BAB V BENTUK UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN
Mengacu pada kurikulum tahun 2006 (KTSP), pemberlakuan UndangUndang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22, Tahun 2006 tentang standar isi khususnya bagi SMALB, menetapkan bahwa standar isi SMALB memusatkan perhatian pada bidang studi akademik 40% dan keterampilan vokasional 60%. Berdasarkan hal tersebut bisa dilihat bahwa keterampilan vokasional lebih diutamakan daripada kemampuan akademik. Selanjutnya untuk mewujudkan kebijakan tersebut di SLB.B N Tabanan diadakan program pemberdayaan keterampilan vokasional bagi anak tunarungu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:242) dinyatakan bahwa kata pemberdayaaan memiliki arti cara atau proses, perbuatan memberdayakan. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan adalah upaya terusmenerus dengan berbagai terobosan sampai tercipta masyarakat yang berdaya, yakni memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal.
74
75
Teori pemberdayaan yang dikemukan oleh Ife dan Tesoriero (2008:510/ dalam http// pemberdayaan wordpress com) mengatakan bahwa pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosakata, pengetahuan, dan keterampilan guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bapak I Made Warsawan, Kepala SLB.B N Tabanan, mengenai pelaksanaan pemberdayaan di sekolah yang dipimpin. Berikut penuturan beliau. “…sekolah ini merupakan tempat belajar dalam memperoleh pengetahuan akademik dan pendidikan keterampilan vokasional (pembuatan batako, meronce, komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis) yang dilakukan secara terus-menerus, yaitu pada jam sekolah dan ekstra kurikuler dan berkesinambungan dalam setiap jenjang SMPLB, SMALB dan tingkatan (dasar, terampil, dan mahir) dengan tujuan agar anak tunarungu menjadi lebih berdaya…” (wawancara 7 Mei 2013). Berdasarkan teori di atas, program pemberdayaan yang dilaksanakan pada sekolah luar biasa memberikan kesempatan bagi anak tunarungu untuk lebih berdaya dengan membangun daya itu, mendorong, memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya. Di samping itu berupaya untuk mengembangkannya dan mewujudkan kemandirian siswa dengan memberikan berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar mampu beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif dan mandiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan
76
memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri (Suharto, 2004). Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep itu, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut. (Sumodiningrat, Gunawan, 2002). Pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai dengan kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan, bahkan dilaksanakan oleh anak tunarungu yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan anak tunarungu yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali
kemampuan
serta
kebutuhan
mereka.
Selain
itu,
sekaligus
meningkatkan kemampuan anak tunarungu dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri anak tunarungu sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Selain itu, lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut. 1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
77
2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat. 3) Melestarikan kebudayaan. 4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi. Teori tersebut sangat sesuai dengan realita yang ada pada SLB.B N Tabanan, yaitu melestarikan budaya, mengembangkan bakat melalui pelatihan keterampilan dengan tujuan mempersiapkan anak tunarungu dapat mencari nafkah melalui keterampilan yang diperoleh dan dapat bersosialisi di masyarakat.
5.1 Pelatihan Keterampilan Pemberdayaan keterampilan vokasional di SLB.B N Tabanan adalah diadakannya pelatihan keterampilan yang berupa pembuatan batako, meronce, komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis masing masing dapat diuraikan sebagai berikut. 5.1.1 Pembuatan batako Keterampilan pembuatan batako dilaksanakan pada Rabu, Jumat dan Sabtu diikuti oleh Sembilan anak, terdiri atas lima siswa tingkat SMPLB dan empat orang siswa tingkat SMALB yang dibimbing oleh satu orang guru yang menjelaskan penyediaan bahan sampai dengan cara pembuatannya. Hal ini bisa dikatakan menggabungkan antara teori dan praktik (lihat Gambar 5.1)
78
Gambar 5.1 Proses Pembuatan Batako (Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas tampak antusias anak-anak sedang bekerja membuat batako, ada yang mencetak batako dan ada yang hanya duduk-duduk setelah membuat campuran bahan pembuatan batako, dua di antara mereka tidak mencetak karena alat untuk mencetak baru ada dua buah. Jadi, dalam hal mencetak dilakasnakan secara bergiliran. Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi pasir kasar (berkerikil), semen, dan air dengan perbandingan pasir 9 : 1 dan air secukupnya. Batako digunakan untuk konstruksi-konstruksi dinding bangunan. Pengertian batako atau batu cetak traskapur. Menurut PUBI ( Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia-1982 ) batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam suasana lembap, campuran traskapur dan air dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
79
Supribadi (1986: 5) mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir, dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa batako adalah salah satu bahan bangunan yang proses pembuatannya tanpa dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa pasir berkerikil, semen, dan air melalui proses pemadatan sehinggga membentuk balok-balok dengan ukuran tertentu serta ditempatkan di tempat yang lembap ( tidak terkena sinar matahari langsung dan tidak terkena air hujan). Hal ini sesuai dengan yang telah dilakukan pada SLB.B N Tabanan mengenai pembuatan batako. Kriteria bahan pembuatan batako yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Semen Semen adalah bahan yang bersifat adesif dan kohesif sebagai bahan pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Semen yang digunakan dalam pembuatan batako harus dalam keadaan baik dalam arti tidak menggumpal agar berfungsi secara efektif. 2. Pasir Pasir yang digunakan dalam pembuatan batako harus berstruktur kasar, tajam, dan keras. Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu, pasir juga berpengaruh terhadap sifat tahan susut dan kekerasan pada batako atau bahan bangunan campuran semen lainnya.
80
3. Air Air yang dimaksud di sini adalah air yang digunakan sebagai bahan campuran bahan bangunan, yaitu harus berupa air bersih dan tidak mengandung bahan-bahan yang menurunkan kualitas batako. Air tidak boleh mengandung minyak dan garam karena akan merusak beton. Air yang baik adalah air bersih yang memenuhi syarat air minum. Ada dua jenis dalam pembuatan batako, yaitu batako yang berlubang (hollow block) dan batako tidak berlubang (solid block). Batako yang dibuat oleh siswa SLB.B N Tabanan berjenis batako tidak berlubang (solid block). Cara pembuatan batako adalah pasir dan semen dicampur menjadi satu sambil diaduk kemudian ditambahin air sedikit demi sedikit. Setelah itu bahan dimasukkan ke cetakan sambil ditekan-tekan (dipadatkan) kemudian diletakkan di tanah dengan posisi bagian atas/yang terbuka ada di bawah selanjutnya cetakan diangkat ke atas secara perlahan-lahan. Setelah itu tunggu sampai setengah kering kurang lebih tiga minggu baru bisa dipindahkan dan ditata bersusun. Berikut ungkapan yang dikemukakan oleh Bapak Herman selaku guru dalam pembuatan batako. “…batako yang bagus adalah yang mempunyai permukaan rata, tegak lurus, dan mempunyai kuat tekan yang tinggi. Ukuran kuat tekan batako diperoleh dari percobaan dari campuran bahan pembuatan batako. Batako bisa digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan setelah satu bulan dicetak, biasanya dalam satu jam pelajaran masing-masing anak tunarungu bisa membuat lima balok batako …”(wawancara 8 Mei 2013). Apabila mengacu pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu dihasilkan oleh mesin tekan (Dinas Pekerjaan Umum, 1989: 4). Hal ini
81
bertolak belakang dengan ungkapan di atas karena batako yang dibuat di SLB.B N Tabanan tidak diuji melalui mesin tekan, tetapi diuji dengan cara dibanting. Hal ini dilakukan karena keterbatasan prasarana yang ada yaitu tidak memiliki mesin tekan. Hasil pembuatan batako siswa SLB.B N Tabanan menurut Bpk Herman sudah bagus dan bisa dipasarkan. Berikut data hasil penjualan batako pada SLB.B N Tabanan. Tabel 5.1 Hasil Penjualan Batako Tahun 2013 pada SLB.B N Tabanan No Penjualan Jumlah ( Rp ) 1. Koperasi Mulia Sejahtera Tabanan 1.500.000 2. Bpk. Warsawan 1.500.000 (Sumber : data sekolah 2013)
Bulan Februari Mei
Hasil dari penjualan batako tersebut diambil Rp 200,00 per batako sebagai ongkos pengerjaannya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada anak yang bekerja sebagai pembuat batako. Berikut ini ungkapannya. “…saya sebagai koordinator dari teman-teman untuk ongkos hasil pembuatan batako dikumpulkan dan ditabung pada koperasi Mulia Sejahtera. Uang tersebut diambil untuk bekal hari raya Galungan yang akan datang. Saya dan teman-teman diberi upah Rp 200,00 per batako…” (wawancara 8 Mei 2013) Berdasarkan ungkapan di atas diketahui bahwa ongkos pembuatan batako tidak begitu banyak, yaitu hanya Rp 200,00 per batako. Namun, anak-anak tetap antusias untuk mengerjakannya. Pemberian ongkos tersebut dapat memberikan kontribusi yang positif agar lebih giat dalam bekerja sehingga terampil dan kesejahteraan dapat tercapai. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk
82
meningkatkan kesejahteraan anak tunarungu dengan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki. Salah satu di antaranya adalah pembuatan batako. Suharto (2005:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti tidak saja bebas mengemukakan pendapat, tetapi juga bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas
dari
kesakitan;
(b)
menjangkau
sumber-sumber
produktif
yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memeroleh barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka. Berdasarkan teori dan ungkapan di atas, anak tunarungu memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, salah satu di antaranya adalah bebas dari kebodohan melalui pengetahuan dan keterampilan yang di perolehnya di sekolah. Selain itu dapat menjangkau sumber-sumber produktif , yaitu membuat batako sehingga mereka memeroleh pendapatan. 5.1.2 Meronce Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jumat pukul 11.00 Wita dengan satu orang guru pengajar dengan materi yang telah dipelajari dan dipraktekkan adalah pembuatan tas dan gantungan kunci (dapat dilihat pada Gambar 5.2)
83
Gambar 5.2 Anak-anak sedang meronce (Dokumen: Sri Minarti, 2013) Pada gambar di atas dapat dilihat anak-anak sedang mengikuti kegiatan meronce bersama seorang instruktur. Saat itu anak-anak sedang diajari membuat gantungan kunci berbentuk binatang dan guci. Anak-anak yang sudah terampil bisa membuat satu gantungan kunci dalam waktu 1 X jam pelajaran, sedangkan untuk pembuatan tas tergantung dari besar kecilnya tas yang dibuat. Selain memiliki nilai seni, meronce juga bisa digunakan untuk melatih kemampuan motorik halus dan kasar anak tunarungu, juga sekaligus memperkenalkan warnawarna. Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otototot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Sujiono (2007:13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan, otot kaki, dan seluruh tubuh anak, yang dimaksud dengan motorik kasar dalam penelitian ini adalah aktivitas anak dalam hal koordinasi antara mata, dan otot
84
tangan untuk meronce serta menggunting senar. Meronce manik-manik aneka bentuk dan warna tas yang cantik dapat bermanfaat untuk melatih rasa seni, ketelitian, konsentrasi, dan koordinasi tangan anak-anak.. Perkembangan motorik kasar anak lebih dulu daripada motorik halus, misalnya ketika anak sedang meronce dan menggunting berarti sedang melatih motoriknya untuk berkembang. Bahan yang diperlukan untuk meronce adalah mote, senar, dan gunting. Saat ini ada dua anak yang mahir dalam pembuatan gantungan kunci. Berikut penuturan guru meronce, ibu Sri Purwanti. “…saya merasa senang sebab pada akhirnya usaha saya melatih anak-anak dalam keterampilan meronce membuahkan hasil. Hal ini terbukti ada dua orang siswa yang sudah mahir dalam pembuatan gantungan kunci bahkan sudah bisa berkreasi dengan memodifikasi warna dan bentuk. Dua orang tersebut adalah Ni Wayan Nadi Utami dan Ida Ayu Pradyawati…”( wawancara 9 Mei 2013 ). Hasil keterampilan meronce belum bisa dipasarkan karena produk yang dihasilkan baru sedikit sehingga hanya dipajang untuk memotivasi siswa yang lain agar mempunyai semangat belajar dan menyelesaikan pekerjaannya. Adi (2008 : 78 – 79) mengatakan bahwa “tujuan dan target pemberdayaan bisa saja berbeda, misalnya di bidang ekonomi, pendidikan, atau kesehatan”. Berdasarkan teori dan ungkapan di atas, keterampilan meronce belum bertujuan di bidang ekonomi (dikomersilkan) tetapi baru memfokuskan di bidang pendidikan dengan memberikan pelatihan keterampilan meronce bagi anak tunarungu.
85
5.1.3 Komputer Pada era globalisasi seperti sekarang ini sangatlah penting untuk memberikan keterampilan komputer pada anak-anak tunarungu dengan tujuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak gaptek (gagap teknologi). Definisi komputer adalah sebagai berikut. 1. Komputer berasal dari bahasa Latin yaitu 'computare' yang berarti menghitung. Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat dan dapat menerima informasi input secara digital, lalu memprosesnya sesuai dengan program yang tersimpan di dalam memorinya, dan kemudian menghasilkan output atau keluaran berupa informasi (McGrawHill, 2001). 2. Menurut buku Computer Annual (Robert H. Blissmer), komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas menerima input atau masukan, memproses input tersebut sesuai dengan programnya, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan menyediakan output atau keluaran dalam bentuk informasi 3. Menurut buku Computer Today (Donlad H. Sanders), komputer adalah sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta akurat yang telah dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input atau masukan, kemudian memprosesnya dan menghasilkan output di bawah pengawasan suatu langkah-langkah, instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori (stored program).
86
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa komputer merupakan suatu peralatan elektronik yang dapat menerima input, mengolah input dengan menggunakan suatu program yang tersimpan di dalam memori komputer, memberikan output yang berupa informasi dan dapat menyimpan program serta hasil pengolahan dalam suatu media penyimpanan seperti hardisk, flashdisk, atau penyimpanan lainnya. ( http://netiplisiskom.blogspot.com/2013/06/pengertian-komputer.html ). Perangkat komputer terdiri atas monitor, CPU, keyboard, dan mouse. Pelatihan komputer yang diberikan kepada anak-anak tunarungu adalah mickrosoft word (pengetikan surat dan membuat karangan), excel (membuat tabel jadwal pelajaran), desain grafis, dan cara mengakses internet. Kegiatan komputer dapat dilihat pada Gambar 5.3
Gambar 5.3 Anak-anak sedang belajar desain grafis (Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas tampak anak sedang belajar komputer dengan materi desain grafis. Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif
87
mungkin. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metode merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), ataupun disiplin ilmu yang digunakan (desain). Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan
visual,
termasuk di
dalamnya tipografi
ilustrasi,
fotografi,
pengolahan gambar, dan lain-lain. Berikut penuturan Ibu Ni Ketut Asrini, selaku guru komputer. “…Pada intinya pelatihan computer, baik berupa microsoft word (pengetikan), excel (membuat tabel hitung), cara mengakses internet, maupun desain grafis yang diperlukan hanya kemauan dan memperbanyak latihan/praktik maka lama kelamaan teknik dan hasilnya menjadi semakin baik…” (wawancara 9 Mei 2013). Syah
(2001
dalam
http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-
vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/)
mengungkapkan
bahwa
motor
skill
(keterampilan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas latihan langsung yang disertai dengan pengajaran teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan motor skill itu sendiri, sementara itu aktivitas latihan perlu dilaksanakan dalam bentuk praktik. Berdasarkan teori dan ungkapan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk hasil yang semakin baik diperlukan banyak latihan/praktik. Di bidang desain grafis pada tahun 2013 siswa SLB.B N Tabanan mendapat juara II tingkat Provinsi Bali dalam rangka Gebyar Kreativitas Anak SLB se-Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Bali yang diikuti oleh Raka Darmawan siswa kelas XI SMPLB.
88
5.1.4 Menjahit Menjamurnya industri garmen di Bali merupakan suatu alasan untuk mendidik siswa melalui keterampilan menjahit dengan materi menjahit lurus, menjahit dengan titik balik dan membuat pola. Berikut ini adalah tahapan cara menjahit pakaian (wanita) . 1. Mengukur Langkah pertama dalam menjahit pakaian adalah mengukur. 2. Menggambar Pola Bagian ukuran yang diperlukan adalah lingkar badan, lingkar leher, lingkar pinggang, lebar bahu, panjang dada, lebar dada, panjang punggung, lebar punggung, panjang sisi, tinggi puncak, jarak payudara (untuk wanita) 3. Memotong Pola Cara memotong pola adalah sebagai berikut: a. Letakkan pola badan depan pada lipatan kain b. Letakkan pola badan belakang dan lengan pada sisi kain yang lain c. Gunting bahan tepat pada pola (tidak usah diberikan kelebihan ukuran) Untuk saat ini siswa yang mengikuti keterampilan menjahit sudah pada tahap praktik membuat pola baju dengan bahan utama kertas cokelat, gunting, jarum pentul, dan kain yang berkualitas rendah sebagai tahap belajar (dapat dilihat pada Gambar 5.4).
89
Gambar 5.4 Anak sedang membuat pola (Dokumen: Sri Minarti, 2013) Tampak pada gambar anak-anak sedang membuat dan menggunting pola. Untuk praktik keterampilan menjahit kain yang digunakan berkualitas rendah. Hal ini dilihat dari segi ekonomisnya, yaitu tidak begitu banyak mengeluarkan biaya yang mahal karena anak-anak tunarungu masih dalam tahap belajar. Namun, sampai saat ini anak-anak sudah menguasai teknik menjahit lurus dan ada siswa yang sudah terampil dalam arti jahitannya sudah rapi. Berikut penuturan instruktur menjahit, Ibu Wiwik Swandewi. “…pada awalnya saya sangat bingung mengajar anak tunarungu karena kesulitan dalam hal komunikasi, tetapi lama-kelamaan saya belajar dari pengalaman ternyata mereka asyik juga. Dengan kesabaran saya mengajari mereka keterampilan menjahit, akhirnya membuahkan hasil dua orang murid bisa menjahit dengan bagus dan rapi…” ( wawancara 9 mei 2013 ). Berdasarkan ungkapan di atas, diketahui bahwa mengajar anak tunarungu memang membutuhkan kesabaran yang tinggi dan semangat pantang menyerah. Hal ini dibuktikan oleh ibu Wiwik yang pada akhirnya berhasil mencetak dua
90
orang murid, yaitu Nadi Utami dan Pande Prawira dengan kategori di tingkat terampil. Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat. Pemberdayaan dipandang untuk menolong klien dengan membangkitkan tenaga dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan sepanjang hidup, termasuk mengurangi efek atau akibat dari gejala-gejala pada masyarakat atau individu untuk melatih agar kekuatan itu tumbuh dengan meningkatkan kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Payne (1997:266) yaitu memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan (anak tunarungu) sehingga menjadi lebih mandiri dan hidup lebih bermartabat dan menikmati kualitas hidup yang lebih besar. Berdasarkan teori di atas, anak tunarungu yang merupakan kelompokkelompok terpinggirkan diharapkan mampu hidup mandiri dan bermartabat menikmati kualitas hidup yang lebih baik dengan keterampilan menjahit yang telah dimilikinya, baik menjadi karyawan garmen (dunia industri) maupun membuka jasa menjahit secara mandiri. 5.1.5 Salon kecantikan Peserta didik di bidang salon kecantikan didominasi siswa perempuan, dengan materi creambath, tata rias wajah dan massage. Tampak pada gambar di bawah ini anak-anak sedang creambath dipandu oleh seorang instruktur lihat Gambar 5.5.
91
Gambar 5.5 Pelatihan Salon Kecantikan (Dokumen: Sri Minarti, 2013) Kecantikan kulit dan rambut menjadi hal yang penting bagi setiap wanita. Perawatan yang teratur dan tepat dapat menjaga kesuburan rambut. Creambath berfungsi memberikan nutrisi pada rambut sehingga nantinya peredaran darah menjadi lancar dan terhindar dari masalah kerontokan, ketombe, bercabang, kusam, lepek, gatal, dan sebagainya.Tata cara creambath adalah sebagai berikut. 1) Cucilah rambut terlebih dahulu dengan menggunakan shampo yang sesuai dengan jenis rambut. Lalu keringkan dengan handuk hingga setengah kering. 2) Bagi rambut menjadi empat bagian. Bagian belakang dibagi menjadi dua bagian, yaitu atas dan bawah. Kemudian dibagi lagi menjadi dua sisi, yaitu kiri dan kanan. Olesi kulit kepala pada setiap bagian rambut dengan cream. Arah pengolesan sebaiknya dilakukan dari atas ke bawah dan disertai pijatan ringan. Setelah semua bagian selesai diolesi, pijatlah kepala secara teratur, dengan lembut dan perlahan selama kurang lebih 5--15 menit. 3) Satukan rambut di bagian atas kepala. Lalu bungkuslah kepala dengan handuk yang telah direndam air hangat atau steamer. Untuk penggunaan steamer
92
dapat diatur waktunya sekitar 15 menit. Namun, untuk penggunaan handuk, jika handuk mulai mendingin, segeralah ganti dengan yang hangat. Lakukanlah secara berulang-ulang selama 10--15 menit. 4) Cuci rambut kembali hingga bersih dengan menggunakan air hangat. Bila kandungan lemak dalam cream yang digunakan terlalu pekat, gunakan sampo untuk pencucian. Setelahnya dapat memakaikan hair tonic untuk melengkapi perawatan. Gangguan pendengaran pada anak tunarungu sangat memengaruhi dalam penerimaan materi pelajaran yang diberikan. Berikut penuturan instruktur salon kecantikan, Putu Ariani mengenai hal tersebut. “…kondisi anak yang tunarungu mengakibatkan materi pelajaran yang saya ajarkan sulit dimengerti oleh mereka, untuk itu materi pelajaran harus diulang-ulang sampai mereka mengerti, bahkan harus disertai contoh atau dipraktekkan secara langsung, untuk saat ini dari sepuluh siswa baru dua siswa yang sudah bisa mengerjakan pekerjaan creambath. Hal ini dilihat dari proses creambath yang meliputi teknik gerakan memijat pada kepala, pemberian obat creambath, dan cuci rambut sudah sesuai dengan tahapantahapan yang saya ajarkan dan sudah dilakukan pada teman dan guru SLB.B N Tabanan…”(wawancara 8 Mei 2013). Suharto (2005:60) berpendapat bahwa tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil. Berdasarkan ungkapan dan teori tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan dipengaruhi oleh kondisi internal, yaitu kondisi anak yang tunarungu sehingga membutuhkan strategi pembelajaran praktik secara langsung agar anak tunarungu
93
mengerti tentang materi yang diajarkan. Di samping itu, kondisi anak yang tunarungu memengaruhi juga struktur sosial yang tidak adil sehingga pelatihan keterampilan salon kecantikan ini sangat diperlukan untuk menjadikan anak tunarungu lebih berdaya. Keterampilan di bidang salon kecantikan sangat penting untuk diajarkan mengingat salon kecantikan merupakan bisnis yang menjanjikan karena terlihat cantik menjadi sebuah kebutuhan bagi kaum wanita.
5.1.6 Pertamanan Kegiatan anak-anak SLB.B N Tabanan dalam satu minggu sekali mengikuti keterampilan pertamanan dengan materi penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pembuatan taman dinding. Taman adalah lahan bagian dari muka bumi ini dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun buatan manusia. Taman merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, antara lain kota (townscape), jalan (street-scape), lapangan golf dan sejenisnya (lawn-scape), sungai (river-scape), atap bangunan (roof-scape), pantai dan pemandangan lautnya (seascape), area industri (industrial-landscape), pemukiman (residential-landscape), pedesaan (rural-landscape), daerah (regional-landscape), dan lainnya. Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan dan dibuat oleh manusia dalam kegunaannya sebagai tempat penyegar dalam dan luar ruangan. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman
94
yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi, taman botani. Pertamanan lebih spesifik karena menyangkut aspek estetika atau keindahan dan penataan ruang sehingga memiliki fungsi dalam keberadaannya. Dalam membuat taman ada dua elemen yang dikerjakan, yaitu bidang lunak (softscape) dan bidang keras (hardscape). 1) Bidang lunak meliputi penanaman segala jenis pohon, semak dan rumput. 2) Bidang keras meliputi pembuatan jalan setapak, kolam, sungai buatan, air mancur, pembuatan tebing, peletakan batu alam, gazebo, alat bermain anak-anak, ayunan, lampu taman, drainase, dan sistem penyiraman. Penataan taman menyangkut penyesuaian dengan ruang di sekitarnya, seperti di bawah ini. 1) Taman rumah tinggal 2) Taman perkantoran 3) Taman lingkungan pemukiman 4) Taman kota 5) Taman sekolah 6) Taman kawasan industri Kegiatan pertamanan yang dilaksanakan di SLB.B N Tabanan meliputi kegiatan mengolah dan menata lahan dengan menumbuhkan berbagai tanaman yang ada di sekolah seraya memerhatikan segi keindahan (estetika). Saat ini keterampilan pertamanan baru sebatas penanaman dan pemeliharaan tanaman yang ada di sekolah ( lihat Gambar 5.6 ).
95
Gambar 5.6 Pemeliharaan tanaman (Dokumen: Sri Minarti, 2013) Pada gambar di atas, tampak anak-anak sedang membersihkan halaman sekolah dan menata tanaman dengan cara memotong ranting-ranting pohon, mencabut tanaman yang kering/mati dan menggantinya dengan tanaman yang baru. Berikut ungkapan instruktur pertamanan Gusti Ayu Sudarwantini. “…di awal kegiatan pertamanan saya mengajak untuk menata halaman sekolah agar terlihat indah dan asri dengan cara penanaman bunga, membersihkan lingkungan sekolah, dan pada tahun ini 2013 targetnya adalah membuat taman dinding. Siswa yang rajin di antara siswa yang lain adalah Gede Sapta…” ( wawancara 9 Mei 2013 ). Ungkapan di atas menggambarkan bahwa keterampilan pertamanan tidak bisa serta merta menunjukkan hasil, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu dari penanaman, pemeliharaan, sampai menjadikan lingkungan sekolah terlihat asri dan indah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Adi (2008:83) bahwa “pemberdayaan dapat dilihat, baik sebagai suatu program maupun sebagai suatu proses”. Pemberdayaan disebut program bila dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan membutuhkan jangka waktu tertentu untuk
pencapaiannya.
Pemberdayaan
dipandang
sebagai
proses
apabila
pemberdayaan itu terus berjalan sepanjang usia manusia dan tidak berhenti pada
96
suatu masa. Demikian pula halnya dalam masyarakat, proses pemberdayaan akan terus berjalan selama komunitas itu tetap ada dan tetap mau memberdayakan diri mereka sendiri. Berdasarkan teori di atas pelatihan keterampilan pertamanan merupakan sebuah program dan proses, disebut sebagai program karena melalui tahapan/tingkatan-tingkatan dalam usaha pencapaiannya dan disebut sebagai proses sepanjang pelatihan pertamanan tetap dilaksanakan. Keterampilan pertamanan yang dilaksanakan dari tahun 2010 hingga sekarang, yaitu tahun 2013 sudah meluluskan lima siswa, tetapi mereka belum ada yang tercatat bekerja sebagai tukang kebun. Kebanyakan mereka mengikuti jejak orang tuanya, yaitu membantu orang tua di sawah, mencari bahan bangunan seperti pasir, batu,dan lain-lain.
5.1.7 Melukis Kegiatan melukis ini diikuti siswa dari jenjang SDLB, SMPLB, dan SMALB bertempat di aula dengan seorang insruktur yang berkompeten di bidangnya, yaitu Sarjana Seni. Kegiatan melukis dapat dilihat pada Gambar 5.7 di bawah ini.
97
Gambar 5.7 Anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis (Dokumen: Sri Minarti 2013)
Pada gambar tampak anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis yang dilaksanakan pada siang hari, yaitu pukul 14.00 wita-16.00 wita. Melukis adalah memvisualkan (menyatakan bentuk) bayangan dalam bentuk gambar. Tahapan-tahapan dalam melukis adalah sebagai berikut. a) Membuat sketsa Sketsa adalah gambaran atau lukisan pendahuluan yang ringan yang merupakan garis besar atau rancangan kasar dari suatu bentuk lukisan. b) Menyediakan media sketsa Media sketsa yang harus disediakan adalah crayon, pensil, cat air, cat minyak, spidol dan lain-lain c) Bidang lukis yang termasuk bidang lukis adalah kertas, kanvas, kuas dan lain-lain d) Menentukan tema lukisan
98
Manfaat melukis bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut. a) Melukis sebagai media mencurahkan perasaan, yaitu menjadikan warna dan bentuk sebagai ungkapan perasaan. b) Melukis sebagai alat bercerita. Perasaan anak yang berbeda-beda memberikan kemungkinan bentuk-bentuk yang akan dilukis menjadi kabur antara bentuk nyata yang akan ditampilkan dan bayangan terhadap bentuk aneh. Karena anak usia dini belum dapat mengontrol diri, maka ia akan menggunakan bidang gambar seadanya. c) Melukis sebagai alat bermain, kadang-kadang anak melukis tidak untuk mengutarakan pendapat saja, tetapi juga untuk bermain. Warna yang dianggap menarik diperlakukan sebagai alat atau media permainan. d) Melukis dapat dipakai melatih ingatan. Melukis adalah menggambar bayangan dalam benak. Bayangan di benak datang dari suatu peristiwa yang pernah dikenang anak, yang muncul ketika bentuk, warna, baju, permainan, perilaku orang, atau kata-kata bujukan menuju ingatannya. e) Melukis dapat dipakai melatih keseimbangan. Secara keseluruhan cara membayangkan
sesuatu
oleh
anak
dianggap
sebagai
kegiatan
menyeimbangkan antara otak dan emosi. f) Melatih kreativitas anak. Anak tidak hanya terdiam ketika melukis, kadang dilakukakan dengan bernyanyi, berlari kemudian mencontohkan objek yang akan dilukis kepada gurunya, melukis tanpa berkomentar, bahkan melukis sambil bercerita.
99
Mengingat begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari kegiatan keterampilan melukis maka di SLB.B N Tabanan, melukis menjadi salah satu program pemberdayaan keterampilan vokasional. Berikut ungkapan instruktur lukis Bpk Ketut Windya yang telah mengajari anak-anak melukis selama tiga tahun. “…Saya melihat anak-anak senang belajar melukis karena mereka selalu bersemangat dalam mengikuti pelajaran saya dan tidak mau pulang sebelum menyelesaikan lukisannya yang pada akhirnya ada satu orang yang hasil lukisannya paling bagus dalam kegiatan melukis ini yaitu, Mia Astrika Dewi…” ( wawancara 9 Mei 2013 ). Howe
(Syah,2002
http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-
vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/ ) mengemukakan pentingnya proses berpikir karena kinerja (physical performance) dalam aktivitas-aktivitas tersebut hanya akan bermutu apabila pelaksanaannya disertai dengan keterlibatan fungsi ranah cipta atau akal. Berdasarkan ungkapan dan teori di atas, diketahui bahwa melukis dapat melatih anak tunarungu untuk menyeimbangkan otak kiri dan emosi serta mengembangkan daya pikir atau akal untuk menciptakan karya lukis. Mia Astrika Dewi merupakan anak yang mempunyai bakat dalam melukis. Hal ini diperkuat data di sekolah bahwa ia pernah mengikuti lomba melukis tingkat Provinsi Bali dan mendapat juara ke-3 pada tahun ini.
100
5.2 Pendidikan dan Evaluasi 5.2.1 Pendidikan Pendidikan
merupakan
proses
seseorang
memeroleh
pengetahuan
(knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills developments), sikap, atau mengubah sikap (attitute change). Pendidikan adalah suatu proses transformasi anak didik untuk mencapai hal-hal tertentu sebagai akibat proses pendidikan yang diikutinya sebagai bagian dari masyarakat. Pendidikan memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi individual. Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif, sedangkan fungsi individualnya untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa depan melalui pelatihan keterampilan yang diberikan. Tenaga kependidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di lingkup SLB,
dilihat
dari
sudut pandang
profesi
tidak sama
dengan
tenaga
kependidikan pada umumnya. Mereka dikenai persyaratan profesi yang harus dikuasainya melalui Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau dapat pula melalui diklat dan pelatihan tentang PLB bagi mereka yang bukan lulusan PLB. Hal ini sangat penting karena sasaran bidang garapan atau subjek didik bagi
tenaga
kependidikan ABK itu sangat berbeda yaitu individu penyandang kekhususan fisik, mental dan sosial. Dalam penelitian ini adalah anak tunarungu. Penanganan anak tunarungu tentu berbeda bila dibandingkan dengan anak normal. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pendengaran pada anak tunarungu, sehingga ia
101
memerlukan kebutuhan keterampilan khusus bina persepsi bunyi dan irama yaitu latihan keterampilan dalam berbicara melalui indra penglihatan, gerak mulut dan berisyarat. Tenaga pendidik di SLB.B Negeri di Tabanan mempunyai 30 guru dengan perincian 14 guru lulusan PLB dan 16 guru lulusan non-PLB.
5.2.2 Evaluasi Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari pelaksanaan program dan untuk mengidentifikasi berbagai macam persoalan dan kekurangan dalam melaksanakan program tersebut. Pengawasan pelaksanaan kegiatan keterampilan vokasional dilakukan langsung oleh kepala sekolah setiap akhir bulan. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut kepala sekolah mengevaluasi dengan memberikan tanggapan, saran, dan masukan kepada guru / instruktur yang membimbing setiap kegiatan keterampilan, sedangkan untuk guru / instruktur melakukan evaluasi setelah memberikan materi pada siswa. Teknik evaluasi dalam kegiatan pemberdayaan ini meliputi evaluasi dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi meningkatnya pengetahuan dan keterampilan, terlatihnya siswa dalam bidang keterampilan vokasional. Sebaliknya, evaluasi pelaksanaan program kegiatan meliputi evaluasi peserta (penguasaan materi, kedisiplinan, ketertiban, dan sikap), evaluasi fasilitator (penguasaan materi, kesesuaian materi dengan topik, ketepatan metode yang digunakan, kesesuaian media yang digunakan). Hal ini sudah sesuai dengan teori Kirkpatrick, yaitu rencana keseluruhan evaluasi pelatihan harus memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada
102
tiap tingkat evalusi, yakni perubahan dalam tingkat belajar, tingkat perilaku, dan tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat. Berikut penuturan kepala sekolah terhadap hasil evaluasi pelaksanaan keterampilan vokasional yang di selenggarakan di SLB.B N Tabanan. “…keterampilan vokasional yang telah dilaksanakan dari tahun 2008 sampai saat ini tahun 2013 berjalan dengan baik dan lancar dalam artian sesuai dengan rencana walaupun masih ada kekurangannya dan akan diperbaiki untuk selanjutnya…”(wawancara 6 Juni 2013). Berdasarkan
ungkapan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
pelaksanaan
pemberdayaan keterampilan vokasional akan terus diperbaiki menuju yang lebih baik. Pemberdayaan keterampilan vokasional dapat dikatakan berguna bila produk dari keterampilan tersebut memiliki nilai komersial. Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB) tahun 2007 mengatakan bahwa “pemberdayaan dianggap komprehensif apabila menampilkan lima karakteristik, yaitu (1) berbasis lokal, (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan, (3) berbasis kemitraan, (4) bersifat holistic, dan (5) berkelanjutan”. Suharto (2006:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam hal-hal di bawah ini. a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom) b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memeroleh barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan. c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
103
memengaruhi mereka. Berdasarkan teori di atas yang dimaksud dengan kelompok rentan lemah adalah anak tunarungu dan pemberdayaan dalam perspektif pekerjaan sosial mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu (1) dari tidak berdaya menjadi berdaya, (2) setelah berdaya kemudian menguat, dan (3) setelah menguat lalu dikembangkan. Pada SLB.B N Tabanan pelaksanaan pemberdayaan baru tingkatan yang pertama, yaitu dari tidak berdaya menjadi berdaya. Prinsipnya pemberdayaan bukan
merupakan
suatu
program
atau
kegiatan
yang berdiri
sendiri.
Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.
5.3 Promosi 5.3.1 Pengertian promosi Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan
informasi,
memengaruhi/membujuk,
dan
atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan (Tjiptono, 2002:219). Secara garis besar, proses komunikasi pemasaran dapat dijelaskan dalam Gambar 5.8
104
Gambar 5.8Model Komunikasi Pemasaran (Tjiptono, 2002:219)
Terence A. Shimp (2000:6) menyebutkan bahwa kegiatan promosi terdiri atas semua kegiatan pemasaran yang mencoba terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat.
5.3.2 Fungsi Promosi Menurut Terence A. Shimp (2000:7), promosi memiliki lima fungsi yang sangat penting bagi suatu perusahaan/lembaga. Kelima fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut. a. Informing (Memberikan Informasi) Promosi membuat konsumen sadar akan produk-produk baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra sebuah perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa. Promosi menampilkan peran informasi bernilai lainnya, baik untuk merek yang diiklankan
105
maupun konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek yang telah ada. b. Persuading (Membujuk) Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang ditawarkan. Terkadang persuasi berbentuk memengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Lebih sering, promosi berupaya untuk membangun permintaan sekunder, permingtaan bagi merek perusahaan yang spesifik. c. Reminding (Mengingatkan) Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk dan jasa yang diiklankan, dampak promosi pada masa lalu memungkinkan merek pengiklan hadir di benak konsumen. Periklanan lebih jauh didemonstrasikan untuk memengaruhi pengalihan merek dengan mengingatkan para konsumen yang akhir-akhir ini belum membeli merek yang tersedia dan mengandung atributatribut yang menguntungkan. d. Adding Value (Menambah Nilai) Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberikan nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benarbenar independen. Promosi yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul daripada tawaran pesaing.
106
e. Assisting (Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan) Periklanan merupakan salah satu alat promosi. Promosi membantu perwakilan penjualan. Iklan mengawasi proses penjualan produk-produk perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Upaya, waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih sedikit waktu yang diperlukan untuk memberikan informasi kepada prospek tentang keistimewaan dan keunggulan produk jasa. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat apa yang dinyatakan klaim oleh perwakilan penjual lebih kredibel. Jika fungsi di atas ditujukan lebih kepada konsumen, maka sebenarnya fungsi promosi juga memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan dengan kompetitor. Salah satu strategi memenangkan persaingan dalam dunia pemasaran atau promosi adalah menggunakan public relations dengan baik. Philip Kotler (dalam Kartajaya,1992:37) memberikan singkatan pada strategi penggunaan public relations ini dengan istilah P-E-N-C-I-L-S. 1. Publications (Publikasi) Perusahaan dapat mengusahakan penerbitan-penerbitan tertentu untuk meningkatkan citra perusahaan. 2. Event (Kegiatan) Event yang dirancang secara tepat dapat mencapai suatu tujuan public relations tertentu.
107
3. News (Pemberitaan) Semua usaha dilakukan supaya aktivitas tertentu perusahaan menjadi bahan berita di media massa 4. Community Involvement (Kepedulian pada Masyarakat) Perusahaan berusaha ‘akrab’ dan ‘ramah’ dengan masyarakat di sekitarnya. Hal ini terutama perlu pada saat sebuah cabang suatu perusahaan didirikan di suatu daerah baru. 5. Identity Media (Penggunaan Media sebagai Identitas) Semua stationery yang dipakai, baik kartu nama, kertas, maupun amplop, harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan citra suatu perusahaan. Selain itu, identity media juga dapat diterapkan pada sarana dan sarana/prasarana lain, seperti gedung, mobil pengangkut barang, dan lain sebagainya. 6. Lobbying (Memengaruhi) Kontak pribadi yang dilakukan secara informal untuk mencapai tujuan tertentu. 7. Social Investment (Investasi Sosial) Perusahaan dapat ‘merebut’ hati masyarakat yang ditujunya dengan melakukan partisipasi social, seperti pembangunan jembatan, masjid, taman, dan fasilitas umum lainnya.
108
5.3.3 Tujuan promosi Rossiter dan Percy (dalam Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut: 1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need). 2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness). 3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude). 4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention). 5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation). 6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning) Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa promosi hasil karya siswa pada SLB.B N Tabanan baru pada tingkat lobbying dan event yaitu dipajang pada lemari yang terletak di aula, hal ini merupakan sarana promosi karena di aula ini tempat penyambutan tamu yang datang di SLB.B N Tabanan sehingga secara tidak langsung mereka melihat hasil karya tersebut. Di samping itu, baru-baru ini juga mengikuti event yaitu pameran yang dilaksanakan di Disdikpora Provinsi Bali pada tanggal 29 April 2013 dengan peserta seluruh SLB yang ada di Bali (dapat dilihat pada Gambar 5.9).
109
Gambar 5.9 Foto dalam rangka mengikuti Lomba Kreativitas (Dokumen: Sri Minarti, 2013) Pada gambar di atas tampak hasil karya anak dipamerkan yaitu renda, gantungan kunci, lukisan dan tas yang terbuat dari mote. Adapun yang berhasil dijual adalah gantungan kunci, dan tas yang terbuat dari mote, dengan nilai total penjualan Rp 150.000,00. Dengan adanya promosi ini membuat anak termotivasi untuk menghasilkan karya yang terbaik. Hasil pelaksanaan Keterampilan Vokasional dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
110
Tabel 5.2 Tabel Hasil Pelaksanaan Keterampilan Vokasional Tahun 2013 No 1 2
Jenis Keterampilan Pembuatan batako Meronce
3
Komputer grafis) Menjahit
4 5 6
7
Hasil Sudah dipasarkan Belum dipasarkan
(desain Juara II tingkat Provinsi (Bali)
Belum ada yg membuka jasa jahitan Salon kecantikan dua orang yang bisa creambath creambath dan massage dan massage Pertamanan Baru tingkat penanaman dan pemeliharaan tanaman sekolah
Melukis
Belum dipasarkan
Keterangan Tahun 2013 Hasil baru sedikit Tahun 2013 Belum ada tempat Tahun 2013 Belum ke tingkat tanaman komersial Hasil lukisan sedikit
Sumber : Data SLB.B N Tabanan Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan pembuatan batako yang sudah ada hasil untuk nilai komersial/ dipasarkan, kemudian komputer (desain grafis) yang berhasil mendapat juara II tingkat Provinsi (Bali) dan salon kecantikan mengusai materi creambath dan massage.