Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN V.1 Pelaksanaan Di Lapangan Pada pelaksanaan proyek di lapangan, pelaksana tidak langsung membawahi para tukang akan tetapi menunjuk kepala tukang untuk memimpin pekerjaan di lapangan. Mengenai bahan – bahan seperti besi dan metode kerja yang akan di gunakan, besi tulangan disimpan di area sekitar proyek yang aman dari jalur mesin bor dan alat berat lain nya sehingga besi tidak berpindah – pindah lokasi. Sedangkan jadwal kerja harian para pekerja diatur oleh kontraktor dan jam kerjanya berlangsung dari 8.00 s/d 12.00 WIB, kemudian istirahat dan dilanjutkan kembali dari jam 13.00 s/d 18.00 WIB. Sistem pembayaran upah kepada pekerja dilakukan dengan sistem mingguan. Untuk menjaga keamanan pada proyek dipekerjakan 3 orang penjaga, yang merangkap sebagai penerima barang masuk ke proyek. V.2 Time Schedule Agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan mengetahui kemajuan pelaksanaan pekerjaan maka dibuatlah jadwal pekerjaan (Time Schedule). Time Schedule untuk pekerjaan dan rencana dibuat oleh kontraktor di periksa oleh manajemen konstruksi dan di setujui oleh pemilik. Proyek ini dimulai pada 11 Maret 2015 sampai dengan 8 Juni 201. Dari hari pertama sampai dengan hari terakhir proyek mengalami keterlambatan apabila di lihat dari deviasi pekerjaan. V.3 Pengaturan Pemasukan Bahan Kelancaran pelaksanaan pembangunan sebuah proyek tidak terlepas dari sistem pengaturan pengadaan bahan dan barang. Apabila pekerjaan ini terhambat akan membuat penyelesaian proyek semakin lama. Untuk mengantisipasi hal ini, maka sebelum pelaksanaan proyek kontraktor harus mempertimbangkan hal – hal V-1
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
sebagai berikut : a. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus mendistribusikan bahan atau barang untuk kebutuhan proyek selambat – lambatnya 4 hari sebelum dilaksanakan pekerjaan. b. Kontraktor wajib men-survey keadaan lokasi serta wajib membangun gudang penempatan bahan dan peralatan yang di order. c. Kontraktor wajib membangun sebuah gudang untuk menyimpan bahan atau barang. d. Kontraktor wajib menempatkan beberapa petugas pengawas material, agar pemasukan dan pengeluaran bahan dapat terkoordinir dengan baik. e. Material besi harus di tempatkan dengan baik agar tidak terkena lumpur, dan alat berat agar tidak berubah bentuk akibat terlindas. V.4 Pengadaan Peralatan Untuk kelancaran pembangunan proyek, sangat diperlukan berbagai macam peralatan baik alat berat maupun manual. Dalam pelaksanaan proyek alat yang digunakan seperti Excavator, Mesin Bore Pile, Crawler Crane, Mesin Genset, Roll Spiral, Plat Besi ( Untuk jalan sementara ), Mesin Las yang harus di cek dengan baik kelayakan pakai agar tidak menggangu jalan nya aktifitas proyek. V.5 Penempatan Penulis Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan ini yang berdasarkan kepada surat keputusan
Kepala Program Studi Jurusan Teknik Sipil. Penulis
ditempatkan di lapangan untuk ikut mengamati setiap jenis kegiatan dan memberikan laporan kepada pembimbing dosen dan pembimbing lapangan dan di diskusikan apabila penulis tidak faham baik secara teknis,metode kerja, waktu, penyusunan laporan dan lain –lain. Pekerjaan ini diamati selama kurang lebih 2 bulan, terhitung mulai tanggal 09 Maret s/d 09 Mei 2015. V-2
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
V.6 Ruang Lingkup Pekerjaan Proyek Pembangunan Apartemen Embarcadero Bintaro, adapun ruang lingkup terdiri dari : V.6.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan ini meliputi persiapan lokasi proyek serta penyediaan sarana dan prasarana, pembersihan lokasi proyek, dan persiapan-persiapan sebelum melaksanakan pekerjaan lebih lanjut. Tujuan pekerjaan persiapan ini adalah mengatur peralatan, bangunan pembantu, dan fasilitas lainnya sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan efesien, lancar, aman dan sesuai rencana kerja yang disusun.
Gambar V.1 Breakdown Pekerjaan Persiapan Beberapa hal pokok yang harus dilaksanakan dalam masa persiapan tahap satu ini adalah sebagai berikut:
V-3
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan a.
Menentukan lokasi – lokasi kantor / direction kit, stockyard, dll sehingga dapat terorganisir dengan baik.
b.
Meninjau ulang lokasi proyek agar kemungkinan–kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perencanaan tahap pekerjaan dapat di hindarkan.
c.
Menentukan alat berat dan alat pendukung lain nya, Agar proyek berjalan dengan baik tanpa ada hambatan karena kekurangan atau ketidak sedian alat yang dapat menghambat proyek.
d.
Penyediaan alat – alat kerja yang akan dibutuhkan sesuai dengan kondisi / medan kerja, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien serta ekonomis.
V.6.1.1 Penyediaan sarana dan prasarana Pekerjaan ini meliputi : a. Penyediaan Air bersih dan daya listrik untuk bekerja. b. Air yang digunakan harus bersih, bebas dari bau, lumpur, minyak, dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan persetujuan Direksi / Perencana. c. Penyediaan rambu-rambu keselamatan, maupun tanda peringatan lainya. d. Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi sebagai pembuangan air yang ada sesuai dengan petunjuk / persetujuan Direksi. V.6.1.2 Stockyard Stockyard telebih dahulu disiapkan sebelum pelaksanaan proyek dimulai. Stockyard ini digunakan untuk menyimpan material, memarkir kendaraan proyek, melakukan pabrikasi tulangan maupun bekisting. Lokasi stockyard harus mudah dijangkau dari lokasi proyek, dan harus pula cukup luas untuk dapat melakukan semua aktivitas tersebut di atas. Stockyard ini pun dilengkapi dengan wc untuk pekerja, dan sebuah mushola. V-4
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.2 Situasi di dalam Stockyard, dan Sedang Dilakukan Pabrikasi besi V.6.1.3 Pekerjaan Pendahuluan Pekerjaan pendahuluan meliputi pengukuran, land clearing, pada proyek ini land clearing sudah di kerjakan oleh pihak Owner yang di kerjakan oleh pihak Kontraktor Cut and Fill. Kontraktor berkewajiban melakukan pengukuran kembali baik elevasi dan koordinat. Setelah pengukuran setiap koordinat harus di beri patok. Berikut Kegiatan pengukuran dan pematokan : a. Menentukan titik koordinat setiap titik pondasi dengan memberi tanda patok dengan balok kayu yang di tancapkan dan di beri no titik berdasarkan gambar rencana disebut setting out. b. Kontraktor bertanggung jawab atas kesempurnaan dan kebenaran pengukuran, kebenaran posisi level dan garis untuk keseluruhan pekerjaan. c. Tim pengawas akan memberikan titik acuan sebagai dasar pengukuran titik koordinat, batas–batas pekerjaan dan acuan untuk ketinggian. Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini di dasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik–titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti yang direncanakan dalam gambar–gambar dan disetujui oleh team pengawas.
V-5
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
d. Kontraktor harus mengadakan survei dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. e. Setiap tanda yang di buat oleh tim pengawas ataupun oleh kontraktor harus di jaga baik–baik, bila terganggu atau rusak harus diperbaiki oleh kontraktor atas tanggungan sendiri.
Gambar V.3 Pekerjaan Setting Out Kontraktor juga membuat jalan sementara ( Temporary Road ) untuk memudahkan mobilisasi demobilisasi alat karena tanah existing adalah tanah urugan yang belum di padatkan di tambah hujan yang terus turun sehingga tanah sangat mudah menjadi lumpur. Jenis jalan sementara yang di pakai adalah perkerasan kaku dengan tebal beton 10cm lapisan subgrade hanya tanah yang di padatkan dengan nilai CBR 4%. V.6.1.4 Pekerjaan Pembesian Pondasi Tulangan untuk pondasi terlebih dahulu dilakukan di stockyard, sebelum pekerjaan pengeboran`pondasi dimulai.. Sehingga ketika pengeboran selesai, tulangan hanya tinggal ditempatkan / erection pada galian pondasi, dengan kata lain, pekerjaan pembesian untuk pondasi dan kolom dikerjakan overlapping dari pengeboran pondasi. Hal ini membuat pekerjaan lebih efisien. Hanya saja akan dibutuhkan
perlakuan
khusus
dalam
penyimpanan
tulangan
sebelum
V-6
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
dipasang/ditempatkan, hal ini untuk mencegah rusaknya tulangan akibat korosi. Pekerjaan pembesian yang meliputi perhitungan diameter tulangan, jarak antar tulangan dan sebagainya harus memenuhi syarat–syarat dari pembesian sebagai berikut : a. Persyaratan Peraturan Beton Indonesia 1971 seperti panjang kait, panjang penyaluran, panjang stek dan jarak antar tulangan. b. Pengikatan tulangan harus kuat, supaya dalam pengecoran tidak mengalami
pergeseran
tempat.
Pengikatan
dilakukan
dengan
menggunakan kawat baja dan las listrik. c. Untuk menjaga tercapainya selimut beton yang diinginkan maka pada tulangan diberi spacer di empat sisi, sepanjang tulangan, dengan jarak 20 mm. d. Pengelasan harus memenuhi ketentuan perencana, yaitu harus sesuai dengan Structural Welding Code Reinforced Steel. Menggunakan electrode E90xx, dan saat pengelasan, tidak boleh merusak batang tulangan utama. e. Pengerjaan tulangan spiral harus diperhatikan secara seksama, sesuai dengan gambar rencana, dan disambungkan dengan erat pada tulangan utama. f. Pemasangan tulangan harus benar-benar sesuai dengan gambar rencana serta daftar pembesian yang dibuat oleh kepala pelaksana yang sudah disetujui oleh konsultan pengawas, kecuali ditentukan lain ataupun ada revisi desain
V-7
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.4 Breakdown Pekerjaan Pembesian Pekerjaan pembesian meliputi antara lain : a. Membuat bestat (daftar memotong besi). Tahap ini merencanakan daftar pemotongan besi sesuai dengan gambar rencana dan besi di lapangan. b. Memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Memotong tulangan harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai bestat dan diupayakan supaya tidak terjadi kesalahan juga diupayakan agar sisa potongan seminim mungkin. Harga besi tulangan sangatlah mahal, dan apabila terjadi kesalahan saat pemotongan akan membuat potongan tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan besi sisa potongan harganya jatuh di pasaran, sehingga hal ini akan membuat kerugian. c. Membentuk tulangan spiral. Pekerjaan ini membutuhkan alat Roll Spiral, system pengerjaan nya dimana ujung besi dikaitkan di alat lalu di putar dengan jumlah tukang 4 orang, 2 orang sebagai penggerak Roll Spiral dan 2 orang sebagai penahan besi waktu di Roll Spiral agar tidak lari arah besi. d. Menyusun tulangan pada tempatnya sesuai dengan gambar rencana. Setelah komponen-komponen tulangan telah dibuat, kemudian disusun sesuai dengan gambar. Terlebih dahulu tulangan-tulangan memanjang dipasangkan dengan tulangan melingkar di kedua ujungnya, kemudian V-8
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
tulangan-tulangan
spiral
dipasangkan
pada
bentangan
tulangan
memanjang. Tulangan-tulangan spiral tersebut diletakkan sesuai gambar, perlu diperhatikan rapat – renggang tulangan spiral agar sesuai dengan gambar rencana. Selesai tulangan-tulangan ditempatkan tepat pada posisinya, sesuai dengan gambar, maka tulangan tersebut diikat dengan las. e. Mengikat tulangan yang berhubungan satu sama lain dengan dilas. Pengawas terlebih mengecek tulangan pondasi yang telah dirakit dan kemudian bila telah disetujui, maka kemudian tulangan tersebut dilas pada beberapa titik sehingga tidak terlepas dari posisinya. Memulai pekerjaan pembesian, sebelumnya kepala pelaksana harus membuat daftar rencana pembesian yang mendetail berdasarkan gambar rencana konstruksi yang lengkap, seperti diameter tulangan, panjang tulangan, banyak tulangan yang dibutuhkan, panjang bengkokan, jarak antar tulangan, tempat penghentian dan penyambungan tulangan. Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di stockyard. Pekerjaan ini memerlukan gambar konstruksi dan daftar rencana pembesian karena kebutuhan tulangan yang bervariasi. Mempertimbangkan tingginya harga besi tulangan, maka pekerjaan pemotongan dan pembengkokan tulangan harus diusahakan se-efisien mungkin dengan mengusahakan agar sisa potongan tulangan sesedikit mungkin. Oleh karena itu pekerja dituntut mengusahakan pemanfaatan sepenuhnya dari batang besi tulangan, dan meminimalisir potongan sisa tulangan yang tidak berguna.
V-9
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.5 Pekerjaan Pemasangan Spiral V.6.1.5 Pekerjaan Pondasi Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi ini adalah: a. Mesin bor berupa Boring Machine Crane Mounted. b. Mata bor / Drilling Tool berbagai jenis dan ukuran. c. Casing ( Steel Case ). d. Tangki penampung campuran bentonite. e. Mesin pencampur mesin bentonite. f. Pompa sentrifugal. g. Selang. h. Pipa tremie (Diameter 25 cm). i. Corong Cor (Diameter atas 80 cm, dan diameter bawah 25 cm) j. Kait tulangan. k. Mesin las listrik. Pondasi
yang
digunakan
pada
proyek
pembangunan
Apartemen
Embarcadero adalah pondasi tiang bor, berikut potongan prinsip pondasi :
V-10
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.6 Breakdown Pekerjaan Bore Pile Pada proyek pembangunan Apartement Embarcadero ini, jenis pondasi tiang bor digunakan sebanyak 3120 titik dengan diameter bervariasi, dan dengan kedalaman 12 m s.d. 29 m. Pondasi ini menggunakan beton kelas B-2 dengan mutu K-300. Perlu diperhatikan urutan pekerjaan tiang saat pekerjaan pengeboran. Pekerjaan tiang yang satu sengaja diloncat, tidak berurutan berdasarkan nama tiang. Hal ini dimaksudkan agar pada saat pengeboran selanjutnya tidak terjadi keruntuhan akibat gangguan tegangan tanah yang diakibatkan pengeboran sebelumnya. Pekerjaan persiapan dilakukan sebelum melakukan prosedur pemasangan Bored Pile. Pekerjaan persiapan diantaranya meliputi persiapan lahan seperti pemetaan lahan dengan menggunakan alat-alat theodolit, proses ini dilakukan sebelum alat-alat berat dimasukkan ke lapangan, karena akan sulit jika melakukan pemetaan setelah alat-alat berat itu masuk ke lapangan. Pemetaan dilakukan untuk menentukan letak pemasukan
pemasukan alat-alat berat kelapangan. Guna V-11
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
meletakkan silo bentonite yang bobotnya sangat berat, maka dibuat landasan berupa pelat beton dengan tebal 20 cm seluas perletakan silo, apabila diperlukan, maka akan dipasang pelat-pelat baja. Tujuannya untuk menopang alat-alat berat agar tidak ambles masuk ke tanah apabila daya dukung tanah di lapangan tidak cukup baik, namum karena pada proyek ini pekerjaan pengeboran dilakukan di atas existing berupa perkerasan aspal, maka hal itu tidak diperlukan. Persiapan lahan juga terdiri dari pembersihan lahan, seperti misalnya pembersihan batu-batu besar yang ada di lapangan, penebangan pohon-pohon yang mengganggu di lapangan. Cairan bentonite diperlukan dalam proses pengecoran untuk mencegah terjadinya keruntuhan dinding lubang galian saat dilakukan pengeboran. Keruntuhan biasanya terjadi akibat air tanah yang menekan untuk mengisi lubang galian, akhirnya mendesak tanah untuk runtuh. Apalagi pada pekerjaan galian bor yang dalam, dam muka air yang tinggi, serta jenis tanah yang berbutir / granular. Jika hal ini terjadi tentu akan tidak menguntungkan, karena mengganggu pekerjaan. Cairan bentonite yang memiliki berat jenis yang lebih besar daripada air, akan menahan air untuk tidak masuk dalam lubang galian, sehingga tanah di sekeliling lubang galian tidak akan runtuh. Cairan bentonite didapat dari campuran semen bentonite dengan air dengan ketentuan 35 kg Bentonite dicampur dengan 1000 liter air. Cairan bentonite dicampur pada alat khusus yang telah ditempatkan di lapangan milik PT. Trocon Indah Perkasa, setelah pencampuran dilakukan, cairan bentonite ditampung dalam tangki besar. Terdapat beberapa buah tangki besar di lapangan untuk menampung cairan bentonite, sehingga pada waktu dibutuhkan saat pengeboran, cairan bentonite tersebut tinggal dialirkan dengan sistem gravitasi melalui pipa-pipa yang disambungkan ke tangki. Demikian pula setelah cairan bentonite selesai digunakan kembali, akan dipompa menuju tangki penampungan.
V-12
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan pengeboran dapat dilakukan setelah pekerjaan persiapan lahan selesai. Pengeboran ini bertujuan untuk melakukan pengecoran Bored Pile nantinya. Pekerjaan pengeboran ini harus diparalel dengan pekerjaan pembuatan / perakitan tulangan Bored Pile. Hal ini supaya jangan sampai tanah sudah di bor, tapi ternyata tulangannya masih belum siap. Tanah pada lubang pondasi akan rusak, jika pekerjaan tertunda terlalu lama. Hal ini disebabkan karena hujan atau getaran akibat lalu-lintas di atasnya. Kerusakan pada lubang galian akan memerlukan pekerjaan pengeboran lagi, yang memaksa kita untuk mengeluarkan biaya lagi. Hal ini sangat tidak efektif, menghabiskan waktu dan biaya oleh karena itulah diupayakan pengeboran, pemasangan tulangan, dan pengecoran dilakukan dalam interval waktu yang berdekatan (1 hari pekerjaan). Pengeboran dilaksanakan setelah rangkaian tulangan telah siap dan pihak ready mix-nya juga telah siap. Pengeboran dilakukan dengan mesin Boring Machine Crane Mounted. Mesin ini disebut demikian, karena berupa mesin bor yang ditempelkan pada crane. Pengeboran dimulai dengan menyetel alat pada titik-titik yang telah direncanakan. Mencari titik-titik koordinat itu di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur theodolit, caranya dari titik benchmark di lapangan / titik patok, yang didapat ketika melakukan survey, atau penggambaran denah lapangan, dari titik tersebut kita lakukan “tembakan” dengan jarak dan sudut yang telah dicari dalam perhitungan, sehingga didapatkan titik-titik pengeboran dilapangan. Pengeboran di lapangan dilakukan di atas tanah existing (pematangan lahan), sehingga pada tahap awal digunakan mata bor (drilling tool) yang dapat memecahkan batu / tanah keras, yakni rock auger. Pengeboran dengan rock auger dilakukan sampai didapat lapisan tanah, kemudian digunakan drilling tool untuk tanah biasa, kemudian sebelum mencapai kedalaman yang diinginkan dipasang casing pada galian. Casing adalah pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor. Fungsi casing adalah untuk melindungi dinding galian dari keruntuhan saat pengeboran dilakukan. Terlebih pada dinding bagian atas galian, yang terpengaruh oleh aktivitas mesin bor (getaran yang ditimbulkannya) saat V-13
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
pengeboran dilakukan. Cara pemasangan casing adalah diangkat dan dimasukkan pada
lubang
bor,
dimana
memasukannya
ada
berbagai
cara
dengan
di jacking atau vibration. Cairan bentonite kemudian dialirkan ke dalam galian,setelah casing terpasang. Cairan bentonite dan casing nantinya akan berfungsi mencegah keruntuhan tanah di sekitar dinding galian saat dilaksanakan pengeboran. Pembersihan lubang kemudian dilakukan setelah pemasangan casing selesai, yakni dengan mengambil tanah dan Lumpur dari dasar lubang dan kemudian dibuang. Proses pembersihan ini menggunakan alat Cleaning Bucket. Pengeboran kemudian dilanjutkan kembali dengan drilling tool untuk tanah keras (dilengkapi keranjang) sampai kedalaman yang ditentukan. Demikian proses pengeboran dilakukan untuk setiap titik hingga mencapai tanah keras. Pengecekan apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi dilkukan dengan menggunakan cara manual yaitu mengikatkan pemberat pada sebuah pita ukur dan menjatuhkanya kedalam lubang hingga terasa antukan pada pemberat tersebut. Setelah dipastikan pengeboran sudah mencapai kedalaman yang ingin dicapai, tanah hasil pengeboran perlu juga dichek dengan data hasil penyelidikan terdahulu, apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
V-14
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.7 Pekerjaan Pengeboran Tahap berikutnya setelah proses pengeboran dan pemasangan casing dilakukan adalah pemasangan tulangan. Penulangan harus disambung di lapangan, karena pondasi terlalu dalam dan panjang tulangan tidak memungkinkan dibuat tanpa sambungan . Hal ini membuat pengangkatan dilakukan dengan bertahap.
Erection tulangan dimulai dengan pengangkutan tulangan dari pabrikasi di stockyard ke lokasi pekerjaan. Pengangkutan dilakukan dengan Crawler crane di bantu pekerja.
V-15
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar V.8 Pengangkatan Tulangan dengan Crane Kedalaman pondasi yang dikerjakan di lapangan dapat mencapai 23 meter, sedangkan tulangan tidak memungkinkan untuk dibuat menerus sepanjang itu, maka dibuat sistem tulangan segmen per segmen yang dapat disambung. Hal ini mengakibatkan erection tulangan harus dilakukan bagian perbagian yang kemudian disambung dengan las di bagian atas. Sambungan harus dibuat overlap yang memenuhi syarat 40D s/d 60D. Pengangkatan tulangan degan crane dibantu dengan alat spider. Penggunaan Spider dimaksudkan agar menjaga bentuk diameter tulangan agar tidak rusak akibat gaya yang ditimbulkan ikatan seling. Berikut rincian pekerjaan erection di lapangan. Proses selanjutnya setelah proses pemasangan tulangan baja adalah pengecoran beton. Pekerjaan ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi, meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi bila pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak V-16
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
tepat. Air tanah yang memenuhi lubang pondasi menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremie. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor. Alat – alat yang digunakan dalam proses pengecoran pondasi: 1. Pipa tremie 2. Corong 3. Penjepit pipa / tremie pipe holder 4. Casing baja silinder Langkah - langkah pekerjaan pengecoran di mulai dengan Setting Alat Pengecoran. Pipa tremie dimasukkan perlahan ke dalam lubang galian dengan bantuan crane, segmen per segmen. Suatu segmen pipa masuk ke dalam galian, kemudian dijepit pada mulut lubang, kemudian segmen lainya diangkat dan disambungkan pada segmen yang dijepit tadi. Penjepit kemudian dilepas, setelah pipa tersambung dan dimasukkan kembali ke dalam galian. Hal yang sama dilakukan selanjutnya sampai pipa tremie masuk pada kedalaman yang diinginkan, dan pipa tremie kembali dijempi pada mulut galian agar tidak jatuh seluruhnya ke dalam galian. Selesai pipa tremi dipasang, corong untuk pengecoran pun dipasang di atas pipa tremie. Posisi pipa harus diperhatikan agar pipa tremie berada pada posisi center dari galian, hal ini agar distribusi campuran beton yang dicor dapat merata di semua bagain galian pondasi. Pengecoran.Beton untuk pondasi menggunakan ready mix yang didatangkan dari PT. Adhimix batching plant Bintaro. Campuran beton ini dirancang sedemikian rupa supaya walaupun kandungan air tinggi, namun tetap memiliki kekuatan yang tinggi. Nilai slump untuk beton pondasi ditentukan harus tidak lebih dari 17 mm, hal ini membuat pekerjaan pengecoran beton menjadi lebih mudah. Tidak digunakan vibrator untuk pemadatan dalam proses pengecoran, karena beton V-17
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
dengan nilai slump 17 mm sangat encer sehingga proses pemadatannya tidak perlu menggunakan vibrator. Saat pipa tremie sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor, ujung atas ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh, lalu corong beton dipasang dan pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap dilakuakan. Truk ready mix siap untuk mendekat dan menuang beton segar pada corong yang telah dipasang. Kesulitan mulai terasa pada tahap ini, karena keahlian operator sangat menentukan keberhasilan dalam proses pengecoran dengan cara ini. Dikatakan sulit karena pipa tremie tadi perlu untuk dicabut lagi. Jadi jika beton yang dituang terlalu banyak maka untuk mencabut pipa yang tertanam menjadi lebih susah, sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremie, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi ataupun tercampur dengan tanah, padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam lobang yang tidak terlihat sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Jika pada tahap ini gagal, maka secara keseluruhan, pelaksanaan pondasi juga gagal. Saat beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremie harus mulai ditarik ke atas bagian pipa tremie yang basah dan kering (gambar kanan). Adanya pipa tremie tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan cairan bentonite. Karena Berat Jenis beton lebih besar dari Berat Jenis bentonite maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Hal ini mengakibatkan cairan bentonite mulai terdorong ke luar dan mulai digantikan dengan beton segar V-18
Bab V Pelaksanaan Pekerjaan
tadi. Sementara beton terus dicor melalui pipa tremie, cairan bentonite dipompa menuju tangki penampungan. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang menerus, jika ada keterlambatan beberapa jam dan terjadi setting maka pipa tremie-nya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa dicabut, sedangkan jika terburu-buru mencabut maka tiang beton bisa tidak menyambung. Hal ini membuat pelaksana hrus selalu memperhatikan bagian logistik / pengadaan beton. Pengerjaan pengecoran yang berlangsung dengan baik adalah jika beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Pemasangan tremie mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremie tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur. Proses pengecoran telah selesai sampai tahap ini. Casing kemudian dicabut kembali dari lubang bor saat beton masih segar / belum setting.
Gambar V.9 Pekerjaan Pengecoran Pondasi
V-19
Laporan Kerja Praktik Apartemen Embarcadero – Bintaro
V-20