BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bagian
ini
menguraikan
hasil–hasil
penelitian
pembelajaran
menggunakan Model pembelajaran berpikir Induktif dan Model Pembelajaran Guided Discovery pada keseimbangan benda tegar. Hasil penelitian meliputi: (1) Hasil belajar kognitif menggunakan Model pembelajaran berpikir Induktif; (2) Hasil belajar kognitif menggunakan Model Pembelajaran Guided Discovery; (3) Perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran Guided Discovery. Observasi awal di SMA Negeri 4 palangkaraya dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2014. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6, 13 dan 20 Mei 2015 untuk model pembelajaran berpikir induktif di kelas XI-5 Sedangkan Pelaksanaan tes hasil belajar kognitif dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2015 dengan Peserta tes sebanyak 31 orang dan 4 orang tidak hadir. pengambilan data penelitian untuk model pembelajaran Guided discovery di kelas XI-2 dilaksanakan pada tanggal 7, 14 dan 21 Mei 2015 dan pelaksanaan tes hasil belajar kognitif dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 dengan peserta tes sebanyak 32 orang dan 1 orang yang tidak hadir.
52
53
1.
Hasil Belajar kognitif dan psikomotorik a. Hasil Belajar Kognitif siswa menggunakan model pembelajaran berpikir induktif Hasil belajar kognitif siswa dapat diketahui menggunakan instrumen soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Jumlah soal yang digunakan untuk tes hasil belajar siswa sebanyak 20 soal yang sudah divalidasi dan diuji cobakan. Tes hasil belajar kognitif dgunakan untuk mengetahui seberapa jauh belajar siswa setelah diajarkan dengan model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery pada pokok bahasan rotasi benda tegar. Tes hasil belajar dianalisis menggunakan ketuntasan individu. Penentuan ketuntasan individu mengacu pada standar ketuntasan dari SMAN 4 Palangka Raya, yaitu konversi nilai dimulai dari =2,67 sampai >2,67 dikatakan tuntas. Pengamatan hasil belajar kognitif dilakukan setelah semua materi pembelajaran disampaikan. Siswa yang mengikuti posttest berjumlah 27 siswa. Hasil pengamatan belajar kognitif siswa secara singkat disajikan dalam tabel 4.1
54
Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Pembelajaran Berpikir Induktif No
Nama kognitif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
GA JK AK MA YA AW S NH RS K HSP YG CI DRS DP DM TS SM Y A N L YC Y MD TO YE
Jumlah Rata-rata
57 57 57 60 57 60 60 63 63 60 57 50 60 57 53 61 57 60 57 57 60 60 63 60 53 63 60 1582 58,59
Hasil belajar Konversi Kategori 2,28 2,28 2,28 2,40 2,28 2,40 2,40 2,52 2,52 2,40 2,28 2,00 2,40 2,28 2,12 2,44 2,28 2,40 2,28 2,28 2,40 2,40 2,52 2,40 2,12 2,52 2,40 63,28 2,34
TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS
55
b. Hasil Belajar Kognitif Siswa Pembelajaran guided discovery
dengan
Menggunakan
Model
Pengamatan hasil belajar kognitif dilakukan setelah semua materi pembelajaran disampaikan. Siswa yang mengikuti posttest berjumlah 31 siswa. Hasil pengamatan belajar kognitif siswa secara singkat disajikan dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 hasil belajar kognitif pembelajaran guided discovery No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
GW MYTP SGA DN BE FG KCP EA AEA SDRT SDF AF FA GJ PIO ANP DRC FR IKP YB BAR DS RRP
Hasil belajar kognitif konversi Kategori 60 2,40 TIDAK TUNTAS 70 2,80 TUNTAS 65 2,60 TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 65 2,60 TIDAK TUNTAS 55 2,20 TIDAK TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 50 2,00 TIDAK TUNTAS 60 2,40 TIDAK TUNTAS 65 2,60 TIDAK TUNTAS 70 2,80 TUNTAS 80 3,20 TUNTAS 60 2,40 TIDAK TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 50 2,00 TIDAK TUNTAS 75 3,00 TUNTAS 50 2,00 TIDAK TUNTAS 50 2,00 TIDAK TUNTAS 65 2,60 TIDAK TUNTAS 50 2,00 TIDAK TUNTAS
56
24 25 26 27 28 29 30 31
M ZAW GB EM J AT E Y Jumlah Rata-rata
75 55 60 55 65 75 75 70 2020 65,16
3,00 2,20 2,40 2,20 2,60 3,00 3,00 2,80 80,80 2,61
TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS
c. Hasil belajar Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik dinilai melalui lembar pengamatan psikomotorik diisi oleh pengamat dengan melakukan tes perorangan. Pengamat terdiri dari 6 orang pengamat yaitu pengamat dari luar selain peneliti dan telah pernah menjadi asisten fisika dasar. Setiap pengamat memegang nama beberapa orang sampel, dengan waktu 20 menit untuk setiap sampel dalam melakukan percobaan secara bergantian. Hasil dari penilaian tes psikomotorik digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam melakukan percobaan mengenai rotasi benda tegar. Data yang diperoleh mengenai hasil belajar psikomotorik untuk model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran Guided discovery dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut:
57
Tabel 4.3 Hasil belajar Psikomotorik pembelajaran berpikir induktif No Nama GA 1. JK 2. AK 3. MA 4. YA 5. AW 6. S 7. NH 8. RS 9. K 10. HSP 11. YG 12. CI 13. DRS 14. DP 15. DM 16. TS 17. SM 18. Y 19. A 20. N 21. L 22. YC 23. Y 24. MD 25. TO 26. YE 27. Jumlah Rata-rata
konversi
Berdasarkan
hasil
3,48 3,31 3,30 3,29 3,07 2,99 2,46 2,56 3,42 2,48 3,40 3,51 3,17 2,78 2,86 2,94 2,79 2,99 2,43 2,54 3,51 2,57 3,64 3,57 3,36 3,49 3,53 83,46 3,09
Ket TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS
pengamatan
psikomotorik
untuk
model
pembelajaran berpikir induktif yang ditunjukkan pada tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata nilai konversi 3,09 yaitu dikategorikan tuntas.
58
Tabel 4.4 Hasil belajar Psikomotorik pembelajaran Guided Discovery No Nama 1. GW 2. MYTP 3. SGA 4. DN 5. BE 6. FG 7. KCP 8. EA 9. AEA 10. SDRT 11. SDF 12. AF 13. FA 14. GJ 15. PIO 16. ANP 17. DRC 18. FR 19. IKP 20. YB 21. BAR 22. DS 23. RRP 24. M 25. ZAW 26. GB 27. EM 28. J 29. AT 30. E 31. Y Jumlah Rata-rata
konversi 3,72 3,49 2,84 2,98 2,78 3,07 3,05 3,27 3,08 3,34 2,94 2,63 2,45 3,24 2,74 2,70 2,80 2,81 3,34 3,21 3,35 2,97 2,97 2,84 2,79 2,94 3,03 2,97 3,10 3,06 3,08 93,59 3,02
Ket TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TIDAK TUNTAS TIDAK TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS TUNTAS
59
Berdasarkan
hasil
pengamatan
psikomotorik
untuk
model
pembelajaran Guided discovery yang ditunjukkan pada tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata nilai konversi 3,02 yaitu dikategorikan tuntas. Rekapitulasi analisis hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada lampiran 2.9 2. Perbedaan Hasil Belajar kognitif Siswa Menggunakan Model Pembelajaran berpikir Induktif dan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Materi Rotasi benda tegar Untuk mencari perbedaan dari hasil belajar kognitif siswa maka akan di lakukan terlebih dahulu uji normalitas data dan uji homogenitas data. 1. Uji Normalitas Prasyarat dalam analisis kuantitatif parametik adalah terpenuhinya asumsi kenormalan terhadap distribusi data yang akan dianalisis. Uji normalitas menggunakan Uji Lilliefor (uji kolmogrov-Smirnov) dengan kriteria pengujian pada signifikansi
atau [
, maka
data berdistribusi normal, sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.74 Hasil analisis uji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa No.
Perhitungan Data
Keterangan
1
Hasil Belajar Kelas XI 2
0.001
Tidak Normal
2
Hasil Belajar Kelas XI 5
0,003
Tidak Normal
Level signifikan 74
Sig
= 0,05
Sundayana Rostina, Statistika Penelitian Pendidikan………….., h.88
60
2. Uji homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian
mempunyai
variansi
yang
sama.
Uji
homogenitas
menggunakan uji homogenitas dua varians untuk hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran berpikir induktif dan model
pembelajaran guided discovery. Kaidah keputusan uji homogenitas dua varians: Jika Fhitung < Ftabel maka varians homogen.75 Hasil analisis uji homogenitas hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran
berpikir induktif dan menggunakan model
pembelajaran Guided discovery dengan rumus uji homogenitas dua varians. Data hasil perhitungan secara lengkap pada lampiran 3.3 dan secara singkat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Variabel Hasil belajar menggunakan model pembelajaran berpikir induktif dan menggunakan model pembelajaran Guided discovery
sig 0,085
Keterangan Homogen
Level signifikan 0,05 3. Uji hipotesis Setelah diperoleh data postest berdistribusi normal dan homogen maka hipotesis diuji menggunakan uji statistik parametrik (uji-T dengan α = 0,05) yaitu indepandent sample T-Test dengan kriteria pengujian apabila nilai sig > 0,05 maka HO diterima dan Ha ditolak, sedangkan 75
Sundayana Rostina, Statistika Penelitian Pendidikan………….., h.145
61
apabila sig < 0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima. Namun jika dalam analisis data postest berdistribusi tidak normal tetapi homogen atau sebaliknya, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney. Uji hipotesis terdapat tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery pada materi Rotasi benda tegar dengan data postest kedua kelas dapat dilihat pada tabel 4.7. rekapitulasi uji hipotesis untuk hasil belajar kedua kelas dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 3.5. Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Hasil Belajar Kognitif Siswa No 1. 2.
Uji Hipotesis (Uji Beda) Uji Mann-Whitney Uji Kruskal-Wallis Sig* 5% = 0,05
Sig * 0,006 0,006
Keterangan Ada perbedaan signifikan Ada perbedaan signifika
Hasil uji beda dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Kruskal-Wallis untuk nilai Postest hasil belajar siswa antara model pembelajaran berpikir indukti dan model pembelajaran guided discovery diperoleh Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,006 karena Asympsig (2-tailed) < 0,05 maka maka HO ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan nilai postest hasil belajar siswa antara pembelajaran berpikir induktif dan pembelajaran guided discovery setelah pembelajaran.
62
B. Pembahasan Penelitian ini dilakukan menggunakan du kelas sampel yaitu kelas XI-2 dan kelas XI-5 dengan menerapkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran berpikirinduktif dan
model pembelajaran guided discovery.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif diterapkan pada kelas XI-5 dengan jumlah 27 siswa. Sedangkan model pembelajaran guided discovery diterapkan pada kelas XI-2 dengan jumlah siswa 31 orang. 1. Hasil Belajar Kognitif dan Psikomotorik a. Hasil Belajar Kognitif Hasil analisis belajar kognitif siswa diukur melalui tes tertulis berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 soal. Berdasarkan postest Ketuntasan hasil belajar siswa kelas XI-5 pada materi rotasi benda tegar dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif bahwa 9 orang siswa yang tuntas dan 18 orang siswa yang tidak tuntas sedangkan untuk kelas XI-2 dengan menggunakan model pembelajaran guided discovery berdasarkan 4.2 terdapat 15 siswa yang tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Bila dilihat dalam bentuk grafik persentase ketuntasan hasil belajar kognitif baik pada kels XI-5 maupun kelas XI-2 ditunjukkan pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini:
63
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
33% 67%
Gambar 4.1 Diagram Presentase Ketuntasan Balajar Individual Kelas XI-5
TIDAK TUNTAS TUNTAS 48% 52%
Gambar 4.2 Diagram Presentase Ketuntasan Balajar Individual Kelas XI-2 Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa secara individu kelas XI-2 dari 27 siswa terdapat 9 orang yang tuntas dengan persentase 33% sedangkan siswa yang tidak tuntas 18 orang dengan persentase 67% dan pada kelas XI-5 terdapat 15 orang siswa yang tuntas dengan persentase 48% dan 16 siswa yang tidak tuntas dengan persentase siswa sebesar 52 %. Rendahnya nilai postest dan banyaknya siswa yang tidak tuntas pada kedua kelas tersebut dikarenakan tingkat kemampuan siswa dalam satu kelas berbeda sehingga tingkat pencepaian materipun berbeda-beda pula. Hal ini
64
sejalan dengan pendapat S. Nasution yang menegaskan bahwa “anak-anak yang memilki kemampuan intelegensi baik dalam satu kelas sekitar sepertiga atau seperempat, sepertiga sampai setengah anak sedang, dan seperempat sampai sepertiga termasuk golongan anak yang memiliki intelengensi rendah”.76 ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika sehingga kesulitan dalam memahami materi fisika dan soal-soal fisika. Selain itu, dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif terutama dalam kegiatan melakukan percobaan dan diskusi kelompok juga mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa, lebih lanjut pada saat pemberian tugas rumah pada setiap pertemuan hanya ada sebagian siswa yang mengerjakan. Disamping itudari sebahian siswa tersebut memilki jawaban yang sama, artinya hanya beberapa siswa yang menjawab bersungguh-sungguh menjawab sendiri tugas yang diberikan, seta tidak menutup kemungkinan sebelumm dilaksanakan postest pada saat diumah siswa tidak belajar dan hanya memahami materi pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan siswa
yang mampu mencapai ketuntasan belajar
dikarenakan kemampuan guru menjelaskan materi pelajaran,membimbing dan mengarahkan siswa cukup baik, kemampuan siswa mengikuti proses belajar mengajar, memperhatikan dan memahami penjelasan guru dari
76
Martinis Yasmin. Propesional Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008, h.126
65
kegiatan awal sampai kegiatan penutup cukup baik, kemampuan siswa memahami dan mengerjakan soal cukup baik, kemampuan siswa dalam melakukan percobaan dan diskusi kelompok cukup baik dan aktif, serta sebelum dilakukan postest pada saat dirumah siswa belajar terlebih dahulu. b. Hasil Belajar Psikomotorik Hasil belajar psikomotorik diperoleh dari 6 orang penilaian pengamat yaitu teman-teman mahasiswa yang pernah menjadi asisten saat praktikum fisika dasar. Data hasil belajar psikomotorik tidak dianalisis untuk mencari uji beda dikarenakan data tersebut merupakan data yang diperoleh setelah diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery. Berdasarkan
tabel
4.3
untuk
kelas
yang
diterapkan
model
pembelajaran berpikir induktif secara keseluruhan tuntas dengan perolehan nilai yaitu 3,09. Sedangkan untuk kelas yang diterapkan model pembelajaran guided discovery berdasarkan tabel 4.4 secara keseluruhan siswa tuntas dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 3,02. Gambar grafik berikut menunjukkan nilai persentase hasil belajar psikomotorik.
66
rata-rata Psikomotori Siswa
3.1 3.08 3.06 3.04
Series 1 Column1
3.02
Column2 3 2.98 kelas XI-2
kelas XI-5
gambar 4.3 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotorik Berdasarkan
gambar
4.3
persentase
ketuntasan
hasil
belajar
psikomotorik diatas memiliki selisih yang jauh berbeda namun memiliki kategori tuntas. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa dari kelas XI-2 maupun XI-5 mampu melakukan percobaan penggunaan alat. 2. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berpikir Induktif Dan Model Pembelajaran Guided Discovery Kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI-5 menggunakan model pembelajaran berpikir induktif dan kelas XI-2 menggunakan model pembelajaran guided discovery dengan tiga kali pertemuan. Setelah diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelas diberikan postest hasil belajar kognitif yang sama. Nilai rata-rata postest kelas XI-5 yaitu 58,59 dan kelas XI-2 yaitu 65,16.
67
Analisis uji beda nilai hasil belajar siswa kelas XI-5 dan XI-2 diperoleh Asymp, sig (2-tailed) yaitu 0,006 yang artinya nilai Asymp, sig (2tailed) < 0,05 sehingga HO ditolak dan Ha diterima. Penerimaan Ha menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berpikir induktif dan siswa yang mendapatkan model pembelajaran guided discovery. Model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery dalam tahapannya terdapat percobaan yang hampir sama dengan LKPD yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda, begitu juga nilai rata-rata postest juga berbeda. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata postest siswa maka model pembelajaran guided discovery lebih baik di terapkan disekolah daripada model pembelajaran berpikir induktif. Model pembelajaran guided discovery lebih efektif meningkatkan keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran fisika materi rotasi benda tegar. Informasi hasil perpaduan pengajaran model pembelajaran guided discovery telah mampu memberikan gambaran yang jelas kepada siswa sehingga siswa dapat mempelajari mata pelajaran fisika yang diajarkan melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil dengan bantuan arahan dari guru dibandingkan dengan menggunakam model pembelajaran berpikir induktif.
68
Hasil temuan pada penelitian ini sejalan dengan penjelasan bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya melihat dari hasil belajar yang di capai siswa tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru.77 Metode yang dapat dijadikan sebagai motivasi dalam proses pembelajaran disekolah sekaligus sebagai pelajaran sendiri. 3. Keterbatasan Penelitian Tempat dimana peneliti melakukan penelitian yaitu SMAN 4 Palangka Raya, dimana sekolah tersebut telah menerapkan K13 yang di dalamnya terdapat 3 asfek penilaian yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Saat proses belajar mengajar berlangsung peneliti juga melakukan 3 penilaian, namun dalam penulisan skiripsi ini, peneliti hanya memasukkan dan menghitung untuk nilai kognitif saja. Kedua
model
mengembangkan
atau
pembelajaran
ini
memperbanyak
dianggap persediaan
membantu dan
siswa
penguasaan
keterampilan serta proses kognitif siswa. Meski begitu penelitian ini memerlukan
keterampilan
guru
dalam
bertanya
dan
mengarahkan
pembelajaran.
77
65
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya: Bandung, 1998, h.