BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan
Di dalam bab ini terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu pelaksanaan dan proses pekerjaan pengerukan. Secara umum, pelaksanaan pengerukan antara lain : persiapan, perencanaan dan evaluasi. Sedangkan proses pekerjaan pengerukan terdiri dari tahapan-tahapan, antara lain : persiapan pekerjaan pra-pengerukan (proses penghancuran material sebelum dikeruk), tahapan pekerjaan pengerukan (yakni proses pengangkatan dari dasar laut ke kapal keruk), dan yang terakhir adalah tahapan transportasi dan pembuangan (pergerakan kapal keruk dari daerah pengerukan ke tempat pembuangan). 4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pengerukan 4.1.1
Persiapan
Tujuan persiapan pekerjaan pengerukan yaitu sebagai perencanaan untuk mengadakan survei setelah ada keputusan untuk melakukan pengerukan pemeliharaan alur pelayaran di Pelabuhan Tanjung Priok. Survey yang dimaksud adalah survey lapangan yang bertujuan untuk memperolah data teknik maupun non-teknik untuk keperluan perencanaan maupun pelaksanaan pengerukan. Survey lapangan merupakan survey sebelum pengerukan (pre-dredge survey) yang meliputi survey umum dan penyelidikan lapangan (studi kelayakan). Untuk memudahkan pekerjaan pengerukan, dipersiapkan informasi-informasi yang sudah tersedia seperti data batimetri hasil check sounding, maupun data teknik lainnya.
IV-1
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
4.1.2
Perencanaan
Perencanaan merupakan petunjuk ke arah mana pekerjaan harus dilaksanakan dan menjadi landasan untuk penilaian kemajuan pekerjaan. Perencanaan pada pekerjaan pengerukan untuk keperluan pemeliharaan alur pelayaran pelabuhan Tanjung Priok menyangkut beberapa hal, yaitu : rencana navigasi pengerukan, perkiraan volume, pemilihan kapal keruk, pemilihan lokasi penimbunan, pemilihan waktu pelaksanaan pengerukan, persiapan dan mobilisasi
4.1.3
Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk mengontrol kemajuan pekerjaan pengerukan. Kontrol kemajuan pengerukan dilakukan dengan pemeruman pada alur pelayaran pelabuhan yang telah dikeruk. Pemeruman ini disebut progress sounding. Data yang diperoleh melalui progress sounding disajikan dalam peta batimetri yang selanjutnya digunakan untuk menghitung banyaknya volume material yang dikeruk selama interval waktu tertentu. Untuk mengontrol pelaksanaan pengerukan, volume material yang dihitung dari data progress sounding dibandingkan dengan volume material yang diperkirakan pada hasil check sounding. Setelah seluruh pekerjaan pengerukan selesai, dilakukan final sounding yang bertujuan untuk mengevaluasi topografi dasar alur pelayaran pelabuhan yang telah dikeruk seluruhnya. 4.2 Proses Pekerjaan Pengerukan Secara umum, konsep proses pengerukan terdiri dari : 1.
Persiapan pra-pengerukan
Pada dasarnya persiapan pekerjaan pra-pengerukan dimaksudkan untuk pekerjaan awal pada material yang akan dikeruk, biasanya jenis pekerjaan rock dredging
IV-2
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
melakukan persiapan pekerjaan pra-pengerukan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa pekerjaan rock dredging
sangat mahal. Hal itu dikarenakan adanya
persiapan pekerjaan pra-pengerukan yang membutuhkan biaya yang relatif besar. Terdapat dua metode yang dapat dilaksanakan, antara lain : a) Metode kimia Metode ini dilakukan melalui proses peledakan, khususnya untuk material batu ataupun tanah cadas. Penggunaan bahan peledak atau katrid gas ledak ditempatkan di lubang-lubang ledak yang dibor vertikal pada material yang akan diledakkan. Lubang ledak yang dibor sengaja dibuat berderetan selebar atau/dan sepanjang daerah kerja. Pemasangan bahan peledak dan peledakannya itu sendiri harus pula disesuaikan dengan urutan peledakan dan kondisi tempat kerjanya. Untuk proses peledakan dan pengeborannya sendiri dapat dilakukan dari sebuah ponton-apung atau dengan bantuan penyelam dan bor bawah air. Metode dengan sistem peledakan ini secara umum hanya efektif untuk peledakan batu-belah, batumudah-pecah, batu-batu tipis, endapan-endapan keras tipis atau batu cadas. Sumbu
Peledak
Permukaan Pengerukan
Gambar 4.1 Salah satu metode kimia pra-pengerukan: pemecahan batu dengan peledak melalui lubang ledak
IV-3
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
b) Metode mekanik Alasan metode ini digunakan adalah ketika tanah-tanah biasa dapat dihancurkan dengan cutter (roda potong) atau jet air, sehingga dihasilkan campuran air dan tanah pada akhirnya. Di Indonesia metode ini sering dilakukan karena keadaan tanah yang dikeruk pada umumnya relatif lunak. Alat yang digunakan disebut rock-breaker, yang terdiri dari dua ponton-apung yang diperlengkapi dengan linggis yang besar dan tajam. Linggis tersebut dapat diangkat dan dijatuhkan pada bahan yang akan dihancurkan. Karena proses retak material yang disebabkan karena pergeseran atau pemecahan bahan mengikuti struktur kristalnya, oleh karena itu rock-breaker kadang dilengkapi dengan pemukul-pemukul hydraulis atau pneumatis yang bekerja dengan frekuensi pukulan sampai dua pukulan per detik.
Arah Pergerakan Linggis
Batu yang terbelah
Gambar 4.2 Salah satu metode mekanis pra-pengerukan: pemecahan batu dengan linggis runcing
IV-4
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
2.
Pembongkaran
Tahap pembongkaran biasa dilakukan dengan jalan menggali atau menggusur. Seperti halnya pada proses sebelumnya, tahapan ini terbagi menjadi dua metode yakni secara mekanik dan secara hidraulik. a) Metode mekanik Pekerjaan menggali pada metode ini dilakukan dengan bantuan bucket yang bermacam-macam
bentuknya,
yaitu
dengan
menancapkan
bucket
yang
bersangkutan kedalam tanah yang digali sehingga tanah tersebut terkeruk dari kedudukan aslinya dan masuk kedalam bucket. Pekerjaan ini memiliki efektifitas yang tergantung pada tenaga yang tersalur pada bucket/sudu serta bentuk pisau bucket yang menancap pada tanah. Jika tanah yang ingin dikeruk sangat keras, maka pisau bucket harus dibuat tajam dan ditambahkan gigi bucket agar pelaksanaan pengerukan dapat dilakukan dengan mudah. Jenis-jenis bucket dan alat keruk yang digunakan dalam metode ini, antara lain : ¾ Bentuk shovel, pada dipper dredger
Hydraulic
Lengan Bucket
Bucket
Gambar 4.3 Bucket excavator bekerja sebagai shovel (potong bawah) pada dipper dredger
IV-5
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
¾ Bentuk backhoe, pada bakhoe dredger
Gambar 4.4 Bucket excavator bekerja sebagai bachoe (potong atas) pada bachoe dredger
¾ Bentuk rantai, pada bucket dredger
Rantai timba Roda guling bawah
Gambar 4.5 Rantai timba
IV-6
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
¾ Bentuk grab, pada grab dredger
Grab dalam keadaan terbuka
Grab dalam keadaan tertutup
Gambar 4.6 Grab dredger / alat keruk cengkeram
¾ Bentuk roda, pada wheel excavator ¾ Bentuk drag, pada dragline b) Metode hidraulik Pembongkaran secara hidraulik dilakukan dengan bantuan tenaga air. Efetifitas pengerukan metode ini tergantung pada kecepatan jet-air dan karakteristika dari material yang dikeruk. Bentuk kepala hisap beraneka ragam diantaranya : Kepala hisap datar, seperti pada alat keruk hisap
Penutup berengsel
Pipa hisap
Jet air Gambar 4.7 Kapal keruk hisap model persegi dengan jet air
IV-7
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
Kepala tarik, seperti pada trailing suction hopper dredger (kapal keruk hisap hopper tarik) Penarik pipa Pipa buang
Pompa Tali penarik
Pintu buang Pipa hisap Sambungan
Kepala hisap
Gambar 4.8 Kapal keruk hisap hopper-tarik
Kepala pan debu, seperti pada alat keruk pan debu (dustpan dredger) Rangka bentuk A Katrol depan Pipa buang Tali depan Dredging pump Sambungan
Kepala pan Pipa hisap Gambar 4.9 Kapal keruk pan debu
IV-8
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
3.
Pengangkatan
Proses selanjutnya yaitu menaikkan campuran tanah yang dikeruk dan mengangkutnya. Pekerjaan ini dilakukan dengan cara mengangkat bucket tunggal maupun bucket rantai sampai pada ketinggian yag dikehendaki dan membuang tanah dari bucket tersebut. Pemilihan alat yang digunakan harus disesuaikan dengan beban kerjanya. Berikut ini gambar 3 macam proses yang biasa digunakan, yaitu : a) Pengangkutan dengan pompa sentrifugal
b) Pengangkutan dengan pompa jet
IV-9
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
c) Pengangkutan dengan pompa dasar laut
4.2.1
Kapal Keruk yang Digunakan
Trailing suction hopper dredger atau TSHD biasanya digunakan dalam melaksanakan pengerukan di alur pelayaran pelabuhan Tanjung Priok. Alat keruk ini menggunakan prinsip kerja dengan cara menyeret pipa penghisap ketika bekerja, dan mengisi material yang diisap tersebut ke satu atau beberapa penampung (hopper) di dalam kapal. Ketika penampung telah penuh, TSHD akan berlayar ke lokasi pembuangan dan membuang material tersebut melalui pintu yang ada di bawah kapal atau dapat pula memompa material tersebut ke luar kapal. Biasanya PT. (Persero) Pengerukan Indonesia menggunakannya untuk melakukan maintenance dredging di pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia.
IV-10
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
Gambar 4.10 Trailing Suction Hopper Dredger Bali II (Sumber : PT. (Persero) Pengerukan Indonesia)
4.2.2
Tahapan Pekerjaan Pengerukan
4.2.2.1 Pembongkaran Tahap pembongkaran menggunakan metode hidraulik dan biasa dilakukan dengan jalan menggali atau menggusur. Pembongkaran secara hidraulik dilakukan dengan bantuan tenaga air. Efektifitas pengerukan metode ini tergantung pada kecepatan jet-air dan karakteristika dari material yang dikeruk. Bentuk kepala hisap yang digunakan disebut kepala tarik, seperti pada Gambar 4.11.
IV-11
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
Penarik pipa Pipa buang
Pompa Tali penarik
Pintu buang Pipa hisap Sambungan
Kepala hisap
Gambar 4.11 Kapal keruk hisap hopper-tarik
4.2.2.2 Pengangkatan Proses selanjutnya yaitu menaikkan campuran tanah yang dikeruk dan mengangkutnya. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan pompa jet air bertekanan.
Gambar 4.12 Penggunaan pompa jet air pada kapal keruk hisap hopper-tarik
IV-12
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
4.2.2.3 Transportasi dan pembuangan Proses ini merupakan gerakan hasil keruk dari daerah yang dikeruk menuju tempat pembuangan. Proses ini dapat dilakukan oleh alat keruk itu sendiri ataupun oleh alat lain yang bukan bagian dari alat keruk utama. Biasanya dilaksanakan menggunakan hopper hingga “hold” (palka) penuh atau sampai pada tahap yang paling ekonomis, kemudian alat keruk dihentikan dan bergerak menuju tempat pembuangan. Beberapa metode bukaan pintu/lubang palka untuk pembuangan diantaranya adalah : pintu bukaan bawah, kran bawah, pintu sorong horizontal, sistem lambung belah, dan sistem pipa yang bertujuan membuang hasil kerukan kedalam air di daerah pembuangan. Setelah membuang muatan, alat keruk kembali ke tempat kerja semula dan mulai kembali beroperasi.
Gambar 4.13 Pembuangan hasil keruk dengan sistem pipa oleh kapal Aru II
Pada dasarnya, setiap pekerjaan pengerukan memiliki Surat Izin Keruk (SIK) yang didalamnya terdapat informasi (koordinat) lokasi pembuangan hasil keruk. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pembuangan hasil keruk, antara lain : 1. Kedalaman lokasi pembuangan Lokasi pembuangan diusahakan memiliki kedalaman yang cukup, sehingga dengan adanya pembuangan hasil keruk tidak akan menimbulkan pendangkalan yang cukup berarti bagi lalu lintas pelayaran.
IV-13
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
2. Jarak lokasi pembuangan ke tempat pengerukan Jarak antara lokasi pembuangan dengan lokasi pengerukan diusahakan dekat. Hal itu mempertimbangkan kemungkinan kembalinya material yang dibuang pada daerah pengerukan. Sedangkan jarak yang jauh akan menghambat produktifitas pekerjaan pengerukan (waktu yang dibutuhkan selama perjalanan ke dan dari lokasi pembuangan tidak produktif). 3. Arus laut Tingginya arus laut dapat menyebabkan material hasil keruk yang telah dibuang berpindah tempat. Oleh karena itu, lokasi pembuangan dipilih sehingga perpindahan material yang diakibatkan oleh arus laut tidak menyebabkan pendangkalan pada alur pelayaran. 4. Lalu lintas pelayaran Sebaiknya lokasi pembuangan tidak berada/jauh dari alur pelayaran. Hal itu disebabkan untuk menghindari gangguan terhadap lalu lintas pelayaran. 5. Ekosistem lokasi pembuangan Pembuangan material hasil keruk akan menimbulan kerusakan pada ekosistem lokasi pembuangan. Sehingga, tidak dipilih lokasi pembuangan yang sedang dimanfaatkan untuk keperluan budidaya hayati, misalnya untuk budidaya rumput laut, kerang mutiara, dll. Berdasarkan penelitian oleh Pequegnat dan Smith pada tahun 1977 tentang dampak potensial pada laut dalam akibat pembuangan hasil keruk, yang membahas pula unsur-unsur biologi: plankton fito, plankton zoo, dan arus (50-75) cm/det pada saat buangan dijatuhkan dari perut kapal hopper dredger, merekomendasikan bahwa dalam jangka panjang pembuangan hasil keruk pada laut dalam dapat diterima dan tidak dibuang di laut dangkal.
IV-14
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
IV-15
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
IV-16
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
IV-17
BAB 4 PELAKSANAAN DAN PROSES PEKERJAAN PENGERUKAN
IV-18