55
Bab IV Pengujian Metodologi pelaksanaan
Pengujian dilakukan untuk mengukur kualitas metodologi yang dihasilkan. Metode pengukuran menurut Lord Kelvin (1883) adalah:
“When you can measure what you are speaking about, and express it in numbers, you know something about it. But when you can not measure it, when you can not express it in numbers, your knowledge is of a meagre and unsatisfactory kind.”
Pendekatan engineering menginginkan bahwa kualitas suatu produk dapat diukur secara kuantitatif, dalam bentuk angka-angka yang mudah dipahami oleh manusia. Untuk itu perlu ditentukan parameter atau atribut pengukuran. Menurut taksonomi McCall, atribut tersusun secara hierarkis, dimana level atas disebut faktor dan level bawah disebut kriteria. Faktor menunjukan atribut kualitas produk dilihat dari sudut pandang produknya itu sendiri sedangkan kriteria adalah parameter kualitas produk dilihat dari sudut pandang pengguna. Faktor dan kriteria ini memiliki hubungan sebab akibat. Tabel IV.1 berikut menunjukan daftar lengkap faktor dan kriteria menurut McCall.
Table IV.1 Faktor dan Kriteria Kualitas
56
Kualitas produk diukur dengan metode penjumlahan kriteria-kriteria dalam suatu faktor sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan. Adapun tahapan yang digunakan dalam pengujian metodologi (produk) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Menentukan kriteria yang akan dipakai untuk pengujian (2) Menentukan bobot dari setiap kriteria (3) Menentukan skala dari nilai kriteria (4) Memberikan nilai pada setiap kriteria (5) Menghitung nilai total kriteria
(1) Menentukan kriteria Berdasarkan kriteria yang ada pada tabel IV.1 maka penulis menentukan faktor dan kriteria untuk pengujian metodologi yang dihasilkan sebagai berikut: (a) Faktor Kegunaan (usability) i. Pengoperasian (kemudahan dalam penggunaan) (b) Faktor Efisiensi i. Efisiensi eksekusi (bisa dilaksanakan seoptimal mungkin dengan sumber daya yang ada) (c) Faktor Keandalan (reliability) i. Kesederhanaan (d) Faktor Ketepatan (Correctness) i. Kelengkapan
Dalam menentukan kriteria di atas penulis memilih beberapa kriteria yang diperlukan dan dirasakan sangat penting serta berhubungan dengan pengujian terhadap metodologi yang dihasilkan. Dimana metodologi tersebut harus sederhana, lengkap, efisien dan bisa dioperasikan dengan mudah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi di institusi pemerintahan yang memiliki berbagai keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya infrastruktur atau teknologi, sumber daya finansial, dan sumber daya informasi.
57
(2) Menentukan bobot setiap kriteria Dari keempat kriteria yang telah ditetapkan maka penulis menentukan bobot setiap kriteria berdasarkan kepentingan dari masing-masing kriteria. Faktor kegunaan dan efisiensi penulis nilai merupakan faktor yang paling penting dari keempat kriteria tersebut di atas, sementara dua faktor lainnya adalah faktor pendukung. Bobot ditetapkan dari 0 - 1
Table IV.2 Penentuan Bobot
Kriteria Pengoperasian Efisiensi Kesederhanaan Kelengkapan
Bobot 1 1 0.5 0.5
(3) Menentukan skala nilai kriteria Skala nilai untuk setiap kriteria ditetapkan dari 0 – 10.
(4) Memberikan nilai pada setiap kriteria Untuk penilaian setiap kriteria maka penulis menanyakan langsung kepada beberapa responden tentang metodologi yang penulis susun dibandingkan dengan metodologi dari ITGI. Metodologi pembanding diperlukan dalam pengujian ini untuk membuktikan bahwa metodologi yang disusun mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan metodologi yang telah ada.
Responden yang ditanya berjumlah 40 orang yang terdiri dari akademisi, praktisi dibidang tata kelola TI, pengelola TI di institusi pemerintahan. Setiap responden diminta pendapatnya tentang metodologi baik metodologi dari ITGI maupun metodologi yang penulis susun setelah sebelumnya diberikan penjelasan tentang kedua metodologi tersebut. Dari 40 orang tersebut yang memberikan respon adalah 10 orang. Adapun hasil penilaian setiap responden terhadap kriteriakriteria tersebut akan diambil nilai rata-rata.
58
(5) Menghitung nilai kriteria Untuk menghitung nilai kriteria maka dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut:
Table IV.3 Penghitungan nilai kriteria
ITGI
IWAN
0 – 10 7 5 5 7
0 - 10 7 6 5 5
Kriteria Pengoperasian Efisiensi Kesederhanaan Kelengkapan
Bobot 0-1 1 1 0.5 0.5
Total Nilai 10 10 5 5
Total nilai merupakan nilai maksimum dari penilai terhadap masing-masing metodologi. Nilai maksimum dalam pengujian ini adalah 30. Penilaian pada masing-masing kriteria yang ada pada metodologi dikalikan dengan bobot kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan dan akan didapatkan nilai akhir dari masing-masing metodologi berdasarkan kepada empat kriteria. Table IV.4 Penilaian responden terhadap metodologi ITGI
ITGI Kriteria Pengoperasian Efisiensi Kesederhanaan Kelengkapan
0 – 10 7 5 5 7
Bobot 0-1 1 1 0.5 0.5
Nilai 7 5 2.5 3.5
Nilai total berdasarkan hasil penghitungan adalah 18.
Table IV.5 Penilaian responden terhadap metodologi yang disusun
Iwan Kriteria Pengoperasian Efisiensi Kesederhanaan Kelengkapan
0 – 10 7 6 5 5
Bobot 0-1 1 1 0.5 0.5
Nilai 7 6 2.5 2.5
59
Berdasarkan penilai tersebut maka bisa disimpulkan bahwa: (a) Kedua metodologi mempunyai nilai yang sama berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan (b) Metodologi dari ITGI mempunyai nilai lebih pada kriteria kelengkapan karena memang metodologi tersebut dirancang hingga tahap implementasi (c) Metodologi yang penulis susun mempunyai nilai lebih pada kriteria efisiensi. Hal ini disebabkan metodologi tersebut disusun dengan mempertimbangkan pada kondisi institusi tertentu. Apabila metodologi ITGI diterapkan pada institusi pemerintahan maka akan mengalami kendala karena mungkin akan lebih sulit dipahami. (d) Pada dua faktor yang paling penting yaitu faktor pengoperasian dan faktor efisiensi, metodologi yang penulis susun mempunyai nilai lebih. (e) Pada dua faktor penunjang yaitu faktor kesederhanaan dan kelengkapan, metodologi ITGI mempunyai nilai lebih.