70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Peneliti melaksanakan penelitian sebanyak lima kali pertemuan yaitu satu kali diisi dengan melakukan pretest, tiga kali pertemuan diisi dengan pembelajaran dan satu kali pertemuan diisi dengan melakukan postest. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen (Kelas X-7) adalah menggunakan model pembelajaran kolaboratif dalam lima kali pertemuan yang masing-masing pertemuan beralokasi 90 menit. Pertemuan pertama (Pre-Test dan Respon) dilaksanakan pada tanggal 6 Februari 2013. Pertemuan kedua (RPP 1) dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2013. Pertemuan ketiga (RPP 2) dilaksanakan tiga minggu kemudian yaitu pada tanggal 6 Maret 2013, hal itu dikarenakan dua minggu sebelumnya seluruh siswa kelas X dan XI diliburkan karena adanya Try Out untuk kelas XII. Pertemuan keempat (RPP 3) dilaksanakan pada tanggal 13 Maret, dan pertemuan kelima (Post-Tes dan Respon) dilaksanakan tiga minggu kemudian yaitu pada tanggal 3 April 2013, hal itu dikarenakan dua minggu sebelumnya seluruh siswa kelas X dan XI diliburkan karena adanya UTS untuk kelas XII. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok kontrol (Kelas X-4) menggunakan metode yang sedang diterapkan di sekolah yaitu metode ceramah dan tanya-jawab. Pembelajaran ini dilaksanakan dalam lima kali
71
pertemuan yang masing-masing pertemuan beralokasi 90 menit. Pertemuan pertama (Pre-Test) dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2013, pertemuan kedua (RPP 1) dilaksanakan tiga minggu kemudian yaitu pada 5 Maret 2013, hal itu dikarenakan dua minggu sebelumnya seluruh siswa kelas X dan XI diliburkan karena adanya Try Out untuk kelas XII. Pertemuan ketiga (RPP 2) dilaksanakan sebulan kemudian yaitu pada tanggal 2 April 2013, hal itu dikarenakan tiga minggu sebelumnya pada tanggal 12 Maret 2013 libur tanggal merah, dan dua minggu kemudian seluruh siswa kelas X dan XI diliburkan karena adanya UTS untuk kelas XII. Pertemuan keempat (RPP 3) dilaksanakan pada tanggal 9 April 2013, dan pertemuan kelima (Post-Test dan Respon) dilaksanakan dua minggu kemudian yaitu pada tanggal 23 April 2013, hal itu dikarenakan seminggu sebelumnya seluruh siswa kelas X dan XI diliburkan karena adanya UAN untuk kelas XII. Pembelajaran pada kelas
eksperimen dilaksanakan di ruang
laboratorium dan kelas, sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol dilaksanakan di ruang kelas. Penelitian ini dipilih dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen (X-7) dan kelompok kontrol (X-4). Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang merupakan metode penelitian murni dan diharapkan tidak adanya pengaruh luar yang mempengaruhi hasil penelitian, sehingga sampel penelitian pada kelas eksperimen (X-7) berjumlah 26 orang dan pada kelas kontrol (X-4) berjumlah 25 orang. Hal itu dikarenakan siswa yang menjadi sampel adalah siswa yang selalu mengikuti
72
pertemuan dari pertemuan I sampai pertemuan V yaitu Pre-test, pembelajaran 1 sampai 3, dan Post-tes, serta siswa tersebut juga tidak mengikuti les di luar sekolah yang khusus mempelajari tentang materi kalor. Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan yaitu menggunakan model pembelajaran kolaboratif, sedangkan kelompok kontrol tetap menggunakan pembelajaran yang sedang diterapkan di sekolah tersebut yang akan dijadikan pembanding. 1. Ketuntasan Hasil Belajar Tes Hasil Belajar (THB) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh ketuntasan hasil belajar siswa dalam aspek kognitif setelah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif dan konvensional pada pokok bahasan Kalor. Tes Hasil Belajar dianalisis menggunakan ketuntasan individu, klasikal dan ketuntasan TPK terhadap indikator yang ingin dicapai. Pedoman penentuan tingkat ketuntasan individu mengacu pada standar ketuntasan dari MAN Model Palangka Raya yang menggunakan standar ketuntasan sebesar ≥ 75%.1 Ketuntasan klasikal dikatakan tuntas apabila memenuhi ≥ 85% seluruh siswa yang tuntas.2 Batas ketuntasan TPK yang sudah ditetapkan oleh sekolah di MAN Model Palangka Raya sebesar 65%.
1
KMM sekolah MAN Model Palangka Raya M.Taufik Widiyoko, “Pengembangan Model Pembelajaran Langsung Yang Menekankan Pada Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Biologi Pokok Bahasan Sistem Pengeluaran Di SLTP” , Tesis Magister, 2005, hal. 55. (dikuti dari: Borich, G. D. 1994. Observasi Skills for Effectivitas Teacing. New York: Macmillan Publishing Company) 2
73
a. Ketuntasan Individu Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah soal berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal yang sudah diuji keabsahannya. Hasil analisis data tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Individu Siswa Kelas Ekperimen SISWA
SKOR
%
C2
C3
C4
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
11 11 14 18 17 16 13 12 14 16 15 15 14 14 25 12 23 23 16 16 17 11 22 11 22 13
36,67 36,67 46,67 60,00 56,67 53,33 43,33 40,00 46,67 53,33 50,00 50,00 46,67 46,67 83,33 40,00 76,67 76,67 53,33 53,33 56,67 36,67 73,33 36,67 73,33 43,33 996,66 38,33
5 5 7 11 9 9 7 6 8 9 8 9 7 7 11 7 9 13 9 7 11 7 9 7 12 7
4 4 6 5 6 6 4 5 5 6 6 4 4 6 11 3 11 7 5 7 5 3 11 2 7 5
2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 3 1 3 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 1
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Rata-Rata
74
Tabel 4.1 tentang ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen menunjukkan bahwa hanya 3 orang siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar setelah mengikuti tes hasil belajar, dan terdapat 23 orang siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan belajar. Siswa yang tuntas yaitu siswa yang bernomor 15 dengan nilai 83,33 %, siswa yang bernomor 17 dan 18 dengan nilai 76,67 %. Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Individu Siswa Kelas Kontrol SISWA
SKOR
%
C2
C3
C4
KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
20 18 16 17 18 16 15 15 10 10 16 20 14 21 18 12 7 11 11 17 12 11 10 18 15
66,67 60,00 53,33 56,67 60,00 53,33 50,00 50,00 33,33 33,33 53,33 66,67 46,67 70,00 60,00 40,00 23,33 36,67 36,67 56,67 40,00 36,67 33,33 60,00 50,00 923,33 36,93
11 10 7 8 9 10 9 6 5 5 7 11 9 8 10 6 4 6 4 8 6 6 4 10 7
7 8 6 6 6 3 5 7 4 5 8 7 5 11 5 3 3 3 6 6 4 3 6 5 6
2 0 3 3 3 3 1 2 1 0 1 2 0 2 3 3 0 2 1 3 2 2 0 3 2
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Jumlah Rata-Rata
75
Tabel 4.2 tentang ketuntasan hasil belajar kelas kontrol menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar setelah mengikuti tes hasil belajar. b. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan secara klasikal baik pada kelas eksperimen maupun kontrol dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.3. Keberhasilan Siswa Secara Klasikal Ketuntasan
Jumlah siswa
Jumlah siswa tuntas
Jumlah siswa tidak tuntas
Klasikal (%)
Eksperimen
26
3
23
11,53
Kontrol
25
0
25
0
Jenis Kelas
Berdasarkan tabel 4.3 di atas pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa terdapat 3 siswa yang tuntas pada tes hasil belajar dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 23 siswa, karena tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar dari pihak sekolah yang KKM sebesar ≥ 75. Siswa yang tuntas pada tes hasil belajar secara klasikal sebesar 11,53%. Berdasarkan ketuntasan klasikal siswa tidak tuntas hasil belajarnya, karena hasil belajar siswa secara klasikal belum memenuhi / belum melebihi batas standar ketuntasan klasikal sebesar ≥85%. Sedangkan pada kelas kontrol menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang tuntas pada tes hasil belajar, karena tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar dari pihak sekolah yang KKM sebesar ≥ 75. Siswa yang tuntas pada tes hasil belajar secara klasikal sebesar 0%. Berdasarkan
76
ketuntasan klasikal siswa tidak tuntas hasil belajarnya, karena hasil belajar siswa secara klasikal belum memenuhi / belum melebihi batas standar ketuntasan klasikal sebesar ≥85%. c. Ketuntasan TPK Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) dikatakan tuntas bila siswa yang mencapai TPK tersebut ≥ 65%. Apabila dalam 1 TPK terdapat soal lebih dari 1 soal maka nilai tersebut harus dicari nilai rata-rata terlebih dahulu baru dipersentasekan. Hasil analisis data ketuntasan TPK dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Ketuntasan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Kelas Eksperimen No 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
8.
TPK Menemukan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Menyimpulkan hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Mengkorelasikan pengaruh perubahan suhu benda terhadap besarnya kalor Menemukan kalor jenis suatu zat Menelaah kapasitas kalor suatu zat Mendeteksi proses pemuaian Mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian Mengukur besar pemuaian (panjang, luas, dan volum) pada berbagai zat secara kuantitatif
No. Soal
Aspek
JmlSkor Per Soal
Ketercapaian TPK (%)
Kate gori
1
C2
11
42
TT
2
C4
12 61
TT
3
C4
20
4
C3
25
96
T
5
C2
21
81
T
6
C3
10
38
TT
13
C2
24
92
T
14
C2
18
69
T
15
C3
22 60
TT
16
C3
9
77
9.
10.
11.
12.
13. 14. 15.
16.
17.
18.
19.
20.
21. 22. 23. 24.
Mengkorelasikan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum Menemukan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda Menyimpulkan hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi perubahan wujud zat Mendeteksi kalor laten peleburan dan kalor laten penguapan Menganalisis perubahan wujud zat secara kuantitatif Mendeteksi perubahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Menemukan contoh perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju kalor perpindahan kalor secaran konduksi Menemukan contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju kalor perpindahan kalor secara konveksi Menemukan contoh perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju perpindahan kalor secara radiasi Mengkonsepkan asas black Menggunakan persamaan kalor Q = m . c . Δt Menerapkan asas black secara kuantitatif
17
C2
10
18
C3
3
19
C2
20
25
TT
14
54
TT
C2
3
12
TT
21
C2
9
35
TT
22
C3
3
12
TT
23
C4
12
46
TT
24
C2
25
96
T
25
C2
20
77
T
26
C3
6
23
TT
27
C2
7
27
TT
28
C3
19
73
T
29
C2
20
77
T
30
C3
9
35
TT
7 8 9
C2 C3 C3
20 5 17
77
T
42
TT
10
C3
3
12
TT
78
25.
26.
Menyelidiki perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas Mengkonsepkan penerapan asas black dalam kehidupan sehari-hari
11
C2
20
77
T
12
C2
14
54
TT
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 26 TPK yang dirumuskan terdapat 10 TPK yang tuntas dan 16 TPK yang tidak tuntas. TPK yang tuntas terdiri dari 8 TPK aspek pemahaman (C2), dan 2 TPK aspek penerapan (C3). Tabel 4.6 Ketuntasan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Kelas Kontrol No 1.
2.
3. 4. 5. 6. 7.
8.
9.
TPK Menemukan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Menyimpulkan hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Mengkorelasikan pengaruh perubahan suhu benda terhadap besarnya kalor Menemukan kalor jenis suatu zat Menelaah kapasitas kalor suatu zat Mendeteksi proses pemuaian Mendiagnosis faktor-faktor yang mempengaruhi besar pemuaian Mengukur besar pemuaian (panjang, luas, dan volum) pada berbagai zat secara kuantitatif Mengkorelasikan antara koefisien muai panjang, luas, dan volum
No. Soal
Aspek
Jml Skor Per Soal
Ketercapaian TPK (%)
Kategori
1
C2
5
20
TT
2
C4
12 58
TT
3
C4
17
4
C3
24
96
T
5
C2
16
64
TT
6
C3
13
52
TT
13
C2
11
44
TT
14
C2
16
64
TT
15
C3
10 40
TT
16
C3
10
17
C2
16
54
TT
18
C3
11
79
10.
11.
12.
13. 14. 15.
16.
17.
18.
19.
20.
21. 22. 23. 24. 25.
Menemukan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda Menyimpulkan hasil percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi perubahan wujud zat Mendeteksi kalor laten peleburan dan kalor laten penguapan Menganalisis perubahan wujud zat secara kuantitatif Mendeteksi perubahan kalor dalam kehidupan sehari-hari Menemukan contoh perpindahan kalor secara konduksi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju kalor perpindahan kalor secaran konduksi Menemukan contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju kalor perpindahan kalor secara konveksi Menemukan contoh perpindahan kalor secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari Mengukur laju perpindahan kalor secara radiasi Mengkonsepkan asas black Menggunakan persamaan kalor Q = m . c . Δt Menerapkan asas black secara kuantitatif Menyelidiki perbedaan kalor yang diserap dan kalor yang dilepas
19
C2
14
56
TT
20
C2
8
32
TT
21
C2
13
52
TT
22
C3
3
12
TT
23
C4
12
48
TT
24
C2
24
96
T
25
C2
19
76
T
26
C3
8
32
TT
27
C2
6
24
TT
28
C3
19
76
T
29
C2
18
72
T
30
C3
6
24
TT
7 8 9
C2 C3 C3
17 13 2
68
T
30
TT
10
C3
4
16
TT
11
C2
11
44
TT
80
26.
Mengkonsepkan penerapan asas black dalam kehidupan sehari-hari
12
C2
10
40
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 26 TPK yang dirumuskan terdapat 6 TPK yang tuntas dan 20 TPK yang tidak tuntas. TPK yang tuntas terdiri dari 4 TPK aspek pemahaman (C2), dan 2 TPK aspek penerapan (C3). 2. Deskripsi Hasil Belajar Perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol ditampilkan pada tabel 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Rata-rata Hasil Belajar Siswa Kelas X MAN Model P.Raya Kelompok
Pretest
Postest
Gain
N gain
Eksperimen
38,33
52,69
14,36
0,23
Kontrol
36,93
49,07
12,13
0,18
(Sumber : lampiran 2.4 halaman 202) Data tabel 4.7 di atas terlihat nilai pretest hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran oleh peneliti pada kelas eksperimen (38,33) tidak jauh berbeda dengan nilai pada kelas kontrol (36,93), nilai gain pada kelas Eksperimen (14,36) tidak jauh berbeda dengan nilai kelas kontrol (12,13),
nilai N-gain pada kelas eksperimen (0,23) tidak jauh berbeda
dengan nilai kelas kontrol (0,18), dan skor N-Gain untuk kelas eksperimen maupun kontrol masih kategori rendah. Nilai postest hasil belajar siswa yang belajar dengan model pembelajaran kolaboratif pada kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan hasil belajar siswa yang belajar dengan pembelajaran
TT
81
konvensional pada kelas kontrol. Siswa yang belajar dengan model pembelajaran kolaboratif memiliki nilai rata-rata 52,69, sementara siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata 49,07. Perbandingan rata-rata data pretest, postest, gain dan N-gain hasil belajar siswa ditampilkan pada gambar histogram 4.1. Rekapitulasi nilai hasil belajar pretes dan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 202 .
60
a. rata-rata Pretest dan Postest
b. rata-rata Gain
20 15
40 Kontrol
20
kontrol
10
eksperimen
5
Eksperimen
0
0 Pretest
gain
Postest
0.25 0.2
c. rata-rata N-gain
0.15
Kontrol
0.1
Eksperimen
0.05 0 N-gain
Gambar 4.1 Diagram batang perbandingan nilai rata-rata pretest, postest gain dan N-Gain
Pengujian pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif dan konvensional ini dengan membandingkan nilai rata-rata pretest, postest, gain dan N-gain antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran
kolaboratif dengan kelas
kontrol yang menggunakan
82
pembelajaran konvensional. Perbandingan nilai rata-rata pretest, postest, gain dan N-gain antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada Gambar 4.1. 3. Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji Hipotesis Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sig*
Perhitungan Hasil Belajar
Eksperimen
Kontrol
1.
Pretes
0,788
0,577
normal
2.
Postes
0,412
0,794
normal
3.
Gain
0,984
0,861
normal
4.
N-gain
0,933
0,929
normal
No.
Keterangan
*level signifikan 0,05 Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Data pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No.
Perhitungan Hasil Belajar
Sig*
Keterangan
1.
Pretes
0,921
Homogen
2.
Postes
0,949
Homogen
3.
Gain
0,193
Homogen
4.
N-gain
0,609
Homogen
*level signifikan 0,05
83
Tabel 4.10 Hasil Uji beda Kesamaan Rerata Penguasaan Konsep pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol dan uji Two Related Sample Test No.
Perhitungan Hasil Belajar
Sig*
Keterangan
1.
Pretes
0,632
Tidak Berbeda secara signifikan
2.
Postes
0,329
Tidak Berbeda secara signifikan
3.
Gain
0,528
Tidak Berbeda secara signifikan
4.
N-gain
0,332
Tidak Berbeda secara signifikan
5.
Two Related Sample Test a. Kelas Eksperimen
0,000
Berbeda secara signifikan
b. Kelas Kontrol
0,001
Berbeda secara signifikan
*level signifikansi 0,05 (Sumber : lampiran 2.4 halaman 208) Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data dari penguasaan konsep siswa. Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-smirnov Test SPSS for Windows Versi 17.0 dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji normalitas pada level signifikan 0,05 bahwa skor pretest, postest, gain dan N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berdistribusi normal. Uji persyaratan lain untuk melakukan analisis statistik parametrik adalah pengujian homogenitas data. Untuk pengujian homogenitas, varian masing-masing skor pretest kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol akan dibandingkan. Uji homogenitas data
84
menggunakan uji Levene SPSS for Windows Versi 17.0 dengan taraf signifikansi 0,05. Data dikatakan homogen apabila memiliki nilai sig lebih besar dari harga alpha 0,05. Hasil uji homogenitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji homogenitas pada level signifikansi 0,05 bahwa skor pretest, postest, gain dan N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Uji hipotesis kesamaan rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan uji t sampel independen SPSS for Windows Versi 17.0. Uji ini menggunakan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan varians data adalah homogen. Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan hasil belajar fisika antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji beda kesamaan rerata skor tes awal (pretest) kelas eksperimen dan kelas kontrol bahwa pada level signifikan 0,05, maka Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretes kelas eksperimen dan rerata skor pretes kelas kontrol sebelum pembelajaran. Hasil uji postest menunjukkan bahwa pada level signifikan 0,05, diperoleh Asymp. Sig.(2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata skor postest kelas eksperimen dan rerata skor postest kelas kontrol setelah pembelajaran. Hasil uji gain pada selisih postest dan pretest menunjukkan bahwa pada level
85
signifikan 0,05, diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada selisih postest dan pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji t kesamaan rerata skor N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa pada level signifikan 0,05, diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan penguasaan konsep antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji normalitas, homogenitas, hipotesis beda kesamaan rerata hasil belajar fisika kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.8, 4.9, dan 4.10 serta lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.4 halaman 209. Uji Wilcoxon digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pengaruh peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Dari hasil pre test dan post test pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dilakukan analisis two related samples test mengunakan SPSS seri 17.0. Two related sampel test yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok hasil pengukuran yang berpasangan. 3 Hasil uji wilcoxon pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji wilcoxon pada level signifikan 0,05, diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05. Hal ini menyatakan bahwa antara pre-test 3
h.212.
Teguh Wahyono, 25 Model analisis Statistik dengan SPSS 17, Jakarta: Gramedia, 2009,
86
dan post-test yang diuji baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, ternyata ada perbedaan yang signifikan antara pre test dan post tes yang berarti adanya keberhasilan peningkatan pemahaman siswa baik diajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif maupun konvensional, meski pada hasil uji gain ternormalisasinya ternyata didapatkan bahwa peningkatan pemahaman konsep siswa masih rendah. Untuk mendukung data penelitian maka peneliti menampilkan adanya penilaian respon siswa dan pengelolaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4. Respon Siswa a. Respon Siswa Pada Kelas Eksperimen 1) Respon Siswa Pada Pretest Respon siswa terhadap pembelajaran yang ada di sekolah meliputi perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diberikan guru sebelumnya, cara penyajian materi oleh guru sebelumnya, kesan materi yang disajikan oleh guru sebelumnya, suasana belajar di kelas, kesan terhadap materi fisika, soal-soal fisika, intensitas belajar fisika di rumah dan lain sebagainya. Tujuan adanya respon siswa di awal pembelajaran ini untuk mengetahui motivasi awal siswa dalam menghadapi proses belajar. Respon terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat dilihat pada tabel 4.11, sedangkan perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.7 halaman 224.
87
Tabel 4.11 Respon Siswa Pretest Kelas Eksperimen No
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
S
CS
KS
TS
%
f
%
f
%
F
%
f
%
0
0
4
15
19
73
3
12
0
0
0
0
9
35
16
62
1
3,8
0
0
b. Materi pembelajaran yang disampaikan ?
0
0
8
31
16
62
1
3,8
1
3,8
c. Suasana belajar di kelas ?
5
19
11
42
8
31
1
3,8
1
3,8
f
SM %
f
%
f
CM %
f
KM %
f
TM %
Bagaimana pendapat anda terhadap : a. Materi pembelajaran Fisika ?
1
3,8
9
35
13
3
12
0
0
b. Soal-soal Fisika ?
SMd f % 0 0 Y f
Bagaimana perasaan anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika hingga saat ini ? Bagaimana perasaan anda terhadap : a. Cara guru menyampaikan materi ?
Apakah saat di rumah kamu mempunyai teman untuk belajar fisika? (Misalnya kakak atau orang tua).
Saya sangat senang mempelajari fisika karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Saya selalu berusaha mendapat 6. nilai fisika tertinggi. Saya merasa yakin bila hasil/nilai 7. fisika saya baik Dalam belajar fisika saya 8. melakukan usaha keras untuk mendapatkan hasil yang baik Jika saya tidak bisa mengerjakan 9. soal fisika saya selalu berdiskusi dengan teman Dalam menghadapi kesulitan 10. belajar fisika membuat saya selalu 5.
SS f
M
Md f % 0 0
50
%
CMd CM f % f % 8 31 9 35 KK f % f
Slt
3
12
7
27
16
62
4
15
20
77
2
7,7
18
69,2
8
31
0
0
10
38
15
58
1
3,8
19
73
7
27
0
0
13
50
13
50
0
0
5
19
16
62
5
19
f 9 T
% 35 %
88
11.
12.
13.
14. 15.
16.
17.
18.
19.
20. 21.
malas mengerjakan tugas Dalam belajar fisika, saya baru menyadari betapa pentingnya belajar fisika Dalam belajar fisika, saya percaya dengan kemampuan diri saya sendiri. Dalam belajar fisika, saya memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk meningkatkan hasil belajar Pada waktu tes fisika, saya berusaha menjawab dengan sungguh-sungguh. Saya selalu mengikuti pelajaran disekolah dengan tidak serius Sepulang sekolah saya mengulang atau mempelajari kembali pelajaran fisika yang telah diajarkan di sekolah Guna meningkatkan prestasi belajar fisika, saya mengikuti les fisika Saya merasa malu terhadap guru fisika saya, jika saya tidak mau berusaha meningkatkan prestasi belajar fisika Saya selalu merasa tidak tertarik pada pelajaran fisika, walaupun fisika bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam kehidupan seharihari Keinginan untuk meraih prestasi membuat saya memacu untuk belajar lebih giat Saat di rumah, apakah kamu belajar fisika?
15
58
11
42
0
0
14
54
12
46
0
0
7
27
19
73
0
0
22
85
4
15
0
0
0
0
11
42
15
58
1
3,8
25
96
0
0
1
3,8
3
12
22
85
23
88
3
12
0
0
0
0
14
54
12
46
22
85
4
15
0
0
2
7,7
22
85
2
7,7
SH Dalam seminggu, berapa harikah 22. kamu belajar fisika?
23.
Dalam sehari, berapa lamakah kamu belajar fisika?
f
%
5-6h f %
0
0
0
0
3-4h f % 1
3,8
1-2h f % 25
96
TP f
%
0
0
1-15 m f %
15-30 m f %
1 jam f %
2 jam f %
3 jam f %
8
5
6
7
0
31
19
23
27
0
89
2) Respon Siswa Pada Postest Respon
siswa
terhadap
pembelajaran
dengan
model
pembelajran kolaboratif meliputi perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), kesan terhadap cara penyajian materi oleh guru, lembar kerja peserta didik (LKPD), materi pelajaran, suasana belajar di kelas, kesan apakah model pembelajran kolaboratif baru bagi siswa, kesan apakah model pembelajran kolaboratif membuat mudah bagi dalam memahami materi pelajaran, kesan apakah cara penyajian baru bagi siswa, lembar kerja siswa (LKPD), suasana belajar, kesan apakah materi menarik bagi siswa, kesan apakah lembar kerja peserta didik (LKPD) bagi siswa menarik, soal-soal di lembar kerja peserta didik (LKPD), intensitas belajar siswa setelah model pembelajran kolaboratif, dan lain sebagainya. Respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM ) dapat dilihat pada tabel 4.12, sedangkan perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.8 halaman 227. Tabel 4.12 Respon Siswa Postest Kelas Eksperimen No
1.
2.
Pertanyaan Bagaimana perasaan anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini? Bagaimana perasaan anda terhadap: a. Materi pelajaran? b. Lembar kegiatan siswa? c. Tugas dan pertanyaanya? d. Suasana belajar di kelas? e. Cara penyajian oleh guru?
f
SS %
f
S %
f
%
f
KS %
f
%
3
12
19
73
4
15
0
0
0
0
0 0 1 5 3
0 0 3,8 19 12
12 14 11 11 13 Baru
46 54 42 42 50
14 11 13 7 9
54 42 50 27 35
f
CS
%
TS
0 0 0 0 1 3,8 0 0 1 3,8 0 0 1 3,8 2 7,7 0 0 0 0 Tidak Baru f %
90
3.
Bagaimana perasaan anda terhadap: a. Materi pelajaran? b. Lembar kegiatan siswa? c. Suasana belajar di kelas? d. Cara penyajian oleh guru?
17 19 11 23
68 73 42 88
9 7 15 3
% 3,8
f 25
Mudah e. Soal-Soalnya?
4.
Bagaimana tanggapan anda jika setiap pembelajaran selanjutnya menggunakan pembelajaran seperti ini?
f 1 SS f % 4
15
5.
Sulit
S
CS %
f
%
f
KS %
14
54
6
23
2
7,7
KB f %
f
%
0
0
0
B
f
%
f
%
CB f %
7
27
14
54
5
19
Baru
6.
Apakah pokok bahasan yang menggunakan pembelajaran seperti ini baru bagi anda?
%
f
16
62
10
7.
S
0 TB
CS
38
f
%
f
%
f
%
f
KS %
f
%
2
7,7
11
42
10
38
3
12
0
0
Y Saya sangat senang mempelajari 8. fisika karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Belajar dengan cara berkelompok dapat memfasilitasi saya untuk 9. turut aktif dalam pembelajaran fisika Pembelajaran dengan percobaanpercobaan dapat memudahkan dan 10. membantu saya memahami konsep-konsep fisika 11. Saya tidak suka dengan
0
0
Tidak Baru %
f
SS Bagaimanakah pendapat anda jika semua pokok bahasan diajarkan menggunakan pembelajaran seperti ini?
% 96 TS f %
f
SB Apakah pokok bahasan yang menggunakan pembelajaran seperti ini bermanfaat bagi anda?
38 27 58 12
TS
T
f
%
f
%
19
73
7
27
24
92
2
7,7
25
96
1
3,8
3
12
23
88
91
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
pembelajaran yang baru diterapkan ini karena selalu melakukan kegiatan kerja sama Belajar dalam kelompok secara kolaborasi/kerja sama tidak membantu saya memahami fisika Saya sangat tertarik dengan pembelajaran ini yang diterapkan pada materi fisika Bimbingan guru dalam kegiatan LKPD membantu saya menemukan konsep pada materi fisika Belajar menggunakan percobaan menjadikan fisika lebih menyenangkan dan mengurangi kebosanan Belajar pada materi fisika secara kolaborasi membuat saya tidak termotivasi dalam belajar fisika Menyampaikan hasil kerja kelompok saya kepada kelompok lain dapat membuat saya berani mengemukakan pendapt dalam kelas Saya sering mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika jika dipelajari sendiri Saya sangat senang belajar dengan cara berkelompok, karena saya bisa leluasa bertanya pada teman Setelahbelajar menggunakan pembelajaran kolaboratif, intensitas belajar saya di rumah meningkat Apakah kamu mengikuti les di luar sekolah? Selama guru memberikan materi pokok bahasan Kalor, mulai bulan Februari-April, apakah kalian mendapatkan materi yang sama pada saat les?
24. Dalam seminggu, berapa harikah
f 2
8
19
21
81
20
77
6
23
23
88
3
12
25
96
1
3,8
2
7,7
24
92
21
81
5
19
25
96
1
3,8
24
92
2
7,7
13
50
13
50
1
3,8
25
96
0
0
26
100
SH % 7,7
5-6h f % 1 3,8
3-4h f % 4 15
1-2h f % 19 73
TP f 0
% 0
92
kamu belajar fisika?
25.
Dalamsehari, berapa lamakah kamu belajar fisika?
1-15 m f %
15-30 m f %
1 jam f %
2 jam f %
3 jam f %
6
10
5
4
1
23
38
19
15
3,8
b. Respon Siswa pada Kelas Kontrol 1) Respon Siswa Pada Pretest Respon siswa terhadap pembelajaran yang ada di sekolah meliputi perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diberikan guru sebelumnya, cara penyajian materi oleh guru sebelumnya, kesan materi yang disajikan oleh guru sebelumnya, suasana belajar di kelas, kesan terhadap materi fisika, soal-soal fisika, intensitas belajar fisika di rumah, dan lain sebagainya. Tujuan adanya respon siswa di awal pembelajaran ini untuk mengetahui motivasi awal siswa dalam menghadapi proses belajar Respon terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat dilihat pada tabel 4.13, sedangkan perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.9 halalaman 230 . Tabel 4.13 Respon Siswa Pretest Kelas Kontrol No
1.
Pertanyaan Bagaimana perasaan anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika hingga saat ini ? Bagaimana perasaan anda terhadap : d. Cara guru menyampaikan materi ?
2. e. Materi pembelajaran yang disampaikan ? f. Suasana belajar di kelas ?
f
SS %
f
S %
f
CS %
f
KS %
f
TS %
0
0
9
36
16
64
0
0
0
0
1
4
12
48
7
28
5
20
0
0
0
0
7
28
16
64
1
4
1
4
1
4
7
28
9
36
6
24
2
8
93
3.
4.
5. 6. 7. 8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
SM f %
f
%
Bagaimana pendapat anda terhadap : c. Materi pembelajaran Fisika ?
0
7
28
d. Soal-soal Fisika ?
SMd f % 0 0 Y f
f 0
Md % 0
Apakah saat di rumah kamu mempunyai teman untuk belajar fisika? (Misalnya kakak atau orang tua). Saya sangat senang mempelajari fisika karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Saya selalu berusaha mendapat nilai fisika tertinggi. Saya merasa yakin bila hasil/nilai fisika saya baik Dalam belajar fisika saya melakukan usaha keras untuk mendapatkan hasil yang baik Jika saya tidak bisa mengerjakan soal fisika saya selalu berdiskusi dengan teman Dalam menghadapi kesulitan belajar fisika membuat saya selalu malas mengerjakan tugas Dalam belajar fisika, saya baru menyadari betapa pentingnya belajar fisika Dalam belajar fisika, saya percaya dengan kemampuan diri saya sendiri. Dalam belajar fisika, saya memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk meningkatkan hasil belajar Pada waktu tes fisika, saya berusaha menjawab dengan sungguh-sungguh. Saya selalu mengikuti pelajaran
KM f %
TM f %
2
8
0
f 16 T
%
CMd CM f % f % 5 20 4 16 KK f % f
2
8
3
12
20
80
3
12
19
76
3
12
20
80
5
20
0
0
13
52
11
44
1
4
22
88
3
12
0
0
17
68
8
32
0
0
8
32
17
68
0
0
15
60
10
40
0
0
11
44
14
56
0
0
9
36
16
64
0
0
19
76
6
24
0
0
0
0
12
48
13
52
0
M
CM f % 16
64
0 Slt % 64 %
94
16.
17.
18.
19.
20. 21.
disekolah dengan tidak serius Sepulang sekolah saya mengulang atau mempelajari kembali pelajaran fisika yang telah diajarkan di sekolah Guna meningkatkan prestasi belajar fisika, saya mengikuti les fisika Saya merasa malu terhadap guru fisika saya, jika saya tidak mau berusaha meningkatkan prestasi belajar fisika Saya selalu merasa tidak tertarik pada pelajaran fisika, walaupun fisika bermanfaat untuk mengatasi masalah dalam kehidupan seharihari Keinginan untuk meraih prestasi membuat saya memacu untuk belajar lebih giat Saat di rumah, apakah kamu belajar fisika?
0
0
18
72
7
28
1
4
4
16
20
80
22
88
2
8
1
4
1
4
15
60
9
36
22
88
3
12
0
0
2
8
21
84
2
8
SH 22.
23.
Dalam seminggu, berapa harikah kamu belajar fisika?
Dalam sehari, berapa lamakah kamu belajar fisika?
5-6h %
f
%
f
0
0
0
0
f
3-4h %
3
12
f
1-2h %
19
76
TP f
%
3
12
1-15 m f %
15-30 m f %
1 jam f %
2 jam f %
3 jam f %
2
11
4
8
0
8
44
16
32
2) Respon Siswa Pada Postest Respon siswa terhadap pembelajaran konvensional meliputi perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), perasaan siswa terhadap cara guru menyampaikan materi, perasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru, perasaan siswa terhadap suasana belajar di kelas, pendapat siswa terhadap cara guru menyampaikan materi, pendapat siswa terhadap suasana belajar di kelas, kesan apakah materi menarik bagi siswa, kesan apakah soal-soal
0
95
latihan mudah bagi siswa, intensitas belajar siswa setelah pembelajaran kolaboratif, dan lain sebagainya. Respon terhadap Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat dilihat pada tabel 4.14, sedangkan perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 2.10 halaman 233 . Tabel 4.14 Respon Siswa Postest Kelas Kontrol No.
1.
2.
3.
Pertanyaan Bagaimana perasaan anda selama mengikuti kegiatan pembelajaran ini? Bagaimana perasaan anda terhadap: f. Materi pelajaran? g. Tugas dan pertanyaanya? h. Suasana belajar di kelas? i. Cara penyajian oleh guru?
S
SS
CS
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
6
24
10
40
7
28
2
8
0
0
2 1 8 6
8 4 32 24
14 6 9 8 M
56 24 36 32
8 17 7 11
32 68 28 44
1 1 0 0
4 4 0 0 TM
0 0 1 0
0 0 4 0
Bagaimana perasaan anda terhadap: f. Materi pelajaran? g. Cara penyajian oleh guru?
f
%
f
%
20 23
80 92
5 2
20 8
Mudah h. Soal-Soalnya?
4.
Bagaimana tanggapan anda jika setiap pembelajaran selanjutnya menggunakan pembelajaran seperti ini?
Apakah pokok bahasan yang menggunakan pembelajaran seperti ini bermanfaat bagi anda?
Sulit
f 1 SS f %
% 4 f
%
f
%
f
%
% 96 TS f %
f 24
1
4
9
36
8
32
6
24
1
f
%
f
%
f
CB %
f
KB %
f
%
7
28
16
64
1
4
1
4
0
0
S
CS
B
SB
5.
TS
KS
Baru
KS
4 TB
Tidak Baru
96
6.
Apakah pokok bahasan yang menggunakan pembelajaran seperti ini baru bagi anda?
f
%
f
%
11
44
14
56
S
SS 7.
Saya sangat senang dengan penjelasan dari Guru
CS
%
f
%
f
%
f
%
f
%
4
16
12
48
9
36
0
0
0
0
Y
8.
9.
10.
11.
12.
13. 14. 15. 16. 17.
Saya sangat senang mempelajari fisika karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Belajar pada materi fisika dari penjelasan Guru membuat saya tidak termotivasi dalam belajar fisika Pembelajaran dengan percobaanpercobaan dapat memudahkan dan membantu saya memahami konsep-konsep fisika Bimbingan guru dalam mengerjakan tugas membantu saya menemukan konsep pada materi fisika Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan guru membuat saya berani untuk mencoba menjawab pertanyaan guru Saya sering mengalami kesulitan dalam memahami materi fisika jika hanya diajarkan oleh guru Saya selalu mendengarkan penjelasan dari guru Setelah diajarkan fisika dengan metode ibu, intensitas belajar saya di rumah meningkat Apakah kamu mengikuti les di luar sekolah? Selama guru memberikan materi pokok bahasan Kalor, mulai
TS
KS
f
T
f
%
f
%
18
72
7
28
6
24
17
76
24
96
1
4
25
100
0
0
17
68
8
32
18
72
7
28
22
88
3
12
13
52
12
48
1
4
24
96
0
0
25
100
97
bulan Februari-April, apakah kalian mendapatkan materi yang sama pada saat les? SH 18.
Dalam seminggu, berapa harikah kamu belajar fisika?
%
f
0
0
0
1-15 m f % 19.
5-6h %
f
Dalam sehari, berapa lamakah 6 kamu belajar fisika? 5. Pengelolaan Pembelajaran
24
0
f
3-4h %
3
12
f
1-2h %
21
84
TP f
%
1
4
15-30 m f %
1 jam f %
2 jam f %
3 jam f %
7
3
9
0
28
12
36
a. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Eksperimen Pengelolaan pembelajaran fisika pada kelas eksperimen oleh peneliti dinilai dengan menggunakan instrumen 1.6 yaitu lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yakni Bapak Arif Romadhoni, S.Si dan Nikmah Sinarhati, S.Pd.I. Penilaian terhadap pengelolaan ini meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut : Tabel. 4.15 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Pertama Persentase Keterlaksanaan Aspek yang diamati Pembelajaran RPP 1 % 1 2 3 (Kategori yang diamati) (Keterlaksanaan) (Nilai) KEGIATAN AWAL (Introduksi) 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan terlaksana 3 salam 2. Guru memeriksa kehadiran siswa terlaksana 3 3. Guru membuka pelajaran dengan bersamaterlaksana 3 sama berdo’a 4. Guru mengintroduksi / mengenalkan konsep terlaksana 3 kalor
0
98
5. Guru memberikan apersepsi tentang suhu dan kalor KEGIATAN INTI (Ekplorasi dan Investigasi) 6. Guru membantu membentuk kelompok 7. Guru mengeksplorasi dengan memberikan permasalahan tentang konsep kalor 8. Guru membimbing diskusi tentang kalor 9. Guru memberikan tugas dan mengklarifikasi hasil yang diharapkan dengan membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok 10. Guru meminta kelompok mengerjakan LKPD Kegiatan I tentang pengaruh kalor terhadap perubahan suhu 11. Guru membagikan seperangkat alat percobaan 12. Guru mengakses kinerja kelompok 13. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi konsep kalor (hasil investigasi kelompok dengan melakukan tanya-jawab dan diskusi) 14. Guru menjelaskan tentang kalor jenis dan kapasitas kalor 15. Guru memberikan soal-soal yang berkaitan dengan kalor jenis dan kapasitas kalor kepada tiap kelompok 16. Guru membimbing dalam pengkonsepan asas black 17. Guru memberikan tugas baru kepada masingmasing kelompok (LKPD Kegiatan II) tentang kalor 18. Guru mengakses kinerja kelompok 19. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi konsep kalor (hasil investigasi kelompok dengan melakukan tanya-jawab dan diskusi) KEGIATAN AKHIR (Penguatan Konsep-Konsep) 20. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi yang disampaikan selama pembelajaran dan hasil kegiatan yang dilakukan dalam LKPD. 21. Guru mengevaluasi siswa perindividu sesuai dengan TPK yang dicapai 22. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan Hamdallah dan mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana terlaksana
4 4
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
2
terlaksana
4
99
Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini: Tabel. 4.16 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Kedua Aspek yang diamati 1 (Kategori yang diamati) KEGIATAN AWAL (Introduksi) 1 Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru memeriksa kehadiran siswa 3. Guru membuka pelajaran dengan bersamasama berdo’a 4. Guru mengintroduksi / mengenalkan tentang Pemuaian dan Perubahan Wujud Zat KEGIATAN INTI (Ekplorasi dan Investigasi) 5. Guru mengekplorasi tentang pemuaian dengan menanyakan kepada siswa proses pemuaian 6. Guru menjelaskan pemuaian zat padat, cair, dan gas serta perumusannya. 7. Guru memberikan tugas dan mengklarifikasi hasil yang diharapkan dengan meminta kelompok untuk berdiskusi mengerjakan soal yang akan diberikan guru. 8. Guru memberikan soal tentang pemuaian pada kelompok 9. Guru mengakses kinerja kelompok 10. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi hasil investigasi kelompok dengan melakukan Tanya jawab dan diskusi 11. Guru memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan memastikan bahwa setiap kelompok sudah mengetahui jawaban yang benar tentang apa yang telah mereka kerjakan. 12. Guru menjelaskan tentang perubahan wujud zat. 13. Guru menjelaskan tentang kalor laten, kalor lebur dan kalor uap serta perumusannya. 14. Guru memberikan contoh soal tentang
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran RPP 2 % 2 3 (Keterlaksanaan) (Nilai) terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
3,5
terlaksana
3
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
3
100
pemuaian dan perubahan wujud zat 15. Guru memberikan tugas baru kepada tiap kelompok dengan membagikan LKPD tentang perubahan wujud zat 16. Guru mengakses kinerja kelompok 17. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi hasil investigasi kelompok dengan melakukan Tanya jawab dan diskusi 18. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan memastikan bahwa setiap kelompok sudah mengetahui jawaban yang benar tentang apa yang telah mereka kerjakan. KEGIATAN AKHIR (Penguatan Konsep-Konsep) 19. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi yang disampaikan selama pembelajaran dan hasil kegiatan yang dilakukan dalam LKPD. 20. Guru mengevaluasi siswa perindividu sesuai dengan TPK yang dicapai 21. Guru memberikan penghargaan kepada siswa terhadap kelompok yang kinerjanya bagus. Dengan memberikan pujian kata-kata sangat baik, baik dan cukup baik 22. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan Hamdallah dan mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3,5
Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga dapat dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini: Tabel. 4.17 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Ketiga Aspek yang diamati 1 (Kategori yang diamati) KEGIATAN AWAL (Introduksi) 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru memeriksa kehadiran siswa 3. Guru membuka pelajaran dengan bersama-
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran RPP 3 % 2 3 (Keterlaksanaan) (Nilai) terlaksana
3,5
terlaksana terlaksana
3,5 4
101
sama berdo’a. 4. Guru mengintroduksi / mengenalkan tentang perpindahan kalor 5. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pengertian dari kalor. KEGIATAN INTI (Ekplorasi dan Investigasi) 6. Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok (satu yang terdiri dari 6-7 siswa) 7. Guru mengeksplorasi dengan membimbing diskusi tentang perpindahan kalor dan menanyakan kepada kelompok untuk menyebutkan beberapa cara perpindahan kalor 8. Guru memberikan tugas dan mengklarifikasi hasil yang diharapkan dengan membagi LKPD kepada masing-masing kelompok 9. Guru meminta kelompok mengerjakan LKPD Kegiatan 1 tentang perpindahan kalor 10. Guru mengakses kinerja kelompok 11. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi konsep kalor (hasil investigasi kelompok dengan melakukan tanya-jawab dan diskusi) 12. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan memastikan bahwa setiap kelompok sudah mengetahui jawaban yang benar tentang apa yang telah mereka kerjakan. 13. Guru memberikan tugas baru kepada masingmasing kelompok (mengerjakan LKPD Kegiatan 2 tentang laju perpindahan kalor) 14. Guru mengakses kinerja kelompok 15. Guru menjelaskan dan mengklarifikasi konsep kalor (hasil investigasi kelompok dengan melakukan tanya-jawab dan diskusi) 16. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik dengan memastikan bahwa setiap kelompok sudah mengetahui jawaban yang benar tentang apa yang telah mereka kerjakan. KEGIATAN AKHIR Penguatan Konsep-Konsep) 17. Guru membimbing dan mengarahkan siswa membuat rangkuman tentang materi yang disampaikan selama pembelajaran dan hasil kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. 18. Guru mengevaluasi siswa perindividu sesuai dengan TPK yang dicapai
terlaksana
3
terlaksana
3,5
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
3,5
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3
terlaksana
2,5
terlaksana
3
102
19. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan Hamdallah dan mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
terlaksana
4
Skor rata-rata pengelolaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pada setiap RPP dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini: Tabel. 4.18 Rekapitulasi Pengelolaan Pembelajaran RPP pada Tiap Pertemuan Skor Pengelolaan Pembelajaran RPP 1 RPP 2 RPP 3
1
Aspek yang Diobservasi Kegiatan Awal
2
Kegiatan Inti
3
Kegiatan Penutup
No
RATA-RATA
Skor RataRata
Kategori
3
3,5
3,5
3,33
Cukup Baik
3,35
3,6
3,5
3,5
Baik
3
3,1
3,2
3,1
Cukup Baik
3,1
3,4
3,4
3,3
Cukup Baik
Berdasarkan tabel 4.18 di atas, penilaian pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran kolaboratif menunjukkan pada tahap pendahuluan memperoleh penilaian cukup baik, pada kegiatan inti guru memperoleh penilaian baik, dan kegiatan penutup guru memperoleh penilaian rata-rata dengan kategori cukup baik. Penilaian pengelolaan pembelajaran fisika secara keseluruhan didapat rata-rata penilaian sebesar 3,3 dengan kategori cukup baik. b. Pengelolaan Pembelajaran Fisika pada Kelas Kontrol Pengelolaan pembelajaran fisika pada kelas kontrol oleh peneliti dinilai dengan menggunakan instrumen 1.7 yaitu lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat yaitu Bapak
103
Arif Romadhoni, S.Si dan Nikmah Sinarhati, S.Pd.I. Penilaian terhadap pengelolaan ini meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup . Keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada tabel 4.19 di bawah ini: Tabel. 4.19 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Pertama Aspek yang diamati 1 (Kategori yang diamati) KEGIATAN AWAL 23. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 24. Guru memeriksa kehadiran siswa 25. Guru membuka pelajaran dengan bersamasama membaca basmallah 26. Guru memotivasi siswa tentang Kalor 27. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 28. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pengertian suhu dan hubungannya dengan kalor. KEGIATAN INTI 29. Guru menjelaskan pengaruh suhu terhadap kalor dan hubungan antara keduanya.
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran RPP 1 % 2 3 (Keterlaksanaan) (Nilai) terlaksana
3
terlaksana
2
terlaksana
2
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana
3
30. Guru menjelaskan persamaan kalor.
terlaksana
3,5
31. Guru menjelaskan pengertian kalor jenis serta perumusannya.
terlaksana
4
32. Guru menjelaskan pengertian kapasitas kalor dan perumusannya.
terlaksana
3,5
33. Guru memberikan kesempadan pada peserta didik untuk bertanya.
terlaksana
3
34. Guru memberikan contoh soal tentang kalor.
terlaksana
2,5
35. Peserta didik memperhatikan contoh soal yang diberikan guru.
terlaksana
2
104
36. Guru memberikan soal kalor kepada siswa.
terlaksana
2
37. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan guru.
terlaksana
2
38. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
terlaksana
3,5
39. Guru meminta peserta didik menyebutkan bunyi asas black.
terlaksana
3,5
40. Guru menjelaskan syarat asas black.
terlaksana
2,5
terlaksana
2
42. Guru menjelaskan perbedaan antara kalor yang diserap dan yang dilepas.
terlaksana
3,5
43. Guru menjelaskan aplikasi asas black dalam kehidupan sehari-hari.
terlaksana
3,5
44. Guru memberikan soal kalor kepada siswa.
terlaksana
3,5
45. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan guru.
terlaksana
3
46. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
terlaksana
4
terlaksana
4
terlaksana
3
41. Guru menjelaskan kuantitatif.
asas
black
secara
KEGIATAN AKHIR 47. Memberikan evaluasi berupa soal untuk mengetahui pemahaman siswa 48. mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
105
Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dapat dilihat pada tabel 4.20 di bawah ini: Tabel. 4.20 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Kedua Aspek yang diamati 1 (Kategori yang diamati) KEGIATAN AWAL 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru memeriksa kehadiran siswa 3. Guru membuka pelajaran dengan bersamasama mengucap basmalah 4. Guru memotivasi siswa tentang Pemuaian dan Perubahan Wujud Zat 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai KEGIATAN INTI 6. Guru menjelaskan proses pemuaian
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran RPP 2 % 2 3 (Keterlaksanaan) (Nilai) terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
3
terlaksana
4
7. Guru beranya kepada siswa zat apa saja yang dapat memuai
terlaksana
4
8. Siswa menjawab pertanyaan dari guru
terlaksana
3
9. Guru menjelaskan pemuaian panjang, luas, dan volum zat.
terlaksana
3
10. Guru menjelaskan hubungan antar koefisien muai panjang, luang, dan volum.
terlaksana
3
11. Guru memberikan pemuaian
terlaksana
3
terlaksana
3
13. Guru memberikan soal tentang pemuaian
terlaksana
3
14. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru
terlaksana
3
15. Peserta didik diminta menuliskan jawabanya di
terlaksana
4
contoh
soal
tentang
12. Siswa memperhatikan contoh soal diberikan guru.
yang
106
depan kelas 16. Guru mengoreksi jawaban peserta apakah sudah benar apa belum
didik terlaksana
4
17. Guru menjelaskan perubahan wujud zat
terlaksana
3
18. Guru menjelaskan pengertian kalor laten, kalor peleburan, dan pemuaian
terlaksana
3
19. Guru menjelaskan skema perubahan wujud
terlaksana
3
20. Guru menjelaskan factor-faktor mempengaruhi perubahan wujud zat
terlaksana
3
21. Guru memberikan soal tentang kalor laten
terlaksana
4
22. Guru meminta siswa maju menjawab soal dari guru
terlaksana
3
23. Guru mengeroksi jawaban dari siswa apakah sudah benar apa belum
terlaksana
4
24. Guru membimbing pelajaran
terlaksana
3
terlaksana
3
terlaksana
3
siswa
yang
menyimpulkan
KEGIATAN AKHIR 25. Memberikan evaluasi berupa soal untuk mengetahui pemahaman siswa 26. mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
Persentase keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga dapat dilihat pada tabel 4.21 di bawah ini: Tabel. 4.21 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP pada Pertemuan Ketiga Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran RPP 3 % 2 3 (Keterlaksanaan) (Nilai)
Aspek yang diamati 1 (Kategori yang diamati) KEGIATAN AWAL 1. Guru membuka pelajaran mengucapkan salam 2. Guru memeriksa kehadiran siswa
dengan
terlaksana
3
terlaksana
3
107
3. Guru membuka pelajaran dengan bersamasama membaca basmalah 4. Guru memotivasi siswa tentang Perpindahan Kalor 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai 6. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan pengertian dari kalor KEGIATAN INTI 7. Guru menjelaskan tiga macam cara perpindahan kalor
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
3
terlaksana
4
terlaksana
4
8. Guru menjelaskan perpindahan kalor secara konduksi
terlaksana
4
9. Peserta didik diminta menyebutkan contoh perpindahan secara konduksi
terlaksana
3,5
10. Guru menjelaskan aplikasi dan perumusan tentang konduktor
terlaksana
3
11. Guru menjelaskan perpindahan kalor secara konveksi
terlaksana
3
12. Peserta didik diminta menyebutkan contoh perpindahan secara konveksi
terlaksana
3,5
13. Guru menjelaskan aplikasi dan perumusan tentang konveksi
terlaksana
4
14. Guru menjelaskan perpindahan kalor secara radiasi
terlaksana
4
15. Peserta didik diminta menyebutkan contoh perpindahan secara radiasi
terlaksana
3,5
16. Guru menjelaskan aplikasi serta perumusan tentang radiasi
terlaksana
3,5
17. Guru memberikan perpindahan kalor.
terlaksana
3,5
18. Peserta didik memperhatikan contoh soal yang dijelaskan guru
terlaksana
3
19. Guru memberikan soal tentang perpindahan kalor
terlaksana
3,5
20. Peserta didik mengerjakan soal yang diberikan
terlaksana
3
contoh
soal
tentang
108
guru 21. Guru mengoreksi jawaban peserta didik apakah sudah benar atau belum. Jika masih terdapat peserta didik yang belum dapat menjawab dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan KEGIATAN AKHIR 22. Memberikan evaluasi berupa soal untuk mengetahui pemahaman siswa 23. Menutup pelajaran mengucap hamdallah 24. mengucapkan salam (Sumber: Penelitian 2013)
terlaksana
3,5
terlaksana
3,5
terlaksana terlaksana
3 3
Skor rata-rata pengelolaan pembelajaran untuk setiap kegiatan pada setiap RPP dapat dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini:
1
Tabel. 4.22 Rekapitulasi Pengelolaan Pembelajaran RPP pada Tiap Pertemuan Skor Pengelolaan Pembelajaran Aspek yang Skor RataKategori Diobservasi Rata RPP 1 RPP 2 RPP 3 Kegiatan Awal Cukup Baik 3 3,2 3,3 3,2
2
Kegiatan Inti
3
No
3
3,3
3,5
3,3
Cukup Baik
Kegiatan Penutup
3,5
3
3,2
3,2
Cukup Baik
RATA-RATA
3,2
3,2
3,3
3,2
Cukup Baik
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, penilaian pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran konvensional menunjukkan pada tahap pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, guru memperoleh penilaian rata-rata dengan kategori baik. Penilaian pengelolaan pembelajaran fisika secara keseluruhan didapat rata-rata penilaian sebesar 3,2 dengan kategori cukup baik.
109
B. Pembahasan Pembelajaran dengan model kolaboratif adalah pembelajaran yang menuntut siswa bekerja berkelompok, berdiskusi, bereksplorasi, berelaborasi, memecahkan masalah, serta kegiatan lain yang memungkinkan siswa berkerja sama sehingga setiap individu dapat berkembang optimal dalam kerja sama kelompok. Pembelajaran ini sebelumnya siswa dalam kelompok bersamasama menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri, kemudian siswa bekerja secara bersinergi mengidentifikasi (menentukan), mendemontrasikan,
meneliti,
menganalisis,
dan
memformulasikan
(merancang) jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKPD. Di akhir pembelajaran, siswa dalam kelompok melakukan elaborasi (penggarapan), dan inferensi (kesimpulan). Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok kontrol (kelas X-4) adalah pembelajaran di sekolah yang sering diterapkan. Sama seperti pada kelas eksperimen, pada pembelajaran ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti sendiri dan penjelasan materi pelajaran langsung disampaikan oleh guru. Guru menjelaskan materi kemudian memberikan beberapa contoh soal. Terlihat siswa lebih tertib memperhatikan penjelasan guru. Ketika diberikan kesempatan untuk bertanya, beberapa orang siswa juga bertanya kepada guru. Guru juga meminta siswa mengerjakan soal latihan di papan tulis. Dalam pembelajaran di kelas kontrol ini, guru lebih mendominasi pembelajaran. Di
110
akhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran dan kemudian guru memberikan Pekerjaaan Rumah (PR). 1. Ketuntasan Hasil Belajar a. Ketuntasan Individu Hasil analisis tes hasil belajar siswa secara kognitif diukur sebanyak satu kali. Berdasarkan tabel 4.1, tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dari 26 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar diperoleh 3 siswa tuntas dan 23 siswa tidak tuntas
karena belum mencapai standar
ketuntasan hasil belajar fisika yang telah ditetapkan sekolah sebesar ≥ 75. Berdasarkan tabel 4.2, tes hasil belajar siswa pada kelas kontrol dari 25 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tidak seorang pun yang tuntas karena belum mencapai standar ketuntasan hasil belajar fisika yang telah ditetapkan sekolah sebesar ≥ 75. Bila dilihat dalam bentuk grafik ketuntasan THB kognitif baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini:
Kelas Eksperimen Tuntas
Tidak Tuntas 12%
88%
Gambar 4.2. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas Ekperimen
111
Kelas Kontrol Tuntas
Tidak Tuntas 0%
100%
Gambar 4.3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah
mendapatkan pembelajaran
kolaboratif dari 26 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar terdapat 3 orang siswa atau 11,53% dinyatakan tuntas belajarnya dan 23 orang siswa atau 88,46% dinyatakan belum mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa kelas kontrol setelah mendapatkan pembelajaran konvensional dari 25 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tidak seorangpun siswa tuntas dalam belajarnya atau 100% tidak tuntas. Siswa tuntas karena mereka tergolong aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Siswa tersebut aktif bekerja dan bertanya
apabila mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKPD, baik pada guru maupun
dengan
teman-temannya.
Siswa
tersebut
aktif
dalam
kelompoknya, mampu bekerjasama dengan baik, dan mampu mengerjakan tuga-tugas yang telah ditentukan kelompoknya masing-masing. Siswa
112
tersebut juga cepat beradaptasi dengan anggota lain dalam kelompoknya telah ditetapkan. Menurut Brown dan Saks, keberhasilan belajar banyak ditentukan oleh seberapa jauh siswa berusaha untuk mencapai keberhasilan tersebut. Usaha belajar siswa tersebut itu mempunyai dua dimensi,yaitu (1) jumlah waktu yang dihabiskan siswa dalam suatu kegiatan belajar, dan (2) intensitas keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar tersebut4, sehingga penulis berpendapat ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa-siswa tersebut dikarenakan mereka aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan langsung terlibat dalam kegiatan belajar. Siswa tersebut juga memanfaatkan waktu untuk bertanya apabila mereka smendapatkan kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa-siswa yang tidak tuntas karena siswa-siswa tersebut belum mampu mencapai ketuntasan individu yang ditetapkan sekolah yaitu 75%. Siswa belum mampu menjawab soal-soal yang telah diberikan guru. Siswa tersebut cenderung pasif untuk bertanya
tentang materi yang belum
dimengerti. Siswa kurang mampu memahami materi pelajaran dengan baik karena guru tidak mampu menyampaikan materi dengan baik dan guru kurang menguasai materi pelajaran. Syaiful Sagala berpendapat bahwa setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena ada faktor-faktor tertentu diluar pengendalian.5 Penulis berasumsi faktor luar tersebut antara lain: (1) Kurangnya intensitas pembelajaran, di mana 4
Asep_Herry_Hernawan.2010.Makna_Ketuntasan_Dalam_Belajar.http://file.upi.edu/Dire ktori/Fip/Jur._Kurikulum_Dan_Tek._Pendidikan 5 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2003, h.221
113
saat peneliti melakukan penelitian, banyak faktor-faktor yang menghambat berjalannya proses pembelajaran sehingga intensitas pembelajarannya berkurang. Misalnya saja saat berlangsungnya proses pembelajaran khususnya waktu melaksanakan kegiatan investigasi, banyaknya alat-alat yang pecah dan guru harus segera mengganti alat tersebut agar siswa dapat melakukan percobaannya. Rentan waktu bolak-balik antara kelas ke laboratorium
pun
memerlukan
waktu
banyak,
sehingga
proses
pembelajaran terhenti. Tidak hanya itu, akibat mata pelajaran fisika yang waktunya setelah mata pelajaran olah raga, mengakibatkan waktu pembelajaran sering terpotong hingga 30 menit dan para siswa mengeluhkan kecapekan. Hal itu mengakibatkan intensitas belajarnya pun berkurang dan siswa cenderung kurang semangat dalam menerima pembelajaran. (2) Rentan waktu setelah pembelajaran dan pemberian posttest cukup lama. Karena penelitian dilakukan di semester 2, banyak sekali jadwal saat mata pelajaran fisika yang harus ditunda dikarenakan banyaknya hari libur baik itu disebabkan adanya libur try out, dan hari libur yang lain. Akibat terlalu lama tidak bertatap muka pada pelajaran fisika, menyebabkan para siswa lupa akan materi yang telah diajarkan sebelumnya. Menurut guru yang mengajar di MAN Model Palangka Raya, selama ini ketuntasan hasil belajar siswa baru dapat dicapai dari akumulasi nilainilai latihan siswa, tugas-tugas siswa, dari nilai UTS (Ulangan Tengah Semester), nilai UAS (Ulangan Akhir Semester), dan dari nilai remedial
114
siswa itulah baru nilai siswa dapat mencapai ketuntasan KKM yang telah ditetapkan.
Tidak
hanya
itu
menurut
guru
mata
pembelajaran
meningkatnya ketetapan nilai KKM dari mulanya 64 menjadi 75 membuat ketercapaian ketuntasan siswa semakin sulit. b. Ketuntasan Klasikal Ketuntasan secara klasikal dari tes hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kolaboratif sebesar 11,53 % sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yaitu ≥ 85%.6 Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang kurang fokus dan malas dalam PBM serta kurang aktif dalam mengerjakan LKPD dan juga dilihat dari hasil evaluasi masih kurang sehingga mendapatkan nilai yang rendah. Serta guru merasa masih kurang maksimal dalam mengajar terutama pada materi hitungan yang membuat siswa agak kesulitan dalam menjawabnya, sehingga secara klasikal hasil belajar kelas eksperimen belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85%. Sedangkan ketuntasan secara klasikal dari tes hasil belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 0 % sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif tidak
6
M.Taufik Widiyoko, “Pengembangan Model Pembelajaran Langsung Yang Menekankan Pada Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Biologi Pokok Bahasan Sistem Pengeluaran Di SLTP”. Tesis Magister., t.tp., t.np., 2005, hal.55(dikutip dari: Borich, G. D. 1994. Observasi Skills for Effectivitas Teacing. New York: Macmillan Publishing Company)
115
memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yaitu ≥85%.7 Hal ini dikarenakan siswa tidak fokus dan malas dalam PBM dan juga dilihat dari hasil evaluasi masih kurang sehingga mendapatkan nilai yang rendah, sehingga secara klasikal hasil belajar kelas kontrol tidak memenuhi kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85%. c. Ketuntasan TPK TPK dikatakan tuntas apabila persentase siswa yang mencapai TPK tersebut sebesar 65%. Hasil analisis data ketuntasan TPK dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Ketuntasan TPK Eksperimen 38% 62%
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4.4. Diagram Ketuntasan TPK Kelas Eksperimen Berdasarkan gambar 4.4 di atas dan analisis data pada Tabel 4.5, TPK yang tuntas sebanyak 38 % atau 10 TPK. TPK yang tuntas terdiri dari berbagai aspek yang termasuk ranah kognitif, yaitu 8 TPK aspek
7
M.Taufik Widiyoko, “Pengembangan Model Pembelajaran Langsung Yang Menekankan Pada Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Biologi Pokok Bahasan Sistem Pengeluaran Di SLTP”. Tesis Magister., t.tp., t.np., 2005, hal.55 (dikutip dari: Borich, G. D. 1994. Observasi Skills for Effectivitas Teacing. New York: Macmillan Publishing Company)
116
pemahaman dan 2 TPK aspek penerapan. Untuk aspek pemahaman (C2) tuntas karena siswa bisa menjelaskan, membedakan dan menunjukkan materi yang terkait dalam pembelajaran yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek aplikasi (C3) tergolong soalnya sukar tetapi siswa mampu memecahkan masalah dalam mengerjakan soal-soal hitungan yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga soal pada aspek ini tuntas. TPK yang tidak tuntas sebesar 62 % atau 16 TPK. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab tidak tuntasnya TPK adalah tingkat aspek kognitif TPK yang cukup tinggi yang berarti soal untuk TPK tersebut cukup sulit bagi siswa sehingga TPK tersebut tidak tuntas, serta ada beberapa siswa yang pemahaman tentang materi kurang terutama pada penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dan aplikasi soal. Hasil analisis data ketuntasan TPK dengan pembelajaran konvensional dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Ketuntasan TPK Kelas Kontrol 23% Tuntas 77%
Tidak Tuntas
Gambar 4.5. Diagram Ketuntasan TPK Kelas Kontrol
117
Berdasarkan gambar 4.5 di atas dan analisis data pada tabel 4.6, TPK yang tuntas sebanyak 23 % atau 6 TPK. TPK yang tuntas terdiri dari berbagai aspek yang termasuk ranah kognitif, yaitu 4 TPK aspek pemahaman dan 2 TPK aspek penerapan. Untuk aspek pemahaman (C2) tuntas karena siswa bisa menjelaskan, membedakan dan menunjukkan materi yang terkait dalam pembelajaran yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Aspek aplikasi (C3) tergolong soalnya sukar tetapi siswa mampu memecahkan masalah dalam mengerjakan soal-soal hitungan yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga soal pada aspek ini tuntas. TPK yang tidak tuntas sebesar 77 % atau 20 TPK. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab tidak tuntasnya TPK adalah tingkat aspek kognitif TPK yang cukup tinggi yang berarti soal untuk TPK tersebut cukup sulit bagi siswa sehingga TPK tersebut tidak tuntas, serta ada beberapa siswa yang pemahaman tentang materi kurang terutama pada penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari dan aplikasi soal. Dengan ketuntasan TPK 38% TPK untuk kelas eksperimen dan 23 % TPK untuk kelas kontrol, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum
menguasai
tujuan
pembelajaran
yang
diinginkan
dalam
pembelajaran. Adanya keterbatasan di dalam menyampaikan materi dan juga kurangnya waktu dalam pembelajaran karena hanya 2 jam (2 × 45 menit) seharusnya untuk fisika diperlukan waktu lebih banyak sehingga
118
mereka dapat lebih mengerti dan memahaminya terutama aplikasi dan menyelesaikan soal-soal hitungan. 1. Perbedaan Hasil Belajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaboratif dan Konvensional Berdasarkan hasil analisis data pretest pada konsep kalor, diketahui bahwa skor rata-rata kelas kontrol tidak jauh berbeda dari rata-rata hasil pretest kelas eksperimen sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelompok mempunyai kemampuan yang sama sebelum diadakan perlakuan. Setelah itu, Kedua kelas dilakukan perlakuan yang berbeda yaitu kelas X-7 sebagai kelas eksperimen diberikan pembelajaran kolaboratif dan kelas X-4 sebagai kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Analisis data hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional baik dilihat dari postes, gain dan N-gain untuk materi kalor di kelas X MAN Model Palangka Raya. Hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan dapat dikatakan tidak adanya hubungan antara karakteristik kognitif siswa dengan pembelajaran yang diterapkan. Meskipun model pembelajaran kolaboratif yang menjadi pusat pembelajaran adalah siswa, dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran konvensional yang pembelajarannya berpusat pada guru dan murid cenderung hanya menerima informasi dari guru, tenyata pada penelitian ini tidak ada
119
perbedaan hasil belajar yang secara signifikan antara kelas yang diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif dan kelas yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang menurut peneliti hal itu dikarenakan dalam proses pembelajaran peneliti berusaha sama dan adil, materi pembelajaran yang disampaikan sama, contoh dan latihan soal juga sama, dan pembelajaran dapat dikelola dengan baik oleh guru, bisa dilihat dianalisis pengelolaan pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen secara signifikan tidak jauh berbeda daripada siswa kelas kontrol menurut peneliti hal ini juga disebabkan tidak adanya kesesuaian antara karakteristik model pembelajaran kolaboratif dengan karakteristik siswa kelas eksperimen. Sebenarnya siswa kelas eksperimen dalam belajar cukup aktif dalam bertanya, mengerjakan LKPD, serta menjawab soal latihan. Namun sebaliknya karakteristik siswa kelas kontrol siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru kemudian mencatat dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru. Walaupun sebenarnya siswa kelas kontrol juga cukup aktif dalam bertanya, mendengarkan penjelasan guru, aktif dalam mengerjakan latihan soal. Kalau dilihat dari pengelolaan pembelajaran di kelas eksperimen maupun kontrol adalah sama-sama cukup baik saja (bisa dilihat pada analisis pengelolaan pembelajaran),
dalam hal ini
kemampuan guru
tidak
berpengaruh terhadap ketidak berhasilan penelitian ini karena guru sudah semaksimal mungkin memberikan pengajaran yang adil dan tidak berat sebelah, namun tetap hasil belajar akhir kelas kontrol tidak jauh berbeda
120
dibandingkan kelas eksperimen. Dan itu dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang dipilih belum berhasil digunakan dalam penelitian ini. Analisis hipotesis menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata juga menunjukan kelas eksperimen tidak jauh berbeda daripada kelas kontrol, sehingga jika ditinjau dari analisis N-Gain atau kualitas peningkatan penguasaan konsep
siswa
setelah pembelajaran,
maka peningkatan
penguasaan konsep pembelajaran kalor oleh siswa di kedua kelas tergolong rendah. Nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen (0,23) dan kelas kontrol (0,18), sehingga g < 0,3 kategori rendah. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
kolaboratif
belum
menunjukan pengaruh yang tinggi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi kalor, begitu juga dengan pembelajaran konvensional. 2. Respon Siswa a. Respon Siswa Kelas Eksperimen Siswa kelas X-7 sebelum mengikuti rangkaian pembelajaran terlebih dahulu
diminta
untuk memberikan tanggapan terhadap
pembelajaran fisika yang sudah mereka laksanakan yang ada di sekolah. Tujuannya untuk mengetahui motivasi awal mereka. Begitu juga setelah siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif, siswa diminta untuk memberi tanggapan. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kolaboratif. Hasil analisis terhadap 26 angket respon siswa pada kelas
121
eksperimen yang telah diisi siswa ditabulasikan pada tabel 4.11 respon siswa terhadap pernyataan nomor 1 bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diberikan guru sebelumnya dan
sesudah diberi pembelajaran
kolaboratif dapat
digambarkan dalam bentuk diagram 4.6 berikut: 19
20
19
15 10 5 0
3 0
4
4
Sebelum
3 0
0 0
Sesudah Kolaboratif
Sangat Senang Cukup Kurang Tidak Senang Senang Senang Senang
Gambar 4.6 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 1
Berdasarkan gambar 4.6 di atas terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang sebelum pembelajaran tidak ada (0%), dan sesudah pembelajaran kolaboratif meningkat menjadi 3 siswa (12%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebanyak 4 siswa (15%), sedangkan sesudah pembelajaran sebanyak 19 siswa (73%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 19 siswa (73%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menurun menjadi 4 siswa (15%). Siswa yang menyatakan kurang senang dengan pembelajaran fisika sebelum diberi perlakuan sebanyak 3 siswa (12 %), sedangkan sesudah diajarkan dengan model
122
pembelajaran kolaboratif menjadi tidak ada (0%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang baik sebelum dan sesudah tidak ada (0%). Hal itu dikarenakan yang mempengaruhi peningkatan perasaan terhadap pembelajaran fisika disebabkan oleh model pembelajaran itu sendiri. Pertanyaan no 2.a bagaimana kesan terhadap cara penyajian materi oleh guru selama ini baik sebelum dan sesudah pembelajaran, dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.7 berikut:
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16 13 9
9 Sebelum
3 0
Sesudah Kolaboratif 1
0
0 0
Sangat Senang Cukup Kurang Tidak Senang Senang Senang Senang
Gambar 4.7 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 2.a Berdasarkan gambar 4.7 di atas terhadap cara penyampaian guru terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang sebelum pembelajaran tidak ada (0%), dan sesudah pembelajaran kolaboratif meningkat menjadi 3 siswa (12%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebanyak 9 siswa (35%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 13 siswa (50%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 8 siswa (31%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran
123
kolaboratif meningkat menjadi 9 siswa (35%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap cara penyampaian guru sebelumnya sebanyak 1 siswa (3,8 %), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menjadi tidak ada (0%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang sebelum pembelajaran sebanyak 1 siswa (3,8%) dan sesudah tidak ada (0%). Hal itu dikarenakan yang mempengaruhi peningkatan perasaan terhadap pembelajaran fisika disebabkan oleh model pembelajaran itu sendiri dan cara guru menyampaikan pembelajaran. Pertanyaan no 2.b kesan materi yang disajikan oleh guru baik sebelum dan sesudah pembelajaran, dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.8 berikut:
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16 14 12 8 Sebelum Sesudah Kolaboratif 0 0
1
0
1
0
Sangat Senang Cukup Kurang Tidak Senang Senang Senang Senang
Gambar 4.8 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 2.b Berdasarkan gambar 4.8 di atas terhadap materi pembelajaran terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang baik sebelum dan sesudah pembelajaran tidak ada (0%). Siswa yang menyatakan senang
124
sebelum pembelajaran sebanyak 8 siswa (31%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 12 siswa (46%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 16 siswa (62%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menurun menjadi 14 siswa (54%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap materi pembelajaran sebelumnya sebanyak 1 siswa (3,8 %), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menjadi tidak ada (0%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang sebelum pembelajaran maupun sesudah tidak ada. Hal itu dikarenakan
yang mempengaruhi peningkatan perasaan
terhadap
pembelajaran fisika disebabkan oleh model pembelajaran itu sendiri dan cara guru menyampaikan pembelajaran. Pertanyaan no 2.c suasana belajar di kelas baik sebelum dan sesudah pembelajaran dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.9 berikut: 1111
12 10
8
8 6
7
5 5
Sebelum
4 2
1 1
1
2
Pembelajaran Kolaboratif
0 Sangat Senang Cukup Kurang Tidak Senang Senang Senang Senang
Gambar 4.9 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 2.c
125
Berdasarkan gambar 4.9 di atas terhadap suasana belajar terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang baik sebelum dan saat pembelajaran kolaboratif sama yaitu 5 siswa (19%). Siswa yang menyatakan senang baik sebelum dan saat pembelajaran pun jumlahnya sama yaitu sebanyak 11 siswa (42%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 8 siswa (31%), sedangkan saat diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menurun menjadi 7 siswa (27%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap materi pembelajaran sebelum dan saat pembelajaran berjumlah sama yaitu sebanyak 1 siswa (3,8 %). Dan siswa yang menyatakan tidak senang saat pembelajaran sebanyak 1 siswa (3,8%), sedangkan sesudahnya meningkat menjadi 2 siswa (7,7%). Dari hal tersebut dapat dikatakan suasana pembelajaran baik sebelum maupun saat pembelajaran sama. Pertanyaan nomor 21 (pada pre-respon) atau nomor 24 (pada postrespon) dalam seminggu berapa hari mereka belajar fisika baik sebelum dan sesudah pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang 4.10 berikut:
126
30
25
25
19
20 15
Sebelum
10 5
0
2
Sesudah Kolaboratif
4 0 1
1
0 0
0 Setiap Hari
5-6 Hari
3-4 Hari
1-2 Hari
Tidak Pernah
Gambar 4.10 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 21 atau 24
Berdasarkan gambar 4.10 di atas tentang banyaknya intensitas belajar fisika di rumah dalam seminggunya yang menyatakan belajar setiap hari sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif tidak ada (0%), sedangkan sesudah diajarkan meningkat menjadi 2 siswa (7,7%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 5-6 hari di rumah sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif tidak ada, sedangkan sesudah diajarkan sebanyak 1 siswa (3,8%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 3-4 hari sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif sebanyak 1 siswa (3,8%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 4 siswa (15%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 1-2 hari sebelum pembelajaran sebanyak 25 siswa, sedangkan sesudah pembelajaran menurun menjadi 19 siswa (73%). Dan siswa yang menyatakan tidak pernah belajar fisika dalam seminggu tidak ada (0%). Dari hal itu dapat disimpulkan bahwa setelah diajarkan dengan model
127
pembelajaran kolaboratif, intensitas belajar siswa dalam seminggu meningkat. Pertanyaan nomor 23 (pre-respon) atau 25 (post-respon) intensitas belajar siswa dalam sehari dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang 4.11 berikut :
12 10
10 8 8
7 6
6
6 5
5
Sebelum
4
4
Sesudah
2
1 0
0 1-15 menit
15-30 menit
1 jam
2 jam
3 jam
Gambar 4.11 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 23 atau 25
Berdasarkan gambar 4.11 di atas tentang banyaknya intensitas belajar fisika di rumah dalam seharinya yang menyatakan belajar 1-15 menit sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif sebanyak 8 siswa (31%), sedangkan sesudah pembelajaran menurun menjadi 6 siswa (23%). Siswa yang menyatakan 15-30 menit dalam seharinya sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif sebanyak 5 siswa (19%), sedangkan sesudah diajarkan meningkat menjadi 10 siswa (38%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 1 jam
128
dalam sehari sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif sebanyak 6 siswa (23%), sedangkan sesudah diajarkan menurun menjadi 5 siswa (19%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 2 jam sebelum diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif sebanyak 7 siswa (27%), sedangkan sesudah pembelajaran menurun menjadi 4 siswa (15%). Dan siswa yang menyatakan belajar fisika 3 jam sebelum pembelajaran tidak ada (0%),
sedangkan sesudah pembelajaran
meningkat menjadi 1 siswa (3,8%). Di sini ada hal yang menarik, meski intensitas belajar dalam sehari menurun, namun intensitas belajar dalam seminggu meningkat. Pertanyaan nomor 9 belajar dengan cara berkelompok dapat memfasilitasi untuk turut aktif dalam pebelajaran fisika dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.12 berikut:
Eksperimen 30
24
20 10
2
Eksperimen
0 Ya
Tidak
Gambar 4.12 Diagram Respon Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 9 Berdasarkan gambar 4.12 di atas bahwa belajar berkelompok dapat memfasilitasi siswa untuk turut akatif dalam pembelajaran terlihat dari
129
respon yang setuju sebanyak 24 siswa (92%), sedangkan yang menyatakan tidak sebanyak 2 siswa (7,7%). Pertanyaan nomor 10 pembelajaran dengan percobaan-percobaan dapat memudahkan dan membantu siswa memahami konsep-konsep fisika dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.13 berikut:
EKSPERIMEN 30
25
20 10
1
Ekperimen
0 Ya
Tidak
Gambar 4.13 Diagram Respon Kelas Eksperimen untuk Angket Nomor 12 Berdasarkan gambar 4.13 di atas bahwa belajar pembelajaran dengan percobaan-percobaan dapat memudahkan dan membantu siswa memahami konsep-konsep fisika terlihat dari respon yang setuju sebanyak 25 siswa (96%), sedangkan yang menyatakan tidak sebanyak 1 siswa (3,8%). b. Respon Siswa Kelas Kontrol Siswa kelas X-4 sebelum mengikuti rangkaian pembelajaran terlebih dahulu
diminta
untuk memberikan tanggapan terhadap
pembelajaran fisika yang sudah mereka laksanakan yang ada di sekolah. Tujuannya untuk mengetahui motivasi awal mereka. Begitu juga setelah
130
siswa mengikuti rangkaian kegiatan yang diajarkan yang diajarkan oleh peneliti, siswa diminta untuk memberi tanggapan. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran oleh peneliti. Hasil analisis terhadap 25 angket respon siswa pada kelas eksperimen yang telah diisi siswa ditabulasikan pada tabel 4.12 respon siswa terhadap pernyataan nomor 1 bagaimana perasaan selama mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang diberikan guru sebelumnya dan sesudah diberi pembelajaran kolaboratif dapat digambarkan dalam bentuk diagram 4.14 berikut:
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16
9
10 7
6
Sebelum Sesudah
2 0 Sangat Senang
0 Senang
Cukup Senang
Kurang Senang
0 0 Tidak Senang
Gambar 4.14 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 1 Berdasarkan gambar 4.14 di atas terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang sebelum pembelajaran tidak ada (0%), dan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 6 siswa (24%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebanyak 9 siswa (36%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 10 siswa (40%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak
131
16
siswa
(64%),
sedangkan
sesudah
diajarkan
dengan
model
pembelajaran menurun menjadi 7 siswa (28%). Siswa yang menyatakan kurang senang dengan pembelajaran fisika sebelum diberi perlakuan tidak ada (0%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif menjadi 2 siswa (8%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang baik sebelum dan sesudah tidak ada (0%). Hal itu dikarenakan yang mempengaruhi peningkatan perasaan terhadap pembelajaran fisika disebabkan oleh cara guru yang menyampaikan pembelajaran. Pertanyaan no 2.a bagaimana kesan terhadap cara penyajian materi oleh guru selama ini baik sebelum dan sesudah pembelajaran, dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.15 berikut:
14
12
11
12 10
8
8
6
7 5
6
Sebelum
4 2
Sesudah 1
0
0 Sanagat Senang
Senang
Cukup Senang
Kurang Senang
0 0 Tidak Senang
Gambar 4.15 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 2a Berdasarkan gambar 4.15 di atas terhadap cara penyampaian guru terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang sebelum pembelajaran sebanyak 1 siswa (%), dan sesudah pembelajaran
132
meningkat menjadi 6 siswa (24%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebanyak 12 siswa (35%), sedangkan sesudah pembelajaran berkurang menjadi 8 siswa (32%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 7 siswa (28%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran meningkat menjadi 11 siswa (44%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap cara penyampaian guru sebelumnya sebanyak 5 siswa (20 %), sedangkan sesudah pembelajaran menjadi tidak ada (0%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang sebelum maupun sesudah pembelajaran tidak ada (0%). Hal itu dikarenakan yang mempengaruhi peningkatan perasaan terhadap pembelajaran fisika disebabkan oleh cara guru menyampaikan pembelajaran. Pertanyaan no 2.b kesan materi yang disajikan oleh guru baik sebelum dan sesudah pembelajaran, dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.16 berikut: 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16 14
7
8 Sebelum
2
1 1
0 Sangat Senang
Senang
Cukup Senang
Kurang Senang
1
Sesudah 0
Tidak Senang
Gambar 4.16 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 2.b
133
Berdasarkan gambar 4.16 di atas terhadap materi pembelajaran terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang baik sebelum pembelajaran tidak ada (0%) dan sesudah pembelajaran menjadi 2 siswa (8%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebanyak 7 siswa (28%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 14 siswa
(14%).
Siswa
yang menyatakan cukup
senang sebelum
pembelajaran sebanyak 16 siswa (64%), sedangkan sesudah diajarkan dengan model pembelajaran menurun menjadi 8 siswa (32%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap materi pembelajaran sebelumnya sebanyak 1 siswa (4%), sedangkan sesudah diajarkan tetap. Dan siswa yang menyatakan tidak senang sebelum pembelajaran maupun sesudah tidak ada. Hal itu dikarenakan yang mempengaruhi peningkatan perasaan terhadap pembelajaran fisika disebabkan oleh cara guru menyampaikan pembelajaran. Pertanyaan no 2.c suasana belajar di kelas baik sebelum dan sesudah pembelajaran dapat digambarkan bentuk diagram batang 4.17 berikut:
134
10
8
8
9 7
9 7
6
6 Sebelum
4 2
2
1
0
Sesudah 0
0 Sangat Senang
Senang
Cukup Senang
Kurang Senang
Tidak Senang
Gambar 4.17 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 2.c Berdasarkan gambar 4.17 di atas terhadap suasana belajar terlihat bahwa siswa yang menyatakan sangat senang sebelum pembelajaran sebanyak 1 siswa (4%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 8 siswa (32%). Siswa yang menyatakan senang sebelum pembelajaran sebesar 7 siswa (28%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 9 siswa (36%). Siswa yang menyatakan cukup senang sebelum pembelajaran sebanyak 9 siswa (36%), sedangkan pembelajaran menurun menjadi 7 siswa (28%). Siswa yang menyatakan kurang senang terhadap materi pembelajaran sebelum pembelajaran sebanyak 6 siswa (24%), sedangkan sebelum pembelajaran tidak ada (0%). Dan siswa yang menyatakan tidak senang saat pembelajaran sebanyak 2 siswa (8%), sedangkan sesudahnya tidak ada (0%). Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa guru dapat meningkatkan kesenangan suasana pembelajaran di kelas. Pertanyaan nomor 22 (pada pre-respon) atau nomor 18 (pada postrespon) dalam seminggu berapa hari mereka belajar fisika baik sebelum
135
dan sesudah pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang 4.18 berikut: 25
19
20
21
15 Sebelum
10 5 0
3 3 0 0
0 0
Setiap Hari
5-6 Hari
3-4 Hari
3
1-2 Hari
1
Sesudah
Tidak Pernah
Gambar 4.18 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 22 atau 18
Berdasarkan gambar 4.18 di atas tentang banyaknya intensitas belajar fisika di rumah dalam seminggunya yang menyatakan belajar setiap hari baik sebelum maupun sesudah pembelajaran tidak ada (0%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 5-6 hari di rumah baik sebelum maupun sesudah pembelajaran tidak ada (0%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 3-4 hari sebelum pembelajaran sebanyak 3 siswa (12%), sedangkan sesudah pembelajaran mempunyai nilai yang sama. Siswa yang menyatakan belajar fisika 1-2 hari sebelum pembelajaran sebanyak 19 siswa (76%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 21 siswa (84%). Dan siswa yang menyatakan tidak pernah belajar fisika dalam seminggu sebelum pembelajaran sebanyak 3 siswa (12%), sedangkan sesudah pembelajaran menjadi 1 siswa (4%). Dari hal itu dapat
136
disimpulkan bahwa setelah diajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif, intensitas belajar siswa dalam seminggu cukup meningkat. Pertanyaan nomor 23 (pre-respon) atau 19 (post-respon) intensitas belajar siswa dalam sehari dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang 4.19 berikut : 11
12 10 8 6 4 2
6
8
7 4
2
9
Sebelum
3 0 0
Sesudah
0 1-15 menit
15-30 menit
1 jam
2 jam
3 jam
Gambar 4.19 Diagram Respon Sebelum dan Sesudah Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 23 atau 19 Berdasarkan gambar 4.19 di atas tentang banyaknya intensitas belajar fisika di rumah dalam seharinya yang menyatakan belajar 1-15 menit sebelum pembelajaran sebanyak 2 siswa (8%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 6 siswa (24%). Siswa yang menyatakan 15-30 menit dalam seharinya sebelum pembelajaran sebanyak 11 siswa (44%), sedangkan sesudah diajarkan menurun menjadi 7 siswa (28%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 1 jam dalam sehari sebelum model pembelajaran sebanyak 4 siswa (16%), sedangkan sesudah diajarkan menurun menjadi 3 siswa (12%). Siswa yang menyatakan belajar fisika 2 jam sebelum pembelajaran sebanyak 8 siswa (32%), sedangkan sesudah pembelajaran meningkat menjadi 9 siswa (36%). Dan siswa yang
137
menyatakan belajar fisika 3 jam sebelum maupun sesudah pembelajaran tidak ada (0%). Dapat disimpulkan bahwa intensitas belajar perhari siswa sebelum dan sesudah pembelajaran tidak jauh berbeda. c. Perbandingan Respon pada Kelas Eksperimen dan Kontrol Perbandingan respon siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran kolaboratif dan siswa yang diajar dengan metode konvensional dimaksudkan untuk melihat seberapa besar model kolaboratif berpengaruh terhadap motivasi siswa. Hasil analisis terhadap angket respon siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah diisi siswa ditabulasikan pada tabel 4.13 dan 4.14 respon siswa terhadap pernyataan nomor 4 bagaimana tanggapan jika setiap pembelajaran selanjutnya menggunakan model pembelajaran kolaboratif (pada kelas eksperimen) dan pembelajaran yang diajarkan peneliti (pada kelas kontrol) dapat digambarkan dalam bentuk diagram 4.20 berikut: 14
15
9
10 5
6
4 1
0
Eksperimen (Model Pembelajaran Kolaboratif)
8 6 2 0
1
Kontrol (Konvensional)
Sangat Senang Cukup Kurang Tidak Senang Senang Senang Senang
Gambar 4.20 Diagram Respon Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 4
138
Berdasarkan gambar di atas bahwa jumlah siswa pada kelas eksperimen lebih menyukai model pembelajaran kolaboratif yang diterapkan pada pelajaran selanjutnya dibandingkan jumlah siswa kelas kontrol yang menyukai metode yang diajarkan oleh peneliti. Pertanyaan nomor 16 (respon post eksperimen) atau 9 (post kontrol) apakah siswa termotivasi saat pembelajaran dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang 4.21 berikut :
30 25 20 15 10 5 0
24 19 Eksperimen 6 2 Ya
Kontrol
Tidak
Gambar 4.21 Diagram Respon Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol untuk Angket Nomor 16 atau 9 Berdasarkan gambar 4.21 di atas bahwa jumlah siswa pada kelas eksperimen lebih termotivasi belajarnya dibandingkan jumlah siswa yamg termotivasi belajarnya pada kelas kontrol. Sebenarnya model pembelajaran kolaboratif ini sudah dapat meningkatkan motivasi karena setelah dilihat dari hasil respon, jumlah siswa yang lebih termotivasi pada pembelajaran fisika adalah kelas eksperimen.
139
3. Pengelolaan a. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Eksperimen Pengelolaan pembelajaran fisika kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada aspek kegiatan awal, pertemuan I memperoleh nilai 3 dengan kategori cukup baik. Hal ini terjadi karena peneliti saat melaksanakan kegiatan mengintroduksi siswa sudah cukup baik walau tetap kurang menarik perhatian siswa dalam memulai PBM. Tidak hanya itu, faktor luar pun menurut peneliti sangat mempengaruhi PBM. Pertemuan II memperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan kategori cukup baik. Hal ini terjadi karena peneliti sudah belajar dari pengalaman pertama sehingga pada saat mengintroduksi siswa lebih baik dan menarik perhatian. Pertemuan II memperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan kategori cukup baik. Hal ini terjadi karena pada guru belum bisa meningkatkan kegiatan introsuksi dengan baik. Aspek kedua yaitu kegiatan inti, pada pertemuan I peneliti memperoleh nilai 3,35 dengan kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa peneliti sudah cukup baik dalam menerapkan pembelajaran kolaborasi. Pertemuan II peneliti memperoleh nilai 3,6 dengan kategori baik. Hal ini terjadi karena peneliti sudah dapat melaksanakan kegiatan inti dengan baik khususnya pada aspek mengeksplorasi dan menjelaskan konsep. Pada pertemuan III peneliti memperoleh 3,5 dengan kategori baik. Nilai ini sedikit mengalami penurunan, hal ini karena peneliti kurang mengakses kinerja siswa.
140
Aspek terakhir yaitu aspek kegiatan penutup, pada pertemuan I memperoleh nilai rata-rata 3 dengan kategori cukup baik. Angka ini menunjukkan bahwa peneliti cukup mampu melaksanakan kegiatan penutup dengan cukup baik. Pertemuan ke II memperoleh nilai 3,1 dengan kategori cukup baik. Hal ini karena peneliti cukup mampu melaksanakan kegiatan penutup dengan cukup baik. Pertemuan ke III memperoleh 3,2 dengan kategori cukup baik. Hal ini karena peneliti cukup mampu melaksanakan kegiatan penutup dengan cukup baik. Rata-rata penilaian aspek pengelolaan pembelajaran pada setiap pertemuan disajikan pada grafik 4.22 berikut ini: Rata-rata penilaian 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3 2.9
3.4
3.4
Pertemuan II
Pertemuan III
3.1 Pertemuan I
Gambar 4.22 Diagram Penilaian Rata-rata Pengelolaan Model Pembelajaran Kolaboratif
b. Pengelolaan Pembelajaran Fisika Pada Kelas Kontrol Pengelolaan
pembelajaran
fisika
dengan
pembelajaran
konvensional pada aspek kegiatan awal, pertemuan pertama memperoleh nilai 3 dengan kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa peneliti sudah cukup baik dalam memulai pembelajaran fisika. Pertemuan kedua memperoleh nilai rata-rata 3,2 dengan kategori cukup baik, pertemuan
141
kedua mengalami peningkatan karena peneliti sudah belajar dari pertemuan pertama sehingga berusaha meningkatkannya pada pertemuan kedua. Pada pertemuan ketiga memperoleh nilai rata-rata 3,3 dengan kategori cukup baik, pertemuan kedua mengalami peningkatan karena peneliti sudah belajar dari pertemuan pertama sehingga berusaha meningkatkannya pada pertemuan ketiga. Jumlah rata-rata penilaian dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua adalah 3,2 dengan kategori cukup baik. Aspek kedua yaitu kegiatan inti, pada pertemuan pertama peneliti memperoleh nilai 3 dengan kategori cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan inti dengan cukup baik dan sistematis. Pertemuan kedua peneliti memperoleh nilai 3,3 dengan kategori cukup baik. Pertemuan ketiga peneliti memperoleh nilai 3,5 dengan kategori baik. Jumlah rata-rata penilaian aspek kegiatan inti adalah 3,3 dengan kategori cukup baik. Aspek ketiga yaitu kegiatan penutup, pada pertemuan pertama memperoleh nilai 3,5 dengan kategori baik dan pertemuan kedua memperoleh nilai 3,2 dengan kategori cukup baik. Nilai ini mengalami penurunan karena kegiatan penutup tidak terlakasana dengan baik, hal itu disebabkan karena waktu sudah habis. Pertemuan ketiga peneliti memperoleh nilai 3,3 dengan kategori cukup baik. Jumlah rata-rata penilaian aspek kegiatan inti adalah 3,25 dengan kategori cukup baik.
142
Rata-rata penilaian aspek pengelolaan pembelajaran pada setiap pertemuan disajikan pada grafik berikut 4.23 ini: Rata-rata penilaian 3.35 3.3 3.25 3.2 3.15
3.3 3.2
3.2
Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Gambar 4.23 Diagram penilaian rata-rata pengelolaan pembelajaran konvensional