BAB V PENUTUP
Pada bagian penutup ini penulis akan menguraikan dua poin berdasarkan keseluruhan data hasil penelitian dan analisa dengan menggunakan teori yang dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan, (2) Saran. 5.1
Kesimpulan
a.
Konflik internal jemaat GMIST Sawang yang mengakibatkan keluaran konflik yang puncaknya pada perpecahan gereja dan disintegrasi masyarakat Kampung Sawang, memiliki faktor-faktor penyebab. Salah satunya yang paling umum dan menjadi alasan utama dari mereka yang berpindah adalah karena mereka merasa kasihan dengan pendeta X dan ingin membantu beliau bertahan di jemaat GMIST Sawang dengan menentang surat keputusan BPS GMIST. Alasan lain yang tersirat dalam fakta tersebut karena adanya kepentingan dari oknum-oknum yang menginginkan tetap memiliki kedudukan sebagai majelis jemaat, oknumoknum yang tak ingin keuangan diatur oleh pendeta X dan maunya pendeta X harus tetap pada kebiasaan pendeta-pendeta sebelum dirinya, pihak resort dan BPS GMIST terlalu cepat mendengar satu pihak tanpa melihat lebih dalam masalahnya sebab keinginan untuk memindahkan pendeta X juga muncul dari pihak luar yaitu mereka yang dulunya melayani di jemaat GMIST Sawang yang merasa tersudutkan melihat pelayanan dari pendeta X. Dengan alasan tersebut BPS menggunakan kekuasaan untuk menghendaki agar keputusan tersebut harus
dituruti tanpa memperhatikan dampak dari sikap otoriter yang mereka lakukan tersebut. b. Alasan dari pihak yang berpindah gereja terkait dengan keuangan jemaat yaitu pemungutan uang persembahan sangatlah tidak masuk diakal sebab, yang mencetuskan adanya pemberian rutin persembahan persepuluhan adalah pendeta X. Lalu mengapa mereka ingin mempertahannya?. Seharusnya jika pendeta X keluar dari jemaat GMIST Sawang hal tersebut menyenangkan mereka sebab dengan demikian pemungutan persepuluhan tidak lagi diharuskan tapi menurut kerelaan dari masing-masing anggota jemaat. Seperti yang terjadi sekarang ini pada masa pelayanan pendeta L. Tapi jelas terlihat oleh penulis bahwa hal itu sebenarnya hanyalah alasan untuk memperkuat keberadaan mereka di KGPM dan ingin menunjukan bahwa mereka tidak pernah salah ataupun merasa bersalah telah keluar dari GMIST. c.
Oknum-oknum yang sangat mendukung dipindahkannya pendeta X dengan melaporkannya ke pihak Resort juga memiliki kepentingan sendiri sebab merasa tidak dihargai oleh pendeta X sebagai yang juga merupakan majelis jemaat dengan tugas yang telah dipercayakan kepada mereka. Yang juga karena keuangan jemaat dan bahkan pengadaan bahan-bahan makanan dan bangunan semua di atur oleh pendeta X.
d.
Faktor pendidikan sangat berpengaruh sebab terbukti bahwa sebagian besar anggota jemaat GMIST yang berpindah ke KGPM adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang sangat minim yaitu tingkat TK-SMP sehingga mudah terhasut.
e.
Komunikasi sangat penting ketika dalam situasi konflik, tapi sangat disayangkan tidak ada usaha dari pihak yang Pro maupun kontra untuk membangun komunikasi yang baik agar dapat disalurkan aspirasi yang ada. Sehingga konflik tetap berlangsung dan membuahkan perpecahan gereja dan disintegrasi masyarakat kampung Sawang.
f.
Pihak Resort dan BPS GMIST terlambat untuk berusaha menyelesaikan masalah yang ada, atau tak mengambil tindakkan. Alasannya karena keputusan yang mereka ambil untuk memutasi pendeta X telah sangat benar sebelum masalah yang lebih besar terjadi mengingat sikap dari pendeta X yang suka mendominasi dalam urusan keuangan dan tak mendengar lagi perintah pihak resort.
g.
Majelis jemaat turut serta dalam konflik tersebut sebab oknum-oknum yang berperan penting dalam konflik baik yang pro dan kontra adalah majelis jemaat sendiri sedangkan anggota jemaat secara umum hanya mengikuti saja.
h.
Pihak pemerintah juga tidak bertindak netral pada masa puncak konflik tapi yang juga turut serta dalam konflik baik pro maupun kontra. Sekarang saja mereka baru memiliki program pertukaran anggota jemaat GMIST dan KGPM dalam kehadiran di ibadah gereja. Tapi disintegrasi dalam masyarakat tidak diusahakan untuk diselesaikan hanya dibiarkan saja.
5.2
Saran
a.
Gereja yang harusnya menjadi pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat, tapi yang kemudian akibat konflik menjadi penyebab disintegrasi dalam masyarakat kampung Sawang, harus mengambil tindakkan untuk berusaha menghilangkan disintegrasi tersebut sebab sekat yang terasa akibat konflik tetap bertahan ketika
tidak ada tindakan untuk saling membangun komunikasi yang baik. Memang kekecewaan yang besar dirasakan oleh pihak GMIST tapi yang juga harus diperhatikan adalah persatuan dan kesatuan sebagai masyarakat. Demikian juga dari pihak KGPM mengingat keinginan mereka untuk keluar dari GMIST telah terlaksana,
maka
mempertahankan
sebaiknya hubungan
alasan sebagai
untuk
meredam
masyarakat.
konflik
Memang
dengan
tidak
ada
persinggungan fisik antara dua gereja namun rasa damai di kampung sawang adalah damai yang gersang yang suatu saat jika ada masalah kecil akan menyalah lagi api konflik antara keduanya. Maka, peran majelis jemaat sangat dibutuhkan. Dengan menasehati anggota jemaat masing-masing untuk bertindak sebagai yang telah salah atas perpecahan yang terjadi dan karenanya ingin menyelesaikan dengan jalan berdamai. Dengan mengadakan penggembalaan bagi warja jemaat dirasa sebagai solusi yang tepat untuk dapat mengubah pola pikir yang panas dengan konflik. b.
Pemerintah harus bersikap netral dan tidak berat sebelah serta bertindak sebagai mediator yang mencoba memediasi konflik yang masih terasa dalam kehidupan bermasyarakat di kampung sawang. Langka membangun suatu program pertukaran anggota jemaat untuk datang beribadah adalah langkah awal yang baik. Budaya mapalus juga dapat dikembangkan sebagai suatu program yang harus dikerjakan lagi oleh pemerintah agar dengan selalu berjumpa dalam pekerjaan mapalus komunikasi dapat tercipta dan mengikis disintegrasi yang ada.
c.
Demikian dengan pihak pimpinan GMIST dan KGPM harusnya turun tangan melihat fakta konflik yang masih berlangsung ini. GMIST pecah dengan adanya
kehadiran KGPM sebagai pihak ketiga sehingga konflik yang tadinya bersifat internal berubah menjadi konflik eksternal. Tak ada yang memang benar dalam hal ini ataupun yang harus lebih disalahkan mengingat hasil penelitian penulis bahwa konflik internal GMIST memang telah terbungkus kepentingan dari beberapa orang baik dari pihak yang pro maupun yang kontra. Yang lebih menjadi besar ketika anggota yang tidak tahu menahu tentang kepentingan itu terhasut oleh mereka. Maka tindakan yang harus dilakukan oleh kedua pimpinan gereja ini adalah mengambil tindakkan tegas untuk mengakhiri konflik ini. Membangun kembali sebuah relasi yang telah lama terputus. Sebab sekeras apapun anggota jemaat, pastilah akan mendengarkan saran dari para pimpinan asalkan itu menyangkut hal yang positif. Mungkin dengan membangun kembali budaya, masamper bahkan tulude dalam suasana sebagai masyarakat yang berada dalam dua payung gereja yaitu GMIST dan KGPM.