BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK
3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik 3.1.1 Klasifikasi RSUP H. Adam Malik RSUP H. Adam Malik berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik mempunyai 16 pelayanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas, sehingga RSUP H. Adam Malik termasuk rumah sakit kelas A. Hal ini juga sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 yang menetapkan RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit kelas A. Berdasarkan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/ 1991, RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan Rumah sakit pendidikan dan juga sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, NAD dan Riau. 3.1.2 Tugas RSUP H. Adam Malik Tujuan RSUP H. Adam Malik adalah: a. memberikan pelayanan yang bermutu yaitu cepat, tepat, nyaman, dan terjangkau serta sebagai tempat pendidikan dan penelitian b. terjangkaunya upaya kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan
Universitas Sumatera Utara
3.1.3 Fungsi RSUP H. Adam Malik Adapun fungsi RSUP H. Adam Malik dalam melaksanakan tugasnya demi peningkatkan kesehatan masyarakat antara lain: a. menyelenggarakan pelayanan medis b. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan c. menyelenggarakan penunjang medis dan non medis d. menyelenggarakan pengelolaan sumber daya manusia e. menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan f. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya g. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan h. menyelenggarakan pelayanan rujukan i. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan 3.1.4 Visi RSUP H. Adam Malik Visi RSUP H. Adam Malik adalah menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian yang mandiri dan unggul di Sumatera tahun 2015. 3.1.5 Misi RSUP H. Adam Malik Misi RSUP H. Adam Malik adalah: a.
melaksanakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau
b.
melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang profesional
c.
melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel, dan mandiri.
Universitas Sumatera Utara
3.1.6 Falsafah RSUP H. Adam Malik Falsafah RSUP H. Adam Malik adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat secara profesional, efisien, dan efektif sesuai standar pelayanan yang bermutu. 3.1.7 Motto RSUP H. Adam Malik Motto RSUP H. Adam Malik adalah mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan: P
: Pelayanan cepat
A
: Akurat
T
: Terjangkau
E
: Efisien
N
: Nyaman
3.1.8 Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik Berdasarkan Permenkes RI No. 244/Menkes/Per/III/2008 tentang Organisasi dan Tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam malik tanggal 11 Maret 2008, struktur organisasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari : -
direktur utama,
-
direktorat medik dan keperawatan,
-
direktorat sumber daya manusia dan pendidikan,
-
direktorat keuangan,
-
direktorat umum dan operasional, dan
-
unit-unit non struktural.
Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 35.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dipimpin oleh seorang apoteker yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada direktur umum dan operasional.
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.244/MENKES/PER/III/2008, Instalasi Farmasi adalah unit pelayanan non structural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan peracikan, penyimpanan, penyediaan dan penyaluran obat-obatan dan bahan kimia, penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan dan alat kesehatan serta pelaksanaan sterilisasi. 3.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Fungsi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik adalah: a.
melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
b.
melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIRS Instalasi Farmasi
c.
melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasiinstalasi penunjang lainnya
d.
melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis
e.
melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik nomor OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 27 Desember 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada Gambar 3.1. Direktur Umum dan Operasional
Ka. Instalasi Farmasi Wa. Ka. Instalasi Farmasi
Ka. Tata Usaha
Ka. Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Ka. Depo Farmasi IGD
Ka. Pokja Perbekalan
Ka. Depo Farmasi Rindu A
Ka. Pokja Apotek I
Ka. Depo Farmasi Rindu B
Ka. Pokja Apotek II
Ka. Depo Farmasi IATI
Ka. Pokja Farmasi Klinis
Ka. Depo Farmasi IBP
Gambar 3.1. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik
Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik terdiri dari: Ka. Instalasi Farmasi Wa. Ka. Instalasi Farmasi Ka. Tata Usaha
Universitas Sumatera Utara
Ka. Pokja Perencanaan dan Evaluasi Ka. Pokja Perbekalan Ka. Pokja Apotek I Ka. Pokja Apotek II Ka. Pokja Farmasi Klinis Ka. Depo Farmasi IGD Ka. Depo Farmasi Rindu A Ka. Depo Farmasi Rindu B Ka. Depo Farmasi IATI Ka. Depo Farmasi IBP Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi, dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dibantu oleh wakil kepala instalasi farmasi rumah sakit. 3.2.2.1 Pokja Farmasi Klinis Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan farmasi klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja farmasi klinis. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
Universitas Sumatera Utara
k. pengkajian dan pelayanan resep Pengkajian dan pelayanan resep untuk pasien rawat inap dilakukan oleh depo farmasi untuk permintaan perbekalan farmasi pada jam kerja hingga sore hari dan jam kerja yaitu pada malam hari, pengkajian dan pelayanan resep akan dilakukan oleh apotik I dan II. l. penelusuran riwayat penggunaan obat Penelusuran riwayat penggunaan obat dilakukan oleh farmasi klinis, data diperoleh dari wawancara dengan pasien/keluarga pasien, dan data rekam medik. Informasi yang harus didapatkan di dalam riwayat pengobatan ini adalah nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi, dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa). m. pelayanan lnformasi obat (PIO) Kegiatan PIO dilakukan oleh depo farmasi untuk pasien rawat inap, sedangkan untuk pasien rawat jalan dilakukan di ruangan konseling. Salah satu kegiatan PIO yang dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik adalah penyuluhan. Penyuluhan dilaksanakan oleh farmasi klinis yang bekerja sama dengan PKMRS sebanyak empat kali dalam satu bulan, yaitu dua kali untuk pasien rawat inap dan dua kali untuk pasien rawat jalan. Kemudian setiap bulan laporan PIO direkap oleh koordianator PIO yang ada di pokja farmasi klinis. Format lembar pelayanan informasi obat dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 38. n. konseling Kegiatan konseling di RSUP H. Adam Malik dilakukan di dalam suatu ruangan khusus tertutup yang berada di samping apotek. Kegiatan ini dilakukan
Universitas Sumatera Utara
untuk pasien rawat jalan dengan riwayat pasien penyakit kronik, geriatri, pediatri dan polifarmasi. Pada akhir konseling dilakukan verifikasi tentang penggunaan obat yang diberikan. Format lembar konseling dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 39. o. visite Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik dilakukan oleh apoteker baik secara mandiri untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat rasional dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta professional kesehatannya lainnya. Kegiatan visite yang dilakukan antara lain melihat riwayat pengobatan pasien melalui RM 10, mengisi pengkajian farmasi pada RM 50, melakukan edukasi kepada pasien sesuai dengan RM 23, memantau catatan terintegrasi pasien yang ada pada RM 14, serta melihat pengkajian penggunaan obat secara rasional pada RM 30. p. pemantauan terapi obat (PTO) Pemantauan terapi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Kegiatan ini meliputi pengumpulan data pasien, identifikasi masalah terkait obat, rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat, pemantauan dan tindak lanjut. Seluruh kegiatan ini telah dilakukan bersamaan dengan visite di RSUP H. Adam Malik.
Universitas Sumatera Utara
q. evaluasi penggunaan obat (EPO) Evaluasi penggunaan obat dilakukan bersamaan dengan kegiatan visite pasien oleh pokja farmasi klinis. Evaluasi dilakukan dengan melihat rekam medik pasien. r. monitoring efek samping obat (MESO) MESO di RSUP H. Adam Malik dilakukan sejalan dengan kegiatan visite oleh pokja Farmasi. Pelaporan MESO dilakukan hanya kepada pasien yang termasuk ke dalam jadwal visite. Pelaporan MESO dilakukan dengan mengisi blanko kuning seperti terlihat pada Lampiran 2 halaman 36. Blanko MESO yang telah diisi kemudian disampaikan kepada pusat MESO nasional setelah didiskusikan kepada KFT (tidak dibahas lebih lanjut). s. dispensing sediaan khusus Dispensing sediaan khusus dilakukan oleh pokja farmasi klinis yang meliputi penanganan sediaan sitotoksik, pencampuran obat suntik, dan penyiapan nutrisi (tidak dibahas lebih lanjut). 3.2.2.2 Pokja Perencanaan dan Evaluasi Di bahas tersendiri.
3.3 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) Berdasarkan pengamatan, CSSD telah melaksanakan kegiatan: pencucian, pengeringan, pengemasan/paket, pemberian label, pemberian indikator, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan steril. CSSD juga melakukan sterilisasi ruangan dengan cara pengasapan (fogging) dan penyinaran dengan sinar UV dan sterilisasi dengan etilen oksida untuk alat yang tidak tahan panas.
Universitas Sumatera Utara
Perlengkapan yang disterilkan di central sterile supply department meliputi instrumen, linen, dan AKHP. Prosedur sterilisasi di central sterile supply department adalah: a. peralatan direndam beberapa menit dalam larutan tablet germisep untuk menetralkan mikroba yang ada pada peralatan b. setelah direndam di dalam larutan tablet germisep, peralatan ditransfer dari CMU ke ruang CSSD melalaui lift biru. c. peralatan kemudian dicuci secara enzimatis sebanyak 10 ml selama 10 menit. d. peralatan kemudian dibersihkan dengan air mengalir e. peralatan dikeringkan f. peralatan diset dan dibungkus dengan kain linen dan ditambahkan surgey milk concentrat untuk menghindari karat ke dalamnya. g. dibungkus sekali lagi dengan kain yang berlapis dua, untuk menghindari kontaminasi. h. peralatan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 132oC selama 15 menit dan dikontrol menggunakan indikator 3 M. i. peralatan yang telah disterilisasi kemudian disimpan dalam ruang steril sebelum didistribusikan ke ruangan yang membutuhkan j. peralatan kemudian didistribusikan keruangan CMU melalui lift abu-abu. CSSD dikepalai oleh seorang apoteker yang berada dibawah direktur umum dan operasional. Struktur organisasi instalasi CSSD RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Universitas Sumatera Utara
Direktur Umum dan Operasional
Kepala Instalasi CSSD Wa Ka. Instalasi
Tata Usaha
Pokja Pencucian
Pokja Pengemasan
Pokja Sterilisasi
Gambar 3.2 Struktur organisasi instalasi central sterilized supply department (CSSD) RSUP H. Adam Malik.
3.4 Instalasi Gas Medis Pengelolaan gas medis sudah ditangani oleh suatu instalasi khusus yaitu instalasi gas medis sejak Februari 2005. Hal ini sesuai dengan SK Direktur RSUP H. Adam Malik nomor OT.01.01.11.173 tentang instalasi gas medik, dimana pada tanggal 26 Februari 2005 didirikan instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik dengan pertimbangan bahwa gas medik merupakan perbekalan farmasi yang termasuk life saving yang sangat penting rumah sakit sehingga perlu dipersiapkan pelayanan gas medik yang baik, efektif dan efisien kepada pasien yang membutuhkannya. Instalasi gas medis telah mendistribusikan gas medis untuk melayani kebutuhan user-user yaitu semua pasien yang membutuhkan gas medis di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Permenkes No. 244/Menkes/Per/III/2008 tentang organisasi dan tata kerja RSUP H. Adam Malik, instalasi gas medis adalah unit pelayanan struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan gas medis. Instalasi gas medik dikepalai oleh seorang apoteker yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada direktur umum dan operasional. Struktur organisasi instalasi gas medik RSUP H. Adam Malik ditunjukkan pada Gambar 3.3. Direktur Umum dan Operasional
Ka. Instalasi Gas Medis Wa Ka. Instalasi Gas Medis
Tata Usaha Gas Medis
Pokja Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis
Pokja Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis
Gambar 3.3 Struktur organisasi instalasi gas medis RSUP H. Adam Malik
Jenis-jenis gas medis yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di RSUP H. Adam Malik meliputi oksigen (O2), dinitrogen monoksida (N2O), nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan udara tekan (compressed air).
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit 4.1.1
Struktur Organisasi Berdasarkan surat keputusan direktur utama RSUP H. Adam Malik nomor
OT.01.01./IV.2.1./10281/2011 tanggal 27 Desember 2011 tentang struktur organisasi dan tata kerja instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, maka struktur organisasi telah dijalankan sesuai SK yang berlaku untuk instalasi farmasi yaitu, kepala instalasi farmasi langsung membawahi 5 kelompok kerja yang terdiri dari pokja perencanaan dan evaluasi, pokja perbekalan, pokja apotek I, pokja apotek II, serta pokja farmasi klinis dan membawahi 5 depo yang terdiri dari depo farmasi IGD, depo farmasi Rindu A, depo farmasi Rindu B, depo farmasi IATI serta depo famasi IBP. Namun, hal ini berbeda dengan kepmenkes nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 dimana hanya ada 3 kelompok kerja yang langsung dibawah kepala instalasi farmasi yaitu bagian perbekalan, farmasi klinis, dan managemen mutu. Jadi, struktur organisasi pada RSUP HAM lebih banyak kegiatannya yang mengarah pada pengelolaan perbekalan farmasi dibandingkan farmasi klinis serta pekerjaan manajemen mutu hanya sebagian yang ditangani oleh
pokja
P2E
IFRS.
Sedangkan
menurut
kepmenkes
nomor
1197/Menkes/SK/X/2004, antara perbekalan, farmasi klinis, dan manajemen mutu adalah sebanding. Manajemen mutu ini diperlukan untuk instalasi farmasi rumah sakit untuk menunjang kegiatan farmasi yang mengarah pada patient oriented.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Pokja Farmasi Klinis Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik. Pelayanan farmasi klinis di RSUP H. Adam Malik, meliputi: a. Konseling Kegiatan konseling telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik untuk pasien rawat jalan. Namun untuk menunjang terlaksanya konseling yang bermutu dibutuhkan beberapa literatur up to date yang dapat dengan cepat dan mudah diakses yang seharusnya ada di ruangan konseling seperti internet. Namun, ruang konseling RSUP H. Adam Malik belum didukung oleh fasilitas internet (wifi) untuk mencari informasi tersebut secara cepat. Software PIO yang terdapat di ruang konseling seharusnya juga di up date dengan versi terbaru. Pencatatan data pasien harus dilakukan secara kontinu dan terorganisir sehingga dapat diperoleh informasi perkembangan pasien setelah penggunaan obat dan dilakukan follow-up untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. Namun, kegiatan follow-up ini belum dilakukan. Selain itu, ruang tunggu untuk pasien yang akan dikonseling masih belum tersedia. b.Visite Kegiatan visite telah dilaksanakan pada pasien di RSUP H. Adam Malik. Kunjungan ini berupa kunjungan mandiri. Kegiatan visite belum dilakukan secara optimal dan menyeluruh pada setiap pasien. Hal ini dikarenakan saat apoteker melakukan visite tidak disertai dengan obatnya, sehingga pasien masih merasa bingung dengan apa yang dijelaskan apoteker. Selain itu, perbandingan jumlah pasien dengan apoteker belum sebanding yakni sesuai permenkes 1:30 , sehingga
Universitas Sumatera Utara
perlu ditambah lagi tenaga. Penelusuran riwayat penggunaan obat yang termasuk dalam kegiatan visite telah dilakukan oleh farmasi klinis. 4.1.3
Pokja Perencanaan dan Evaluasi Dibahas tersendiri. .
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan a. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik belum sesuai dengan struktur organisasi instalsi farmasi yang tertuang pada Kepmenkes RI No1197/MENKES/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. b. Ruangan konseling telah tersedia di RSUP H. Adam Malik, dan kegiatannya juga telah berlangsung. Namun, ruang tunggu untuk pasien yang akan dikonseling tidak tersedia. c. Kegiatan visite di RSUP H. Adam Malik sudah dilakukan namum belum menyeluruh karena keterbasan jumlah apoteker di bagian farmasi klinis. d. Peranan apoteker RSUP H. Adam Malik sangatlah luas selain di Instalasi Farmasi juga berperan di Instalasi CSSD, Instalasi gas medis, dan terlibat pada panitia farmasi dan terapi (PFT) serta penanganan obat kanker.
5.2 Saran Adapun saran yang diberikan sebagai berikut: a.
Sebaiknya struktur organisasi instalasi farmasi mengarah pada struktur organisasi instalasi farmasi seperti yang tertera pada Kepmenkes RI No1197/MENKES/SK/2004.
b.
Sebaiknya disediakan ruang tunggu untuk pasien-pasien yang akan dikonselingkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Sebaiknya visite apoteker dilakukan bersama dengan dokter sehingga terapi dapat diberikan secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI No. 1439/MENKES/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis pada Sarana Pelayanan Kesehatan. Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Depkes RI. (2008). Peraturan Menkes RI No. 244/MENKES/PER/III/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Depkes RIa. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply Department/CSSD) di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI. Depkes RIb. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit. Siregar, C.J.P dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 7, 13-15 dan 17-19. Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01. 01/IV.2.1./10281/2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Blanko Pelaporan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) a. Bagian Depan
Universitas Sumatera Utara
b. Bagian Belakang
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Format Lembar Pelayanan Informasi Obat
LEMBAR PELAYANAN INFORMASI OBAT NO :…………… .Tgl : ………… Waktu : ………….Metode lisan/pertelp/tertulis 1. Identitas Penanya Nama
:
No Telp
:
Status :
2. Data Pasien : Umur :…….
Berat :…… .Kg
Jenis Kelamin : L/K
Kehamilan : Ya / Tidak…………………………………Minggu Menyusui : Ya/ Tidak
3.
Umur bayi :………………
Pertanyaan : Uraian permohonan
............................................................................................................................. ............................................................................................................................. Jenis Permohonan o
Identifikasi Obat
o
Dosis
o
Antiseptik
o
Interaksi Obat
o
Stabilitas
o
Farmakokinetik/Farmakodinamik
o
Kontra Indikasi
o
Keracunan
o
Ketersediaan
o
Penggunaan Terapeutik
o
Harga Obat
o
Cara Pemakaian
o
ESO
o
Lain - Lain
4. Jawaban :
..............................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Referensi :
.............................................................................................................
6. Penyampaian Jawaban Segera Apoteker yang menjawab : Tgl :
dalam waktu 24 jam, > 24 jam
.........................................................................................
................................... Waktu : ...................................................................
Metode jawaban : Lisan / Tertulis / Pertelp.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Format Kartu Konseling Pasien Rawat Jalan RSUP H. Adam Malik POKJA APOTEK II KONSELING FARMASI
NOMOR : TANGGAL : A. PERSYARATAN ADMINISTRASI Jenis Tida Jela Jenis Tida Jela Skrining k s Skrinin k s Jelas g Jelas Ruangan/u Nama nit dokter Nama Alamat Umur Jenis Paraf kelamin dokter Berat NO. badan REK. MEDI S DIAGNOSA : B. PERSYARATAN FARMASI Jenis Skrining Uraian Bentuk sediaan Kekuatan sediaan Jumlah obat Stabilitas
C. PERSYARATAN KLINIS: JENIS SKRINING a Ketepatan indikasi B Ketepatan obat c Ketepatan pasien Regimen: d Ketepatan dosis e Duplikasi pengobatan f Interaksi obat: 1. Obat >< Obat 2. Obat >< Makanan 3 Obat >< Hasil Laboratorium 4 Obat >< Obat Tradisional g Kontraindikasi
URAIAN
Saat pemberian:
Lama pemberiaan:
Interval pemberian:
Cara pemberian:
h Efek samping Obat i
Efek Adiktif
D.KONSELING Nasehat/Advice :
PASIEN TANDA TANGAN
KONSELOR TANGAN
TANDA
Universitas Sumatera Utara
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tugas Khusus
Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Disusun Oleh: Putri Yani, S.Farm. NIM 113202049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.3. Latar Belakang ............................................................................
1
1.4. Tujuan .........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
3
2.7 Manajemen Logistik ....................................................................
3
2.8 Proses Logistik IFRS ....................................................................
4
2.8.1
Pemilihan .............................................................................
4
2.8.2 Perencaanaan .......................................................................
5
2.8.3
Pengadaan ...........................................................................
7
2.8.4
Produksi ...............................................................................
8
2.8.5
Penerimaan ..........................................................................
8
2.8.6 Penyimpanan .......................................................................
9
2.8.7
Pendistribusian ....................................................................
9
2.8.8
Pengendalian........................................................................
10
2.8.9
Penghapusan ........................................................................
10
2.8.10 Pelaporan .............................................................................
10
2.8.11 Evaluasi ...............................................................................
11
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS POKJA P2E ...........................................
12
3.3 Sumber Daya Manusia (SDM)......................................................
12
Universitas Sumatera Utara
3.4 Struktur Kerja P2E .......................................................................
12
3.5 Kegiatan Pokja P2E .....................................................................
12
3.3.1 Pemilihan ............................................................................
12
3.3.2 Perencanaan .........................................................................
13
3.3.1.1 Dasar perencanaan ......................................................
13
3.3.1.2 Metode perencanaan ...................................................
13
3.3.1.3 Sumber dana................................................................
15
3.3.3 Pengadaan ..........................................................................
15
3.3.4 Produksi ..............................................................................
16
3.3.5 Penerimaan .........................................................................
16
3.3.6 Penyimpanan .......................................................................
16
3.3.7 Pendistribusian ...................................................................
16
3.3.8 Pengendalian .......................................................................
16
3.3.9 Penghapusan .......................................................................
17
3.3.10 Pelaporan............................................................................
17
3.3.11 Evaluasi ..............................................................................
18
BAB 4 PEMBAHASAN ..........................................................................
19
4.1 Perencanaan .................................................................................
19
4.2 Pelaporan ......................................................................................
19
4.3 Evaluasi ........................................................................................
19
BAB 5 PEMBAHASAN ..........................................................................
21
5.1 Kesimpulan ..................................................................................
21
5.1.1Perencanaan ..........................................................................
21
5.1.2 Pelaporan..............................................................................
21
Universitas Sumatera Utara
5.1.3
Evaluasi .............................................................................
21
5.2 Saran ..........................................................................................
22
5.2.1
Perencanaan ......................................................................
22
5.2.2
Pelaporan...........................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
23
LAMPIRAN .............................................................................................
24
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Flowchart Perencanaan Pengadaan Barang .............................
24
Lampiran 2. Sepuluh (10) besar kelas pola penyakit terbanyak pada Rawat jalan di RSUP H. Adam Malik ....................................
25
Lampiran 3. Sepuluh (10) besar kelas pola penyakit terbanyak pada Instalasi gawat darurat di RSUP H. Adam Malik ...................
26
Lampiran 4. Sepuluh (10) besar kelas pola penyakit terbanyak pada Rawat inap di RSUP H. Adam Malik .....................................
27
Lampiran 5. Bentuk evaluasi peresepan obat generik..................................
28
Lampiran 6. Bentuk evaluasi penggunaan antibiotika .................................
29
Lampiran 7. Bentuk evaluasi peresepan formularium dan non formularium ............................................................................
30
Lampiran 8. Data obat-obat yang termasuk ke dalam 10 besar kelas terapi
31
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sumatera Utara
Halaman Gambar 2.1 Struktur kerja P2E ..................................................................
12
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
1.1 Latar Belakang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengolahan semua aspek yang berkaitan dengan obat/perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit sebagai sistem 1 pintu (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). Manajemen logistik berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan, dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan, dan informasi, terkait dari titik permulaan hingga titik konsumsi dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan (Samosir, 2009). Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). Salah satu bagian yang mempunyai peranan penting dalam pengelolaan perbekalan farmasi yaitu mengenai proses perencanaa, pelaporan, dan evaluasi. Oleh karena itu seorang apoteker perlu untuk mengetahui proses kegiatan tersebut. Dalam hal ini, pengamatan dilakukan pada Pokja P2E instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik.
1.2 Tujuan
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui proses pengelolaan perbekalan farmasi mengenai perencanaan, pelaporan, dan evaluasi di instalasi farmasi rumah sakit.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Logistik Manajemen logistik berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan keefektivan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan, dan informasi, terkait dari titik permulaan hingga titik konsumsi dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Istilah logistik dalam ruang lingkup rumah sakit merupakan sub system dan menjadi lebih sempit, yaitu: a. Suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan persediaan bahan serta bahan yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. b. Bagian dari rumah sakit yang bertugas menyediakan barang dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai dengan harga efisien (Samosir, 2009). Untuk melaksanakan tugasnya IFRS memerlukan manajemen farmasi yang sistematis yang tentu tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik, dimana unsurnya meliputi: pengadaan yang berencana, pengangkutan eksternal yang terjamin, distribusi internal yang selamat dan aman dan pengendalian yang teliti (Samosir, 2009).
2.2 Proses Logistik IFRS
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuan pengelolaan ini adalah: a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien. b. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan. c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi. d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna. e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan. 2.2.1 Pemilihan Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta
jaminan purna transaksi
pembelian. Kriteria pemilihan kebutuhan obat yang baik menutut Ditjen Binfar dan Alkes (2008) adalah: a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan menghindari kesamaan jenis obat.
Universitas Sumatera Utara
b. Hindari penggunaan obat kombinasi,kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal. c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan dari penyakit yang prevalensinya paling tinggi. 2.2.2 Perencanaan Perencanaan menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Metode konsumsi adalah perhitungan kebutuhan yang didasarkan pada data riel konsumsi perbekalan farmasi periode lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung perbekalan farmasi yang dibutuhkan adalah: a. Pengumpulan dan pengolahan data b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi c. Perhitungan dan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi d. Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Metode epidemiologi adalah perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan waktu tunggu. Langkah-langkah dalam menentukan metode ini adalah: a. Menentukan jumlah pasien yang akan dilayani b. Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit. c. Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi. d. Menghitung perkiraan kebutuhan. Pedoman perencanaan perbekalan farmasi berdasarkan Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, yaitu: a. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan setempat yang berlaku. b. Data catatan medik c. Anggaran yang tersedia d. Penetapan prioritas e. Siklus penyakit f. Sisa persediaan g. Data pemakaian periode yang lalu h. Rencana pengembangan Adapun cara evaluasi yang dapat digunakan setelah melakukan perencanaan, yaitu: a. Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi. b. Kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi c. Kombinasi ABC dan VEN d. Revisi daftar perbekalan farmasi (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008)
Universitas Sumatera Utara
Analisa ABC dilakukan untuk mengoreksi kembali apakah penggunaan perbekalan farmasi memang banyak atau apakah ada alternatif sediaan lain yang lebih efisien biaya (missal, merek dagang lain, bentuk sediaan lain, dan sebagainya). Jadi, ABC itu merupakan penamaan yang menunjukkan peringkat atau rangking dimana urutan dimulai dengan yang terbaik atau terbanyak. Analisa VEN merupakan singkatan dari V=vital, E=esensial, dan N=non vital. Jadi, analisa VEN adalah menentukan prioritas kebutuhan suatu kebutuhan farmasi yang mana harus tersedia, perlu tersedia, dan tidak prioritas untuk disediakan. Analisa kombinasi ABC dan VEN dilakukan apabila dalam hal pengadaan obat, anggaran yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga dengan metode ini dapat dilakukan pengurangan obat Apabila dalam langkah-langkah analisa ABC dan VEN terlalu sulit untuk dilakukan, maka perlu dilakukan segera revisi daftar perencanaan perbekalan farmasi (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). 2.2.3 Pengadaan Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui : a. Pembelian : i. Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi) ii. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi: i. Produksi Steril ii. Produksi Non Steril
Universitas Sumatera Utara
c. Sumbangan/droping/hibah Ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan dalam proses pengadaan menurut Ditjen Binfar dan Alkes (2008), yaitu: a.
Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan biaya tinggi.
b.
Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja
c.
Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu, dan tempat.
2.2.4 Produksi Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, produksi merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi : a. Sediaan farmasi dengan formula khusus b. Sediaan farmasi dengan harga murah c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran e. Sediaan farmasi untuk penelitian f. Sediaan nutrisi parenteral g. Rekonstruksi sediaan obat kanker 2.2.5 Penerimaan Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Tujuan penerimaan menurut Ditjen
Universitas Sumatera Utara
Binfar dan Alkes (2008) yaitu untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah, maupun waktu kedatangan. 2.2.6 Penyimpanan Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan, seperti: a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya b. Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya c. Mudah tidaknya meledak/terbakar d. Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. 2.2.7 Pendistribusian Menurut Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi, pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan : a. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada b. Metode sentralisasi atau desentralisasi c. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
Universitas Sumatera Utara
2.2.8 Pengendalian Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). 2.2.9 Penghapusan Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). 2.2.10 Pelaporan Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga, dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Adapun tujuan dilakukannya pelaporan adalah: a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b. Tersedianya informasi yang akurat c. Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). Jenis-jenis laporan yang sebaiknya dibuat oleh IFRS yaitu: a. Laporan keuangan (laporan yang telah dikeluarkan oleh farmasi) b. Laporan mutasi perbekalan
Universitas Sumatera Utara
c. Laporan penulisan resep generik dan non generik d. Laporan psikotropik dan narkotik e. Laporan stok opname f. Laporan pendistribusian, berapa jumlah dan rupiah g. Laporan penggunaan obat program h. Laporan pemakaian perbekalan farmasi jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin i. Laporan jumlah resep j. Laporan kepatuhan terhadap formularium k. Laporan penggunaan obat terbesar l. Laporan penggunaan antibiotik m. Laporan kinerja (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008). 2.2.11 Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit serta menjadi masukan dalam melakukan penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan (Ditjen Binfar dan Alkes, 2008).
Universitas Sumatera Utara
BAB III Tinjauan Khusus Pokja P2E 3.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Pokja P2E di RSUP H. Adam Malik memiliki 6 orang tenaga kerja yang terdiri dari Apoteker sebagai penanggung jawab utama/kepala pokja, 2 orang administrasi, dan 3 orang asisten apoteker yang masing-masing menangani bidang perencanaan untuk pasien askes dan umum, jamkesmas, serta floorstok.
3.2Struktur Kerja P2E Adapun struktur kerja dari pokja P2E adalah sebagai berikut. Kepala Pokja P2E (Apoteker)
3 Asisten Apoteker
1 AA (Askes dan umum)
2 administrasi
1 AA 1 AA (jamkesmas/inhealth (floorstok) h) Gambar 3.1 Struktur kerja pokja P2E
3.3 Kegiatan Pokja P2E 3.3.1 Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk, dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
Universitas Sumatera Utara
standardisasi dan merevisi formularium rumah sakit setiap dua tahun sekali (formularium rumah sakit telah mengalami revisi tiga kali). 3.3.2 Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, melibatkan seluruh unit pengguna, merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat. Jenis obat yang disediakan di RSUP H. Adam Malik mencapai 1500 jenis. Proses perencanaan baik untuk pembelian langsung maupun tender dilakukan satu tahun sekali berdasarkan RBA (Rencana Bisnis Anggaran) yang diajukan ke keuangan. Namun untuk pengadaannya, untuk pembelian langsung dilakukan setiap 15 hari sekali, Perencanaan perbekalan farmasi dirancang kembali setiap satu tahun sekali, biasanya dilihat dari pergerakan barang berdasarkan slow ataupun fast moving. 3.3.1.1 Dasar perencanaan Dasar perencanaan di RSUP H. Adam Malik merujuk pada Kepmenkes Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 yang meliputi DOEN, Daftar Obat Inhealth, DPHO, perkembangan diagnosa dan terapi. 3.3.1.2 Metode perencanaan Metode perencanaan di RSUP H. Adam Malik menggunakan metode kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi. Hal ini dilakukan dengan cara menetapkan prioritas dengan mempertimbangkan sisa persediaan, data pemakaian periode sebelumnya serta siklus penyakit dan rencana pengembangan. Dimana pada metode konsumtif, pokja P2E mengambil data pemakaian obat dari SIRS dan usulan user, sedangkan untuk metode epidemiologi menggunakan
Universitas Sumatera Utara
analisa ABC dan VEN. Jadi, yang dipertimbangkan dalam perencanaan ini tidaka hanya berdasarkan volume perbekalan farmasi yang dipesan, tetapi juga pada biaya dan kebutuhan dari kelas terapi yang paling sering terjadi. 10 besar pola penggunaan obat jamkesmas RSUP H. Adam Malik yang diperoleh melalui analisa ABC, yaitu: 1. Produk darah dan pengganti plasma 2. Obat khemo 3. Larutan elektrolit dan nutrisi 4. Antibiotik 5. Thalasemia 6. Analgesik 7. Obat saluran cerna 8. Antiepilepsi 9. Obat antidiabetika oral 10. Kortikosteroid/Antihistamin Contoh perbekalan farmasi yang termasuk ke dalam 10 besar kelas terapi di atas dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 31. 10 besar pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 25. 10 besar pola penyakit terbanyak pada instalasi gawat darurat di RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 26. 10 besar pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 27.
Universitas Sumatera Utara
3.3.1.3 Sumber dana Sumber dana untuk pengelolaan perbekalan farmasi ada dua, yaitu: 1. Dana BLU (Badan Layanan Umum) 2. Dana APBN Dana BLU diberikan untuk pengadaan barang atas permintaan resep individu yang bisa diklaim ke askes atau jamkesmas berdasarkan tindakan yang dilakukan. Sedangkan dana APBN diberikan untuk pengadaan barang-barang all intarif seperti paket bedah, paket cuci luka, dan paket anastesi. 3.3.2 Pengadaan Pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui serta dilaksanakan pada jam kerja. Pokja P2E berperan dalam melakukan negosiasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan, pelayanan purna jual dan harga yang wajar/ murah, sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Pengadaan Alat Medis Habis Pakai (AMHP) untuk tahun 2012 ini dilakukan berdasarkan Manlak Jamkesmas 2011, dimana IFRS membuat KSO (Kerjasama operasional) yang spesifik sesuai hasil negosiasi. Pokja P2E juga berperan dalam memonitor surat pesanan yang dibuat dengan memastikan kesesuaian antara surat pesanan faktur, spesifikasi barang dan membantu kelengkapan berkas pembayaran sesuai waktu yang telah disepakati serta memonitor dan mengevaluasi pemasok/ suplier dan memilih yang terpercaya. Cara pengadaan: a. Pembelian
Universitas Sumatera Utara
Untuk pembelian langsung di RSUP H. Adam Malik masih ditangani oleh pokja P2E, sedangkan untuk pembelian secara tender ditangani oleh panitia pengadaan. Pembelian secara langsung untuk perbekalan farmasi tidak lebih dari Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan pemesanan dilakukan pada distributor/pedagang
besar
farmasi/rekanan
yang
bersifat
keagenan
(distributor utama). b. Sumbangan/droping/hibah Sumbangan perbekalan farmasi diperoleh antara lain dari Kemenkes yang ditujukan untuk menangani kejadian luar biasa seperti perbekalan farmasi untuk penanganan HIV-AIDS dan obat TBC. Sumbangan lainnya diperoleh dari distributor yang mensubstitusi barang yang telah ED dengan barang lainnya sesuai dengan kesepakatan antara kapokja P2E dengan distributor yang bersangkutan. 3.3.3 Produksi Proses tidak diamati. 3.3.4 Penerimaan Proses tidak diamati. 3.3.5 Penyimpanan Proses tidak diamati. 3.3.6 Pendistribusian Proses tidak diamati 3.3.7 Pengendalian Proses tidak diamati
Universitas Sumatera Utara
3.3.8 Penghapusan Proses tidak diamati 3.3. 9 Pelaporan Pelaporan yang dilakukan di pokja P2E adalah satu bulan sekali. Pelaporan yang dibuat berupa: a.
Pelaporan kegiatan, yang meliputi: i.
Laporan penerimaan berupa permintaan PF ke gudang, penerimaan PF dari gudang, penerimaan PF dari Depo lain, dan penerimaan PF dari apotek luar.
ii. Laporan pengeluaran berupa pengeluaran PF antar Depo, retur PF ke gudang. iii. Laporan pasien berupa resep yang dilayani dan resep yang tidak dilayani. Bentuk laporan kegiatan/kinerja dapat dilihat pada lampiran. b. Pelaporan respon time, yang berisi suatu laporan mengenai kelancaran pengeluaran obat pada setiap depo dari tiap jenis pasien seperti pasien askes, jamkesmas, inhealth, umum, bantuan, floorstok, dan lain-lain. c.
Pelaporan penggunaan/penulisan obat generik, yang berisi perbandingan penulisan resep generik di setiap bulannya maupun perbandingan penulisan resep di setiap depo serta perbandingan penggunaan obat generik pada bagian penyedia askes, jamkesmas, inhealth, floorstok, umum, dan bantuan.
d. Pelaporan rating vender, yang berisi laporan kecepatan dan kelengkapan distributor dalam pengadaan barang. e.
Pelaporan narkotik dan psikotropika, yang berisi laporan penerimaan dan pengeluaran narkotika selama 1 bulan dan psikotropika selama 3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
f.
Pelaporan penggunaan antibiotik
g.
Pelaporan pola penggunaan obat dengan analisa ABC dan VEN
h. Pelaporan keuangan, yang berisi nilai penjualan perbekalan farmasi pada setiap bulannya. i.
Pelaporan stok opname, yang berisi nilai perbekalan farmasi untuk penyedia askes, jamkesmas, umum, dan floorstock pada setiap user.
j.
Pelaporan mutasi barang.
3.3.10 Evaluasi Evaluasi yang dilakukan pokja P2E adalah setiap tiga bulan sekali. Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pelaporan. Evaluasi yang dilakukan antara lain: a. Evaluasi pelayanan resep yang berdasarkan formularium rumah sakit b. Evaluasi penggunaan obat generik dan non generik c. Evaluasi supplier d. Evaluasi penggunaan obat antibiotik e. Evaluasi kinerja
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Proses perencanaan perbekalan farmasi di RSUP HAM dilakukan oleh Pokja P2E yang berada di bawah instalasi farmasi. Metode perencanaan yang dilakukan berdasarkan kombinasi metode konsumtif dan epidemiologi
4.2 Pelaporan Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaporan: a.
Barang perbekalan farmasi yang kadaluarsa (expire date/ED), Pada tahun 2011, ternyata masih ditemukan nominal yang tinggi dari sisa perbekalan farmasi yang belum sempat digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dikaji kembali proses perencanaan yang dilakukan agar nilai rupiah barang ED dapat diminimalkan.
b.
Obat generik Peresepan obat generik tahun 2011 adalah sebanyak 76% dan penggunaan obat generik terbanyak didapat pada pasien rawat inap. Namun berdasarkan WHO peresepan obat generik adalah ≥ 85%.
4.3 Evaluasi Berdasarkan hasil pengamatan dari evaluasi: a.
Peresepan berdasarkan formularium Pada tahun 2011 diperoleh data ketaatan dokter untuk meresepkan obatobatan yang ada di formularium masih mencapai 86%, dari hasil data tersebut
Universitas Sumatera Utara
masih terlihat adanya penggunaan obat-obat di luar formularium dalam arti kata ada pembelian obat di luar formularium. b.
Pengadaan antibiotika di RS. Pada tahun 2011, evaluasi penggunaan antibiotic dibagi dalam dua hal, yaitu berdasarkan volume dan nilai rupiah yang dibutuhkan. Dari data tersebut didapat pengadaan antibiotik terbanyak adalah siprofloksasin tablet 500mg sedangkan untuk pembelian antibiotik yang menyerap dana terbesar adalah siprofloksasin infus.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Perencanaan Proses perencanaan perbekalan farmasi di pokja P2E RSUP HAM dilakukan berdasarkan metode konsumtif dan epidemiologi. Pokja P2E menggunakan metode konsumtif ini dengan cara mengambil data SIRS dan juga berdasarkan usulan user. Selanjutnya proses perencanaan ini dievaluasi berdasarkan analisa ABC-VEN. 5.1.2 Pelaporan Pelaporan yang dilakukan di pokja P2E RSUP HAM antara lain pelaporan kegiatan, pelaporan respon time, pelaporan penggunaan/penulisan obat generik, pelaporan rating vender, pelaporan narkotik dan psikotropika, pelaporan penggunaan antibiotic. pelaporan pola penggunaan obat dengan analisa ABC dan VEN, pelaporan keuangan, yang berisi nilai penjualan perbekalan farmasi pada setiap bulannya serta pelaporan stok opname dan pelaporan mutasi barang. 5.1.3 Evaluasi Bentuk evaluasi yang dilakukan di pokja P2E RSUP HAM antara lain evaluasi pelayanan resep yang berdasarkan formularium rumah sakit, evaluasi penggunaan obat generik dan non generik, evaluasi supplier, evaluasi penggunaan obat antibiotik, dan evaluasi kinerja.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran 5.2.1 Perencanaan a. Sebaiknya dilakukan pengkajian lebih lanjut dalam hal proses perencanaan agar dapat meminimalkan barang yang ED. b. Sebaiknya proses perencanaan selain ditinjau dari kelas terapi tetapi juga dari pola penyakit yang ada untuk lebih menggambarkan kebutuhan perbekalan farmasi di RSUP HAM. 5.2.2 Pelaporan Pelaporan kegiatan pengelolaan perbekalan di IFRS sebaiknya dilakukan tepat waktu agar data yang ada dapat digunakan untuk bahan perencanaan tahun berikutnya. 5.2.3 Evaluasi Evaluasi supplier sebaiknya digunakan untuk menentukan supplier yang akan bekerja sama pada tahun berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Ditjen Binfar dan Alkes. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI. Hal 7-38 Samosir, M. A. V., (2009). Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah (IFRSUD) Pandan Tahun 2008. Tesis. USU. Medan.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sepuluh (10) besar pola penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik
Essential hipertension Unspecified diabetes melitus without complication drug abuse counselling and surveillance special screening examination for cardiovascular disorders tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or without culture surgical follow-up care, unspecified observation for suspected malignant neoplasm congestive heart failure breast, unspecified presence of coronary angioplasty implant and graft
7% 19%
7%
7%
8%
12%
9% 11% 10% 10%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Sepuluh (10) besar pola penyakit terbanyak pada instalasi gawat darurat di RSUP H. Adam Malik Dyspepsia Diffuse brain injury Fever, unspecified Superficial injury of unspecified body region Observation for suspected malignant neoplasm Observation for suspected disease or condition , unspecified Laboratory examination Diarrhae and gastroentritis of presumed infection origin Essential hypertension Atherosclerotic heart disease
6%
5%
20%
6% 6% 7%
17% 7% 11%
15%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Sepuluh (10) besar pola penyakit terbanyak pada rawat inap di RSUP H. Adam Malik Other specified disorders of white blood cells Chemotherapy session for neoplasm Congestive heart failure Anemia in other chronic disease classified elsewhere Iron deficiency anaemia secondary to blood loss (chronic) Pneumonia, unspecified End-stage renal disease Thrombocytopenia, unspecified Anaemia, unspecified Breast, unspecified
7%
7%
20%
7% 7% 16%
7% 8% 10%
11%
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5 . Bentuk laporan peresepan obat generik
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 . Bentuk evaluasi penggunaan antibiotika
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bentuk evaluasi peresepan formularium dan non formularium
Universitas Sumatera Utara
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI RUMAH SAKIT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Studi Kasus
Osteosarkoma + Gagal Ginjal Kronik Stadium V
Disusun Oleh: Putri Yani, S.Farm. NIM 113202049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.5. Latar Belakang ............................................................................
1
1.6. Tujuan .........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
3
2.9 Osteosarkoma ...............................................................................
3
2.9.1 Etiologi dan Patogenesis Osteosarkoma............................
3
2.9.2
Klasifikasi Osteosarkoma .................................................
3
2.9.3 Gejala Osteosarkoma ........................................................
3
2.9.4 Diagnosa ...........................................................................
4
2.9.5 Penanganan Terapi Osteosarkoma ....................................
4
2.9.5.1 Kemoterapi ..................................................................
4
2.9.5.2 Operasi .......................................................................
5
2.10 Gagal Ginjal Kronik (GGK) .......................................................
5
2.10.1 Etiologi dan Patogenesis Gagal Ginjal Kronik..................
5
2.10.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ........................................
6
2.10.3 Diagnosa ...........................................................................
6
2.10.4 Terapi Farmakologi ...........................................................
7
2.10.4.1
Cairan elektrolit yang abnormal ..........................
7
2.10.4.2 Keseimbangan kalium ..............................................
7
Universitas Sumatera Utara
2.10.4.3 Anemia ....................................................................
7
2.10.4.4 Asidosis metabolik ..................................................
8
2.11 Uremic Encephalophaty ..........................................................
8
2.11.1 Definisi .............................................................................
8
2.11.2 Manifestasi .......................................................................
9
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM ..............................................
10
3.6 Identitas Pasien .............................................................................
10
3.7 Ringkasan pada waktu pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik .
10
3.8 Pemeriksaan .................................................................................
11
3.3.1 Pemeriksaan Foto Thorax ...................................................
11
3.3.2 Pemeriksaan Patologi Klinik ................................................
11
3.4 Pemeriksaan Objektif Harian .......................................................
18
3.5 Terapi…….. ..................................................................................
18
3.6 Pembahasan ..................................................................................
19
3.6.1 Tanggal 26 Mei 2012 ...........................................................
19
3.6.2 Tanggal 27-28 Mei 2012 ......................................................
24
3.6.3 Tanggal 29 Mei 2012 ...........................................................
28
3.6.4 Tanggal 30 Mei 2012 ...........................................................
34
3.6.5 Tanggal 31 Mei 2012 ...........................................................
37
3.6.6 Tanggal 1 Juni 2012 .............................................................
40
3.6.7 Tanggal 2 Juni 2012 .............................................................
44
3.6.8 Tanggal 3 Juni 2012 .............................................................
47
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
50
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
50
Universitas Sumatera Utara
4.2 Saran ............................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
51
LAMPIRAN...... ........................................................................................
53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lembar Penilaian Rasionalitas Penggunaan Obat ..................
53
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Klasifikasi gagal ginjal kronik ...................................................
6
Tabel 3.1 Hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik ........................
12
Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan objektif harian dari pasien ...........................
18
Tabel 3.3 Daftar obat-obat yang digunakan pasien ....................................
18
Tabel 3.4 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 26 Mei 2012 ....
19
Tabel 3.5 Pengkajian tepat dosis tanggal 26 Mei 2012 ..............................
21
Tabel 3.6 Efek samping dan interaksi obat tanggal 26 Mei 2012 ..............
22
Tabel 3.7 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 26 Mei 2012 ...............................................................................
23
Tabel 3.8 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 26 Mei 2012 ..................................................................
24
Tabel 3.9 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 27-28 Mei ..................................................................................
24
Tabel 3.10 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 22-28 Mei 2012 ........................................................................
28
Tabel 3.11 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 27-28 Mei 2012 ...........................................................
28
Tabel 3.12 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 29 Mei 2012 ..
29
Tabel 3.13 Pengkajian tepat dosis tanggal 29 Mei 2012 ............................
30
Tabel 3.14 Efek samping dan interaksi obat tanggal 29 Mei 2012 ............
31
Tabel 3.15 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 29 Mei 2012 .............................................................................
33
Tabel 3.16 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 29 Mei 2012.................................................................
34
Tabel 3.17 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 30 Mei 2012 ...
34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.18 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 31 Mei 2012 ...
37
Tabel 3.19 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 31 Mei 2012 .............................................................................
40
Tabel 3.20 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 31 Mei 2012.................................................................
40
Tabel 3.21 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 1 Juni 2012 ....
40
Tabel 3.22 Efek samping dan interaksi obat tanggal 1 Juni 2012 ..............
42
Tabel 3.23 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 1 Juni 2012 ...............................................................................
44
Tabel 3.24 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 1 Juni 2012 ..................................................................
44
Tabel 3.25 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 2 Juni 2012 ....
44
Tabel 3.26 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 3 Juni 2012 ....
47
Tabel 3.27 Pengkajian tepat dosis tanggal 3 Juni 2012 .............................
48
Tabel 3.28 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 3 Juni 2012 ...............................................................................
49
Tabel 3.29 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada obat tanggal 3 Juni 2012 ..................................................................
49
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi pharmaceutical care atau pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2004). Peran farmasis dalam farmasi klinis yaitu mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien, mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan, memantau efektifitas serta keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan, memberikan informasi kepada petugas kesehatan,
pasien/keluarga,
memberi
konseling
kepada
pasien/keluarga,
melakukan pencampuran obat suntik, melakukan penyiapan nutrisi parenteral, melakukan penanganan obat kanker, melakukan penentuan kadar obat dalam darah, melakukan pencatatan setiap kegiatan dan melaporkan setiap kegiatan (Depkes RI, 2004). Farmasi klinis juga mempunyai kewajiban untuk memantau efek obat terhadap pasien. Oleh karena itu, diperlukan cek klinis yang teratur dan seksama pada semua lembar daftar pemberian obat pasien rawat inap. Farmasis harus memperhatikan semua pengobatan (baik yang diresepkan maupun yang dibeli sendiri) untuk semua pasien. Banyak pasien mungkin menggunakan obat-obat
Universitas Sumatera Utara
herbal maupun obat-obat tradisional yang mungkin tidak tercatat pada lembar daftar pemberian obat. Obat-obat tersebut tetap harus dipertimbangkan. Di dalam lingkungan rumah sakit, farmasis seharusnya diberi akses ke semua rekam medis pasien, dan melakukan komunikasi secara rutin dengan pasien, kerabat pasien maupun tenaga kesehatan profesional lainnya (Aslam, dkk., 2003). Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap baik visite mandiri maupun bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya adalah menilai rasionalitas penggunaan obat. Penilaian rasionalitas penggunaan obat meliputi 4 T + 1 W yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis dan waspada efek samping Adapun studi Pengkajian Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR) dilaksanakan pada bagian ortopedi di ruang inap terpadu (rindu) B3. Studi kasus yang diambil adalah osteosarkoma + CKD stage V.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan kasus di RSUP H. Adam Malik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Osteosarkoma 2.1.1 Etiologi dan Patogenesis Osteosarkoma Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarcoma adalah suatu neoplasma ganas yang berasal dari sel primitive (poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang tersering setelah myeloma multiple (Kawiyana, S., 2009). Osteosarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epi-physeal growth plate) yang sangat aktif yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis. Pada orang tua umur di atas 50 tahun, osteosarkoma bisa terjadi akibat degenerasi ganas dari paget disease dengan prognosis sangat jelek (Kawiyana, S., 2009). 2.1.2 Klasifikasi Osteosarkoma Menurut The Bound and Cancer Foundation (2009), osteosarcoma ada 2 jenis yaitu primary bone cancer yang berarti kanker berasal dari tulang itu sendiri dan secondary bone cancer yaitu kanker yang dimulai di bagian lain dari tubuh (seperti payudara, prostat atau paru-paru) dan menyebar (metastasis) ke tulang. 2.1.3 Gejala Osteosarkoma Adapun gejala penyakit osteosarcoma menurut The Bound and Cancer Foundation (2009) antara lain:
Universitas Sumatera Utara
1. Nyeri yang menetap, bengkak atau benjolan pada tulang, terutama pada lengan atau kaki. 2. Rasa lemas (jika tumor mempengaruhi kaki). 3. Nyeri atau kesulitan bernapas (jika tumor mempengaruhi tulang rusuk). 4. Fraktur pada tulang yang terjadi secara spontan atau timbul karena adanya benjolan kecil. 5. Nyeri yang semakin memburuk dan membengkak pada tangan atau kaki, dekat lutut atau bahu. 2.1.4 Diagnosa Diagnosa ditegakkan biasanya melalui pemeriksaan yang dilakukan, seperti: a. Rontgen tulang yang terkena untuk melihat luasnya kerusakan tulang b. Rontgen dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru c. Bone Scan untuk melacak penyebaran ke tulang yang lain d. Pemeriksaan darah yaitu alkaline phosphatase serum e. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi jarum dan biopsi terbuka (Anonim, 2010). 2.1.5 Penanganan Terapi Osteosarkoma Terapi standar untuk osteosarcoma adalah pembedahan yang disertai kemoterapi diberikan sebelum dan setelah pembedahan. Kemoterapi dilakukan untuk mengurangi ukuran tumor atau mencegah kambuhnya sel kanker. 2.1.5.1 Kemoterapi Kemoterapi yang biasanya dilakukan adalah neo adjuvant therapy, pada metode ini diberikan terlebih dahulu 3 siklus kemoterapi pra operasi dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian diberikan lagi kemoterapi pasca bedah 3 siklus. Kemoterapi yang biasa diberikan adalah metotreksat dosis tinggi dengan leukovorin, Doxorubicin (adriamisin), Cisplatin, Cyclophosphamide (sitoksan), dan Bleomycin (Kawiyana, S., 2009). 2.1.5.2 Operasi Tujuan operasi adalah untuk menghilangkan tumor lokal pada tulang yang terkena. Operasi ini dibagi menjadi 2 cara, yaitu: 1. Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor pada stadium dini dimatikan terlebih dahulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi. 2. Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi (Anonim, 2010).
2.2
Gagal Ginjal Kronik (GGK)
2.2.1 Etiologi dan Patogenesis Gagal Ginjal Kronik Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan yang terjadi selama beberapa bulan hingga bertahun-tahun, dan dikarakteristikkan dengan perubahan bentuk ginjal yang semula normal menjadi interstisial fibrosis (Wells, B. G., et al., 2009). Gagal ginjal dapat disebabkan oleh penyakit-penyakit, seperti hipertensi, diabetes mellitus, gagal jantung, aterosklerosis koroner, serebral, atau penyakit vascular perifer.
Universitas Sumatera Utara
Laju filtrasi glomerolus (LFG) didefinisikan sebagai volume plasma yang difiltrasi oleh glomerolus per satuan waktu dan biasanya diukur dengan memperkirakan laju klirens zat dari plasma. Laju filtrasi glomerulus bervariasi dengan ukuran tubuh yang selanjutnya dikoreksi dengan luas permukaan tubuh (BSA) yaitu 1,73 m² (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Perhitungan keratinin klirens berdasarkan Cockcroft-Gault yaitu: CrCl =
(140 − usia dalam tahun) x bobot badan (Kg) mg 72 x keratinin serum( ) dl
Catatan: pada wanita dikalikan 0,85
(Hill, G., 2007)
2.2.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Klasifikasi GGK berdasarkan tingkatan penurunan laju filtrasi glomerolus menurut Advisory Comitte (2008) dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Klasifikasi gagal ginjal kronik Laju filtrasi Stadium Deskripsi glomerolus (ml/menit) Kerusakan ginjal dengan 1 GFR normal atau >90 meningkat Kerusakan ginjal dengan 2 60-89 sedikit penurunan GFR Sedang dengan 3 30-59 penurunan GFR Berbahaya dengan 4 15-29 penurunan fungsi ginjal 5 Gagal ginjal <15 Sumber: Advissory Committee ( 2008)
Komplikasi penurunan LFG • • • • • • • • • •
Anemia Peningkatan tekanan darah Penurunan absorpsi kalsium Dislipidemia Hiperkalemia Hiperparatiroid Hiperposfatemia Hipetrofi ventricular kiri Asidosis metabolic Malnutrisi
2.2.3 Diagnosa Kerusakan pada ginjal dapat dideteksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Bukti langsung dapat ditemukan pada pencitraan atau pada pemeriksaan histopatologi dari biopsi ginjal, seperti USG, computed tomography (CT),
Universitas Sumatera Utara
magnetic resonance imaging (MRI) dan isotop scanning dapat mendeteksi sejumlah kelainan struktural termasuk penyakit ginjal polikistik, nefropati refluks, pielonefritis kronis dan penyakit renovaskular. Bukti tidak langsung untuk kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari analisa urin. Peradangan glomerular atau fungsi ginjal yang abnormal dapat menyebabkan kebocoran sel darah merah atau protein ke dalam urin sehingga terdeteksi sebagai proteinuria atau hematuria (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). 2.2.4 Terapi farmakologi 2.2.4.1 Cairan elektrolit yang abnormal Ketidakseimbangan natrium bisa menurunkan perfusi ginjal dan menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Terapi diuretik perlu dilakukan untuk mengontrol edema atau tekanan darah (Wells, et al., 2009). Contoh obat yang termasuk ke dalam golongan loop diuretik adalah furosemida, torsemida, bumetamida. Mekanisme kerjanya yaitu dengan menghambat aktivitas Na+-K+2Cl-symporter di thick asscending lengkung Henle (KDOQI, 2002). 2.2.4.2 Keseimbangan kalium Konsentrasi serum kalium biasanya diatur dalam range normal saat LFG kurang dari 20ml/menit per 1,73m² ketika tubuh dalam kondisi hiperkalemia. Terapi yang diperuntukkan bagi pasien hiperkalemia yang tinggi pada stadium 5 adalah hemodialisis (Wells, et al., 2009). 2.2.4.3 Anemia Penyebab utama anemia pada pasien GGK adalah kekurangan eritropoietin (Wells, et al., 2009). Diperkirakan 9% dari pria dan wanita pada stadium 3 dan 33% pria serta 67% wanita pada stadium 4 mempunyai kadar hemoglobin di
Universitas Sumatera Utara
bawah normal (>12g/dl untuk pria dan 11g/dl untuk wanita). Hal ini dapat ditindaklanjuti dengan pemberian erythropoiesis stimulating agents (Wells, et al., 2009). 2.2.4.4 Asidosis metabolik Asidosis metabolik adalah suatu kondisi yang dikarakteristikkan dengan penurunan pH dan konsentrasi serum HCO3-, yang dihasilkan dari penambahan asam organik ke cairan ekstraselular, seperti asam laktat serta kehilangan HCO3seperti karena diare atau akumulasi asam endogen agents. Peningkatan kondisi asidosis metabolik sangat terlihat jelas ketika LFG kurang dari 20-30ml/menit pada pasien GGK stadium 4. Tujuan terapi pada pasien GGK adalah untuk menormalkan pH darah (7,35-7,45) dan serum bikarbonat (22-26 mEq/L) (Wells, et al., 2009). Natrium bikarbonat merupakan alkalizer sistemik yang dapat meningkatkan bikarbonat plasma, buffer konsentrasi ion hidrogen berlebih, dan meningkatkan pH darah, sehingga dapat memperbaiki manifestasi klinis asidosis (Anonima, 2012).
2.3
Uremic Encephalophaty
2.3.1 Definisi Uremic encephalophaty adalah gangguan pada otak yang terjadi pada pasien gagal jantung akut ataupun kronik, biasanya terjadi ketika kadar bersihan kreatinin (CrCl) berada di bawah 15 mL/min.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Manifestasi Manifestasi dari Uremic encephalophaty ini bervariasi mulai dari gejala yang ringan seperti kelelahan, sampai gejala yang berbahaya seperti kejang dan koma. Perkembangan penyakit ini tergantung dari laju penurunan fungsi ginjal (Lohr, J. W., 2012).
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENATALAKSANAAN UMUM 3.1 Identitas Pasien Nama
: DN
No. RM
: 00.52.63.89
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Tanggal Lahir
: 1 Januari 1987
Berat Badan
: 50kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Huta Bandar Raya nagori Panduman, Kec. Raya Kahean, Kab. Simanglungun.
Ruangan
: Rindu B 3 (Ortopedi) Kamar 17
Pembayaran
: Jamkesmas
Tanggal Masuk
: 26 Mei 2012
Diagnosa awal
: Osteosarkoma
3.2 Ringkasan pada Waktu Pasien Masuk ke RSUP H. Adam Malik Pasien masuk ke RSUP H. Adam Malik melalui instalasi gawat darurat (IGD) pada tanggal 26 Mei 2012 pada pukul 17.02 dengan keluhan borok pada kaki kanan. Hal ini dialami pasien sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas 3 tahun yang lalu, namun pasien hanya berobat ke alternatif. Lama-kelamaan, luka membusuk dan menjadi borok. Pada awal
Universitas Sumatera Utara
pengkajian, pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun. Diagnosa awal pasien menderita osteosarkoma. Selanjutnya, pasien dari IGD dibawa ke Rindu B lantai 3 bagian ortopedi dan tiba di ruang inap pada pukul 21.30. Selama awal perawatan, pasien mendapat terapi obat-obatan, yaitu ceftriaxon, ketorolac, dan ranitidin. Pasien menjalani pemeriksaan foto thórax, pemeriksaan laboratorium patologi klinik yang meliputi hematologi, analisa gas darah, hati, glukosa darah, ginjal, dan elektrolit.
3.3 Pemeriksaan Selama dirawat di RSUP H. Adam Malik, pasien telah menjalani pemeriksaan foto thórax, pemeriksaan laboratorium patologi klinik yang meliputi hematologi, analisa gas darah, hati, glukosa darah, ginjal, dan elektrolit. 3.3.1 Pemeriksaan foto thorax Berdasarkan data hasil pemeriksaan foto thorax pada tanggal 26 Mei 2012 menunjukkan adanya dekstruksi pada tibia dan fibula proksimal. 3.3.2 Pemeriksaan patologi klinik Pemeriksaan patologi klinik dilakukan pada tanggal 26 Mei 2012, 28 Mei 2012, 29 Mei 2012, 30 Mei 2012, 31 Mei 2012, 1 Juni 2012, dan 2 Juni 2012. hasil pemeriksaan patologi klinik dapat dilihat pada tabel 3.1
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik yang dilakukan ketika pasien masuk (tanggal 26 Mei 2012), terlihat bahwa pasien mengalami anemia normokrom normositik, trombositosis, leukositosis yang mengindikasikan adanya infeksi pada tubuh, hiponatremia (natrium=129mEq/L), serta tingginya kadar ureum dan kreatinin yang mengindikasikan terjadinya gangguan pada fungsi ginjal. Pada tanggal 28 Mei 2012, nilai hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit pasien masih rendah, masih terjadi leukositosis serta melalui hasil analisa gas darah (AGDA) diperoleh hasil adanya gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh karena terjadi peningkatan
pO2, penurunan pH dan pCO2, penurunan
bikarbonat, total CO2, dan kelebihan basa yang mengindikasikan bahwa pasien mengalami asidosis metabolik. Pada tanggal 29 Mei 2012, nilai hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit pasien masih rendah, masih terjadi leukositosis, hiponatremia (natrium=131mEq/L), asidosis metabolik serta gangguan fungsi ginjal yang semakin parah. Pada tanggal 30 Mei 2012, nilai hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit pasien masih rendah, kadar hematokrit sudah mendekati normal, hiponatremia (natrium=130mEq/L), asidosis metabolik serta gangguan fungsi ginjal yang semakin parah. Pada tanggal 31 Mei 2012, melalui pemeriksaan urinalisis ditemukan adanya darah pada urin. Pada tanggal 1 Juni 2012, pH darah sudah normal namun pasien tetap dalam kondisi asidosis metabolik dan masih terjadi gangguan fungsi ginjal serta masih ditemukannya darah pada urin. Pada tanggal 2 Juni 2012, kondisi asidosis metabolik masih terus terjadi, kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit yang rendah serta kadar leukosit yang kembali meningkat.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pemeriksaan Objektif Harian Hasil pemeriksaan objektif pasien dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan objektif harian dari pasien Tanggal 26 Mei 2012 27 Mei 2012 28 Mei 2012 29 Mei 2012 30 Mei 2012 31 Mei 2012 1 Juni 2012 2 Juni 2012 3 Juni 2012
Sensorium
BP (mmHg)
HR (kali/menit)
cm cm cm cm cm Penurunan kesadaran Penurunan kesadaran Tidak sadar Tidak sadar
120/70 100/60 130/50 120/50 120/80 120/80
72x 72x 130x 100x 90x 93x
RR (kali/menit)
T (°C)
20x 20x 32x 24x 30x 30x
37,2 36,5 38,5 38,3 40 39,5
Keterangan : cm = compos mentis (sadar penuh), BP = blood pressure, HR = heart rate, RR = respiratory rate, T = temperature. 3.5 Terapi Obat-obat yang digunakan pasien selama terapi dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Daftar obat-obat yang digunakan pasien Nama Obat Ringer laktat
Sediaan Bentuk Kekuatan Infus
Dosis
Rute
20 tts/menit
iv
26 X
Tanggal 26Mei 2012 - 3Juni 2012) 27-28 29 30 31 1 2 3 X X X X X X X
Ceftriaxon
Injeksi
1g
1g/12jam
iv
X
X
X
X
X
Ketorolac
Injeksi
30mg
30mg/8jam
iv
X
X
X
X
X
Ranitidine
Injeksi
50mg
50mg/12jam
iv
X
X
X
X
X
X
X
Transfusi PRC
175cc
iv
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Furosemida
Injeksi
20mg
20mg/12jam
iv
X
Deksametason
Injeksi
5mg
5mg/24jam
iv
X
Meylon
Injeksi
15-20 tts/menit
iv
X
NaCl
Infus
0,9%
20tts/menit
iv
X
Omeprazole
Kapsul
20mg
20mg/24jam
oral
Farmadol
Infus
1g
1g/12jam
iv
X X
Keterangan: iv = intravena
Universitas Sumatera Utara
3.6 Pembahasan Pemantauan terapi obat terhadap pasien DN dilakukan pada tanggal 26 Mei 2012 sampai dengan tanggal 3 Juni 2012. Pemantauan terapi obat dilakukan untuk melihat apakah penggunaan obat untuk terapi pasien diberikan secara rasional. Rasionalitas penggunaan obat meliputi Tepat pasien, Tepat indikasi, Tepat Obat, Tepat dosis, dan Waspada Efek Samping (4 T + 1 W). Pemantauan terapi obat dilakukan setiap hari sesuai dengan obat yang diberikan. Penyampaian informasi penting tentang obat disampaikan secara langsung kepada pasien atau keluarganya untuk meningkatkan pemahaman pasien mengenai obat, dan kepada tenaga kesehatan lainnya (dokter dan perawat) terkait dengan efektivitas obat dan stabilitas obat dalam bentuk rekomendasi kepada dokter dan perawat. 3.6.1
Tanggal 26 Mei 2012
Subject : borok pada betis kanan, nyeri pada kaki, dan wajah pucat. Object : toC = 37,2 oC ; RR = 20 x/i ; HR = 72 x/i ; TD = 120/70 mm/Hg. Assesment : osteosarkoma Planning : Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.4 di bawah ini. Tabel 3.4 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 26 Mei 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 26 Mei Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Ketorolac Injeksi 30 mg 30mg/8 jam Ranitidine Injeksi 50 mg 50mg/12 jam
Rute iv iv iv iv
1. Tepat Pasien Berdasarkan data hasil pemeriksaan foto thorax pada tanggal 26 Mei 2012 menunjukkan adanya dekstruksi pada tibia dan fibula proksimal. Hasil diagnosis dokter menyatakan bahwa pasien mengalami osteosarkoma yaitu tumor yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada tulang panjang seperti pada femur, humerus, ataupun tibia, namun bisa saja terjadi pada tulang lainnya (The Bone and Cancer Foundation, 2009). 2. Tepat Indikasi Ceftriaxone adalah antibiotik yang diindikasikan untuk melawan infeksi yang disebabkab oleh bakteri S. pneumoniae, H. influenzae, staphylococci, S. pyogenes, E. coli, P. mirabilis, Klebsiella sp, coagulase-negative staph (Anonima, 2012). Pemberian antibiotik ceftriaxon dalam hal ini telah tepat indikasi karena berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik menunjukkan adanya peningkatan kadar leukosit. Ceftriaxone diindikasikan untuk mengatasi infeksi yang terjadi pada tulang. Pemberian ketorolac kepada pasien telah tepat indikasi karena pada awal pemeriksaan pasien mengeluhkan nyeri pada kakinya. Ketorolac diindikasikan untuk mengatasi nyeri. Namun, ketorolac ini dapat menyebabkan gangguan pada gastrointestinal (Tatro, D.S., 2003). Jadi, pemberian ranitidin bertujuan untuk mengatasi efek samping dari pemberian ketorolac yang dapat mengiritasi lambung (Anonima, 2012). 3. Tepat Obat Pemberian antibiotik ceftriaxon tidak tepat obat untuk pasien karena pasien belum melakukan uji kultur penggunaan antibiotik sehingga tidak diketahui apakah bakteri yang terdapat pada luka infeksi pasien telah resisten dengan antibiotik ceftriaxon atau tidak. Uji kultur bakteri penting untuk dilakukan untuk memastikan adanya infeksi bakteri, mengidentifikasi resistensi bakteri, dan memberikan pilihan terapi antibiotik yang sesuai (Hendry, and Dennis, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan ketorolac sudah tepat obat
karena ketorolac dapat
menghambat sintesis prostaglandin dengan memblok secara kompetitif enzim siklooksigenase (COX) yang dapat menyebabkan rasa nyeri (Anonimb, 2012) Penggunaan ranitidin sudah tepat obat karena ranitidin merupakan antagonis H2 secara selektif menempati reseptor yang ada di permukaan sel parietal sehingga sekresi asam lambung dan pepsin menjadi dikurangi (Tjay dan Rahardja, 2002). 4. Tepat Dosis Sesuai
dengan
tanggung
jawabnya
untuk
menjamin
tercapainya
penggunaan dan pengelolaan obat secara rasional maka seorang farmasis perlu melakukan pengkajian obat dalam hal ketepatan dosis yang meliputi ketepatan cara pemberian, lama pemberian, saat pemberian, dan interval dosis. Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Pengkajian Tepat Dosis Tanggal 26 Mei 2012 Jenis Obat Ceftriaxon
Ranitidine
Ketorolac
Dosis yang dianjurkan 1-2g setiap 12jam, maksimum 4g (Tatro, D. S., 2003) CrCl <10ml/menit, dosis ≤2g/hari (www.mims.com) 50mg setiap 6-8jam CrCl <50ml/mnt dosis 50mg setiap 1224jam (Anderson, et al., 2002) 15-30mg setiap 6jam (Anderson, et al., 2002) 15mg setiap 6 jam untuk pasien dng gangguan ginjal (Tatro, 2003).
Tepat Regimen Dosis 1g/12jam
Tepat cara Pemberian Intravena Diberikan perlahan 3-5 menit (Tatro, 2003).
Tepat Interval Pemberian Setiap 12jam
50mg/12jam
Intravena
Setiap 8jam
30mg/8jam
Iv diberikan tidak kurang dari 15 detik
Setiap 8jam
Tepat Lama Pemberian
Tepat Saat Pemberian
Minimal 4872 jam
Sebelum atau sesudah injeksi lainnya
30 menit sebelum makan
Tidak lebih dari 5 hari (Wells, et al., 2009)
Sebelum atau sesudah injeksi lainnya
Bila dibandingkan antara dosis lazim dengan regimen dosis yang diberikan, maka dosis dari setiap obat yang diberikan telah tepat dosis.
Universitas Sumatera Utara
5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat
oleh
apoteker
menjadi
sangat
penting
untuk
membantu
dalam
mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini. Tabel 3.6 Efek samping dan interaksi obat tanggal 26 Mei 2012 Jenis Obat Ceftriaxon
Efek Samping Mual, muntah, diare, kolitis disfungsi ginjal, disuria, nefritis interstisial reversible, hematuria; nefropati toksik, eosinofilia; neutropenia, limfositosis, leukositosis, trombositopenia, penurunan fungsi trombosit, anemia, anemia aplastik, perdarahan. Gangguan fungsi hepar; ikterus; Hipersensitivitas, termasuk sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, toksik epidermal nekrolisis, ruam kulit, polyarthritis; arthralgia, demam, thrombophlebitis dan nyeri di tempat suntikan (Tatro, D. S., 2003)
Ketorolac
Retensi cairan; edema, gelisah, depresi, euforia, sakit kepala, mengantuk, pusing. ruam. stomatitis. peningkatan perdarahan, reaksi alergi, keratitis superficial, mual, diare, perut kembung, hasil tes fungsi hati abnormal. spasme bronkus, kejang otot (Tatro, D. S., 2003).
Ranitidin Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro,D. S., 2003)
Interaksi obat Interaksi ketorolac-makanan Makanan menunda dan menurunkan konsentrasi puncak plasma (www.drugs.com) Ranitidine + ketorolac H2 antagonis dapat mempengaruhi disposisi NSAIDS sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan konsentrasi plasma (www.drugs.com)
Ceftriaxon + ketorolac Ceftriakson akan meningkatkan efek ketorolac karena kompetisi obat yg bersifat asam pada renal tubular clearance (www.medscape.com).
6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir.
Universitas Sumatera Utara
B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker Subject : borok pada betis kanan, nyeri pada kaki, dan wajah pucat. Object : toC = 37,2 oC ; RR = 20 x/i ; HR = 72 x/i ; TD = 120/70 mm/Hg. Assesment: Belum dilakukan uji kultur antibiotik. Planning: Pemberian antibiotika agar disertai dengan hasil uji kultur. C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.7 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 26 Mei 2012 Nama Obat Ringer Laktat
Bentuk Sediaan Infus
2.
Ceftriaxon
Injeksi
1g/ampul
Intravena Diberikan perlahan 35menit langsung pada vena atau melalui cairan infuse yang dipakai.
3.
Ketorolac
Injeksi
30mg/ampul
4.
Ranitidin
Injeksi
50mg/ampul
No. 1.
Kekuatan
Cara Pemberian Intravena 20 tts/menit
Cara Penyimpanan Disimpan pada suhu kamar. Hindari dari panas dan cahaya matahari langsung. Disimpan pada suhu kamar. Hindari dari panas dan cahaya matahari langsung.
Cara Pencampuran -
Cara Pembuangan Ditimbun pada tempat penimbunan sampah
-
Intravena diberikan tidak kurang dari 15 detik
Disimpan pada suhu kamar. Hindari dari panas dan cahaya matahari langsung.
-
Intravena
Disimpan pada suhu kamar
-
Hancurkan ampul lalu larutan diencerkan dengan air, dibiarkan selama dua minggu baru dibuang ke saluran pembuangan air. Hancurkan ampul dan buang larutan yang telah diencerkan ke saluran pembuangan air. Hancurkan ampul dan buang larutan yang telah diencerkan
Universitas Sumatera Utara
ke saluran pembuangan air.
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.8 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 26 Mei 2012 No.
Nama Obat
Nasehat/Pemberitahuan
1.
Ringer laktat
-
2.
Ceftriaxon
-
3.
Ketorolac
-
4.
Ranitidin
-
Segera hubungi dokter bila terjadi pembengkakan pada tempat penyuntikan intravena. Pasien jangan terlalu banyak bergerak. Atur intake cairan selama menggunakan obat ini. Beritahu dokter bila terjadi efek samping seperti mual, muntah, gatal, bahkan bila terjadikesulitan bernapas Hindari konsumsi alkohol, dan NSAID lainnya. Beritahu dokter bila terjadi gatal/kemerahan, gangguan penglihatan, dan edema. Jangan mengkonsumsi obat lambung yang lain Bila mengkonsumsi makanan, obat diberikan dengan selang waktu 1 jam Beritahu dokter bila timbul efek samping seperti mual, muntah, dan perubahan warna feses. Jangan merokok dan mengkonsumsi alkohol.
Sumber: Tatro, D. S. (2003) 3.6.2
Tanggal 27-28 Mei 2012
Subject: borok pada betis kanan, nyeri pada kaki, dan wajah pucat. Object: sens = CM (compos mentis); toC = 36,5 oC ; RR = 20 x/i ; HR = 72 x/i ; TD = 100/60 mm/Hg; Hb 4,5g%; ureum = 182,80mg/dl; dan kreatinin = 3,72mg/dl. Assesment: osteosarkoma Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.9 di bawah ini. Tabel 3.9 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 27-28 Mei 2012 Sediaan Dosis sehari Rute Tanggal Jenis obat Bentuk Kekuatan 27-28 Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit Iv Mei Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam iv 2012 Ketorolac Injeksi 30 mg 30mg/8 jam iv Ranitidine Injeksi 50 mg 50mg/12 jam iv Transfusi Injeksi 175 cc iv PRC 1. Tepat pasien
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik diperoleh hasil yaitu Hb = 4,5g%; eritrosit = 1,62x103/mm2; leukosit =
21,96x103/mm2; hematokrit =
13,20%, trombosit = 532x103/mm2; ureum = 182,80mg/dl; kreatinin = 3,72mg/dl, ketidakseimbangan asam basa, pasien didiagnosa anemia normokrom normositer, leukosit 2. Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 27-28 Mei 2012 masih sama dengan tanggal 26 Mei 2012 yakni ceftriaxon, ketorolac, dan ranitidin. Hanya saja pengobatan ditambah dengan transfusi PRC. Pemberian transfusi PRC sudah tepat indikasi karena transfusi diberikan apabila Hb < 8g/dL dan berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik, diperoleh Hb pasien 4,5g% yang menunjukkan gejala dan tanda anemia normokrom normositer, yaitu terjadi penurunan jumlah eritrosit tanpa disertai perubahan bentuk dan konsentrasi hemoglobin (FK UNPAD, 2007). Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik tanggal 28 Mei 2012 diperoleh data analisa gas darah pasien yang jauh dari normal, yaitu pH yang rendah, pCO2 rendah, pO2 tinggi, kadar bikarbonat rendah, total CO2 rendah serta kelebihan basa yang sangat rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien mengalami asidosis metabolik, yaitu suatu kondisi gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh yang ditandai dengan penurunan konsentrasi serum bikarbonat (HCO3), penurunan pCO2, dan penurunan pH darah (Kraut and Madias, 2010). Pada kasus ini terjadi Drug Related Problem (DRP), yakni pada point indikasi tanpa obat. 3. Tepat Obat
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik didapatkan hasil bahwa pada pasien terjadi gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan tingginya kadar ureum dan kreatinin. Hal ini berarti pemberian ceftriaxon, ketorolac dan ranitidin harus lebih diperhatikan lagi agar tidak memperparah kondisi ginjal pasien. Kombinasi ketiga obat ini dapat meningkatkan nefrotoksik pada pasien. 4. Tepat Dosis Dosis
Ranitidine untuk
pasien
dengan
kreatinin
klirens
(CrCl)
<50ml/menit adalah 50 mg setiap 12 atau 24 jam (Anderson, et al., 2002). Sedangkan untuk ketorolac dosisnya 15mg setiap 6 jam untuk pasien dengan gangguan ginjal (Tatro, 2003). Hal ini berarti pemberian dosis ketorolac sudah tidak tepat lagi, sedangkan dosis ranitidin perlu diperhatikan lagi sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis. 5. Waspada Efek Samping Terapi pengobatan yang diberikan masih sama dengan tanggal 26 Mei 2012 namun ada penambahan terapi yaitu transfusi PRC. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 3.6 6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir. B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: borok pada betis kanan, nyeri pada kaki, dan wajah pucat. Object: sens = CM (compos mentis); toC = 36,5 oC ; RR = 20 x/i ; HR = 72 x/i ;
Universitas Sumatera Utara
TD = 100/60 mm/Hg; Hb 4,5g%; ureum = 182,80mg/dl; dan kreatinin = 3,72mg/dl. Assesment: Hari kedua pasien di Rumah Sakit 1. Belum ada uji kultur antibiotik 2. Koreksi terhadap sel darah dengan Transfusi PRC Transfusi yang diberikan ke pasien adalah 2 x 175cc 3. Koreksi hiponatremia yang terjadi pada pasien (Na=129). 4. Koreksi kemampuan fungsi ginjalnya, dosis obat tidak tepat CrCl =
(140 − usia dalam tahun) x bobot badan (Kg) x 0,85 mg 72 x keratinin serum( ) dl CrCl =
(140 − 25) x 50 (Kg) x 0,85 mg 72 x 3,72( ) dl
CrCl = 17,85ml/menit
(GGK stadium IV)
5. Koreksi kondisi asidosis metabolik pasien (lihat pada hasil pemeriksaan analisa gas darah pada tabel 3.1 hal 11), dalam hal ini terjadi DRP, yaitu ada indikasi tanpa obat. Planning:
1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Koreksi terhadap sel darah dengan Transfusi PRC kebutuhan transfusi PRC = (Hb yang diinginkan - Hb yang didapat) x 3 x BB(kg) = (12 – 4,5) x 3 x 50kg = 1125 cc 3. Berikan terapi untuk mengatasi hiponatremia pasien. = (135-129) mEq/L x 0,6 x 50kg = 180mEq/L
Universitas Sumatera Utara
1 botol infus NaCl 0,9% 500ml mengandung 77mEq, pasien membutuhkan Natrium 180mEq/L, berarti membutuhkan 3 botol infus NaCl 0,9% 500ml. 4. Lakukan penyesuaian dosis ranitidin dan ketorolac. Dosis ranitidin menjadi 50mg/24 jam, sedangkan ketorolac menjadi 15mg/6jam atau ganti terapi yang sesuai. Ketorolac diganti dengan
Novalgin
sedangkan
Ranitidine
diganti
dengan
Omeprazole. 5. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolic seperti natrium bikarbonat. C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.10 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 27-28 Mei 2012 No.
Nama Obat
1.
Transfusi PRC
Bentuk Sediaan injeksi
Kekuatan 175cc
Cara Pemberian Intravena
Cara Penyimpanan Disimpan pada tempat yang kering dan berada dalam suhu kamar.
Cara Pencampuran -
Cara Pembuangan Dibuang melalui saluran pembuangan air atau melalui air yang mengalir deras.
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.11 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 27-28 Mei 2012 No. 1.
3.6.3
Nama Obat Transfusi PRC
Nasehat/Pemberitahuan Segera hubungi dokter bila terjadi pembengkakan pada tempat pemberian cairan intra vena.
Tanggal 29 Mei 2012
Subject: lemah. Object: borok pada kaki kanan
Universitas Sumatera Utara
Assesment: primary bone tumor (R) prox.tibia Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.12 di bawah ini. Tabel 3.12 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 29 Mei 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 29 Mei Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Ketorolac Injeksi 30 mg 30mg/8 jam Ranitidine Injeksi 50 mg 50mg/12 jam Furosemida Injeksi 20mg 20mg/12jam Deksametason Injeksi 5mg 5mg/24jam
Rute Iv iv iv iv iv iv
1. Tepat pasien Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik diperoleh hasil yaitu Hb = 7,6g%; eritrosit = 2,64x103/mm2; leukosit =
18,20x103/mm2; hematokrit =
21,90%; ureum = 262,60mg/dl; kreatinin = 6,35mg/dl, ketidakseimbangan asam basa, pasien didiagnosa anemia normokrom normositer, leukositosis, dan primary bone tumor (R) prox.tibia. 2. Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 29 Mei 2012 mengalami dua penambahan terapi dibandingkan dengan hari sebelumnya menjadi infus ringer laktat, ceftriaxon, ketorolac, ranitidin, furosemida dan deksametason. Pemberian furosemida digunakan karena diuretik umumnya diperlukan pada pasien gagal ginjal kronik untuk mengontrol peningkatan volume cairan ekstraseluler.
Furosemida
direkomendasikan
pada
pasien
dengan
LFG
<30ml/min/1,73m2 (KDOQI, 2002). Pemberian
deksametason
bertujuan
untuk
mengatasi
terjadinya
alergi/inflamasi yang mungkin terjadi setelah pasien melakukan transfusi PRC.
Universitas Sumatera Utara
Darah yang ditransfusikan merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuh sehingga diperlukan kortikosteroid untuk mengatasi efek transfusi tersebut. 3. Tepat Obat Furosemida bekerja dengan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada tubulus distal dan proksimal di lengkung henle (Tatro, D. S., 2003). Jadi, penggunaan diuretik furosemida ini sudah tepat obat untuk mengatasi kelebihan cairan di tubuh pada pasien gagal ginjal (Wells, et al., 2009). 4. Tepat Dosis Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 3.13 Tabel 3.13 Pengkajian Tepat Dosis Tanggal 29 Mei 2012 Jenis Obat Ceftriaxon
Ranitidine
Ketorolac
Furosemida
Deksametason
Dosis yang dianjurkan 1-2g setiap 12jam, maksimum 4g (Tatro, D. S., 2003) CrCl <10ml/menit, dosis ≤2g/hari (www.mims.com) 50mg setiap 6-8jam CrCl <50ml/mnt dosis 50mg setiap 1224jam (Anderson, et al., 2002) 15-30mg setiap 6jam (Anderson, et al., 2002) 15mg setiap 6 jam untuk pasien dng gangguan ginjal (Tatro, 2003). 20-40mg setiap 12 jam (Tatro, D. S., 2003) Gangguan ginjal: loading dose 40 mg *(Clcr <75 mL/min) 10 mg/hr; *(Clcr 25–75 mL/min) 10–20 mg/hr *(Clcr <25 mL/min) 20–40 mg/hr. (Anderson, et al., 2002) 0,5mg-9mg/hari (Tatro, D. S., 2003)
Tepat Regimen Dosis 1g/12jam
Tepat cara Pemberian Intravena Diberikan perlahan 3-5 menit (Tatro, 2003).
Tepat Interval Pemberian Setiap 12jam
Tepat Lama Pemberian
Tepat Saat Pemberian
Minimal 4872 jam
Sebelum atau sesudah injeksi lainnya
50mg/12jam
Intravena
Setiap 8jam
30mg/8jam
iv diberikan tidak kurang dari 15 detik
Setiap 8jam
Tidak lebih dari 5 hari (Wells, et al., 2009)
Sebelum atau sesudah injeksi lainnya
Setiap 12jam
4 hari
Diberikan pada pagi hari (Tatro, D. S., 2003)
20mg/12jam Intravena; Jangan melebihi laju infus 4 mg / menit pada orang dewasa (Tatro, 2003). 5mg/24jam
Intravena
30 menit sebelum makan
Setiap 24jam
Universitas Sumatera Utara
Dosis ranitidine dan ketorolac sudah tidak tepat lagi dengan pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis. Dosis lazim deksametason secara iv adalah 0,5mg-9mg/hari (Tatro, D. S., 2009). Regimen dosis deksametason yang diberikan adalah 5mg/24jam, hal ini berarti dosis deksametason masih berada dalam range terapi. 5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 3.14 Tabel 3.14 Efek samping dan interaksi obat tanggal 29 Mei 2012 Jenis Obat Ceftriaxon
Ketorolac
Efek Samping Mual, muntah, diare, kolitis disfungsi ginjal, disuria, nefritis interstisial reversible, hematuria, nefropati toksik, eosinofilia; neutropenia, limfositosis, leukositosis, trombositopenia, penurunan fungsi trombosit, anemia, perdarahan. Gangguan fungsi hepar; ikterus; Hipersensitivitas, termasuk sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, toksik epidermal nekrolisis, ruam kulit, polyarthritis; arthralgia, demam, thrombophlebitis dan nyeri di tempat suntikan (Tatro, D. S., 2003) Retensi cairan; edema, gelisah, depresi, euforia, sakit kepala, mengantuk, pusing. ruam. stomatitis. peningkatan perdarahan, reaksi alergi, keratitis superficial, mual, diare, perut kembung, hasil tes fungsi hati abnormal. spasme bronkus, kejang otot (Tatro, D. S., 2003).
Ranitidin Aritmia, bradikardia, sakit kepala, fatigue, pusing, insomnia, halusinasi, depresi, rash, mual, diare, konstipasi, agranulositosis (Tatro,D. S., 2003)
Furosemida
Deksametason
Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, vertigo, sakit kepala, pusing, gelisah, demam, fotosensitifitas, urtikaria, pruritus, dermatitis eksfoliatif, ruam, penglihatan kabur, tinnitus, gangguan pendengaran, anoreksia, mual, muntah, diare, iritasi mulut dan lambung, kram, sembelit, pancreatitis, nefritis interstisial, leukopenia, purpura, aplastic anemia, trombositopenia, agranulositosis, hepatitis iskemik, hyperuricemia, hiperglikemia, hipokalemia, alkalosis metabolic, kejang otot dan kelemahan (Tatro,D. S., 2003). kebingungan, sakit kepala, kejang, alopecia, kemerahan pada wajah, eritematosa atau ruam urtikaria, mual, muntah, anoreksia, penekanan sumsum tulang, demam, mialgia, malaise.
Interaksi obat
Universitas Sumatera Utara
Ranitidin + ketorolac: meningkatkan atau menurunkan konsentrasi plasma ketorolac (www.drugs.com) Ceftriakson + ketorolac meningkatkan level/ efek ketorolac karena kompetisi obat yg bersifat asam secara anionik pada renal tubular clearance (www.medscape.com) Furosemida + ceftriaxon mempotensiasi nefrotoksik (www.drugs.com) Deksametason + furosemida meningkatkan resiko hipokalemia (www.drugs.com) Deksametason + ketorolac meningkatkan resiko gangguan GI. (www.drugs.com) Ketorolac + furosemida efek furosemida turun (www.medscape.com).
6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir. B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: lemah. Object: borok pada kaki kanan Assesment: Hari keempat pasien di Rumah Sakit 1. Belum dilakukan uji kultur antibiotik 2. Koreksi kemampuan fungsi ginjalnya, dosis obat sudah tidak tepat. CrCl =
(140 − usia dalam tahun) x bobot badan (Kg) x 0,85 mg 72 x keratinin serum( ) dl CrCl (1) =
(140 − 25) x 50 (Kg) x 0,85 mg 72 x 6,35 � � dl
CrCl = 10,68 ml/menit
(GGK stadium V)
Universitas Sumatera Utara
CrCl (2) =
(140 − 25) x 50 (Kg) x 0,85 mg 72 x 6,49 � � dl
CrCl = 10,46 ml/menit
(GGK stadium V)
3. Koreksi kondisi asidosis metabolik pasien (lihat pada hasil pemeriksaan analisa gas darah pada tabel 3.1 hal 11), terjadi DRP yaitu ada indikasi tanpa obat. 4. Koreksi kadar natrium (Na=131mEq/L) 5. Koreksi kadar Hb pasien (Hb=7,60g%) Planning: 1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Lakukan penyesuaian dosis obat atau ganti terapi yang sesuai. 3. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolic 4. Berikan terapi untuk menormalkan kadar natrium. = (135-131) mEq/L x 0,6 x 50kg = 120mEq/L 5. Berikan transfusi PRC. C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.15 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 29 Mei 2012 No.
Nama Obat
1.
Furosemida
2.
Deksametason
Bentuk Sediaan Injeksi
Injeksi
10mg/ampul
Cara Pemberian Intravena
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu kamar dan hindari dari paparan cahaya.
Cara Pencampuran -
5mg/ampul
Intravena
Hindari dari panas dan cahaya panas matahari langsung. Simpan bubuk seterile pada suhu kamar dan lindungi
-
Kekuatan
Cara Pembuangan Hancurkan ampul dan buang larutan yang telah diencerkan ke saluran pembuangan air. Hancurkan ampul dan buang larutan yang telah diencerkan ke saluran pembuangan air
Universitas Sumatera Utara
dari cahaya matahari. Jika sudah dilarutkan dengan diluen standar, simpan pada suhu kamar maksimal selama 24jam.
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.16 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 29 Mei 2012 No.
Nama Obat
Nasehat/Pemberitahuan
1.
Furosemida
-
2.
Deksametason
-
Diminum pada pagi hari Diminum bersamaan dengan makanan untuk mencegah iritasi lambung Jangan hentikan penggunaan furosemida secara tiba-tiba untuk menghindari hipotensi ortostatik Diminum bersama dengan makanan untuk menghindari iritasi lambung. Jika setelah mengkonsumsi terasa nyeri lambung, maka selanjutnya dapat diberikan dengan makanan. Segera hubungi dokter bila terjadi efek samping seperti pusing, jantung berdebar, gatal pada kulit, atau nyeri lambung.
Sumber: Tatro, D. S. (2003) 3.6.4. Tanggal 30 Mei 2012 Subject: lemah dan borok kaki Object: Hb = 7,60g%; ALP = 76 U/L; Na+/K+/Cl+ = 131/4,8/108 Assesment: primary bone tumor (R) prox.tibia Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.17 di bawah ini Tabel 3.17 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 30 Mei 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 30 Mei Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Ketorolac Injeksi 30 mg 30mg/8 jam Ranitidine Injeksi 50 mg 50mg/12 jam Furosemida Injeksi 20mg 20mg/12jam 1.
Rute iv iv iv iv iv
Tepat Pasien
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik diperoleh hasil yaitu Hb = 7,40g%; eritrosit = 2,47x103/mm2; hematokrit = 20,80%; ureum = 299,30mg/dl; kreatinin = 6,67mg/dl, ketidakseimbangan asam basa, ditambah lagi dengan kondisi adanya borok pada kaki, pasien didiagnosa anemia normokrom normositer dan primary bone tumor (R) prox.tibia. 2.
Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 30 Mei 2012 sama dengan tanggal 29
Mei 2012 yaitu infus ringer laktat, ceftriaxon, ketorolac, ranitidin, dan furosemida, hanya saja tanpa deksametason. 3. Tepat Obat Pengobatan yang diberikan masih tepat indikasi, namun sudah tidak tepat obat. Hal ini dikarenakan obat yang diberikan sebagai terapi pasien justru dapat memperparah kondisi fungsi ginjalnya. Oleh karena itu, perlu dikaji kembali pengobatan yang tepat untuk pasien dengan fungsi ginjal buruk. 4. Tepat Dosis Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik, diperlihatkan bahwa kondisi ginjal pasien semakin memburuk sehingga dosis pengobatan yang sebelumnya sudah tidak tepat lagi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian dosis ranitidin dan ketoralac yang baru agar tidak memperparah ginjal pasien. 5. Waspada Efek Samping Terapi pengobatan yang diberikan masih sama dengan tanggal 29 Mei 2012 hanya saja tanpa deksametason. Oleh karena itu, efek samping dan interaksi obat yang perlu diperhatikan juga masih sama. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 3.14 di atas.
Universitas Sumatera Utara
6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: lemah dan borok kaki Object: Hb = 7,60g%; ALP = 76 U/L; Na+/K+/Cl+ = 131/4,8/108 Assesment: Hari kelima pasien di Rumah Sakit 1. Belum dilakukan uji kultur antibiotik. 2. Koreksi kemampuan fungsi ginjalnya, dosis obat tidak tepat lagi. CrCl =
(140 − usia dalam tahun) x bobot badan (Kg) x 0,85 mg 72 x keratinin serum � � dl CrCl =
(140 − 25) x 50 (Kg) x 0,85 mg 72 x 6,67( ) dl
CrCl = 10,17 ml/menit
(GGK stadium V)
3. Koreksi kondisi asidosis metabolic pasien (lihat pada hasil pemeriksaan analisa gas darah pada tabel 3.1 hal 11), terjadi DRP yaitu ada indikasi tanpa obat. 4. Koreksi kadar natrium pasien (Na=130mEq/L) 5. Koreksi kadar hemoglobin pasien (Hb=7,40g%) Planning:
1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Lakukan penyesuaian dosis atau ganti terapi yang sesuai. 3. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolik 4. Koreksi hiponatremia pasien
Universitas Sumatera Utara
= (135-130) mEq/L x 0,6 x 50kg = 150mEq/L 1 botol infus NaCl 0,9% 500ml mengandung 77mEq, pemberian infus NaCl adalah 20tts/menit akan habis dalam waktu sekitar 8,5jam. 5. Lakukan transfusi PRC C. Rekomendasi untuk Perawat Rekomendasi untuk perawat dapat dilihat pada tabel 3.15 D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Pelayanan konseling, informasi, dan edukasi pasien dapat dilihat pada tabel 3.16 3.6.5. Tanggal 31 Mei 2012 Subject: penurunan kesadaran, borok pada kaki kanan Object: toC = 38,5 oC ; RR = 32 x/i ; HR = 130 x/i ; TD = 130/50 mm/Hg. Assesment: primary bone tumor (R) prox.tibia, asidosis metabolic + uremic encephalophaty Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.18 di bawah ini. Tabel 3.18 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 31 Mei 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 31 Mei Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Ketorolac Injeksi 30 mg 30mg/8 jam Ranitidine Injeksi 50 mg 50mg/12 jam Furosemida Injeksi 20mg 20mg/12jam Meylon Injeksi 15-20 tetes/menit NaCl Infus 0,9% 20 tetes/menit
Rute iv iv iv iv iv iv iv
Universitas Sumatera Utara
1. Tepat Pasien Berdasarkan hasil pemeriksan laboratorium diperoleh hasil pemeriksaan analisa gas darah pasien yang jauh dari normal dan pasien mengalami penurunan kesadaran. Pasien didiagnosa mengalami primary bone tumor (R) prox.tibia, asidosis metabolic + uremic encephalophaty. 2. Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 31 Mei 2012 mengalami sama dengan tanggal 30 Mei 2012 yaitu infus ringer laktat, ceftriaxon, ketorolac, ranitidin, dan furosemida. Namun, pada tanggal 31 Mei 2012 diberi tambahan terapi Meylon dan infus NaCl 0,9%. Terapi parenteral Meylon mengandung natrium bikarbonat. Koreksi asidosis dilakukan dengan pemberian NaHCO3 1-2 mmol/kg/hari. Keadaan asidosis yang berlangsung lama akan mengganggu pertumbuhan. Pengobatan asidosis harus dimonitor. Dosis harus disesuaikan dengan analisis gas darah (Noer dan Soemyarso, 2006). Jadi, pemberian Meylon sudah tepat indikasi. Pemberian infus NaCl kepada pasien dilakukan untuk mencukupi kebutuhan natrium pasien yang sedikit berada dibawah kadar normal sehingga perlakuan ini sudah tepat indikasi. 3. Tepat Obat Natrium bikabonat dapat meningkatkan kadar bikarbonat plasma, menjaga konsentrasi ion hydrogen, meningkatkan pH darah, dan mengembalikan kondisi asidosis metabolic tubuh (Tatro, D. S., 2003) 4. Tepat Dosis
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik, diperlihatkan bahwa kondisi ginjal pasien semakin memburuk sehingga dosis pengobatan yang sebelumnya menjadi tidak tepat lagi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian dosis yang baru agar tidak memperparah ginjal pasien. 5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Meylon mengandung natrium bikarbonat yang mempunyai efek samping berupa eksaserbasi CHF, hipernatremia, alkalosis, ulkus nekrosis jaringan, dan iritasi vena (Tatro,D. S., 2003). 6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir B.
Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi
pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: penurunan kesadaran, borok pada kaki kanan Object: toC = 38,5 oC ; RR = 32 x/i ; HR = 130 x/i ; TD = 130/50 mm/Hg. Assesment: Hari keenam pasien di Rumah Sakit 1. Belum dilakukan uji kultur antibiotik. 2. Dosis ketorolac dan ranitidine tidak tepat 3. Suhu tubuh pasien berada di atas normal (toC = 38,5 oC) Planning: 1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Lakukan penyesuaian dosis atau ganti terapi yang sesuai. 3. Berikan terapi untuk menurunkan suhu tubuh pasien
Universitas Sumatera Utara
C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.19 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 31 Mei 2012 No.
Nama Obat
1.
Meylon (natrium bikarbonat) NaCl
2.
Bentuk Sediaan Injeksi
Infus
Kekuatan
0,9%
Cara Pemberian 15 tts/menit
Cara Penyimpanan
20 tts/menit
Disimpan pada suhu kamar. Hindari dari panas dan cahaya matahari langsung
Cara Pencampuran -
Cara Pembuangan
Ditimbun pada tempat penimbunan sampah
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.20 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 31 Mei 2012 No.
Nama Obat
1.
Meylon (natrium bikarbonat) NaCl 0,9%
2.
Nasehat/Pemberitahuan -
Beritahu dokter bila terjadi efek samping berupa mual, muntah , dan anoreksia Segera hubungi dokter bila terjadi pembengkakan pada tempat pemberian cairan intravena. Pasien jangan banyak bergerak
Sumber: Tatro, D. S. (2003) 3.6.6. Tanggal 1 Juni 2012 Subject: penurunan kesadaran. Object: toC = 38,3 oC ; RR = 24 x/i ; HR = 1000 x/i ; TD = 120/50 mm/Hg. Assesment: penurunan kesadaran ec. Gangguan neurologis metastase + primary bone tumor (R) prox.tibia, asidosis metabolic + uremic encephalophaty + CKD stage V. Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.21 di bawah ini. Tabel 3.21 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 1 Juni 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 1 Juni Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Furosemida Injeksi 20mg 20mg/12jam NaCl Infus 0,9% 20 tetes/menit Omeprazole Kapsul 20mg 20mg/24jam
Rute iv iv iv iv NGT
Universitas Sumatera Utara
1.Tepat pasien Pasien mengalami penurunan kesadaran, terdapat luka borok pada kaki dan berdasarkan pemeriksaan patologi klinik, pasien didiagnosa primary bone tumor (R) prox.tibia, asidosis metabolic + uremic encephalophaty + CKD stage V. 2. Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 1 Juni 2012 mengalami sedikit perubahan, yaitu pasien tidak lagi menerima injeksi ketorolac sebagai penghilang nyeri dan juga tidak lagi menerima injeksi ranitidin. Walaupun begitu ranitidin digantikan dengan pemberian omeprazole melalui NGT. Omeprazole di dalam terapi berkhasiat untuk menurunkan produksi asam lambung ( Tjay dan Rahardja, 2002). Namun, pemberian omeprazol pada tanggal 1 Juni 2012 ini sudah tidak tepat indikasi karena sebelumnya pemberian ranitidin diindikasikan untuk mengatasi efek samping dari pemberian ketorolac (NSAID), sedangkan pada tanggal ini, tidak ada lagi pemberian NSAID pengganti ketorolac. 3. Tepat Obat Omeprazol merupakan inhibitor pompa proton yang dapat menekan sekresi asam lambung melalui penghambatan spesifik dari H + / K +-ATPase dalam sel parietal lambung
sehingga dapat mengurangi keasaman lambung
(Anonim a, 2012). Namun, pemberian omeprazol pada tanggal 1 Juni 2012 ini sudah tidak tepat obat karena sebelumnya pemberian ranitidin diindikasikan untuk mengatasi efek samping dari pemberian ketorolac (NSAID), sedangkan pada tanggal ini, tidak ada lagi pemberian NSAID pengganti ketorolac.
Universitas Sumatera Utara
4. Tepat Dosis Terapi omeprazole pada pasien ini bertujuan untuk mengurangi resiko gangguan lambung akibat penggunaan NSAID sehingga dosis yang dianjurkan yaitu 20mg/hari (Wells, et al., 2009). Jadi, bila dibandingkan dengan regimen dosis terapi yang diberikan sebesar 2omg/24 jam, maka dosis omeprazole telah tepat dosis. 5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Efek samping dan interaksi obat yang terjadi dapat diminimalkan dengan pemberhentian penggunaan ketorolac dan ranitidin. Adanya penambahan omeprazole maka efek samping dan interaksi obat dapat dilihat pada tabel 3.22 di bawah ini. Tabel 3.22 Efek samping dan interaksi obat tanggal 1 Juni 2012 Jenis Obat Ceftriaxon
Efek Samping Mual, muntah, diare, kolitis disfungsi ginjal, disuria, nefritis interstisial reversible, hematuria; nefropati toksik, eosinofilia; neutropenia, limfositosis, leukositosis, trombositopenia, penurunan fungsi trombosit, anemia, anemia aplastik, perdarahan. Gangguan fungsi hepar; ikterus; Hipersensitivitas, termasuk sindrom Stevens-Johnson, eritema multiforme, toksik epidermal nekrolisis, ruam kulit, polyarthritis; arthralgia, demam, thrombophlebitis dan nyeri di tempat suntikan (Tatro, D. S., 2003)
Omeprazole
Angina, takikardia, bradikardia, palpitasi, sakit kepala, pusing, rash, diare, sakit perut, regurgitasi asam, mual, muntah, sembelit, perut kembung, batuk, infeksi saluran pernafasan atas, sakit punggung (Tatro,D. S., 2003)
Furosemida
Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronis, vertigo, sakit kepala, pusing, paresthesia, gelisah, demam, fotosensitifitas, urtikaria, pruritus, dermatitis eksfoliatif, eritema multiforme, ruam, penglihatan kabur; xanthopsia, tinnitus, gangguan pendengaran, anoreksia, mual, muntah, diare, iritasi mulut dan lambung, kram, sembelit, pancreatitis, nefritis interstisial; glikosuria. leukopenia, purpura, aplastic anemia, trombositopenia, agranulositosis, hepatitis iskemik, hyperuricemia, hiperglikemia; hipokalemia; alkalosis metabolic, kejang otot dan kelemahan (Tatro,D. S., 2003).
Universitas Sumatera Utara
Interaksi obat Interaksi ketorolac-makanan: Makanan menunda dan menurunkan konsentrasi puncak plasma Furosemida+ceftriaxon mempotensiasi nefrotoksik (www.drugs.com)
6.
Kesimpulan
A. Lembar PPOSR Terlampir. B.
Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi
pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: penurunan kesadaran. Object: toC = 38,3 oC ; RR = 24 x/i ; HR = 1000 x/i ; TD = 120/50 mm/Hg. Assesment: Hari ketujuh pasien di Rumah Sakit 1. Belum dilakukan uji kultur. 2. Koreksi kadar kalium (K=2,8) 3. Koreksi kemampuan fungsi ginjalnya. CrCl =
(140 − usia dalam tahun) x bobot badan (Kg) x 0,85 mg 72 x keratinin serum( ) dl CrCl =
(140 − 25) x 50 (Kg) x 0,85 mg 72 x 4,81 ( ) dl
CrCl = 14,11 ml/menit
(GGK stadium V)
4. Koreksi kondisi asidosis metabolic pasien (lihat pada hasil pemeriksaan analisa gas darah pada tabel 3.1 hal 11). 5. Koreksi suhu tubuh pasien (toC = 38,3 oC) Planning: 1. Harus dilakukan uji kultur.
Universitas Sumatera Utara
2. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolic 3. Berikan terapi untuk menurunkan suhu tubuh pasien C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.23 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 1 Juni 2012 No. 1.
Nama Obat Omeprazole
Bentuk Sediaan kapsul
Kekuatan 20mg
Cara Pemberian Per oral
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari.
Cara Pencampuran -
Cara Pembuangan buang di dasar tempat peni mbunan sampah dan segera tutupi dengan limbah rumah tangga yang baru.
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.24 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 1 Juni 2012 No. 1.
Nama Obat Omeprazole
Nasehat/Pemberitahuan -
Penggunaan bersama dengan antasida dapat mengurangi efek omeprazole Obat diminum sebelum makan
Sumber: Tatro, D. S. (2003) 3.6.7. Tanggal 2 Juni 2012 Subject: pasien tidak sadar Object: toC = 40 oC ; RR = 30 x/i ; HR = 90 x/i ; TD = 120/80 mm/Hg. Assesment: demam + primary bone tumor (R) prox.tibia + asidosis metabolic + uremic encephalophaty + anemia. Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.25 di bawah ini. Tabel 3.25 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 2 Juni 2012 Sediaan Dosis sehari Tanggal Jenis obat Bentuk Kekuatan 2 Juni Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Furosemida Injeksi 20mg 20mg/12jam NaCl Infus 0,9% 20 tetes/menit
Rute iv iv iv iv
Universitas Sumatera Utara
1. Tepat pasien Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik diperoleh hasil yaitu Hb = 7,10g%; eritrosit = 2,45x103/mm2; leukosit = 15,43x103/mm2; hematokrit = 20,80%; ketidakseimbangan asam basa, pasien sudah tidak sadarkan diri, suhu tubuhnya tinggi, ditambah lagi dengan kondisi adanya borok pada kaki, pasien didiagnosa pasien didiagnosa demam + primary bone tumor (R) prox.tibia + asidosis metabolic + uremic encephalophaty + anemia 2. Tepat Indikasi Pemberian obat-obatan pada tanggal 2 Juni 2012 semakin berkurang. Pengobatan yang diberikan hanya infus ringer laktat, infus NaCl, ceftriaxon, dan furosemida. Pada tanggal 2 Juni 2012 ini, kondisi pasien masih mengalami asidosis metabolik, namun tidak ada lagi pengobatan yang dilakukan untuk mengatasinya kondisi ini. 3. Tepat Obat Pemberian ceftriaxon masih saja diteruskan walaupun uji kultur masih belum dilakukan. Pemberian ceftriaxon ini adalah penggunaan obat yang tidak tepat. 4. Tepat Dosis Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 3.13. 5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Efek samping dan interaksi obat yang terjadi dapat diminimalkan dengan pemberhentian penggunaan ketorolac dan ranitidin. Efek samping dan interaksi obat dapat dilihat pada tabel 3.22 di atas.
Universitas Sumatera Utara
6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir. B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: pasien tidak sadar Object: toC = 40 oC ; RR = 30 x/i ; HR = 90 x/i ; TD = 120/80 mm/Hg. Assesment: Hari kedelapan pasien di Rumah Sakit 1. Belum dilakukan uji kultur. 2. Koreksi kemampuan fungsi ginjalnya. 3. Koreksi kondisi asidosis metabolic pasien (lihat pada hasil pemeriksaan analisa gas darah pada tabel 3.1 hal 11). 4. Koreksi suhu tubuh pasien (toC = 40 oC) 5. Koreksi kadar hemoglobin pasien (Hb=7,10g%). Planning : 1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolic. 3. Berikan terapi untuk menurunkan suhu tubuh pasien. 4. Lakukan transfusi PRC. C. Rekomendasi untuk Perawat Rekomendasi untuk perawat dapat dilihat pada tabel 3.23 D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Pelayanan konseling, informasi, dan edukasi pasien dapat dilihat pada tabel 3.24
Universitas Sumatera Utara
3.6.8. Tanggal 3 Juni 2012 Subject: pasien tidak sadar, luka borok, berbau Object: toC = 39,5 oC ; RR = 30 x/i ; HR = 93 x/i ; TD = 120/80 mm/Hg. Assesment: primary bone tumor (R) prox.tibia + asidosis metabolic + uremic encephalophaty + anemia Planning: Obat-obat yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.26 di bawah ini. Tabel 3.26 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 3 Juni 2012 Sediaan Tanggal Jenis obat Dosis sehari Bentuk Kekuatan 3 Juni Ringer laktat Infus 20 tetes/ menit 2012 Ceftriaxon Injeksi 1000 mg 1g/12 jam Furosemida Injeksi 10mg 10mg/12jam NaCl Infus 0,9% 20 tetes/menit Farmadol Infus 10mg/ml 1g/12jam
Rute iv iv iv iv iv
1. Tepat pasien Pasien tidak sadarkan diri dan mengalami luka borok pada kaki. Pasien didiagnosa primary bone tumor (R) prox.tibia + asidosis metabolic + uremic encephalophaty + anemia, maka obat yang telah diberikan telah tepat pada pasien yang dimaksud. 2. Tepat Indikasi Farmadol mengandung paracetamol. Pemberian paracetamol pada tanggal 3 Juni 2012 ini bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pasien. Paracetamol berkhasiat sebagai analgetik-antipiretik (Tjay dan Rahardja, 2002). 3. Tepat Obat Paracetamol bekerja dengan menghambat prostaglandin dalam SSP dan mengurangi demam melalui tindakan langsung terhadap pusat pengatur suhu di hipotalamus (Tatro, D. S., 2003). Penggunaan obat ini tepat untuk pasien yang suhu tubuhnya sudah mencapai 40°C.
Universitas Sumatera Utara
4. Tepat Dosis Kajian ketepatan dosis dapat dilihat pada Tabel 3.27 Tabel 3.27 Pengkajian Tepat Dosis Tanggal 3 Juni 2012 Dosis yang dianjurkan
Jenis Obat Ceftriaxon
1-2g setiap 12jam, maksimum 4g (Tatro, D. S., 2003) CrCl <10ml/menit, dosis ≤2g/hari (www.mims.com) 20-40mg setiap 12 jam (Tatro, D. S., 2003) Gangguan ginjal: loading dose 40 mg *(Clcr <75 mL/min) 10 mg/hr; *(Clcr 25–75 mL/min) 10–20 mg/hr *(Clcr <25 mL/min) 20–40 mg/hr. (Anderson, et al., 2002) 1g sebanyak 4 kali sehari (www.mims.com)
Furosemida
Farmadol (paracetamol)
Tepat Regimen Dosis 1g/12jam
Tepat cara Pemberian Intravena Diberikan perlahan 3-5 menit (Tatro, 2003).
20mg/12jam
Tepat Interval Pemberian Setiap 12jam
Setiap 12jam
Tepat Lama Pemberian Minimal 4872 jam
4 hari
Intravena; Jangan melebihi laju infus 4 mg / menit pada orang dewasa (Tatro, 2003). 1g/12jam
Intravena: 1vial diinfus selama 15 menit (www.mims. com)
Tepat Saat Pemberian
Diberikan pada pagi hari (Tatro, D. S., 2003)
Setiap 12jam
5. Waspada Efek Samping dan Interaksi Obat Terapi pengobatan yang diberikan masih sama dengan tanggal 2 Juni 2012, hanya saja pengobatan ditambah dengan farmadol. Farmadol mengadung parasetamol yang memiliki efek hepatotoksik apabila digunakan dalam jangka panjang. 6. Kesimpulan A. Lembar PPOSR Terlampir
Universitas Sumatera Utara
B. Rekomendasi untuk Dokter Rekomendasi untuk dokter mengenai terapi pasien yang dipantau meliputi pengkajian dan perencanaan penggunaan obat oleh apoteker. Subject: pasien tidak sadar, luka borok, berbau Object: toC = 39,5 oC ; RR = 30 x/i ; HR = 93 x/i ; TD = 120/80 mm/Hg. Assesment : Hari kesembilan pasien di RS 1. Belum dilakukan uji kultur 2. Koreksi kemampuan fungsi ginjal pasien.. 3. Koreksi kondisi asidosis metabolik pasien. 4. Pantau suhu tubuh pasien (toC = 39,5 oC) Planning :
1. Harus dilakukan uji kultur. 2. Berikan terapi yang sesuai untuk mengatasi asidosis metabolic 3. Berikan terapi untuk menurunkan suhu tubuh pasien.
C. Rekomendasi untuk Perawat Tabel 3.28 Cara penanganan obat -obat yang digunakan pada tanggal 3 Juni 2012 No. 1.
Nama Obat Farmadol (paracetamol)
Bentuk Sediaan infus
Kekuatan 10mg/ml
Cara Pemberian iv. Berikan 30 menit sebelum atau 2 jam setelah makan
Cara Penyimpanan Simpan pada suhu kamar.
Cara Pencampuran -
Cara Pembuangan
D. Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien Tabel 3.29 Informasi obat -obat yang digunakan pasien pada tanggal 3 Juni 2012 No. 1.
Nama Obat Farmadol (paracetamol)
Nasehat/Pemberitahuan -
Hentikan penggunaan bila panas sudah turun.
Sumber: Tatro, D. S. (2003)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Pasien didiiagnosa mengalami osteosarkoma berdasarkan pemeriksaan foto thorax, dimana diperoleh hasil bahwa pada kaki kanan terdapat dekstruksi fibula proksimal dan tibia. Berdasarkan hasil pemeriksaan patologi klinik, diperoleh hasil bahwa pasien mengalami anemia normokrom normositer, gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh, dan gangguan fungsi ginjal sehingga didiagnosa mengalami gagal ginjal kronik stadium V. b. Penggunaan antibiotik ceftriaxon masih belum tepat obat karena pelaksanaan uji kultur antibiotik bagi pasien belum terlaksana. c. Pada kasus ini masih belum dilakukan penyesuaian dosis ketorolac dan ranitidin bagi pasien yang mengalami gangguan ginjal.
5.2 Saran a. Sebaiknya dilakukan uji kultur bagi pasien yang mengalami infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit. b. Pelu dikaji kembali dosis yang digunakan apabila pasien mengalami gangguan fungsi ginjal. c. Sebaiknya perawat melakukan observasi secara intensif bagi pasien yang kondisinya sudah tidak sadarkan diri.
Universitas Sumatera Utara