BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono (2015: 7-8), penelitian kuantitatif berlandaskan pada filsafat positivisme yang memandang bahwa suatu realitas, gejala ataupun fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkret, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Sebaliknya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertumpu pada filsafat postpositivisme dengan paradigma interpretif dan konstruktif, yang memandang bahwa relaitas sosial sebagai sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Berdasarkan kajian tersebut, dalam penelitian ini dibedakan ke dalam dua metode. Penelitian kuantitatif menggunakan metode observasi sedangkan penelitian kualitatif menggunakan metode survei (wawancara). Distribusi pohon beringin, ukuran pohon beringin, dan kemampuan pohon beringin dalam mereduksi pencemar udara logam berat timbal (Pb) dan debu tergolong ke dalam penelitian kuantitatif. Pengetahuan masyarakat tentang pohon beringin digolongkan ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut juga sebagai metode artistik dan interpretif karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.
29
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
: Penelitian dilakukan pada kawasan administrasi Kota Yogyakarta, Laboratorium Riset Biologi FMIPA UNY, dan Laboratorium Instrumen SMK Sekolah Menengah Teknologi Industri) SMTI Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
: Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 s/d Januari 2017.
C. Objek dan Subjek Penelitian Objek dan subjek dalam penelitian ini adalah beringin dan abdi dalem Keraton Yogyakarta. D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi penelitian dalam metode observasi meliputi seluruh jenis pohon beringin yang berada di tepi jalan raya, halaman perkantoran/instansi, lapangan terbuka, Kebun Binatang Gembira Loka (KBGL) di Kota Yogyakarta. Populasi penelitian dalam metode survei meliputi populasi masyarakat abdi dalem Keraton Yogyakarta. 2. Sampel Sampel penelitian dalam metode observasi individu pohon yang berada paling dekat dengan lampu lalu lintas (lalin) dan memenuhi kriteria yang disyaratkan. Sampel penelitian dalam metode survei ini meliputi seluruh masyarakat abdi dalem Keraton Yogyakarta yang menjadi sampling penelitian.
30
E. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Dalam penelitian ini digunakan alat untuk mengambil data dan alat pendukung dalam pengolahan data. a. Alat yang digunakan untuk mengambil data meliputi: 1) GPS 76 CSX 2) Meteran pita 3) Clinometer 4) Gelas ukur 5) Oven 6) Aluminium foil 7) Gunting 8) Pisau 9) Kuas 10) Timbangan analitik 11) Cawan Furnace 12) Tanur 13) Labu ukur 14) Perangkat AAS 15) Alat tulis dan papan jalan 16) Kamera digital.
31
17) Peta administrasi Kota Yogyakarta penerbit CV Indo Prima Sarana b. Alat pendukung yang digunakan untuk mengolah data meliputi: 1) Perangkat lunak a) ArcGis Versi 10.2 b) SPSS Versi 16 c) Microsoft Excel d) Map Source. 2) Perangkat Keras a) PC. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Aquades b. Daun beringin (Ficus benjamina) dan preh (Ficus ribes) c. Kulit batang beringin (Ficus benjamina) dan preh (Ficus ribes) d. HCl 10 % sebanyak 10 ml e. Aquabides. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Eksistensi (keberadaan) dan distribusi (persebaran) pohon beringin dalam mitigasi kerusakan lingkungan di Kota Yogyakarta dilakukan dengan mengumpulkan data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer ialah observasi dan survei. Data observasi meliputi
32
distribusi pohon beringin, diameter setinggi dada, tinggi pohon, kandungan logam berat timbal (Pb) pada daun dan kulit batang beringin, kapasitas daun beringin dalam menjerap partikel debu. Survei (wawancara) dilakukan untuk mendapatkan data pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan, mitologi, dan sejarah pohon beringin. a. Distribusi dan kemelimpahan jumlah pohon beringin Teknik penentuan lokasi yang digunakan untuk pengambilan data adalah teknik purposive sampling. Pemilihan teknik ini karena data yang akan diambil dalam penelitian menggunakan lokasi yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah lokasi yang digunakan diasumsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Oleh karena itu, dipilih lokasi tepi jalan raya, halaman perkantoran/instansi, lapangan terbuka, dan tempat rekreasi Kebun Binatang Gembira Loka (KBGL) Kota Yogyakarata. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik “sampling jenuh”. b. Ukuran pohon beringin Ukuran pohon beringin yang diukur adalah diameter dan tinggi pohon. Teknik “sampling jenuh” digunakan dalam menentukan sampel pohon beringin yang akan diukur. Prinsip dari teknik ini bahwasanya semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari pernyataan tersebut adalah sensus. Jadi semua pohon beringin yang ditemukan pada lokasi penelitian diukur guna mendapatkan data ukuran pohon.
33
c. Kemampuan beringin dalam mereduksi polutan udara Sampel pohon beringin ditentukan berdasarkan prinsip teknik purposive sampling. Dipilih lokasi pohon sampel yang paling dekat dengan lampu lalu lintas (lalin) dengan asumsi bahwa daun dan kulit batang pohon sampel lebih banyak mengandung Pb dan debu oleh karena aktivitas kendaraaan didekat lampu merah. Dilakukan perbandingan kandungan Pb dan debu pada spesies Ficus benjamina dan Ficus ribes. d. Mengetahui pengetahuan masyarakat tradisional Kota Yogyakarta tentang pohon beringin. Penentuan sampel untuk menggali pengetahuan masyarakat Kota Yogyakarta tentang beringin dilakukan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Sasaran sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mengabdi (abdi dalem) di Keraton Yogyakarta. Asumsi bahwa sampel tersebut mengetahui materi yang akan didiskusikan. Kemudian data yang diperoleh dilakukan konfirmasi dengan pihak terkait. 2. Data Sekunder Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan wawancara dengan lembaga terkait. G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dalam penelitian ini menerangkan langkah-langkah yang dilakukan untuk memperoleh data.
34
1. Distribusi Pohon Beringin Berdasarkan hasil survei terdapat dua jenis Ficus yakni Ficus benjamina dan Ficus ribes. Dalam penggunaan istilah untuk kedua spesies tersebut dalam penelitian ini digunakan istilah beringin. Penelitian dilakukan di kawasan Kota Yogyakarta. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan keberadaan pohon beringin yang tumbuh pada lokasi yang meliputi; tepi jalan raya, halaman perkantoran/instansi, lapangan terbuka, dan Kebun Binatang Gembira Loka (KBGL).
Langkah pengukuran distribusi pohon beringin adalah sebagai
berikut: a. Memilih lokasi yang terdapat pohon beringin (tepi jalan raya, halaman perkantoran/instansi, lapangan terbuka, dan KBGL). b. Mengukur ukuran pohon melalui parameter diameter setinggi dada dan tinggi pohon. c. Menentukan titik koordinat pohon beringin menggunakan GPS. d. Membuat peta distribusi beringin di Kota Yogyakarta. e. Menghitung jumlah beringin yang tersensus berdasarkan kategori jumlah pada lokasi penelitian untuk menentukan kemelimpahan jenis beringin. 2. Ukuran Pohon Beringin a. Diameter batang setinggi dada atau Diameter at The Breast Height (DBH) Pengukuran diameter setinggi dada diperoleh dari pengukuran keliling batang pada pohon beringin setinggi 130 cm dari permukaan tanah. Berikut adalah langkah pengukuran DBH pada pohon beringin:
35
1) Menentukan pohon yang akan diukur sesuai dengan kriteria. 2) Melingkarkan pita meter pada batang pohon. 3) Melihat angka pada skala satuan centimeter (cm). 4) Mencatat angka yang diperoleh. 5) Mengkonversi angka yang didapatkan ke dalam diameter menggunakan persamaan sebagai berikut: Diameter = (K )/π Keterangan: K = Keliling π = 3.14 6) Diameter yang telah didapatkan digunakan untuk menentukan kategori habitus dengan mengelompokkan ke dalam kelas DBH pohon (Tabel 2). Tabel 2. Klasifikasi Kelas DBH Pohon No 1 2 3 4
Kelas D1 D2 D3 D4
Habitus Semai Pancang Tiang Pohon
Ukuran Tinggi < 150 cm Tinggi > 150 cm, DBH < 10 cm 10 cm < DBH < 20 cm DBH > 20 cm Sumber: Wijana (2014: 20).
Kriteria pohon beringin yang diukur diameternya adalah sebagai berikut: 1) Diameter batang diukur pada ketinggian batang normal setinggi dada (130 cm dari pangkal batang). 2) Pohon yang diukur adalah pohon dengan habitus pancang, tiang, dan pohon.
36
3) Batang pohon yang diukur tidak memiliki akar nafas. Terdapat beberapa pohon beringin yang tidak memenuhi kriteria, maka dalam pengukuran diameter setinggi dada terdapat beberapa batasan meliputi: 4) Pohon dengan batang berakar nafas, bonsai, dan ketinggian batang dibawah 130 cm maka keliling batang tidak diukur. 5) Pohon dengan habitus semai dan epifit maka keliling batang tidak diukur. 6) Batang pohon yang berakar nafas tetap diukur kelilingnya dengan syarat masih dapat ditoleransi kepadatan akar nafasnya (Gambar 7).
Gambar 7. Akar Nafas pada Batang Pohon Beringin yang Dapat Ditoleransi (Sumber: Dokumentasi Pribadi). b. Tinggi pohon beringin Pengukuran tinggi pohon beringin dengan mengggunakan metode Abney Level untuk memperoleh jarak, sudut bawah, dan sudut atas pohon. Angka tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan dengan persamaan sebagai berikut:
37
T = s (tg α + tg β) Keterengan: T = Tinggi pohon á
= Sudut atas (o)
â
= Sudut bawah (o)
d
= Jarak pengamatan (meter) (Wulansari. 2006: 11).
Gambar 8. Ilustrasi Metode Abney Level 1) Langkah pengukuran tinggi pohon: a) Menentukan jarak antara pengamatan dengan pohon yang akan ditaksir tingginya. b) Membidik ujung pohon dengan menggunakan Clinometer untuk mendapatkan sudut α. c) Membaca skala pada garis merah, skala yang terbaca menunjukkan besarnya sudut α.
38
d) Membidik pangkal pohon dengan menggunakan Clinometer untuk mendapatkan sudut β. e) Membaca skala pada garis merah, skala yang terbaca menunjukkan sudut β. 2) Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya angka tinggi pohon: Tinggi pohon= s (tg α + tg β) dengan ketentuan sebagai berikut: a) Posisi mata berada di antara pangkal dan bagian atas batang dan arah bidik sejajar dengan bidang datar tinggi pohon. b) Posisi mata berada di bagian pangkal dan bagian atas batang tetapi arah bidik tidak sejajar dengan bidang datar tinggi pohon. c) Posisi mata berada di antara pangkal dan bagian atas batang tetapi arah bidik tidak sejajar dengan bidang datar/arah bidik menurun. (Murdawa dan Oktalina. 2012: 11). Sebagian besar populasi sampel merupakan pohon beringin sebagai tanaman
penghijauan.
Tanaman
tersebut
mendapatkan
perlakuan
pemangkasan oleh dinas terkait sebagai upaya perawatan. Dengan demikian, dalam pengukuran tinggi pohon terdapat batasan sebagai berikut: 1) Jika ujung pohon dipangkas dan hanya meninggalkan batang komersil, maka tinggi pohon tidak diukur.
39
2) Habitus semai dan beringin akar pencekik (strangler) tidak termasuk kategori dalam pengukuran tinggi pohon. c. Umur pohon beringin Merujuk pada catatan konservasi pohon Athens-Clarke County Community Tree (2016:3), estimasi umur pohon beringin dilakukan dengan mengkonversi diameter yang diperoleh dari pengukuran ke dalam radius (r). Penentuan umur dilakukan dengan membagi jari-jari batang pohon beringin dengan angka 0,5 (nol koma lima). Angka tersebut merupakan hasil pembagian antara panjang jari-jari batang pohon sampel (Gambar 9) beringin dengan jumlah lingkaran tahun. Pada gambar di bawah ini terhitung jumlah lingkaran tahun (ring) sebanyak 14 lingkaran. Dengan demikian, diperoleh perhitungan sebagai berikut: 7 =0,5 cm/ring 14
Gambar 9. Sampel Batang Pohon Beringin yang Digunakan dalam Perhitungan Umur
40
Umur yang diperoleh dikategorikan berdasarkan interval: 1-5th , 6-10th, 11-15th, 16-20th , 21-25th , Dst. d. Basal Area (BA) Basal Area (BA) dapat dicari dengan mengkonversi diameter batang setinggi dada dengan merujuk persamaan dari Wijana (2014: 31): BA = (d/2) 2 * π Keterangan: BA = Basal area d = diameter π = 3.14. e. Penutupan tajuk (crown cover) Persamaan yang digunakan untuk mengukur luas penutupan tajuk ialah: CC = (
𝑑1+𝑑2 2 ) .π 4
Keterangan: CC = Penutupan tajuk D1 = Diameter terpanjang D2 = Diameter terlebar π = 3.14. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Pengukuran diameter tajuk dilakukan dengan menggunakan laser untuk menentukan proyeksi tajuk dan diameter terlebar dan terpanjang diukur menggunakan rollmeter. b) Perolehan angka diameter terpanjang dan terlebar kemudian dimasukkan ke dalam persamaan yang telah ditentukan untuk memperoleh angka luas penutupan tajuk.
41
Gambar 10. Pengukuran Proyeksi Penutupan Tajuk Presentase penutupan tajuk diukur menggunakan persentase cahaya yang melewati tajuk beringin. Pengukuran persentase penutupan tajuk melalui pembagian daerah penutupan kedalam 4 kuadran. Pengukuran dilakukan pada tengah hari ketika matahari berada pada satu bidang garis lurus dengan daerah pengukuran. Kemudian dari masing-masing kuadran dihitung presentase cahaya matahari yang melewati tajuk. Persentase tajuk yang telah terukur, dikategorikan berdasarkan estimasi penutupan tajuk Domin-Kranji dan BraunBlanquet seperti yang tercantum pada Tabel 3.
42
Tabel 3. Estimasi Penutupan Tajuk Domin-Kranji dan Braun-Blanquet Braun- DominEstimasi Blanquet Krajina 5 10 Cover penuh 100 % 9 Cover penuh > ¾ > 75 % 4 8 Cover ½ - ¾ > 50 – 75 % 3 7 Cover 1/3 – ½ 33 – 50 % 6 Cover ¼ - 1/3 25 – 33 % 2 5 Cover 1/10 – ¼ 10 – 25 % 4 Cover 1/20 – 1/10 5 – 10 % 3 Cover < 1/10 1 – 5 % 1 2 Sangat tersebar, dengan cover kecil < 1 % + 1 Jarang, dengan cover tak jelas R + Soliter, dengan cover tak jelas Sumber: Wijana( 2014: 31). 3. Kemampuan Beringin dalam Mereduksi Polutan di Udara Ditemukan dua jenis spesies Ficus yakni Ficus benjamina dan Ficus ribes. Sebagai perbandingan dilakukan pengukuran logam berat pada daun dan kulit batang Ficus benjamina dan Ficus ribes.
Begitu pula, pada pengukuran
kapasitas daun dalam menjerap debu dilakukan perbandingan antara daun Ficus benjamina dan daun Ficus ribes. Sampel pohon yang digunakan untuk pengukuran kandungan logam berat timbal (Pb) dan kapasitas jerapan debu berasal dari sampel yang sama. Kategori sampel ditentukan berdasarkan spesies dan lokasi tumbuhnya. Jumlah pohon yang digunakan sebagai sampel sebanyak 2 individu. Kriteria lokasi yang digunakan adalah pohon yang paling dekat dengan lampu lalin (traffic light) dengan ketinggian ± 3 meter dari permukaan tanah serta menghadap ke jalan.
43
a. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada daun dan kulit batang beringin Kandungan timbal (Pb) pada daun dan kulit batang beringin diuji dengan teknik AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Teknik AAS terdiri dari dua tahap yakni tahap preparasi dan analisis sampel. Tahap preparasi sampel dalam penelitian ini menggunakan cara destruksi kering. Sampel yang digunakan berupa sampel padat daun dan kulit batang Ficus benjamina dan Ficus ribes. Metode destruksi kering digunakan dalam teknik AAS penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan dan mencuci sampel daun dan kulit batang Ficus benjamina dan Ficus ribes. Sampel daun dan kulit batang dicuci menggunakan aquades.
a)
b)
Gambar 11. Pencucian Sampel dengan Aquades. a) Kulit Batang. b) Daun 2) Memotong sampel menjadi bagian-bagian kecil untuk memudahkan penghancuran sampel dalam proses pengabuan kemudian dibungkus dengan aluminium foil.
44
Gambar 12. Potongan Sampel Daun 3) Mengoven pada suhu 105o C selama 30 menit untuk mengurangi kadar air dalam jaringan daun dan kulit batang.
Gambar 13. Pengovenan Sampel Daun dan Kult Batang 4) Menimbang masing-masing sampel sebanyak 5 gram. 5) Mengoven sampel di dalam tanur (muffle furnace) selama 8 jam pada suhu 405o C agar menjadi abu. Jika dalam waktu dan suhu tersebut sampel belum benar-benar menjadi abu, maka suhu dinaikkan sampai sampel benar-benar menjadi abu.
45
6) Menambahkan HCl 10% sebanyak 10 ml pada sampel yang telah menjadi abu. 7) Memanaskan sampel di atas hotplate sampai abu larut. 8) Setelah abu larut, memindahkannya ke dalam labu takar ukuran 50 ml. Kemudian mengencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. 9) Menganalisis dengan perangkat AAS. b. Kapasitas daun pohon beringin dalam menjerap partikel debu Metode Gravimetri digunakan untuk menghitung kapasitas daun dalam menjerap debu, sehingga akan diperoleh jumlah jerapan debu per pohon (Alhamadi. 2013: 15). Tanaman yang digunakan ditentukan berdasarkan jenis dan lokasi tumbuhnya. Jumlah pohon yang digunakan sejumlah 2 individu yang terdiri dari dua jenis. Dari masing-masing pohon diambil sampel berupa daun dewasa seberat ± 10 gram dengan kriteria lokasi paling dekat dengan lampu lalin dan ketinggian ± 3 meter dari permukaan tanah serta menghadap ke jalan. Jenis pohon yang digunakan yaitu preh (Ficus ribes) dan beringin (Ficus benjamina) (Gambar 14).
2)
1)
Gambar 14. Sampel Daun Dua Jenis Beringin. 1) Beringin (Ficus benjamina), 2) Preh (Ficus ribes).
46
1) Tahap-tahap yang dilakukan dalam metode gravimetri a) Menimbang gelas kosong dan mencatat hasilnya.
Gambar 15. Gelas Beker Kosong Ditimbang b) Mengisi gelas beker dengan air destilasi (aquades) sebanyak 50 ml.
Gambar 16. Gelas Beker Berisi Aquades c) Mencuci sampel pada gelas beker yang telah berisi aquades dengan menggunakan kuas untuk mendapatkan debu yang terjerap pada daun.
47
Gambar 17. Daun Dicuci dengan Aquades d) Mengoven gelas beker yang berisi aqudes hasil cucian daun selama dua hari pada suhu 80o C.
Gambar 18. Gelas Beker Berisi Aquades Dioven e) Gelas beker kering berisi debu hasil cucian daun (Gambar 20).
Gambar 19. Gelas Beker yang Telah Dioven
48
f) Menimbang gelas beker berisi debu hasil jerapan daun untuk mendapatkan berat debu yang terjerap.
Gambar 20. Gelas Beker Berisi Debu Hasil Jerapan Ditimbang 2) Cara mengukur luas daun Pengukuran luas daun sampel, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a) Membuat model kertas ukuran 10 cm x 10 cm dengan menggunakan kertas jenis HVS.
Gambar 21. Kertas Ukuran 10 x 10 cm yang Ditimbang
49
b) Membuat model daun dengan mengikuti pola daun sampel dan menimbangnya.
Gambar 22. Model Daun yang Ditimbang c) Menghitung luas daun dengan cara: Persamaan yang akan digunakan adalah sebagai berikut: (1) Menghitung luas daun Persamaan yang digunakan untuk menghitung luas daun adalah: (Berat model daun) x (Berat model kertas ukuran 10 cm x 10 cm) (Berat kertas ukuran 10 cm x 10 cm) (2) Cara memperoleh berat debu hasil jerapan daun Debu hasil jerapan daun: (Berat gelas beker berisi debu setelah dioven) – (Berat gelas beker kosong) (3) Cara memperoleh jerapan debu per pengamatan Jerapan debu per pengamatan: Berat debu hasil jerapan daun (gram) Luas daun (cm2)
50
(4) Cara memperoleh rata-rata kapasitas jerapan debu Rata-rata kapasitas jerapan debu: P(n) – P(n-1) + P(n-2) + …. + P(2) – P(1) n–1 Keterangan:
P = Pengamatan ke-... n = banyaknya pengamatan
(5) Cara memperoleh kapasitas jerapan debu per hari Kapasitas jerapan debu per hari: Rata-Rata kapasitas jerapan debu Selang pengambilan sampel (hari) (6) Cara memperoleh kapasitas jerapan debu per tanaman per hari Kapasitas jerapan debu per tanaman per hari: (Luas tajuk) x (Kapasitas jerapan debu per hari) (Alhamadi. 2013: 18). 4. Pengetahuan Masyarakat tradisional Kota Yogyakarta tentang Pohon Beringin Pengetahuan masyarakat tradisional Kota Yogyakarta tentang pohon beringin dilakukan melalui metode survei dengan cara wawancara. Teknik penentuan populasi sampel yang digunakan dalam metode survei ini adalah purposive sampling. Pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah bahwa sampel yang digunakan merupakan orang yang dianggap benar-benar mengerti tentang beringin baik dari segi
51
lingkungan, sejarah, dan mitologi. Data wawancara yang diperoleh diaktegorikan berdasarkan tabel di bawah ini. Tabel 4. Skor Kemampuan Narasumber dalam Menjawab Pertanyaan No 1 2 3 4 5
Narasumber …. …. …. …. ….
4 4 4 4 4
3 3 3 3 3
Skor 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1
Keterangan: 4: Bila narasumber dapat menjawab minimal 80 % dari jumlah total pertanyaan 3: Bila narasumber dapat menjawab minimal 60 % dari jumlah total pertanyaan 2: Bila narasumber dapat menjawab minimal 40% dari jumlah total pertanyaan 1: Bila narasumber dapat menjawab minimal 20% dari jumlah total pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara didasarkan pada aspek lingkungan, sejarah, dan mitologi. Adapun garis besar pertanyaan adalah sebagai berikut: 1. Beringin secara mitologi dan sejarah 2. Makna beringin bagi narasumber 3. Fungsi beringin bagi lingkungan 4. Fungsi beringin dalam sosial budaya.
52