perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta Berdiri sejak jaman Pemerintah Kerajaan Surakarta dengan sebutan “Wangkung” dari kata dibuwang dan dikungkung, sebagai tempat penampungan bagi orang-orang yang mengalami permasalahan sosial. Mulai tahun 1951 pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Praja Surakarta dengan nama Panti Pamardi Wanita, sebagai tempat pembinaan bagi eks wanita tuna susila. Pada tanggal 11 September 1971 Pamardi Wanita diserahkan kepada Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan SK Menteri Sosial RI No. 41 / HUK / KEP / XI / 79. Namanya diubah menjadi Sasana Rehabilitasi Wanita “Wanita Utama” Surakarta, dengan pelaksanaan otonomi daerah, pengelolaan Panti diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, CQ Dinas Kesejahteraan Sosial dan berdasarkan Perda No. 11 Tahun 2002. Namannya diubah menjadi “Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Surakarta dengan Esselon IVA. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 50 Tahun 2008 Tanggal 20 Juni 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Panti Karya Wanita “Wanita Utama” commit to user Surakarta menjadi esselon III / A.
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 60 / 71 / 2008 Tentang Pembakuan Singkatan/Akronim Nomenklatur, Kop Naskah Dinas dan Stempel Unit Pelaksana Teknis pada Dinas dan Badan Provinsi Jawa Tengah Singkatan/Akronim Panti Karya Wanita “Wanita Utama” Adalah Pakarnita “Wanita Utama” Surakarta. Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 111 Tahun 2010, Tanggal 1 Nopember 2010, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, “Panti Karya Wanita ”Wanita Utama” Surakarta diubah menjadi Balai Rehabilitasi Sosial ”Wanita Utama” Surakarta 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah, Balai Rehabilitasi Sosial ”Wanita Utama” Surakarta 1 diubah menjadi Balai Rehabilitasi Sosial ”Wanita Utama” Surakarta 2. Landasan Hukum a.
Undang – Undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
b.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dan Provinsi Jawa Tengah.
c.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 53 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial provinsi Jawa Tengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 3. Profil Balai Rehabilitasi Sosial a.
Nama Balai 1) Nama Balai
: Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta.
2) Alamat
: Jl. Dr. Rajiman No. 624 Surakarta. Telp. 0271712023
3) Jenis Pelayanan
: Wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila.
4) Sistem Pelayanan : Sistem Balai / Penerima Manfaat diasramakan. 5) Waktu Pelayanan : 6 (enam) bulan. b.
Visi dan Misi 1) Visi Mewujudkan Kemandirian
Kesejahteraan Sosial “PMKS” melalui
Pemberdayaan PSKS yang Profesional. 2) Misi i.
Meningkatkan jangkauan, kualitas dan profesionalisme dalam penyelenggaraan pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Wanita Tuna Susila.
ii.
Mengembangkan,
memperkuat
sistem kelembagaan
yang
mendukung penyelenggaraan pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Wanita Tuna Susila iii.
Meningkatkan
kerja
sama
lintas
sektoral
dalam
menyelenggarakan pelayanan Kesejahteraan Sosial terhadap Wanita Tuna Susila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 iv.
Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup Wanita Tuna Susila
v.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan Usaha Kesejahteraann Sosial.
c.
Janji Pelayanan 1) Melaksanakan penanganan terhadap Penerima Manfaat dengan sepenuh hati dan santun 2) Mewujudkan proses layanan terhadap Penerima Manfaat secara cermat dan cepat 3) Memberikan kemudahan dalam pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap Penerima Manfaat secara berkesinambungan. 4) Merespon
dengan
cepat
permasalahan
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia 5) Menyediakan dan memberikan informasi publik yang akurat dan benar. d.
Tujuan 1) Tumbuhnya kepercayaan diri dan harga diri pada Penerima Manfaat. 2) Adanya perubahan perilaku dan mental kea rah yang positif. 3) Timbulnya kemandirian secara ekonomi pada diri Penerima Manfaat. 4) Dapat menjalankan peran sosial di tengah masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 e.
Sasaran Garapan 1) Sasaran Utama: Wanita Tuna Susila / EKS Wanita Tuna Susila dengan kreteria: i. Semua kelompok umur. ii. Sehat jasmani (tidak berpenyakit menular). iii. Sehat rohani (Tidak tuna laras). iv. Bersedia mengikuti bimbingan dan diasramakan. 2) Sasaran Antara: i. Mucikari / germo. ii. Keluarga / lingkungan asal Penerima Manfaat. iii. Masyarakat, Organisasi Sosial dan Pelaku usaha.
f.
Strategi 1) Rehabilitasi perilaku Penerima Manfaat melalui pembinaan budi pekerti, norma agama, norma hukum dan norma masyarakat. 2) Pemberdayaan sosial dalam rangka pengembangan potensi yang dimiliki Penenrima Manfaat guna mengatasi permasalahan Penerima Manfaat. 3) Meningkatkan
kemitraan
dalam
pelaksanaan
Pelayanan
dan
Rehabilitasi antara Pemerintah, Masyarakat, Organisasi Sosial dan Dunia Usaha. 4) Menumbuhkan partisipasi sosial PSKS dalam penyelenggaraan Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penerima Manfaat wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 5) Melakukan pendampingan sosial pada Penerima Manfaat yang memerlukan guna menyelesaikan masalah. 4. Organisasi dan Kepegawaian Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta a.
Struktur Organisasi Pergub Prov. Jateng No. 53 Th 2013, Tgl 22 Agustus 2013. Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: Kepala Balai, Staf Tata Usaha, Staf Penyantunan, Staf Rehabilitasi dan Penyaluran serta Jabatan Fungsional. Adapun tugas dari masing-masing kepala dan staf adalah sebagai berikut: 1) Kepala Balai Berkewajiban untuk memimpin dan mengarahkan anak buah (melakukan fungsi-fungsi manajemen) agar bekerja dengan rasa tanggung jawab dan jiwa pengabdian. Disamping itu kepala juga bertanggung jawab terhadap keadaan penerima manfaat dan keadaan balai secara keseluruhan termasuk kegiatankegiatan dalam proses pemberian pelayanan rehabilitasi. 2) Bagian Tata Usaha Mempunyai tugas melakukan urusan surat-menyurat, keuangan, kepegawaian, penyediaan data dan penyusunan laporan rumah tangga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 3) Seksi Penyantunan Mempunyai tugas menyiapkan bahan-bahan/ segala kebutuhan penerima manfaat mulai dari kebutuhan sehari-hari (keperluan mandi), bahan untuk praktek ketrampilan, dsb, dalam rangka pemberian pelayanan rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. 4) Seksi Pelayanan, Rehabilitasi Sosial dan Penyaluran Mempunyai tugas dalam memberikan pelayanan rehabilitasi dan mempersiapkan penyaluran kerja dari para penerima manfaat. 5) Koordinator Jabatan Fungsional Mempunyai
tugas
memberikan
pembinaan/bimbingan
kepada
penerima manfaat sesuai dengan bidang tugas masing-masing (Agama, Olah Raga, Ketrampilan, paramedis, dll).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Adapun bagan struktur organisasi Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta sebagai berikut: Bagan IV.1 Struktur Organisasi Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta KEPALA BALAI
SUB BAG TATA USAHA
SEKSI PENYANTUNAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL
Garis Komando Garis Koordinasi Sumber : Pergub Prov. Jateng No. 53 Th 2013, Tgl 22 Agustus 2013.
b.
Susunan Kepegawaian 1) Aspek Penyelenggara Balai. i.
ii.
Pejabat Struktural terdiri dari: a) - Eselon III
: 1 Orang
b) - Eselon IV
: 3 Orang
Pejabat Fungsional Terdiri dari : a) Pekerja Sosial
: 8 Orang.
b) Fungsional Penyuluh Sosial
: 1 Orang
c) Fungsionalcommit Umumto user
: 24 Orang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 iii.
Tenaga Harlep
: 1 Orang.
iv.
Tenaga Kontrak
: 3 Orang.
v.
Tenaga Honor Balai
: 1 Orang.
Jumlah
: 42 Orang
2) Jumlah PNS berdasarkan tingkat pendidikan,dan golongan. Tabel IV.1 Jumlah Pegawai berdasar pendidikan
No
Golongan
Tingkat
Jumlah
Pendidikan
I
II
III
IV
1
S2
-
-
-
1
1
2
S1
-
-
12
-
12
3
D4
-
-
5
-
5
4
D3 / Sarmud
-
-
2
-
2
5
SMA
-
3
11
-
14
6
SMP
-
2
-
-
2
7
SD
-
-
-
1
5
30
1
37
1
JUMLAH
1
Sumber : Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama 2014
c.
Aspek Penyelenggara Balai. 1) Unsur Pimpinan, meliputi : Kepala Balai, Kasub. Bag. Tata Usaha dan Kepala Seksi yang ada dibawahnya dengan prioritas yang berlatar belakang pekerjaan sosial. 2) Unsur Pelaksana Pelayanan, meliputi : Staf Administrasi, Pekerja Sosial Fungsional, Instruktur, Agamawan, Pendamping Sosial Lapangan, Petugas Kesehatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 3) Unsur Penunjang Pelayanan, meliputi : Petugas Asrama, Pengasuh / Pembimbing, Juru Masak, Petugas Kebersihan, Satpam, Kurir dan Sopir. 5. Tugas Pokok Dan Fungsi Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta a. Tugas Pokok Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan teknis dan operasional dibidang pelayanan dan rehabilitasi sosial PMKS wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila dengan menggunakan pendekatan multi layanan. b. Fungsi Balai Dalam rangka melaksanakan tugas Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menyelenggarakan fungsi: 1) Menyusun rencana kerja teknis operasional penyantunan, pelayanan dan rehabilitasi sosial wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila. 2) Pelaksanaan kebijakan teknis operasional penyantunan, pelayanan dan rehabilitasi social wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 3) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang ketatausahaan dan penyantunan, pelayanan dan rehabilitasi sosial wanita tuna susila / Eks wanita tuna susila. 4) Pengelolaan ketatausahaan. 5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6. Sarana dan Prasarana Adapum sarana dan prasarana yang dimiliki Balai Rahabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta meliputi : a.
Gedung dan Ruang Bangunan yang ada dibalai “Wanita Utama” Surakarta terdiri dari tiga bangunan utama: gedung 1, gedung 2, dan gedung 3. Gedung 1 juga disebut gedung induk berbentuk L berada di bagian utama depan berlantai 2.
Lantai
1
bagian
depan
terdapat
resepsionis,
ruang
tata
usaha/administrasi, ruang peksos, ruang besok penerima manfaat, lantai 2 terdapat ruang kerja kepala balai, ruang kerja bagian keuangan, perpustakaan, bagian lain lantai 1 gedung ini bagian dalam terdapat kantin, dapur pegawai, ruang makan, dapur dan ruang cuci piring penerima manfaat, di atas ruang makan terdapat ruang yang baru selesai dibangun (sekarang) ruang konselling/pendidikan. Gedug 2 berada bagian dalam tengah terdapat ruang kerja bagi sub seksi penyantunan, ruang kerja seksi yanrehsos, ruang kerja bagi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 kelompok jabatan fungsional dan ruang kesehatan, sedangkan di lantai 2 gedung ini yaitu aula, juga merupakan tempat untuk pendidikan dan ruang untuk kegiatan isendental. Gedung 3 juga berbentuk L lantai 1 terdapat kamar bagi penerima manfaat berjumlah lima kamar, masing-masing kamar dilengkapi dengan sembilan tempat tidur susun, dilengkapi 9 lemari dua pintu pula, ditambah satu meja tulis dan kaca rias. Dalam gedung ini dilengkapi dengan dua kamar mandi MCK ( mandi, cuci, kakus) di dalamnya terdapat 3 ruang dan ada satu tempat cuci untuk mencuci masal untuk penerima manfaat yang berada di sebelah barat dan timur. Ruang ketrampilan menjahit, dan ruang ketrampilan salon, di samping itu juga ruang ibu asrama. Lantai 2 Gedung 3 terdapat ruang ketrampilan tata boga, di samping kiri disediakan ruang untuk menyimpan hasil garapan atau karya penerima manfaat dan untuk menyemur. Selain itu juga disediakan televisi di selasar depan kamar sebagai media hiburan sekaligus informasi. Balai dilengkapi dengan satu mushola sebagai sarana untuk beribadah bagi penerima manfaat, pegawai maupun lingkungan. Ada halaman yang cukup luas di lobby depan dimanfaatkan sebagai tempat upacara atau apel pagi, tempat olahraga dan juga sebagai tempat parkir dibagian samping kanan dari selatan, dan ruang work shop disamping itu juga terdapat satu rumah dinas untuk kepala Balai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 Lengkapnya sebagai berikut : 1) Gedung Kantor
: 1 Unit
2) Aula
: 1 Ruang
3) Ruang Pendidikan
: 1 Ruang
4) Asrama (Ruang Tidur)
: 5 Ruang
5) Ruang Ketrampilan
: 4 Ruang
6) Ruang Konseling
: 2 Ruang
7) Ruang Kesehatan
: 1 Ruang
8) Ruang Makan
: 1 Ruang
9) Perpustakaan
: 1 Ruang
10) Dapur
: 1 Ruang
11) Kamar Mandi dan WC
: 12 Ruang
12) Tempat Mencuci dan Jemuran: 1 Unit 13) Rumah Ibu Asrama
: 1 Unit
14) Ruang Work Shop
: 2 Ruang
15) Mushola
: 1 Unit
16) Sarana Olah Raga Tenis Meja : 1 Unit 17) Bola Volly b.
: 1 Set
Mobilitas. 1) Kendaraan roda 2
: 2 Buah
2) Kendaraan roda 3
: 1 Buah
3) Kendaraan roda 4 (mobil)
: 1 Buah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 c.
d.
Peralatan Kantor 1) Komputer
: 4 Unit
2) Printer
: 3 Buah
3) Pesawat Telp. dan Fax.
: 1 Buah
4) LCD
: 1 Buah
5) Handycam
: 1 Buah
6) Kamera
: 1 Buah
7) Mesin ketik manual
: 4 Buah
8) Sound System
: 1 Set
9) Peralatan Musik
: 1 Set
10) Televisi
: 1 Buah
Lembaga Ekonomi / Usaha 1) Koperasi Beranggotakan 57 Orang yang terdiri dari Pegawai, Pensiunan Pegawai dan Pegawai yang sudah pindah tugas dengan program kegiatan Simpan Pinjam, Tabungan Hari Raya Qurban dan Idul Fitri serta Pinjaman Barang berjangka. 2) Outlet Merupakan kegiatan Warung Sosial yang menjadi wadah bagi hasil ketrampilan Penerima Manfaat, sekaligus sebagai laboratorium Rehabilitasi Sosial. 3) Salon dan Kantin sebagai tempat untuk Praktek Belajar Kerja (PBK) bagi Penerima Manfaat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 7. Rencana Program, Kegiatan, Indikator, Kinerja Dan Target a. Rencana Program 1) Melaksanakan sosialisasi program ke Kabupaten / Kota se Jawa Tengah. 2) Menerima hasil razia Satpol PP, Pihak Kepolisian, Dinas Sosial Kabupaten / Kota, masyarakat, penyerahan diri dan hasil motivasi. 3) Melaksanakan Assesment. 4) Melakukan Seleksi dan Pengungkapan Masalah. 5) Penempatan dalan Program. 6) Pelaksanaan Bimbingan Rehabilitasi. 7) Resosialisasi (Motivasi Keluarga / Masyarakat, PBK / Magang, Penjajagan Lapangan Pekerjaan ). 8) Penyaluran (Kembali ke keluarga, Menikah / Rujuk, Bekerja, Mandiri). 9) Bimbingan lanjut (Pendampingan dan Kemandirian). 10) Terminasi. b. Kegiatan 1) Rekruitmen a.) Orientasi dan Konsultasi Kegiatan
untuk
mendapatkan
dukungan,
bantuan
dari
masyarakat dan instansi terkait serta menerima pengiriman/ rujukan hasil penertiban (razia) dari
Satpol PP, Kepolisian,
Dinas Sosial Kab./ Kota di seluruh Provinsi Jawa Tengah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 b.) Identifikasi Kegiatan untuk menggali dan memperoleh data awal tentang diri calon Penerima Manfaat dan penyiapan file. c.) Motivasi Kegiatan pengenalan program kepada calon Penerima Manfaat untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan yang tinggi untuk mengikuti program pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. d.) Seleksi Kegiatan untuk menetapkan Penerima Manfaat mendapatkan
pelayanan
dan
rehabilitasi
yang akan
sosial
dengan
persyaratan yang telah ditentukan. 2) Penerimaan Serangkaian kegiatan administrasi yang meliputi registrasi dan penempatan program pelayanan. a.)
Registrasi: Pencatatan data dalam buku induk penerima pelayanan dan berbagai formulir isian untuk menetapkan Penerima Manfaat. Pelayanan yang definitif lengkap dengan informasi dan biodatanya termasuk foto Penerima Manfaat.
b.)
Penetapan program pelayanan dan rehabilitasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 3) Bimbingan Rehabilitasi Sosial a.)
Bimbingan Fisik / Kesehatan dan Mental. Merupakan kegiatan pemulihan kondisi fisik, kesehatan, mental psikologis, mental keagamaan serta meningkatkan semangat dan kemampuan Penerima Manfaat untuk dapat mengatasi masalahnya. Kegiatan tersebut diantaranya: Senam Kesegaran Jasmani, Senam Aerobik, Olah Raga, Renungan Malam, ESQ, Ibadah, Budi Pekerti, Kesopanan, Kedisiplinan dan Kesadaran Hukum.
b.)
Bimbingan sosial dan Kemasyarakatan Memberikan arahan, bimbingan dan kegiatan yang dapat menciptkan serta mengembangkan kerukunan, kebersamaan, rasa kesetiakawanan baik dalam lingkungan asrama, keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan selama di asrama seperti menjalankan tugas piket kebersihan asrama dan lingkungan asrama, piket dapur, piket kelas, piket ruang ketrampilan. Diberikan Pengetahuan dan Pemahaman Hubungan
Antar
Manusia,
Bimbingan
Sosial
Masyarakat,
Bimbingan Pencegahan HIV/AIDS dan NAPZA serta Pengetahuan Masalah Kesejahteraan Sosial. c.)
Bimbingan Ketrampilan Serangkaian kegiatan bimbingan yang di arahkan agar Penerima Manfaat dapat mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 ketrampilan sehingga mereka mampu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang layak. Adapun jenis ketrampilan yang diberikan meliputi: i.
Ketrampilan Pokok : Tata Busana / Menjahit, Tata Rias / Salon, Tata Boga / Memasak.
ii.
Ketrampilan Penunjang: Membuat batik, batik ikat celup, bordir, asesoris, pemijatan bayi, payet dan lain-lain. Penerima Manfaat yang hampir selesai megikuti bimbingan
ketrampilan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta melaksanakan kegiatan Praktek Belajar Kerja (PBK) sesuai dengan jenis ketrampilan yang ditekuni penerima manfaat secara mandiri. Praktek Belajar Kerja (PBK) dengan mitra kerja antara lain: -
Catering Nadia, Workshop dan Sop Pak Komo.
-
Jenang Ayu.
-
Salon Wantama.
-
Outlet Balai Resos “Wanita Utama” Surakarta.
-
Konveksi Remaja.
-
WU Collection
Yaitu
mempersiapkan
4) Resosialisasi Penerima
Manfaat
agar
dapat
berinteraksi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normatif, serta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 mempersiapkan masyarakat khususnya lingkungan asal Daerah Penerima Manfaat atau lingkungan masyarakat di lokasi kerja agar mereka dapat menerima, memperlakukan serta membantu Penerima Manfaat untuk berintegrasi dalam kehidupan masyarakat, yang meliputi: a.)
Bimbingan kesiapan dan peran masyarakat. Kegiatan diarahkan
kepada kelompok masyarakat yang akan
menerima kembali Penerima Manfaat yang telah selesai mengikuti bimbingan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta, agar mau dan mampu membantu Penerima Manfaat kembali ke masyarakat. b.)
Bimbingan sosial dan hidup bermasyarakat. Merupakan kegiatan bimbingan yang ditujukan agar Penerima Manfaat mengetahui, memahami, menghayati dan melakukan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
c.)
Bimbingan bantuan stimulan usaha produktif. Yaitu memberikan bantuan stimulan berupa paket modal kerja bagi Penerima Manfaat sehingga mereka dapat bekerja/ berwirausaha sesuai ketrampilan yang dimiliki.
d.)
Bimbingan usaha/ Kerja produktif. Memberikan
bimbingan
berupa
pengetahuan
tentang
kewirausahaan, kelompok usaha, manajemen pengelolaan usaha, pemasaran maupun magang di perusahaan sesuai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 ketrampilan yang dimiliki sehingga mereka mampu menjalankan usaha/ kerja produktif. 5) Penyaluran. Kegiatan mengembalikan/ menyalurkan Penerima Manfaat yang telah selesai mengikuti bimbingan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta kepada keluarga sah, dinikahkan dan penyaluran ke dunia usaha/ perusahaan serta berwirausaha/ mandiri dengan diberikan paket modal kerja/ usaha. 6) Pembinaan Lanjut Adalah kegiatan yang diarahkan agar Penerima Manfaat maupun masyarakat di lingkungannya dapat lebih memantapkan dan mengembangkan usahanya, yang meliputi: a.)
Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta dalam pembangunan. Bimbingan kegiatan yang diberikan kepada eks Penerima Manfaat agar mereka lebih mantap dalam tata kehidupan dan peran serta dalam pembangunan di tengah-tengah masyarakat.
Bentuk
kegiatan diantaranya adalah: Pendapingan, Pelatihan bimbingan sosial eks Penerima Manfaat, PBK lanjutan, Diklat menjahit lanjutan, Diklat tata boga lanjutan dan Diklat salon lanjutan. b.)
Bimbingan Pemantapan Usaha Kerja / Kemandirian. Kegiatan
bimbinan
agar
eks
Penerima
Manfaat
dapat
mengembangkan jenis usahanya maupun jumlah penghasilannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Kegiatan berupa Kelompok
Usaha Bersama (KUBE), Usaha
Ekonomi Produktif (UEP). 7) Evaluasi, Rujukan, Terminasi a.)
Evaluasi Merupakan
kegiatan
yang
dilaksanakan
untuk
mengetahui
perkembangan dan kemajuan yang dialami Penerima Manfaat, serta apakah rencana yang telah dirumuskan dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. b.)
Rujukan Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan penanganan permasalahan Penerima Manfaat lebih lanjut, baik dalam lingkup internal Balai maupun ke Instansi lain.
c.)
Terminasi Merupakan suatu kegiatan/ tindakan pengakhiran atau pemutusan secara resmi dalam proses pemberian bantuan pemecahan masalah bagi Penerima Manfaat yang dinilai sudah berhasil/ mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat setelah selesai mendapatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial.
Sumber : Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Tahun 2014
c. Indikator, Kinerja dan Target 1.) Indikator Masukan (Input). a.) Sumber Daya Manusia, meliputi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 i.
Jumlah Pegawai terdiri dari : -
Eselon III
: 1 Orang
-
Eselon IV
: 2 Orang
ii.
Fungsional Pekerja Sosial
: 8 Orang
iii.
Penyuluh Sosial
: 1 Orang
iv.
Fungsional Umum
: 26 Orang
1) Sarana dan Prasarana meliputi : i. Sarana Fisik. ii. Sarana Mobilitas. iii. Sarana Perkantoran. iv. Sarana Pendukung. 2) Anggaran berasal dari dana APBD Tingkat I Jawa tengah. 3) Norma : i. Standar Operasional Prosedur Balai. ii. Pedoman Operasional Pelayanan. iii. Rencana Kerja Balai. iv. Buku-buku Profil dan Leaflet. 2.) Indikator Keluar (Out Put) Ter-Rehabilitasinya Penerima Manfaat wanita tuna susila/ Eks wanita tuna susila sebanyak 160 orang pertahun. 3.) Indikator Manfaat (Out Come) a.) Perubahan sikap mental dan perilaku Penerima Manfaat sehingga bisa hidup normative dan mandiri di masyarakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 b.) Meningkatkan
Harga
diri
Penerima
Manfaat
ditengah-tengah
masyarakat. 4.) Indikator Dampak (Impact) Berkurangnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Wanita Tuna Susila. 8.
Kerja Sama Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta dalam pelaksanaan
memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial, menggandeng dan menjalin kerja sama pihak instansi lain atau organisasi sosial kemasyarakatan yang relevan dengan pemberian materi pembinaan atau pelatihan demikian juga dalam hal praktek belajar kerja (PBK ) bagi penerima manfaat. Berikut adalah pihak-pihak yang ikut bekerja sama dalam
program pembinaan dengan berbagai pihak seperti pada tabel : Tabel IV.2 Bentuk Kerjasama Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta No. a.
Instansi/Lembaga Sosial Polres
Kota
Surakarta Bimbingan
(Polsek Laweyan) b.
Koramil
sosial
hukum
dan
kemasyarakatan
Laweyan/Babinsa Bimbingan
(Bintara Pembina Desa) c.
Bentuk Kerjasama
fisik,
mental,
kemasyarakatan dan nasionalisme.
Kementerian Agama Kota Bimbingan, mental sosial dan agama Surakarta.
d.
e.
Dinas
Kesehatan
Kota
Pemeriksaan
dan
pengobatan
Surakarta.
penerima manfaat
Puskesmas Laweyan.
Pemeriksaan dan pengobatan penerima manfaat yang sakit secara rutin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 f.
Puskesmas Manahan.
Pemeriksaan dan pengobatan penerima manfaat
g.
KUA
(Kantor
Urusan Bimbingan mental, sosial, agama dan
Agama) Kota Surakarta. h.
menikahkan penerima manfaat
GOW (Gerakan Organisasi Bimbingan Wanita) Kota Surakarta
sosial
dan
pelatihan
ketrampilan salon (memotong rambut, makeup, dan lain-lain)
i.
Perpustakaan
Kota Memberikan
Surakarta
pinjaman
buku-buku
sebagai hiburan dan ilmu informasi kepada penerima manfaat
j.
Yayasan Sekar Asih
Bimbingan
sosial
dan
pelatihan
menjahit k.
Yayasan Bhakti Muslimah.
Bimbingan sosial dan agama
l.
Yayasan KAKAK.
Bimbingan mental dan sosial
m.
UNS (Fakultas Kesehatan Bimbingan sosial dan kesehatan dan Psikologi).
n.
UMS (Fakultas Kesehatan Bimbingan sosial dan kesehatan dan Psikologi).
o.
STAIN Surakarta.
Bimbingan penyuluhan dan bimbingan sosial
p.
Universitas
Setia
Surakarta. q.
sosial
KPAD
(Komisi Bimbingan
Pemberantasan Daerah). r.
s.
RSUD
Budi Bimbingan penyuluhan dan bimbingan
fisik
pemeriksaan
AIDS kesehatan dengan penyuluhan dan bimbingan sosial
Dr.
Moewardi Penyuluhan
dan
Surakarta.
kesehatan secara isidental
RSJD Surakarta.
Penyuluhan
dan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
kesehatan secara insidental commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 t.
RSU Dr. Oen Surakarta.
Penyuluhan
dan
Pemeriksaan
kesehatan secara insidental Sumber : Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Tahun 2014
9. Kondisi Penerima manfaat Berdasarkan rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta Menurut pihak Wanita Utama (WU) sampai saat ini telah membina lebih dari 3000 wanita tuna susila yang kini disebut pekerja seks komersial(PSK) sejak balai ini berdiri. Disini dapat dilihat dari 3 tahun terakhir ini. Dari jumlah penerima manfaat, pendidikan, serta umur penerima manfaat. Balai Rehabilitasi Wanita Utama ditinggali para penerima manfaat yang sebelumnya berprofesi sebagai PSK. Berikut adalah jumlah penerima manfaat yang dibina dari tahun 2011 - 2014 (Lihat tabel!) Data Tahun 2011-2014 yang dibina di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama dari berbagai daerah seperti pada data berikut : Tabel IV.3 Jumlah Tahunan Penerima Manfaat Wanita Utama No.
Tahun
Jumlah Penerima
Keterangan
Manfaat 1.
2011
160
Semester I dan Semester II
2.
2012
160
Semester I dan Semeter II
3.
2013
160
Semester I dan Semester II
4.
2014
80
Semester I
Jumlah
560
Sumber : Laporan Tahunan Penerima Manfaat Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Dari tabel IV.3 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam setiap tahunnya BaRehSos WU menerima penerima manfaat terbagi dalam dua tahap atau dua semester, yang masing-masing semester terdiri dari 80 orang. Dari penerima manfaat yang ada ternyata tidak semua orang baru, ada sebagian kecil yang kembali menghuni kembali BaRehSos WU. Penerima manfaat yang diberikan pembinaan dan pelatihan berasal dari berbagai kota di Jawa Tengah, yang sebagian besar masuk karena terkena operasi tertib (razia) yang dilakukan oleh Satpol PP maupun kepolisian bersama Dinas Kesejahteraan Sosial setempat. Seperti dikutip dalam web berita http://satelitnews.co/terjaringrazia-7-psk-akan-dikirim-ke-balai-rehabilitasi/ menyatakan sebagai berikut : “Menurut Kepala Dinsosnakertrans Banyumas, Nooryono, ketujuh PSK yang terjaring razia tersebut akan dikirim ke Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama, Surakarta. Di balai rehabilitasi itu mereka akan mendapat pembinaan dan pelatihan keterampilan sekitar empat bulan.” “Setelah kami data mereka akan langsung dikirim ke Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama di Surakarta,” kata Nooryono, Senin (22/4) yang mengungkapkan, empat di antara tujuh orang PSK yang terjaring itu, merupakan wajah baru.
Penerima manfaat terbesar berasal dari daerah Surakarta yaitu 21,17% (108 orang) dan yang terkecil berasal dari Grobogan, Purwodadi dan Wonogiri masing-masing sebesar 0,19% (1 orang) yang terkecil berikutnya penyerahan diri sebesar 0,39 % (2 orang). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 Tabel IV.4 Jumlah Penerima manfaat Berdasarkan Asal Daerah Pengirim Tahun 2011-2014 Tahun
Daerah
No.
Pengirim
Jumlah 2011
2012
2013
2014
1.
Cilacap
22
11
7
-
40
2.
Banjarnegara
9
7
6
-
22
3.
Boyolali
6
15
4
-
25
4.
Grobogan
1
-
-
-
1
5.
Yogyakarta
1
-
1
1
3
6.
Magelang
-
-
-
-
0
7.
Purwodadi
-
1
-
-
1
8.
Klaten
9
12
7
-
28
9.
Surakarta
27
41
40
-
108
10.
Sukoharjo
1
2
3
-
6
11.
Kudus
-
-
-
-
0
12.
Pemalang
-
-
-
-
0
13.
Sragen
8
1
-
7
16
14.
Jepara
-
-
-
-
0
15.
Wonogiri
1
-
-
-
1
16.
Karanganyar
17
19
10
-
46
17.
Tegal
22
21
13
15
71
18.
Banyumas
7
4
26
-
37
19.
Kartasura
6
4
1
-
11
20.
Semarang
20
17
38
7
82
21.
Purwokerto
1
3
4
-
8
22.
Purworejo
1
1
-
1
3
23
Penyerahan diri
1
1
-
-
2
31
510
Jumlah
160
160 160 commit to user Sumber data: Balai RehSos “WU” Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 Dalam tabel IV.3 tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun 2011-2014, Surakarta adalah kota yang paling banyak mengirimkan penerima manfaat untuk dibina, hal tersebut dapat kita lihat dari jumlah pengiriman sebanyak 108 orang. Dilihat dari latar belakang pendidikannya pada tiga tahun terakhir, penerima manfaat yang memiliki latar belakang pendiddikan rendah yaitu SD yang menempati urutan terbanyak. Lebih lengkapnya mengenai pendidikan penerima manfaat dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel IV.5 Jumlah Penerima Manfaat Balai Rehabilitasi “Wanita Utama” Surakarta Berdasarkan tingkat pendidikan Tahun 2011 - 2013 Tahun No.
Pendidikan
Jumlah 2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(7)
1.
SD (sederajat)
71
59
60
190
2.
DO SD
17
34
31
82
3.
SMP (sederajat)
25
18
24
67
4.
DO SMP
13
9
6
28
5.
SMA/ SMK
12
9
18
40
6.
DO SMA/ SMK
2
2
2
6
7.
Buta Huruf
20
26
14
60
8.
SLB
-
2
5
7
9.
S1
-
1
-
1
160
160
160
481
Jumlah
Sumber data: Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama “WU” Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 Pada tabel
IV.5 menunjukkan bahwa penerima manfaat
yang
berpendidikan SD (sederajat) menjadi urutan terbanyak dari keseluruhan yaitu sebesar 190 orang selama 3 tahun (2011-2013), masalah perekonomian yang dialami menjadikan mereka tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat lebih tinggi. Pendidikan yang rendah mengakibatkan mereka susah untuk mencari pekerjaan yang berpenghasilan cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari dan biaya keluarga sehingga akhirnya memilih mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang dengan menjadi pekerja seks komersial. Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama dalam pelaksanaan pembinaan penerima manfaat dapat dilihat dari tingkatan usia pada tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel IV.6 Jumlah Penerima Manfaat Balai Rehabilitasi “Wanita Utama” Surakarta Berdasarkan Umur Tahun 2011-2014 Tahun No.
Umur
Jumlah
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1.
15 s.d 20 tahun
27
18
8
6
59
2.
21 s.d 25 tahun
27
15
14
10
66
3.
26 s.d 30 tahun
33
25
13
12
83
4.
31 s.d 35 tahun
36
13
19
12
80
5.
36 s.d 40 tahun
14
21
34
15
84
6.
40 tahun ke atas
23
69
72
25
189
Jumlah
160
160
160
80
561
commit to Sumber data: Balai RehSos “WU” Surakarta
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Pada tabel IV.6 menunjukkan bahwa penerima manfaat yang terbanyak berusia diatas 40 tahun sebanyak 189 orang dan terendah berusia antara 15 – 20 tahun sebanyak 59 orang. Hal ini menambah ironis usia yang harusnya membuat semakin dewasa seorang dalam bersikap namun jauh dari kata itu demi untuk memenuhi tuntutan hidup mereka, bahkan karena terlanjur terjun ke profesi tersebut hingga pada usia tersebut masih menggelutinya. B.
Hasil Pembahasan 1. Upaya Pembinaan dan Pelatihan Penerima Manfaat Melalui Rehabilitasi Sosial a. Pendekatan Awal di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta menjadi unit
pelaksana teknis kantor wilayah Dinas Sosial Jawa Tengah, mempunyai tugas dan fungsi dalam melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang kesejahteraan sosial melalui pelayanan rehabilitasi sosial, melaksanakan kewenangan otonomi dalam mengatasi masalah sosial yang semakin luas dalam era globalisasi ini melalui proses pembinaan dan pelatihan. Dalam proses pembinaan penerima manfaat yang dilakukan Balai ”Wanita Utama” Surakarta, adapun sasaran sebagai berikut : Sasaran Utama: a. Wanita semua kelompok umur. b. Sehat jasmani, dan tidak berpenyakit menular (kecuali penyakit commit to user kelamin).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 c. Sehat rohani ( tidak Tuna Laras) d. Bersedia mengikuti bimbingan selama 6 bulan atau sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan di asramakan. Sasaran antara b. Mucikari atau germo. c. Keluarga atau lingkungan asal penerima manfaat. d. Masyarakat, organisasi sosial dan pelaku usaha. Sumber data: Balai RehSos “WU” Surakarta 2014
Penerima manfaat yang mendapatkan pembinaan dan pelatihan rehabilitasi di Balai sebagian besar berasal dari razia satpol PP, dinas sosial, dan Polri. Penerima manfaat hanya sebagian kecil saja yang melakukan penyerahan diri dari keluarga para tuna susila seperti pada tabel sebelumnya (Tabel IV.4). Calon penerima manfaat sebelum secara resmi menjadi penerima manfaat, terlebih dahulu dilakukan pendekatan awal oleh Balai RehSos WU, berupa menanyakan data lengkap, keluarga dengan mengidentifikasi calon penerima manfaat untuk mengetahui latar belakang yang lebih mendalam, setelah mengidentifikasi lengkap, resmi menjadi penerima manfaat, yang selanjutnya Balai RehSos “Wanita Utama” Surakarta melakukan pengasramaan untuk penerima manfaat. Selama diakukan pengasramaan, penerima manfaat tidak boleh membawa alat komunikasi, alat komunikasi di kumpulkan ke Sie Penyantunan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 tetapi kartu sim, memory dan bateray dipersilahkan untuk dibawa dan disimpan penerima manfaat masing-masing. Hal tersebut juga dibenarkan, seperti diungkapkan Ibu Ninik selaku Peksos sebagai berikut : “...bisa melalui pekerja sosial maupun dari sie penyantunan terlebih dahulu dilakukan pendekatan awal untuk mengetahui asal mula, keadaan keluarga, keadaan pribadi, nama, pendidikan, agama, umur, status perkawinan, dan keadaan ekonomi. Dengan assesment atau pengungkapan masalah timbulnya para wanita tuna susila penyebab masuknya ke dunia pelacuran.” (Tanggal 22 April 2014)
Balai RehSos WU memberikan pembinaan meliputi: bimbingan fisik, bimbingan mental, bimbingan sosial dan bimbingan keterampilan. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama enam bulan dan secara garis besar dibagi dalam 3 tahap pembinaan, yaitu tahap I (Kelas A), tahap II (Kelas B), tahap III (Tahap Bimbingan Lanjut). Tahap I (Kelas A) merupakan tahapan dasar sebagai penerima manfaat, pada tahap dasar setiap penerima manfaat memperoleh jadwal dan bimbingan pelatihan yang sama, karena tahap ini merupakan tahap penyesuaian dan adaptasi bagi manfaat. Penerima manfaat melakukan adaptasi dengan kehidupan balai dengan menaati peraturan dibalai misal selalu mengikuti kegiatan balai, menjalankan piket beradaptasi dengan petugas maupun dengan sesama penerima manfaat yang lain. Pada tahap dasar ini juga mulai diamati bakat, minat, dan potensi
pada
penerima
manfaat
untuk
memilih
jurusan
pada
selanjutnya.(Disimpulkan dari wawancara Ibu Ninik tanggal 22 April 2014) commit to user
tahap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 Begitu juga dengan Ibu Wiwik selaku Peksos (Tanggal 22 April 2014) mengatakan di data terlebih dahulu, dicari lebih dalam termasuk permasalahan yang ada lebih dalam, lalu dilakukan pengenalan selama 1 bulan, baru setelah itu dapat mengikuti ketrampilan dan pelatihan. Hal tersebut juga ditambahkan, Bapak Pramono selaku Peksos sebagai berikut punya tahapan dari saat tiba di sini mas, ada pendataan, pengenalan, pengasramaan, pelaksanaan (ketrampilan) dan evaluasi. (Tanggal 22 April 2014) Penerima manfaat 2 (Tanggal 21 April 2014) juga mengungkapkan dahulu tidak langsung ke jurusan tetapi ditanya keinginannya pada ketrampilan apa, menunggu 1 bulan terlebih dahulu. Ditambahkan juga wawancara dengan penrima manfaat 1 disaat praktek ketrampilan menyalon menceritakan sebagai berikut, dulu 1 bulan, orientasi terus dikasih formulir blangko, diisi minat, bakat gitu, materi itu pengenalan dari dasar dulu terus praktek” (Tanggal 14 April 2014) Seperti juga diungkapkan oleh penerima manfaat 4 saat menyiapkan lomba dan pelajaran ketrampilan menjahit sebagai berikut : “....kalau udah 1-2 bulan orientasi terus ada temu pembimbing konsul bakat sama ngisi formulir angket gitu mas” (Tanggal 17 April 2014) “....iya mas nggak masuk terus boleh ikut jahit gitu nggak mas, awalnya gimana ya, kalo saya datang itu terus pengenalan 1 bulan sambil dikasih tau gitu” (Tanggal 21 April 2014)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 Penerima manfaat 8 juga mengungkapkan saat duduk santai menunggu apel sebagai berikut : “...ndak langsung ke salon tapi dulu ada pengenalan dulu, saya dulu 1 bulan pengenalan terus dikonsulkan ke pembimbing kalau mau ke salon gitu. Pengenalannya itu gini mas, kita dikasih tahu pembimbing aturan-aturan, terus di penyantunan juga dikasih tahu ini, ada aturan, ada jadwal kegiatan, terus yang ndak boleh gitu mas, kalo udah 1 bulan terus milih ketrampilannya baru masuk ke salon mas.” (Tanggal 5 Mei 2014)
Tahap awal ini dibenarkan seperti yang dikatakan oleh Ibu Ninik selaku Pekerja Sosial bahwa sebelum bisa masuk ke dalam pelatihan ketrampilan, ada 12 bulan pengenalan sebagai adaptasi di dalam kehidupan di balai. Dalam tahap ini, pemberian jam pembinaan terbesar adalah masalah mental dan sikap, dari pernyataan ini memberi petunjuk bahwa memperbaiki mental dari pekerja seks komersial yang berada di Balai atau disebut penerima manfaat merupakan kegiatan pertama dan paling utama. (Wawancara 22 April 2014) Tabel IV.7 Tahap Pendekatan Awal di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama
No. a.
Kegiatan
Penanggung
Uraian
Jawab
Orientasi dan
Kegiatan
konsultasi
mendapatkan dukungan bantuan dan
petugas
dari masyarakat dan instansi dari
seksi
terkait
penjajakan
serta
untuk Pekerja Sosial
menerima pelayanan dan
pengiriman atau rujukan hasil rehabilitasi penertiban atau razia dari Satpol social PP, Sepolisian, Dinas Sosial Kab. Atau Kota di seluruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 Provinsi Jawa Tengah. b.
Sosialisasi
Kegiatan
pemahaman
masyarakat
tentang
kepada Balai RehSos program WU
Balai, termasuk pada instansi terkait c.
Identifikasi
Kegiatan
menggali
untuk Sie Yanresos
memperoleh data yang lebih rinci tentang diri calon penerima manfaat. d.
Motivasi
Kegiatan pengenalan program Sie Yanresos kepada calon penerima manfaat untuk menumbuhkan keinginan dan dorongan untuk mengikuti program
pelayanan
rehabilitasi
sosial
Rehabilitasi
di
Sosial
dan Balai Wanita
Utama Surakarta e.
Seleksi
Kegiatan
untuk
menetapkan Sie Yanresos
calon penerima manfaat yang akan
mendapatkan
pelayanan
dan rehabilitasi sosial. Sumber data: SOP Balai RehSos “WU” Surakarta 2014
Dilakukannya pendekatan awal ini maka mengetahui berbagai latar belakang yang menyebabkan penerima manfaat terjun ke dalam dunia prostitusi. Latar belakang permasalahan mereka, secara sederhana dapat dikategorikan menjadi lima kategori antara lain : 1.Tekanan Ekonomi 2. Lingkungan Sosial, 3. Broken Home, 4. Biologis, 5. Gangguan Psikologis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 Penerima manfaat 9 mencurahkan penyebab terjunnya ke prostitusi sebagai berikut : “Mbag menikah hla suaminya bukan jagain aku mas, aku diperkosa mas ndak cuma sekali mas. Ih jangan minta maaf mulu mas saya cerita mas ndak apa-apa mas. Saya kasihan sama mbag tapi ug terusan mas akhirnya pada tau mas orang tua tau mas, saya di masukan pondok mas. Ya saya punya anak. Saya ndak mau mas kabur mas ilang mas saya ketemu ibu gedhe mas, saya dibolehkan nginep mas dikasih makan mas ya istilahe diopeni, disayang mas, tapi akhirnya saya tau ibu tadi kaya mami gitu mas tau to mas mami? Terus saya juga akhirnya ikut mas, saya udah diperkosa mas ndak perawan sekalian mas, sehari itu 1-2 orang uange tak kasihke ibu tadi mas aku seneng mas ndak kepaksa mas ndak sedih. Rasanya saat itu seneng terus akhirnya saya didatengi polisi mas. Saya dimasukan panti di J(Kota) mas. Di J kabur mas terus sempat ke ibu lagi mas, ketangkep dibawa ke sini mas. (Wawancara 21 Mei 2014)
Tabel IV. 8 Klasifikasi Latar Belakang No. Latar belakang
Klasifikasi
1
- Krisis ekonomi (harga kebutuhan
Tekanan Ekonomi
- meningkat) - Suami pengangguran - Terkena PHK 2
Lingkungan Sosial
Diajak teman
3
Broken Home
- Orang tua cerai, - Masalah di rumah/keluarga
4
Biologis
Seks yang abnormal
5
Gangguan Psikologis
- Disakiti dan dendam dengan pacar - Disakiti, cemburu dan dendam pada suami -
Pelecehan seksual (diperkosa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Seperti yang dituturkan penerima manfaat 4 bahwa suaminya mengetahui dan mendukung “...itu saya dianter suami mas, padahal teman ada yang bilang enek satpol hlo. Saya kecewa mas sama suami mas, saya mangkal bukan di itu apa gak bolehin malah didukung kenthir mas gila ya mas.”(Wawancara 24 April 2014)
Latar belakang yang dimiliki penerima manfaat berbagai macam. Penerima manfaat terjun ke dalam prostitusi dengan alasan paling banyak itu masalah ekonomi dan lingkungan. Ekonomi karena tuntutan kebutuhan maka menyebabkan penerima manfaat harus memilih jalan instan memenuhi kebutuhannya tersebut. Lingkungan juga menjadi latar belakang karena pengaruh keluarga, teman dan karena ada paksaan dari lingkungan dekat penerima manfaat dan masalah yang dihadapin, masalah keluarga atau masalah kepribadian. Masalah kepribadian ini bisa karena ada rasa kecewa atau traumatis. (Disimpulkan dari wawancara Bu Umi, 6 Mei 2014) Terjunnya ke dunia kelam penerima manfaat dilatar belakangi berbagai hal, seperti penuturan penerima manfaat 1 : “...masalah panjang mas, kebutuhan i banyak mas, saya diajak temen ngekos ke S(Kota), trus saya Tanya kerja apa mbak? Jawabnya wis nek siap melu gitu, terus habis itu saya diajak mas, ee hla ug ngene saya gitu mas, ternyata thethek” “Saya jadi mikir ragat biaya hidup banyak mas paling nggak ini cari modal lah ya udah akhirnya thethek.” “Kayanya saya jadi keterusan mas saya, iya mas waktu dikos saya sma temen cewek saya mas. Isin mas.” (Tanggal 23 April 2014) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 Para penerima manfaat sangat banyak menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan, hal ini merupakan alasan klasik. Faktor/tekanan ekonomi yang mendasari mereka terjun ke pelacuran. Mereka terdesak kebutuhan yang semakin lama semakin besar, tetapi tidak ada penghasilan sama sekali. Dengan begitu mereka yang keimanannya tidak kuat maka terjerumuslah mereka ke dalam dunia pelacuran. Seperti ditulis Ika Mega Puspita dalam Upaya Rehabilitasi Wanita Tuna Susila di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta(2013:88) sebagai berikut : “...seseorang dapat terjerumus untuk menjadi seorang pelacur adalah dari faktor ekonomilah yang melandasihal itu dapat dilihat dari krisis ekonomi dengan kebutuhan yang semakin meningkat, harga mahal, pendidikan mahal, dan lapangan pekerjaan yang semakin sempit, banyak pengangguran sehingga orang cenderung berfikir hanya sesaat dengan cara instant mendapatkan uang banyak waktu yang kilat.
Jurnal Internasional bahwa latar belakang menjadi pekerja seks komersial karena seorang single parent yang harus mencukupi kebutuhan keluarga dan anakanya seperti dalam Geeta Pardeshi, S. Bhattacharya. 2006. Indian J Med Sci,: Child Rearing Practices Amongst Brothel Based Commercial Sex Workers. Vol. 60, No. 7, Page :288-295 pada bab II halaman 41. b. Penerimaan di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Kegiatan yang dilakukan selama dibalai secara rutin, bertahap dan berkesinambungan untuk kegiatan sehari-hari. Dari tahun ke tahun pun kegiatan hampir sama persis sesuai petunjuk teknis yang diberikan oleh balai. Penerima commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 manfaat setelah di lakukan pendekatan awal mengetahui latar belakang, identitas riwayat keluarga dan tempat tinggal selanjutnya dilaksanakan penerimaan. Penerima manfaat yang telah diterima oleh balai, maka harus mengikuti kegiatan yang ada dib alai serta mematuhi segala aturan yang ada.
Bentuk-bentuk
kegiatan
selama
di
balai
rehabilitasi
dimulai
dilaksanakan pukul 04.00- 21.00 wib, bahkan pada bulan ramadhan untuk piket memasak harus bangun lebih awal pukul 02.00. Dalam kegiataan sehari-hari sudah tesusun dan terjadwal apa dan bagaimana kegiatan-kegiatan yang didapat oleh penerima manfaat selama di balai. Para penerima manfaat juga di ajarkan pentingnya akan kedisiplinan, tugas- tugas serta tanggung jawab selama menjadi penerima manfaat di balai rehabilitasi, yang masing-masing kelompok kamar dibimbing oleh seorang pembimbing peksos (untuk 4/5 Orang) dan seorang sie penyantunan. Tugas- tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh penerima manfaat dijadwal menurut kelompok kamar selama sepekan berturut, setelah sepekan barulah berganti seterusnya secara urut dan semuanya mengalami, kegiatan rutin ini biasa disebut piket kelompok, kegiatannya sebagai berikut : (a.) tugas per kamar seperti membersihkan tempat tidur, mengepel kamar, mencuci selimut dan sprei; (b.) piket kelompok kamar seperti piket memasak, piket kamar mandi, piket aula, piket halaman, piket teras; (c.) individu misalnya makan pagi, apel pagi, mengikuti bimbingan kamar, bimbingan di kelas, kegiatan dalam bimbingan ketrampilan, sholat berjamaah, olahraga, hiburan, dinamika kelompok dan istirahat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 Balai juga bekerjasama dengan perpusatakaan daerah Kota Surakarta, setiap hari rabu pukul 10.00 WIB petugas dari perpustakaan datang membawa sekotak buku dengan berbagai jenis buku. Penerima manfaat pun antusias dan tertarik selain sebagai hiburan juga tambahan ilmu dan informasi seperti buku menu masakan, buku tentang model pakaian dan yang terakhir buku-buku novel dan kesehatan. Manfaat perpustakaan keliling bagi penerima manfaat buku merupakan media sebagai hiburan menambah wawasan atau pelajaran tentang agama, kesehatan. Jadi perpus keliling sebagai motivasi penerima manfaat sedikit nyumbang secara tidak langsung pembinaan karena dapat merubah dari dalam mas. (Disimpulkan Pegawai perpustakaan Pak Tri Wawancara 14 Mei 2014) Tugas per kamar dibagi tugas dan tanggung jawab menurut kesepakatan dan
pembagian
kamar
masing-masing.
Tugas
piket
kelompok
dibagi
tanggungjawabnya menurut kelompok kamar, misalnya kamar 1 mendapat piket masak, kamar 2 mendapat piket aula, kamar 3 mendapat piket kamar mandi, kamar 4 piket halaman, dan kamar 5 teras, hal ini dilakukan selama sepekan berturut, barulah berganti piket bergeser ke kamar berikutnya dan terus berputar. Selain tugas kelompok juga harus aktif mengikuti kegiatan secara individu, disini juga melatih kemandirian, keaktifan, serta kepekaan terhadap lingkungan balai. Dinamika kelompok yaitu kegiatan untuk perorangan yang dilaksanakan secara kelompok baik kelompok kecil maupun besar yang bisa dibagi secara acak, guna mendekatkan antar penerima manfaat juga dengan pembimbing. Waktu pembinaan dilakukan secara rutin setiap hari, dilaksanakan pada commit to user pagi hari, sore hari dan malam hari secara terjadwal. Pembinaan pagi dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 mulai pukul 08.00 WIB sampai 13.00 WIB, sedangkan pembinaan sore hari dimulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 17.30 WIB dan pembinaan malam hari dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir pukul 20.30 WIB. Pembinaan di Balai RehSos “Wanita Utama” Surakarta dilaksanakan dengan berbagai materi yang diperuntukkan kepada penerima manfaat namun dengan sederhana dan bahasa yang ringan dilakukan oleh pembina dari balai maupun dari luar. Hai ini dilakukan agar lebih mudah dipahami dan diterima oleh penerima manfaat, agar tidak merasa digurui atau diajari biasanya dengan contoh atau dengan cerita. Penerima manfaat lebih merasa dihargai dan lebih akrab sehingga memperhatikan materi yang disampaikan oleh pembina. Selama
mengikuti
pembinaan,
para
penerima
manfaat
tidak
diperbolehkan meninggalkan balai, kecuali memperoleh ijin dari pimpinan balai dan harus kembali dengan waktu yang telah ditentukan, mengingat masih dalam proses pembinaan. Penerima manfaat mengaku kesulitan menjalani kegiatan pembinaan dan pelatihan di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta, mereka cenderung memikirkan keluarga dan memikirkan nasib anak mereka dirumah, penerima manfaat merasa menjadi tulang punggung. Kebanyakan dari mereka merasa tidak betah dan ingin cepat sekali untuk keluar dari balai, tetapi penerima manfaat diantaranya setelah dijaring oleh satpol pp mereka tak memberikan kabar tehadap saudara dan anak-anak mereka. Hal ini sangat bertentangan dengan jiwa dan batin mereka. Dengan begini kosentrasi mereka dalam menjalani program rehabilitasi kurang begitu fokus dan bisa dibilang commit to user mereka tak pandai dalam menguasai bidang yang mereka pilih.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 Beberapa penerima manfaat menyampaikan kegundahan hatinya berpisah dengan keluarga seperti penerima manfaat 14 menyampaikan dalam selembar kertas disini juga ada penderitaan, ninggal keluarga, anak, cucu, suami dan orang tua.”(7 Mei 2014) Penerima manfaat 3 disela istirahatnya bermain bersama kasti menuliskan dalam secarik kertas yang penulis berikan seperti di bawah ini : “...kurangnya waktu untuk komunikasi dengan keluarga, yang kita harapkan dari sini adalah binaan dan pengetahuan bukannya perpisahan dengan orang terdekat kita.”(10 Mei 2014)
Sedangkan penerima manfaat 1 disela istirahat di ruang salon menyampaikan seperti di bawah ini : “Nek di sini yo kangen mas, sama yang dirumah po meneh anak mas. Ku asline awal ndak cerita mas kalo ketangkep, masak bu’e thethek. Trus nek di sini i kepikir mas anak lanang ra enek ibune wis gedhe ug mas. Aduh aduh wis pasrah mas. Tapi yo nek anak ora kebeneran loro mas, direwangi paribasan sirah dadi siki, sikil dadi sirah, adol awak.”(Wawancara 23 April 2014)
Namun penerima manfaat diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan keluarga atau kerabat melalui alat komunikasi yang telah dikumpulkan saat pertama kali masuk. Penggunaan alat komunikasi diberikan saat waktu menelpon, yaitu setiap hari kecuali hari sabtu dan minggu mulai pukul 13.00 sampai dengan 14.00 WIB atau menyesuaikan kegiatan yang ada saat itu.Balai tidak mempersulit penerima manfaat untuk bertemu keluarga dan kerabat, dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 memberikan waktu besuk/ kunjungan tiap Senin dan Kamis pukul 10.00 – 14.30 WIB. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari penerima manfaat memperoleh secara layak dari balai mendapatkan keperluan berupa seragam batik dan olahraga, kebutuhan pribadi berupa sabun mandi, sampo, pasta gigi, pembalut, sabun cuci dan pakaian dalam. Pemberian keperluan sehari-hari dilakukan setiap 1 bulan terhitung mulai tanggal masuk ke balai, sehingga untuk mendapatkan jatah kembali menunggu 1 bulan. Alat peraga pembinaan merupakan sarana pelengkap bagi materi pembinaan selama program berlangsung. Untuk pembinaan fisik yang diberikan penerima manfaat tahun 2014 meliputi olah raga, senam, pemeriksaan badan dan pengetahuan kesehatan serta gizi, alat peraga terdiri dari seperangkat alat kasti, gambar-gambar tentang kesehatan dan gizi, termometer, penimbang badan, dan alat ukur tekanan darah. Untuk pembinaan mental meliputi: pendidikan agama, pendidikan budi pekerti, iqro’, dan alat-alat peraga lain yang disesuaikan menurut kebutuhan agama masing-masing yang dianut oleh penerima manfaat. Untuk pembinaan sosial materi yang diberikan meliputi: kemasyarakatan, pendidikan kesadaran hukum/ kedisiplinan/ Kamtibmas, kewirausahaan, Kejar Paket A, hubungan antar manusia, dan bimbingan kesehatan terutama pencegahan AIDS. Sedangkan untuk pembinaan ketrampilan yang terdiri dari tiga jurusan tata boga, menjahit, dan salon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 Alat peraganya antara lain sebagai berikut: tata boga; kompor gas, mixer, blender, panci, oven, alat potong, parut kelapa, panci presto, rak piring dan gilingan es dll; untuk menjahit: mesin jahit, gunting, alat pengukur, mesin obras dan perlengkapan kecil menjahit; salon: gunting rambut, hair dryer, jepit rambut, roll rambut, sisir, bak keramas, steamer, kursi untuk cuci muka, tempat message dan facial, rak dorong dan perlengkapan salon lainnya dll. Kebutuhan yang diberikan bukan hanya jatah sehari-hari tetapi juga diberikan fasilitas untuk hiburan, berolahraga, kesehatan. Untuk hiburan Balai Rehabilitasi memberikan waktu penerima manfaat untuk bermain musik dan bernyanyi di aula, namun tetap tidak lepas dari pengawasan dari pembimbing ataupun pegawai. Biasanya saat bernyanyi diiringi pegawai sendiri ataupun salah satu dari penerima manfaat di Tuna Netra. Penerima manfaat diberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi dan hiburan melalui televisi yang dipasang di selaras kamar, dengan aturan tidak saat ada pembinaan dan pelatihan dan tidak melebihi aturan waktu yaitu pukul 21.00 WIB dan untuk hari libur pukul 22.00. Apabila melanggar akan dikenai sanksi. Kebutuhan olahraga di luar kegiatan terjadwal biasanya dilakukan penerima manfaat di hari libur bahkan sore hari di saat tidak ada pembinaan. Penerima manfaaat lebih menyukai olahraga permainan kasti, kontrakol, donal bebek (permainan anak) selain dapat diikuti banyak orang juga sebagai pendekatan satu sama lain. Pemenuhan kesehatan juga diperhatikan, adanya pemeriksaan rutin pada hari selasa dari pukesmas untuk melakukan pemeriksaan to user manfaat menderita sakit serius dan pengobatan. Jika mendapati commit para penerima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 serta penanganan yang khusus langsung di rawat ke rumah sakit. Para penerima manfaat yang menderita sakit yang serius biasaanya dipulangkan kekeluarga. Tabel IV.9 Tahap Penerimaan Penerima Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wanita Utama” Surakarta.
No. a.
Kegiatan Registrasi
Penanggung
Uraian
Jawab
Merupakan kegiatan pencatatan data Sie penerima manfaat dalam buku induk.
b.
Pengasramaan
Yanresos
Penerima manfaat yang telah ditetapkan Sie sebagai
penerima
rehabilitasi
sosial
pelayanan bagi
menjadi
dan Penyantunan 5
asrama (kamar) yang setiap kamar didampingi oleh 1 pembimbing asrama atau
kelompok
untuk
memantau
perkembangan fisik, sosial, psikososial dan vokasional penerima manfaat. c.
Orientasi
Menempatkan penerima manfaat untuk Sie mengetahui dan mengenal lingkungan Yanresos balai, aturan balai dan program balai
d.
Sidang Kasus
Mengetahui permasalahan PM baik TIM secara umum dan khusus
Pembimbing selalu memantau atau memonitoring potensi para penerima manfaat dari sikap dan perubahan mental maupun akhlaq selama di balai, hal ini merupakan yang terpenting dan utama
menanamkan pola pikir untuk tidak
mengambil jalan pintas sebagai pekerja seks komersial bagi penerima manfaat. commit to user Perubahan ini dilihat dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan balai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116 Tabel IV.10 Tahap Perumusan dan Penentuan Program di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wanita Utama” Surakarta.
No. a.
Kegiatan
Penanggung
Uraian
Jawab
Assesment
Merupakan kegiatan mengetahui Sie Peksos
(Pengungkapan
permasalahan
Masalah)
penerima
yang
dihadapi
manfaat
secara
komplek. B
Sidang /Sidang CC
Kasus Mendapatkan masalah
yang
pemecahan TIM terbaik
bagi
penerima manfaat. c.
Penempatan
Menempatkan penerima manfaat Sie Yanresos
Program
dalam program pelayanan sesuai dengan
bakat,
minat
dan
kemampuan. Sumber data: SOP Balai RehSos “WU” Surakarta 2014
c. Rehabilitasi Sosial di Dalam Balai Berbagai kegiatan pembinaan dan pelatihan yang dilakukan Balai RehSos WU Surakarta sesuai dengan petunjuk teknis yang meliputi: bimbingan fisik,
bimbingan mental, bimbingan sosial/
keterampilan.
commit to user
kemasyarakatan, bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117 Tabel IV.11 Tahap Pelaksanaan Rehabilitasi di BaRehSos “ Wanita Utama” Surakarta.
No. a.
Kegiatan Bimbingan
Uraian
Penanggung Jawab
Merupakan kegiatan pemulihan Sie Yanresos
Fisik/Kesehatan/Mental kondisi fisik, kesehatan, mental psikologis, mental keagamaan serta meningkatkan semangat dan kemampuan Penerima b
Bimbingan Sosial dan
Memberikan arahan, bimbingan
Kemasyarakatan
dan kegiatan yang dapat
Sie Yanresos
menciptkan serta mengembangkan kerukunan, kebersamaan, rasa kesetiakawanan baik dalam lingkungan asrama, keluarga maupun lingkungan masyarakat. c.
Bimbingan
Bimbingan agar penerima
Ketrampilan
manfaat dapat mengetahui, mendalami dan menguasai suatu bidang ketrampilan sehingga mereka mampu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang layak. Jenis ketrampilan yang diberikan meliputi: a) Ketrampilan Pokok : b) Ketrampilan Penunjang
Sumber data: SOP Balai Rehabilitasi Sosial “WU” Surakarta 2014
commit to user
Sie Yanresos
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 Berikut adalah penjelasan dari berbagai bimbingan tersebut : a. Pembinaan Fisik Pembinaan fisik suatu kegiatan pemulihan kondisi ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan kondisi kesehatan penerima manfaat serta meningkatkan semangat dan kemampuan agar para penerima manfaat mampu menyerap materi pembinaan dengan baik. Hal ini merupakan awal bimbingan yang diterima oleh para penerima manfaat bisa dibilang ini merupakan awal dalam membentuk dan merubah sikap dan perilaku para penerima manfaat. Melihat kondisi para penerima manfaat saat tiba dan masuk ke balai rehabilitasi dari segi kondisi fisik, psiikologis, maupun kesehatan yang kurang begitu baik atau sehat. Berikut ini merupakan bentuk- bentuk kegiatan fisik yang diterima oleh penerima manfaat diantaranya kegiatan : 1) Pemberian makan setiap harinya Untuk kebutuhan makan para penerima manfaat, makan sehari 3 kali dalam sehari didukung gizi yang baik, dengan lauk dan sayur juga berbeda, juga disertai pencuci mulut bisa beupa buah, puding, agaragar, snack tambahan. Untuk hari Jumat balai juga menyediakan susu seusai kegiatan senam. 2) Pemeriksaan kesehatan Mengenai pemeriksaan kesehatan, ada petugas dari Puskesmas Pajang dan atau Dinas Kesehatan kota Surakarta yang datang ke Balai setiap minggunya pada haricommit Selasa.to Selain user pemeriksaan kesehatan juga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 menyampaikan materi penyuluhan kesehatan, terkhusus mengenai kesehatan organ vital atau tentang AIDS. Penerima manfaat merupakan kelompok resiko tinggi karena pada umumnya mereka tidak memiliki posisi yang kuat dalam pemakaian kondom dengan pelanggannya. Ini berarti, mereka dalam risiko yang mudah terkena HIV. 3) Olahraga/ Permainan bersama Kegiatan olah raga dilakukan pada hari Rabu dan Jumat setiap minggunya. Pada hari Rabu, biasanya melakukan jenis olah raga yang berupa permainan seperti: kasti, permainan bola kecil (kontrakol, lempar tangkap bola) dan lain-lainnya. Selain itu juga pada hari libur/sore hari saat tidak ada pembinaan, sedangkan pada hari Jumat biasanya olah raga senam bersama-sama petugas Balai dengan instruktur dari luar. 4) Pelatihan fisik (PBB) Kegiatan fisik (PBB), berupa baris berbaris, latihan kepemimpinan dilakukan rutin pada hari Sabtu pagi pukul 08.00 WIB lalu dilanjutkan materi lain pelaksana merupakan anggota Babinsa (Bintara Pembina Desa) dari Koramil Laweyan oleh Serma Maryana. 5) Dinamika kelompok Kegiatan pembinaan fisik yang dilaksanakan bersama penerima manfaat, baik kelompok kecil maupun besar yang dibimbing Sie Yanresos untuk melatih kelenturan commit to user dan keaktifan badan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 berbagai kegiatan yang menarik dan menyenangkan meskipun sederhana. Bertujuan untuk mengembangkan atau mengubah perilaku dan sikap anggota kelompok agar dapat membentuk sikap dan perilaku yang lebih dapat diterima dalam lingkungan sosial. Dalam kegiatan ini termasuk
pembentukan
pengembangan
keterampilan
sosial,
meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan hidup penerima manfaat. Hal ini bisa diisi dengan permainan yang mudah sekaligus sebagai pembelajaran penerima manfaat. Materi kegiatan bimbingan fisik ini dilaksanakan setiap minggunya selama 2 jam, yang tiap jam latihannya 45 menit. Begitu pula pemeriksaan kesehatan dan penyampaian penyuluhan kesehatan. Berdasarkan laporan kegiatan Balai RehSos “Wanita Utama”, terakhir diketahui ada 2 orang yang menderita sakit kelamin, untuk traumatis ada 4 orang dan sisanya hanya penyakit ringan seperti batuk, demam flu, dan penyakit ringan lainnya. Manfaat yang diperoleh penerima manfaat dari kegiatan bimbingan fisik adalah hidup menjadi teratur dan sehat, olahraga menjadi rutin, kondisi badan selalu diperiksa dokter. Sehingga menjadikan gaya hidup menjadi sehat dari segi makan tercukupi gizi dan vitamin, juga terhindar dari penyakit, dengan ini para
penerima manfaat akan mengerti dan paham pentingnya akan kesehatan juga gizi. Seperti dikutip dalam Jurnal Internasional bahwa memfasilitasi program pengobatan merupakan salah satu cara/ terapi untu pekerja seks komersial Stephanie Collins & Claire Nee. 2010. Journal of Sexual Aggression : Factors commit to user influencing the process of change in sex offender interventions: Therapists’
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121 experiences and perceptions. Vol. 16, No. 3. Page. 311-331 pada bab II halaman 42. Seperti dikutip juga dalam Jurnal Internasional bahwa program untuk pekerja seks komersial juga mengevaluasi efektivitas pengobatan Sandy Jung & Michael Gulayets. 2011. Journal of Sexual Aggression : Using Clinical Variables To Evaluate Treatment Effectiveness In Programmes For Sexual Offenders. Vol. 17, No. 2. Page. 166-180 pada bab sebelumnya halaman 43 Tabel IV. 12 Manfaat Pembinaan Fisik Untuk Penerima Manfaat Sebelum Makannya tidak teratur
Kegiatan
Sesudah
Pemberian jatah
Makan teratur
makanan
Manfaat Penerima
sehari 3 kali +
manfaat sehat,
snack + buah
makan teratur
(susu) Kurang paham masalah gizi
Penyuluhan tentang gizi dan
Jarang sakit Tahu dan
kesehatan
mengerti masalah gizi dan kesehatan
Kondisi fisik kurang baik ·
Pemeriksaan
Kondisi fisik
Kesehatan
baik
Sering mengeluh
Penerima manfaat tidak saki-sakitan
sakit Jarang/ tidak pernah
Tidak
periksa
Penyakit
menderita
terdeteksi dan
penyakit akut
mendapat penanganan medis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 Secara rutin diperiksa Jarang/ tidak olah
Olah raga
Rutin olah
raga
raga
Rutin berolah raga Badan sehat
Kurang keakraban
Dinamika
Menjadi kenal Saling
Kelompok
dan akrab
mengerti
b. Pembinaan Mental Kegiatan pembinaan mental salah satu bimbingan non fisik yang sangat penting dan utama sebagai pedoman awal dalam perubahan penerima manfaat. Mental memegang peranan penting dalam kehidupan sesorang, untuk merubah pola pikir atau meanshet. Penerima manfaat menyebutnya bimbingan sebagai pelajaran, pelajaran bimbingan mental terdiri dari : dinamika kelompok, bimbingan perorangan, pendidikan Pancasila (Kewarganegaraan/ Nasionalisme), pendidikan budi pekerti, serta pendidikan agama dan BTA (Baca Tulis AlQur’an). 1) Dinamika Kelompok Kegiatan dinamika kelompok selain sebagai pembinaan fisik juga merupakan pembinaan mental. Pembinaan ini diharapkan penerima manfaat tetap aktif, mampu meningkatkan semangat sesama penerima manfaat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123 2) Bimbingan perorangan Kegiatan pembinaan kepada penerima manfaat, untuk mengetahui perubahan mental dan sikap serta mengetahui kondisi yang ada dalam penerima manfaat terlebih jika terdapat masalah, bimbingan perorangan dilaksanakan oleh Sie Pekerja Sosial sebagai pembimbing. Satu pembimbing biasanya melakukan pembimbingan 5-6 orang, hal ini dilakukan untuk lebih fokus dan akurat dalam mengawasi dan mengontrol perubahan penerima manfaat. Balai juga membuat jadwal bimbingan konseling yang diberikan kepada penerima manfaat yang ingin berkonsultasi pada hari selasa dan rabu. Di lain pihak pembimbing juga harus mengetahui perubahan sehingga memiliki hak untuk memanggil sebagai penerima manfaat. 3) Pendidikan Pancasila (Kewarganegaraan/Nasionalisme) Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Babinsa Koramil Laweyan setelah materi fisik, di halaman yang dilanjutkan di aula. Penerima manfaat diberikan materi mencakup tentang pendalaman Pancasila dan sila-silanya, perjuangan kemerdekaan(Merdeka itu dicari, Pengakuan Kemerdekaan, Lahirnya Pancasila), patriotisme dan nasionalisme, memengenai hak dan kewajiban sebagai warga negara, lagu kebangsaan. Selain itu tentang sikap/perilaku yang boleh dan tidak dilakukan dalam kehidupan mulai dari individu, keluarga, masyarakat, bernegara. Hal ini dilakukan untuk memotivasi penerima manfaat dan commit to user memerdalam rasa cinta tanah air.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124 4) Pendidikan budi pekerti Kegiatan pendidikan budi pekerti juga diberikan kepada penerima manfaat, namun tidak hanya bimbingan terjadwal, namun disisipkan juga saat pembinaan materi maupun ketrampilan. Agar penerima manfaat selalu mengingat dan memahami serta melaksanakan perilaku atau kepribadian yang santun baik dari segi perkataan maupun perilaku (cara bicara, cara duduk, cara bicara, cara makan dll) 5) Pendidikan Agama dan BTA Pembinaan agama merupakan kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan dengan harapan agar penerima manfaat dapat menyadari kekeliruan yang telah diperbuatnya sehingga mau mengubah sikapnya dengan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki kesadaran untuk meninggalkan pekerjaan lamanya. Kegiatan pembinaan pendidikan agama, dilaksanakan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, agar penerima manfaat mempunyai kesadaran dan penghayatan terhadap agama, mempunyai kemampuan beribadah dengan melaksanakan ajaran-ajaran agama masing-masing, kemudian memiliki sikap yang sesuai dengan norma masyarakat, memiliki sikap tenggang rasa saling membantu sesama serta memiliki sikap bertanggung jawab, dan memiiki rasa kesopanan. Penerima manfaat dengan diajari mulai pendidikan agama dasar dan terus bertahap seperti aqidah, tentang iman, menghormati dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125 menghargai sesama ciptaan Allah, hukum Islam, thoharoh, Islam, datangnya hari kiamat, budi pekerti dan sifat-sifat manusia (Adab seorang wanita), sholat(wudhu,bacaan doa dan sholat, urutan, yang membatalkan, syarat sah), hafalan doa, pembelajaran tentang baca tulis Al-quran(tawjid) dll. Pembimbing selalu memonitoring sholat yang dikerjakan penerima manfaat di balai, jika masih ada yang malas, bolong bahkan enggan melaksanakan, pembimbing akan memberikan pembinaan yang lebih ekstra. Bagi penerima manfaat yang beragama non muslim juga setali tiga uang terdapat pembimbing agama baik dari pegawai balai maupun dari gereja sepeti materinya meliputi: iman, dosa, doa(pribadi, doa yang dijawab Tuhan), pertobatan,dan lainlainnya. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh balai, (a) Sholat berjamaah. Kegiatan ini rutin bagi penerima manfaat ini berupa sholat berjamaah yaitu Dhuhur dan Magrib dan dilanjutkan yaitu pembacaan asmaul husna. Pelaksanaan sholat berjamaah ini berlangsung di musholah balai dengan seorang imam pegawai di Balai. Tujuan sholat berjamaah ini agar warga binaan sosial mampu mendekatkan diri pada Allah SWT. Selain sholat wajib dilaksanakan secara berjamaah, terdapat satu ibadah sunah yang dilakukan penerima manfaat yaitu sholat sunah seperti tahajud. (b) Pengajian agama. Kegiatan ini merupakan aktifitas rutin yang wajib diikuti oleh seluruh penerima manfaat muslim dan dilakukan dua kali dalam satu minggu, yakni pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 hari selasa dan rabu setelah sholat dhuhur, yang di isi dari pegawai atau pembimbing serta tauziyah dari penerima manfaat sendiri. Pada kamis malam hari biasa juga diadakan pembacaan Yasin baik per kamar atau kelompok-kelompok. (c) Peringatan Hari Besar Islam. Kegiatan ini merupakan acara rutin maupun isedental yang diselenggarakan oleh pihak Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama yang dilaksanakan di Aula dan dihadiri oleh seluruh petugas, karyawan serta seluruh penerima manfaat, baik yang beraga Islam maupun non Islam. Kegiatan Peringatan Hari Besar Islam ini, seperti Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Maulid Nabi Muhammad SAW, serta Peringatan Malam Nuzulul Quran. Dalam kegiatan ini Balai mengisi kegiatan dengan acara ceramah dan lomba(Hafalan doa, Sholat, Tauziyah dan Cerdas Cermat Agama) yang berkaitan dengan peringatan hari besar yang dibawakan. (d) Bulan Ramadhan. Saat ramadhan penerima manfaat juga dimotivasi untuk berpuasa, sehabis magrib pembacaan Quran dan pelaksanaan terawih berjamaah, buka dan sahur bersama. (e) Kegiatan agama non muslim juga diadakan Balai dengan mengundang tokoh agama yang terkait. (f) Peringatan Hari Besar Nasional. Agar bertambahnya pengetahuan dan wawasan penerima manfaat sserta harapan agar terbentuknya wahana untuk pengembangan potensi diri, Balai mengadakan acara agar penerima manfaat ikut memperingati dan berpartisipasi. Seperti memperingati Hari Karini Balai mengadakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 lomba merias dan menyanggul, memasak, membuat pola dan diakhiri dengan lomba busana bersama yang dihadiri seluruh pegawai Balai. Bagi penerima manfaat pembinaan mental sederhana namun sangat penting untuk mengembalikan kondisi penerima manfaat sebagai masyarakat normatif serta menyadarkan untuk kejalan yang benar, agar tidak terjerumus lagi. Normatif disini ialah kembali dapat bersosialisasi dengan masyarakat, dan dapat diterima oleh masyarakat. Tujuan dari bimbingan ini adalah utuk membimbing dan memperbaiki mental/ psikologis penerima manfaat, meningkatkan semangat untuk tidak mudah menyerah oleh keadaan serta mampu mengangkat harkat dan martabat diri mereka sendiri kepada kehidupan yang lebih baik/ layak. Mental merupakan permasalahan paling utama dan paling sulit untuk diperbaiki dalam diri penerima manfaat. Penerima manfaat 1 menyampaikan manfaat pembinaan seperti di bawah ini : “Iya mas di sini juga dibina mas, dibina agama juga mentalnya. Iya mas kalo disini lama, juga ngrasain manfaat jadi ngerubah mental sama sikap, kenal agama juga, disini dibina mas, baca Kitab juga.” (Wawancara 23 April 2014)
Seperti dikutip dari Sri Handayani dalam “Efektivitas Program Pembinaan Eks Wanita Tuna Susila (2010:79) sebagai berikut : “Dimana mental kebanyakan mereka telah terkondisi untuk memperoleh uang dengan mudah tanpa harus bekerja keras atau secara mudahnya mereka terbiasa untuk hidup malas. Mengingat akan hal itu maka bimbingan mental teramat penting peranannya dalam mengembalikan mereka commit ke arah toyang userbenar. Secara nyata memang hasil dari bimbingan mental ini tidak mudah dilihat. Karena disamping
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128 merupakan bagian dari pribadi orang, juga setiap saat dapat berubah. Semua tergantung pada kesadaran diri pribadi yang bersangkutan. Namun demikian perubahan ini setidaknya dapat dilihat dari cara mereka berpakaian, beribadah, berbicara dan bertingkah laku”
Seperti dalam Jurnal Internasional bahwa perubahan dapat dilihat dari sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang ditulis Leam A. Craig. 2005. Journal of Sexual Aggression : ”The impact of training on attitudes towards sex offenders”. Vol. 11, No. 2, Page. 197-207 pada bab II halaman 41 Tabel IV.13 Manfaat Pembinaan Mental Untuk Penerima Manfaat Sebelum Malas melakukan kerja rutin
Kegiatan Dinamika kelompok
Sesudah Akrab
Manfaat Meningkatkan
Solidaritas
rasa
tinggi
kekeluargaan
Egois, Tidak mau
Solidaritas tinggi
berkelompok Enggan konsultasi dengan petugas
Bimbingan perorangan,
Mau berkonsultasi dengan
Masalah terungkap Mendapat saran
petugas Kurang
Lebih
terbuka(menutup
terbuka
diri dengan orang lain) Tidak/kurang
Pendidikan
Tidak
paham Pancasila/
Pancasila
paham
Kewarganegaraan
(Kewarganega-
Pancasila
raan/
commit to user
Mengerti arti Pancasila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129 Nasionalisme) Tingkah laku tidak sopan
Pendidikan
Tingkah
budi pekerti
laku sopan
Penerima manfaat
Bicara tidak sopan
Bicara sopan
mengalami
Pakaian tidak sopan
Pakaian
perubahan sikap
Memberontak
sopan Tidak
Hidup malas, bebas, dan tidak teratur
dari cara berperilaku,
memberon-
bersikap dan
tak
berbusana
Tidak lagi
Merubah pola
berprofesi
pikir penerima
sebagai PSK
manfaat
Hidup teratur Tahu etika dan sopan santun Berjilbab Jarang/ tidak pernah Pendidikan beribadah
Agama
Mau dan
beribadah
BTA Jaranng/ tidak
Mau beribadah
Quran
(shalat, puasa, mengaji)
membaca Al Quran
mengikuti kegiatan agama
pernah membaca Al
Tidak bisa
Antusias
Mau belajar membaca Al Quran commit to user
Bisa membaca Al Quran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130 c. Pembinaan Sosial Dan Kemasyarakatan Pembinaan berikutnya pembinaan sosial dan kemasyarakatan yang diberikan balai melalui pembina baik dari instansi kerjasama maupun pegawai balai memiliki tujuan untuk menjalin kerukunan serta kesadaran dalam kebersamaan hidup penerima manfaat mulai dari sejak dibalai hingga di lingkungan luar yaitu keluarga mapun masyarakat. Juga diharapkan munculnya tanggung jawab dalam peran kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Bagi penerima manfaat pembinaan sosial dan kemasyarakatan tidak kalah penting untuk mengembalikan kondisi penerima manfaat sebagai masyarakat normatif serta menyadarkan untuk kejalan yang benar, agar tidak terjerumus lagi. Normatif disini ialah kembali dapat bersosialisasi dengan masyarakat, dan dapat diterima oleh masyarakat. Pembinaan yang diberikan untuk para penerima manfat meliputi materi seperti: pendidikan kesadaran hukum, bimbingan kependudukan atau KB, bimbingan transmigrasi atau lingkungan hidup, bimbingan pencegahan HIV/ AIDS, pengetahuan kewirausahaan, kesenian dan pengetahuan tentang PKK. 1) Pendidikan kesadaran hukum Pembinaan pendidikan kesadaran hukum dilaksanakan sepekan sekali pada hari senin pagi dari petugas polisi Polsek Laweyan yang datang dengan memberikan bimbingan materi Kamtibnas kepada para penerima manfaat. Petugas yang memberikan pembinaan kesadaran hukum 2 orang yaitu Bapak Widodo dan Bapak Maryanto. Mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131 kehidupan yang telah diatur dalam perundang-undangan, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Bertujuan menanamkan tanggung jawab dan kewajiban para penerima manfaat sebagai Warga Negara Indonesia yang baik. 2) Bimbingan kependudukan atau KB Kegiatan pembinaan kepada penerima manfaat, untuk mengetahui tentang kependudukan (pengantar kependudukan), tentang KB (apa itu KB, tujuan dari KB, jenis KB dan cara penggunaan KB). Pembina dari luar maupun dari pegawai yang menguasai materi. 3) Bimbingan Pencegahan AIDS Kegiatan pembinaan bimbingan pencegahan AIDS yang diberikan penerima manfaat supaya mengetahui tentang AIDS memiliki kesadaran bagaimana resiko atau akibat jika terserang penyakit ini, karena dengan pekerjaan seks komersial itu sendiri bergonta ganti pasangan, tidak memakai kondom, kebersihan yang kurang, tak pernah memeriksakan kesehatan kelamin rentan seorang penerima manfaat terserang penyakit ini. Untuk itu selain materi juga dilakukan pengecekan kesehatan, test darah. 4) Bimbingan Kewirausahaan Kegiatan pendidikan kewirausahaan diberikan untuk memotivasi penerima manfaat agar nanti dapat meningkatkan kemampuan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132 berusaha sendiri dan mampu mengelola usaha dengan bakat pekerjaan yang penerima manfaat terima selama di balai sesuai ketrampilan masing-masing
5) Pendidikan Pengetahuan PKK Kegiatan pembinaan, ini juga diberikan kepada penerima manfaat oleh pegawai disisipkan saat pembinaan maupun pembina dari luar, materi ini juga diberikan oleh Serma Maryana selaku anggota Babinsa Koramil Laweyan. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) meliputi apa pengertian laksana rumah tangga, praktek memasak, sumber-sumber pendapatan dalam rumah tangga, apa tugas-tugas seorang wanita, bagaimana menata rumah tangga. Pembinaan sosial dan kemasyarakatan memberikan penerima manfaat sebagai penerima manfaat kesadaran bahwa hidup bermasyarakat harus dapat menyesuaikan diri dan tidak boleh tersinggung karena adanya interaksi dan komunikasi dengan orang lain yang juga tentunya pola pikir yang berbeda. Penerima manfaat pun menyadari bahwa dirinya tersebut telah mendapat kesan yang negatif dari masyarakat atau cap. Penerima manfaat 3 menyampaikan bahwa penyampaian materi kesadaran hukum oleh Kamtibmas mengenai suatu peraturan dan sanksi bagi wanita berprofesi PSK namun beranggapan tidak ada manfaat sebagai berikut : “Ya emang mas diandan-andani mas tentang aturan, hukum ngunu tapi ndak ada manfaate. Ya kalo jadi PSK i, ada hukume soalnya dilarang ada Perda, UU. Ra gagas mas.”(2 Mei 2014) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133 Sependapat dengan penerima manfaat 7 juga menyatakan bahwa pembinaan Kamtibmas memberi tahukan tentang adanya peraturan dan sanksi bagi profesi pekerja seks komersial, namun kurang memahami manfaat yang didapat. Seperti yang disampaikan seperti ini “Manfaatnya apa ya? Ya cuma tentang itu kamu itu PSK itu dilarang agama yo negara negara yo ra seneng digawe aturan UU do ra dadi PSK nek dadi PSK hukume ini ini gitu kak ya cuma tentang PSK dilarang kak nek ada hukumane gitu.”( 7 Mei 2014) Penerima manfaat 4 menyampaikan penuturan dalam secarik kertas seperti di sini dulu mencerna hidup di sini biar merasakan hidup digembleng caracara hidup yang benar.(10 Mei 2014). Penerapan kedisiplinan dan keaktifan penerima manfaat dibalai mengenai tugas dan tanggung jawab atau kewajibannya, dalam mengikuti kegiatan pembinaan atau pelajaran telah terlaksana dengan baik, tetapi tidak menututup kenyataan bahwa masih ada beberapa penerima manfaat yang diingatkann bahkan masih harus dipaksa, dalam mengikuti pelajaran dalam kelas. Berbagai tindakan dan alasan yang muncul dari penerima manfaat, saat enggan mengikuti pembinaan, seperti : piket dapur/masak, mengunci di kamar mandi, sembunyi di bawah ranjang, sakit, tidak suka dengan pembinanya, materinya bikin ngantuk, bosen.
to user Tabel IV.14 Manfaat Pembinaancommit Sosial dan Kemasyarakatan Penerima Manfaat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134 Sebelum Tidak memahami
Kegiatan
Sesudah
Pendidikan
Mengetahui
aturan hukum yang
kesadaran
hukum yang
ada
hukum
ada dan
Manfaat Menganggap tidak bermanfaat
sanksinya Kurang memahami manfaat Tidak mengetahui
Bimbingan
Mau
Memahami dan
tentang pentingnya
kependudukan
berkonsulta-
ada rasa
kontrasepsi
atau KB
si dengan
kesadaran
petugas
menggunakan alat kontrasepsi
Mengetahui fungsi kontrasepsi Tidak memahami
cara berusaha
Bimbingan
Mengerti
Penerima
Kewirausaha-
cara
manfaat mampu
an
berusaha
merancang usaha yang diinginkan
Tidak mengerti cara
Mengerti
mengelola usaha
Tidak mengerti
cara
mengelola
mengelola
pelaksanaan dan
usaha
hasil usaha
Pendidikan
Memahami
tugas mendalam
Pengetahuan
hak dan
manfaat mampu
wanita
PKK
kewajiban
beradaptasi,
wanita
berinteraksi dan
Tidak memahami pelaksanaan dalam
Mampu
Mampu commit to usermelaksana-
Penerima
menjalankan peran sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135 keluarga
Tidak memahami
Bimbingan
kan peran di
wanita dalam
keluarga
keluarga
Memiliki
Penerima
bahaya penyakit
Pencegahan
kesadaran
manfaat
AIDS
AIDS
resiko atau
mengurangi/
akibat jika
tidak lagi
terserang
berprofesi PSK
penyakit Menggunakan pelindung d. Bimbingan Ketrampilan Bimbingan
ketrampilan
yang
diberikan
balai
bertujuan
untuk
memberikan penerima manfaat bekal pengetahuan dan ketrampilan, keahlian, bakat yang dimiliki, sehingga setelah lulus dari rehabilitasi mereka dapat menyalurkan ketrampilan bakat keahlian yang mereka miliki dan agar nantinya dapat bekerja atau berwirausaha hidup mandiri membuka usaha sendri bahkan menjadi modal untuk mencari pekerjaan. Sehingga pada akhirnya meninggalkan pekerjaan mereka dulu sebagai psk. Bimbingan ketrampilan pokok terdapat 3 kelas diberikan meliputi: menjahit, memasak, tata boga, salon/ tata kecantikan. Tak hanya itu juga terdapat ketrampilan tangan atau ketrampilan penunjang seperti membatik, menyulam, membordir, mengktistik, rias penganten, potong rambut, mandi lulur,dan home industri. 1) Ketrampilan Menjahit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136 Pembinaan ketrampilan atau pelajaran menjahit dibimbing oleh Ibu Retnowati. Ibu Retnowati pembimbing materi pelajaran menjahit dibalai sudah selama 3-4 tahun. Ketrampilan menjahit dilakukan 2 kali sepekan yaitu selasa dan kamis. Pelajaran menjahit terdapat 3 tahap seperti dasar, terampil dan mahir. Tahap dasar meliputi pengetahuan dasar mesin dan cara-cara menjahit, evaluasi dasar menjahit, pengambilan ukuran pakaian, macam-macam ukuran, menggambar pola dasar wanita, menggambar macam-macam lengan dan kerah. Tahap ke 2 terampil meliputi menggambar pola rok dan celana, mendesain pakaian wanita, bagaimana cara membuat baju, bagaimana cara untuk membordir. Tahap ke 3 meliputi menggambar pola blus, blazer, memotong pola batik,
membuat baju batik, menjahit rompi, dan lain-lain. (Disimpulkan dari wawancara Bu Retno 2 April 2014) Penerima manfaat yang kurang terampil menjadi lebih mahir seperti yang diutarakan bahwa dia sudah bisa tetapi lebih mahir terutama menggunakan mesin jahit (dynamo) saat dibalai. (Disimpulkan wawancara penerima manfaat 20 tanggal 8 Mei 2014) 2) Bimbingan Keterampilan Salon Kegiatan ketrampilan salon kepada penerima manfaat, dibimbing oleh Ibu bersaudara Titik dan Ibu Ninik dari GOW (Gerakan Organisasi Wanita), telah membimbing kurang lebih 3 tahun, keduanya kadang secara bersama atau secara bergantian. Tidak hanya dari luar, commit to user pembina juga dari dalam Sie Yanrehsos Ibu Endang sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137 pembimbing rias manten. Ketrampilan salon ini dilakukan juga sepekan 2 kali yaitu selasa dan kamis. Ketrampilan salon dilaksanakan juga secara bertahap meliputi teori dasar, praktek dasar, praktek terampil. Teori dasar diberikan untuk mengetahui tentang etika kepada pelanggan, apa yang dan tidak boleh dilakukan dalam salon, cara menyimpan perlengkapan, cara merawat alat agar awet. Praktek dasar seperti parting hair (pembagian rambut), rol rambut, masker muka. Praktek terampil meliputi memotong rambut, menyanggul (jawa & modern), menyemir rambut, facial & message wajah, mengkriting rambut & mencatok, creambath, make up (soft, pesta, manten) (Disimpulkan wawancara dari Ibu Titik 29 April 2014)
3) Bimbingan Ketrampilan Memasak /Tata Boga Kegiatan pembinaan ketrampilan memasak atau tata boga diberikan sepekan 2-3 kali yaitu selasa dan kamis, ditambah hari senin. Ketrampilan memasak / tata boga dibimbing Ibu Sugiyati, beliau menjadi pembimbing sudah 4 tahun. Ketrampilan boga dibentuk menjadi 3- 4 kelompok, 1 kelompok membuat masakan yang berbeda. Ketrampilan memasak juga memiliki tahap sebelum praktek memasak, tahap pertama tahap dasar yang meliputi pembagian jenis masakan(kue, sayur, minuman), cara pembuatan, nama alat dan fungsinya, cara pengolahan yang tepat, tahap kedua mengetahui resep masakan (bahan yang
dipilih)
kepembimbing.
lalu
masakan
dan
commit to user
bahan
diusulkan/diajukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138 Untuk jenis keterampilan memasak yang diberikan ada beberapa jenis praktek membuat makanan dengan berbagai olahan mulai dari a) berbahan nasi seperti nasi kuning, nasi goreng yang dimodifikasi, arem-arem dll
b) berbahan ketan seperti lemper, semar mendem, klepon, c) berbagai olahan pisang seperti
nagasari, carang gesing, pisang
goreng yang dimodifikasi d) berbagai jenis masakan dari singkong/ ubi ungu seperti agar-agar ubi, pudding, klenyem, prol tape. e) berbagai olahan dari kentang donat, korket, kentang f) berrbagai olahan ayam : ayam kremes, ayam crispy, ayam bumbu balado, ayam yang dimasak dengan berbagai bumbu. g) berbagai macam pepes; berbagai sayur h) berbagai makanan lain bothok, nangkring, putu ayu, tahu broseri, misoa mahkota, stick cumi-cumi, peyek kacang, peyek teri, martabak, tahu telur, tahu bakso, lapis, bolu zebra, sossis, lumpia,
bolu sakura, cake roti tawar, dan lain-lainnya. i) Praktek membuat minuman : jus, es dawet, wedang ronde, es pisang ijo, es kopyor, es degan, es telasih dan lain-lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139 Penerima manfaat 7 mengungkapkan manfaat pembinaan dan pelatihan dibalai sebagai berikut : “Pelatihan di sini manfaatnya banyak kak, aku dapat banyak ilmu, banyak teman diajari disiplin saya juga jadi banyak ngerti masakan.”(Wawancara 7 Mei 2014) 4) Ketrampilan Penunjang Selain 3 ketrampilan pokok di atas yaitu tata busana, tata boga dan tata kecantikan atau salon ada juga materi lain ketrampilan – ketrampilan penunjang yang dihasilkan penerima manfaat sebagai hasil karya yang juga memiliki nilai jual antara lain : a) Ikat Celup Materi ketrampilan yang diberikan untuk penerima manfaat sekaligus mengisi waktu luang dan sebagai penghasilan penerima manfaat. Penerima manfaat diberikan materi cara mengikat dengan berbagai motif (love, lingkaran, kerut, dan tarik kerut dan motif lain), cara pewarnaan dengan celup dan memadukan warna yang diinginkan. Bahan yang diikat kain dengan berbagai jenis, berbagai ukuran, ada kain untuk jilbab dan atau kain yang sudah berwarna, bahkan semakin muncul kreatifitas dalam diri penerima manfaat, bahkan mukenah, taplak, gorden yang semula biasa barang biasa menjadi berbeda tampilan dan bukan hanya tampilan tapi juga dari harga. Pengikatan dilakukan penerima manfaat di sore hari atau di saat waktu luang dengan duduk commit to user berkelompok sambil mengobrol,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140 bahkan sebagai teman tidur. Pewarnaan celup dilakukan 2 kali hari rabu dan sabtu(setelah bimbingan). Hasil karya ikat celup dipamerkan di Paragon menjadi daya tertarik tersendiri karena keaslian dan karya tidak ada yang sama persis satu sama lain. Hasil juga dipamerkan melalui otlet. Pembimbing Ibu Sugiyanti selaku Sie Yanresos, pengikatan dan pencelupan tidak semata-mata mengikat dan mencelup pembimbing juga mengontrol dan mengawasi. Beberapa penerima manfaat bahkan mahir dari pengikatan hingga proses pewarnaan, salah satunya meskipun memiliki keterbatasan tuna wicara. Seperti ketrampilan salah seorang penerima manfaat dibalik kekurangannya memiliki kelebihan dibidang ketrampilan ikat celup, seperti yang diakui Penerima Manfaat 19 dan Penerima Manfaat 11 bahwa Penerima Manfaat 23 (Gangguan Bicara & Pendengaran) tentang keahlihan dalam ketrampilan tersebut. “Jago ikat celup mas, karyanya banyak disukai. Pinginya pulang nanti nikah bikin celup katanya makasih mas gitu tapi paling suka ikat celup soalnya ndak bisa ngomong jadi lbih suka ikat celup paling sulit itu bikin pola suruh nyoba mas Katanya itu yang bikin dia mas motifnya. Kalo bikin love gitu bikin lingkaran mas”(Wawancara 10 Mei 2014) b) Memayet Penerima manfaat juga diberikan ketrampilan memayet. Materi diberikan cara memasang payet dan membentuk pola payet agar commit to user menarik. Jarum yang menari – nari di jari lentik dengan piawai dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 cekatan di sore hari sambil duduk santai berkumpul sesame penerima manfaat. c) Menyulam Para penerima manfaat diberi materi yaitu teori, dasar menyulam, serta bagaimana prakteknya, berbagai macam tusuk untuk hiasan sulam. Misal menyulam taplak meja. d) Bordir Pengenalan tentang alat bordir, berbeda dengan alat jahit. Dengan membuat
dasar-
dasar
untuk
membordir
dan
bagaimana
membordir. e) Ketrampilan tangan Penerima manfaat memiliki kreatifitas ketrampilan mengagumkan yang terpendam di luar materi yang diberikan, butuh motivasi agar mau mengeluarkan bakat mereka, bahkan barang sisa mampu dirubah menjadi sebuah karya. Penerima manfaat di balai mampu membuat karya dari kain sisa/perca seperti bandana, membuat tas, bros bunga dari kain. Materi membuat dompet dari benang nilon, bagaimana memasang dasi, membuat alas gelas atau tatakan, membuat keset, membuat tas dari benang filame. f) Membatik Teori yang diberikan yang pertama, apa batik itu istilah- istilah commit to user batik dan macam- macamnya. Dari membuat pola bunga, peralatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142 apa saja untuk membatik, dari bahan yang diperlukan, pencelupan warna dasar. g) Rias pengantin Setelah penerima manfaat diberikan pelajaran tentang make up, facial. Rias penganten disini juga diberikan materi. Teori apa yang diketahui tentang rias penganten, melalui teori dan praktek menggambar paes penganten dilanjutkan dengan merias wajah pengantin, dan terakhir menyanggul rambut. Contoh penerima manfaat membuat makanan biasanya dititipkan dikantin dan warung depan balai dan kadang dibeli oleh pegawai dan staf balai. Bimbingan ketrampilan ini telah memberikan banyak manfaat bagi penerima manfaat. Pada umumnya para penerima manfaat menguasai keterampilan yang diberikan, walaupun tidak maksimal, namun sedikitnya penerima manfaat telah memahami dan menguasai keterampilan tersebut untuk dimanfaatkan kelak di masyarakat. Penulis selama kurang lebih 3 bulan dibalai berpendapat bahwa program yang diberikan oleh balai juga sangat bermanfaat. Para penerima manfaat mengerjakan ketrampilan yang mereka kuasai dan mereka pilih. Dari bimbingan menjahit. Penulis melihat penerima manfaat memperlihatkan hasil karya mereka bagus. Meraka yang notabenenya bukan seorang penjahit, setelah dibalai dididik dibina mereka mampu dan bisa membuat baju, membuat pola, menyulam. Dan itu baru sebagian kecil. Di ruang tata kecantikan penulis mengamati para penerima commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143 manfaat. meraka tahu dan paham bagaimana cara merias diri. Serta fokus terhadap materi yang diberikan oleh instruktur bagi penerima manfaat diterima dengan baik. mereka bisa memotong rambut, mengcreambath rambut, luluran, mengkriting rambut dan menyanggul. Di ruang tata boga penulis melihat para penerima manfaat dan satu pembimbing yang mengajarkan cara memasak yang benar. Penulis selama kurang lebih 3 bulan, tidak hanya sekali ikut serta dalam pelatihan memasak, berbagai masakan penulis juga melihat mulai dari proses pembuatan hingga menjual rasanya pun lumayan dan pas dalam tiap masakan yang dibuat. Selesai masak mereka menjual jajanan mereka kekantin, kekantor balai, depan kantor, serta kantin terdekat. Hasil yang mereka masak dikasihkan ke ibu pembimbing yang mengurusi. Penerima Manfaat yang hampir selesai megikuti bimbingan ketrampilan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta melaksanakan kegiatan Praktek Belajar Kerja (PBK) sesuai dengan jenis ketrampilan yang ditekuni penerima manfaat secara mandiri. Penerima manfaat dianggap memahami serta menguasai ketrampilan yang diberikan oleh balai rehabilitasi “Wanita Utama” Surakarta. Para penerima manfaat akan melakukan praktek belajar kerja (PBK ). PBK dilaksanakan dengan kerja sama instansi dengan sistem magang. Praktek Belajar Kerja (PBK)
dengan mitra kerja antara lain: -
Catering Nadia, Workshop dan Sop Pak Komo.
-
Jenang Ayu.
-
Salon Wantama.
-
Outlet Balai Resos “Wanita Utama” Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144 -
Konveksi Remaja
-
WU Collection
Tabel IV.15 Manfaat Pembinaan Ketrampilan Untuk Penerima Manfaat Sebelum
Kegiatan
Tidak mengetahui
Ketrampilan
ketrampilan
Menjahit
menjahit
Sesudah
Manfaat
Bisa menjahit
sama
Penerima manfaat memiliki
sekali,
ketrampilan menjahit sebagai modal berusaha
Tidak mahir,
Kurang terampil
Terampil, dapat menjahit, membuat pola, membordir dan
lain-
lain.
Belum paham dan
Bimbingan
dan
mengerti tentang
Keterampilan
terampil
manfaat
Salon
Salon
dalam
memiliki
pekerjaan
ketrampilan
salon
salon sebagai
Bisa
Penerima
modal berusaha
Belum terampil
Mengerti
tentang salon dan
dan
kecantikan wajah
praktek commit to user
bisa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145
Sama sekali tidak
Bimbingan
bisa memasak
Ketrampilan
Bisa
memasak
Tidak
Penerima manfaat
Memasak
memiliki
/Tata Boga
ketrampilan
sedikit
memasak
Bisa
menguasai
dan tidak mampu
Lebih
memasak
terampil
sebagai modal
dalam
berusaha dan
memasak
mampu
Mampu
mengembangkan
berkreasi dengan berbagai menu
Tidak memiliki ketrampilan
Tidak mampu berkreasi
Ketrampilan Penunjang
Dapat membuat
manfaat dapat
ketrampilan
mengembangkan
dari
ketrampilan yang
berbagai hal
dimiliki
Mampu memanfaatkan sisa kain menjadi karya yang bernilai
Tidak dapat
Penerima
Mampu
mengembangkan
menghasil-
ketrampilan
kan karya commit to userikat celup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146 d. Resosialisasi Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta setelah melaksanakan segala pembinaan dan pelatihan, selanjutnya melaksanakan kegiatan yang disebut resosialisasi. Kegiatan ini dilaksanakan setelah 5 atau 6 bulan menjelang kelulusan penerima manfaat. Resosialisasi yaitu mempersiapkan penerima manfaat agar dapat berinteraksi penuh dalam kehidupan masyarakat secara normatif, serta mempersiapkan
masyarakat
khususnya
lingkungan
asal
daerah
penerima manfaat atau lingkungan masyarakat di lokasi kerja agar mereka dapat menerima, memperlakukan serta membantu penerima manfaat untuk berintegrasi dalam kehidupan masyarakat, yang meliputi: a) Bimbingan kesiapan dan peran masyarakat. Kegiatan diarahkan kepada kelompok masyarakat yang akan menerima kembali Penerima Manfaat yang telah selesai mengikuti bimbingan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta, agar mau dan mampu membantu Penerima Manfaat kembali ke masyarakat. b) Bimbingan sosial dan hidup bermasyarakat. Merupakan kegiatan bimbingan yang ditujukan agar Penerima Manfaat mengetahui, memahami, menghayati dan melakukan norma-norma yangcommit berlakutodiuser masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147 c) Bimbingan bantuan stimulan usaha produktif. Yaitu memberikan bantuan stimulan berupa paket modal kerja bagi Penerima
Manfaat
sehingga
mereka
dapat
bekerja
atau
berwirausaha sesuai ketrampilan yang dimiliki. d) Bimbingan usaha atau Kerja produktif. Memberikan
bimbingan
berupa
pengetahuan
tentang
kewirausahaan, kelompok usaha, manajemen pengelolaan usaha, pemasaran maupun magang di perusahaan sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki sehingga mereka mampu menjalankan usaha/ kerja produktif. Kegiatan selanjutnya yang balai lakukan yaitu penyaluran. Penyaluran yaitu kegiatan mengembalikan atau menyalurkan penerima manfaat yang telah selesai mengikuti bimbingan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta. Kepada keluarga sah, dinikahkan dan penyaluran ke dunia usaha atau perusahaan serta berwirausaha atau mandiri dengan diberikan paket modal kerja atau usaha. e. Pembinaan Lanjut Adalah kegiatan yang diarahkan agar eks Penerima Manfaat maupun masyarakat
di
lingkungannya
dapat
lebih
memantapkan
dan
mengembangkan usahanya, yang meliputi: a) Bimbingan peningkatan kehidupan bermasyarakat dan peran serta commit to user dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148 Bimbingan kegiatan yang diberikan kepada eks Penerima Manfaat agar mereka lebih mantap dalam tata kehidupan dan peran serta dalam pembangunan di tengah-tengah masyarakat. Bentuk kegiatan diantaranya adalah: Pendapingan, Pelatihan bimbingan sosial eks Penerima Manfaat, Praktek Belajar Kerja (PBK) lanjutan, Diklat menjahit lanjutan, Diklat tata boga lanjutan dan Diklat salon lanjutan. b) Bantuan Pengembangan Usaha atau Kerja. Merupakan pemberian bantuan pada eks Penerima Manfaat berupa peralatan maupun peningkatan ketrampilan, sehingga usahanya dapat lebih berkembang. Kegiatannya dapat berupa: Pemantapan pelatihan bimbingan ketrampilan bagi eks Penerima Manfaat dan pemberian paket modal seperti peralatan menjahit, peralatan salon dan peralatan tata boga. c) Bimbingan Pemantapan Usaha/ Kerja Kegiatan
bimbinan
agar
eks
Penerima
Manfaat
dapat
mengembangkan jenis usahanya maupun jumlah penghasilannya. Kegiatan berupa Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Usaha Ekonomi Produktif(UEP). Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama dalam kegiatan binjut atau bimbingan lanjut juga melaksanakan kegiatan untuk mendukung kegiatan rehabilitasi seperti evaluasi, rujukan, dan terminasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149 a) Evaluasi Merupakan
kegiatan
yang
dilaksanakan
untuk
mengetahui
perkembangan dan kemajuan yang dialami Penerima Manfaat, serta apakah rencana yang telah dirumuskan dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan. b) Rujukan Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan dan penanganan permasalahan Penerima Manfaat lebih lanjut, baik dalam lingkup internal Balai maupun ke Instansi lain. c) Terminasi Merupakan suatu kegiatan atau tindakan pengakhiran atau pemutusan secara resmi dalam proses pemberian bantuan pemecahan masalah bagi penerima manfaat yang dinilai sudah berhasil/ mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Sumber : Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Tahun 2014
Seperti penuturan menurut Ibu Ninik selaku pembimbing atau Sie Peksos sebagai berikut : “Penyaluran itu bagaimana mbak-mbak bisa kembali hidup di masyarakat tapi dengan meninggalkan pekerjaan lamanya, jadi diserahkan ke keluaga atau dicarikan pekerjaan sesuai bakat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150 “Sedangkan Binjut, memonitoring mbak-mbak yang sudah keluar, jadi kita tidak terus melepas begitu saja. Kita bisa panggil yang berhasil sebagai motivator yang lain.”(Wawancara 22 April 2014)
2. Efektivitas Pembinaan dan Pelatihan di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Untuk mengetahui efektif tidaknya program pembinaan dan pelatihan pekerja seks komersial melalui di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta, penilaian efektivitas pembinaan dan pelatihan ada 2 yaitu proses dan sistem. a. Efektivitas pembinaan dan pelatihan rehabilitasi sosial menurut proses Efektivitas pembinaan dan pelatihan rehabilitasi sosial menurut proses menggunakan indikator sebagai berikut reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil 1.) Reaksi Reaksi ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Reaksi ini juga mencakup emosi yang timbul karena hal yang kurang mengenakkan ataupun yang mengenakkan sehingga akan timbul 2 perilaku yaitu menerima atau menolak. Balai Rehabilitasi memberikan pembinaan dan pelatihan kepada penerima manfaat diharapkan memiliki reaksi yang positif mampu dalam berinteraksi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151 komunikasi, selain itu reaksi terhadap keaktifan dalam mengikuti segala kegiatan yang ada dibalai serta mematuhi aturan yang berlaku. Pihak Balai tidak menganggap para pekerja seks komersial itu sebagai seseorang yang harus dihukum karena dulunya melakukan kesalahan, tetapi justru mereka “merangkul” para pekerja seks komersial untuk berubah baik, yang digunakan oleh Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” dalam membina para bersifat kekeluargaan. Bentuk-bentuk komunikasi antara lain dengan pendekataan persuasif terhadap setiap penerima manfaat, dengan menganggap para penerima manfaat seperti keluarga. Ini berguna untuk memotivasi mereka untuk serius mengikuti berbagai bimbingan. selain itu agar terjalin keterbukaan pada setiap penerima manfaat. Keterbukaan itu di wujudkan antara lain adanya diskusi-diskusi, pemberitahuan/ laporan tes pelatihan yang diberitahukan kepada penerima manfaat. Sehingga apabila ada yang merasa kurang paham dapat bertanya Dari berbagai penuturan-penuturan tersebut dapat disimpulkan komunikasi yang Balai Rehabilitasi Sosial lakukan cukup efektif. Reaksi penerima manfaat salah satunya terlihat dari mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat, bertingkah laku dan bersikap wajar sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku seperti :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152 a.) Reaksi dengan sesama penerima manfaat Interaksi dan proses adaptasi diantara sesama penerima manfaat, rata-rata penerima manfaat tidak mengalami kesulitan, sebab penerima manfaat dalam satu lokasi yang sama, yaitu di asrama BaRehSos “ Wanita Utama” Surakarta. Meskipun dalam pembagian kamar
dan
pelaksanakan
keterampilan
mereka
dikelompok-
kelompokkan tetapi mereka tetap akrab. Sebab kemampuan bergaul mereka cukup tinggi. Oleh karena itu mereka sudah mengenal satu sama lain dan terbiasa berinteraksi. Apalagi hampir seluruh kegiatankegiatan pembinaanpun dilakukan bersama-sama, namu kadang terjadi gaping antar penerima manfaat yang memiliki kesamaan seperti kamar, daerah asal dan usia Seperti yang diungkapkan penerima manfaat 4 mengatakan sebagai berikut : “berantem pernah mas, saya kan ndak suka kalo Cuma perang mulut tak tampar nu, tapi dipisah mas terus dinasehatin Pak Darmaji sama temen-temen juga di sini semua sama akhirnya sekarang berubah mas, saya lebih milih minggir kalo ndak suka mas jadi saya pilih menyendiri.”(Wawancara 21 April 2014)
Penerima manfaat bernama 7 mengatakan tentang keakraban sesame penerima manfaat sebagai berikut : “...di sini saling ngerti dan bantu kak. Di sini kompak kak, ya kalo masalah sesama ya pasti ada kak biasanya ditemukan kk yang berantem terus suruh maafan.” Tapi kalo pulang 1 itu yo sedih mas, do tangisan mas, sedih yoancommit mas udah lama kenal mas.”(Wawancara 7 Mei to user 2014)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153 Beberapa kasus memang pernah terjadi salah seorang penerima manfaat berselisih paham dengan penerima manfaat lainnya. Namun demikian hal tersebut sangat jarang terjadi, kalaupun terjadi pihak BaRehSos dan penerima manfaat lainnya tidak bakal berdiam diri. Mereka selalu mengingatkan antara satu dengan yang lainnya. Keakraban dan kekompakan lebih dalam terjadi juga suasana haru saat salah seorang penerima manfaat harus meninggalkan balai, karena telah lulus. b.) Reaksi dengan balai Berkaitan dengan interaksi antara penerima manfaat dengan para petugas pada saat program berjalan dapat dikatakan sangat memuaskan. Meskipun pada saat pertama kali penerima manfaat datang, para penerima manfaat sering marah-marah dan memaki-maki pegawai, penerima manfaat tidak terima karena dibalai terdapat aturan tata tertib yang harus ditaati dan dilaksanaan, sehingga merasa diatur, diawasi dan tidak bebas. Penerima manfaat 15 menuturkan tentang interaksi dengan pegawai sebagai berikut : “Pegawai sini baik mas enak mas, iya emang tegas disiplin galak, tau sendiri klo ndak digalakin itu ya nakale kumat mas. Tapi dulu saya takut mas sama pegawai mas terus sering omong-omong jadi akrab terus dekat mas, jadikan ada jadwal konseling itu kita bisa curhat mas, kita di sini seneng mas digatheke “.....aslinya pegawai sini itu baik mas, sabar ngadepin kita peduli sama kita tapi kan kita itu istilahe orang jalanan wong ndalan jadi commit to user susah diatur mas.”(Wawancara 10 Mei 2014)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154 Petugas perpustakaan keliling Pak Tri mengungkapkan interaksi penerima manfaat sebagai berikut : “Seneng mas kalo yang dating baca, pinjem banyak i kita senang, apa ya jadi yang pertama brati mereka termotivasi mas, ke dua kita itu ndak asing jadi akrab mas....kita ke sini mereka datang itu seneng mas disambut ug mas.”(Wawancara 14 Mei 2014)
Bu Sarmi selaku pegawai penyantunan menuturkan interaksi yang dibangun penerima manfaat sebagai berikut : “Kita tugasnya motivasi mas, pelan-pelan mas support kita adakan interaksi, komunikasi mas, agar terbuka mas kita pegawai berusaha akrab juga mas ikut kegiatan misale senam bareng itu.”(Wawancara 20 Mei 2014)
Peristiwa penolakan tadi terjadi ketika pertama penerima manfaat datang, tetapi setelah lama mereka bergaul dengan pegawai mereka bahkan menganggap para petugas seperti keluarga sendiri. Hal ini terlihat penulis sendiri ketika seorang penerima manfaat dengan manjanya meminta perlengkapan kebutuhan sehari-hari yang telah waktunya 1 bulan juga keperluan wanita kepada Ibu Sarmi. dan terakhir penulis lihat sendiri ketika mereka dilepas dari BarehSos untuk dikembalikan ke daerah masing-masing. Reaksi terhadap balai dilihat melalui proses interaksi dan adaptasi penerima manfaat dengan pegawai/ pembimbing, hal tersebut tidak terlalu banyak kendala dan berjalan sesuai harapan, meskipun membutuhkan waktu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155 c.) Reaksi dengan masyarakat Sementara itu berkaitan dengan reaksi dengan masyarakat sekitar baik pada saat program berjalan maupun pasca program nampaknya kurang memuaskan. Sebagian masyarakat terlanjur memiliki pola pikir negatif kepada penerima manfaat sebagai sampah masyarakat, akibatnya beberapa penerima manfaat enggan dan memilih untuk tidak berinteraksi dan beradaptasi dengan mereka. Terutama masyarakat di sekitar tempat tinggal atau masyarakat luas terkadang kurang menerima dan mencibir. Penerima manfaat antara dengan masyarakat sekitar terjadi kekurangakraban, memang cukup beralasan, di samping penerima manfaat jarang keluar dari Balai, tidak tahu dan tidak kenal dengan masyarakat sekitar Balai. Selain itu masyarakat sudah terlanjur melekatkan asumsi negatif pada mereka meskipun sebenarnya mereka telah berusaha besar untuk terbebas dari hal negatif tersebut. Disamping itu ada peraturan yang tidak memperbolehkan setiap penerima
manfaat
keluar
masuk
balai
dengan
sesukanya.
Ketidakbebasan para penerima manfaat untuk keluar masuk balai ini didasarkan pada pengalaman yang pernah bahkan sering terjadi bahwa mereka yang meminta ijin untuk keluar (seringnya alasan untuk belanja atau membeli makanan) sering menggunakan kesempatan ijin yang diberikan untuk meninggalakan Balai dan tidak kembali lagi commit toterutama user (kabur). Kejadian tersebut terjadi pada awal masa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
156 rehabilitasi, untuk itu Balai memberikan pengawasan yang sangat ketat terhadap penerima manfaat yang ingin minta ijin keluar Balai. Untuk mengatasi kesulitan penerima manfaat mengadakan hubungan interaksi dengan masyarakat sekitar, dilakukan beberapa kegiatan sebagai usaha melakukan resosialisasi oleh BaRehSos, misalnya dengan mengadakan, tarawih bersama, kuliah subuh bersama, dan buka bersama. Selain itu juga pembimbing, mengajak bergantian
penerima
manfaat
untuk
berbelanja
kelengkapan
ketrampilan memasak, tetapi tentunya yang dipercaya dan dengan pengawasan. Tidak hanya itu untuk interaksi dan adaptasi diberikan kesempatan yang disebut resosialisasi. d.) Reaksi dengan keluarga Interaksi dan adaptasi dengan keluarga penerima manfaat, melalui mediasi balai. Untuk mengatasi kesulitan penerima manfaat pendekatan dengan keluarga, mempertemukan penerima manfaat balai memberikan pengertian bahwa keluarga yang dibina bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Memberi tahukan dengan pihak keluarga, agar dalam keluarga saling terbuka, saling bicara mengobrol, saling memotivasi dan memberikan perhatian. 2.) Pembelajaran Efektivitas pembelajaran dinilai dari keberhasilan pemberian materi dapat apabila penerima manfaat mampu memahami, menguasai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157 dan memanfaatkan keterampilan yang diperoleh. Kemampuan minimal untuk dirinya sendiri saat masih dibalai, lebih jauh untuk kehidupan penerima manfaat di masyarakat. Menurut pengamatan penulis materi bimbingan keterampilan ini
lebih
diminati,
mudah
diterima
oleh
penerima
manfaat,
dibandingkan dengan bimbingan fisik terlebih bimbingan yang sifatnya teori. Penerima manfaat lebih tertarik, karena bisa langsung mempraktekkan ilmunya, misalnya memilih masak bisa masak dan menambah jenis masakan; penerima manfaat yang memilih ketrampilan jahit bisa jahit, yang sudah menjadi lebih terampil; dalam ketrampilan salon bisa memiliki ketrampilan di bidang salon. Penerima manfaat biasanya senang kalau sudah mempraktekkanya serta dilihat dari produk hasilnya. Penerima manfaat juga termotivasi saat hasil karya (ketrampilan
penunjang)
bisa
dipromosikan,
dipublikasikan
menjadikannya untuk lebih mengeluarkan ide kreatifnya. Karya penerima manfaat disini berbagai macam, kini yang dikembangkan seperti hasil memayet dan ikat celup, hasil ikat celup dipamerkan di Paragon saat festival motif batik. Ikat celup pun jadi daya tarik sendiri pengunjung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158 Seperti penerima manfaat 4 menceritakan manfaat berada dibalai sebagai berikut : “Dulu saya ndak bisa jahit mas, sekarang bisa. Saya dulu urakan mas, alhamdulilah sekarang udah mendingan.Saya datang ndak mau ikut apa-apa mas tapi terus di kasih tau Pak Darmaji jadi ngerti. Saya ikut pelajaran juga sregep.”(Wawancara 21 April 2014)
Penerima manfaat yang bernama 9 menuliskan manfaat ketika berada dibalai seperti : “...sangat banyak hikmahnya dari mulai kegiatan ketrampilan menjahit, kap salon, tata boga dan pembinaan tiap sore, senang bisa belajar ketrampilan tersebut”(10 Mei 2014)
Seperti penerima manfaat yang bernama 7 menuliskan manfaat ketika berada dibalai seperti : “Kegiatan di sini cukup menarik, sangat bermanfaat dan berwawasan. Di sini saya bisa lebih tau tentang kehidupan bersoialisasi di masyarakat pada umumnya.”(7Mei 2014)
Pembina pelajaran agama dan BTA Pak Nanang menuturkan effektivitas pembinaan seperti di bawah ini : “Efektivitas dari materi saya itu gini mas materi saya kan sholat sama BTA, saat ini saya balik ke focus sholat. Jadi saat mbak-mbaknya itu hafap bacaan dan gerakan sholat itu udah 50% mas, tinggal nanti prakteknya.”(Wawancara 24 April 2014)
Penerima manfaat memahami materi pembinaan dan pelatihan commit to user dapat dilihat juga antusias saat diadakan lomba dibalai seperti lomba
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159 menghafal doa sehari, sholat, cerdas cermat agama memperingati Hari Isra Miraj. Selain itu lomba dalam memperingati Hari Kartini seperti lomba memesak, lomba membuat pola, lomba merias dan menyanggul. Semakin banyak penerima manfaat menguasai keterampilan itu maka program ini boleh dinilai telah berhasil, meskipun dalam pemanfaatanya di lapangan ketika keluar dari sini tidak dapat dinilai 100 % dimanfaatkan, tergantung modal dan kesempatan apalagi penerimaan masyarakat kepada mereka. 3.) Perilaku Perilaku secara umum dapat dilihat sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap sesuatu seperti orang, obyek atau situasi tertentu. Perilaku mengandung penilaian yang emosional (senang, sedih, benci dan lain-lain). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap sesuatu atau obyek tertentu. Sikap merupkan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap itu sudah terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan tingkah lakunya terhadap sesuatu. 1) Penerima Manfaat Dalam berperilaku dan berbicara Penerima manfaat mengalami perubahan di dalam diri mereka, dilihat dari cara berperilaku, bersikap dan berbicara. Penerima manfaat mempunyai kesadaran untuk berubah meski tidak ada pembimbing atau pegawai, dilihat dari cara makan dan minum menggunakan tangan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
160 kanan dan sambil duduk, cara duduknya pun lebih sopan, anggun. Cara bersikap yaitu perilaku saat berhadapan dengan orang lain serta dalam mengambil keputusan seperti saat bicara dengan pegawai, bicara dengan orang lain, dengan sesama penerima manfaat dibalai. Bersikap dalam mengambil keputusan seperti saat mengahadapi masalah, perselisihan mbak menjadi lebih bijak dan dewasa. Perubahan dalam berbicara, mbak penerima manfaat juga menggunakan kata-kata yang sopan dan tidak berkata kotor, dari perubahan penerima manfaat dalam berperilaku, bersikap dan berbicara maka dapat dikatakan efektif. Seperti yang diungkapkan penerima manfaat bernama 7 sebagai berikut : “....sebelum di sini saya urakan kak, potonganku di bros kk, ndak disiplin terus berani sama orang tua. Aku di sini lebih ke tata kak, aku juga ndak terpengaruh teman lagi.”(Wawancara 7 Mei 2014)
Pembinaan dan pelatihan efektif atau tidak dilihat dari berbagai aspek. Hasil pembinaan non fisik dapat di monitoring dari kegiatan sehari-hari penerima manfaat kebiasaan beraktivitas dari makan, dan mengikuti kegiatan di Balai. Perubahan mental tidak mudah dan bertahap (Disimpulkan dari wawancara Bu Erlina 21 Mei 2014) Dari hal tersebut maka perubahan individu penerima manfaat secara bertahap dan bersinambungan. Apa yang telah benar oleh penerima manfaat dimotivasi agar terus dipertahankan dan selalu diingatkan, sedangkan kurang ditegur agar menjadi lebih benar. commitbenar to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
161 2) Penerima Manfaat Dalam berbusana Penerima manfaat mengalami perubahan di dalam diri mereka, selain dilihat dari cara berperilaku, bersikap dan berbicara. Penerima manfaat mempunyai kesadaran untuk berubah dalam berbusana meski tidak ada pembimbing atau pegawai, pakaian yang dikenakan saat jam pembimbingan atau pelajaran telah sesuai. Tidak mengenakan pakaian mini saat masih jam pelajaran. Selain dari pakaian juga cara rias juga sederhana tidak menor, selain itu juga tertib mandi. Penerima manfaat mampu berubah dari cara berbusana, dandanan, dan mandi, dari sini maka pembinaan dan bimbingan disebut efektif. Seperti penerima manfaat 18 mengalami perubahan saat dibalai sebagai berikut : “Saya pertama datang i ndak tata mas, dandannya kaya gitu mas terus di sini di andan-andani bab agama, bab sopan santun, etika, disiplin mandiri.”(Wawancara 6 Mei 2014) 3) Penerima Manfaat Dalam berpola pikir Penerima manfaat tidak ada niat dan tidak lagi menjalani profesi sebagai pekerja seks komersial. Program pembinaan rehabilitasi sosial ini dapat efektif manakala penerima manfaat yang telah dibina tidak kembali lagi ke dunia pelacuran dan dapat hidup di masyarakat secara wajar dan memperoleh pekerjaan yang layak atau paling tidak penerima manfaat sudah tidak mempunyai niat untuk kembali menjadi profesi semula. Untuk mengetahui keberhasilan program ini dilihat dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
162 kembali atau tidaknya penerima manfaat ke dunia pelacuran. Penerima manfaat yang telah mampu mengelola pola pikir, secara otomatis akan memiliki rasa bertanggungjawab. Penerima manfaat telah mapan dan bijak dalam berpikir, dimana bertanggungjawab atas segala resiko dari yang dipilihnya, walawpun mendapat tekanan dari keluarga, suami, mertua atau dari orang lain. Petugas perpus keliling Pak Slamet mengungkapkan minat penerima manfaat dan manfaat membaca dalam perubahan sebagai berikut : “Seneng mas kalo yang baca banyak seneng apalagi pinjem dari mbak-mbaknya jadi kita ndak datang cuma tenguk-tenguk mas...Bawa mas tentang agama, kesehtan bawa tapi ya cuma dibuka-buka ada sih yang baca mas tapi kalo dipinjem jarang mas “.... Menurut saya ada mas ya dikit mas soalnya gini kenapa membaca/buku mempengaruhi perubahan karena dari buku dapat melihat nformasi luar selain tivi mas tapi susah mask arena ketertarikan dengan buku- buku yang kaya gitu itu dikit mas.”(Wawancara 11 Juni 2014)
4.) Hasil Hasil Waktu yang diperlukan untuk proses pembinaan di BaRehSos“Wanita Utama” Surakarta ini sekitar 6 (enam) bulan. Dalam kurun waktu tersebut para penerima manfaat harus mengikuti semua kegiatan bimbingan yang BaRehSos sudah tentukan. Waktu sekitar 6 (enam) bulan ini sudah dirasa cukup untuk menguasai semua materi dari semua bimbingan. Mengingat materi sudah terjadwal dan terperinci commit to user pembagian jam latihannya. Selain itu pengasramaan penerima manfaat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
163 turut mendukung pencapaian waktunya. Lain halnya bila mereka tidak di asramakan, pasti akan memakan waktu yang lama. Berikut adalah pembagian jumlah latihan masing-masing kelompok materi pembinaan selama 6 bulan secara terperinci adalah : 1) Bimbingan Fisik a) Pemberian makan setiap harinya : 40 jam latihan/ bimbingan b) Pemeriksaan kesehatan
: 40 jam latihan/ bimbingan
c) Olahraga/ Permainan bersama
: 40 jam latihan/ bimbingan
d) Pelatihan fisik (PBB)
: 40 jam latihan/ bimbingan
e) Dinamika kelompok
: 20 jam latihan/ bimbingan
Jumlah
: 180 jam latihan/ bimbingan
2) Bimbingan Mental/ Psikologi a) Dinamika kelompok
: 20 jam latihan/ bimbingan
b) Bimbingan perorangan
: 40 jam latihan/ bimbingan
c) Pancasila/Kewarganegaraan
: 40 jam latihan/ bimbingan
/Nasionalis d) Pendidikan Budi Pekerti
: 210 jam latihan/ bimbingan
e) Pendidikan Agama
: 160 jam latihan/ bimbingan
f) Baca Tulis Al Quran
: 40 jam latihan/ bimbingan
Jumlah
commit to user
: 510 jam latihan/ bimbingan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
164 3) Bimbingan Sosial/ Kemasyarakatan a) Pendidikan kesadaran hukum
: 40 jam latihan/ bimbingan
b) Kependudukan/ KB
: 20 jam latihan/ bimbingan
c) Bimbingan sosial pencegahan AIDS
: 40 jam latihan/ bimbingan
d) Bimbingan kewirausahaan
: 12 jam latihan/ bimbingan
e) Pengetahuan PKK
: 40 jam latihan/ bimbingan
Jumlah
: 152 jam latihan/ bimbingan
4) Bimbingan Keterampilan a) Menjahit
: 160 jam latihan/ bimbingan
b) Salon
: 160 jam latihan/ bimbingan
c) Memasak
: 160 jam latihan/ bimbingan
d) Keterampilan penunjang
: 444 jam latihan/ bimbingan
Jumlah
: 924 jam latihan/ bimbingan
Keterangan : 1jam latihan/ bimbingan = 45 menit Sumber : Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta Tahun 2014
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
165 Menurut Bu Retno selaku pembimbing menjahit menuturkan sebagai berikut : “...tiap materi itu sebenarnya 3 kali pertemuan, tapi kadang lebih juga mas, tergantung mbak-mbaknya, nah kadang saya bikin gini 3 kali pertemuan terus kita ganti materi lain biar nggak jenuh, besok balik lagi gitu mas”(Wawancara 24 April 2014)
Sedangkan menurut Bu Titik selaku pembimbing salon menuturkan sebagai berikut : “Efektivitas pelatihan salon itu kalo saya gini mas, saya kasih tau materi, praktek 2 minggu brati 6 x pertemuan maksimal ini mampu mengingat dan mempraktekkan mas, jadi mampu praktek dengan waktu yang ditargetkan.” (Wawancara 29 April 2014)
Dalam waktu enam bulan itu para penerima manfaat sebagian besar sudah bisa memahami dan menguasai bimbingan-bimbingan yang balai berikan. Penyampaian materi yang seharusnya diberikan pada waktu sesuia jadwal yang ada, namun terkadang ada pemberi materi yang tidak hadir karena ada kepentingan lain dan tidak memberitahukan atau memberi pengganti pemberi materi/ pembimbing. Pembimbing pembinaan Kamtibmas oleh kepolisian beberapa senin tidak hadir, yang bertepatan dengan saat ujian sekolah, kampanye dan pemilu, yang disayangkan pihak instansi yang memiliki tanggungjawab tidak memberitahukan ke balai jika berhalangan hadir. Ketidak hadiran pembimbing yang tidak memberitahukan membuat balai harus selalu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
166 membuat rencana lain untuk mengisi kekosongan pembinaan, agar tidak membuat jenuh dengan tidak adanya kegiatan. Penerima manfaat 3 sempat menuturkan dalam secarik kertas seperti di bawah ini : “Di sini sebenarnya bagus untuk menambah wawasan dan perkembangan diri, namun kurangnya kegiatan pada hari-hari tertentu membuat kita bosan dan jenuh.” (10 Mei 2014)
Dalam pembinaan dan pelatihan di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama selama 6 (enam) bulan, dengan perincian: a. 1 bulan
: Pengenalan atau orientasi penerima manfaat dan pembinaan dalam bidang mental, bimbingan fisik, bimbingan sosial, dan bimbingan agama.
b. 3 bulan : Pembinaan dalam bidang keterampilan yang meliputi: salon, menjahit, memasak dan penunjang. c. 2 bulan : Praktek Belajar Kerja (PBK), UEP (Usaha Ekonomi Produktif) dan Resosialisasi Waktu tersebut menyesuaikan kondisi perilaku perubahan, penerimaan
dan
penguasaan
materi
penerima
manfaat
saat
melaksanakan pembinaan dan pelatihan. Perilaku dan reaksi penerima manfaat yang positif, mau menerima serta aktif maka akan semakin cepat proses pembinaan dibalai dan segera dilaksanakan resosialisasi maupun PBK dan UEP.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
167 Balai atau dari pembimbing melakukan penilaian pembinaan dan pelatihan ada dua tahap yaitu 1) setelah pembinaan dan pelatihan, pembimbing melakukan evaluasi untuk melihat apakah penerima manfaat telah memahami materi-materi yang sudah disampaikan. 2) penilaian lain dilihat dari kegiatan sehari-hari penerima manfaat dengan memperhatikan gerak-gerik serta perubahan perubahan dari waktu kewaktu ataupun kegiatan isendental, apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus dipertahankan. Dapat disimpulkan bahwa waktu yang diperlukan selama enam bulan itu penerima manfaat sudah mendapatkan semua bimbingan yang diberikan oleh balai, meskipun masih ada waktu luang/kosong, dapat dikatakan proses pembinaan tersebut berjalan efektif. Hasil lebih efektif apabila penerima manfaat mampu menguasai materi baik bimbingan maupun ketrampilan di bawah dari 6 bulan, sehingga waktu yang kurang dari 6 bulan sudah dapat dilaksanakan Praktek Belajar Kerja (PBK) dan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) b. Efektivitas pembinaan dan pelatihan rehabilitasi sosial menurut sistem Efektivitas pembinaan dan pelatihan rehabilitasi sosial menurut sistem menggunakan indikator sebagai berikut masukan, keluaran, manfaat dan dampak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
168 1.) Masukan (Input) Pembinaan dan pelatihan dapat berjalan efektif dikarenakan oleh ketepatan penggunaan unsur dalam pelatihan. Input atau masukan merupakan unsur-unsur pelatihan. Unsur pelatihan dalam pembinaan dan pelatihan ini terdiri dari antara lain : a.) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia juga menjadi penilaian efektivitas dilihat dari kualitas pembimbing/ instruktur serta pegawai yang ada. Pembimbing adalah pegawai dan petugas profesional yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membimbing setiap penerima manfaat. Istilah pembimbing di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama ada 3 bagian yaitu, (a) Pembimbing yang mengatur, memonitor dan menyiapkan segala kebutuhan penerima manfaat, guna mengawasi dan mengontrol setiap kegiatan baik yang terkait dengan penerima maupun yang berhubungan dengan petugas professional/ pembimbing. (b) Pembimbing yang selalu mendampingi penerima manfaat dari Sie Pekerja Sosial. Penerima manfaat (PM) yang dibimbing sebanyak 5-6 orang, guna mengawasi dan mengontrol aktivitas penerima manfaat (PM). (c) Pembimbing atau pelatih yang berprofesi pada bidangnya masing-masing guna mengajar materimateri pada para penerima manfaat, seperti: bimbingan MentalSpiritual, Keterampilan, Sosial dan Kesehatan. commitFisik, to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
169 b.) Sarana dan Prasarana Untuk mendukung proses pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penerima manfaat. Seperti lengkapnya telah dibahas pada halaman sebelumnya 70-73. Penulis mengamati bahwa beberapa kelengkapan alat membutuhkan perawatan yang lebih ekstra dan perbaikan hal ini dikarenakan kelengkapan alat digunakan penerima manfaat bergantian dengan jumlah yang banyak. Peralatan/perlengkapan yang berhubungan dengan olah raga dan tanah areal untuk lapangan permainan olah raga yang kurang luas dan sarana/fasiltas kegiatan olah raga yang kurang. c.) Anggaran berasal dari dana APBD Tingkat I Jawa tengah. Biaya yang digunakan dalam pembinaan dan pelatihan berasal dari APBD Tingkat I Jawa tengah. Balai Rehabilitasi tidak membutuhkan biaya yang besar untuk mengadakan pelatihan. Selama ini, 1 (satu) tahun anggaran 2 (dua) semester anggaran biaya yang disediakan, untuk mencukupi penerima manfaat 160 orang . Maka dengan jumlah penerima manfaat 80orang 1 (satu) semester, perlu mengkaji ulang untuk menyesuaikan kebutuhan di Balai.
d.) Norma : Pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta tidak sekadarnya, namun sesuai dan berdasarkan dengan pedoman atau acuan yang digunakan dalam pelaksanan antra lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
170 i. Standar Operasional Prosedur Balai. ii. Pedoman Operasional Pelayanan. iii. Rencana Kerja Balai. iv. Buku-buku Profil dan Leaflet. 2.) Keluaran Tercapainya tujuan dan sasaran Balai dalam rehabilitasi yang berupa pembinaan dan pelatihan bagi penerima manfaat yaitu tidak kembali ke profesi sebelumnya dan memiliki atau meningkatnya keterampilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sasaran pembinaan dan pelatihan tercapai. Hal ini diduga bahwa dengan tercapainya tujuan peningkatan keterampilan. 3.) Manfaat Penerima manfaat mampu kembali ke kehidupan bermasyarakat pada umumnya dengan profesi yang baik, dapat diketahui bahwa penerima manfaat memiliki kemampuan berinteraksi dengan masyarakat melalui bekerja serta mengakses fasililitas umum, seperti penerima manfaat telah mampu mempraktekan hasil pembinaan dan pelatihan selama dibalai dengan bekerja dan membuka usaha. 4.) Dampak Penerima maanfaat yang telah berhasil menjadi invidu yang normal di masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerima manfaat mengalami peningkatan kesejahteraan mendapatkan bekal dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
171 pembinaan
dan
pelatihan,
namun
penerima
manfaat
belum
sepenuhnya menggunakan bekal dari hasil pembinaan dan pelatihan mereka. Hal ini dilihat dari beberapa penerima manfaat yang menghubungi dan memberi kabar keadaan penerima manfaat. Dampak jangka panjang mampu mengurangi profesi pekerja seks komersial. 3. Hasil yang dicapai Penerima Manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta. Penanganan penerima manfaat di Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta, terus ditingkatkan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, sehingga hasil yang dibina siap kembali pada masyarakat dapat hidup secara normatif dan mandiri serta dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Apabila indikator sudah dapat dicapai, dimana proses pencapaiannya melalui kesimpulan rekomendasi dari Case Conference (CC) yang diikuti oleh Kepala Balai, Struktural, Fungsional Pekerja Sosial dan Instruktur/ Pembimbing. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan, diperlukan indikator keberhasilan program pelayanan dan rehabilitasi sosial sebagai berikut: a. Perubahan Individu Program pembinaan akan dirasa bermanfaat jika para penerima manfaat yang dibina, dididik, dibimbing, serta diberi ketrampilan dan lainlain di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wanita Utama” Surakarta. Dapat hidup secara normatif . kembali kepada keluarga dan meninggalkan dunia yang dulu sebagai pelacur. Upaya yang dalam merehabilitasi disini dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
172 bermanfaat dan diterapkan untuk kehidupan yang akan datang. Harapan besar oleh pihak balai semoga eks. Wanita Tuna Susila hidup normatif dan diterima oleh keluarga dan masyarakat. Pada dasarnya manusia bisa berubah dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam proses rehabilitasi di dinas sosial “Wanita Utama” Surakarta. Hasil yang diharapkan jika para penerima manfaat dapat berubah dan meninggalkan dunia yang dulu digeluti sebagai seorang pelacur. Sebenarnya hal yang terpenting ialah jika para penerima manfaat ini dapat dipulangkan ke keluarganya masing-masing. Kesadaran tentang hakekat hidup dengan mengamalkan ajaran/ norma agama yang dianut. Tidak hanya perubahan sikap dan perilaku oleh para penerima manfaat atau PSK, dibalai kegiatan kerohanian selalu di jalankan agar selalu mengingat Tuhan. Hal ini merupakan kesadaran masing-masing individu untuk selalu mengamalkan ajaran – ajaran agama serta norma agama yang dianut oelh masing- masing penerima manfaat. Dengan bimbingan mental yang mereka dapat selama dibalai. Misal kegiatan beribadah oleh semua penerima manfaat dengan semua pembimbing, pegawai dan staff lainnya. Mengaji bersama, bimbingan iqra, dan lain-lain. Semua itu dilakukan sesuai agama yang mereka anut. Penerima manfaat 1 menyampaikan tujuan pembinaan dan pelatihan dibalai sambil berkelakar dengan penulis sebagai berikut :
pikir
“...kalo di sini itu sebenere lebih ke perubahan sikap dan pola mas, dilatih tanggung jawab, disiplin lewat piket-piket commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
173 gitu,tanggungjawab piket gampang yo mas, tanggungjawab hidup yang susah ya mas. Hahahaha.”(Wawancara 23 April 2014)
Penerima manfaat 15 menyampaikan manfaat dan perubahan dirinya saat dibalai yaitu : “Jujur ya mas di sini wangkung itu baik banyak manfaat kaya saya pribadi itu jadi sregep bangun pagi ya meskipun dulu juga, terus saya rutin senam mas, maem ma situ 3 kali mas, terus diajarin agama.”(Wawancara 10 Mei 2014)
Penerima manfaat bernama 14 menyampaikan perubahan yang dialami sebagai berikut : “iya mas saya sabar mas, makasih mas. Saya i emosi mas.......Iya mas tenang mas. Saya mualaf mas, maaf mas kalo saya ragu mas. Mas apa doa, sholat saya diterima?............ Iya mas saya tak lebih rajin sholat, ngaji iya mas, saya sekarang ikut malam jumatan masa, apaya yasinan mas, tapi cuma dengerin.”(Wawancara 11 Juni 2014) b. Kembali ke kehidupan normatif Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama telah memberikan pembinaan dan pelatihan kepada penerima manfaat yang diharapkan setelah itu kembalinya penerima manfaat sebagai invidu yang hidup normal dalam keluarga dan masyarakat serta memiliki hubungan yang sah melalui pernikahan. 1.) Kembali ke keluarga Penerima manfaat masih punya keluarga yang sangat menyayangi commit to user dan mengasihi. Melalui perubahan sikap dan perilaku, bagaimana tata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
174 bicara, cara mereka berpakaian, bagaimana pola hidup yang mereka lalukan sehari-hari, keseriusan untuk berubah, melakukan ibadah, serta program bimbingan yang mereka dapat selama dibalai. Kembalinya kepercayaan diri sehingga meningkatkan harga diri penerima manfaat, kembali kepada lingkungan keluarganya dan tidak menjalani kehidupan sebagai WanitaTuna Susila. Pengakraban terhadap penerima manfaat selalu kita perhatikan terus, setiap harinya setiap pembimbing selaku memantau perkembangan mereka dari sikap serta perilaku penerima manfaat. 2.) Kembali ke masyarakat Untuk mengembalikan kepercayaan diri serta meningkatkan harga diri dari lingkungan masyarakat agar bisa hidup secara normatif memang tidak mudah. Membutuhkan waktu dan proses juga serta mental yang kuat. Pembimbing dan pegawai balai perlu memberikan motivasi agar tecipta kepercayaan diri mereka untuk bangkit dan menyadarkan mereka bawasannya manusia itu pernah gagal, pernah jatuh, dan pernah salah. Dari itu kami memberikan pemecahan masalah melalui pengungkapan masalah dari masing-masing para penerima manfaat dengan memberikan solusi. dari segi mental kita pulihkan sedikit demi sedikit, bimbingan ini lebih intens dan mendalam. Karena tidak mudah untuk menyakinkan dan memberikan rasa percaya diri untuk bangkit lagi dan rasa percaya diri. Karena pelacur dibenak mereka sudah melekat dan dimata masyarakat bisa commit to user dibilang sebagai sampah masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
175 Para penerima manfaat harus bisa berinterksi kepada masyarakat sekitar terutama lingkungan sekitar dulu dalam hal ini lingkungan balai terlebih dahulu. Melalui proses adaptasi dan berinteraksi dengan para penerima manfaat yang lain sebelum mereka dilepas di lingkungan luar nanti, harapan para penerima manfaat setelah keluar dari balai selain mempunyai bekal ketrampilan yang mereka miliki. Mereka terlebih dahulu harus bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan ini akan mewujudkan para eks untuk hidup bermasyarakat dan normatif. Pada dasarnya semua yang ada di balai ini setelah direhabilitasi, harapan semua penerima manfaat ialah kembali dan menjalani hidup layaknya manusia normal dan hidup normatif terutama dapat diterima oleh semua masyrakat tanpa memandang masa lalu mereka yang kelam sebagai seorang pelacur. 3.) Pernikahan Penerima manfaat mampu berumah tangga dengan pasangan yang sah ikut bertanggungjawab terhadap kesejateraan keluarganya Dalam indikator ini, norma perkawinan dijadikan sebagai dasar untuk memberikan kesadaran kepada penerima manfaat. Tidak dipungkiri dari data penerima manfaat dengan status kawin mempunyai porsi tidak sedikit. Ini menandakan bahwa norma perkawinan ternyata bisa ternoda demi profesi sebagai pekerja seks komersial. Penerima manfaat tidak bisa disalahkan begitu saja disini, posisi suami pun ikut menentukan. Bahkan tidak jarang suami mengetahui bahkan ikut merelakan istrinya menjadi commit to user pelacur demi sejumlah uang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
176 Penerima manfaat untuk berumahtangga dengan pasangan yang sah dan ikut bertanggung jawab akan kesejahteraan keluarganya, penulis melihat penerima manfaat yang dirujukan kepada suaminya masingmasing setelah keluar dari BaRehSos dari data 97 orang penerima manfaat kepada suami mereka masing-masing.. Perkawinan penerima manfaat yang dibantu dan diproses oleh BaRehSos bekerjasama dengan KUA dan Pengadilan Agama kota Surakarta. Sebelumnya segala kesiapan yang tidak singkat, tidak mudah mulai dari kelengkapan administrasi, kesediaan pihak keluarga yang enggan hadir, dan segala halangan, karena rasa peduli dan keikhlasan jalan dimudahkan oleh Allah SWT meskipun sempat tertunda, mundur akhirnya hari yang sacral tiba. Pada tanggal 25 Juni 2014 penulis ikut serta mengantar dan menyaksikan proses pernikahan penerima manfaat 14 di KUA Laweyan, mulai dari pengucapan ijab qabul dan penandatanganan buku nikah. Balai Rehabilitasi bukan hanya pada tahun ini saja membantu proses pernikahan, 3 tahun terakhir terdapat 7 orang yang dibantu proses pernikahan. Kemampuan penerima manfaat untuk berumah tangga dan dengan ikatan perkawinan yang syah serta bertanggung jawab atas hidupnya kelak. Dengan melihat kesungguhan penerima manfaat untuk tidak lagi menjalani profesi sebagai seorang pekerja seks komersial merupakan keberhasilan yang diharapkan oleh Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
177 c. Mengembangkan ketrampilan Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama telah memberikan pembinaan dan pelatihan kepada penerima manfaat yang diharapkan setelah itu mampu mempraktekkan ketrampilan yang diberikan dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa harus kembali pada profesi kelam semulanya. 1.) Bekerja Penerima manfaat dapat memposisikan diri dalam kehidupan masyarakat yang normal sesuai dengan peran dan fungsinya, sehingga dapat bekerja sesuai dengan ketrampilan yang dimilikinya. Berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang normal sesuai peran fungsi dan dapat bekerja sesuai dengan kertampilan yang dimiliki merupakan bentuk atau hasil yang akan dicapai dalam rehabilitasi penerima manfaat (eks PSK). Dengan bimbingan mental fisik ,sosial masyarakat, ketrampilan dan lainlain yang mereka dapat selama di Balai Rehabilitasi Sosial “ Wanita Utama” Surakarta. Interaksi serta adaptasi dengan lingkungan masyarakat dengan menjalankan peran dan fungsi dalam bermasyarakat. Namun tak jarang banyak orang yang sudah terlanjur atau mengecap bahwa pada dasarnya seorang pelacur ya tetap pelacur. Dianggap sampah, merusak hubungan keluarga, dicap negatif. Melalui bimbingan dan pembinaan yang diberikan oleh pembimbing dan pengajar di balai menyakinkan dan menumbuhkan semangat mereka untuk bangkit, berubah bahwa sejatinya manusia pernah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
178 salah dan pada dasarnya Tuhan itu maha pemaaf dan Tuhan akan sayang pada kaumnya untuk kembali kejalan yang benar. Balai pun sangat senang dan bangga ketika penerima manfaat dapat bekerja dan tidak kembali ke kehidupan kelamnya. Seperti penerima manfaat yang bernama Mbak Ar telah bekerja di salah satu salon di Makam haji sudah cukup lama, selain itu ada beberapa penerima manfaat yang menghubungi balai mengatakn telah bekerja menjadi buruh pabrik, menjaga toko dan berjualan makanan. Penulis juga berhasil menghubungi penerima manfaat bahwa kini telah berjualan makanan, ada yang bekerja menunggu di butik. Penerima manfaat 9 yang telah lulus berhasil dihubungi mengatakan : “ea mas alhamdulilah mas, sekarang di J(Kota), alhamdulilah udah kerja sekarang mas, ini jaga di butik mas, ea mas makasih minta doanya mas.(Wawancara 2014)
Melalui pendekatan, interaksi dengan masyarakat sekitar hal itu dapat terjadi pada saat program pembinaan berlangsung sampai program rehabilitasi selesai. 2.) Wirausaha Penerima manfaat diberikan kemandirian dalam mengambil sikap menuju masa depannya. Keberhasilan para penerima manfaat dapat dilihat apabila para penerima manfaat dapat menguasai dan memahami serta memanfaatkan apa yang diberikan oleh Balai Rehabilitasi “ Wanita commit to user Utama” Surakarta selama bimbingan itu berlangsung serta selalu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
179 dijalankan sesuai dengan prosedur. Dengan ini maka penerima manfaat dianggap mandiri dalam mengambil sikap untuk menuju masa depannya kelak. Penerima manfaat 14 mengungkapkan harapan dan keinginannya setelah lulus sebagai berikut : “Ya rencana nanti ikut suami mas, terus jualan mas, gorengan sama nasi sayur mas gitu, dipinggir jalan, misale gado-gado gitu mas.(Wawancara 16 Juni 2014) 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembinaan Melalui Rehabilitasi Sosial Efektivitas atau berhasil tidaknya pelaksanaan pembinaan dan pelatihan di balai rehabilitasi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor berasal dari dua faktor yaitu faktor dalam( intern) maupun faktor luar (ekstern). Berikut 2 faktor tersebut : a. Faktor Intern yang mempengaruhi efektivitas pembinaaan dan pelatihan 1) Penerima manfaat Penerima manfaat dalam mengikuti pembinaan dan pelatihan dibalai rehabilitasi sosial memiliki faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan dan pelatihan, antara lain reaksi/ respon, usia dan pendidikan. Yang pertama reaksi/ respon penerima manfaat, respon/tanggapan
yang
sangat
menentukan
keberhasilan
dari
efektivitas pembinaan rehabilitasi itu sendiri, tanpa adanya respon dari commit to user penerima manfaat, kegiatan pembinaan rehabilitasi yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
180 diselenggarakan tidak ada artinya. Respon/tanggapan penerima manfaat dapat menjadi pendukung maupun penghambat. Penerima manfaat dalam mengikuti kegiatan pembinaan dan pelatihan selama rehabilitasi di BaRehSos “Wanita Utama” dikatakan memiliki respon/tanggapan yang positif dan bagus. Seperti penuturan penerima manfaat 1 di tengah rehat mengikuti ketrampilan salon : “Iya mas, dulu 1 bulan sempat ada rasa menolak mas, kan belum tahu mas. Ya pingin kabur mas, apa ya ada rasa jenuh mas. Yang buat saya nggak nolak, saya sadar mas buat apa, dijalani aja kalo kabur lagi nggak ada gunanya.”(Wawancara 23 April 2014)
Penerima manfaat 9 mengungkapkan saat pertama kali datang ke balai sebagai berikut : “jadi saya dapat 2 minggu mas, terus jebol internit panjat genteng mlompat ke sebelah situ mas, Brook asbes tak injek jebol mas ee jebule rumahe Pak Joko asem-asem....tapi habis itu udah mas, saya kapok mas, dijalani mas. Pak Joko yo mung ngece tok mas dibaleni neh ya Rina gitu itu mas. “Iya mas buat apa kabur lagi kapok, doain mas. Alhamdulilah mas saya ketata mas bicara saya dah ndak kasar ya kadang-kadang sih mas, ndak mudah marah mas.”(Wawancara 20 Mei 2014) Faktor yang mempengaruhi efektif pembinaan yaitu dari diri penerima manfaat sendiri, apabila memiliki niat untuk berubah maka dengan kesungguhan hati akan mengikuti segala aktivitas dan kegiatan saat berada di Balai. Berikutnya karena lingkungan, ketika penerima manfaat setelah lulus masih kembali atau bergabung dengan lingkungan commit to user atau temannya terdahulu maka akan terpengaruhi. Berikutnya sikap dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
181 metode yang diberikan pembina dalam memberikan pembinaan, ketika sudah menyukai pembibing/ pembina, secara otomatis pelajaran yang susah tetap akan diikuti. (Disimpulkan Wawancara Pembina Kamtibmas Bapak Widodo 30 Juni 2014) Penerima manfaat awalnya pasif bahkan menolak dan berniat kabur dengan berbagai cara dilakukan untuk lari atau tidak mengikuti pembinaan dan pelatihan terlebih berada di dalam balai, mengingat penerima manfaat sebagian besar dari razia. Motivasi dan pengertian menjadikan penerima manfaat mulai terketuh dan menyadari arti dan tujuan pembinaan dan pelatihan, kini 180 derajat sikap di awal berubah, penerima manfaat dibalai merasa senang mengikuti pembinaan dan pelatihan tersebut. Pada umumnya penerima manfaat mengikuti bimbingan-bimbingan dalam rehabilitasi karena termotivasi akan memperoleh bekal untuk masa depan mereka. Sehingga mereka merasa senang dalam mengikuti kegiatan-kegiatan selama bimbingan. Hal ini tentunya kerupakan respon positif yang dapat mendukung keberhasilan pelaksaan rehabilitasi sosial. Yang kedua, setelah reaksi atau respon faktor yang mempengaruhi penerima manfaat karena faktor usia. Usia penerima manfaat yang beragam mempengaruhi dalam menerima materi pembinaan dan pelatihan, Penerima manfaat yang memiliki usia muda lebih cepat menangkap, mengerti dan memahami materi pembinaan commit todengan user penerima manfaat yang lebih, dan pelatihan, dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
182 namun tidak semua penerima manfaat berusia tua tidak memahami tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama. Yang ketiga faktor yang mempengaruhi yaitu pendidikan penerima manfaat. Penerima manfaat yang berada dibalai menerima pembinaan dan pelatihan memiliki tingkat pendidikan yang berbedabeda mulai dari SD hingga SMA, bahkan buta huruf. Tingkat pendidikan penerima manfaat mempengaruhi tingkat kecakapan dalam menerima pembinaan dan pelatihan di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta. 2) Petugas/ Pegawai/ Pembimbing Pelaksanaan rehabilitasi sosial juga tidak lepas dari peran pembimbing/ petugas. Pegawai atau pembimbing juga menjadi faktor baik pendukung maupun penghambat. Pembimbing/ petugas dalam suatu lembaga rehabilitasi harus senantiasa aktif dalam memberikan dorongan, arahan dan bimbingan, disamping juga harus mampu menyampaikan ilmunya kepada para penerima manfaat. Dalam hal ini pembimbing di BaRehSos “Wanita Utama” mempunyai peran penting dalam membangun rasa percaya diri dan semangat untuk senantiasa optimis sehingga mereka merasa rehabilitasi yang mereka jalani merupakan kegiatan yang berguna bagi mereka yang akhirnya terdampak pada kesungguhan mereka dalam mengikuti segala kegiatan bimbingan. Selain itu, mengingat latar belakang penerima commit to user manfaat yang berbeda-beda maka dilakukan pendekatan tersendiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
183 untuk
membimbing
masing-masing
penerima
manfaat
dalam
penyampaian materi sebisa mungkin tidak kaku atau terlalu formal, dengan kata yang sederhana, hal ini untuk menciptakan suasana yang lebih akrab dan tidak membosankan penerima manfaat. Balai memberikan pembimbing masing-masing kepada penerima manfaat sebagai motivator, mediator dan sebagai orang tua kedua, meskipun usia tidak berbeda jauh. Penerima manfaat merasa bahwa ada keterpihakan pembimbing, muncul kecemburuan di dalam hati penerima manfaat kepada pembimbing meskipun itu bukan pembimbingnya. Seperti yang ditulis penerima manfaat 13 (Tanggal 10 Mei 2014) dalam secarik kertas yang penulis berikan mengungkapkan bapak ibu di sini kurang perhatian. Sedangkan penerima manfaat 17 menuliskan bahwa gak semua pembimbing ramah, gak semua suka berbincang-bincang dengan PM. Seperti yang diungkapkan penerima manfaat 1 (Wawancara 23 April 2014) biar nggak takut pakai bercanda gitu mas. Seperti penerima manfaat 9 mengutarakan sebagai berikut : “Pembimbing Bu Titik sabar ug mas sayang sama kita ngajar alon-alon mas dibaleni sampe kita mudeng. Pegawai di sini baik mas ya kadang galak mas yo kadang malese kumat mas ngeyel mas ya gitu lah mas.” (Wawancara 21 Mei 2014)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
184 Sikap dan perkatan pembimbing juga mempengaruhi pembinaan dan pelatihan seperti yang disampaikan penerima manfaat 7 Paling suka Bu Fitroh, Trus ndak suka p**** yang Pak M. Omonge mas ndak penak mas. (7 Mei 2014) Dari penuturan tersebut bahwa penerima manfaat muncul rasa kecemburuan dengan penerima lain dari sikap pembimbing, penerima manfaat ingin mendapatkan perhatian yang sama oleh seluruh pembimbing, bukan hanya pembimbing perorangan atau pembimbing
kamarnya
saja.
Selain
itu
juga
menginginkan
pembimbing untuk sering menengok, dan yang ramah mampu mencairkan suasana sehingga akrab dan lebih dekat. Sikap dan cara penyampaiaan materi oleh pembimbing juga berbeda, meskipun tujuannya untuk merubah pola pikir agar tidak lagi menjadi PSK. Pembimbing ada yang secara perlahan terpenting penerima manfaat memahami, agar lebih sampai ke penerima manfaat, tetapi ada yang secara frontal bahkan dengan tidak jarang yang mendengar tersinggung. Penulis juga mendengar saat mengikuti pembinaan Kamtibmas oleh 2 orang, salah satu pembimbing materi berumur
Mar
secara
terang-terangan
mengucapkan
sampah
masyarakat kepada penerima manfaat dalam penyampaian materi. Bahkan saat menanyakan kepada penerima manfaat setelah keluar dari sini mau apa, penerima manfaat menjawab karena saya di boga saya user celetukan dodol awak meneh? mau jualan pak, tetapicommit dibalastodengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
185 Hal ini semakin sulit untuk merubah pola pikir, penerima manfaat pun bisa jadi memberontak, atau memilih tidak mengikuti pembinaan Kamtibmas, menyebabkan semakin ngelokro berimbas tidak semangat lagi dalam pembinaan dan pelatihan dibalai. Maka pembimbing, pegawai dan petugas juga mempengaruhi efektivitas
dalam
pembinaan
dan
pelatihan
terutama
dalam
penyampaian bimbingan. Menggunakan pendekatan yangberbeda kepada tiap penerima manfaat. Pembimbing ada yang menggunakan guyonan, bercandaan menggunakan bahasa yang santun dan sederhana, bahkan kadang berbahasa Jawa. 3) Materi Materi pembinaan dan pelatihan telah diatur sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Materi yang diberikan telah ditentukan dan ditetapkan diawal sebelum penerima manfaat masuk ke balai. Materi yang disiapkan dibuat sederhana dan menarik, agar penerima manfaat tertarik aktif mengikuti. Adapun cara menyampaikan materi menggunakan metode antara lain : (a) Ceramah. Ceramah digunakan pembimbing saat menyampaikan materi kemapada penerima manfaat yang sifatnya sulit untuk melakukan praktik. (b) Tanya jawab. Tanya jawab merupakan metode yang biasa dilakukan diakhir pembinaan dan pelatihan, setelah menjelaskan materi secara detail.untuk menguji apakah penerima manfaat memahami materi yang sudah disampaikan. commit to user Materi ceramah juga mempengaruhi efektif pembinaan dan pelatihan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
186 timbulnya rasa kurang menarik terhadap pembinaan materi oleh penerima manfaat sehingga menjadi bosan dan jenuh, sehingga beberapa penerima manfaat enggan mengikuti dengan beberapa alasan yang dibuat. 4) Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana merupakan faktor yang juga ikut berperan dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial di BaRehSos “Wanita Utama” Surakarta. Sarana dan prasarana dapat menjadi pendukung dan penghambat. Alat peraga pembinaan merupakan sarana pelengkap bagi materi pembinaan selama program berlangsung. Untuk pembinaan fisik yang diberikan penerima manfaat tahun 2014 meliputi olah raga, senam, pemeriksaan badan dan pengetahuan kesehatan serta gizi, alat peraga terdiri dari seperangkat alat kasti, gambar-gambar tentang kesehatan dan gizi, termometer, penimbang badan, dan alat ukur tekanan darah. Untuk pembinaan mental meliputi: pendidikan agama, pendidikan budi pekerti, iqro’, dan alatalat peraga lain yang disesuaikan menurut kebutuhan agama masingmasing yang dianut oleh penerima manfaat. Alat peraganya antara lain sebagai berikut: tata boga; kompor gas, mixer, blender, panci, oven, alat potong, parut kelapa, panci presto, rak piring dan gilingan es dll; untuk menjahit: mesin jahit, gunting, alat pengukur, mesin obras dan perlengkapan kecil menjahit; salon: gunting rambut, hair dryer, jepit to user rambut, roll rambut, commit sisir, bak keramas, steamer, kursi untuk cuci
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
187 muka, tempat message dan facial, rak dorong dan perlengkapan salon lainnya dll. Sedangkan untuk sarana dan prasarana kegiatan bimbingan atau pembelajaran di BaRehSos “Wanita Utama” meliputi ruang kelas, ruang praktek alat-alat penunjang praktek bimbingan keterampilan, PKK, kesenian serta buku-buku penunjang. Ibu Retno mengatakan bahwa alat yang ada lengkap tetapi ada yang rusak (Wawancara 24 April 2014). Penerima manfaat 2 sambil disemir rambutnya menyampaikan tentang sarana sebagai berikut : “Alat-alatnya di boga banyak mas lengkap mas, kan itu ada 3 kelompok mas, ya mungkin ruangnya kurang besar mas.”(Wawancara 23 April 2014) Penerima manfaat 9 mengutarakan bahwa alat dalam ketrampilan salon lengkap sehingga memudahkan dalam pelajaran ketrampilan salon. Penyediaan
sarana/
fasilitas-fasilitas
tersebut
sangat
diperlukan untuk menunjang kelancaran proses kegiatan bimbingan, misalnya saja untuk peralatan praktek sangat mendukung agar penerima manfaat lebih mudah mengerti dan memahami materi bimbingan yang diajarkan. Kelengkapan sarana dan prasarana menjadi pendukung keefektivitasan pembinaan dan pelatihan. b. Faktor Ekstern yang mempengaruhi efektivitas pembinaan Penerima manfaat dalam menerima pembinaan dan pelatihan commit to user juga dipengaruhi faktor dari luar atau ekstern. Faktor ekstern yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
188 mempengaruhi dalam pelaksaan rehabilitasi sosial adalah keluarga dan masyarakat, keluarga dan masyarakat dapat menjadi pendukung dan penghambat, dalam hal ini masyarakat sekitar balai dan sekitar penerima manfaat. 1.) Keluarga Keluarga penerima manfaat yang belum terbuka terkadang tidak mau menerima kembali menjadi keluarga, karena dianggap membuat jelek nama keluarga, adapula keluarga yang membiarkan atau malah mendukung profesi tersebut dengan berbagai alasan, tetapi tidak sedikit keluarga yang ingin penerima manfaat kembali ke jalan yang benar, kembali ke keluarga menjadi anggota keluarga yang baik dengan profesi yang benar. 2.) Masyarakat Selain ada keluarga itu ada masyarakat, faktor ini dirasa kurang memuaskan karena sebagian masyarakat terlanjur memiliki pola pikir negatif dengan men”cap”kepada penerima manfaat sebagai sampah masyarakat, akibatnya beberapa penerima manfaat enggan dan memilih untuk tidak berinteraksi dan beradaptasi dengan mereka. Terutama masyarakat di sekitar tempat tinggal atau masyarakat luas terkadang kurang menerima dan mencibir. Selain itu masyarakat sudah terlanjur melekatkan asumsi negatif pada mereka meskipun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
189 sebenarnya mereka telah berusaha besar untuk terbebas dari hal negatif tersebut. Seperti diungkapkan penerima manfaat 5 bahwa masyarakat di sini tetangga mempengaruhi seperti di bawah ini : “Ya apa ya mas temen saya kan juga gitu mas pulang ke rumah, tetangga cangkeme jelek mas kadang bilang gin iwis yah mene lagi mulih ik, terus saya gak pulang rumah mas. Saya di tempat temen kos daripada sakit hati. Eee ikut temen ya pingin lagi mas.”(Wawancara 24 April 2014) Diungkapkan juga penerima manfaat 13 bahwa masyarakat di sini tetangga mempengaruhi seperti di bawah ini : “...kalo yang ke 2 itu saya gara-gara pindah mas, ee pindah mas di omong-omongke mas wis primadona ik, yang bilang orang deket rumah mas, ya udah saya anyel mas wong udah mau berubah digituin sekalian aja deh mas. Pembinaan dan pelatihan efektif karena Balai melalui apa yang telah dilakukan oleh pegawai/ pembimbing menghasilkan sesuatu yang baru dan beda. Dengan tujuan di sini itu memberikan ketrampilan membina sama merubah mental mas. Membina dan memotivasi
penerima
manfaat.
Selain itu juga dilaksanakan
pembinaan lanjut dan memonitoring setelah berada di luar tidak melepas begitu saja. Tetapi perubahan penerima manfaat kadang bertepuk sebelah tangan atau tidak mendapat baik dari masyarakat adanya cap, khususnya juga pihak keluarga, maka penerima manfaat condong mencari yang mau menerima penerima manfaat. Selain itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
190 keberhasilan pembinaan dan pelatihan belum didukung pihak lain yang terkait, sehingga penerima manfaat yang keluar atau telah lulus belum
ada
yang
langsung
berkenan
menggunakan
ketrampilannya.(Disimpulkan dari wawancara Bapak Joko Maryono 11 Juni 2014) Faktor ekstern faktor yang sangat besar, karena ketika keluarga dan masyarakat tidak lagi mau menerima penerima manfaat ketika sudah keluar maka hasilnya akan kembali ke masyarakat yang mau menerimanya yaitu lingkungan lamanya, bersama kawan yang mau menerimanya.
commit to user