39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Profil PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan. Meliputi jasa pelayanan kapal, pelayanan barang, dan jasa lain-lain, sejak tahun 1960 pengelolaan pelabuhan di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah melalui Perusahaan
Negara
perkembangannya
(PN)
pada
sampai
tahun
1964
dengan aspek
IV.
Kemudian
operasional
dalam
Pelabuhan
dikoordinasikan oleh lembaga pemerintah yang disebut Port Authority, sedangkan aspek komersial tetap dibawah pengelolaan Perusahaan Negara (PN) Pelabuhan I sampai dengan IV. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1969 pengelolaan pelabuhan umum dilakukan oleh Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tahun 1983, BPP diubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Pelabuhan yang hanya mengelola pelabuhan umum yang diusahakan, sedangkan pengelolaan pelabuhan umum yang tidak diusahakan dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pelabuhan laut. PERUM Pelabuhan dibagi menjadi 4 wilayah operasi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1983. Status PERUM ini kemudian diubah lagi menjadi PT Pelabuhan Indonesia I sampai IV(Persero) pada tahun 1992 sampai 2011. Pada tanggal 22 Februari 2012,
40
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II meluncurkan logo dan brand baru dalam rangka bertransformasi menjadi lebih baik. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) yang berkantor pusat di Jl. Pasoso nomor 1 Tanjung Priok Jakarta ini, memiliki wilayah operasi di 10 propinsi dan mengelola 12 pelabuhan yang diusahakan, yaitu Pelabuhan Teluk Bayur di Propinsi Sumatera Barat, Pelabuhan Jambi di Propinsi Jambi, Pelabuhan Palembang di Propinsi Sumatera Selatan, Pelabuhan Bengkulu di Propinsi Bengkulu, Pelabuhan Panjang di Propinsi Lampung, Pelabuhan Tanjung Pandan dan Pelabuhan Pangkal Balam di Propinsi Bangka Belitung, Pelabuhan Banten di Propinsi Banten, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Sunda Kelapa di Propinsi DKI Jakarta, Pelabuhan Cirebon di Propinsi Jawa Barat dan Pelabuhan Pontianak di Propinsi Kalimantan Barat. 4.1.2. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian baik secara posisi maupun tugas yang ada pada perusahaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Dikatakan oleh Stephen P Robbins dalam bukunya Perilaku Organisasi bahwa struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi pada PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) meletakkan fungsi Humas di bawah unit Sekretaris Perusahaan dan berkaitan dengan fungsi seluruh Direksi mulai dari Direktur Utama, Direktur Operasi, Direktur Teknik, Direktur Keuangan, Direktur
41
Komersial dan Pengembangan Usaha hingga Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum. Struktur tersebut memberikan keleluasaan bagi Humas sebagai komunikator perusahaan ke dalam maupun ke luar perusahaan, tentunya sesuai arahan Direksi dan kebutuhan komunikasi perusahaan. Berikut adalah tampilan struktur organisasi PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero).
4.1.3. Logo PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pada latar belakang penelitian bahwa PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sejak 22 Februari 2012 telah mengganti identitasnya dengan berganti logo. Semula, logo yang digunakan perusahaan memiliki dominasi biru dengan ilustrasi air laut, saat ini paduan grafis logo baru PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) berbalut warna jingga dan biru yang merupakan inspirasi dari gambaran sebuah anak panah yang melesat di atas permukaan air laut yang jernih dan luas. Semua
42
itu menandakan konsep pergerakan perusahaan yang fokus dan dinamis. Berikut adalah tampilan logo PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero).
4.1.4. Lokasi Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia II terletak di dalam area Pelabuhan Tanjung Priok, di utara kota Jakarta, beralamatkan Jalan Pasoso nomor 1 Tanjung Priok Jakarta 14310. Informasi mengenai perusahaan dapat mengakses website resmi perusahaan yaitu www.indonesiaport.co.id dan email
[email protected] atau menghubungi nomor telepon 0214301080 (25 saluran) dan nomor faksimili 021-4351225. Informasi lainnya mengenai perusahaan juga dapat diperoleh melalui akun resmi PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) di social media seperti facebook di alamat www.facebook.com/IndonesiaPort @indonesiaport.
dan
twitter
dengan
follow
43
4.2. Hasil Penelitian Pada Bab IV ini hasil penelitian akan dipaparkan untuk menjawab fokus penelitian yang disampaikan pada bab sebelumnya. Hasil penelitian akan mengungkapkan lebih rinci mengenai temuan-temuan di lapangan untuk dikaitkan dengan apa yang menjadi fokus peneliti. Di dalam sub bab ini, peneliti akan memasukkan data hasil wawancara, hasil pengamatan yang didapat dari observasi, serta data sekunder yang diperlukan untuk mendukung temuan di lapangan. Selama melakukan penelitian, peneliti menemui sejumlah kendala seperti kesulitan menggali informasi dari subyek penelitian yaitu key informan. Hal ini dikarenakan pada saat yang bersamaan, key informan yang mana adalah konsultan bidang kehumasan di perusahaan tempat dilakukannya penelitian, sempat vakum untuk beberapa bulan karena proses administrasi yang belum terselesaikan. Tiga bulan setelah vakum, peneliti
44
dapat kembali melakukan wawancara mendalam terhadap informan mengenai fokus penelitian yaitu implementasi prinsip media relations dalam membangun citra PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Citra kini menjadi hal yang lumrah diperhatikan oleh siapa saja baik individu maupun perusahaan. Oleh karena itu, tidak jarang pihak yang memilih untuk memberikan perhatian yang cukup guna memelihara suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan, terlebih untuk menghindari terbentuknya kesan negatif publik. Membangun citra menjadi pilihan yang tepat manakala dilakukan sesuai dengan ketentuan dan sasarannya, dalam hal ini melalui pendekatan media relations, sehingga peneliti akan memaparkan dengan rinci mengenai pelaksanaan prinsip-prinsip umum dalam menjalin hubungan yang baik dengan media sebagai bentuk pembangunan citra perusahaan. Selanjutnya, pada sub bab berikutnya akan dilakukan analisis mengenai hal-hal tersebut terhadap teori prinsip-prinsip media relations yang digunakan oleh peneliti. Secara umum, sejak berganti logo dan bertransformasi, PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau yang kini dikenal dengan IPC telah menerapkan prinsip umum dalam rangka menjalin hubungan yang baik dengan media (media
relations).
Bentuk
kegiatannya
pun
beragam,
mulai
dari
menyediakan press release, media gathering hingga memfasilitasi permohonan wawancara. Hal tersebut semata-mata dilakukan agar terciptanya pemahaman yang baik di kalangan media bahwa fungsi hubungan masyarakat dengan media merupakan fungsi yang saling
45
berkaitan dan membutuhkan satu sama lain, mengingat setiap pesan atau berita yang disampaikan media kepada masyarakat terkait dengan citra perusahaan. Sepanjang tahun 2012 hingga 2013, dimana merupakan waktu terjadinya transformasi perusahaan, banyak sekali aktifitas pengembangan infrastruktur dan suprastruktur yang dilakukan oleh perusahaan seiring dengan visi perusahaan untuk menjadi pelabuhan berkelas dunia. Dengan tujuan mulia dalam usaha membangun negeri, PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)
mengembangkan
beberapa
proyek
seperti
pembangunan
NewPriok sebagai bentuk respon cepat dalam menghadapi besarnya jumlah trafik peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok dan Pendulum Nusantara dalam menjawab persoalan tingginya logistic cost untuk pengiriman barang ke beberapa wilayah di Indonesia, khususnya bagian timur. Dengan berbagai aktifitas pengembangan yang dilakukan perusahaan, aktifitasaktifitas kehumasan dalam membina hubungan pers yang baik untuk mendukung sosialisasi program pun terus dilakukan. Dari data-data yang berhasil dikumpulkan Peneliti, terdapat daftar media yang biasa menetap di kantor PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk memperoleh berita. Daftar media ini jika dilihat lebih lanjut memang bukan tergolong kriteria media-media besar. Namun dalam pelaksanaannya, media-media tersebut tetap dibina mengingat kedekatan media tersebut dengan lingkup usaha dan pengguna jasa PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero).
46
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Wartawan Dwiyantoro Wilam Chon Syamsuri Lucky Wiryadi Aidikar M Saidi Hendrik Tobing Yusman Amri Luthan Akhmad Mabrori Velly Pakpahan Iskandar Helmi Abdul Habib Musli Syahbana Pudji Lelono Ahmad Churi Hoddy Sitanggang Sudjono Harley Sarpinas Darussalam Kadis Bayu Ali Idrus Krisman Naibaho Ridwan Said Andi Roslan Wtlm Tobing Philippus Vicky
Media Pos Kota Harian Terbit Suara Karya Bisnis News Bisnis Indonesia Buana Minggu Swara Nasional Rakyat Merdeka Bisnis Indonesia Buana Minggu Batak Pos Tabloid Maritim Tabloid Maritim Bandar Media Eksekutif Cakrawala Dinamika Visual Media Jakarta Monitor Media Nusantara Memorandum Ocean Week Potensi Business News Media Bangsa Selaluonline.com
Selain media-media tersebut, dalam skala yang lebih luas Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) juga memiliki daftar media yang biasa diundang pada setiap kegiatan yang diselenggarakan perusahaan. Humas menilai, membuat daftar media seperti ini memudahkan Tim Humas untuk menjangkaunya. Media-media ini memiliki jaringan dan jangkauan lebih luas karena tergolong media yang cukup besar.
47
NO
Nama
Media
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ahmad Mabrori Hilman Wawan Haryo Damardono Clara Ratih P Sudarsono Merlinda Riska Ogi Maya Nawangwulan Maria Yuniar Yogi Megah Perkasa Alfian Ichsan D Sebastian Partogi Srwi W Puji Tyas Suhendrik Aditya PP Ridwan Said Hendri Anita Dewi Taufiqurrohman Martin Job Damas Jati Martina Laila Ramdhini Wahyu Gina Nur M Rosa Sekar Angelina Maria D Usman Kelvin Taufan
Bisnis Indonesia Bisnis Indonesia Kompas Kompas Kompas Kompas.com Kontan Kontan Tempo Koran Tempo Jurnal Nasional Rakyat Merdeka Sindo The Jakarta Post Jawa Pos Jawa Pos Jawa Pos Republika Ocean Week Indo Pos LKBN Antara Gatra Indonesia Shipping Gazette Indonesia Shipping Gazette BUMN Track Investor Daily Investor Daily Fortune Indonesia SWA Jurnal Maritim Sindo Weekly ANTV Detik.com
Mengacu pada konsep tentang prinsip media relations, sejumlah prinsip umum yang harus diimplementasikan, terdiri dari :
48
4.2.1. Memberikan Pelayanan kepada Media Pelayanan terhadap media sudah seharusnya dipahami dan dilaksanakan secara baik mengingat antara Humas dengan media memiliki hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain. Melayani media berarti membangun sebuah kerja sama yang saling menguntungkan, terutama untuk membangun citra sebuah perusahaan. Dalam tahap ini, dikatakan oleh Bapak Subandi selaku pelaksana harian Asisten Sekretaris Perusahaan bidang Hubungan Masyarakat bahwa : “Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah menerapkan prinsip memberikan pelayanan kepada media seperti memberikan informasi dan data yang dibutuhkan media (press release dan fact sheet). Selain itu memberikan informasi mengenai cabang-cabang pelabuhan di daerah. Membina hubungan yang baik dengan wartawan dilakukan tidak hanya untuk media nasional tetapi juga yang tergabung di media maritim. Bagaimanapun mereka wartawan yang harus dibina dan ternyata memiliki relasi yang luas dengan pelanggan, mitra dan pemerintah sehingga dapat memberikan pemberitaan positif bagi perusahaan. Selain itu, memfasilitasi kebutuhan peliputan untuk wilayah cabang yang dikelola perusahaan juga diterapkan dalam memberikan pelayanan kepada media.”
Dalam kesempatan yang berbeda, Konsultan Kehumasan PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dari Ogilvy Public Relations, Bapak Binol, menyatakan : “Pelayanan yang diberikan ke media juga telah memenuhi prinsip yang ada seperti memberikan rujukan kepada media untuk menjangkau narasumber yang tepat yang dikehendaki media sebagai kebutuhannya dalam mengumpulkan informasi. Selain itu, merancang permohonan wawancara dari media dengan narasumber yang tepat juga dilakukan oleh Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Layanan kepada media juga dilakukan dalam merespon pertanyaan yang diajukan pers. Jawaban atas pertanyaan yang diajukan akan langsung direspon segera manakala jawaban tersebut telah dikonfirmasi kebenarannya. Untuk jawaban yang belum dikonfirmasi maupun diketahui juga tetap direspon perusahaan dengan memberikan pengertian kepada pers untuk dapat memberikan waktu hingga dapat
49
menyampaikan jawaban yang tepat. Dalam memberikan rujukan yang tepat ke narasumber, mengakomodir kebutuhan untuk sampai ke narasumber juga dilakukan perusahaan dalam prinsipnya menyediakan fasilitas yang memadai sewaktu pers menggali berita. Dalam hal ini fasilitas yang disediakan perusahaan berupa akses dan bantuan untuk menjangkau narasumber yang dibutuhkan pers dalam menggali informasi.”
Gambar 1. Direktur Utama IPC melayani doorstop media
Pernyataan kedua key informan di atas mendapat dukungan positif dari rekan-rekan media yang juga menjadi informan dalam penelitian ini, seperti yang dikatakan Bapak Taher, Jurnalis Bisnis Indonesia seperti berikut : “Humas di sini dalam artian baik stafnya dan corporate secretary nya yah. Cukup baik yah dari sisi Humas. Pertama karena siaran pers sering dikirim melalui PR external IPC. Kedua, Pak Yan dan Bu Rima (pendahulu Pak Yan, Sekretaris Perusahaan) juga sigap melayani pertanyaan wartawan. Tapi jangan sampai butuhnya saja kirim release, tapi saat media butuh klarifikasi telpon ga diangkat-angkat.”
50
Di lain kesempatan, Bapak Badri, Jurnalis Jawa Pos yang biasa meliput di lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) juga menambahkan bahwa : “Dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan perusahaan dengan mengundang media sudah berjalan cukup baik. Akses untuk dapat informasi di PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sangat mudah dengan adanya bantuan dari tim Humas. Hubungan kami yang terjalin dengan tim Humas IPC juga sudah berjalan dengan sangat baik.”
4.2.2. Menegakkan Suatu Reputasi agar Dapat Dipercaya Beranjak dari pelayanan terhadap media, prinsip lain untuk membina hubungan yang baik dengan pers adalah menegakkan suatu reputasi agar dapat dipercaya oleh berbagai pihak terutama jurnalis sebagai pencari berita tentunya sangat diperlukan bagi seorang Humas. Dari hasil wawancara dengan Bapak Binol mengenai prinsip menegakkan reputasi, Penulis mendapat informasi bahwa : “Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam berbagai kegiatan maupun peristiwa perusahaan juga menyediakan lembar fakta yang valid terkait informasi kegiatan dan peristiwa yang terjadi di Perusahaan. Data yang disajikan pada lembar fakta merupakan data yang telah dikonfirmasi keakuratannya baik dari internal IPC maupun institusi terkait pelabuhan. Menjaga integrasi dengan fungsi dan institusi terkait juga merupakan salah satu upaya Humas dalam menjaga reputasi dan kepercayaan media terhadap informasi yang diterbitkan perusahaan.” Lebih lanjut Bapak Subandi menambahkan bahwa menegakkan reputasi juga paralel seiring dengan memberikan pelayanan yang baik kepada media sehingga media merasa dihargai dan akan kembali mencari informasi dari tim Humas. Lebih lanjut Bapak Subandi mengatakan : “Humas dituntut untuk tetap menjaga reputasi yang dimiliki agar dalam beberapa kesempatan media tetap datang untuk menggali informasi dari
51
Humas sebagai perwakilan perusahaan yang terpercaya. Disadari bahwa sebagai tim Humas di perusahaan yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan harus berkoordinasi dengan banyak pihak terkait tidak hanya dengan pihak internal perusahaan seperti Humas Cabang Pelabuhan lain yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), namun juga pihak eksternal seperti perusahaan afiliasi, anak perusahaan, operator terminal, Syahbandar, Bea Cukai, Otoritas Pelabuhan, perusahaan-perusahaan bongkar muat, dan sebagainya.” Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Badri bahwa secara pribadi diakui, informasi yang dibutuhkan media seringkali harus didapatkan melalui tim Humas sebagai sumbser terpercaya dalam memberikan informasi. Ditegaskan bahwa : “PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah bersikap transparan dalam memberikan data dan informasi. Biasanya sebelum dimintai informasi, tim Humas IPC sudah menyediakannya sehingga narasumber dapat mengetahui kegiatan-kegiatan maupun program-program perusahaan. Dalam kesempatan peliputan Jawa Pos yang lalu juga disampaikan bahwa IPC sudah cukup terbuka dalam memberikan informasi kepada media.” Bapak Taher juga menambahkan bahwa saat ini BUMN sudah memperhatikan factor GCG (Good Corporate Governance) dimana salah satunya yaitu reputasi. Dalam wawancaranya disebutkan bahwa : “IPC mulai melakukan hal tersebut salah satunya dengan perubahan nama dan budaya kerja perusahaan. Menurutnya image Pelindo dulu sebagai gudangnya pungutan liar di pelabuhan agak mulai terkikis setelah ada perubahan direksi. Bukan berarti Saya mendukung R.J. Lino selaku Direktur Utama PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), namun mendukung pada siapa saja yang mampu membuat Pelindo berubah. disayayangkan isu pungutan liar yang masih terus ada entah karena oknum atau law enforcement yang rendah, namun sejauh ini PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dinilai on track dalam membangun reputasi. Namun, konflik yang dimulai sejak akhir tahun lalu yaitu persoalan antara Serikat Pekerja dengan manajemen, dalam hal ini direksi mulai merusak fondasi yang telah dibangun. Menurutnya, bagaimana IPC mau memperbaiki pelabuhan tetapi belum berhasil memperbaiki diri sendiri dengan persoalan yang ada. Di sinilah peran Humas IPC dianggap belum berhasil membangun komunikasi
52
yang baik antara manajemen, Direksi dan Serikat Pekerja. Humas bukan hanya soal menjalin hubungan dengan dunia luar yaitu media dan masyarakat, tetapi juga menjadi penstabil manakala terjadi konflik internal.” 4.2.3. Memasok Naskah Informasi yang Baik Prinsip media relations yang ketiga yaitu memasok naskah informasi yang baik Salah satu naskah yang biasa diterbitkan oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) adalah siaran pers atau press release. Lebih dari itu, dalam situasi-situasi tertentu, perusahaan juga pernah menerbitkan materi lain seperti pernyataan bersama. Dalam kurun waktu yang ditentukan pada penelitian ini, telah banyak press release yang dihasilkan perusahaan untuk menunjang kebutuhan media, baik yang penyampaiannya dilaksanakan melalui email blast (pengiriman melalui email) maupun pada kegiatan perusahaan berlangsung. Beberapa press release tersebut antara lain mengenai launching logo, keputusan Presiden tentang NewPriok, pemenang tender konstruksi NewPriok, proyek Pendulum Nusantara, kinerja perusahaan per-semester, angin kencang yang melanda Priok, pelantikan Direksi anak perusahaan, kegiatan hari ibu, kegiatan mudik gratis bersama IPC, Memorandum of Understanding (MoU) dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), World Bank, PT. PP, PT. Bank Mandiri dan PT. BNI. Dijelaskan Bapak Subandi bahwa humas mencakup publisitas. Dengan publisitas yang cukup intens dapat membuat perusahaan dikenal. Lebih lanjut diungkapkan Bapak Subandi bahwa : “Wartawan terbiasa mendapat informasi secara mandiri, tetapi informasi tambahan juga kita berikan. Untuk siaran pers, baru belakangan ini bias memproduksi sendiri, yang biasa disajikan Humas PT. Pelabuhan
53
Indonesia II (Persero) kebanyakan telah mengikuti panduan seperti memuat unsur 5W+1H, tidak lebih dari dua halaman, menyertakan lembar fakta, dan mencantumkan kontak perusahaan. Tim Humas harus memperhatikan gaya penulisan dalam penulisan siaran pers. Hal ini mengingat kebutuhan jurnalis dalam menggali berita untuk kemudian disampaikan kembali kepada pembaca melalui tulisannya. Harapan seorang Humas adalah memperoleh keluaran yang sama yang sama antara informasi yang disampaikan di siaran pers dengan informasi yang diterima publik melalui media massa.” Seperti juga yang diungkapkan oleh Bapak Binol mengenai pasokan naskah yang baik, disampaikan sebagai berikut : “implementasi memasok naskah informasi yang baik adalah dengan menerbitkan press release yang baik, dalam arti menyampaikan informasi yang tepat. Dalam memasok naskah siaran pers yang baik, selalu ada penterjemahan bahasa operasional ke bahasa yang dapat langsung digunakan oleh media. Bidang kepelabuhanan merupakan bidang yang spesifik sehingga membutuhkan penterjemahan, khususnya untuk banyak istilah yang kerap digunakan dalam operasional pelabuhan.”
Dari pihak media, menjawab poin ke-tiga ini, penulis dalam wawancaranya dengan Bapak Badri mendapatkan informasi bahwa : “Siaran pers yang diterbitkan PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) biasanya bersifat normatif, artinya sesuai dengan patokan dan bersifat baku secara tata bahasa dan isinya. Sangat mudah mendapatkan informasi tambahan melalui telepon. Melengkapi siaran pers, foto-foto yang disampaikan tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia sudah cukup baik. Disarankan agar dapat lebih menyajikan foto-foto yang lebih variatif seperti penambahan foto pelabuhan pada saat perusahaan melakukan kegiatan peresmian, sehingga tidak hanya menyediakan gambar-gambar pada saat seremonial tetapi juga gambar pendukung lainnya yang terkait, seperti view pelabuhan atau view kegiatan bongkar muat.”
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Bapak Taher yang menyatakan bahwa : “Sejauh ini pelaksanaannya sudah cukup baik. Press release dikirimkan sesuai update apa yang sedang dilakukan perusahaan meskipun detaildetail nya masih perlu diverifikasi lagi. Namun lebih jauh diungkapkan
54
bahwa memang wartawan sudah semestinya seperti itu sehingga tidak hanya “dicekoki” berita press release saja. Seorang wartawan harus memiliki kreatifitas agar tidak disamakan dengan copy writer.”
4.2.3. Melakukan Kerjasama yang Baik dalam Menyediakan Bahan Informasi Prinsip membina hubungan dengan pers berikutnya yaitu melakukan kerjasama yang baik dalam menyediakan bahan/materi informasi. Serupa dengan prinsip sebelumnya, dalam hal ini peneliti menggali sejauh mana peran Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam menyediakan bahan informasi manakala dibutuhkan pers. Hal ini jelas diungkapkan Bapak Binol bahwa : “Kerjasama tersebut ditunjukkan dengan mengarahkan atau merancang wawancara media dengan pihak perusahaan terkait, misalnya untuk informasi yang berkaitan dengan operasional diarahkan ke Direktur Operasi, dan seterusnya. Bapak Binol menegaskan inti kerjasama dimaksud adalah pengalomodiran narasumber yang tepat sesuai kebutuhan wartawan.”
Lebih lanjut Bapak Subandi juga menambahkan, sebagai berikut : “Selama ini tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah melakukan kegiatan yang bekerjasama dengan media seperti merancang wawancara dan temu pers. Dulu pernah ada masalah mbah priok yang kita inisiasikan pertemuannya antara media dengan sejumlah tokoh seperti habib dan para ulama. Selain itu juga mengakomodir permohonan wawancara dari media tentunya dengan pertimbangan tingkat urgensi wawancara itu sendiri, Permohonan wawancara biasanya diajukan melalui tim Humas IPC dengan menyertakan lebih dulu draft pertanyaan yang akan diajukan. Dengan prosedur tersebut tim Humas IPC menjadi lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan pers ketika itu. Berkaitan dengan hal tersebut, selain memenuhi kebutuhan media dalam menyediakan bahan informasi, hal ini sangat erat kaitannya dengan kerjasama yang saling menguntungkan antara media yang mencari dan menggali berita dengan tim Humas selaku obyek yang diberitakan. Dengan menyediakan bahan informasi kepada
55
pihak-pihak yang tepat, maka pemberitaan pun berpotensi sesuai harapan tim Humas itu sendiri.”
Di lihat dari sisi media, Bapak Badri menambahkan bahwa : “Tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah berperan aktif dalam menyediakan bahan informasi yang dibutuhkan. Tidaklah sulit meminta informasi baik dari tim Humas maupun Direksi untuk menjawab pertanyaan atau mengklarifikasi suatu hal. Pelayanan terhadap poin kerjasama dalam penyediaan bahan informasi dirasa sudah memuaskan.”
Menambahkan keterangan tersebut, Bapak Taher memberikan komentar yang baik mengenai prinsip kerjasama dalam penyediaan bahan informasi. “Pengalaman Saya baru sekali interview one on one dengan manajemen IPC, dalam hal ini Bapak Albert Pang (JICT, Join IPC, yang dibantu oleh PR eksternal atau konsultan kehumasan). Kalau untuk interview Dirut IPC atau lainnya belum, kebanyakan doorstop atau by phone. Jadi biasa saja sih. Biasanya wartawan nggak begitu suka dengan hal-hal yang berbau birokrasi. Kalau dia butuh konfirmasi atau bahan, biasanya by phone ke yang bersangkutan. sama hal nya cara ini dilakukan juga untuk memburu berita non perusahaan. Misalnya tanya Kabag, Kabiro, Direktur, Kepala Badan, Dirjen hingga Menteri. Tapi kalaupun perlu formalitas pengaturan jadwal, wartawan secara profesional melakukan itu. Jadi normal saja”.
4.2.4. Menyediakan Fasilitas yang Memadai Berikutnya adalah tentang penyediaan fasilitas yang memadai dalam upaya verifikasi. Sebuah informasi yang didapat tentu perlu pembuktian kebenaran sebelum akhirnya dijadikan informasi resmi dan dimuat di media massa. Verifikasi menjadi hal penting bagi media dalam menyajikan sebuah tulisan ke publik, mengingat materi informasi yang didapat media biasanya berasal dari perusahaan berbentuk press release yang tetap harus diuji kebenarannya melalui cara-cara seperti meninjau langsung ke lapangan atau
56
meninjau kondisi perusahaan. Dalam wawancara penulis kepada Bapak Subandi, dapat diketahui informasi bahwa : “Tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) selalu memberikan kesempatan bagi media untuk melakukan verifikasi atas informasi yang diterima, bahkan biasanya sebelum ada permohonan dari media untuk melakukan verifikasi, pihak Humas akan menawarkan media untuk memastikan informasi tersebut dengan melihat langsung ke lapangan, baik dilakukan oleh pihak media sendiri maupun pendampingan dari tim Humas.”
Serupa dengan informasi dari Bapak Subandi, ditambahkan pula oleh Bapak Binol bahwa : “Verifikasi yang dilakukan oleh rekan media dalam menggali informasi dapat dilakukan dengan cara mengakomodir kebutuhan pencarian informasi maupun verifikasi data ke narasumber yang tepat dan berwenang baik internal perusahaan maupun eksternal seperti pihak-pihak yang berkaitan erat dengan bidang jasa perusahaan.”
Dibenarkan oleh pihak media yaitu Bapak Badri yang mengaku tidak memiliki kendala dalam melakukan verifikasi. Disampaikan bahwa : “Sejauh ini pihaknya tidak menjumpai halangan dalam upaya media melakukan verifikasi terhadap informasi maupun isu yang sedang berkembang. Justru pihak Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) memberi jalan seluas-luasnya bagi media untuk melihat langsung kondisi di lapangan.”
Di lain kesempatan, menanggapi poin verifikasi, Bapak Taher memberikan saran untuk mengaktifkan kembali website yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Dirinya menyampaikan bahwa : “Sejauh ini inisiatif IPC lebih sering berupa press release yang menurutnya hal tersebut bersifat baik namun mengurangi kegigihan para jurnalis dalam mengejar narasumber dan press release yang sudah baik tersebut disarankan untuk tetap dilakukan. Bapak Taher menyayangkan sekaligus mempertanyakan tidak terupdate nya situs IPC sebagai medium yang
57
menyajikan informasi tentang perusahaan seperti PT. Kereta Api Indonesia yang mampu menjadikan website nya sebagai medium pemesanan tiket. Menurutnya, membangun citra bukan hanya kerjasama dengan media atau wartawan tetapi juga mampu menyediakan informasi terkini perusahaan dari berbagai medium, salah satunya yaitu situs atau website. Dirinya lebih lanjut menambahkan agar laporan keuangan dapat dimuat di situs sehingga perusahaan dapat transparan terhadap rakyat maupun BUMN itu sendiri. Dikatakan bahwa IPC harus belajar untuk transparan sebelum akhirnya suatu saat masuk pasar modal atau listing di bursa. Menambahkan sarannya, Bapak Taher memberikan masukan agar IPC tidak lagi mengandalkan penuh kepada Humas eksternal. BUMN harus mandiri dan mulai berbenah dalam urusan kehumasan, menurutnya Humas eksternal dapat saling membantu Humas perusahaan dalam hal konsultasi dan bukan menangani secara langsung.”
4.2.6. Membangun Hubungan secara Personal dengan Media Bagian terpenting dalam menjalankan prinsip membina hubungan pers yang baik tidak lain adalah dengan membangun hubungan secara personal dengan media. Implementasi yang diterapkan Humas PT. Pelabuhan Indoesia II (Persero) dalam hal ini yaitu dengan menggagas beberapa kegiatan pertemuan dengan media seperti coffee morning. Menurut Bapak Subandi : “Hubungan personal dengan media tidak terkait dengan tata cara atau ketentuan tertentu karena hubungan semacam itu sifatnya kekeluargaan dan pertemanan hingga akhirnya dalam bekerjasama biasanya menjadi lebih memahami dan menghormati profesi masing-masing. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah terjalin hubungan personal yang baik dengan rekan-rekan media, terutama jurnalis dari bagian transportasi di media nya atau yang biasa disebut “wartawan transport” maupun jurnalis atau media lainnya. Hubungan personal tidak didapatkan dengan waktu yang sebentar, hal ini dibangun sejak awal dengan lebih mengenal satu sama lain dalam beberapa perjumpaan di kegiatan atau peristiwa perusahaan. Menambahkan pernyataan yang ada, jika hubungan personal yang baik dengan jurnalis telah dilakukan, begitu pula hubungan dengan media secara korporat. Jika kita member informasi ke media, maka suatu hari juga media akan klarifikasi ke kita soal pemberitaan”
58
Sebagai konsultan, Bapak Binol banyak memberikan informasi tentang bentuk-bentuk membangun hubungan yang personal dengan media. dikatakan bahwa : “Hubungan personal yang terjalin selama ini adalah usaha tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam menjalankan kegiatan-kegiatan kehumasan yang berkaitan dengan pers seperti media gathering, media visit dan editorial luncheon. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan dengan kuantitas yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan.”
Disampaikan oleh Bapak Badri, jika bicara mengenai hubungan personal dengan media, ia mengungkapkan bahwa : “Hal-hal semacam ini (wawancara Penulis dengan Bapak Badri) cukup menunjukkan adanya hubungan personal yang baik, dalam arti ketika membicarakan sesuatu baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun di luar pekerjaan seperti wawancara penelitian ini antara kedua belah pihak dapat mengungkapkannya secara “cair” dan terbuka.”
Di lain kesempatan, Bapak Taher juga menyetujui bahwa telah terjalinnya hubungan personal yang baik antara media dan tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sekaligus mengkritisi hal-hal terkait pers yang harus dihindari dalam menjalin hubungan personal dengan media. Lebih lanjut Bapak Taher mengungkapkan bahwa : “IPC jarang melakukan media visit yah. Di luar itu, humas IPC, baik Pak Yan dan Bu Rima, termasuk stafnya cukup baik membangun komunikasi dan membangun kedekatan. Bagi narsum, kedekatan membuat si wartawan menjadi subjektif dalam menulis isu terkait IPC yang sebetulnya jangan sampai terjadi sehingga memang antara narsum dan wartawan boleh dekat asal tau posisi masing-masing sehingga kalau mau kritik tak ada lagi rasa 'tidak enak', dan bagi si wartawan kedekatan membuat dia bisa mengakses info-info insider. Tapi memang tak semua kedekatan itu dibangun dengan alasan ini, bisa jadi kedekatan karena memang manusiawi. Kita menghormati narsum, narsum menghargai kita, sebaliknya demikian. Satu hal positif buat IPC, no amplop. Beberapa BUMN masih memakai amplop. Itu sangat menghina pekerjaan kami. Memang ada oknum-oknum yang
59
mengatasnamakan jurnalis terima amplop. Saya sangat tidak respect dengan BUMN yang menyediakan amplop, misal saat konferensi pers.”
Selain melalui wawancara dengan key informan dan informan yang ditentukan oleh Penulis sesuai dengan keterkaitan topik penelitian, Penulis juga menggunakan data-data seperti pantauan beberapa media monitoring sebagai informasi tambahan. Media monitoring dijadikan Penulis sebagai data yang mendukung penelitian ini karena dapat memperlihatkan sisi pemberitaan negatif media terhadap perusahaan ketika adanya sebuah isu. Dari hasil pantauan media monitoring berikut, terlihat meskipun beberapa prinsip membina hubungan baik dengan media telah dilakukan Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dengan baik dan didukung oleh media selaku informan sebagaimana diungkapkan Penulis dalam penelitian ini, namun ketika PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) tersangkut isu kurang menyenangkan seperti isu monopoli atau ekspansi usaha terhadap PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dengan membentuk anak usaha baru. Hubungan dengan media yang telah terjalin dengan baik tidak mampu meredam pemberitaan-pemberitaan negatif di kalangan media. Meskipun pada akhirnya PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) melakukan konfirmasi atas pemberitaan tersebut bahwa isu tersebut hanya kekhawatiran beberapa pihak dalam berkompetisi untuk memberikan layanan terbaik dan bukan bermaksud mematikan usaha swasta yang telah ada, namun pemberitaan negatif tetap naik dan membuat citra perusahaan sedikit terganggu.
60
Media / Tanggal Media Indonesia / 22 April 2013
Judul / Tone
Ringkasan
Selamatkan Devisa melalui Cabotage / Negatif
Ketua Umum INSA Camelia Hartoto mengatakan devisa sudah bisa diselamatkan melalui program nasional atas kapal berbendera Indonesia (cabotage) untuk pelayaran. Menurutnya, terdapat perubahan dalam dunia kepelabuhanan nasional, misalnya terdapat perubahan dari sisi fasilitas dan orientasi dari public service menjadi profit oriented. Carmelita menyatakan, BUMN pelabuhan kini tidak malu menyampaikan laba walaupun pelayanan tidak terjadi perubahan sehingga semua sektor mengeluhkan soal tarif.
Rakyat Merdeka Ekspansi / 22 April 2013 Dibatasi Bos Pelindo Ngomel / Negatif
Kisruh persaingan bisnis di Pelabuhan Tanjung Priok tampaknya semakin tegang. IPC menolak rencana ekspansi bisnisnya dibatasi. Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) turun tangan menyelidiki keluhan pengusaha. Direktur Utama IPC RJ Lino menyatakan tak rela jika ekspansi bisnis dibatasi. Menurutnya, BUMN berhak membuat anak usaha untuk bersaing dengan perushaan lain dan ini tidak bertentangan dengan undang-undang. Banyak pengusaha jasa kepalabuhanan yang melaporkan upaya ekspansi bisnis IPC yang dianggap sebagai bentuk monopoli.
61
Media / Tanggal Bisnis Indonesia / 23 April 2013
Judul / Tone Pelindo II Diminta Batalkan 22 Anak Usaha / Negatif
Ringkasan Kadin Indonesia mendesak IPC mengurunkan langkah mendirikan 22 anak perusahaan yang bergerak di bidang pendukung usaha kepelabuhanan karena berpotensi memonopoli bisnis. Ketua Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kadin Indonesia Irwan Adi Hasman mengatakan pihaknya mendapatkan laporan dari seluruh asosiasi terkait yang mengeluhkan langkah IPC merambah sektor logistik, transportasi, dan pendukung usaha kepelabuhanan. IPC dinilai semestinya fokus membenahi biaya logistik yang tinggi di pelabuhan, serta menurunkan tingkat dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok yang masih 6 hari. Sementara itu, Sekretaris Perusahaan IPC Yan Budi Santoso menyatakan permintaan pembatalan 22 anak usaha itu muncul karena ada kehawatiran dari pelaku usaha. IPC tidak berniat mematikan usaha swasta atau mitra bisnis di pelabuhan yang selama ini sudah berjalan.
Selain isu ekspansi usaha yang ditujukan terhadap PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) oleh beberapa asosiasi dan mitra kerja, peristiwa putusan KPPU yang menyatakan kalahnya PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam sidang pelanggaran praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat yang tergambar pada ringkasan pantauan media berikut juga menjadi informasi bagi Penulis bahwa pemberitaan negatif tetap diminati media dalam menyajikan tulisan yang mampu menarik pembaca.
62
Media / Tanggal Kompas Online / 4 November 2013
Koran Tempo / 6 November 2013
Koran Kontan / 6 November 2013
Judul / Tone Memonopoli Pelabuhan Teluk Bayur, Pelindo II DIdenda Rp4,7 Miliar / Negatif
Ringkasan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan IPC bersalah dalam perkara penghambatan jasa bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat. “Ada sekitar 20 perjanjian tertutup yang dilakukan IPC dengan para penyewa lahan di Pelabuhan Teluk Bayur, termasuk juga BUMN lain yang sebelumnya punya tanah disitu,” ujar Wakil Ketua KPPU Saidah Sakwan. Akibatnya, 43 perusahaan bongkar muat yang beroperasi di Pelabuhan Teluk Bayur terancam eksistensinya. Pelindo II Komisi Pengawas Persaingan Usaha Terbukti (KPPU) menyatakan bahwa IPC terbukti Memonopoli di memonopoli kegiatan bongkar-muat di Teluk Bayur / Pelabuhan Teluk Bayur dan telah diberi Negatif denda sebesar Rp 4,77 miliar serta harus membatalkan beberapa perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Selain denda, IPC diminta untuk mencabut setiap klausul yang mengatur penyerahan kegiatan bongkar muat barang kepada perusahaanya di Pelabuhan Teluk Bayur. Pelindo II Tidak IPC menyatakan ketidakpuasannya terkait Terima Atas keputusan Komisi Pengawas Persaingan Putusan KPPU / Usaha (KPPU) yang memberikan denda Negatif sebesar Rp 4,7 miliar. Kuasa Hukum IPC, Armen Amir mengatakan bahwa majelis KPPU tidak mempertimbangkan keterangan saksi secara keseluruhan dan hanya mengutipnya sebagian. IPC terbukti telah menghambat pelaku usaha lainnya untuk turut berusaha di bidang jasa bongkar muat barang di Pelabuhan Teluk Bayur melalui perjanjian tertutup dengan penyewa lahan.
63
4.3. Pembahasan Lebih jelas lagi peneliti akan menyajikan implementasi prinsip-prinsip media relations yang telah dilakukan PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) di lapangan dengan teori prinsip-prinsip umum menjalin hubungan yang baik dengan media yang dikemukakan oleh Jefkins. Peneliti memandang bahwa teori inilah yang paling tepat dijadikan acuan oleh fokus penelitian dalam menyajikan sebuah penelitian tentang media relations karena memuat poin yang jelas dan terklasifikasi. Kaitan seorang Humas dengan pers/media massa harus terjalin dengan baik karena Humas tidak dapat meninggalkan pers sebagai sarana informasi publikasi, sebaliknya pers membutuhkan informasi resmi, akurat dan lengkap yang biasanya didapatkan dari Humas. Hal ini menjadikan hubungan diantara keduanya menjadi ada semacam pertalian yang bersifat simbiosis. Agar pers dapat dapat dengan mudah menghubungi Humas sebagai sumber berita dan sebaliknya Humas tidak menemui kesulitan untuk menyampaikan informasi, menetralisir dan bahkan tidak membenarkan berita yang dimuat media massa, penting bagi Humas untuk selalu membina hubungan baik dengan pers. Beberapa prinsip umum untuk membina hubungan pers yang baik adalah sebagai berikut : 4.3.1. Memberikan Pelayanan kepada Media Dikatakan bahwa Humas harus mampu menciptakan kerjasama dengan media dan menciptakan hubungan timbal balik yang saling
64
menguntungkan. Berbekal pengetahuan akan hal-hal terkait pers seperti kebijakan editorial, frekuensi penerbitan, tanggal terbit, proses pencetakan, daerah sirkulasi, jangkauan pembaca, dan metode distribusi, seorang Humas akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Berdasarkan apa yang Penulis dapatkan dari pengamatan dan beberapa key informan dan informan, dapat diketahui bahwa implementasi prinsip membina hubungan pers yang baik melalui pelayanan terhadap media sejauh ini telah berjalan dengan baik dan dapat dirasakan oleh media. Humas juga memperhatikan pembinaan hubungan yang baik dengan banyak media, tidak hanya dengan media nasional yang terbilang dikenal masyarakat tetapi juga media maritim yang lingkupnya tidak terlalu besar untuk tetap menjalin kerjasama yang baik dalam memberikan pelayanan kepada media. Hal demikian sesuai dengan yang diungkapkan Yosal dalam langkah-langkah menjalin hubungan dengan media yaitu mengenai mediascape Indonesia yaitu fenomena media massa yang memiliki lanskapnya sendiri sehingga menunjukkan adanya media yang menonjol dan kurang menonjol. Mediascape disebutkan dipengaruhi berbagai faktor seperti politik, perkembangan masyarakat, ekonomi dan sosiokultural suatu masyarakat, di samping institusi-institusi yang bertugas menjalankan regulasi media massa. Di sisi lain, jika mengacu pada hal-hal terkait pers yang perlu diperhatikan, seperti kebijakan editorial, frekuensi penerbitan, tanggal terbit, proses pencetakan, daerah sirkulasi, jangkauan pembaca, dan metode
65
distribusi, Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) harus lebih mempelajarinya agar pelayanan yang diberikan terhadap pers dapat benarbenar dirasakan manfaatnya secara langsung dalam pekerjaan mereka sebagai penyedia informasi, terutama terkait tanggal terbit yang berkaitan dengan deadline dalam usaha media mendapatkan klarifikasi. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan M. Linggar Anggoro dalam bukunya “Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia”, agar Humas sebagai sumber berita dapat dengan mudah dihubungi dan tidak menemui kesulitan untuk menyampaikan informasi, penting untuk selalu membina hubungan baik dengan pers. 4.3.2. Menegakkan Suatu Reputasi agar dapat Dipercaya Dalam hal ini, Humas harus selalu menjaga kualitas informasi, misalnya selalu menyiapkan bahan-bahan informasi akurat di mana dan kapan saja diminta. Wartawan selalu ingin tahu sumber berita paling baik untuk mendapatkan informasi yang akurat. Hanya dengan cara inilah praktisi Humas akan dinilai sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis dalam membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Bertolak dari kenyataan itu maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. Untuk penerapannya di PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sejauh ini
sudah
terlaksana
cukup
baik.
Analisa
dari
hasil
penelitian
menggambarkan bahwa Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) telah
66
memperhatikan pentingnya membangun reputasi yang baik terhadap penyediaan informasi ke media. Humas berusaha memberikan informasi yang
sebaik-baiknya
dengan
cara
menghubungkan
media
kepada
narasumber yang tepat dan bersikap terbuka pada informasi-informasi perusahaan yang dibutuhkan oleh media. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Yosal dalam langkah membina hubungan yang baik dengan media, yaitu memperhatikan kebutuhan media seperti informasi. Tentu saja informasi yang diinginkan dan dibutuhkan media massa bukan sembarang informasi, melainkan informasi yang dipandang memenuhi hasrat ingin tahu publik. Ringkasnya apa yang biasa dinamakan informasi yang mengandung nilai berita. Tentu saja, bukan hanya bisa memperoleh informasi atau mengetahui peristiwa yang bernilai berita tapi juga kemudahan dalam memperolehnya. Selain itu, dari pengamatannya, Penulis melihat pihak media kini sudah mampu menangkap pesan yang sedang dijalankan oleh PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), seperti transformasi budaya dan pengembangan infrastruktur sebagaimana tujuan Humas menurut M. Linggar Anggoro yaitu untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah
dicapai
oleh
perusahaan
kepada
masyarakat
dalam
rangka
mendapatkan pengakuan. Dari sisi Penulis, meskipun media sedikit banyak dapat merasakan adanya penegakkan reputasi yang coba dilakukan oleh Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dengan merekomendasikan narasumber yang tepat dan memberikan informasi yang valid terkait transformasi
67
perusahaan, namun tidak membuat beberapa isu negatif yang sedang berkembang di perusahaan mampu diredam pemberitaannya oleh media. 4.3.3. Memasok Naskah Informasi yang Baik Memasok naskah yang baik berarti memberikan naskah informasi yang tepat, menarik perhatian, penggandaan gambar/foto, pembuatan teks gambar/foto dengan baik juga pengiriman press release. Dengan adanya teknologi input langsung melalui komputer (teknologi ini sangat memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti press release), penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa prinsip memasok naskah informasi yang baik sekaligus menarik telah dilakukan dengan baik oleh Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) berupa penyediaan maupun pengiriman press release yang terbaru sesuai dengan kegiatan dan kondisi perusahaan. Serupa dengan foto kegiatan maupun peristiwa, biasanya Humas menyertakannya bersamaan dengan press release sebagai satu kesatuan. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan media oleh Yosal yaitu kemudahan memperoleh informasi oleh staf Humas yang biasanya menyediakan media kit, atau ada juga yang menyebutnya press kit. Dengan begitu, hal tersebut dirasakan oleh media sebagai informasi yang sangat membantu dalam pencarian berita seperti yang dikemukakan kedua informan yang dipilih peneliti.
68
4.3.4. Melakukan Kerjasama yang Baik dalam Menyediakan Materi Informasi Menyediakan materi informasi misalnya dengan merancang wawancara pers dengan seseorang atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu yang dibutuhkan pers ketika itu. Sebuah informasi yang baik biasanya tidak hanya berasal dari satu narasumber, terlebih informasi tersebut tujuannya untuk mengklarifikasi isu yang sedang banyak diamati publik. Pentingnya menyediakan berbagai alternatif narasumber selain berguna memperkuat sebuah informasi yang tepat juga mengurangi kesan subyektif pemberitaan sehingga dapat dipercaya oleh publik. Dalam pengamatannya Peneliti melihat Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sangat mendukung kebutuhan media akan materi informasi yang detail dan menyeluruh yang biasanya dapat digali melalui wawancara khusus maupun jumpa pers. Seperti kegiatan yang pernah digagas oleh Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Pesero) yaitu jumpa pers dengan berbagai pemangku kepentingan di Pelabuhan seperti Kepala Otoritas Pelabuhan, pihak Syahbandar, pihan Bea dan Cukai, pihak Perusahaan Bongkar Muat, pihak Asosiasi di Pelabuhan, Shipping Line, dan sebagainya untuk tetap berkomitmen memberikan pelayanan sehari dua puluh empat jam dalam seminggu tujuh hari. Kendati hal semacam prinsip kerjasama penyediaan informasi tidak terlalu diminati oleh rekan media karena berbau birokrasi, upaya Humas memberikan kemudahan tersebut juga dirasakan oleh media dalam menggali
69
sebuah kebenaran yang dirasa sangat membantu untuk menghubungkan media kepada pihak terkait untuk dimintai keterangannya secara langsung maupun bantuan untuk menjangkau tokoh-tokoh yang keterangannya sangat dibutuhkan untuk menanggapi sebuah informasi maupun isu yang sedang berkembang. Selain untuk menyediakan bahan/materi informasi, juga untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi perusahaan tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya kesan negatif publik. seperti pendapat Seitel yang mengatakan bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang. 4.3.5. Menyediakan Fasilitas yang Memadai Penyediaan fasilitas yang memadai di sini maksudnya adalah dalam upaya verifikasi informasi yang disediakan Humas. Misalnya memberikan fasilitas yang dibutuhkan wartawan sewaktu menggali berita. Para Humas juga perlu memberi kesempatan pada para jurnalis untuk melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. Contoh konkretnya, para jurnalis diizinkan untuk langsung menengok fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi yang hendak diberitakan. Mengacu kepada contoh dan hasil penelitian, diperoleh informasi bahwa tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) senantiasa memberikan kesempatan bagi para pencari berita untuk meninjau langsung kesesuaian antara informasi yang didapat dengan kondisi sesungguhnya di lapangan. Tidak hanya diperkenankan untuk melakukan verifikasi oleh pihak media itu sendiri, tim Humas juga memfasilitasi kebutuhan media
70
untuk membuktikan kebenaran sebuah informasi dengan mengantar ke lokasi yang dibutuhkan atau mendampingi pencarian data. Hal ini tentu disambut baik oleh media karena sesuai dengan kode etik media yang disebutkan Yosal pada bukunya yang berjudul Media Relations bahwa ada prinsip universal yang dimiliki kode etik kewartawanan di negara manapun, antara lain mencakup melaporkan kebenaran dan tidak bohong, memeriksa akurasi berita sebelum disiarkan dan mengoreksi kesalahan yang diperbuat. Lebih dari sekedar tinjauan atau verifikasi ke lapangan maupun ke perusahaan itu sendiri, Penulis menangkap bahwa pihak media masih memerlukan proses verifikasi sederhana dengan mengakses website sebagai sumber informasi keluar yang mencakup keseluruhan informasi perusahaan. Hal inilah yang masih menjadi kekurangan Humas maupun PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) dalam menyajikan informasi perusahaan yang terkini di medium seperti website tersebut. 4.3.6. Membangun Hubungan secara Personal dengan Media Hal ini yang mendasari keterbukaan dan saling menghormati profesi masing-masing. Dalam membangun hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing. Berdasarkan hasil penelitian, Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) sejauh ini sudah menjalin hubungan yang baik secara personal dengan media. Hal ini dapat dilihat baik dari informasi internal maupun
71
media terkait hubungan yang terjalin baik sejauh ini. Dirasakan sekali bahwa tujuan menjalin hubungan personal yang baik dengan media adalah manakala media membutuhkan informasi, pihak Humas selalu terbuka dan informatif sebaliknya media akan menyampaikan ke Humas jika ada informasi yang diperlukan. Hal ini serupa dengan yang dikatakan Yosal bahwa media relations bisa diartikan merupakan bagian dari PR eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dan publik-publiknya untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Dari sisi organisasi atau perusahaan, membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa itu paling tidak berarti memenuhi dan menanggapi kebutuhan dan kepentingan media massa terhadap organisasi tersebut. Dari hasil pembahasan keenam prinsip membina hubungan yang baik dengan pers, kesemuanya berusaha untuk dijalankan dan diterapkan oleh Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Seperti yang diungkapkan
Onong
bahwa
peranan
Public
Relations
dalam
perusahaan/organisasi yaitu untuk membina dan memelihara komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama antara organisasi dan publiknya. Publik pun beragam namun biasanya dibagi menjadi dua kelompok yaitu publik internal dan eksternal yang sama – sama penting bagi organisasi untuk mencapai tujuannya. Dalam upaya mencapai tujuan dan upaya menjaga citra, organisasi/perusahaan menjalin community relations, employee relations dan juga media relations seperti yang telah dibahas
72
Penulis implementasinya dalam membangun citra PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero). Masing-masing prinsip memiliki peranan untuk membangun citra perusahaan ke luar sehingga perlu terus ditanamkan dan ditingkatkan pelaksanaannya sehingga munculnya isu-isu negatif yang tetap dimuat media sebagai pemberitaan mengenai perusahaan dapat diminimalkan. Meski dalam pelaksanaannya tim Humas PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) masih dibantu oleh konsultan kehumasan, namun secara perlahan sudah dapat menerapkan apa yang biasa dilakukan konsultan dalam membina hubungan baik dengan media. seperti yang diungkapkan Argenti bahwa meskipun agen-agen dari luar sering membantu perusahaanperusahaan yang membutuhkan tambahan tangan pada saat krisis, namum agen-agen luar tidak bisa mengatasi aktivitas hari ke hari yang dibutuhkan bagi mulusnya aliran komunikasi dari organisasi kepada konstituen, dengan demikian, mereka sering bekerja bersamaan dengan para profesional komunikasi dalam untuk urusan-urusan komunikasi strategis atau berbasis proyek.