201
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, peneliti membuat beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Teknik membaca skimming dan scanning dapat meningkatkan kecepatan membaca siswa dan kemampuan memahami wacana. Hal ini terlihat melalui respon
siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan nilai kemampuan
membaca yang mereka peroleh selama kegiatan penelitian. 2. Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan pelatihan membaca cepat dengan menggunakan teknik membaca skimming dan scanning. Kendala itu adalah kebiasaan buruk dalam membaca yang selama ini biasa para siswa lakukan ketika membaca. Kebiasaan buruk itu seperti membaca dengan bersuara (vokalisasi), menggerakkan bibir, menunjukkan kata demi kata dengan jari atau dengan alat lain, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan. Kebiasaan buruk lain yang dilakukan siswa adalah regresi (mengulangi kata atau kalimat yang telah dibaca) dan subvokalisasi (melafalkan kata dalam hati). 3. Untuk mengatasi kendala yang muncul dalam pelatihan membaca cepat yaitu dengan cara memberikan teknik-teknik menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam setiap pertemuan. Teknik-teknik untuk menghilangkan kebiasaan buruk dalam pelatihan membaca cepat adalah sebagai berikut.
202
a. Teknik menghilangkan vokalisasi atau membaca dengan bersuara. Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca, karena vokalisasi berarti mengucapkan kata demi kata secara lengkap. Mengguman, sekalipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, juga termasuk dalam membaca dengan bersuara. Cara untuk menghilangkan kebiasaan itu, tiuplah (bibir seperti bersiul) sementara membaca dan meletakkan tangan di leher (tidak boleh terasa getaran). b. Teknik menghilangkan membaca dengan menggerakkan bibir. Menggerakkan bibir sewaktu membaca, sekalipun tidak mengeluarkan suara, sama lambatnya dengan membaca bersuara. Kecepatan membaca dan bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara
diam.
Untuk
menghilangkan
kebiasaan
membaca
dengan
menggerakkan bibir, dapat dilakukan dengan cara merapatkan bibir, ambil pensil, atau sesuatu yang lain yang cukup ringan lalu jepit dengan kedua bibir, atau mengunyah permen karet. c. Teknik menghilangkan membaca dengan menggerakkan kepala. Sewaktu membaca pembaca tidak perlu menggerakkan kepala. Cara membaca seperti itu akan menghambat kecepatan membaca. Dalam membaca cepat, bukanlah kepala yang bergerak melainkan mata sebab gerakan mata lebih cepat dari pada gerakan kepala. Kebiasaan membaca dengan menggerakkan kepala dapat dihilangkan dengan cara, meletakkan telunjuk jari ke pipi, dan
203
menyandarkan siku tangan ke meja selama membaca. Apabila tangan terasa terdesak oleh gerakan kepala, maka pembaca harus sadar dan menghentikan gerakan itu. d. Teknik menghilangkan kebiasaan membaca dengan menunjuk menggunakan jari atau alat lain cara membaca dengan menunjuk menggunakan jari atau benda lain sangat menghambat kecepatan membaca sebab gerakan tangan lebih lambat dari pada gerakan mata. Kebiasaan itu dapat dihilangkan dengan cara kedua tangan memegang buku yang di baca atau memasukkan tangan ke saku selama membaca. e. Teknik menghilangkan regresi. Regresi ialah gerakan mata kembali kepada bagian kalimat yang telah di baca. Gerakan kembali itu terjadi karena pembaca kehilangan hubungan pengertian antara kata yang baru saja di baca dengan kata-kata sebelumnya. Kebiasaan itu dapat dihilangkan dengan cara menangkap ide bukan mengingat-ingat kata yang di baca. Ketika membaca, pembaca jangan berusaha mengerti setiap kata atau kalimat, tetapi makna yang tekandung dalam kalimat tersebut. f. Teknik menghilangkan subvokalisasi Subvokalisasi atau melafalkan dalam hati, sangat menghambat kecepatan membaca karena pembaca lebih terfokus pada pelafalan kata dari pada memahami ide dalam kata-kata itu. Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut dapat dilakukan dengan cara waktu membaca berusaha untuk menangkap ide, bukan mengingat-ingat kata-kata yang dibaca.
204
4. Strategi membaca cepat ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca di SD. Hal ini terlihat dari respon siswa yang positif, terlaksananya proses pembelajaran yang baik dan lancar serta adanya peningkatan kemampuan membaca siswa. Ditinjau dari segi kurikulum sekolah, membaca cepat sudah mulai diajarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD. Dalam kurikulum 2006 tertulis membaca intensif, membaca sekilas, dan membaca ekstensif, semuanya dapat masuk ke dalam jenis membaca cepat.
B. Saran 1. Strategi membaca cepat yang diujikan ini diterapkan di tingkat SD dengan tujuan untuk membantu siswa meningkatkan kecepatan membacanya dan kemampuan memahami wacana. Hasil uji statistik (uji-t) menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai tes awal dengan rata-rata nilai tes akhir setelah diberi perlakuan. Atau dapat dikatakan
strategi membaca cepat dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa. Ditinjau dari segi kurikulum sekolah, membaca cepat merupakan salah satu materi yang tercakup dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang dapat diajarkan pada semua peringkat sekolah. Dengan demikian strategi membaca cepat ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca cepat di SD. Oleh karena itu, para guru di sekolah hendaknya membekali diri dengan berbagai teknik dan strategi membaca yang tepat dan sesuai dengan latar belakang siswa
205
dan tuntutan kurikulum supaya dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membacanya seoptimal mungkin. 2. Dalam pelatihan membaca cepat, terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat kecepatan membaca. Kendala itu adalah kebiasaan buruk dalam membaca yang selama ini biasa para siswa lakukan dalam membaca. Antara lain, vokalisasi atau membaca dengan mengeluarkan suara, membaca dengan gerakan bibir, menunjuk bacaan yang dibaca dengan jari, dan melakukan gerakan kepala. Ada kalanya mengulang apa yang dibaca karena tadi hanya membaca sepintas. Selain itu siswa melakukan subvokalisasi atau melafalkan di dalam batin. Untuk mengatasi kendala yang mucul pada saat membaca cepat dan untuk menumbuhkan
keterampilan
membaca
siswa,
hendaknya
guru
banyak
memberikan latihan membaca cepat. Pelatihan yang paling tepat, adalah dengan cara menyuruh siswa melakukan aktivitas baca khususnya membaca cepat. Peneliti sangat menyadari keterbatasan sebagai seorang manusia, oleh sebab itu masih banyak hal yang belum terungkap dari kegiatan membaca dan pengajarannya sehingga hasil penelitian ini mungkin kurang memuaskan pihak-pihak tertentu. Untuk itu, seyogyanya penelitian dalam bidang membaca dan pengajarannya terus dilakukan dan perlu diadakan penelitian yang lebih luas lagi. Dengan terselesainya analisis, pembahasan hasil penelitian, simpulan dan saran maka selesai pula penulisan laporan hasil penelitian dalam bentuk Tesis ini. Peneliti berharap apa yang dipaparkan dalam laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia pendidikan
206