BAB III NOVEL “MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH” KARYA TERE-LIYE A. Biografi Tere-Liye Tere-Liye merupakan sebuah nama yang diambil dari bahasa India yang artinya untukmu. Tere-Liye adalah seorang penulis novel berbahasa Indonesia. Beliau lahir di Tandaraja, Sumatera Selatan, pada tanggal 21 Mei 1979. Sedikit mengulas profil sang penulis, lelaki yang bernama asli Darwis, yang beristrikan Riski Amalia dan seorang ayah dari Abdullah Pasai. Darwis lahir dari seorang ayah bernama Syahdan (beliau telah meninggalkan dunia beberapa tahun lalu) dan ibunya bernama Narmus. Tere-Liye lahir dan dibesarkan di pedalaman Sumatera, berasal keluarga petani, anak keenam dari tujuh bersaudara. Tere-Liye memulai pendidikan sekolah dasar negeri (SDN) 02 Kikim Timur Sumatera Selatan, kemudian melanjutkan ke sekolah menengah di SMPN 02 Kikim Timur Sumatera Selatan. Kemudian melanjutkan sekolah menengah umum (SMU) 09 Bandar Lampung dan melanjutkan keperguruan tinggi di Universitas Indonesia fakultas Ekonomi.1 Tere-Liye merupakan sosok yang tidak ingin dikenal pembaca, sederhana namun memiliki mimpi-mimpi besar tentang hidup. Hal ini terlihat dari sedikitnya informasi yang penulis dapat melalui bagian 1
http://assalam-polban.blogspot.com/2011/08/sosok-penulis-tere-liye.html. Diakses pada tanggal 18 April 2015
32
33
“tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang novel karangan Tere-Liye. Beliau juga tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact person, dan profil lengkap pada setiap buku atau novel yang ditulisnya, padahal novel-novel karya Tere-Liye terbilang sukses di pasaran.2 Karya-karya Tere-Liye sudah menulis enam belas buah novel. Berikut karya-karya Tere-Liye: 1. Daun yang Jatuh Tak pernah Membenci Angin (Gramedia Pustka Umum, 2010) 2. Pukat (Penerbit Republika, 2010) 3. Burlian (Penerbit Republika, 2009) 4. Hafalan Sholat Delisa (Republika, 2005) 5. Moga Bunda Disayang Allah 6. Bidadari-bidadari Surga 7. The Gogons Series: James & Incridible Incidents 8. Rembulan Tenggelam Diwajahmu 9. Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur 10. Sunset Bersama Rosie 11. Negara Para Bedebah 12. Ayahku (Bukan) Pembohong 13. Kau, aku & Sepucuk Angpau Merah 14. Berjuta Rasanya 15. Eliana
2
http://darwisdarwis.multiply.com Di akses pada tanggal 22 April 2015.
34
16. Kisah Sang Penandai.
B. Isi kandungan novel Moga Bunda Disayang Allah karya Tere liye Novel Moga Bunda Disayang Allah, terbagi dalam bab dengan halaman yang diterbitkan oleh Repubika, isi kandungan novel antara lain: 1. Tema Novel Moga Bunda Disayang Allah bercerita tentang Melati bocah berusia 6 tahun yang awalnya dia sangat periang dan lucu, melati mulai buta dan tuli sejak dia berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati. 2. Alur Alur yang ada dalam novel “Moga Bunda Disayang Allah”, yaitu maju. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut: a. Pengenalan / Awal Cerita Awal mula cerita dalam novel ini didahului oleh narasi yang menceritakan tentang kondisi kota dekat pebukitan. Kota ini eloknian dipelupuk mata. Begitu indah ketika semburat matahari
35
muncul
dari
kejauhan horizon cakrawala.
Membuat
jingga
hamparan laut yang beriak tenang. Burung camar melengking mengisi
senyapnya
udara pagi.
Ombak pelan
menggulung
bibir pantai. Buih membasuh butir-butir pasir yang halus bagai es krim saat diinjak. Bayangan gedung, pepohonan, terlihat menyenangkan di jalanan lengang. Di belakang kota, pebukitan seperti sabuk melingkar mengelilingi. Bak kesatria gagah, berdiri kokoh menjaga kota. b. Timbulnya Konflik / Titik Awal Pertikaian 1. Awal timbulnya konflik adalah ketika perahu nelayan yang ditumpangi Karang bersama anak dari taman baca terbalik karena badai. 2. Melati yang berumur tiga tahun mendadak buta, tuli dan bisu. c. Puncak Konflik / Titik Puncak Cerita Puncak konflik adalah ketika Melati semakin brutal, Karang yang semakin keras kepala menghadapi Melati. Pertikaian antara Karang dan Tuan HK semakin memuncak. Tuan HK sangat marah atas temuan minuman keras di rumahnya dan ingin mengusir Karang dari rumah tersebut. Hal tersebut membangkitkan ketegangan, perselisihan dan kesedihan dalam keluarga HK. d. Antiklimaks Antiklimaks dalam novel ini yaitu dimulai pada saat Melati dapat berkomunikasi dengan orang sekitarnya dan belajar semua hal tentang dunia seisinya melalui sentuhan telapak tangan. Hal
36
inilah jalan satu-satunya untuk berkomunakasi dengan Melati karena ia buta dan tuli. Karang menemukan gagasan tersebut dan disambut baik oleh semua orang yang menyayangi Melati. e. Penyelesaian Masalah Pada akhirnya, Karang kembali mengurus taman bacanya di Ibukota bersama Kinasih. Melati menjadi anak yang periang dan tidak membuat kericuhan lagi. Keluarga HK kembali utuh lagi bersama Melati menyunggingkan senyuman dibibir kecilnya. Semua bahagia karena mereka telah melewati masa ujian Tuhan yang sangat sulit. 3. Penokohan Beberapa tokoh-tokoh yang ada dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah sebagai berikut: a. Karang Karang adalah seorang pria yang tegas, murah hati, baik hati, rela berkorban, kasar, jorok dan keras kepala. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Urus saja urusanmu! Karang melambaikan tangannya jengkel dihalangi.” (hlm. 32).“Rambut panjang awut-awutan, mengusap pipinya yang penuh iler” (hlm. 17). “Apakah ia selalu makan seperti ini? Tidak ada bedanya dengan seekor binatang saat makan?” Karang berkata dingin, memotong gerakan tangan Bunda.( hlm. 78)
37
b. Melati Seorang anak kecil yang kritis, baik hati, jahil, rendah hati dan senang membuat ulah. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Meraih sehelai bulu ayam, memainkannya ke lubang hidung ibunya.” (hlm. 4) c. Bunda Seorang wanita yang keibuan, lembut, rendah hati, baik hati, murah hati, suka menolong dan penyayang. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Bunda selalu bisa menghargai orang, meski sepenting dan seberkuasa apapun keluarga mereka”. (hlm. 20) d. Tuan HK Seorang pria yang tegas, keras kepala, baik hati, penyayang dan suka memberi. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Masih tersisa ketegasan, prinsip dan apalah seorang lakilaki darinya. Tapiseparuhnya hanyalah perasaan seorang ayah yang tak kenal lelah berharap anaknya suatu hari bisa tersenyum melihat dunia.” (hlm. 37) e. Suster Tya Seorang suster yang suka berbohong.Suster Tya ijin pulang cepat. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Nenek Tya sakit, Bunda! (beberapa hari lalu ia juga bilang, “Kakek saya sakit! “Bapak sakit!” “Ibu sakit!” mendaftar seluruh keluarganya). (hlm. 71)
38
f. Mang Jeje Seorang tukang kebun yang humoris, baik hati, penyabar dan senang mengabdi. Hal itu bisa dilihat dari percakapan dalam novel: “Tiga tahun lamanya buat apa coba Mang memotong rumput ini, membuatnya indah setiap hari… hari ini mang bisa melihat
Melati
berlarian
di
atasnya.
Rasanya
bahagia
sekali.Bahkan Mang tidak peduli kalau disuruh memotong rumput ini tanpa henti, sepanjang Melati bisa bermain senang di atasnya.” (hlm. 231) g. Kinasih Seorang wanita yang lembut, baik hati, keibuan dan jujur. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Kinasih percaya, bahkan Melati pasti bisa memanggil Bunda dengan sempurna. Memeluk dan menyatakan cintanya kepada Bunda dengan utuh.” (hlm. 32) h. Dokter Ryan Seorang dokter yang gesit, rela berkorban, patuh, senang memuji, baik hati dan tegas. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Kau benar-benar hebat Karang! Aku tersanjungbisa bertemu denganmu.” Dokter Ryan trsenyum (hlm. 234) i. Istri Dokter Ryan Seorang wanita yang baik hati, reandah hati dan penyabar.
39
j. Salamah Seorang karyawan yang teledor, baik hati, penyabar, pelupa, setia dan panikan. Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Aduh Salamah lupa lagi!” (hlm. 12) “Hanya satu yang buruk dari tingkah Salamah, panikan! Amat panikan malah!” (hlm. 20) “Ia satu diantara sembilan pembantu di rumah super mewah itu. Pembantu yang amat setia malah.” (hlm. 19) k. Ibu-Ibu Gendut Seorang wanita yang baik hati, penyabar, murah hati dan penyayang.Hal itu bisa di lihat dari percakapan dalam novel: “Ibuibu gendut dengan wajah sabar keibuan sekali lagi menatap sekilas pemuda itu di atas ranjang sebelum keluar dari kamar.” (hlm. 10) 4. Latar Beberapa tempat yang digunakan dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah adalah sebagai berikut: a. Tempat 1) Di sebuah kota dekat bukit “Di sebuah kota, perbukitan seperti sabuk mengelilingi. Bak kesatria gagah, berdiri kokoh menjaga kota, hutan hujan tropis lebat menutupi perbukitan.” (hlm. 1) 2) Rumah Ibu Gendut “Di salah satu rumah dekat ibu-ibu berkerumun tadi, persis di lantai dua, sempurna lenggang terbentuk di ruangan besar berukuran 6×9 meter tanpa partisi ruangan dengan perabutan hanya ranjang kayu kusam”. (hlm. 11)
40
3) Rumah keluarga HK “Salamah yang berdiri di depan jendela besar kamar Bunda melirik keluar”. (hlm. 33) 4) Laut “AWAS OMBAK BESAR DI HALUAN KANAN!” nakhoda memutar kemudi. (hlm. 17) b. Waktu 1) Pagi hari “Apalagi yang hendak diucapkan kota ini elok nian dipelupuk mata. Begitu indah ketika semburat matahari muncul di kejauhan horizon cakrawala”. (hlm. 1) 2) Sore hari “Matahari senja bersiap menghujan dibalik perbukitan”. (hlm. 25) 3) Malam hari “Kunang-kunang itu terbang mendenging bersama disela dedaunan hutan hujan-tropis. Di tengah gelapnya malam, formasi cahaya mereka terlihat menawan”. (hlm. 33) c. Suasana 1) Sedih “Bunda seketika menangis… tersedu. Ya Allah, ia tahu sekali lagi-lagi mimpi itu… semuanya terasa sesak. Amat sesak”. 2) Tegang “ANAK INI TIDAK MEMBUTUHKAN DOKTER NYONYA! ANAK INI MEMBUTUHKAN RUMAH SAKIT JIWA!” juga teriakan-teriakan marah dan panik lainnya bersaut-sautan. (hlm. 37) 3) Hening “ Kamar itu hening sejenak. Hanya menyisakan suara gerakan tangan Kinasih yang sedikit canggung merasa bersalah atas kalimatnya barusan.” (hlm. 28)
41
4) Haru “Baaa, maaaa….baaa….maa….” Melati mengerung pelan, nyengir, memperhatikan gigi kelincinya. 5) Bunda tertegun. Satu detik. Tiga detik. Lima detik. Meski pelan, jika kalian tau artinya, gerungan itu sungguh membuncah hati. (hlm. 302-303) 5. Amanat a. Walaupun kita mempunyai banyak kekurangan lantas tidak membuat kita lemah, akan ada berjuta cara untuk menutupi kekurangan kita. Jadikanlah kekurangan itu sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan. b. Selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. c. Takdir Tuhan itu pasti indah, karena Tuhan Maha Mengetahui atas apa yang terbaik untuk kita. d. Jangan pernah menyerah dalam menghadapi terjangan ombak kehidupan. e. Jangan
pernah
mengeluh,
karena
mengeluh
tidak
akan
menyelesaikan masalah yang kita hadapi. f. Keluarga dan orang sekitar yang menyayangi kita dengan setulus hati mereka adalah salah satu anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita. g. Jalani hidup ini dengan senyuman yang bisa mengukir hari kita menjadi lebih indah. h. Bersabarlah dalam kondisi apapun dan di manapun.
42
i. Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang pernah Ia perbuat. j. Berbuat baiklah kepada siapapun, karena kehidupan ini ibarat cermin.
C. Sinopsis Dalam Novel ini menceritakan seorang anak bernama Melati yang menderita buta dan tuli untuk bisa mengenali dunia dan juga perjuangan seorang pemuda bernama Karang untuk bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian 18 anak didiknya dalam kecelakaan kapal. Melati bocah berusia 6 tahun yang buta dan tuli sejak dia berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia Melati gelap. Dia tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Melati hanya bisa mengucap Baa dan Maa. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati. Pak guru Karang, seorang pemuda yang suka mabuk dan sering bermurung diri dikamar rumah ibu Gendut yang akhirnya menjadi guru Melati. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya
43
hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika ibunya Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan ibunya Melati. Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang? Bagaimana caranya Melati bisa melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu. Tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Setiap kali ada yang menyentuh tubuh Melati maka dia akan marah, mengamuk dan melemparkan apa saja yang tercapai oleh tangannya. Karang hampir putus asa. Lalu keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air disela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah semua panca indera disitu.Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan sebagainya.
44
D. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Novel “Moga Bunda Disayang Allah” Novel moga bunda disayang Allah adalah novel anak dan keluarga. Kisah Melati menjadi buta, tuli dan bisu yang tidak memiliki akses untuk mengetahui dunia membuatnya menjadi anak pemarah, akan tetapi novel tersebut memuat banyak nilai-nilai pendidikan karakter. Dari nilai-nilai pendidikan karakter yang ada, selanjutnya akan di klasifikasikan sesuai dengan lingkupnya. Pendidikan karakter pada dasarnya menggerak watak, tabiat atau pembentukan kepribadian seseorang melalui budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan seseorang, karena pendidikan saat ini hanya dikonsentrasikan atau dipusatkan pada pendekatan otak kiri atau kognitif yaitu hanya mewajibkan peserta didik untuk mengetahui dan menghafal konsep dan kebenaran tanpa menyentuh perasaan, emosi dan moralnya. Demikian jelas pendidikan karakter sangat dibutuhkan di Indonesia. Karena itu pendidikan karakter merupakan tanggung jawab terpenting bagi para pendidik dan orang lain. Untuk menjadikan anak menumbuhkan pendidikan karakte yang positif diperlukan pengawasan dan perhatian yang ketat serta pendidik khususnya orang tua dapat memberikan contoh yang baik kepada anak agar tujuan pendidikan karakter dapat terpatri dalam diri anak. Tujuan pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik, begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya
45
untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan cenderung memiliki tujuan hidup. Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada delapan belas pilar krakter. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kedelapan belas karakter dasar tersebut adalah: Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan,
cinta
tanah
air,
menghargai
prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel “Moga Bunda Disayang Allah” karya Tere-Liye ini sebagai berikut: Religius, jujur, toleransi, rasa ingin tahu, gemar membaca, bersahabat, peduli sosial, kerja keras, mandiri, peduli lingkungan dan tanggung jawab.