BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA’AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN Analisis hasil dari penelitian ini didapat dari data bab II dan III yang telah dipaparkan sebelumnya. Adapun analisis pada penelitian ini yaitu Analisis Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan, yang meliputi: Analisis Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan serta analisis faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan. A. Analisis Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan. Sekolah sebagai salah satu lembaga intuisi pendidikan harus dapat mengembangkan program pendidikan yang dapat menuju kearah tersebut antara lain: mengoptimalkan pendidikan agama tidak hanya teori namun juga praktik misalkan anak diajarkan bacaan sholat maka lingkungan sekolah juga harus membiasakan dengan mengajak anak sholat secara berjama’ah di sekolah jadi ilmu yang diajarkan benar-benar diterapkan. Penciptaan suasana religius disekolah dapat dilakukan dengan berbagai jenis bentuk-bentuk perilaku keagamaan. Pemimpin sekolah, pembina keagamaan dan seluruh guru agama serta siswa yang berada disekolah tersebut 83
84
berperan penting dalam menciptakan suasana religius di sekolah dengan menggunakan pembiasaan beribadah sholat dluhur berjama’ah yang dilakukan di Musholla (tempat ibadah) dekat gedung sekolah maupun di masjid yang juga letaknya dekat dengan sekolah, dipakai sebagai salah satu wahana untuk menciptakan suasana religius di sekolah. Kegiatan keagamaan dilaksanakan diluar jam sekolah (istirahat) yang di samakan dengan waktu datangnya sholat dluhur.
Kegiatan-kegiatan
dilaksanakan
secara
keagamaan
terprogram
dan dan
praktik rutin
keagamaan (istiqomah)
yang dapat
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai agama yang baik sehingga menjadi pegangan dalam bersikap dan berperilaku menjadi lebih agamis. Penciptaan suasana religius dilakukan tidak hanya dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar, akan tetapi di sekolah juga memerlukan pembiasaan yang bersifat religius agar perilaku siswa sejalan dengan dirinya sebagai Umat Islam, untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia yang tercermin dikesehariannya yakni dalam perilaku keagamaan, perlu upaya dan wahana yang mampu untuk menciptakan kondisi sehingga siswa memungkinkan dirinya keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT dapat berkembang dan tercermin pada perilakunya, ini dapat terwujud apabila siswa mendapatkan lingkungan pendidikan yang islami serta mengajarkan maupun membina siswanya agar dilatih menjalankan hal karena itu terbiasa dan sudah menjadi kewajiban setiap muslim seperti melaksanakan sholat, karena lingkungan akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan perilaku keagamaan siswa.
85
Pembiasaan sholat berjama’ah yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan merupakan kewajiban rutin yang dilakukan oleh seluruh siswa yang berada di sekolah tersebut serta sebagai jalan guru agama dan pihak sekolah dalam membina perilaku siswanya menjadi akhlaqul karimah, karena melalui pembiasaan beribadah sholat dluhur secara berjama’ah ini dapat memberi timbal balik yang positif dalam membina perilaku keagamaan anak. Siswa MAN 1 Pekalongan berbeda dengan anak pada umumnya yang seusia remaja pada aslinya, di sekolah MAN 1 Pekalongan, siswa diharuskan untuk selalu berakhlakul karimah atau mempunyai perilaku keagamaan yang lebih baik, seperti: perilaku pada guru, siswa harus sopan santun, melaksanakan perintah dan ajakan guru yang positif, tidak berkata kotor, berpakaian rapi, memakai jilbab menutupi rambutnya, serta memiliki respon yang bagus untuk mengikuti bentuk-bentuk perilaku keagamaan yang di adakan oleh pihak sekolah yakni: do’a bersama sebelum dan sesudah pulang sekolah (Asma’ul husna), mengikuti ekstra kulikuler yang islami, wajib menjalankan sholat dluhur berjama’ah di Musholla, dan sunnah melakukan sholat dluha di musholla sekolah, dan yang lainnya. Siswa diharapkan untuk tetap menampilkan perilaku sepantasnya baik di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Perilaku keagamaan yang diajarkan dan biasa untuk dikerjakan di MAN 1 Pekalongan merupakan rangkaian upaya dalam rangka membina perilaku seluruh siswa yang bersekolah di MAN 1 Pekalongan supaya menjadi anak yang berakhlakul karimah pada keseharian perilaku yang diperbuat baik di lingkungan sekolah maupun lainnya, sehingga setiap dluhur sekitar jam
86
12.15 WIB sampai 13.30 WIB, dilakukan secara bergantian untuk hari seninrabu di musholla sekolah, dan setiap hari kamis dan sabtu dilaksanakan di Masjid An-Nur yang letaknya masih berdekatan dengan lokasi sekolah. Siswa selalu melaksanakan secara sadar akan kewajiban rutin yang harus dikerjakan yaitu pembiasaan beribadah sholat berjama’ah, antusias akan rutinitas ini baik sekali karena semua anak yang bersekolah di MAN 1 Pekalongan mengikutinya dengan khidmat, bukan hanya itu, dari siswa juga ikut mengajak siswa yang lainnya untuk menjalankan sholat berjama’ah di area sekolah melalui adzan yang dikumandangkan dari salah satu siswa disetiap harinya. B. Analisis faktor pendukung dan penghambat Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan. Ada beberapa faktor pendukung Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan diantarannya yaitu: 1. Analisis Faktor Pendukung a. Dukungan Kepala Sekolah Pembiasaan sholat berjama’ah merupakan salah satu cara kepala sekolah MAN 1 Pekalongan membina perilaku keagamaan siswa, kepala sekolah sebagai komando dalam rutinitas pembiasaan sholat berjama’ah yang terjadi di sekolah ini,
siswa dibiasakan
melaksanakan perilaku yang bermanfa’at bagi dirinya terlebih melaksanakan sholat wajib itu hukumnya wajib, sholat dluhur yang
87
dilaksanakan secara berjama’ah ini menambah beberapa kebaikan bagi siswanya seperti saling mengenal antar sesama muslim, mendapat cahaya yang bersinar kelak di hari akhir, berusaha menghindar dari pengaruh syaitan sehingga anak senantiasa berperilaku baik, serta menambah pahala menjadi 27 derajat jika dilaksanakan secara berjama’ah. Salah satu faktor pendukung Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan berasal dari dukungan Kepala Sekolah. Karena Kepala Sekolah merasa sadar dan peduli dalam membina perilaku keagamaan siswa yang bersekolah di MAN 1 Pekalongan sehingga membiasakan siswa untuk menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah SWT serta membina dan mengarahkan perilaku siswa tersebut supaya mencerminkan perbuatan yang bermanfaat bagi diri pribadi maupun lingkungan sekitar melalui berbagai bentuk-bentuk perilaku keagamaan yang selalu wajib dilaksanakan oleh siswa MAN 1 Pekalongan. Akan tetapi dukungan kepala sekolah yang diberikan tidak secara langsung, hanya melalui komando yang ditugaskan kepada pembina keagamaan dan segenap guru MAN 1 Pekalongan khusunya guru agama, setelah itu tinggal pembina agama dan segenap guru yang berusaha memberi binaan kepada siswa agar menjadi siswa sholeh dan sholehah seperti yang tercantum dalam visi dan misi MAN 1 Pekalongan.
88
b. Dukungan dari Pembina agama dan segenap pihak sekolah Faktor pendukung Pembiasaan Beribadah Sholat Berjama’ah dalam membina Perilaku keagamaan Siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan juga berasal dari dukungan Pembina Keagamaan siswa yang diberi kepercayaan oleh kepala sekolah untuk membina perilaku keagamaan siswa MAN 1 Pekalongan melalui serangkaian kegiatan seperti pembiasaan sholat berjama’ah tujuannya agar perilaku keagamaan anak semakin terjalin dengan kuat walaupun masih tingkat remaja, dan sesuai dengan visi misi sekolah. Pembina keagamaan selalu memyisipkan nasehat dan memberi pengetahuan tentang pentingnya melaksanakan beribadah sholat secara berjama’ah disetiap ada jam pelajaran agama maupun dalam rutinitas pesantren kilat, supaya disanubari anak tertanam bentuk-bentuk perilaku
keagamaan
kemudian
setelah
anak
mengetahuinya
dicerminkan kedalam perilaku kesehariannya. c. Dukungan dari keluarga Anak dilahirkan di dunia dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah SWT. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan
kebiasaan,
pengajaran
dan
pendidikan
serta
menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid dan akhlak mulia. Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-
89
latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Pendidikan dengan pembiasaan beribadah sholat berjama’ah dilingkungan keluarga merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan sebagai salah satu sarana dalam menumbuhkan keimanan anak serta meluruskan perilakunya, sehingga pembiasaan sebagai suatu cara yang mempunyai peranan sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlak agar sejalan dengan perilaku keagamaannya dalam keseharian. Pembiasaan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukannya, pembiasaan jika dilakukan berulangulang maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah yang tercermin dalam perilaku keagamaan anak ketika sedang berada dilingkungan manapun. Keluarga adalah tempat pertama anak mengenal arti interaksi antar lingkungan, keagamaan, dan awal mula mengajarkan segala perilaku yang bersangkutan dengan keagamaan. Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan
90
yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Keluarga juga mempunyai fungsi religius artinya keluarga berkewajiban memperkenalkan atau mengajak anak dan anggota keluarga
yang
lain
kepada
kehidupan
beragama.
Untuk
melaksanakannya orang tua sebagai tokoh di dalam keluarga itu serta anggota lainnya terlebih dahulu harus menciptakan iklim suasana religius dalam keluarga itu. d. Dukungan dari semangat dan kesadaran pribadi anak akan kewajiban. Semangat adalah perasaan sangat kuat yang dialami oleh setiap orang, dari semangat maka timbul kesadaran dan tercermin dalam tingkah laku, melalui pembiasaan beribadah sholat dluhur berjama’ah siswa diajarkan untuk membiasakan berperilaku terpuji, bertanggung jawab atas setiap tugas yang telah diberikan kepadanya sebagai umat islam. Sholat dilakukan 5 kali sehari semalam ialah membiasakan umat Islam untuk hidup bersih dengan simbol wudhu, disiplin waktu dengan ditandai adzan disetiap waktu sholat dapat membina perilaku keagamaan anak supaya lebih mengenal dan sadar akan kewajibannya. Melaksanakan sholat berjama’ah lebih baik dari pada mengerjakan sholat secara sendiri. Karena sholat berjama’ah adalah sholat yang dilaksanakan secara bersama-sama paling sedikit dua orang dan paling banyak tidak dibatasi jumlahnya.
91
2. Analisis Faktor Penghambat a. Faktor Kemalasan Sifat malas adalah sifat yang merugikan dan tidak akan mengantarkan pada keberhasilan atau kemajuan. Di dalam Islam setiap aktivitas memiliki nilai yang harus dicapai dengan sungguh-sungguh. Dalam ibadah, harus dicapai nilai ruhiyah. Maka ibadah pun harus sungguh-sungguh. Rasa malas itu salah satu penyakit mental, yang mempunyai ciri suka menunda-nunda aktivitas, dan menggantinya dengan aktivitas yang baginya jauh lebih menarik. b. Faktor keterbatasan ruang musholla dan Pasokan Air Keterbatasan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah seperti ruang musholla yang kurang optimal bisa menurunkan aktivitas siswa dalam menjalankan Pembiasaan beribadah sholat berjama’ah yang diwajibkan bagi seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekalongan pada jam istirahat menjelang waktu dluhur. Hal tersebut merupakan tugas bersama bagi seluruh pihak sekolah baik kepala sekolah, guru agama ataupun kesadaran dalam menunaikan sholat secara berjama’ah pada diri siswa tersebut, agar tidak terjadi hambatan yang sama sekali tidak diharapkan. Pihak sekolah telah memberi alternatif untuk ruang musholla sudah diperluas, dan mengatur jam istirahat yang dibagi kedalam 2 clouter untuk pelaksanaan pembiasaan sholat berjama’ah, supaya
92
seluruh siswa MAN 1 Pekalongan bisa menjalankan kewajibannya sebagai umat islam. c. Faktor teman sepergaulan Kondisi lingkungan masyarakat yang secara sadar menjunjung tinggi norma keagamaan dan tetap menjaga norma kesopanan yang berkaitan dengan nilai spiritual akan mendorong anak dan remaja aktif dalam kegiatan keagamaan serta dapat membentuk anak untuk berkepribadian unggul. Setelah menginjak usia sekolah, sebagian besar waktu siswa dihabiskan di sekolah, dilingkungan sekolah anak melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya, sehingga perkembangan jiwa keagamaan anak sangat bergantung pada kualitas perilaku atau akhlak teman sepergaulannya, apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama, maka anak cenderung berakhlak mulia. Namun apabila sebaliknya, yaitu teman sepergaulannya menunjukkan perilaku keagamaan yang kurang baik maka anak akan cenderung terpengaruh untuk berperilaku seperti temannya tersebut. Hal ini terjadi apabila anak kurang mendapat bimbingan agama dari orang tuanya dan pihak sekolah yang mengajarkan anak untuk berperilaku positif terlebih berkenaan dengan agama.