BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SDN-1 Pangkut Arut Utara Berdasarkan data dokumentasi yang penulis peroleh, asal usul SDN-1 Pangkut Arut Utara, pada awalnya di tranmigrasi yang letaknya di wilayah Arut Utara semakin tahun semakin bertambah penduduknya begitu juga semakin bertambahnya anak-anak yang sudah memasuki usia sekolah karena alasan itu dibuatlah lembaga pendidikan yang dibangun oleh Masyarakat dengan tanah hasil wakap dari seorang warga yang bernama I NYOMAN WILYA yang tinggal di Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat dengan nama SD-1 Pangkut. pada Tahun 1948 dibangunlah sebuah gedung SDN-1 Pangkut Arut Utara jenis bangunan semi permanen yang hingga sekarang sudah berstatus negeri, SDN-1 Pangkut Arut Utara di dirikan di lingkungan Tranmigrasi D.I/F.4. Kota Waringin Barat dengan keterangan sebagai berikut :
Nomor N.S.S
: 101140502001
Status Sekolah
: Negeri
Klasifikasi Gedung : Terbuat Semi Permanen
Status Tanah
: Milik
Luas Bangunan
: 556 M2
Luas Tanah
: 3660. M2
46
47
Lokasi SDN-1 Pangkut Arut Utara Kabupaten Kotawaringin Barat terletak di jalan Eji Junuh. jarak dari pusat kecamatan kurang lebih 15 Km 20 Km dari pusat otoda dan terletak pada lintas desa.1 Sementara itu, yang menjabat sebagai Kepala Sekolah SDN-1 Pangkut Arut Utara sekarang adalah Hamid. Adapun batas-batas wilayah SDN-1 Pangkut Arut Utara Kabupaten Kotawringin Barat adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kantor kecamatan Arut Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan SDN-2 Pangkut
Sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Eji Junuh;
Sebelah Timur berbatasan dengan rumah Kasmanto.2
2. Visi dan Misi a. Visi Visi Terwujudnya Pendidikan yang berkualitas berakhlak mulia yang dilandasi iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kepribadian bangsa berdasarkan Pancasila. Proses Belajar Mengajar yang efektif efesien dan dinamis sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas.
1 2
Sumber Data: Dokumentasi SDN-1 Pangkut Arut Utara Sumber Data: Dokumentasi SDN-1 Pangkut Arut Utara
48
b. Misi Misi dari Sekolah adalah sebagai berikut: “ Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang kreatif, inovatif, terampil, cerdas, disiplin, taqwa dan bertanggung jawab serta menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif dan tetap mengacu pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 3. Keadaan Sarana dan Prasarana SDN-1 Pangkut Arut Utara Sarana dan prasarana di SDN-1 Pangkut Arut Utara ini cukup memadai. Layaknya sebuah lembaga pendidikan lainnya, di SDN-1 Pangkut Arut Utara ini telah terdapat ruang belajar (kelas), dan telah dilengkapi dengan kursi dan meja siswa, papan tulis dan meja- kursi guru; ruang kantor plus peralatan perkantorannya untuk kepentingan tata usaha Sekolah; ruang guru, ruang Kepala Sekolah; ruang UKS; kantin Sekolah; dan tempat parkir yang memadai. Untuk lebih jelasnya tentang data sarana dan prasarana ini dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 3 KEADAAN SARANA DAN PRASARANA SDN-1 PANGKUT ARUT UTARA.3 No. Sarana Jumlah Keterangan 1
3
2
3
4
1
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
2
Ruang Guru
1
Baik
3
Ruang TU
1
Baik
4
Ruang Kelas
6
Baik
Sumber Data TU SDN-1 SDN-1 Pangkut Arut Utara
49
5
Ruang UKS
1
Baik
6
Kantin Sekolah
1
Baik
7 Parkir 1 Baik Sumber Data: Observasi dan dokumentasi Pangkut Arut Utara Tahun 2010
Melalui data di atas dapat diketahui bahwa SDN-1 Pangkut telah memiliki 6 (enam) ruang belajar untuk kapasitas tiga puluhan orang siswa, 1 (satu) ruang Kepala Sekolah, 1 (satu) ruang TU, 1 (satu) ruang guru untuk 7 (tujuh) orang guru, baik guru kelas maupun guru bidang studi, dan UKS serta tempat parkir yang memadai, yang kesemuanya dalam keadaan atau kondisi baik, hingga aktivitas pembelajaran bisa dijalankan dengan baik, tanpa terkendala oleh hambatan ruang dan waktu. Dengan begitu, setiap kelas bisa memulai pembelajarannya pada pagi hari karena tidak ada pergantian kelas untuk ruangan yang sama.4 4. Keadaan Guru di SDN-1 Pangkut Arut Utara Pelaksanaan pembelajaran SDN-1 Pangkut Arut Utara ini dilaksanakan oleh 10 (sepuluh) orang guru yang dibagi dari beberapa jam pelajaran setiap minggunya dan ada juga yang jadi guru kelas ditambah 1 (satu) orang Kepala Sekolah yang juga merangkap sebagai guru. Keseluruhan guru ini berkualifikasi beraneka ragam ada yang lulusan SLTA,D.II dan S1, terkecuali 2 (dua) orang sarjana. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan guru ini dapat dilihat pada tabel berikut:
4
Data observasi di SDN-1 SDN-1 Pangkut Arut Utara pada tanggal 20 Oktober 2010
50
TABEL 4 KEADAAN GURU SDN-1 PANGKUT TAHUN 2010 5 No.
Nama
1
2
Pangkat/Gol
Ijazah
Status
Jabatan
3
4
5
6
Ruang
Terakhir
1
Hamid
Pembina IV/a
PNS
Kep Sek
D.II .
2
Nurwida, S.Pd
Pembina IV/a
PNS
Guru Kelas
S.1.
3
Rokiah
Penata III/D
PNS
Guru Kelas
D.II.
4
Tomo
PenataIII/C
PNS
Guru Kelas
D.II.
5
Maryono, S.Pd
Panata/III/A
PNS
Guru A Hindu
S.1
6
Bernardus Boet
Pengatur II/D
PNS
Guru Kelasa
D.III.
7
Helma
Pengatur II/A
PNS
P. Sekolah
SLTP
8
Desi Meriantie
Pengatur II/B
PNS
Guru Kelas
D.II.
9
Rahmaniah
-
Honor
Guru PAI
D.II.
10
Dartinawati
-
Honor
Guru A Kris
SLTA,
Sumber Data: Dokumentasi Pangkut Arut Utara Tahun 2010 Tabel di atas memperlihatkan bahwa keadaan tenaga pengajar atau pendidik/guru, jika dilihat dari latar belakang pendidikan mereka maka yang beraneka ragam, karena dengan begitu diharapakan guru yang mengajar di sana adalah orang-orang yang mampu mengemban. dan juga dibandingkan dengan jumlah siswa yang belajar di sana, sebanding atau mencukupi untuk menunjang secara signifikan kegiatan proses belajar mengajar di sebuah SDN.
5
Sumber Data TU SDN-1 1 Pangkut Arut Utara
51
5. Keadaan Siswa di SDN-1 Pangkut Arut Utara SDN-1 Pangkut Arut Utara ini, hingga saat ini, telah memiliki siswa dengan jumlah keseluruhan sebanyak 130 (Seratus tiga puluh) orang siswa, yang terdiri dari 63 (Enam puluh) orang siswa laki-laki, dan 67 (enam puluh tujuh) orang siswa perempuan atau siswi. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan siswa di SDN-1 Pangkut Arut Utara ini dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL 5 KEADAAN SISWA SDN-1 PANGKUT TAHUN 20106 Jumlah Siswa No. Kelas Jumlah Laki-laki Perempuan 1 1
2 I
3 7
4 10
5 17
2
II
14
12
26
3
III
10
9
19
4
IV
10
11
21
5
V
5
10
15
6
VI
17
15
32
Jumlah 63 67 130 Sumber Data: Observasi dan dokumentasi Pangkut Arut Utara Tahun 2010. Melalui tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 6 rombongan belajar seluruhnya berjumlah 130 (seratus tiga puluh) orang siswa, yang tiap kelas adalah 20 orang peserta didik. Sementara jika dilihat dari kondisi riil per ruangan adalah relatif sama. Melalui tabel di atas dapat diketahui jumlah siswa pada Kelas, I memiliki 1 kelompok belajar dengan jumlah 17 siswa kelas II memiliki 1 6
Sumber Data TU SDN-1 1 Pangkut Arut Utara
52
kelompok belajar dengan jumlah 26, Kelas III memiliki 1 kelompok belajar dengan jumlah 19, Kelas IV memiliki 1 kelompok belajar dengan jumlah 21 siswa, Kelas V memiliki 1 kelompok belajar dengan jumlah 15, Kelas VI memiliki 1 kelompok belajar dengan jumlah 32 siswa. dengan jumlah rombongan belajar 6 dengan jumlah siswa 130 orang (Seratus tiga puluh) orang siswa, yang jika dibagi secara rata-rata kelas adalah berkisar antara 5 sampai 17 orang siswa. Sementara jika dilihat dari kondisi riil per-kelas adalah relatif, dari jumlah terbanyak pada Kelas VI (32 orang siswa) hingga yang paling sedikit pada Kelas I dan V. B. Hasil Penelitian a. Deskripsi Penerapan Penilaian Berbasis Kelas di SDN-1 Pangkut Urut Utara Kabupaten Kotawringin Barat Kegiatan penilaian merupakan tugas professional guru yang wajib dilakukan secara terus menerus. Kegiatan penilaian meliputi, beragam kegiatan seperti mengamati, mencatat, merekam, membuat kesimpulan, dan memberi saran hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan siswa belajar. Oleh karena itu, kegiatan penilaian ini merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang kemampuan siswa belajar selain membuat keputusan tentang posisi kemajuan siswa belajar pada rentang tercapai–tidak tercapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Seperti yang disinggung di muka (pada Latar Belakang), bahwa evaluasi, yang merupakan bagian akhir dari kegiatan pembelajaran seorang guru, bisa dimaknai sebagai suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui
53
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, atau juga merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui pola umum kegiatan guru dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, termasuk juga tujuan setiap mata pelajaran. Dan berdasarkan pengamatan sementara yang penulis lakukan, diketahui bahwa pengetahuan guru tentang penilaian berbasis kelas pada SDN-1 Pangkut Arut Utara telah melakukan evaluasi dimaksud. Pada tataran ini, penting kiranya untuk mengetahui secara jelas tentang beberapa masalah pokok yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam hal mengevaluasi suatu pembelajaran. Masalah-masalah tersebut, antara lain adalah: Bentuk atau model seperti apa evaluasi yang dilakukan; tujuan dan fungsi dari evaluasi dimaksud; dan bagaimana kegiatan
(tahapan-tahapan
pelaksanaan)-nya;
yang
keseluruhannya
mengarah pada spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dievaluasi tersebut. Dengan kata lain, penentuan bentuk, makna, kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah evaluasi haruslah ditentukan secara kongkrit sebelum evaluasi itu dilakukan, hingga melalui hal tersebut tujuan pembelajaran dapat diindikasikan tercapai atau tidak; dan jika tidak, langkah apa yang semestinya diupayakan oleh seorang guru selaku orang yang bertanggungjawab atas pembelajaran yang dilakukannya.
54
a. Kegiatan Penilaian Berbasis Kelas yang dilakukan Guru PAI Kelas IV di SDN-1 Pangkut Arut Utara Kabupaten Kotawringin Barat Evaluasi, seperti disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah penilaian akan suatu hasil.7 Sementara menurut Subandijah, sebagaimana dikutip Sarifuddin, evaluasi adalah proses yang lebih banyak memberikan pertimbangan atau judgement. Melalui pertimbangan tersebut maka kemudian ditentukan nilai atau arti/makna sesuatu yang dievaluasi. 8 Jika dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses, maka berarti evaluasi juga merupakan kegiatan, yang di dalamnya terdapat langkah-langkah, tahapan-tahapan ataupun cara-cara tertentu yang harus dilakukan, hingga bisa dikatakan sebagai suatu kegiatan, seperti halnya proses pembelajaran itu sendiri. Terkait dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Guru PAI Kelas SDN-1 Pangkut Arut Utara ini dalam melaksanakan evaluasi pembelajarannya, maka patut untuk dicermati hasil wawancara di bawah ini: Media yang saya gunakan dalam evaluasi adalah soal-soal yang tertuang dalam buku paket, yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan. Evaluasi ini biasanya saya lakukan setelah materi selesai saya sampaikan. Kadang-kadang saya menuliskan soalnya di papan tulis, atau bisa juga soalnya diambil dari Lembar Kerja Siswa (LKS). Jika soalnya sudah selesai mereka jawab, maka siswa mengumpulkannya dengan saya, setelah itu saya akan mengoreksi dan memberikan nilai, bisa dibawa pulang atau langsung dinilai, kemudian saya arsipkan ke dalam buku catatan khusus, untuk mengetahui mana yang harus belajar lagi dan mana yang tidak perlu belajar lagi.9 7
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982, h. 363. Udin Sarifuddin Winataputra, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Univrsitas Terbuka, 1997, h. 9. 9 Wawancara dengan RH guru kelas IV tanggal 17 Oktober 2010. 8
55
1. Pengumpulan/pengarsipan sejumlah hasil pembelajaran peserta didik pada setiap kali pembelajaran; 2. Pemeriksaan hasil pembelajaran; 3. Pengklasifikasian atau pengelompokkan hasil pembelajaran yang telah diperiksa; 4. Melakukan pembelajaran ulangan bagi peserta didik yang dianggap belum atau kurang berhasil dalam pembelajaran RH juga mengatakan bahwa dalam melakukan evaluasi/penilaian yang saya nilai itu bukan hanya menilai hasil proses pembelajaran saja, tetapi keaktifan, tingkah laku siswa dalam kesehariannya juga menjadi penilaian bagi saya, terkadang ada siswa yang pandai tetatpi pada saat proses belajar mengajar yang bersangkutan ribut dan sebagainya ada juga anak yang kurang pandai tetapi yang bersangkutan rajin, tidak nakal dan sebagainya bisa menjadi pertimbangan dalam memberikan penilaian kepada siswa yang bersangkutan.10 Berdasarkan keterangan di atas dapat penulis simpulkan bahawa bahwa dalam melakukan evaluasi/penilaian yang nilai itu bukan hanya menilai hasil proses pembelajaran saja, tetapi keaktifan, tingkah laku siswa dalam kesehariannya juga menjadi penilaian bagi saya, terkadang ada siswa yang pandai tetatpi pada saat proses belajar mengajar yang bersangkutan ribut dan sebagainya ada juga anak yang kurang pandai tetapi yang bersangkutan rajin, tidak nakal dan sebagainya bisa menjadi pertimbangan dalam memberikan penilaian kepada siswa yang bersangkutan.
10
Observasi tanggal 24, 25 dan 26 Oktober 2010
56
Berdasarkan data observasi penulis, memang ada pembelajaran tambahan yang dilakukan oleh Guru SDN-1 Pangkut tersebut, yakni dengan jalan mengambil jam pelajaran Pengembangan Diri, yang dialokasikan waktunya sebanyak 2 jam pelajaran pada setiap hari Sabtu.11 Dan ketika hal ini dikonfirmasi dengan Kepala Sekolah, beliau mengatakan: Kami senang dengan apa yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru ini, tidak masalah jika beliau mau memberikan les tambahan kepada murid. Itu malah lebih baik. Apapun yang beliau lakukan, sepanjang untuk kepentingan murid, pasti kami restui. mudah-mudahan itu bisa jadi contoh bagi guru-guru yang lain. Tanpa digaji, tapi tetap mau memberikan les tambahan, kami salut dengan beliau, selain itu guru juga menerapkan atau melakukan penilaian bukan hanya dilakukan dari proses belajar saja akan tetapi dari aspek apektif, psikomotrik.12 Terkait dengan reaksi siswa atas evaluasi dan pembelajaran ulangan yang dilakukan oleh Guru tersebut, seorang siswa berinisial NA menyebutkan: Sidin itu mambari nilai bisa diambil dari hasil mengerjakan soal lawan jua sidin tu mambari soalnya pasti banyak, tapi ngak papa, yang penting kami berusaha untuk menjawabnya dengan benar dan hati-hati, Bisa jadi PR, Bisa jua langsung dikerjakan di kelas. Kalo banyak salahnya, harus mengulang di hari Sabtu, jadi kami harus rajin belajar dengan sidin.13 Baik itu pembelajaran yang dilakukan, atau pun juga evaluasinya, mestilah direncanakan sebelumnya, hingga biasanya seorang guru, sebelum melaksanakan pembelajarannya, ia akan
11
Observasi tanggal 24, 25 dan 26 Oktober 2010. Wawancara dengan Kepala Sekolah, pada tanggal 25 Oktober 2010. 13 Wawancara dengan salah seorang siswa Kelas V tanggal 25 Oktober 2010 12
57
membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran)-nya terlebih dahulu. Ketika ditanyakan tentang RPP tersebut, apakah ada perbedaan antara RPP agama dengan RPP mata pelajaran yang lainnya? Karena khusus untuk mata pelajaran ini ada perbedaan perlakuan, yakni pada evaluasinya dan juga pada penambahan les atau pembelajaran ulangan? Guru tersebut menjawab: "Tidak, RPP-nya sama saja, sama dengan yang dibuat guru-guru lainnya di sini",.14 Dari sini, bisa dikatakan bahwa evaluasi yang dilakukan adalah improvisasi dari Guru yang bersangkutan. Namun bisa jadi juga bahwa kegiatan evaluasi dan pembelajaran ulangan itu direncanakan, tapi tidak dijabarkan dalam RPP-nya secara formal. b. Tujuan Penilaian yang dilakukan Guru PAI Kelas IV di SDN-1 Pangkut Arut Utara Kabupaten Kotawringin Barat Terkait dengan tujuan dari dilakukannya evaluasi pembelajaran tersebut, penulis sempat juga bertanya tentang: Apakah setiap mata pelajaran dievaluasi seperti itu? Yang bersangkutan menjawab: "Tidak, untuk sekarang hanya pelajaran yang diajarkan pada saat ini saja dulu", maksudnya mungkin mata pelajaran. Dan ketika ditanya lagi, mengapa hanya mata pelajaran bahasa indonesia? Bukannya mata pelajaran yang lain? Guru tadi menjawab lagi: Pendidikan Agama itu penting bagi siswa, apalagi dalam usia mereka yang masih dini seperti ini, sebab dari situ akan bisa ditanamkankan kepada mereka perilaku-perilaku yang baik, 14
Wawancara dengan RH guru PAI pada tanggal 25 Oktober 2010.
58
akhlak terpuji, supaya tidak salah dalam kehidupan mereka saat mereka menjadi remaja, dewasa nanti... Kita lihat sekarang, remaja-remaja sekarang sudah banyak yang bertindak di luar batas, di tv-tv, di sekitar kita, banyak kita dengar perbuatanperbuatannya yang melanggar moral... Pintar itu bagus, tapi bagus lagi kalo bermoral.. Tawuran sesama pelajar, pacaran seperti suami-isteri, mabuk-mabukan, ugal-ugalan saat berkendaraan, dan lain-lain itu kan karena tidak bermoral.15 Tampaknya, evaluasi yang dilakukan oleh Guru SDN-1 Pangku ini ini, yang juga merupakan Guru Kelas pada Kelas lain tersebut, lebih dititiktekankan pada tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut. Artinya, bisa dikatakan di sini bahwa tujuan dari diadakannya evaluasi tersebut sama dengan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas itu sendiri. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang mengajarkan tentang pola hidup serta tingkah laku yang sesuai dengan tuntunan syari’at agama Islam. Pemberian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah dasar (dari Sekolah Dasar, SLTP, hingga SLTA) merupakan salah satu upaya penanaman mentalitas dan moralitas agama (sikap beragama) peserta didik, sehingga diharapkan individu tersebut dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak terjerumus dalam berbagai bentuk tindakan atau perbuatan asusila, yang melanggar norma-norma agama itu sendiri. Demikian pentingnya penanaman sikap keberagaman ini, sehingga setiap lembaga pendidikan Islam, baik yang formal, informal 15
Wawancara dengan RH guru PAI pada tanggal 25 Oktober 2010
59
maupun non-formal, hendaknya memberikan tempat tersendiri guna menunjang keberhasilan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dimaksud.16 c. Evaluasi/ Penilaian Pembelajaran Guru di SDN-1 Pangkut Arut Utara; dan Kaitannya dengan Evaluasi /Penilaian Berbasis Kelas Menurut Zainal Arifin Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”,yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu
proses
pembelajaran,
maupun
berupa
perubahan
dan
perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional
16
Departemen Agama RI., Standar Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Direktorat Madrasah Pendidikan Agama Islam, 2003, h. 43.
60
(multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa : a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), b) tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portfolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat). Menurut pendapatnya Sanjaya, Evaluasi adalah evaluasi terhadap karya-karya siswa selama proses pembelajaran, yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi, yang dikumpulkan selama periode tertentu, dan digunakan untuk memantau perkembangan siswa, baik mengenai pengetahuan, keterampilan, maupun sikap siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan.17 Jika dilihat dari pengertian di atas, maka penilaian yang dilakukan oleh Guru PAI Kelas IV SDN-1 Pangkut
ini bisa
dikategorikan sebagai Penilaian Berbasis Kelas, karena dalam pelaksanaannya
Guru
tersebut
memang
telah
mengumpulkan
(mengarsipkan) hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran, dilanjutkan dengan tahapan penilaian atas hasil tersebut dalam rangka
4
Wina Sanjaya, Pembelajaran Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Cet. II, Jakarta: Kencana, 2006. h. 194.
61
memantau perkembangan peserta didik, untuk kemudian diambil tindakan berupa pembelajaran ulangan bagi mereka (peserta didik) yang dianggap tidak berhasil dalam pembelajarannya. Berdasarkan keterangan di atas dapat dipahami bahwa apa yang telah dilakukan oleh guru SDN-1 Pangkut dalam melakukan evaluasi pembelajaran berbasis kelas. Beberapa hal tersebut, sepanjang yang mampu penulis amati adalah, di antaranya: 1. Hasil yang dievaluasi dalam evaluasi pembelajaran Guru SDN-1 Pangkut Arut Utara ini adalah hasil pembelajaran harian, atau lebih tepatnya jika dikatakan sebagai hasil evaluasi dari instrumen soal yang telah dirumuskan dalam RPP atau diambil dari LKS (Lembar Kerja Siswa). Sementara hasil yang dievaluasi dalam evaluasi pembelajaran berbasis kelas adalah hasil karya siswa yang dibuat menurut kreativitas siswa sendiri, yaitu berupa
kumpulan
fakta/bukti dan dokumen yang berupa tugas-tugas yang terorganisir secara sistematis dari seorang guru, secara terencana dan individual, dalam proses pembelajaran, dan bukan merupakan tugas yang dikerjakan dan telah dinilai dalam kegiatan harian;18 2. Karena hasil yang dievaluasi dalam evaluasi pembelajaran berbasis kelas ini adalah hasil karya siswa yang dibuat menurut kreativitas siswa sendiri – yaitu berupa kumpulan fakta/bukti dan dokumen
18
Depdiknas, Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kurikulum 2004. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003, h. 20.
62
yang berupa tugas-tugas yang terorganisir secara sistematis dari guru, secara terencana dan individual, dalam proses pembelajaran – maka evaluasi ini dimaksudkan sebagai pembelajaran praktik (melakukan, yakni afektif dan psikomotorik).19 Sementara evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh Guru ini lebih difokuskan pada pembelajaran memahami (kognitif) semata, yang jika tidak mampu memahami atas pembelajaran dimaksud, maka akan diadakan pembelajaran ulangan; 3. Evaluasi pembelajaran berbasis kelas, dalam hal di atas, mempunyai beberapa standar perencanaan yang kuat, yakni mendorong terjadinya interaksi antar-lingkungan terkait, seperti interaksi antar-siswa, guru, orangtua dan masyarakat, yang saling melengkapi serta menggambarkan belajar siswa secara mendalam, yang pada akhirnya dapat menjadi sadar untuk meningkatkan dirinya sebagai individu dan makhluk sosial. 20 Sementara dalam evaluasi pembelajaran Guru SDN-1 Pangkut Arut Utara ini hanya mendorong terjadinya interaksi antara guru-siswa (dalam proses pembelajaran di kelas) saja; 4. Evaluasi pembelajaran Berbasis Kelas, biasanya, diorganisir secara jelas dan terencana. Hal ini dibuktikan dengan adanya format penilaian beserta kriteria-kriteria tertentu di dalamnya, dan format penilaian tersebut digunakan untuk mengetahui perkembangan 19
Arnie Fajar, Portofolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, h. 90-91. Ibid, h. 92.
20
63
pembelajaran dari masing-masing siswa secara keseluruhan. 21 Sementara dalam evaluasi pembelajaran Guru SDN-1 Pangkut Arut Utara ini tidak ditemukan adanya format penilaian beserta kriteria-kriteria tertentu seperti halnya yang dimaksud dalam berbasis kelas. Bahkan tindakan/solusi yang dijalankan pun tidak untuk masing-masing siswa, tapi hanya untuk para siswa yang dianggap kurang atau belum mampu memahami pembelajaran yang telah dilakukan. C. Pembahasan Menurut hemat penulis bahwa kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran. Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Misalnya apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau masih perlu perbaikan dan penyempurnaan oleh sebab itu,
21
Ibid, h. 85.
64
disamping kurikulum yang cocok dan proses pembelajaran yang benar perlu ada sistem penilaian yang baik, searah dan terencana. Guru yang baik harus menguasai 3 dimensi metode dan penguasaan penilaian, apabila guru memiliki kelemahan salah satunya, maka hasilnya tidak maksimal. Tujuan penilaian berbasis kelas atau kemudian disebut penilaian kelas adalah (1) Menjamin agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan kurikulum. (2) Memeriksa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. (3) Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran. (4) Menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai seluruh atau sebagian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Apa yang telah dilakukan oleh subjek dalam melakukan penilaian berbasis kelas sudah cukup baik dan sesuai dengan apa yang teruang dari beberapa teori yang telah disampaikan dalam literatur. 1. Deskripsi penerapan Penilaian Berbasis Kelas di SDN-1 Pangkut Urut Utara Kabupaten Kotawringin Barat. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa guru tersebut sebagai proses penilaian, yakni menilai hasil pembelajaran peserta didik. Sekalipun jika diamati secara seksama, yang bersangkutan bukan hanya mencoba untuk menilai hasilnya semata, tapi juga proses dari pembelajaran dimaksud, hingga diadakan kembali pembelajaran ulangan bagi peserta didik yang dianggap kurang atau belum mampu memahami pembelajarannya; Adapun
65
tujuan diadakannya evaluasi pembelajaran tersebut, menurut guru yang bersangkutan, adalah tidak lepas dari tujuan diajarkannya mata pelajaran itu sendiri kepada peserta didik, yakni mengajarkan tentang pola hidup serta tingkah laku yang sesuai dengan tuntunan syari’at agama Islam. Melalui pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan tersebut diharapkan para peserta didik benar-benar dapat memahami tentang pola hidup serta tingkah laku dimaksud, hingga dapat mengamalkannya
dalam
kehidupan
sehari-hari,
sehingga
tidak
terjerumus dalam berbagai bentuk tindakan atau perbuatan asusila, yang melanggar norma-norma agama itu sendiri; Jika dilihat sepintas, evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam ini bisa dikatakan sebagai evaluasi pembelajaran hampir sama dengam model Portofolio. Berdasarkan keterangan dan hasil penelitian dari teknik dan penerapan penelitian yang telah dilakukan atau diterapkan oleh guru yang menjadi subjek memang sesuai dan paut untuk ditiru dalam rangka melakukan penilaian berbasis kelas.