43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Candi Tebing Gunung Kawi Candi Tebing Gunung Kawi terdiri dari 10 buah candi yang terletak di tiga lokasi seperti penjelasan pada subbab 3.2 pada Gambar 3.2. Candi kelompok 5 dikatakan sebagai kelompok utama dan tampak pada candi 5A yang secara kasat mata memiliki ukuran paling besar. Hal ini juga diperkuat dengan adanya aksara atau tulisan sanskerta yang berbunyi haji lumah ing jalu (Gambar 4.2), dan diartikan sebagai seorang raja yang wafat dilembah Sungai Pakerisan. Tata letak candi memakai konsep kaja sebagai orientasi utama ditunjukkan oleh posisi candi 5A yang terletak di posisi paling kaja. Kaja dalam bahasa Indonesia berarti utara, namun perlu ditegaskan bahwa kaja tidak selalu berarti utara dalam bahasa Indonesia, karena kaja khususnya dalam istilah arsitektur Bali adalah orientasi kearah gunung yang dianggap sebagai orientasi utama.
Gambar 4.1 Tampak Depan Candi Kelompok 5 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
44
Gambar 4.2 Tampak Depan Candi 5A dan posisi tulisan haji lumah ing jalu pada candi 5A Sumber : Survei Lapangan, April 2013
Candi-candi tebing di Gunung Kawi juga memiliki genah pedagingan yang terletak tepat di bawah pintu semu. Genah pedagingan adalah tempat untuk menguburkan atau menyimpan lima macam jenis logam yang disimbolkan sebagai lima dasar kemuliaan saat ritual mapendeman panca datu (Disbud, 1987 : 6). Peti nawasanga adalah tempat untuk meletakkan berbagai jenis logam dan benda lainnya yang disertai dengan saji-sajian. Benda-benda inilah yang juga disebut dengan pripih (Soekmono, 1988 : 81). Candi Tebing Gunung Kawi juga memiliki beberapa peti nawasanga yang masih tersisa seperti pada Gambar 4.3.
45
Posisi genah pedagingan pada Candi Tebing Gunung Kawi
Gambar potongan genah pedagingan dibagian bawah pintu semu
Peti nawasanga tempat meyimpan pripih pada Candi Tebing Gunung Kawi Gambar 4.3 Posisi genah pedagingan dan peti nawasanga pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber : Survei Lapangan, April 2013
Candi-candi Tebing Gunung Kawi berada di sisi kanan dan kiri Sungai Pakerisan, begitu pula goa-goa pertapaan yang tersebar disepanjang aliran sungai. Candi kelompok 5 dan kelompok 4 posisinya saling berhadapan dan kedua kelompok ini ada di sisi kanan kiri aliran sungai. Berbeda halnya dengan candi 5
46
dan candi 4 yang berkelompok, candi 1 hanya terdiri dari satu candi dan berada jauh di selatan candi 5 dan candi 4.
Gambar 4.4 Tampak Depan Candi Kelompok 4 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.5 Tampak Depan Candi Kelompok 1 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Secara umum kondisi fisik dari sepuluh candi ini sudah mulai mengalami kerusakan. Hal ini tampak jelas pada candi-candi kelompok 4, terutama candi 4D yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Bagian kepala candi 4D hampir
47
sudah tidak berbentuk pada bagian depan, begitu pula yang terjadi pada bagian kepala candi 1 seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kerusakan pada kepala candi 1 dan 4D Sumber : Survei Lapangan, April 2013
48
Kerusakan-kerusakan pada muka candi juga menyulitkan proses pengukuran untuk mendapatkan perhitungan proporsi candi. Bentuk-bentuk asli candi juga sulit dipastikan mengingat candi-candi sudah pernah dilapisi dengan semen untuk menjaga bentuk candi. Kerusakan umumnya terjadi pada sisi depan candi, sedangkan pada bagian-bagian samping masih bisa terbaca dan dapat diukur. Kerusakan bagian candi bukanlah satu-satunya tantangan dalam pengukuran, kondisi candi yang basah karena rembesan air dari atas tebing juga menyulitkan pengukuran. Candi 5D dan candi 4C adalah candi-candi yang memiliki permukaan yang berlumut dan licin. Keadaan ini juga disebabkan oleh hilangnya beberapa bagian tebing diatas candi yang mungkin runtuh akibat gempa terdahulu seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Kerusakan pada bagian atas tebing candi 5 Sumber : Survei Lapangan, April 2013
49
4.2 Elemen-Elemen Pembentuk Proporsi (EPP) Pada Candi Tebing Gunung Kawi Proporsi pada candi tebing Gunung Kawi dibentuk oleh tiga elemen utama yaitu kaki, badan dan kepala. Setiap elemen utama juga disusun oleh elemenelemen penyusun yang lebih detail sehingga terbentuklah proporsi pada candi tebing tersebut. Untuk mempermudah dalam memberikan penjelasan, elemenelemen detail tersebut diberi nama elemen pembentuk proporsi dengan kode EPP. Masing-masing candi di setiap kelompok memiliki pengulangan EPP yang hampir sama, namun ada beberapa bagian yang berbeda. EPP akan dibahas dalam setiap elemen utama candi yaitu pada kaki, badan dan kepala. Elemen kaki, badan, dan kepala merupakan simbol dari tingkatan alam semesta yaitu bhurloka, bwahloka, dan swahloka. Bhurloka merupakan dunia manusia, bwahloka untuk orang yang disucikan, dan swahloka untuk para dewadewi (Gambar 4.8). Ketiga pembagian ini juga mempunyai batas-batas pada bangunan candi seperti pada Gambar 4.9. Pembagian kaki, badan dan kepala pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 adalah dasar acuan yang digunakan untuk membagi batas-batas kaki, badan dan kepala pada Candi Tebing Gunung Kawi. Kaki, badan, dan kepala merupakan pembagian EPP pada candi yang masih global. Secara detail setiap elemen tersebut juga dibentuk oleh EPP yang juga terdiri dari kaki, badan, dan kepala.
50
Gambar 4.8 Struktur candi pada Candi Merak, Jawa Tengah Sumber : Soeroto, 2007 : 150
Gambar 4.9 Pembagian kaki, badan, dan kepala pada Candi Merak, Jawa Tengah Sumber : Soeroto, 2007 : 150
51
Mengacu literatur Gambar 4.9, maka pembagian batas-batas EPP kaki, badan, dan kepala pada Candi Tebing Gunung Kawi dapat ditentukan seperti pada Gambar 4.10. Gambar 4.10 merupakan pembagian EPP secara global, sedangkan pada Gambar 4.11 merupakan pembagian EPP yang lebih detail dari Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Pembagian batas-batas EPP kaki, badan dan kepala pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
52
Gambar 4.11 Pembagian detail EPP kaki, badan dan kepala pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Proporsi Candi Tebing Gunung Kawi dibentuk oleh EPP yang sangat detail dari bagian-bagian terkecil. Pemberian nama pada setiap EPP disesuaikan dengan pemberian nama di daerah Gianyar mengingat Candi Tebing Gunung Kawi masih berada di kawasan Gianyar dan melakukan wawancara pada narasumber yang tahu tentang penamaan bagian candi. Para narasumber yang diwawancarai berasal dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), undagi, dan tukang stil Bali yang ada di seputaran wilayah Tampaksiring Gianyar. Hal ini
53
bertujuan untuk memberikan komparasi dan mencari kesesuaian nama-nama EPP yang akan digunakan. Pemberian nama pada bagian bangunan khususnya candi di Gianyar relatif sama, namun ada beberapa EPP candi yang memiliki nama berbeda. Perbedaan nama tersebut tidak menjadi kendala, karena walaupun namanya berbeda kebanyakan dari undagi maupun tukang stil Bali sudah mengetahui perbedaan nama tersebut. Pembahasan EPP pada setiap bagian candi hanya kearah vertikal, ini disebabkan karena penamaan EPP hanya ada pada susunan kearah vertikal bukan horisontal. 4.2.1
Kaki Candi Pembahasan EPP dimulai dari kaki candi kelompok 5. Kaki candi
kelompok 5 terhubung menjadi satu bagian dan mulai terpisah dari bagian badan candi. Kaki candi di kelompok 5 tampak ada perbedaan pada kaki candi 5A yang memiliki batas jelas dan ada peninggian level sekitar ±36 cm dari level kaki candi 5B-5E, sedangkan pada kaki candi 5B-5E terlihat menjadi satu seperti pada Gambar 4.6 dan tidak terlihat ada batas-batas yang jelas untuk setiap kaki candi. Perbedaan kaki candi 5A juga menunjukkan memang candi ini memiliki kelebihan dari candi-candi lainnya. Penerapan prinsip sumbu dalam arsitektur candi diperlihatkan dengan adanya tangga naik di kaki candi 5C yang posisinya memang berada di tengah-tengah candi kelompok 5.
Gambar 4.12 Tampak Depan Kaki Candi Kelompok 5 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
54
Kaki candi 5A-5E secara detail disusun oleh EPP yang sama, hanya saja ukurannya yang berbeda-beda. Kerusakan dan hilangnya beberapa bagian EPP kaki candi juga menjadi sebuah permasalahan dalam menentukan susunan EPP. Susunan EPP pada kaki candi akan lebih mudah dilihat melalui gambar potongan seperti pada Gambar 4.13. Pembahasan EPP kaki candi kelompok 5 dimulai dari kaki candi 5A. EPP kaki candi 5A terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah disusun oleh EPP berupa dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, bagian tubuh disusun oleh pengawak, dan perbingkaian atas disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong dan penukub. Perbingkaian atas
adalah pengulangan dari
perbingkaian bawah hanya saja posisinya terbalik atau dalam keadaan mirror dengan pengawak/tubuh sebagai pembatasnya..
Gambar 4.13 EPP Kaki Candi 5A Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
55
Susunan EPP pada kaki candi kelompok 5B-5E juga sama dengan EPP candi 5A yang juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian bawah dengan EPP detail yang sama yaitu terdiri dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub. Perbedaan dengan kaki 5A terlihat dari detail sebitan dan kalung yang jumlah dalam tingkatannya berbeda. Kaki 5A memiliki dua tingkat sebitan bawah sedangkan pada kaki 5B-5E hanya satu tingkat, kemudian pada bagian kalung kaki candi 5A memiliki empat tingkatan sedangkan pada kaki candi 5B-5E memiliki lima tingkatan (perhatikan pada Gambar 4.13 dan Gambar 4.14)
Gambar 4.14 EPP Kaki Candi 5B-5E Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Kaki candi kelompok 4 juga memiliki persamaan dengan kaki candi 5B5E yang menjadi hanya saja pada kaki candi 4 batas-batas kaki candi lebih terlihat jelas dari tampak depan seperti pada Gambar 4.15. Penerapan prinsip sumbu pada
56
perancangannya juga diperlihatkan pada peletakan tangga di bagian tengah. Berbeda dengan candi kelompok 5 yang memang berjumlah lima buah candi sehingga tangga diletakkan di posisi tengah tepat pada candi 5C, sedangkan pada candi 4 karena jumlah yang genap tangga diletakkan di antara candi 4B dan candi 4C.
Gambar 4.15 Tampak Depan Kaki Candi Kelompok 4 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Susunan EPP pada kaki candi 4 tidak jauh berbeda dengan candi 5 yang juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas dengan susunan dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub. Perbedaan juga terjadi pada dimensi atau ukuran setiap EPP, dapat diperhatikan pada Gambar 4.15 perbedaan pengawak kaki candi bagian kanan dan kiri. Terlihat pada pembagian pengawak bagian kanan di gambar memang lebih tinggi. Gambar 4.16 menampilkan secara mendetail susunan EPP kaki candi 4A-4D.
57
Gambar 4.16 EPP Kaki Candi 4A-4D Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Berbeda halnya dengan candi 5 dan candi 4, candi 1 yang terdiri dari satu candi juga memiliki bagian kaki yang terlihat dengan jelas. Candi 1 memiliki ukuran lebih kecil dari candi lainnya, dan memiliki tangga dibagian tengah candi seperti pada candi 5 dan candi 4 . Perbedaan kaki candi 1 dengan candi lainnya tampak pada sisi kaki candi yang memiliki tiga sisi tampak seperti halnya badan dan kepala candi. EPP kaki candi 1 teridiri dari dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, pengawak, kalung dan penukub tidak jauh berbeda dengan candi 5 dan 4 (perhatikan Gambar 4.18).
58
Gambar 4.17 Tampak Depan Kaki Candi Kelompok 1 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.18 EPP Kaki Candi 1 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Kaki candi kelompok 5, candi kelompok 4 dan candi kelompok 1 memiliki persamaan pada pembagian EPP yang terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah kaki candi disusun oleh EPP berupa dasar kaki, ganggong, capon, sebitan, baong capung, bebed, bagian tubuh kaki candi disusun oleh pengawak, dan perbingkaian atas kaki candi disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong dan penukub. Perbedaan EPP dari setiap kaki candi terletak pada ukuran dan jumlah susunan atau pengulangan
59
EPP seperti pada kaki candi kelompok 5. Perbedaan jumlah tersebut tampak pada bebed dan kalung dimana jumlah tingkatan atau palih ada yang berbeda. Ukuran EPP yang berbeda dapat dilihat pada kaki candi 1 pada bagian baong capung yang memiliki ukuran lebih tinggi dari baong capung pada kaki candi lainnya. Jika diperhatikan EPP diatas pengawak dan dibawah pengawak adalah sama, hanya saja pemberian nama EPP saat diletakkan dibawah dan diatas yang berbeda seperti bebed untuk bagian bawah dan kalung untuk bagian atas. Dapat dikatakan bagian pengawak layaknya sebuah pembatas yang sekaligus menjadi mirror antara bagian atas dan bawah pada kaki candi. 4.2.2
Badan Candi EPP pada badan candi juga memiliki persamaan dengan EPP pada bagian
kaki candi, hanya saja ada beberapa pengulangan EPP pada badan candi seperti pengulangan bagian bebed. Bagian badan candi memiliki dua bebed dibawah pengawak. Perbedaan bentuk bebed tampak pada candi 5A yang salah satu bebed ja berbeda dan tidak dimiliki oleh candi lainnya. Hal ini semakin menguatkan pernyataan bahwa candi 5A adalah candi utama di komplek Candi Tebing Gunung Kawi. Badan-badan candi juga banyak mengalami kerusakan dan ada beberapa bagian yang sudah tidak terbaca lagi, oleh sebab itu pengukuran dilakukan dengan memperkirakan EPP yang masih bisa terbaca atau membandingkan dengan EPP yang masih bisa terbaca. EPP pada badan candi juga terbagi atas perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas. Perbingkaian bawah badan candi disusun oleh dasar badan,
60
ganggong, capon, sebitan, dua baong capung dan dua bebed dibawah pengawak, kemudian bagian tubuh badan candi disusun oleh
pengawak, sedangkan
perbingkaian atas disusun oleh kalung, baong capung, sebitan, capon, ganggong, dan penukub. Badan candi juga memiliki genah pedagingan di bagian tengah badan tepatnya dibawah pintu semu. Pintu semu menjadi sebuah pembatas antara pengawak bagian kanan dan kiri. Perbedaan EPP juga terjadi pada badan candi seperti halnya kaki candi, perbedaan EPP terjadi pada jumlah tingkatan atau palih bebed, kalung dan sebitan. Penjelasan pada gambar-gambar berikut adalah untuk menampilkan setiap persamaan maupun perbedaan dari bagian badan candi antara satu candi dengan candi lainnya atau antara kelompok candi.
Gambar 4.19 EPP Badan Candi 5A Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
61
Gambar 4.20 EPP Badan Candi 5B Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Kondisi badan-badan candi hampir semua dalam keadaan sulit terbaca pada bagian depan, kecuali pada candi 5A, 5B, dan candi 1. Candi 5A memiliki kondisi paling bagus namun bukanlah bentuk asli candi, tapi candi yang sudah dilapisi semen. Selain itu Candi 5A dan 5B berada pada tempat yang tidak terlalu basah, berbeda halnya dengan candi 5C-5E, 4A-4D dan candi 1 relatif berada ditempat yang basah dan lembab. Badan candi 5C dan candi 5D sudah tidak terbaca pada bagian depan dan beberapa bagian pada sisi samping, begitu pula pada candi 4A-4D bagian depan badan candi sudah sulit dibaca bahkan pintu semu ada yang sudah rata. Perbedaan EPP pada badan candi 5A tampak pada bebed tingkat 1 yang memiliki bentuk berbeda dari bebed tingkat 1 di candi lainnya (Gambar 4,19).
62
Perbedaan dimensi EPP badan candi juga ditunjukkan pada candi 5B dan 4A seperti pada Gambar 4.20 bebed tingkat 2 bagian kanan pada badan candi 5B terlihat lebih besar dari pada bebed tingkat 2 bagian kiri, sedangkan pada Gambar 4.21 yaitu pada badan candi 4A bebed tingkat 1 terlihat memiliki pepalihan yang lebih besar.
Gambar 4.21 EPP Badan Candi 4A Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
63
Gambar 4.22 EPP Badan Candi 4B Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.22 dan Gambar 4.23 menunjukan persamaan susunan EPP badan candi 4B dan candi 1, hanya saja candi 1 memiliki perbedaan dengan Sembilan candi lainnya yaitu pada bagian pengawak tidak berisi jendela. Candi 1 adalah candi yang memiliki ukuran paling kecil diantara semua candi yang ada.
64
Gambar 4.23 EPP Badan Candi 1 Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
4.2.3
Kepala Candi Bagian kepala candi merupakan bagian yang paling komplek, karena
banyaknya EPP di bagian ini. Berbeda dengan kaki dan badan candi, bagian kepala memiliki beberapa EPP yang berbeda walaupun sesungguhnya terdapat pengulangan yang sama pada setiap tingkatannya. Perbedaan EPP sangat bervariasi pada bagian kepala mulai dari dasar hingga ke puncak kepala. Pembahasan tentang EPP pada kepala candi tidak bisa hanya dilihat dari tampak depan saja, ini disebabkan karena ada bagian-bagian yang tidak terlihat dan hanya terlihat pada gambar potongan.
65
Bagian kepala candi terbagi menjadi empat yaitu kepala tingkat 1, kepala tingkat 2, kepala tingkat 3 dan mahkota candi. Setiap bagian tersebut memiliki EPP yang berbeda pula pada setiap tingkatnya. Pembagian pada setiap kepala candi juga terdiri dari perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas, dan pada setiap bagian tersebut juga disusun oleh EPP yang lebih detail lagi. Pada bagian utama disusun oleh dasar mahkota dan mahkota utama atau dalam istilah Bali disebut dengan murda.
Setiap tingkatan kepala dihiasi dengan tiga buah
angklok/mendur yang menyerupai stupa. Detail dari setiap perbingkaian juga disusun oleh dasar, capon, ganggong, sebitan, baong capung, dan penukub hanya saja setiap tingkatan memiliki jumlah yang berbeda. Bagian EPP kepala yang tidak dimiliki oleh bagian badan dan kaki adalah mahkota. Susunan EPP kepala candi pada candi 5, candi 4 dan candi 1 sangat berbeda, apalagi pada candi 1. Candi 1 memang memiliki perbedaan secara menyeluruh baik dari kaki hingga kepala, sedangkan candi 5 dan candi 4 hampir sama walaupun jika diperhatikan memang terdapat perbedaan di beberapa bagian seperti pada bagian kepala tepatnya ada pada perbedaan perbingkaian bawah tingkat 3. Setiap tingkat memiliki perbingkaian bawah, namun pada kepala candi tingkat 3 di kelompok 5 tidak tampak adanya penggunaan perbingkaian bawah. Kemungkinan tidak adanya perbingkaian bawah pada candi 5 diperkirakan karena space tingkat 3 yang sudah habis atau tidak memungkinkan lagi untuk menambah perbingkaian.
66
Gambar 4.24 EPP Kepala Candi 5A dilihat dari Tampak Depan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Kepala candi kelompok 5, 4 dan 1 hampir seluruhnya memiliki perbedaan baik dari susunan EPP maupun dimensinya. Angklok/mendur adalah salah satu bagian yang menonjol di bagian kepala. Berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, angklok/mendur hanya berfungsi sebagai hiasan pada setiap tingkatan candi yang posisinya menutupi bagian utama tingkatan setiap kepala yaitu bagian perbingkaian atas, sehingga tidak terlihat utuh dari depan maupun samping. Angklok/mendur secara detail juga disusun oleh EPP seperti dasar, capon, ganggong, pengawak, penukub, dan murda. Setiap kelompok candi juga
67
memiliki susunan EPP angklok/mendur yang berbeda-beda. Pada candi 5 dan candi 4 perbedaan EPP pada angklok/mendur terlihat pada kepala tingkat 3. Candi 5A dan candi 5B memiliki angklok/mendur yang berbeda dengan candi 5C-5E, sedangkan candi 4A dan candi 4B memiliki angklok/mendur yang berbeda pula dengan candi 4C dan 4D, sedangkan candi 1 memang memiliki angklok/mendur yang sederhana tanpa capon.
Gambar 4.25 EPP Kepala Candi 5A dilihat dari Potongan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
68
Gambar 4.26 EPP Kepala Candi 5C dilihat dari Tampak Depan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.27 EPP Kepala Candi 5C dilihat dari Potongan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
69
Gambar 4.28 EPP Kepala Candi 4A dilihat dari Tampak Depan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.29 EPP Kepala Candi 4A dilihat dari Potongan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
70
Gambar 4.30 EPP Kepala Candi 1 dilihat dari Tampak Depan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Gambar 4.31 EPP Kepala Candi 1 dilihat dari Potongan Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
71
Gambar 4.30 memperlihatkan bentuk angklok/mendur yang sangat sederhana, berbeda dengan bentuk angklok/mendur yang ada di Candi 5 dan Candi 4. Angklok/mendur di Candi 1 tidak memiliki bagian capon pada pepalihannya, namun secara keseluruhan proporsi setian angklok/mendur memiliki persamaan pada EPP. Dalam buku manasara series volume v, terdapat penjelasan tentang profiles of moulding from manasara (Acharya, vol.v ; sheet no xxvii), EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi termasuk ke dalam tipe Vajana dengan bentuk yang paling sederhana dari profile moulding yang lain. Perbandingan hasil EPP candi 5A pada Candi Tebing Gunung Kawi dan teori pada manasara dapat dilihat pada Gambar 4.32 berikut ini.
Vajana with Prati-vajana
Kalung pada Badan Candi 5A
Vajra-Patta
Bebed tingkat 1pada Badan Candi 5A
72
Nimna or Splay
Angklok/mendur tingkat 3 pada kepala candi 5A tingka
Gambar 4.32 Perbandingan hasil EPP candi 5A pada Candi Tebing Gunung Kawi dan teori pada Manasara Sumber : Hasil Analisis Raka Gunawarman, 2013
4.3 Perhitungan Proporsi Pada Candi Tebing Gunung Kawi Seperti pada penjelasan umum pada konsep candi tebing pada bab 2, Candi Tebing Gunung Kawi hanya memiliki satu muka atau bisa disebut memiliki satu tampak saja yaitu tampak depan. Tampak depan sebagai patokan utama dalam menentukan bagaimana perhitungan proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi. Ukuran dari setiap elemen pembentuk proporsi yang bisa dibanding-bandingkan antara lain seperti tinggi kaki candi (Tk), tinggi badan candi (Tb), tinggi kepala candi (Tkp), tinggi pintu semu (Tp), lebar pintu semu (Lp), tinggi keseluruhan (T), lebar dasar kaki (Lk), lebar dasar badan (Lb), dan lebar dasar kepala (Lkp). Dimensi elemen-elemen tersebut adalah dimensi EPP untuk perbandingan proporsi secara global, namun pada bagian kepala mempunyai EPP yang lebih mendetail dan harus dianalisis. Bagian kepala candi memiliki tiga tingkatan sehingga ukuran setiap tingkatan pada bagian kepala dapat dibandingkan juga terhadap tinggi kepala candi. Perbandingan ini bertujuan untuk mendapatkan perhitungan khusus pada bagian kepala candi. Pembagian ukuran tersebut adalah tinggi kepala tingkat 1 (Tkp1), tinggi kepala tingkat 2 (Tkp2), tinggi kepala
73
tingkat 3 (Tkp3), tinggi dasar mahkota (Tdm), dan tinggi mahkota (Tm). Penjelasan dari elemen-elemen yang dibandingkan tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.33.
Keterangan : T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi. Gambar 4.33 Kode EPP candi yang dianalisa untuk perhitungan proporsi Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013
Ukuran dari elemen-elemen pembentuk proporsi Candi Tebing Gunung Kawi didasarkan pada hasil pengukuran yang sudah dilakukan pada proses sebelumnya. Perhitungan dan perbandingan yang bisa dianalisis dari tampak depan bangunan Candi Tebing Gunung Kawi adalah Tk:T, Tb:T, Tkp:T, Tp:T, Lk:T, Lb:T, Lkp:T, Lp:T, Tk:Lk, Tb:Lb, Tkp:Lkp, Lp:Tp, Tkp1:Tkp, Tkp2:Tkp, Tkp3:Tkp, Tdm:Tkp
74
dan Tm:Tkp. Perbandingan ini juga mengacu pada hasil penelitian dari Atmadi pada penelitiannya terhadap bangunan susunan batu di relief Candi Borobudur yang juga hanya memiliki satu muka saja. Beberapa perbandingan juga dianalisis untuk memperbanyak hasil temuan yang bisa dibandingkan sehingga bisa ditarik satu kesimpulan. Tabel 4.1 menjelaskan tentang dimensi setiap EPP dengan satuan cm. Tinggi keseluruhan candi dari bagian kaki hingga kepala pada candi 5 dan candi 4 berkisaran ±1000cm atau 10m, sedangkan pada candi 1 jauh lebih pendek yaitu ±800cm atau 8m. Perbedaan dimensi yang signifikan memang terjadi pada candi 1 baik dari dimensi keseluruhan maupun dimensi setiap EPP. Kerusakan-kerusakan yang berbeda disetiap candi juga menjadi permasalahan dalam menentukan dimensi yang sebenarnya, oleh sebab itu penentuan koefisien rata-rata di setiap dimensi EPP perlu ditentukan. Candi 5 dan candi 4 hampir memiliki dimensi yang tidak jauh berbeda sehingga bisa ditentukan koefisien rata-ratanya. Tabel 4.1 Dimensi EPP Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi 5A 5B 5C 5D 5E 4A 4B 4C 4D 1 Ratarata
T 1128.5 1069 1023 1013 1023.5 1046 1046.5 1007 1026.5 808
Tk 286 250 250 250 250 228 228 228 228 214
Tb 300.5 287.5 271 276.5 280 303 299 284.5 279.5 226
Tkp 542 531.5 502 486.5 493.5 515 519.5 494.5 519 368
1019
241
281
497
Dimensi (cm) Tp Lp 100 44 93 45 95 44 100 43 99 45 80 48 95 47 84 44 87 44 83 39
92
44
Lk 652 579.5 580 579.5 570 555 559.5 559.5 522 488
Lb 468 445 440 439 434 453 449.5 444 450 303.5
Lkp 468 445 440 439 434 453 449.5 444 450 303.5
565
433
433
Keterangan : T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi.
75
Tabel 4.2 menjelaskan tentang perhitungan dari setiap EPP yang memungkinkan jika dilihat dari tampak bangunan. Perbandingan EPP pada Tabel 4.2 juga mengacu pada perhitungan proporsi yang dilaksanakan oleh Atmadi. Tinggi candi secara keseluruhan menjadi patokan dalam menentukan apa saja yang dibandingkan, sehingga setiap EPP akan dibandingkan dengan tinggi candi secara keseluruhan. Tabel 4.2 Perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi
Perhitungan T/Tk
T/Tb
T/Tkp
T/Lk
T/Lb
T/Lkp
T/Tp
T/Lp
Tp/Lp
5A
3.9
3.8
2.1
1.7
2.4
2.4
11.3
25.6
2.3
5B
4.3
3.7
2.0
1.8
2.4
2.4
11.5
23.8
2.1
5C
4.1
3.8
2.0
1.8
2.3
2.3
10.8
23.3
2.2
5D
4.1
3.7
2.1
1.7
2.3
2.3
10.1
23.6
2.3
5E
4.1
3.7
2.1
1.8
2.4
2.4
10.3
22.7
2.2
4A
4.6
3.5
2.0
1.9
2.3
2.3
13.1
21.8
1.7
4B
4.6
3.5
2.0
1.9
2.3
2.3
11.0
22.3
2.0
4C
4.4
3.5
2.0
1.8
2.3
2.3
12.0
22.9
1.9
4D
4.5
3.7
2.0
2.0
2.3
2.3
11.8
23.3
2.0
1 Nilai Rata-rata
3.8
3.6
2.2
1.7
2.7
2.7
9.7
20.7
2.1
4.2
3.6
2.1
1.8
2.4
2.4
11.2
23.0
2.1
Keterangan : T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi.
Perbandingan antara tinggi keseluruhan (T) dan tinggi kaki (Tk) atau T/Tk pada sepuluh candi di komplek Candi Tebing Gunung Kawi mempunyai koefisien yang tidak terlalu jauh berbeda. Pada kolom T/Tk Tabel 4.2 diperlihatkan beberapa candi memiliki hasil koefisien T/Tk yang sama seperti pada Candi 5CCandi 5E memiliki T =4,1Tk, sedangkan pada Candi 4A dan Candi 4B memiliki
76
T=4,6Tk. Persamaan nilai koefisien ini menunjukkan memang ada candi-candi yang memiliki ukuran yang relatif sama. Nilai pada Tabel 4.2 tepatnya pada kolom T/Tk mempunyai range dari 3,8-4,6 dan jika dirata-ratakan T mempunyai nilai sebesar 4,2 Tk. Perbandingan pada kolom berikutnya adalah perbandingan antara tinggi keseluruhan (T) dengan tinggi badan candi (Tb) atau T/Tb. Nilai-nilai hasil perbandingan antara T dan Tb pada Tabel 4.2 sangatlah bervariasi dengan range mulai dari 3,5-3,8. Candi yang memiliki koefisien perbandingan yang sama adalah Candi 5B, Candi 5D, Candi 5E, dan Candi 4D dengan T=3,7 Tb, kemudian Candi 5A dan Candi 5C dengan koefisien T=3,8 Tb. Jika dirata-ratakan T mempunyai nilai 3,6 Tb, sehingga dapat dikatakan pula jika badan candi lebih tinggi dari kaki candi. Tinggi keseluruhan juga dibandingkan dengan bagian kepala. Bagian kepala pada candi umumnya menjadi sebuah bagian yang mempunyai keistimewaan tersendiri. Begitu pula pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi yang mempunyai tiga tingkatan. Tentunya karena memiliki tingkatan dan mahkota utama menyebabkan kepala menjadi bagian yang cukup tinggi bahkan jika diperhatikan secara kasat mata, proporsi tinggi candi adalah dua kali tinggi kepala candi. Perbandingan pada kolom T/Tkp Tabel 4.2 menunjukkan nilai koefisien yang lebih kecil dari Tk maupun Tb yang berarti juga memang kepala candi memiliki ukuran yang lebih tinggi. Nilai perbandingan pada kolom T/Tkp mempunyai range mulai dari 2,0 – 2,2, jika dihitung nilai rata-ratanya maka diperoleh hasil 2,1 dan dapat tikatakan bahwa T=2,1 Tkp.
77
Perbandingan perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi tidak hanya terdiri dari perbandingan tinggi saja, namun dari dimensi lebar candi juga ikut dibandingkan. Tinggi dan lebar umumnya digunakan dalam perhitungan arsitektur terutama dalam arsitektur tradisional Bali yang dikenal dengan bah bangun. Perbandingan pada tinggi dan lebar pada Tabel 4.2 adalah perbandingan yang dianggap memungkin untuk membentuk perhitungan proporsinya pada Candi Tebing Gunung Kawi. Penjelasan Tabel 4.2 pada kolom T/Lk nilai perbandingan yang dimiliki setiap candi berada pada range 1,7-2 berbeda tipis dengan perbandingan T/Tkp. Persamaan nilai terjadi pada Candi 5A, Candi 5D dan Candi 1 dengan nilai T=1,7Lk, kemudian pada Candi 5B, Candi 5C, Candi 5E dan 4C mempunyai nilai T=1,8Lk, pada Candi 4A dan 4B mempunyai nilai T=1,9Lk dan yang terakhir adalah Candi 4D yang mempunyai nilai T=2Lk. Jika dirata-ratakan nilai perbandingan T/Lk yang diperoleh adalah T=1,8Lk.
Perbandingan Lk atau
lebar dasar kaki candi di setiap kelompok candi memang tidak sama karena T dari setiap candi memang sangat bervariasi. Perhitungan proporsi berikutnya adalah perbandingan antara tinggi dengan lebar badan bangunan atau T/Lb. Nilai yang sangat bervariasi juga ditemukan dalam perbandingan ini dengan range nilai 2,3-2,7. Hasil perhitungan rata-rata dari perbandingan T/Lb yang diperoleh adalah 2,4 atau dengan kata lain dapat dikatakan nilai rata-rata perbandingan T/Lb mempunyai nilai T=2,4Lb. perbandingan pada kolom selanjutnya adalah perbandingan tinggi dengan lebar kepala atau T/Lkp yang mempunyai nilai sama dengan T/Lkp. Lb dan Lkp
78
mempunyai dimensi yang sama sehingga mempunyai perhitungan yang sama pula. Hasil perhitungan T/Lkp sama dengan T/Lb yaitu 2,4 atau T=2,4Lkp Perbandingan EPP yang harus dianalisis dalam pembahasan ini adalah perbandingan pintu semu. Pintu pada bangunan Bali seperti pada kori agung yang dikatakan candi saat ini umumnya digunakan sebagai dasar ukuran dari bangunan tersebut, oleh sebab itu, pintu semu pada Candi Tebing Gunung Kawi
juga
dibahas khusus bagaimana perhitungan dan perbandingannya terhadap EPP yang lainnya. Perlu diketahui kembali bahwa kondisi pintu semu di hampir seluruh candi sangat sulit dipastikan dimensinya karena rusak atau hilangnya batas-batas dari pintu semu. Oleh sebab itu, nilai-nilai yang didapatkan juga merupakan hasil ukuran di lapangan sesuai dengan kondisi saat ini. Hasil perbandingan dari tinggi candi dan tinggi pintu semu atau T/Tp mempunyai range nilai mulai dari 9,7-13,1 dengan nilai rata-rata adalah 11,2 atau T=11,2Tp. Perhitungan tinggi candi dan lebar pintu semu atau T/Lp mempunyai range nilai dari 20,7-25,6 dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 23 atau dapat dikatakan T=23Lp. Perhitungan tinggi pintu dan lebar pintu juga dilakukan dengan hasil pengukuran yang sesuai dengan keadaan saat ini. Nilai perbandingan antara tinggi pintu dan lebar pintu di Bali umumnya digunakan T=2L. Hasil nilai rata-rata dari perbandingan Tp/Lp pada Candi Tebing Gunung Kawi juga mendekati perbandingan T=2L hanya saja nilai rata-rata pada perhitungan Tp/Lp adalah 2,1 atau Tp=2,1Lp berdasarkan hasil ukuran dilapangan saat ini.
79
Hasil perhitungan yang diperoleh dalam pembahasan Tabel 4.2 adalah memakai rata-rata setiap nilai pada setiap hasil perbandingan ke sepuluh candi. Hasil perhitungan juga dibuat kedalam bentuk perbandingan dari setiap EPP dan menggunakan nilai rata-rata. Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari pembagian setiap EPP candi dengan T sebagai pembagi. Tabel 4.3 Perhitungan dan Perbandingan pada Candi Tebing Gunung Kawi Pembagi
Hasil Pembagian dimensi EPP
Kode Candi 5A
T (cm) 1128.5
Tk/T
Tb/T
Tkp/T
Lk/T
Lb/T
Lkp/T
Tp/T
Lp/T
Lp/Tp
0.25
0.27
0.48
0.58
0.41
0.41
0.09
0.04
0.44
5B
1069
0.23
0.27
0.50
0.54
0.42
0.42
0.09
0.04
0.48
5C
1023
0.24
0.26
0.49
0.57
0.43
0.43
0.09
0.04
0.46
5D
1013
0.25
0.27
0.48
0.57
0.43
0.43
0.10
0.04
0.43
5E
1023.5
0.24
0.27
0.48
0.56
0.42
0.42
0.10
0.04
0.45
4A
1046
0.22
0.29
0.49
0.53
0.43
0.43
0.08
0.05
0.60
4B
1046.5
0.22
0.29
0.50
0.53
0.43
0.43
0.09
0.04
0.49
4C
1007
0.23
0.28
0.49
0.56
0.44
0.44
0.08
0.04
0.52
4D
1026.5
0.22
0.27
0.51
0.51
0.44
0.44
0.08
0.04
0.51
1
808
0.26
0.28
0.46
0.60
0.38
0.38
0.10
0.05
0.47
0.24
0.28
0.49
0.55
0.42
0.42
0.09
0.04
0.49
Hasil Bagi Rata-rata
Keterangan : T : tinggi keseluruhan candi, Tk : tinggi kaki candi, Tb : tinggi badan candi, Tkp: tinggi kepala candi, Tp : tinggi pintu semu, Lp : lebar pintu semu, Lk : lebar dasar kaki candi, Lb : lebar dasar badan candi, Lkp : lebar dasar kepala candi.
Berikut adalah hasil dari perhitungan pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Tinggi keseluruhan (T) adalah 4,2 kali tinggi kaki (Tk), 3,6 kali tinggi badan (Tb), 2,1 kali tinggi kepala (Tkp), 1,8 lebar dasar kaki (Lk), 2,4 kali lebar dasar badan (Lb), 2,4 kali lebar dasar kepala (Lkp), 11,2 kali tinggi pintu semu (Tp), dan 23 kali lebar pintu semu (Lp). Apabila dirumuskan dalam bentuk perbandingan maka akan didapatkan hasil seperti pada penjelasan berikut.
80
a. T = 4,2Tk atau jika T:Tk = 1:0,24 b. T = 3,6Tb atau jika T:Tb = 1:0,28 c. T = 2,1Tkp atau jika T:Tkp = 1:0,49 d. T = 1,8Lk atau jika T:Lk = 1:0,55 e. T = 2,4Lb atau jika T:Lb = 1:0,42 f. T = 2,4Lkp atau jika T:Lkp = 1:0,42 g. T = 11,2Tp atau jika T:Tp = 1:0,09 h. T = 23Lp atau jika T:Lp = 1:0,04 i. Tp = 2,1Lp atau jika Tp:Lp = 1:0,49 Hasil perbandingan T:Lk menunjukan angka 1:0,55 atau dapat dikatakan T adalah 2 kali Lk. Untuk T:Tk pada hasil pembahasan didapat perbandingan 1:0,24 atau jika dibulatkan T merupakan 4 kali Tk. Perhitungan pada proporsi pintu secara umum Tp adalah 2 kali Lp. Pembahasan berikutnya adalah pembahasan khusus pada bagian kepala candi. Bagian kepala candi dikatakan sebagai EPP yang mempunyai tingkatan dan memang berbeda dengan badan atau kaki candi. Kepala candi disusun oleh kepala tingkat 1, kepala tingkat 2, kepala tingkat 3, dasar mahkota dan mahkota utama seperti pada Gambar 4.34. Perhitungan pada kepala candi khusus dibahas pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, sedangkan dimensi setiap EPP kepala candi dibahas pada Tabel 4.4. Dimensi setiap candi secara detail ada pada lampiran.
81
Keterangan : Tkp : Tinggi kepala, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota Gambar 4.34 Pembagian EPP Kepala Candi Tebing Gunung Kawi Sumber : Hasil Pengukuran Lapangan, 11 April 2013 Tabel 4.4 Dimensi EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi 5A 5B 5C 5D 5E 4A 4B 4C 4D 1 RataRata
Tkp1 212 207.5 195 195 196.5 210 194.5 193 207.5 146 196
Dimensi (cm) Tkp2 Tkp3 131.5 78 137.5 69 132.5 61.5 120 63 112.5 69.5 119 69 131 76.5 122.5 61.5 120.5 66 91.5 54.5 122 67
Tdm 40.5 35.5 40 35.5 38 43 40.5 40.5 42 15 37
Tm 131.5 137.5 132.5 120 112.5 119 131 122.5 120.5 91.5 76
Keterangan : Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
82
Tabel 4.5 Perhitungan EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi 5A 5B 5C 5D 5E 4A 4B 4C 4D 1 RataRata
Tkp/Tkp1 2.6 2.6 2.6 2.5 2.5 2.5 2.7 2.6 2.5 2.5 2.5
Tkp/Tkp2 4.1 3.9 3.8 4.1 4.4 4.3 4.0 4.0 4.3 4.0 4.1
Perhitungan Tkp/Tkp3 6.9 7.7 8.2 7.7 7.1 7.5 6.8 8.0 7.9 6.8 7.5
Tkp/Tdm 13.4 15.0 12.6 13.7 13.0 12.0 12.8 12.2 12.4 24.5 14.1
Tkp/Tm 6.8 6.5 6.9 6.7 6.4 7.0 6.7 6.4 6.3 6.0 6.6
Keterangan : Tkp : Tinggi kepala, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
Tabel 4.6 Perhitungan EPP pada kepala Candi Tebing Gunung Kawi dengan Tinggi Keseluruhan (T) sebagai pembagi Kode Candi
Pembagi T 5A 1128.5 5B 1069 5C 1023 5D 1013 5E 1023.5 4A 1046 4B 1046.5 4C 1007 4D 1026.5 1 808 Rata-Rata
Tkp1/T 0.19 0.19 0.19 0.19 0.19 0.20 0.19 0.19 0.20 0.18 0.19
Tkp2/T 0.12 0.13 0.13 0.12 0.11 0.11 0.13 0.12 0.12 0.11 0.12
Perhitungan Tkp3/T 0.07 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.07 0.06 0.06 0.07 0.07
Tdm/T 0.04 0.03 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.02 0.04
Tm/T 0.07 0.08 0.07 0.07 0.08 0.07 0.07 0.08 0.08 0.08 0.07
Keterangan : T : Tinggi keseluruhan, Tkp1: tinggi kepala tingkat 1, Tkp2: tinggi kepala tingkat 2, Tkp3: tinggi kepala tingkat 3, Tdm: tinggi dasar mahkota, Tm: tinggi mahkota
83
Setiap tingkatan pada kepala candi memiliki perbedaan dimensi ketinggian karena memang proporsi bentuk kepala candi yang mengerucut atau mengecil ke bagian ujung atas seperti kepala candi pada umumnya. Berikut adalah hasil perhitungan dari Tabel 4.5. Perbandingan yang pertama adalah tinggi kepala candi dengan tinggi kepala tingkat 1 atau Tkp/Tkp1 yang mempunyai range nilai dari 2,5-2,7 dengan rata-rata nilai adalah 2,5 atau Tkp=2,5 Tkp1, kemudian perhitungan tinggi kepala dengan tinggi kepala tingkat 2 atau Tkp/Tkp2 dengan range nilai dari 3,8-4,4 dan rata-rata nilai adalah 4,1 sehingga Tkp=4,1 Tkp2. Perhitungan berikutnya adalah Tkp/Tkp3 dengan range nilai mulai dari 6,8-8,2 dan rata-rata nilai adalah 7,5 atau Tkp=7,5 Tkp3. Perhitungan yang terakhir dilakukan pada tinggi kepala dan tinggi mahkota utama candi, namun sebelum menuju pada mahkota utama perlu dihitung pula bagian dari dasar mahkota dengan tinggi kepala atau Tkp/Tdm dengan
nilai rata-rata adalah 14,1 atau
Tkp=14,1 Tdm. Perhitungan pada mahkota utama yaitu Tkp/Tm mempunyai range nilai 6,0-7,0 dan rata-rata nilai adalah 6,6 atau Tkp=6,6Tm. Hasil dari Tabel 4.6 merupakan hasil dari setiap EPP kepala candi yang dibagi dengan tinggi kepala (Tkp) sehingga dapat ditentukan nilai perbandingan Tkp dan rata-rata EPP kepala candi sebagai berikut: a. Tkp = 2,5 Tkp1 atau jika T : Tkp1 = 1:0,19 b. Tkp = 4,1 Tkp2 atau jika T : Tkp2 = 1:0,12 c. Tkp = 7,5 Tkp3 atau jika T : Tkp3 = 1:0,07 d. Tkp = 14,1 Tdm atau jika T : Tdm = 1:0,04 e. Tkp = 6,6 Tm atau jika T : Tm = 1:0,07
84
Jika hasil dari perbandingan setiap EPP dengan tinggi keseluruhan (T) di transfomasikan dalam bentuk gambar, dimana T yang bernilai 1 dikalikan 100 begitu pula dengan hasil perbandingan lain yang dikalikan 100 maka akan didapatkat proporsi seperti pada Gambar 4.35. a. T:Tk = 100:24 b. T:Tb = 100:28 c. T:Tkp = 100:49 d. T:Lk = 100:55 e. T:Lb = 100:42 f. T:Lkp = 100:42 g. T:Tp = 100:9 h. T:Lp = 100:4 i. T : Tkp1 = 100:19 j. T : Tkp2 = 100:12 k. T : Tkp3 = 100:7 l. T : Tdm = 100:4 m. T : Tm = 100:7
85
Gambar 4.35 Hasil perhitungan Proporsi Pada Candi Tebing Gunung Kawi Sumber : Hasil Analisis Raka Gunawarman, 2013
4.4 Dasar Ukuran Perhitungan Proporsi Pada Candi Tebing Gunung Kawi Bangunan-bangunan tradisional pada umumnya memiliki satu bagian yang menjadi dasar ukuran dari perhitungan proporsinya. Seperti pada bangunan arsitektur tradisional Bali contohnya. Bangunan perumahan maupun bangunan peribadatan memiliki sikut atau dasar ukuran yang dijadikan sebagai pedoman
86
baik berupa hitungan dari bagian tubuh seseorang maupun dari ukuran salah satu bagian bangunan. Pehitungan proporsi bangunan pada arsitektur Bali juga tidak jauh dari seberapa besar lahan yang akan digunakan dalam membangun. Berkaitan dengan dasar ukuran yang digunakan dalam perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi, ada beberapa kemungkinan yang bisa dianalisa. Candi Tebing Gunung Kawi termasuk kedalam bangunan suci dan bukan untuk fungsi perumahan jadi ada kemungkinan saat itu menggunakan ukuran dari seseorang yang dianggap suci (Kaulacara, 1966:10). Kemungkinan berikutnya adalah menggunakan salah satu bagian bangunan sebagai dasar ukuran seperti pada rumah tradisional Bali dan bangunan suci yang menggunakan rai saka atau lebar tiang sebagai dasar ukuran. Purana Pura Gunung Kawi menyebutkan ada dua bhagawan yang nyukat atau memberi sikut ukuran dari candi yaitu Danghyang Bhubuksah dan Gagang Aking namun hal tersebut sulit untuk dibuktikan karena sumber yang ada juga terbatas. Kemungkinan menggunakan dua bhagawan yang berbeda memang ada, ini terlihat dari EPP candi kelompok 5 dan candi kelompok 4 yang terletak berdekatan namun mempunyai susunan EPP yang berbeda terutama pada bagian kepala. Dasar ukuran pada Candi Tebing Gunung Kawi bisa berasal dari seberapa besar lahan berupa bongkahan batu atau tebing yang ada lokasi dengan beberpa criteria pemilihan saat itu. Candi 5 dan Candi 4 yang berseberangan memang memiliki satu lokasi dengan tebing yang cukup besar dan terlihat tebing tersebut memang sengaja dibentuk sebagai sebuah areal kelompok candi.
87
Bagian kepala candi bisa dikatakan sebagai bagian utama dalam EPP bangunan tersbut terutama terletak pada bagian mahkota candi. Kemungkinan bahwa mahkota utama candi maupun bagian kepala pada setiap tingkat sebagai dasar ukuran juga ada. Kemungkinan kedua adalah bagian EPP di badan candi yaitu pintu semu sebagai dasar ukuran perhitungan proporsi candi. EPP candi akan menjadi acuan untuk menentukan apakah mahkota ataukah pintu semu yang diperkirakan lebih mendekati menjadi dasar ukuran. EPP tersebut antara lain adalah tinggi keseluruhan (T), tinggi kaki (Tk), tinggi badan (Tb), tinggi kepala (Tkp), lebar dasar kaki (Lk), lebar dasar badan (Lb), dan lebar dasar kepala (Lkp). Pembahasan tentang dasar ukuran pada perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi dimulai dari mahkota utama sebagai dasar ukuran. Tabel 4.7 Dimensi Mahkota Utama Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi 5A 5B 5C 5D 5E 4A 4B 4C 4D 1 Rata-rata
Lebar Mahkota (Lm) 53 55 56 59 51 51 53 53 49 45 53
Tinggi mahkota (Tm) 80 82 73 73 77 74 77 77 83 61 76
Tabel 4.7 menunjukan dimensi pada mahkota utama dengan hasil rata-rata lebar 53 cm dan tinggi 76 cm. Nilai tersebut akan diuji dan dianalisa terhadap nilai dari EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi berdasarkan nilai rata-rata Tabel 4.1.
88
Hasil rata-rata lebar dan tinggi mahkota akan dibagi terhadap nilai rata-rata EPP pada Tabel 4.1. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat hasil perhitungan padaTabel 4.8. Tabel 4.8 Perhitungan Mahkota Utama Candi Tebing Gunung Kawi
T Dimensi (cm) Lm 53 Tm 76
1019 19.2 13.4
Tk 241 4.5 3.2
Tb 225 4.2 3.0
Dimensi (cm) Tkp 553 10.4 7.3
Lk
565 10.7 7.4
Lb 433 8.2 5.7
Lkp 315 5.9 4.1
Kemungkinan kedua adalah pintu semu sebagai dasar ukuran proporsi Candi Tebing Gunung Kawi. Perhitungannya hampir sama dengan perhitungan pada mahkota candi seperti pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.9 Dimensi Pintu Semu Candi Tebing Gunung Kawi Kode Candi 5A 5B 5C 5D 5E 4A 4B 4C 4D 1 Rata-rata
Lebar Pintu (Lp) 44 45 44 43 45 48 47 44 44 39 44
Tinggi Pintu (Tp) 100 93 95 100 99 80 95 84 87 83 92
Tabel 4.9 menunjukan dimensi pada pintu semu dengan hasil rata-rata lebar 44 cm dan tinggi 92 cm. Nilai tersebut juga akan diuji dan dianalisa terhadap nilai dari EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi berdasarkan nilai rata-rata Tabel 4.1. Hasil rata-rata lebar dan tinggi pintu semu akan dibagi terhadap nilai rata-rata EPP pada Tabel 4.1. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat hasil perhitungan pada Tabel 4.10.
89
Tabel 4.10 Perhitungan Pintu Semu Candi Tebing Gunung Kawi
T Dimensi (cm) Lp 44 Tp 92
1019 23.2 11.1
Tk 241 5.5 2.6
Tb 225 5.1 2.4
Dimensi (cm) Tkp 553 12.6 6.0
Lk
565 12.8 6.1
Lb 433 9.8 4.7
Lkp 315 7.2 3.4
Hasil perhitungan pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai bagi dari EPP dengan Lm dan Tm. Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh bahwa T=19Lm;13Tm, Tk=5Lm;3Tm, Tb=4Lm;3Tm, Tkp=10Lm;7Tm, Lk=11Lm;7Tm, Lb=8Lm;6Tm, dan Lkp=6Lm;4Tm. Pada Tabel 4.10 merupakan hasil perhitungan dari EPP dengan Lp dan Tp dengan hasil sebagai berikut : T=23Lp;5Tp, Tk=5Lp;3Tp, Tb=5Lp;2Tp, Tkp=13Lp;6Tp, Lk=13Lp;6Tp, Lb=10Lp;5Tp, dan Lkp=7Lp;3Tp. Analisa yang digunakan untuk memperkirakan dasar ukuran pada Candi Tebing Gunung Kawi adalah dengan membandingan hasil dari Tabel 4.8 dan Tabel 4.10 kemudian menghitung hasil bagi setiap EPP dilihat dari angka yang habis dibagi, atau mendekati atau bisa juga sisa setengah kalinya. Tabel 4.8 dan Tabel 4.10 menunjukan hasil bagi dengan desimal atau 1 angka di belakang koma, ini bertujuan untuk mengetahui mana hasil yang habis dibagi (misal 11,0), mendekati (misal 11,1) atau sisa setengahnya (misal 11,5), dengan kata lain angka dibelakang koma adalah penentunya. Berikut adalah analisa hasilnya dalam Tabel 4.11.
90
Tabel 4.11 Analisa Perkiraan Dasar Ukuran Pada Candi Tebing Gunung Kawi
Lm Lp
T 19.2 23.2
Tk 4.5 5.5
Tb 4.2 5.1
Tm Tp
13.4 11.1
3.2 2.6
3.0 2.4
Dimensi (cm) Tkp Lk 10.4 10.7 12.6 12.8 7.3 6.0
7.4 6.1
Lb 8.2 9.8
Lkp 5.9 7.2
5.7 4.7
4.1 3.4
Tabel 4.11 menunjukkan hasil bagi EPP dengan lebar mahkota (Lm), lebar pintu semu (Lp), tinggi mahkota (Tm), dan tinggi pintu semu (Tp). Kolom yang diberi shading dan penebalan tulisan adalah hasil yang habis dibagi, mendekati, dan sisa setengah kalinya. Baris pertama yaitu pada lebar mahkota (Lm) terdapat 2 nilai yang mendekati, sedangkan pada bari lebar pintu semu (Lp) ada 3 nilai, kemudian dilanjutkan ke baris tinggi mahkota (Tm) terdapat 2 nilai, dan yang terakhir pada baris tinggi pintu semu (Tp) terdapat 4 nilai yang mendekati. Jika ditotal nilai-nilai yang paling mendekati paling banyak terdapat pada baris pintu semu. Oleh sebab, itu dapat disimpulkan bahwa pintu semu diperkirakan menjadi atau mendekati untuk dasar ukuran pada Candi Tebing Gunung kawi di Tampaksiring.
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan pada bab IV tentang EPP, perhitungan proporsi dan dasar ukuran proporsi Candi Tebng Gunung Kawi, maka dapat disimpulkan hasil maupun temuan yang didapatkan dari penelitian ini. Adapun hasil-hasil temuan tersebut adalah sebagai berikut: EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu kaki, badan dan kepala. Detail EPP setiap bagian kaki, badan dan kepala masing-masing terdiri dari perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas. EPP yang ada dalam setiap bagian candi adalah sama, hanya saja ada penamaan yang berbeda sesuai dengan penempatannya. Bagian kaki terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas dengan detail yang terdiri dari dasar, pengawak dan penukub, kemudian bagian badan juga terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh dan perbingkaian atas dan terdiri dari dasar, pengawak dan penukub, bagian kepala juga demikian hanya saja bagian kepala memiliki tingkat kerumitan tersendiri karena tingkatannya yang juga terbagi menjadi perbingkaian bawah, tubuh, dan perbingkaian atas. EPP yang mempunyai bentuk yang sama namun dengan nama berbeda seperti bebed dan kalung. Bebed adalah sebutan untuk EPP yang ada dibawah pengawak sedangkan kalung adalah sebutan untuk EPP yang ada
diatas pengawak.
92
Ganggong, capon, sebitan dan baong capung adalah EPP yang selalu ada di setiap bagian kaki, badan dan kepala. Ganggong, capon, sebitan dan baong capung pada bagian kaki dimulai setelah dasar dan begitu pula pada bagian badan. Berbeda halnya dengan kaki dan badan ganggong, capon, sebitan dan baong capung terdapat didalam detail perbingkaian atas. EPP bagian kepala berupa angklok/mendur bukanlah bagian utama dari pembentuk kepala, angklok/mendur hanya bersifat hiasan yang mengisi setiap tingkatan kepala. Hasil dan pembahasan pada perhitungan proporsi candi menunjukan hasil bahwa tinggi keseluruhan candi adalah 2 kali lebar kaki (Lk) atau bisa juga 2 kali tinggi kepala (Tkp). Dalam teori manasara-silpasastra berkaitan dengan proporsi antar lebar dan tinggi terdapat lima pembagian perhitungan proporsi yaitu santika, paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, dan sarvakamika. Santika mempunyai arti saat tinggi dari bangunan adalah 21/4 dari lebar bangunan, paushtika adalah saat dimana tinggi bangunan merupakan 2 kali dari lebar bangunan, parshnika/jayada adalah saat tinggi bangunan adalah 13/4 dari lebar bangunan, adbhuta adalah saat tinggi bangunan adalah 11/2 dari lebar bangunan dan sarvakamika adalah saat tinggi bangunan adalah 11/4 dari lebar bangunan (Acharya, 1927:41). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan pula bahwa perhitungan proporsi antara lebar dan tinggi pada Candi Tebing Gunung Kawi termasuk ke dalam paushtika . Menentukan dasar ukuran yang digunakan dalam perhitungan proporsi pada Candi Tebing Gunung Kawi adalah bagian tersulit dalam penelitian ini, namun untuk mencari kemungkinan dan perkiraan masih bisa dilakukan. Berdasarkan hasil pembahasan tentang perhitungan dasar ukuran pada Subbab 4.4 maka
93
diperkirakan bahwa pintu semu sebagai dasar ukuran yang digunakan pada perhitungan proporsi Candi Tebing Gunung Kawi. Nilai-nilai dari analisa hasil perhitungan antara mahkota utama candi dan pintu semu menunjukkan bahwa pintu semu lebih banyak mempunyai nilai yang habis dibagi, mendekati atau sisa setengahnya. 5.2 Saran Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam bidang keilmuan khususnya di bidang arsitektur, dalam bidang praktisi lapangan dan tentunya untuk semua kalangan masyarakat yang membutuhkan informasi terkait dengan penelitian ini. Penelitian ini juga dijadikan bahan dasar atau acuan untuk melakukan penelitian lanjutan. Keterbatasan dalam proses penelitian memang tidak bisa dipungkiri baik dari segi waktu, tenaga, dan hasil dari penelitian itu sendiri. Pengembangan penelitian-penelitian lanjutan dari penelitian tentang proporsi pada Candi tebing Gunung Kawi ini hendaknya bisa melengkapi hasil dari penelitian ini. Penelititian lanjutan yang bisa dilakukan berdasarkan penelitian ini sangat beragam, khususnya pada kajian tentang proporsi pada candi tebing tentunya hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan apabila akan melakukan penelitian berkaitan dengan proporsi pada candi-candi tebing lainnya yang tersebar di kawasan Gianyar. Salah satunya adalah analisa dan pengujian hasil penelitian proporsi Candi Tebing Gunung Kawi dengan Candi Tebing Jukut Paku yang memang
94
memiliki kemiripan dari segi bentuk, begitu pula dengan candi-candi tebing lainnya.
95
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, Prasanna Kumar. 1927. Indian Architecture According To ManasaraSilpasastra. London; New York; Calcuta; Madras : The Oxford University Press. Acharya, Prasanna Kumar. ---. Architecture of Manasara : Illustrations of Architectural and Scluptural Objects, With a Synopsis. Manasara Series Vol. V: Oriental Reprint Atmadi, Parmono. 1979. “Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi : Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan Pada Relief Candi Borobudur” (disertasi). Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif :Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Kedua. Cetakan ke-6. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Ching, Francis D.K. 1985. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Jakarta : Erlangga. Ching, Francis D.K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta : Erlangga. Ching, Francis D.K. 2007. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya.Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga. Dumarҫay, Jaques. 2007.Candi Sewu dam Arsitektur Bangunan Agama Buddha di Jawa Tengah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan Kualitatif. Cetakan ke-6. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Gie, Liang. 2004. Filsafat Seni : Sebuah Pengantar. Edisi kedua. Yogyakarta : Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB). Hardy, Adam.2009. Dravida Temples in the Samaranganasutradhara. (serial online), Feb.[cited 2013 Feb. 24] Available from : Ebooks _ Jambudveep's Blog_files Kaulacara, Ramacandra. 1966. Silpa Prakasa: Medieval Orissan Sanskrit Text On Temple Architecture. Terjemahan Alice Boner dan Sadasiva Rath Sarma. Leiden : E.J. Brill. Malik, Abdul.2010. Studi Eksplorasi Potensi Proporsi Golden Section Pada Perwujudan Arsitektur Masjid Vernakular. (serial online), Feb.[cited 2013 Feb. 24] Available from : http://localwisdom.ucoz.com/_ld/0/30_5th-3-jolwMali.pdf Mardiwarsito,L. 1986. Kamus Jawa Kuna (Kawi) – Indonesia. Cetakan III. Ende Flores : Nusa Indah. Provinsi Bali, Disbud. 1987. Pura Besakih. Denpasar: Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali.
96
Provinsi Bali, Disbud. 2007. Asta Kosala Kosali Asta Bhumi Eka Prathama Dharma Kahuripan. Denpasar : Dinas Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bali. Silalahi, Ulber. 1999. Metode dan Metodologi Penelitian. Cetakan Pertama. Bandung : Bina Budhaya. Soekmono, R. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Cetakan kelima. Yogyakarta : Kanisius. Soeroto, Myrtha. 2007. Reformasi Kebudayaan - Upaya Menemukan Kembali Jati Diri Bangsa. Cetakan Pertama. Myrtle Publishing Srijaya, I Wayan. 1996. “Pola Persebaran Situs Keagamaan Masa Hindu-Buda Di Kabupaten Gianyar, Bali : Suatu Kajian Ekologi” (tesis). Jakarta : Universitas Indonesia.
97
Daftar Informan : 1. Nama : Gusti Karang Putra Umur : 53 Tahun Alamat : Br. Tengah Bedulu, Blahbatuh Pekerjaan : Juru Gambar BPCB 2. Nama : A.A. Rai Parta Umur : 41 Tahun Alamat : Br. Tatiapi Kaja Pejeng Kawan, Tampaksiring Pekerjaan : Staff Pemugaran BPCB 3. Nama : A.A. Oka Dharma Umur : 44 Tahun Alamat : Br. Tatiapi Kaja Pejeng Kawan, Tampaksiring Pekerjaan : Undagi Bangunan Bali Wawancara Bulan April 2013
98
LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan setelah pengukuran selesai dilakukan dan gambargambar candi sudah diselesaikan sebab gambar-gambar tersebut yang menjadi pedoman untuk wawancara. Wawancara dilakukan berkaitan dengan pertanyaan penelitian tentang Elemen Pembentuk Proporsi (EPP) pada Candi Tebing Gunung Kawi yang mencari penamaan dari setiap EPP. Wawancara dilaksanakan dari pertengahan bulan April-awal Mei dengan narasumber yang berprofesi sebagai undagi atau staff yang ada di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) seperti pada data informan. Informan yang diwawancari juga lebih dari 1 informan dan ruang lingkup wilayahnya adalah informan yang berada di wilayah Gianyar. Hal ini dikarenakan Candi Tebing Gunung Kawi berada di Kecamatan Tampaksiring Gianyar, dan tentunya untuk memperkecil perbedaan nama EPP yang signifikan. Sering kali EPP yang sama memiliki nama yang berbeda di daerah yang berbeda, oleh sebab itu informan yang dipilih adalah informan yang berada di wilayah Gianyar atau yang ada di Tampaksiring. Adapun poin-poin pertanyaan dalam wawancara (dengan memperlihatkan gambar candi) ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pembagian kepala, badan, dan kaki pada Candi Tebing Gunung Kawi? b. Batas-batas bagian kepala, badan dan kaki Candi Tebing Gunung Kawi. c. Penamaan EPP pada kaki Candi Tebing Gunung Kawi? d. Penamaan EPP pada badan Candi Tebing Gunung Kawi? e. Penamaan EPP pada Candi Tebing Gunung Kawi?