BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas dan khawatir dari dalam individu ketika berkomunikasi. Komunikasi yang efektif dapat dicapai apabila etnis Arab dan etnis Sunda memiliki kompetensi komunikasi berupa motivasi berkomunikasi, pengetahuan tentang lawan bicaranya, dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Salah satu faktor adalah motivasi berkomunikasi. Faktor ini memegang peranan yang penting sebagai awal untuk menjalin komunikasi yang baik dengan lawan bicara. Etnis Arab atau etnis Sunda termotivasi untuk dapat meramalkan tingkah laku lawan bicara, menghindari kecemasan, mempertahankan identitas diri, dan kecenderungan untuk mendekat dengan lawan bicara. Efektivitas komunikasi dapat diidentifikasi dari hal yang paling sederhana. Apabila dua orang
yang sedang berkomunikasi tidak menunjukkan perilaku
canggung dan tersinggung, maka dapat dikatakan proses komunikasi yang dilakukan kedua orang tersebut sudah efektif. Sikap canggung muncul dalam perilaku malu, tidak berani, atau ragu-ragu untuk menyapa, memulai pembicaraan, atau bertukar pendapat dengan lawan bicara. Sikap tersinggung dapat dilihat dari reaksi terhadap perkataan lawan bicara yang ditunjukkan melalui perilaku membuang muka, berkata kasar, atau pergi meninggalkan lawan bicara. Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel yang akan diuji hubungan kausalnya. Deskripsi variabel faktor motivasi dan perilaku tersinggung serta canggung bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perilaku pasangan teman di lokasi penelitian. Setelah setiap variabel yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antara faktor motivasi dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam mengenai hubungan antara faktor motivasi dengan perilaku tersinggung dan canggung ketika berkomunikasi.
31
5.1 Hubungan Motivasi berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Secara umum motivasi berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Arab dan orang Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar
56,7 persen (Tabel 6). Angka ini
menunjukkan bahwa ketika berkomunikasi, baik individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki motivasi yang tinggi. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu meramalkan tingkah laku lawan bicaranya, mampu menghindari kecemasan, mempertahankan identitas diri, dan memiliki kecenderungan untuk mendekat dengan lawan bicaranya. Tabel 6. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi Tingkat Motivasi Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah 4 Sedang 9 Tinggi 17 Total 30
13,3 30,0 56,7 100,0
Tabel 7 menunjukkan persentase perilaku tersinggung dari pasangan teman etnis Arab dan etnis Sunda. Sebesar 66,7 persen pasangan teman memiliki perilaku tersinggung yang rendah. Dua individu yang sedang berinteraksi secara umum mampu menghindari topik yang bisa menimbulkan perasaan tersinggung dan mampu menjaga perasaan lawan bicaranya agar tidak tersinggung terhadap isi pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan seperti membahas ciri fisik orang Arab atau Sunda. Tabel 7. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%) Tersinggung Tinggi 7 23,3 Sedang 3 10,0 Rendah 20 66,7 Total 30 100,0
Hipotesis
awal
menyatakan
bahwa
semakin
tinggi
motivasi
berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.),
32
jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 8. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Perilaku Tersinggung Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat Motivasi (%) Rendah 0,0 0,0 100,0 100,0
Sedang 33,3 33,3 33,3 100,0
Tinggi 100,0 0,0 0,0 100,0
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi rendah, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang tinggi. Sebesar 33,3 persen pasangan yang memiliki tingkat motivasi sedang, juga memiliki tingkat perilaku tersinggung yang sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi tinggi, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku tersinggung ketika berkomunikasi. Motivasi yang tinggi mendorong dua orang yang sedang berkomunikasi dapat menjaga perkataannya dan menjaga perasaan lawan bicaranya sehingga terhindar dari perasaan tersinggung akibat topik yang dibahas seperti mengutarakan ciri fisik orang Arab atau Sunda. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara motivasi untuk beriteraksi dengan perilaku tersinggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan hubungan yang signifikan, yang menunjukkan semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Sunda. Hubungan yang signifikan dapat terjadi karena setiap individu baik yang berasal dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu memotivasi dirinya ketika melakukan komunikasi. Motivasi pertama yang digunakan dengan baik adalah
33
motivasi untuk meramalkan tingkah laku orang lain. Sebesar 80 persen orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu meramalkan tingkah laku lawan bicaranya ketika dia sedang senang, sedih, ataupun marah melalui wajah maupun perilakunya. Hal ini tentunya dapat menghindarkan kedua individu merasa tersinggung ketika berinteraksi. Perasaan tersinggung bisa muncul ketika salah satu individu tidak memahami ekspresi wajah lawan bicaranya. Orang Arab yang sedang memiliki permasalahan menunjukkan ekspresi wajah yang muram kepada temannya dari etnis Sunda. Tanpa disadarinya, orang tersebut meluapkan kemarahan kepada lawan bicaranya. Jika orang Sunda tersebut mampu memahami bahwa temannya sedang mempunyai masalah dan ingin meluapkan kekesalannya dengan bercerita, maka orang Sunda tersebut tidak akan merasa tersinggung dengan perkataan dan tingkah lakunya saat itu. Motivasi yang tinggi juga ditunjukkan dengan kemampuan kedua individu yang berinteraksi untuk menghindari kecemasan dalam dirinya. Sebesar 96,7 persen orang Arab dan Sunda termotivasi untuk menghindari kecemasan saat berinteraksi. Kemampuan menghindari kecemasan menjadi penting untuk menghindarkan seseorang dari etnis Arab maupun Sunda merasa tersinggung. Seseorang akan merasa nyaman ketika berkomunikasi dan diakui keberadaannya jika lawan bicaranya menunjukkan sikap ramah tanpa perasaan tegang, khawatir, ataupun takut. Perasaan cemas dapat muncul ketika salah satu komunikator atau komunikan merasa rendah diri dari lawan bicaranya. Perasaan rendah diri dapat muncul karena perbedaan status sosial, pendidikan, dan pengetahuan. Motivasi yang tinggi untuk menghindari kecemasan dapat dilakukan oleh orang Arab dan Sunda karena kedua etnis beranggapan tidak ada yang perlu dikhawatirkan antara dirinya dengan orang lain. Interaksi antara dua orang yang
berbeda etnis
merupakan hal yang biasa dilakukan. Dua orang yang berinteraksi pun merupakan tetangga yang sudah mengenal kondisi lingkungannya, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan atau ditakutkan kecuali terhadap orang asing yang bukan warga Empang. Dorongan lain yang menghindarkan keduanya dari perasaan tersinggung adalah motivasi untuk mempertahankan identitas diri ketika berkomunikasi. Identitas diri yang dipertahankan meliputi gaya bicara dan nada bicara. Motivasi
34
ini lebih rendah dibanding kategori lain, hanya 26,7 persen orang Arab dan Sunda yang masih mempertahankan identitas dirinya ketika berkomunikasi. Hal ini dapat terjadi karena identitas diri yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda sudah saling beradaptasi akibat proses sosialisasi. Pada masa awal kedatangan orang Arab ke wilayah Empang, Orang Sunda memiliki gaya bicara yang tidak terlalu ekspresif seperti orang Arab yang banyak menggunakan gerakan tubuh untuk menunjukkan maksud ucapannya. Orang Arab juga terbiasa untuk berbicara dengan nada yang keras, sedangkan orang Sunda lebih tenang dan nada suaranya tidak tinggi. Walaupun secara fisik etnis Arab berbeda dengan etnis Sunda dan etnis Arab Empang memiliki keturunan orang Yaman, namun etnis Arab di wilayah ini sudah menyebut dirinya sebagai orang Sunda. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa mereka lahir dan dibesarkan di Empang, bukan di Yaman. Budaya orang Sunda mereka kenal dan pahami sehingga motivasi untuk mempertahankan identitas sebagai orang Arab tidak lagi mencolok. Orang Sunda juga sudah menganggap keberadaan orang Arab bukan sebagai ancaman bagi keutuhan dan kelangsungan identitas etnis Sunda. Etnis Arab dan Sunda secara umum memiliki kecenderungan untuk mendekat ketika berkomunikasi. Sebesar 70 persen orang yang berinteraksi mampu menghilangkan perasaan jelek atau buruk terhadap lawan bicaranya dan yakin bahwa setiap perkataannya mampu dipahami oleh lawan bicaranya. Perasaan jelek atau buruk terhadap lawan bicara dapat menimbulkan perasaan tersinggung. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang ketika berkomunikasi yang akhirnya menyebabkan orang tersebut tersinggung. Komunikasi yang terjalin dapat berjalan efektif karena satu sama lain dapat memahami apa yang disampaikan lawan bicaranya. Cara orang Arab maupun orang Sunda dalam menyampaikan informasi mudah untuk dipahami satu sama lain karena bahasa dan gaya bicara yang digunakan tidak jauh berbeda. Orang Arab sudah terbiasa berinteraksi menggunakan bahasa Sunda dan nada bicara mereka tidak tinggi. Hal inilah yang menghindarkan keduanya dari perasaan tersinggung satu sama lain.
35
5.2 Hubungan Motivasi Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi berkomunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab dan etnis Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 56,7 persen. Tabel 9 menunjukkan persentase perilaku canggung dari pasangan teman etnis Arab dan etnis Sunda. Sebesar 56,7 persen pasangan teman memiliki perilaku canggung yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rasa canggung antara individu dari etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi dapat diatasi dengan baik. Dua individu yang sedang berinteraksi dapat menghilangkan perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu-ragu untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Mereka sudah terbiasa untuk saling menyapa, inisiatif untuk memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Tabel 9. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%) Canggung Tinggi 5 16,7 Sedang 8 26,7 Rendah 17 56,7 Total 30 100,0 Hipotesis
awal
menyatakan
bahwa
semakin
tinggi
motivasi
berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 10. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Perilaku Canggung Rendah Sedang Tinggi Total (%)
Tingkat Motivasi (%) Rendah 0,0 0,0 100,0 100,0
Sedang 0,0 88,9 11,1 100,0
Tinggi 100,0 0,0 0,0 100,0
36
Tabel 10 menunjukkan sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat motivasi rendah, memiliki tingkat perilaku canggung yang tinggi. Sebesar 88,9 persen pasangan memiliki tingkat motivasi dan tingkat perilaku tidak canggung yang sedang, sedangkan untuk tingkat motivasi yang tinggi, sebesar 100 persen memiliki tingkat perilaku canggung yang rendah. Angka-angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku canggung yang ditunjukkan. Motivasi yang tinggi mendorong dua orang yang sedang berkomunikasi dapat mengurangi dan menghilangkan perasaan canggung. Mereka dapat dengan leluasa menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Perasaan ragu-ragu, tidak berani, maupun malu dapat dikendalikan dengan baik oleh keduanya. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan hubungan yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi. Hubungan yang signifikan antara motivasi berkomunikasi dengan perilaku canggung menunjukkan bahwa etnis Arab dan etnis Sunda mampu mengendalikan dan menghilangkan perasaan canggung ketika berkomunikasi. Motivasi yang baik berperan penting dalam mengendalikan perilaku canggung, salah satunya adalah motivasi untuk meramalkan tingkah laku orang lain. Jika salah satu individu dari etnis Arab atau Sunda dapat memahami lawan bicaranya sedang senang, maka dia tidak akan canggung untuk menyapa maupun bertukar pendapat mengenai topik yang dibicarakan. Sama halnya ketika lawan bicaranya sedang sedih, dia akan menyesuaikan topik pembicaraan ke arah yang lebih pribadi dengan menanyakan perihal permasalahannya. Jika orang tersebut merasa perlu untuk menceritakan permasalahannya, maka lawan bicaranya tidak akan canggung untuk mendengarkan dan memberikan masukan.
37
Motivasi untuk menghindari kecemasan memegang peranan penting agar dua individu yang sedang berkomunikasi tidak merasa canggung. Sebesar 96,7 persen individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda mampu mengendalikan perasaan tegang, khawatir, dan takut ketika berkomunikasi. Perilaku canggung antar kedua etnis juga dapat diatasi dengan baik. Apabila seseorang sudah dipenuhi rasa takut, maka dapat dipastikan untuk menyapa saja akan terasa sulit. Tentunya hal ini dapat menghambat proses komunikasi menjadi tidak efektif. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda dapat dengan leluasa bertukar pendapat dengan lawan bicaranya tanpa ada perasaan tegang, khawatir ucapannya tidak dimengerti, atau merasa takut jika salah dalam mengucapkan kata-kata. Orang Arab dan Sunda mampu menghindari rasa cemas karena mereka merasa aman ketika berinteraksi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika berinteraksi dengan orang yang merupakan tetangga sendiri. Perilaku inilah yang membuat sebagian besar individu dari etnis Arab dan etnis Sunda dapat hidup rukun sebagai tetangga dan menjadi teman akrab. Identitas diri yang ditunjukkan ketika berinteraksi dapat membuat perasaan canggung dapat diatasi atau mungkin kebalikannya. Terlalu banyak menunjukkan identitas diri seperti gaya bicara dan nada bicara etnisnya, dapat membuat lawan bicara merasa canggung untuk berkomunikasi. Sebesar 73,3 persen orang Arab dan Sunda sudah tidak menunjukkan identitasnya ketika berinteraksi. Individu dari etnis Arab tidak lagi menunjukkan ciri etnisnya dengan berbicara tegas dan nadanya sedikit keras dan orang Sunda tetap pada kebiasaannya berbicara dengan nada yang halus. Perasaan identitas yang sama sebagai orang Sunda dimiliki oleh orang Arab karena mereka lahir dan dibesarkan di wilayah Empang, bukan di negara leluhurnya, Yaman. Walaupun tidak sepenuhnya, budaya Sunda telah menjadi keseharian bagi orang Arab di wilayah ini. Mayoritas Orang Arab sudah terbiasa berbicara dengan bahasa Sunda dan nada bicara mereka sudah seperti orang Sunda. Walaupun masih ada orang Arab yang masih berbicara dengan nada yang keras dan tegas, hal inilah yang membuat rasa canggung di antara mereka dapat diatasi dengan baik. Individu dari etnis Arab dan Sunda memiliki kecenderungan untuk mendekat kepada lawan bicaranya. Sebesar 70 persen individu dari etnis Arab
38
dan Sunda mampu menghilangkan perasaan buruk ketika berinteraksi. Perasaan yang buruk atau jelek hanya akan menghambat proses komunikasi dan membuat rasa canggung semakin besar. Perasaan buruk yang biasanya muncul adalah prasangka bahwa salah satu etnis tidak bisa menjalankan kehidupan bertetangga yang baik. Bila etnis Arab atau Sunda jarang untuk bertegur sapa dan berpartipasi dalam kegiatan ketetanggaan seperti kerja bakti, maka prasangka tersebut akan muncul. Kecenderungan untuk mendekat ini, membuat hubungan bertetangga antara etnis Arab dan etnis Sunda berjalan dengan baik. Keributan atau konflik antar etnis belum pernah terjadi. Etnis Arab dan etnis Sunda dapat menjalankan kesehariannya dengan leluasa tanpa ada perasaan takut atau terancam. Keributan hingga terjadi kontak fisik memang belum pernah terjadi, namun kehidupan bertetangga antara etnis Arab dan etnis Sunda terkesan terpisah. Etnis Arab lebih senang berteman dengan sesama etnisnya begitu pula dengan etnis Sunda, hingga dikenal istilah “hidup masing-masing”. Kegiatan seperti kerja bakti pun jarang dilakukan di wilayah ini, karena dapat dipastikan yang ikut serta sedikit jumlahnya. Kondisi dimana jarangnya etnis Arab untuk berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dikarenakan beberapa hal. Banyak orang Arab yang bekerja sepanjang hari dan baru pulang ke rumah pada malam hari. Kondisi ini membuat hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu digunakan untuk beristirahat di rumah atau rekreasi, sehingga kerja bakti yang diadakan pada hari yang sama dipilih untuk
mereka hindari. Kondisi ini juga membuat orang Arab jarang
bertemu dengan tetangganya yang orang Sunda, sehingga kesempatan untuk bertegur sapa maupun berdiskusi sangat kecil. Orang Sunda sebagian besar sudah memahami kondisi ini sehingga kerukunan hidup bertetangga dapat terjaga. Istilah “hidup masing-masing” masih berlaku, namun kedua etnis secara umum mampu menghindari situasi tidak kondusif yang mengarah pada rusaknya kehidupan bertetangga atau situasi yang lebih serius seperti keributan yang diikuti kontak fisik.