55
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS 4.1. Hasil Pengujian dan Analisisnya 4.1.2. Huffman Code
(a)
(b)
56
(c) Gambar 4.1. (a). Probabilitas tiap Karakter; (b). Diagram Pohon Huffman Code; (c).Penghitungan Huffman Code
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Huffman Code dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu NAMA dan bit error bernilai 1. Langkah pertama adalah mencari probabilitas tiap karakter, seperti pada Gambar 4.1.(a). Kemudian dibuat diagram pohon Huffman dengan cara mengurutkan probabilitas tiap karakter dari yang paling besar sampai yang paling kecil. Setelah itu dua karakter dengan probabilitas terkecil dijumlahkan dan diurutkan kembali dengan probabilitas yang lain. Begitu seterusnya sampai total probabilitas untuk seluruh karakter sama dengan 1. Kemudian diberi kode ‘1’ di sebelah kiri dan kode 0 di sebelah kanan, seperti ditunjukan pada Gambar 4.1.(b). Selanjutnya akan didapatkan hasil penyandian seperti hasil penghitungan Huffman Code pada Gambar 4.1.(b).Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Huffman Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
57
4.1.3. Arithmetic Code
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 4.2.(a). Interval Probabilitas; (b). Diagram Arithmetic Code;(c). Tabel Arithmetic Code; dan (d) Pengawasandian Arithmetic Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code,digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama probabilitas tiap karakter dicari dan dibuat interval seperti pada Gambar 4.2.(a). Kemudian dibuat diagram Arithmetic Code sesuai dengan masukan berarti, dimulai dari N , A, M, dan A dengan menggunakan rumus ( ( batas atas-batas bawah) * probabilitas karakter + batas bawah) seperti pada Gambar 4.2.(b). Selanjutnya didapat hasil penyandian seperti hasil dan penghitungan Arithmetic Code pada tabel Arithmetic Code pada Gambar 4.2.(c) dan hasil
58
pengawasandiannya dapat mengembalikan lagi seperti kata masukan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.4. Parity Check Code
(a)
(b)
Gambar 4.3.(a). Hasil Penyandian Penyandian Parity Check Code; (b). Hasil Pengawasandian Parity Check Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Parity Check Code, masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA, jumlah bit error nya 1, dan Paritas Genap. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian jumlah angka 1 dihitung, jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1, seperti pada Gambar 4.3.(a). Untuk data error caranya juga sama, yaitu menghitung angka ‘1’ lagi. Jika genap, maka bit paritynya 0 dan jika gasal, bit paritynya 1 seperti pada Gambar 4.3.(a). Jika bit paritynya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami
error.
Dengan
ini
dapat
dilihat
bahwa
penyandian
dan
pengawasandian Parity Check Code sudah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.5. LRC( Longitudinal Redundancy Check)
59
(a)
(b) Gambar 4.4.(a).Penyandian LRC; (b). Pengawasandian LRC.
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundancy Check dilakukan dengan memasukkan kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Kemudian exorkan bit pada urutan bit yang sama seperti pada Gambar 4.4.(a). Untuk data error, caranya juga sama, yaitu exorkan bit pada urutan bit yang sama dan bandingkan hasil LRC data yang dikirim dengan data yang diterima seperti Gambar 4.4.(a).
60
Jika bit LRC nya sama dengan data yang dikirim, maka dianggap tidak mengalami
error.
Dengan
ini
dapat
dilihat
bahwa
penyandian
dan
pengawasandian Longitudinal Redundancy Check telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
4.1.6. CRC (Cyclic Redundancy Code)
(a)
61
(b) Gambar 4.5.(a). Penyandian Cyclic Redundancy Code; (b).Pengawasandian Cyclic Redundancy Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code digunakan masukan berupa 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1, dan pembagi 101. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi dengan pembagi 101 dan akan mendapatkan sisa CRCnya seperti pada Gambar 4.5.(a). Untuk data error caranya juga sama, yaitu data yang diterima dibagi dengan pembagi seperti pada Gambar 4.5.(b). Jika sisa CRC setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0 semua, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundancy Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori.
62
4.1.7. Checksum Code
(a)
(b) Gambar 4.6.(a). Penyandian Checksum Code; (b).Pengawasandian Checksum Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Checksum Code digunakan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data dibagi menjadi 2 bagian kemudian kedua bagian tersebut dijumlahkan, dan dikomplemenkan sehingga mendapatkan hasil checksumnya seperti Gambar
63
4.6.(a). Untuk data error, caranya juga sama yaitu data yang diterima dibagi 2, kemudian ditambahkan checksum kemudian dikomplemenkan seperti Gambar 4.6 (b). Jika hasil setelah dideteksi adalah 0 (nol) semua, maka data yang diterima dianggap
tidak
mengalami
error.
Dengan
demikian
penyandian
dan
pengawasandian Checksum Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada. 4.1.8. Hamming Code
(a)
64
(b) Gambar 4.7.(a). Penyandian Hamming Code; (b).Pengawasandian Hamming Code.
Pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Hamming Code dilakukan dengan masukan berupa kata bermakna, yaitu: NAMA dan jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data biner akan diproses dengan cara menambahkan bit tambahan pada bit ke 1,2,4,8, dan seterusnya seperti Gambar 4.7.(a). Untuk data error, Hamming Code dapat membetulkan kesalahan tetapi hanya untuk 1 kesalahan saja. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian Hamming Code telah bekerja dengan baik sesuai teori yang ada.
65
4.1.9. BCH Code
(a)
(c)
(b)
(d)
Gambar 4.8.(a). Penyandian BCH Code; (b).Pengawasandian BCH Code;(c) Contoh Penyandian BCH Code; (d) Contoh Pengawasandian BCH Code.
66
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian BCH Code digunakan masukan 1 karakter, yaitu A, jumlah bit error nya 1. Pertama-tama tiap karakter dijadikan biner berdasarkan kode ASCII. Data diubah menjadi fungsi x dan dimodulo g(x) seperti pada Gambar 4.8.(a). Untuk data error, caranya juga sama, yaitu data yang diterima dimodulo g(x) dengan seperti pada Gambar 4.8.(b). Untuk lebih sederhananya, bisa dilihat contoh penyandian BCH Code pada Gambar 4.8.(c) dan contoh pengawasandian BCH Code. Gambar 4.8.(d). Jika hasil sisa modulonya setelah dideteksi pada data yang diterima hasilnya adalah 0, maka data yang diterima dianggap tidak mengalami error. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat bekerja dengan baik sesuai teori.
4.1.10. Convolution Code
(a)
67
(b)
(c) Gambar 4.9.(a). Penyandian Convolution Code; (b). Penyandian Convolution Code;(c) Pengawasandian Convolution Code.
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Convolution Code menggunakan Convolution (2,1,2) karena dirasa sederhana dan mudah. Pada penyandian Convolution Code menggunakan diagram keadaan dan tabel kebenaran yang sudah dicari menggunakan shift register seperti pada Gambar 4.9(a).
68
Pada pengawasandian Convolution Code menggunakan diagram trelis yang dihitung menggunakan pendekatan nilai-nilai pada setiap titik diagram trelis sehinggga dapat memeriksa kesalahan.
4.1.11. Reed Salomon Code 4.1.12.
(a)
(b) Gambar 4.10.(a). Penyandian RS Code; (b).Pengawasandian RS Code.
69
Pada pengujian simulator penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code menggunakan contoh bukan seperti kode pertama sampai kode kesembilan. Dikarenakan kode ini merupakan kode yang paling kompleks dari pada yang lain. Cara penyandian dan cara pengawasandiannya hampir sama dengan BCH Code tetapi lebih sulit karena cara pengoreksiannya multibit. Contoh yang dipakai dalam simulasi ini menggunakan RS(7,5) karena dirasa mudah dan sederhana untuk dimengerti cara proses penyandian dan pengawasandian. Proses penyandian dan pengawasandian ditunjukkan pada Gambar 4.10(a) dan Gambar 4.10(b).
4.2. Hasil Perolehan Data Kuesioner Tabel 4.1. Kuesioner Responden. No
Pertanyaan
Jawaban 1
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13.
Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal Redundacy Check Code (LRC Code) dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy Check Code (CRC Code) dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code dapat dimengerti dengan baik Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi dan anda tertarik untuk menggunakannya. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu.
2
70
Tabek 4.1 menunjukkan kuisoner yang harus diisi oleh responden. Kuesioner diberikan kepada 30 responden yang terdiri dari mahasiswa teknik elektro dengan syarat sudah atau sedang menempuh mata kuliah Sistem Komunikasi, Jaringan Telekomunikasi, atau Matematatika Diskrit.Responden berasal dari tahun angkatan yang bervariasi yaitu angkatan 2008, 2009, 2010, 2011, dan 2012. Kuesioner berisi 13 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberikan 2 pilihan jawaban: 1 (setuju) dan 2 (tidak setuju).Untuk jawaban setuju diberikan poin 1 dan untuk jawaban tidak setuju diberikan poin 0. Dan simulator ini dianggap berhasil apabila nilai rata-rata poin kuesioner adalah 70%. Hasil kuesioner terlihat dalam Tabel 4.2.
71
Tabel4.2. Hasil Kuesioner. No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pertanyaan
Proses penyandian dan pengawasandian Huffman Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Arithmetic Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan Parity Check Code dapat dimengerti dengan baik
Jawaban 1
2
30
0
(100%)
(0%)
23
7
(76,67%) (23,33%) 30
0
(100%)
(0%)
Proses penyandian dan pengawasandian Longitudinal 28 2 Redundacy Check Code(LRC Code) dapat dimengerti (93,33%) (6,67%) dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Cyclic Redundacy 25 5 Check Code(CRC Code) dapat dimengerti dengan baik (83,33%) (16,67%) Proses penyandian dan pengawasandian Checksum Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Hamming Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian BCH Code dapat dimengerti dengan baik Proses penyandian dan pengawasandian Convolution Code dapat dimengerti dengan baik
10. Proses penyandian dan pengawasandian Reed Salomon Code dapat dimengerti dengan baik 11. Secara keseluruhan penyandian dan pengawasandian mudah digunakan
28
2
(93,33%)
(6,67%)
27
3
(90%)
(10%)
12
18
(40%) 19
11
(63,3%)
(36,7%)
15
15
(50%)
(50%)
28
2
(93,33%)
(6,67%)
12. Simulator ini dapat membantu anda dalam perkuliahan, 28 khususnya untuk mata kuliah konsentrasi telekomunikasi (93,33%) dan anda tertarik untuk menggunakannya. 13. Pedoman aplikasi untuk pengguna jelas dan membantu. 30
Rerata
(60%)
2 (6,67%) 0
(100%)
(0%)
323
67
(82,82%) (17,18%)
72
Nilai rerata kepuasan responden terhadap simulator adalah 82,82% Nilai rata-
didapat dari
rata poin setuju minimal yang diharapkan yaitu 70%, ternyata didapatkan hasil nilai rata-rata poin setuju sebesar
. Artinya, simulator ini dianggap
berhasil dan responden merasa puas dengan simulator yang dibuat. Dilihat dari hasil ini Huffman Code dan Parity Check Code mendapatkan nilai 100% dikarenakan penyandian Huffman Code dan Parity Check Code termasuk mudah dan sudah diajarkan pada matematika diskrit dan untai digital. Arithmetic Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Huffman Code yaitu 76,67% dikarenakan penyandian ini memiliki penghitungan yang cukup sulit dan penyandian ini belum pernah diajarkan pada salah satu pelajaran matematika diskrit, sistem komunikasi, maupun jaringan telekomunikasi. Sedangkan Cyclic Redundancy Code mendapatkan 83,33 % dikarenakan penyandiannya cukup sulit karena adanya pembagian biner yang rumit. Hamming Code mendapatkan presentase yang tinggi yaitu 90%. Hamming Code sudah pernah diajarkan pada mata kuliah lain seperti jaringan komputer,dan komunikasi data, meskipun penyandian Hamming Code termasuk penyandian yang cukup sulit. Pada BCH Code, Convolution Code, dan Reed Salomon Code mendapatkan hasil yang kurang memuaskan karena kurang dari 70%. Dikarenakan penyandian dan pengawasandian ketiga kode tersebut sangat sulit dibandingkan ketujuh kode yang lainnya. BCH Code mendapatkan hasil lebih jelek daripada Reed Salomon Code karenakan Reed Salomon hanya memberi contoh yang sederhana sedangkan BCH Code diberi masukan sehingga penyandian dan pengawasandiannya terlihat lebih rumit dibandingkan Reed Salomon Code. Bagi responden yang merupakan mahasiswa pengambil mata kuliah jaringan telekomunikasi, sistem komunikasi, dan komunikasi data, cukup mudah untuk mengerti setiap penyandian dan pengawasandian dikarenakan saat menempuh mata kuliah tersebut sebagian besar
penyandian sudah pernah
diajarkan dan hanya tinggal mengingatnya saja. Sedangkan mahasiswa yang hanya mengambil matematika diskrit saja, hanya tahu dasar-dasarnya saja sehingga masih membutuhkan bantuan dari pembuat simulator.
73
Pada penyandian BCH Code dan Reed Salomon code, pengguna simulator masih menggunakan bantuan pembuat dikarenakan kedua kode ini merupakan penyandian yang sangat rumit. Dengan user interface yang sederhana penggunaan simulator ini termasuk mudah untuk dioperasikan dan sudah cukup berwarna. Beberapa responden memberikan saran untuk pengembangan simulator ini yaitu penambahan GUI dibuat lebih menarik misalnya diberi background.