saran perbaikan dari sistem penerapan yang telah ada, beberapa poin penting yang perlu mendapat perhatian dengan melakukan tindakan sebagai berikut : a.
Membentuk suatu rencana kerja Dibuat suatu rencana yang menerangkan mengenai target yang ingin dicapai yaitu berupa kegiatan/tindakan yang terencana dan sistematis yang akan segera dilakukan serta dibuat suatu rencana induk untuk jangka waktu 2 sampai 3 tahun yang akan datang untuk mengukur tingkat keberhasilan TPM yang dilaksanakan.
b.
Kampanye TPM secara kontinyu dan terprogram Kampanye ini berfungsi sebagai media promosi, dan peningkatan motivasi. Dengan adanya kampanye rutin ini, semua jajaran perusahaan yang terlibat akan selalu mengingat dan merasa bahwa program ini masih berjalan dan menjadi kegiatan rutin. Kampanye dapat dilakukan dengan bermacam-macam kegiatan antara lain memberikan badge atau poster, spanduk dan bendera pada posisi-posisi yang strategis yang mudah dilihat yang bertuliskan dengan TPM.
116
c.
Peningkatan pengetahuan tentang konsep TPM untuk semua level manajemen, dengan membuat program pendidikan/pelatihan yang sesuai untuk masing-masing tingkatan/level (misalnya, manajer, supervisor, foreman dan sebagainya) khususnya pihak yang benarbenar berhubungan langsung dan mendapat prioritas utama untuk kegiatan TPM.
d.
Pemeliharaan mandiri (Autonomous Maintenance) Pemeliharaan mandiri merupakan bagian terpenting dari penerapan TPM. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaga mesin-mesin tetap beroperasi secara efisien dan stabil agar target produksi bisa tetap terpenuhi. Pada kegiatan ini difokuskan keterlibatan operator untuk memelihara peralatan
mereka
pembersihan,
dan
dengan kegiatan
melakukan
pengecekan
pemeliharaan
lainnya
harian, agar
ketidaknormalan terdeteksi lebih awal. 2.
Pendokumentasian yang berhubungan dengan perfomansi mesin seperti nilai TPR. Aplikasi penggunaan nilai TPR ini, teknisnya setiap mesin dibuatkan kartu TPR dan digantungkan pada mesin. Setiap awal bulan bagian maintenance mengisi kolom rencana total jam kerja dan berapa target idealnya output yang harus dihasilkan untuk operator, sehingga kartu TPR tersebut akan dijadikan standar oleh operator untuk mencapai target ideal yang diinginkan dan setiap akhir bulannya operator harus mengisi kartu TPR tersebut dengan mengisi total produksi yang
117
kualitasnya baik/good. Untuk bagian maintenance, kartu TPR ini berguna sebagai rekaman atau data-data guna mengetahui tingkat efektifitas penggunaan peralatan pada setiap mesin yang menjadi tanggung jawabnya, secara berkesinambungan memantau tingkat keefektifan dari setiap mesin dan mendeteksi mesin-mesin mana saja yang mempunyai kinerja tidak baik untuk mendapat prioritas pemeliharaan dan perbaikan. Mesin dalam level kondisi ideal harus dipertahankan dan yang dibawah ideal harus dicari penyebab masalahnya untuk dilakukan tindakan perbaikan. 3.
Membangun suatu sistem informasi perawatan yang menyeluruh dengan sistem informasi perusahaan. Di dalam perusahaan yang bergerak di industri, terdapat banyak macam dan jumlah mesin sehingga sering kali cara manual sudah tidak bisa melayani lagi. Untuk menunjang pencapaian target TPM, diperlukan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Hal ini terwujud
melalui
suatu
sistem
informasi
dengan
komputerisasi
didalamnya. Dengan telah terpasangnya jaringan komputer pada PT Sempana Jaya Agung, maka yang diperlukan oleh pihak maintenance adalah adanya instalasi jaringan komputer pada daerahnya sendiri, setelah itu baru menggabungkan dengan jaringan komputer perusahaan. Inti dari kegiatan ini adalah meliputi hal-hal sebagai berikut : a.
Membangun sistem data kegagalan mesin.
b.
Membangun sistem manajemen kegagalan mesin.
118
c.
Membangun sistem manajemen biaya mesin.
d.
Membangun sistem kontrol suku cadang, gambar, data teknis, dan sebagainya.