128
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian Dilihat dari tujuannya, jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif (Arikunto, 2006) dan penelitian eksplanatori (Singarimbun dan Effendi, 1995) yang bersifat non-eksperimental (Kerlinger, 1990). Disebut penelitian deskriptif karena penelitian ini ingin memperoleh gambaran dari variabel-variabel yang diteliti. Sementara disebut penelitian eksplanatori karena penelitian ini berusaha untuk menguji hubungan kausalitas antar variabel. Sedangkan dikatakan bersifat non-eksperimental, mengingat variabel bebas dalam penelitian ini tidak di bawah pengendalian langsung peneliti. Berdasarkan jenis dan sifat penelitian sebagaimana disampaikan di atas, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Metode ini dipilih karena metode ini memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakteristik penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) tujuannya dapat bersifat deskriptif dan juga verifikatif; 2) dimaksudkan untuk eksplanatori atau konfirmatori, evaluasi dan prediksi; 3) data dikumpulkan dari sampel yang telah ditentukan; dan 4) data variabel penelitian dijaring dengan menggunanakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama (Kerlinger, 1990; Singarimbun dan Effendi, 1995; Sekaran, 2000; Kuncoro, 2003).
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
129
3.2. Sumber Data, Populasi dan Sampel 3.2.1.
Sumber Data
Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan menguji faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya intensi kewirausahaan pada kalangan mahasiswa. Berdasarkan karakteristik model penelitian, agar analisis empiris memberikan hasil yang valid dan berguna, maka penelitian mengenai intensi kewirausahaan harus dilakukan sebelum perilaku kewirausahaan terbentuk (Noel, 2002). Karena itu,responden penelitian ini harus memiliki karakteristik : 1) dia harus merupakan mahasiswa kelas regular yang belum bekerja dan bukan mahasiswa kelas karyawan; 2) dia harus duduk pada tingkat terakhir yaitu mahasiswa semester tujuh ke atas; dan 3) dia harus sudah lulus mata kuliah kewirausahaan. Dengan demikian maka mahasiswa reguler tingkat akhir yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan menjadi suatu komunitas yang sesuai sebagai sumber data penelitian. Hal ini karena, pertama, mereka akan menghadapi pilihan karir professional; kedua, dalam kelompok ini dapat ditemukan orangorang dengan berbagai macam preferensi dan intensi; dan ketiga, sebagian dari mereka akan memiliki perilaku kewirausahaan, sehingga kita dapat mempelajari intensi mereka sebelum perilaku tersebut dilakukan (Linan, 2004; Fayolle dan Gailly, 2004). Selain itu, komunitas tersebut cocok sebagai sumber data penelitian Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
130
karena menurut Reynolds et al (2002) mereka termasuk kategori orang dewasa muda dengan pendidikan tinggi yang menunjukkan kecenderungan minat yang lebih besar terhadap kewirausahaan. Dengan demikian maka sumber data penelitian ini adalah mahasiswa reguler tingkat akhir yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan. 3.2.2. Populasi Penelitian ini mengambil lokasi pada perguruan tinggi di wilayah Cirebon dengan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) wilayah Cirebon merupakan wilayah yang sedang berkembang dan memiliki potensi ekonomi yang besar; 2) wilayah ini memiliki jumlah perguruan tinggi yang relatif besar dengan jumlah mahasiswa yang relatif besar juga; dan 3) menurut data penelusuran lulusan pada beberapa perguruan tinggi di wilayah ini ternyata lulusan yang menjadi wirausaha sangat kecil, yaitu hanya sekitar 3,4 % saja, hal ini mengindikasikan bahwa intensi mahasiswa untuk menjadi wirausaha juga rendah. Menurut Web site resmi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional di wilayah Cirebon yang meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Majalengka, dan Kabupaten
Indramayu terdapat 51 buah perguruan tinggi yang terdiri dari 6 buah universitas, 1 buah institut, 21 buah sekolah tinggi, 21 buah akademi, dan 2 buah politeknik. Adapun jumlah mahasiswa pada saat penelitian ini dilakukan yaitu pada tahun akademik 2010-2011 semester 2 (2010/1) adalah sebagai berikut: Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
131
Tabel 3.1. Keadaan Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Perguruan Tinggi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Universitas Kuningan Universitas Majalengka Universitas Wiralodra Indramayu Universitas 17 Agustus 45 Cirebon Universitas Muhammadiyah Cirebon Institut Agama Islam Negeri Cirebon STIE Cirebon STIE Yasmi Cirebon STIE STMY Majalengka STMIK CIC Cirebon STMIK IKMI Cirebon STMIK WIT Cirebon STMIK Poltek Cirebon STIKES Cirebon STIKES Mahardika Cirebon STIKES Indramayu STIKES YPIB Majalengka STIKES Bakti Indonesia Kuningan STIKES Kuningan Garawangi STKIP Yasika Majalengka STKIP Muhammadiyah Kuningan STBA Cirebon STBA Invada Cirebon Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon ST Alkitab Penyebaran Injil Majalengka STAI Al Ihya Kuningan Politeknik Kesehatan Bakti Pertiwi Husada Politeknik Indramayu AMIK Bumi Nusantara Cirebon
Jumlah Mahasiswa 7674 5386 5438 3914 2496 3052 5106 212 447 291 501 1396 822 1305 2645 115 755 565 53 452 1648 0 108 128 248 169 0 486 364 125 261
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
132
No 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
Perguruan Tinggi AMIK Gunung Jati Cirebon AMIK Purnama Niaga Indramayu AMIK Yasika Majalengka Akbid Graha Husada Cirebon Akbid Isma Husada Cirebon Akbid Muhammadiyah Cirebon Akbid Sayid Sabiq Indramayu Akper Buntet Pesantren Cirebon Akper Dharma Husada Cirebon Akper Muhammadiyah Cirebon Akper Saifudin Zuhri Indramayu Akper YPIB Majalengka Akademi Maritim Cirebon Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon Akfar Muhammadiyah Cirebon Akfar Muhammadiyah Kuningan Akademi Analis Kesehatan An-Nasher Akademi Pariwisata YASMI Cirebon Akademi Perdagangan CIC Cirebon Akademi Minyak dan Gas Balongan Total
Jumlah Mahasiswa 0 307 95 453 216 235 126 201 251 280 228 188 114 51 206 21 116 53 124 271 49.698
Sumber: Web site resmi Ditjen Dikti-Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED) : http://evaluasi.or.id/profile.php?specProf=0; per tanggal 25 Maret 2010. Keterangan: angka 0 menunjukkan perguruan tinggi yang bersangkutan tidak memiliki mahasiswa atau tidak melaporkan jumlah mahasiswanya tepat waktu.
Untuk mengetahui ukuran populasi maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi program studi yang mencantumkan mata kuliah kewirausahaan dalam struktur kurikulumnya. Setelah mempelajari Struktur Kurikulum masingmasing perguruan tinggi diketahui bahwa belum semua perguruan tinggi menyelenggrakan mata kuliah kewirausahaan. Tercatat ada 38 program studi dari 15 perguruan tinggi yang menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan. Setelah program studi teridentifikasi, maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
133
populasi, yaitu jumlah mahasiswa reguler tingkat akhir yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan. Berdasarkan Kemahasiswaan
penelusuran (BAAK)
dari
Biro
masing-masing
Administrasi
Akademik
dan
tinggi
yang
perguruan
menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan diketahui bahwa jumlah populasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Keadaan Populasi No 1
Perguruan Tinggi UNSWAGATI Cirebon
2
UNIKU Kuningan
3
UNMA Majalengka
4
UNWIR Indramayu
5
UNTAG Cirebon
Program Studi Manajemen S1 Akuntansi S1 Pendidikan Ekonomi S1 Agrobisnis S1 Agroteknologi S1 Manajemen S1 Akuntansi S1 Pendidikan Ekonomi S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi S1 Manajemen S1 Akuntansi S1 Peternakan S1 Agribisnis S1 Manajemen S1 Agribisnis S1 Pendidikan Bahasa Inggris Manajemen S1 Akuntansi D3 Perikanan
N 195 153 124 13 12 147 111 132 90 94 139 137 13 11 165 12 82 162 34 10
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
134
No 6
Perguruan Tinggi UMC Cirebon
7
IAIN Cirebon
8
STIE Cirebon
9
STIE YASMI Cirebon
10 11
STIE STMY Majalengka STMIK CIC Cirebon
12 13
STMIK IKMI Cirebon STMIK WIT Cirebon
14
STMIK Poltek Cirebon
15
Akademi Perdagangan CIC Cirebon
Program Studi Manajemen S1 Akuntansi S1 Ekonomi Perbankan Islam IPS-Ekonomi Manajemen S1 Akuntansi S1 Manajemen S1 Akuntansi S1 Manajemen Teknik Informatika S1 Sistem Informasi S1 Teknik Informatika S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi S1 Manajemen Bisnis D3 Administrasi Bisnis D3 Total
N 34 40 179 108 83 28 136 64 42 124 101 74 78 89 80 62 36 28 3.224
Sumber: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) masing-masing perguruan tinggi.
3.2.3. Sampel a. Ukuran Sampel Besarnya ukuran sampel minimal ditetapkan dengan menggunakan rumus Slovin ( Husein Umar, 2002:141). Agar kekeliruan yang mungkin terjadi dapat diatasi sekecil mungkin, maka ditetapkan “level of error” (e) sebesar 0,05 yang berarti tingkat kepercayaan (level of confident) sebesar 95%. Dengan demikian maka ukuran sampel minimal adalah: N n = ----------1+N 3224 n = -----------------Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
135
1 + 3224 3224 n = ------------------1 + 8,06 n = 355,84 dibulatkan menjadi 356 b. Cara Penentuan Sampel Unit analisis dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang telah lulus mata kuliah kewirausahaan. Karena mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi dan program studi yang berbeda maka penentuan sampel dilakukan dengan metode “Proportionate Random Sampling” (Sugiyono, 1997). Besarnya sampel dari setiap program studi ditetapkan secara proporsional dan penentuan unit sampel pada setiap program studi dilakukan dengan menggunakan teknik random. Metode ini dinilai sebagai metode pemilihan sampel yang paling relevan dengan tujuan penelitian ini, karena metode ini menekankan pada homogenitas karakteristik elemen-elemen pada masing-masing kelompok, tetapi karakteristik elemen-elemen antara kelompok yang satu dengan yang lain relatif heterogen (Indriantoro dan Supomo, 1999). Penentuan jumlah sampel untuk masing-masing strata ditetapkan dengan rumus: N1 n1 = -------- x n N
(Sugiyono, 1997:69)
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
136
Dengan demikian maka jumlah sampel untuk masing-masing program studi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3. Jumlah Sampel No 1
2
3
4
5
6
7
8
Perguruan Tinggi & Prodi UNSWAGATI Cirebon Manajemen S1 Akuntansi S1 Pendidikan Ekonomi S1 Agrobisnis S1 Agroteknologi S1 UNIKU Kuningan Manajemen S1 Akuntansi S1 Pendidikan Ekonomi S1 Teknik Informatika S1 Sistem Informasi S1 UNMA Majalengka Manajemen S1 Akuntansi S1 Peternakan S1 Agribisnis S1 UNWIR Indramayu Manajemen S1 Agribisnis S1 Bahasa Inggris S1 UNTAG Cirebon Manajemen S1 Akuntansi D3 Perikanan S1 UMC Cirebon Manajemen S1 Akuntansi S1 IAIN Cirebon Ekonomi Perbankan Islam S1 Pendidikan IPS-Ekonomi S1 STIE Cirebon Manajemen S1 Akuntansi S1
N
n
195 153 124 13 12
22 17 14 1 1
147 111 132 90 94
16 12 15 10 10
139 137 13 11
15 15 1 1
165 12 82
18 1 9
162 34 10
18 4 1
34 40
4 5
179 108
20 12
83 28
9 3
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
137
No 9
10 11
12 13
14
15
Perguruan Tinggi & Prodi STIE YASMI Cirebon Manajemen S1 Akuntansi S1 STIE STMY Majalengka Manajemen STMIK CIC Cirebon Teknik Informatika S1 Sistem informatika S1 STMIK IKMI Cirebon Teknik Informatika S1 STMIK WIT Cirebon Teknik Informatika S1 Sistem informatika S1 STMIK Poltek Cirebon Teknik Informatika S1 Sistem informatika S1 Akademi Perdagangan CIC Cirebon Manajemen Bisnis D-3 Administrasi Bisnis D-3 Total
N
n
136 64
15 7
42
5
124 101
14 11
74
8
78 89
9 10
80 62
9 7
36 28 3.224
4 3 356
3.3. Operasionalisasi Variabel Menurut Sekaran (2000), variabel didefinisikan sebagai “ anything that can take on differing or varying values. The values can differ at various time for the same object or person, or the values can differ at the same or different object or person”. Variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi nilai yang berbeda. Nilai dapat berbeda pada berbagai waktu atas objek atau orang yang sama, atau nilai dapat berbeda pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda. Operasionalisasi variabel pada dasarnya merupakan proses pengukuran, yaitu memberikan nilai atau ukuran terhadap variabel yang diteliti menurut indikator-indikator yang dapat diobservasi (Kerlinger, 1990:51). Seperti telah Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
138
dijelaskan pada bagian terdahulu, dalam penelitian ini ada delapan variabel yang diteliti, yaitu kompetensi dosen, faktor-faktor psikologis mahasiswa, kondisi pembelajaran yang dirasakan, pengetahuan kewirausahaan, sikap tentang kewirausahaan, norma-norma sosial yang dirasakan, efikasi diri, dan intensi kewirausahaan. Mengacu pada kajian teoritis yang telah dipaparkan di muka, maka dapat dirumuskan operasionalisasi seluruh variabel penelitian, sebagaimana tercantum dalam tabel-tabel di bawah ini. Tabel 3.4 Operasionalisasi Variabel Kompetensi Dosen Definisi
Dimensi
Kompetensi Kompetensi adalah Profesional karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkannya memberikan kinerja unggul dalam pekerjaan (Marshal, 2003; Spencer & Spencer, 1993).
Kompetensi Pedagogik Tingkat kompetensi dosen adalah persepsi mahasiswa tentang tingkat kompetensi yang dimiliki oleh dosen yang tampak dan dapat dirasakan oleh mereka selama saling berinteraksi baik
Indikator
Ukuran
Skala
-Memiliki pengetahuan yang luas tentang materi perkuliahan. -Memiliki wawasan yang luas tentang dunia praktis kewirausahaan
-Tingkat keluasan materi kewirausahaan yang diajarkan. -Tingkat keluasan wawasan tentang dunia praktis kewirausahaan.
Ordinal
-Menguasai metode-metode pembelajaran yang variatif sesuai dengan materi perkuliahan. -Menguasai penggunaan media pembelajaran yang variatif sesuai dengan kebutuhan materi perkuliahan. -Memiliki kemampuan
-Tingkat penguasaan metode pembelajaran yang variatif sesuai dengan materi perkuliahan. -Tingkat penguasaan penggunaan media pembelajaran yang variatif sesuai dengan kebutuhan materi perkuliahan. -Tingkat kemampuan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
139
Definisi
Dimensi
di dalam maupun di luar kelas.
Kompetensi Sosial
Kompetensi Kepribadian
Indikator
Ukuran
Skala
komunikasi yang efektif. -Memiliki kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran. -Fasilitator pembelajaran yang cakap. -Mempunyai kemampuan dalam memotivasi mahasiswa. -Mempunyai kemampuan dalam membimbing mahasiswa.
berkomunikasi secara efektif. -Tingkat kemampuan melakukan evaluasi pembelajaran. -Tingkat kecakapan sebagai fasilitator pembelajaran. -Tingkat kemampuan memotivasi mahasiswa. -Tingkat kemampuan membimbing mahasiswa.
-Tidak berlaku diskriminatif thd mahasiswa. -Memiliki hubungan yang baik dengan mahasiswa di luar kelas.
Tingkat perlakuan diskriminatif thd mahasiswa. -Tingkat kedekatan hubungan dengan mahasiswa di luar kelas.
Ordinal
-Menunjukkan etos kerja yang tinggi. -Menampilkan diri sebagai pribadi yang baik dan berwibawa.
-Tingkat etos kerja yang ditunjukkan. -Tingkat kepribadian yang ditampilkan.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Sumber: Diadaptasi dari Omstein (1980); Norman (Disman, 2004); Sanusi (1998); Hamalik (1995); UU 14/2005; Permendiknas 16/2007.
Tabel 3.5. Operasionalisasi Variabel Faktor Psikologis Mahasiswa Definisi
Dimensi
Indikator
Ukuran
Skala
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
140
Faktor psikologis adalah kondisi kesiapan psikis atau mental seseorang (Abin Syamsuddin Makmun, 2001).
Sikap
Faktor psikologis mahasiswa adalah kondisi kesiapan psikis atau mental mahasiswa yang mempengaruhi keberhasilan dirinya dalam pembelajaran
Persepsi
-Sikap terhadap mata kuliah kewirausahaan. -Sikap terhadap dosen pengampu mata kuliah kewirausahaan
Minat
-Persepsi tentang pentingnya m.k. Kewirausahaan. -Persepsi tentang manfaat mengikuti mata kuliah kewirausahaan. -Ketertarikan untuk mempelajari kewirausahaan. -Ketertarikan untuk mendalami kewirausahaan dari sumber lain.
Motivasi
-Motivasi untuk hadir kuliah. -Antusiasme mengikuti perkuliahan. -Aktif dalam proses pembelajaran. -Ambisi untuk mendapat nilai terbaik. -Motivasi untuk pendalaman materi kewirausahaan pasca perkuliahan.
Tingkat perasaan menyukai atau tidak menyukai terhadap m.k. kewirausahaan. -Tingkat perasaan menyukai atau tidak menyukai terhadap dosen pengampu m.k. kewirausahaan. -Tingkat kepentingan m.k. kewirausahaan. -Tingkat kebermanfaatan mempelajari m.k. kewirausahaan.
Ordinal
-Tingkat ketertarikan dalam mempelajari kewirausahaan. -Tingkat ketertarikan mendalami kewirausahaan dari sumber lain.
Ordinal
-Tingkat motivasi untuk hadir kuliah -Tingkat antusiasme dalam mengikuti perkuliahan. -Tingkat keaktifan dalam proses pembelajaran -Tingkat ambisi untuk mendapatkan nilai terbaik. -Tingkat motivasi pendalaman materi kewirausahaan pasca perkuliahan.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Sumber: Diadaptasi dari Makmun (2001); Disman (2004); Suharsaputra (2008).
Tabel 3.6. Operasionalisasi Variabel Pembelajaran yang Dirasakan Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
141
Definisi Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik dengan anak didik yang terjadi dalam suatu lingkungan pembelajaran tertentu (Maples &Webster, 1980; UU 20/2003). Proses pembelajaran yang dirasakan adalah persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran kewirausahaan yang pernah dialaminya.
Dimensi Keterkaitan materi pembelajaran dengan kondisi kekinian.
Indikator -Relevansi dengan dunia usaha masa kini.
Prinsipprinsip pembelajaran kontekstual.
-Berbasis masalah.
-Keterkaitan dengan lingkungan bisnis.
-Mendorong berpikir kritis dan kreatif. -Mendorong pengalaman langsung. -Aplikatif.
-Mendorong kerja sama. -Menggunakan model.
Ukuran -Tingkat relevansi materi kuliah dengan dunia usaha masa kini. -Tingkat keterkaitan materi kuliah dengan lingkungan bisnis sekitar.
Skala Ordinal
-Tingkat keterkaitan pembelajaran dengan masalah nyata. -Tingkat dorongan pembelajaran untuk berpikir kritis dan kreatif. - Tingkat dorongan pengalaman langsung dalam pembelajaran. -Tingkat aplikasi pembelajaran dalam dunia nyata. -Tingkat dorongan untuk bekerjasama dalam pembelajaran. -Intensitas penggunaan model dalam pembelajaran.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Dukungan -Kelengkapan lingkungan sumber belajar di pembelajaran. perpustakaan.
-Tingkat Ordinal kelengkapan sumber belajar kewirausahaan di perpustakaan. -Akses terhadap - Tingkat Ordinal internet. kemudahan dalam mengakses internet sebagai sumber pembelajaran kewirausahaan Sumber: Diadaptasi dari Johnson (2002); Sounders (1999); Fellows dalam Komalasari (2010). Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
142
Tabel 3.7. Operasionalisasi Variabel Pengetahuan Kewirausahaan Definisi Pengetahuan kewirausahaan adalah pengetahuan tentang konsepkonsep kewirausahaan yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran kewirausahaan.
Kompetensi Konsep dasar kewirausahaan.
Ukuran Tingkat pengetahuan tentang konsep dasar kewirausahaan.
Karakteristik wirausaha.
Tingkat pengetahuan tentang karakteristik seorang wirausaha.
Ide dan peluang kewirausahaan.
Tingkat pengetahuan tentang ide dan peluang bisnis dalam kewirausahaan.
Kelebihan dan kekurangan kewirausahaan.
Tingkat pengetahuan tentang kelebihan dan kekurangan kewirausahaan.
Jenis-jenis bisnis dalam kewirausahaan.
Tingkat pengetahuan tentang jenis-jenis bisnis dalam kewirausahaan.
Cara merintis usaha baru.
Tingkat pengetahuan tentang cara merintis usaha baru.
Konsep strategi bersaing.
Tingkat pengetahuan tentang strategi bersaing dalam bisnis.
Konsep analisis bisnis dan studi kelayakan.
Tingkat pengetahuan tentang analisis bisnis dan penyusunan studi kelayakan.
Konsep dasar manajemen bisnis
Tingkat pengetahuan tentang konsep dasar manajemen bisnis.
Etika bisnis.
Tingkat pengetahuan tentang etika bisnis.
Skala Interval
Sumber: Hasil pengkajian terhadap silabus mata kuliah kewirausahaan yang dirumuskan oleh dosen-dosen pengampu mata kuliah kewirausahan pada perguruan tinggi yang menjadi objek penelitian.
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
143
Tabel 3.8 Operasionalisasi Variabel Sikap terhadap Kewirausahaan Definisi
Dimensi
Indikator
Ukuran
Skala
Sikap adalah posisi seseorang sebagai hasil penilaiannya terhadap suatu objek, tindakan, atau suatu kejadian (Fishbein & Ajzen, 1975).
Sikap terhadap profesi wirausaha.
Wirausaha merupakan profesi yang lebih prosfektif dibanding profesi karyawan.
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa wirausaha merupakan profesi yang lebih prosfektif dibanding profesi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa wirausaha merupakan profesi yang lebih menjanjikan dibanding profesi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa wirausaha merupakan profesi yang lebih dapat mengembangkan potensi pribadi secara maksimal dibanding profesi karyawan . Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa aktivitas berwirausaha itu lebih dinamis dibanding menjadi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa aktivitas berwirausaha itu lebih
Ordinal
Wirausaha merupakan profesi yang lebih menjanjikan dibanding profesi karyawan.
Sikap mahasiswa terhadap kewirausahaan yaitu sikap mahasiswa yang merepresentasikan penilaiannya terhadap kewirausahaan
Wirausaha merupakan profesi yang lebih dapat mengembangkan potensi pribadi secara maksimal dibanding profesi karyawan. Sikap terhadap aktivitas kewirausahaan.
Aktivitas berwirausaha itu lebih dinamis dibanding menjadi karyawan. Berwirausaha itu lebih menyenangkan dibanding menjadi
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
144
Definisi
Dimensi
Indikator karyawan.
Berwirausaha itu lebih menantang dibanding menjadi karyawan.
Berwirausaha itu lebih beresiko dibanding menjadi karyawan. Berwirausaha itu penghasilannya lebih tidak pasti dibanding menjadi karyawan.
Sikap terhadap pilihan karir berwirausaha dan peluangnya.
Lebih menyukai karir sebagai wirausaha dibanding yang lain.
Peluang untuk berwirausaha saat ini terbuka luas. Dukungan iklim usaha terhadap keberadaan pewirausaha pemula.
Ukuran menyenangkan dibanding menjadi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa berwirausaha itu lebih menantang dibanding menjadi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa berwirausaha itu beresiko dibanding menjadi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa berwirausaha itu penghasilannya lebih tidak pasti dibanding menjadi karyawan. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan lebih menyukai karir sebagai wirausaha dibanding yang lain. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa peluang berwirausaha saat ini terbuka luas. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa iklim usaha saat ini mendukung keberadaan pewirausaha pemula.
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
145
Sumber: Diadaptasi dari Francisco Linan (2004) dengan beberapa tambahan dan modifikasi.
Tabel 3.9 Operasionalisasi Variabel Norma Sosial yang Dirasakan Definisi Norma sosial yang dirasakan adalah persepsi individu tentang keharusan dan larangan yang berupa pandangan, kebiasaan, adat istiadat yang ditetapkan oleh masyarakatnya yang mempengaruhi perilaku sosial anggotanya (Fishbein & Ajzen, 1975; Linan, 2004). Norma sosial kewirausahaan adalah persepsi individu tentang pandangan, kebiasaan, adat istiadat masyarakat yang berkaitan dengan kewirausahaan yang mempengaruhi anggotanya.
Indikator
Ukuran
Skala
Pandangan masyarakat terhadap profesi wirausaha.
Evaluasi responden terhadap Ordinal pandangan masyarakatnya tentang profesi wirausaha yang meliputi: - Perbandingan profesi wirausaha dengan profesi karyawan. - Menghargai profesi wirausaha sebagai profesi yang terhormat sejajar dengan profesi lainnya. - Memandang profesi wirausaha sebagai profesi yang bisa diandalkan bagi masa depan anak-anaknya.
Kebiasaan masyarakat yang tercermin dalam perilaku keseharian.
Evaluasi responden terhadap kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang tercermin dalam perilaku keseharian yang dapat mendukung atau menghambat kewirausahaan, meliputi: - Etos kerja - Kebiasaan pesta-pesta yang boros. - Hemat dan menabung.
Ordinal
Keberadaan model yang mampu memberi inspirasi kewirausahaan.
Evaluasi responden tentang kehadiran model di masyarakatnya yang dapat menginspirasi anggota
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
146
masyarakat lain, meliputi: - Model yang sukses atau pewirausaha yang berhasil. - Model yang gagal atau pewirausaha yang bangkrut. Sumber: Diadaptasi dari Francisco Linan (2004) dengan beberapa tambahan dan modifikasi.
Tabel 3.10 Operasionalisasi Variabel Efikasi Diri Definisi
Dimensi
Efikasi diri adalah Keyakinan keyakinantentang akan potensi seberapa jauh diri. seseorang mampu melakukan suatu prilaku dalam suatu situasi tertentu (Bandura dalam Friedman & Schustack, 2008).
Keyakinan akan kesuksesan usaha yang dirintisnya.
Indikator
Ukuran
Skala
Keyakinan bahwa ia memiliki potensi untuk menjadi seorang pewirausaha yang berhasil.
Tingkat keyakinan terhadap potensi dirinya untuk menjadi pewirausaha yang berhasil.
Ordinal
Keyakinan bahwa ia memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pewirausaha yang berhasil.
Tingkat keyakinan terhadap kemampuan dirinya untuk menjadi seorang wirausaha yang berhasil.
Ordinal
Keyakinan bahwa ia memiliki bakat berbisnis.
Tingkat keyakinan terhadap bakatnya dalam berbisnis.
Ordinal
Keyakinan bahwa ia memiliki karakter yang sesuai dengan profesi wirausaha.
Tingkat keyakinan terhadap kesesuaian karakter dirinya dengan profesi wirausaha.
Ordinal
Keyakinan akan mampu membawa usaha yang dirintisnya untuk sukses.
Tingkat keyakinan terhadap kesuksesan usaha yang akan dirintisnya.
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
147
Definisi
Dimensi
Indikator Keyakinan akan mampu mengatasi kesulitan yang mungkin timbul dalam menjalankan usahanya. Keyakinan akan mampu bersaing dengan pesaingpesaing yang ada. Keyakinan akan mampu mendapatkan kepercayaan dari pemodal.
Keyakinan akan tetap survive dalam usahanya.
Keyakinan akan kelangsungan hidup usaha yang dirintisnya.
Ukuran
Skala
Tingkat keyakinan terhadap kemampuanya dalam mengatasi kesulitan yang mungkin timbul.
Ordinal
Tingkat keyakinan terhadap kemampuanya bersaing dengan pesaing yang ada. Tingkat keyakinan terhadap kemampuannya mendapatkan kepercayaan dari pemodal.
Ordinal
Tingkat keyakinan terhadap kelangsungan hidup usaha yang dirintisnya.
Ordinal
Keyakinan bahwa usahanya akan Tingkat keyakinan berkembang dalam bahwa usahanya iklim usaha saat ini. akan berkembang dalam iklim usaha saat ini.
Ordinal
Ordinal
Sumber: Diadaptasi dari Francisco Linan (2004) dengan beberapa tambahan dan modifikasi.
Tabel 3.11 Operasionalisasi Variabel Intensi Kewirausahaan Definisi
Dimensi
Intensi adalah posisi seseorang pada suatu dimensi
Tekad yang kuat.
Indikator Ketetapan hati untuk menjadi seorang
Ukuran
Skala
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berketetapan hati untuk menjadi
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
148
Definisi
Dimensi
kemungkinan yang subjektif yang melibatkan hubungan dirinya dengan tindakannya (Fishbein & Ajzen, 1975). Intensi kewirausahaan adalah dimensi subjektif seseorang yang menunjukkan keinginan atau tekad yang kuat untuk menjadi seorang pewirausaha (Linan, 2004; Katz & Gartner, 1998).
Indikator pewirausaha.
Lebih memilih berwirausaha dibanding menjadi karyawan.
Persiapan diri.
Mencari informasi yang diperlukan untuk menjadi seorang wirausahawan.
Mengikuti seminarseminar kewirausahaan
Mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
Memperluas jaringan sosial untuk menjadi wirausahawan
Ukuran
Skala
seorang pewirausaha. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia akan lebih memilih karir sebagai pewirausaha dibanding sebagai karyawan.
Ordinal
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia haus akan informasi kewirausahaan dan rela mengeluarkan dana untuk mendapatkannya.
Ordinal
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk mengikuti seminar-seminar kewirausahaan, termasuk bila diadakan ditempat yang cukup jauh.
Ordinal
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk mengikuti pelatihan-pelatihan kewirausahaan termasuk bila harus membayar.
Ordinal
Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk berkenalan dan berteman dengan sebanyak mungkin
Ordinal
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
149
Definisi
Dimensi
Indikator sukses.
Mencari informasi tentang permodalan.
Menabung untuk persiapan modal usaha. Berani mencoba. Berani mencoba berwirausaha
Tidak takut gagal dalam berwirausaha.
Ukuran
Skala
wirausahawan supaya bisa belajar dari mereka. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk mencari informasi tentang bagaimana memperoleh dana dari pihak ketiga (bank, pemerintah, pemodal lainnya). Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berusaha untuk menabung sebagai bekal persiapan untuk merintis usaha sendiri. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia berani untuk mencoba berwirausaha, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pihak lain. Tingkat kesetujuan terhadap pernyataan bahwa ia tidak takut gagal dalam berwirausaha, sebab kegagalan akan membuat jadi lebih kuat.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Sumber: Diadaptasi dari Francisco Linan (2004); Katz & Gardner (1998); Indarti & Rostiani (2008) dengan beberapa tambahan dan modifikasi.
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
150
Berdasarkan operasionalisasi variabel di atas, maka dirumuskan instrumen penelitian untuk mendapatkan data penelitian. 3.4. Alat Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui kuesioner dan tes yang dikembangkan secara khusus. Sesuai dengan operasionalisasi variabel yang telah dirumuskan, maka dalam penelitian ini kuesioner untuk mengukur variabel-variabel penelitian, kecuali variabel pengetahuan kewirausahaan, disusun dengan menggunakan penskalaan respons model Rensis Likert dengan modifikasi jumlah opsi jawaban yang disesuaikan dengan konteksnya (Edward, 1957). Khusus untuk variabel pengetahuan kewirausahaan data diambil dari hasil tes yang sengaja dibuat untuk kepentingan itu. Keseluruhan kuesioner serta tes yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. Digunakannya kuesioner model Likert didasarkan pada pertimbangan bahwa model ini, pertama, relatif lebih mudah membuatnya dibanding penskalaan model lain; kedua, model ini mempunyai reliabilitas yang lebih tinggi dibanding model lain, misalnya model Thurstone (Nazir, 1999:398); ketiga, model ini dapat disusun dalam berbagai jenis respons alternatif (Nazir, 1999:398). 3.5.
Uji Instrumen Kuesioner penelitian akan menentukan kualitas data yang dihasilkan
(Sekaran, 2000; Kuncoro, 2003). Karena itu, untuk meminimalkan kesalahan
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
151
pengukuran maka kuesioner yang telah disusun terlebih dahulu diuji kualitasnya melalui uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan cara analisis korelasi item total, yaitu mengkorelasikan jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing item edengan skor totalnya. Analisis item ini diperlukan untuk mengetahui kualitas item-item kuesioner dan tes agar alat ukur memenuhi kaidah secara teoritis (theoritically sounds) dan secara empirik teruji kualitasnya. Untuk kepentingan tersebut dilakukan uji korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Product moment- Pearson sebagai berikut: R=
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X 2 )}{ Y ( Y 2 )} 2
di mana: R = Koefisien korelasi antar skor setiap item dengan skor total X = Skor item instrumen Y = Jumlah skor total N = Ukuran sampel Sebagaimana disarankan Azwar (2010:65), sebuah item dinyatakan valid apabila memiliki skor koefisien korelasi item total sebesar 0,25. Untuk lebih meyakinkan dalam mengukur validitas instrumen, dilakukan uji keberartian korelasi menggunakan uji t dengan kriteria uji suatu item dinyatakan valid apabila t hitung lebih besar dari t tabel pada taraf signifikansi 0,05. Rumus uji t yang digunakan adalah:
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
152
r n2
t=
1 r
; db = n - 2 (Husein Umar : 2004)
2
Selanjutnya untuk mengukur reliabilitas instrumen, penulis menggunakan rumus koefisien alpha Cronbach. Rumus ini merupakan statistik yang paling umum digunakan para peneliti untuk menilai reliabilitas instrumen penelitian (Sekaran, 2000; Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998).
Koefisien alpha
Cronbach (C ) didefinisikan dengan rumus (Azwar, 2010:184):
k s = k 1 1 s 2
i
C
2
t
di mana: k
= Jumlah item pernyataan
s
s
2 i
= Jumlah variansi setiap item pernyataan
2 t
= Variansi skor total
Menurut statistik alpha Cronbach, suatu instrumen diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas memadai jika koefisien alpha Cronbach lebih besar atau sama dengan 0,70 (Nunally, 1970:12; Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998:88). Dalam penelitian ini komputasi statistik untuk pengujian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan melalui bantuan aplikasi program Statistical Package for Social Sciences (SPSS). 3.5.1. Uji Validitas Instrumen Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
153
Uji coba instrumen penelitian dilakukan terhadap 50 orang mahasiswa Universitas Kuningan yang tidak menjadi responden penelitian. Setelah data yang terkumpul diproses melalui SPSS, ternyata seluruh item dari seluruh variabel penelitian dinyatakan valid. Laporan hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.5.2. Uji Reliabilitas Instrumen Data hasil uji coba kedua kemudian diuji reliabilitasnya dengan bantuan program SPSS. Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan reliabilitas seluruh variabel penelitian. Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Reliabilitas No 1 2 3 4 5 6 7 8
Variabel Tingkat Kompetensi Dosen Kondisi Faktor Psikologis Mahasiswa Kondisi Pembelajaran yang Dirasakan Tingkat Pengetahuan Kewirausahaan Sikap terhadap Kewirausahaan Norma Sosial yang Dirasakan Efikasi Diri Intensi Kewirausahaan
Koefisien Alpha 0,8973 0,7942 0,8362 0,9479 0,7124 0,8391 0,8804 0,8136
Berdasarkan perhitungan di atas, seluruh variabel memiliki koefisien alpha lebih besar dari 0,7. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian dinyatakan reliabel. Laporan hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 3.6. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
154
Masalah yang diuji dalam penelitian ini merupakan jaringan variabel yang mempunyai hubungan antar variabel, maka untuk dapat mendeteksi hubungan antar variabel tersebut digunakan analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Model/SEM). Penggunaan analisis SEM dimaksudkan agar dapat menganalisis bagaimana hubungan antar variabel indikator dengan variabel latennya yang dikenal sebagai Persamaan Pengukuran (Measurement Equation), serta hubungan antara variabel laten yang satu dengan variabel laten lainnya yang disebut Persamaan Struktural (Structural Equation). Selain itu SEM juga dapat menganalisis hubungan dua arah (reciprocal) yang sering terjadi pada ilmu-ilmu sosial. Dalam upaya untuk menjawab semua masalah penelitian seakurat mungkin, maka analisis data dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama
adalah
mentransformasikan data skala ordinal menjadi data skala interval. Hal ini perlu dilakukan mengingat aplikasi SEM mempersyaratkan data minimal berskala interval, sementara data yang diperoleh, kecuali data variabel Pengetahuan Kewirausahaan (PK), termasuk kategori data skala ordinal. Langkah ini dilakukan dengan menggunakan Method of Succesive Interval (MSI). Hasil dari analisis data tahap pertama adalah diperolehnya panel data dengan skala interval, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran 4. Tahap kedua adalah menguji asumsi-asumsi statistik yang dipersyaratkan untuk analisis data selanjutnya. Uji asumsi yang harus dilakukan adalah: pertama, Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
155
uji normalitas untuk mengetahui pola distribusi skor data hasil penelitian; kedua, uji multikolinieritas untuk mengetahui kemungkinan terdapatnya multikolinieritas sempurna antar variabel penelitian; dan yang ketiga berkenaan dengan identifikasi kasus multivariate outliers, yaitu munculnya variabel-variabel yang tidak lajim dalam bentuk nilai-nilai yang sangat ektsrim. Komputasi statistik yang digunakan untuk uji asumsi ini dilakukan melalui aplikasi program Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Hasil dari hasil analisis data tahap kedua adalah diperoleh panel data variabel penelitian yang diketahui pola distribusinya, kemungkinan terdapatnya multikolinieritas antar variabel, dan kemungkinan adanya kasus outliers. Tahapan ketiga, analisis data yang difokuskan untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan. Untuk maksud tersebut, analisis data tahap ketiga ini penulis menggunakan: 1) Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/CFA) untuk mengkonfirmasikan serangkaian variabel indikator dengan variabel latennya atau untuk menguji model pengukurannya (measurement model); dan 2) Analisis Jalur (Path Analysis) untuk menguji hubungan kausalitas antar variabel atau untuk menguji model strukturalnya (structural model). Dalam penelitian ini analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur dilakukan dengan bantuan aplikasi program Linear Structural Relationship (LISREL 8.8). 3.6.1. Uji Asumsi Statistik
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
156
Dalam analisis statistika multivariat dependensi pada umumnya, estimasi parameter model dengan menggunakan metode maximum likelihood menuntut terpenuhinya tiga asumsi utama, yaitu : pola sebaran data mengikuti atau mendekati model distribusi normal secara multivariat, antar variabel penelitian tidak terdapat multikolinieritas sempurna, serta dalam panel data yang dianalisis tidak ada kasus multivariat outlier (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998; Ferdinand, 2002; Ghozali, 2004). Pengujian asumsi normalitas secara multivariat dapat dilakukan dengan menggunakan statistik Jarque-Bera (X2df2). Melalui statistik tersebut, penentuan normal tidaknya sebaran data diidentifikasikan dengan statistik X2df2 dengan kriteria uji: sebaran data disebut normal apabila nilai X2df2 < X2 tabel pada tingkat kesalahan ( ) yang ditolerir. (Ferdinand, 2002; Tabachnick dan Fidel, 1996; Ghozali, 2004). Dalam penelitian ini, pengujian normalitas data ditetapkan dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 5%( = 0,05). Uji asumsi multikolinieritas perlu dilakukan, karena jika antar variabel penelitian terdapat multikolinieritas sempurna, maka koefisien jalur yang diperoleh dari sampel secara individual signifikan tetapi secara keseluruhan model yang dianalisis menunjukkan tidak fit. Artinya, model yang dianalisis tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membuat generalisasi (Tabachnick dan Fidel, 1996; Ferdinand, 2002; Ghozali, 2004; Supranto,2004). Dalam penelitian ini uji asumsi multikolinieritas dilakukan melalui pengujian nilai Variance Inflation Factors Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
157
(VIF) dengan kriteria uji, terdapat multikolinieritas antar variabel apabila nilai VIF > 5. Sebaliknya tidak terdapat multikolinieritas antar variabel apabila nilai VIF < 5. (Gujarati, 1993). Multivariat outliers menunjukkan kondisi observasi dari kombinasi beberapa variabel yang tidak lajim yang muncul dalam bentuk nilai-nilai yang sangat ekstrim, sehingga jika dibiarkan akan menimbulkan bias terhadap hasil analisis data selanjutnya (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998). Karena itu kasus outliers harus diidentifikasi, dan apabila terdapat data yang diindikasikan sebagai outliers maka data tersebut harus dikeluarkan, walau hal itu dapat menyebabkan tingkat kepercayaan penelitian menjadi berkurang.
Dalam
penelitian ini kasus multivariate outliers diidentifikasi dengan menggunakan statistik D2 (Mahalanobis distance). Statistik ini dihitung dengan cara meregresikan antara nomor urut responden (sebagai variabel dependen) dengan semua variabel yang diteliti (sebagai variabel independen) (Ferdinand, 2002). Selanjutnya untuk menentukan ada tidaknya kasus multivariate outliers dilakukan dengan cara membandingkan statistik D2 yang diperoleh dengan statistik X2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah variabel yang diobservasi pada tingkat kesalahan tertentu. Berdasarkan konvensi yang berlaku di kalangan para ahli, tingkat kesalahan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi kasus outliers adalah 0,001 (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998; Ferdinand, 2002; Tabachnick dan Fidel, 1996). Setiap observasi yang memiliki koefisien D2 lebih besar dari Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
158
statistik X2 maka kasus tersebut diidentifikasi sebagai kasus multivariate outliers. Dalam penelitian ini jumlah variabel ada 8 maka pada tingkat signifikansi 0,001 diperoleh X2- tabel sebesar 20,0902. Hasil uji asumsi statistik selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 5. 3.6.2. Analisis Faktor Konfirmatori Dalam suatu studi yang memfokuskan pada penelaahan hubungan kausalitas, diperlukan terpenuhinya sebuah syarat bahwa secara empiris model pengukuran semua variable yang diteliti memiliki validitas dan reliabilitas konstruk atau composite reliability yang memadai (Heise, 1969:581). Sementara itu, Hair et al (1998:581) mengingatkan bahwa: “all construct have some measurement error, even with the best indicator variables”. Kedua pendapat di atas mengisyaratkan bahwa dalam penelitian yang bersifat kuantitatif, semua model pengukuran variable atau konstruk perlu diuji kesesuaiannya dengan data. Dengan pengujian ini maka konstruksi teoritis setiap variable yang ingin diteliti teruji secara empiris. Menurut para ahli, teknik analisis yang tepat untuk melaksanakan maksud tersebut adalah confirmatory factor analysis/CFA (Kerlinger, 1990; Schumaker & Lomax, 1996; Ferdinand, 2002). Dalam analisis factor konfirmatori, bentuk umum model pengukuran (measurement model) variable penelitian yang hendak dikonfirmasikan dengan data diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut: a. Persamaan model pengukuran variable eksogen: Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
159
X i = y + di
b. Persamaan model pengukuran variable endogen: Yi = y + ei
(Joreskog & Sorbom, 1996)
Di mana:
= Variabel eksogen. = Variabel endogen.
x dan y Xi Yi di dan ei
= Taksiran parameter koefisien bobot faktor variabel eksogen dan endogen = Indikator variable eksogen = Indikator variable endogen = Kesalahan pengukuran variable eksogen dan endogen
Pengujian model pengukuran dilakukan melalui aplikasi LISREL dengan menggunakan statistik uji t dan beberapa indeks goodness of fit-test. Uji t digunakan untuk menguji secara individual koefisien bobot faktor yang diperoleh. LISREL menetapkan nilai kritis t pada taraf kesalahan (α) 0,05 uji dua arah sebesar 1,96. Kemudian untuk melihat indikator mana yang paling dominan dalam membentuk konstruk (variabel laten) ditentukan oleh besar kecilnya koefisien bobot faktor (). Para ahli berbeda-beda dalam menetapkan koefisien bobot faktor yang dianggap layak. Igbaria et.al. (1997) menyatakan bahwa koefisien bobot faktor yang layak adalah ≥ 0,50; Rigdon dan Ferguson (1991) menetapkan angka ≥ 0,70; sementara Ferdinand (2002) menetapkan angka ≥ 0,40. Dalam penelitian ini koefisien bobot faktor yang dianggap layak ditetapkan dengan mengikuti pendapat Rigdon dan Ferguson (1991) yaitu 0,70.
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
160
Sementara itu indeks goodness of fit-test dimaksudkan untuk menguji kesesuaian model secara keseluruhan (overall model fit). Suatu model pengukuran dinyatakan fit dengan data apabila secara individual semua koefisien bobot faktor yang diperoleh signifikan dan secara keseluruhan memenuhi kriteria goodness of fit-test. Menurut para ahli tidak ada kriteria tunggal dalam statistik goodness of fittest (Ferdinand,2002; Kusnendi, 2005; Wijanto, 2008).
Biasanya para ahli
menggunakan beberapa uji statistic secara bersamaan, seperti Likehood-Ratio ChiSquare Statistic (X2), Root Means Square Error of Approximation (RMSEA), Goodness of-fit Index (GFI), Adjusted GFI (AGFI), dan Comparative Fit Index (CFI). Adapun kriteria dan batas kesesuaian (fit) model pengukuran menurut beberapa ukuran atau indeks goodness of fit-test di atas dapat dilihat dalam tabel 3.13 di bawah ini: Tabel 3.13 Kriteria dan Batas Penilaian Goodness of Fit-test Indeks Goodness of Fit-Test
Kriteria Model Fit
Batas Penilaian Model Fit
Chi Square (2)
0,00 (model fit sempurna)
Nilai 2 tabel
P-value
1,00 (model fit sempurna)
≥ 0,05 (model fit)
Roots means Square Error of Approximation (RMSEA)
0,00 (model fit sempurna)
≤ 0,08 (model fit)
Goodness-of-Fit Index (GFI)
0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)
≥ 0,90 (model fit)
Adjusted GFI (AGFI)
0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)
≥ 0,90 (model fit)
CFI
0,00 (model tidak fit) - 1,00 (model fit sempurna)
≥ 0,90 (model fit)
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
161
Sumber : disarikan dari Schumacker & Lomax (1996), Hair et al (1998), Ferdinand (2002), Kusnendi (2005), dan Wijanto (2008).
Sesuai dengan definisi operasional variabel yang telah dirumuskan, dalam penelitian ini terdapat delapan model pengukuran variabel yang hendak dikonfirmasi dengan data. Kedelapan variabel tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga variabel eksogen dan lima variabel endogen.
Model pengukuran
variabel selengkapnya dirinci dalam tabel-tabel di bawah ini:
Tabel 3.14 Model Pengukuran Variabel Eksogen Variabel Penelitian Kompetensi Dosen (KD)
Indikator
Persamaan Pengukuran
Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Kompetensi Sosial Kompetensi Kepribadian
Faktor Psikologis Mahasiswa (FP)
Sikap Persepsi Minat Motivasi
Pembelajaran yang dirasakan (PP)
Keterkaitan materi Pembelajaran kontekstual Dukungan lingkungan pembelajaran
X1 = 1 KD + d1 X2 = 2 KD + d2 X3 = 3 KD + d3 X4 = 4 KD + d4 X5 = 5 FP + d5 X6 = 6 FP + d6 X7 = 7 FP + d7 X8 = 8 FP + d8 X9 = 9 PP + d9 X10 = 10 PP + d10 X11 = 11 PP + d11
Tabel 3.15 Model Pengukuran Variabel Endogen Variabel Penelitian Pengetahuan Kewirausahaan (PK) Sikap terhadap Kewirausahaan (SK)
Indikator
Persamaan Pengukuran
Konsep dasar kewirausahaan Ide dan peluang kewirausahaan Manajemen bisnis kewirausahaan Penilaian terhadap profesi wirausaha Penilaian terhadap aktivitas
X12 = 12 PK + e12 X13 = 13 PK + e13 X14 = 14 PK + e14 X15 = 15 SK + e15 X16 = 16 SK + e16
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
162
Norma Sosial yang dirasakan (NS)
Efikasi Diri (ED)
Intensi Kewirausahaan (IK)
kewirausahaan Penilaian terhadap pilihan karir berwirausaha dan peluangnya. Persesi tentang pandangan masyarakat terhadap profesi wirausaha Persepsi tentang kebiasaan masyarakat Keberadaan model yang memberi inspirasi kewirausahaan Keyakinan akan potensi diri untuk menjadi wirausaha Keyakinan akan kesuksesan usaha Keyakinan akan tetap survive Tekad yang kuat untuk menjadi wirausahawan Persiapan diri Berani mencoba
X17 = 17 SK + e17 X18 = 18 NS + e18 X19 = 19 NS + e19 X20 = 20 NS + e20 X21 = 21 ED + e21 X22 = 22 ED + e22 X23 = 23 ED + e23 X24 = 24 IK + e24 X25 = 25 IK + e25 X26 = 26 IK + e26
3.6.3. Analisis Jalur Tujuan utama dari penelitian ini adalah selain ingin menguji model konstruksi teoritis setiap variabel yang diteliti, juga ingin menguji hubungan kausal antar variabel penelitian. Untuk memenuhi kedua tujuan tersebut, teknik analisis yang digunakan dipilih analisis jalur (path analysis). Pertimbangannya adalah hubungan antar variabel yang terdapat dalam model merupakan hubungan kausal langsung dan tidak langsung. Di samping itu, model tersebut merupakan sebuah „recursive system’ karena antara variabel eksogen dan endogen dalam model tidak terdapat hubungan resiprokal (reciprocal causations) (Blalock, 1964; Heise, 1969; Johnson dan Wichern, 1992). Seperti telah dijelaskan di muka, dalam penelitian ini ada 5 (lima) hipotesis yang akan diuji. Kelima hipotesis tersebut apabila dinyatakan menurut format analisis jalur dapat diperagakan dalam bentuk diagram jalur lengkap sebagai berikut: Iskandar, 2012 e2 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan SK Tinggi di Wilayah e3 Cirebon KD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ρ 54 e1 ρ 85
ρ 41
NS
ρ 64
ρ 86
163
Di mana: KD = Kompetensi Dosen; FP = Faktor Psikologis Mahasiswa; PP = Pembelajaran yang Dirasakan; PK = Pengetahuan Kewirausahaan; SK = Sikap terhadap Kewirausahaan; NS = Persepsi tentang Norma Sosial yang Dirasakan; ED = Efikasi Diri; dan IK = Intensi Kewirausahaan.
Gambar 3.1. Diagram Jalur Lengkap Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan rumusan hipotesis penelitiannya, dalam diagram jalur lengkap tersebut terdapat 5 (lima) model yang akan dikonfirmasikan dengan data. Kelima model tersebut dapat dirumuskan secara matematis ke dalam persamaan struktural sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.16 berikut ini:
Tabel 3.16 Persamaan Struktural Model Penelitian Model
Persamaan Struktural
PK
PK = ρ41KD + ρ42FP + ρ43PP + e1
SK
SK = ρ54PK + e2
e2
SK Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam KD Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan ρ 54 e1 ρ 41 Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di WilayahNS Cirebon ρ 64 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu FP PK
ρ 42
ρ 43
ρ 86
e3 ρ 85 ρ 86 IK
164
NS
NS = ρ64PK + e3
ED
ED = ρ74PK + e4
IK
IK = ρ94PK + ρ95SK + ρ96NS + ρ97ED + e5
Keterangan: PK = Pengetahuan Kewirausahaan; KD = Kompetensi Dosen; FP = Faktor Psikologis Mahasiswa; dan PP = Pembelajaran yang dirasakan; SK = Sikap terhadap Kewirausahaan; NS = Persepsi tentang Norma Sosial yang dirasakan; ED = Efikasi Diri; IK = Intensi Kewirausahaan.
Dalam model pada tabel 3.13. di atas, variabel PK, SK, NS, ED, dan IK adalah variabel endogen (endogenous variabels) yang dijelaskan dalam model. Sedangkan variabel KD, FP, PP, PK, SK, NS dan ED adalah variabel eksogen (exogenous variabels) yang tidak dijelaskan dalam model. Sementara e1 sampai dengan e5 adalah error variabels yaitu semua variabel eksogen yang tidak diobservasi. Statistik ρij dalam model adalah taksiran parameter koefisien jalur atau disebut juga sebagai standardized path coefficient yang didefinisikan sebagai berikut (Ching, 1975:103; Land, 1996:9; Schumacker dan Lomax, 1996:35; Sitepu, 1994:19):
ij
sk sy
k (bk )
CR ij rYX J j i
Dimana ; Sk = Standar deviasi Variabel Eksogen (independen) Sy = Standar deviasi Variabel endogen (dependen) by = Koefisien regresi yang tidak distandarkan dalam persamaan struktural yang dianalisis CRij = Elemen baris ke-i dan kolom ke-j dari matriks balikan (inversi) yang dianalisis r XYj = Korelasi antar variabel Y dengan variabel Xi
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
165
Statistik emenunjukan faktor residual, yaitu besarnya variansi yang tidak i terjelaskan yang bersumber dari variabel eksogen lain yang tidak diobservasi. Besarnya variansi yang tidak terjelaskan didefinisikan oleh persamaan berikut : ei = 1- Rij2 (Land, 1996: 20; Schumacker dan Lomax, 1996: 42) Statistik
Rij2
adalah koefisien determinasi yang menunjukan besarnya
variansi yang terjelaskan oleh model atau besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel independen (eksogen) terhadap variabel dependen (endogen) yang terdapat dalam model yang dianalisis. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rij2 ( ij )(rij ) (Ching,1975:119; Schumacker dan Lomax, 1996:41-42). Statistik
rij dalam rumus diatas adalah koefisien korelasi (zero order
correlation) antara variabel eksogen i dengan variabel endogen j . Secara individual, pengajuan koefisien jalur dilakukan melalui uji statistik uji t. Kriteria uji adalah, Ho ditolak jika nilai t hitung lebih besar dengan nilai t tabel dengan tingkat kesalahan (ά) yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, tingkat kesalahan yang ditolerir ditetapkan sebesar 0,05 uji satu pihak. Untuk model analisi jalur, suatu model yang dihipotesiskan dikatakan fit dengan data apabila matriks korelasi sampel tidak berbeda dengan matriks korelasi populasi yang estimasi (Shumacker dan Lomax, 1996; Ching, 1975; Ferdinand, 2002; Bachrudin dan Tobing, 2003). Karena itu, bentuk umum
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
166
hipotesis statistik analisis jalur untuk pengujian overall model fit dirumuskan sebagai berikut: Ho H1
: R = R(θ) : Tidak ada perbedaan antara matriks korelasi sampel dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi : R ≠ R(θ): Terdapat perbedaan antara matriks korelasi sampel dengan matriks korelasi populasi yang diestimasi
Sementara itu bentuk hipotesis analisis jalur untuk pengujian hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: H0
: ρij = 0 :
H1
: ρij > 0 :
Secara individual variabel endogen tidak dipengaruhi oleh variabel eksogen. Secara individual variabel endogen dipengaruhi secara positif oleh variabel eksogen.
Mengacu pada paparan di atas, maka dirumuskan rancangan pengujian hipotesis penelitian sebagaimana dijelaskan Tabel 3.17 di bawah ini: Tabel 3.17 Rancangan Pengujian Hipotesis Pengujian
Hipotesis Statistik
Statistik Uji
Kreteria Uji
Model Keseluruhan (overall Model Fit)
H0 : R = R(θ):
Matrik korelasi antar variabel KD,FP,PP,PK, SK,NS,ED, dan IK sampel tidak berbeda dengan matrik korelasi populasi.
X2, P-value, RMSEA, GFI, AGFI, CFI
Diharapkan H0 gagal ditolak, jika: X2 hit < X2tab P ≥ 0,05 RMSEA ≤ 0,08 GFI, AGFI, dan CFI ≥ 0,90
H1 : R ≠ R(θ):
Matrik korelasi antar variabel KD,FP,PP,PK, SK,NS,ED, dan IK sampel berbeda dengan matrik korelasi populasi. Nilai t
Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05
Model PK (Hipotesis Pertama)
H0 : ρij = 0:
Secara individual, PK tidak dipengaruhi oleh KD, FP, dan PP.
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
167
Pengujian
Model SK (Hipotesis Kedua)
Model NS (Hipotesis Ketiga)
Model ED (Hipotesis Keempat)
Model IK (Hipotesis Kelima)
Hipotesis Statistik H1 : ρij > 0:
Secara individual, PK dipengaruhi positif oleh KD, FP, dan PP.
H0 : ρij = 0:
Secara individual, SK tidak dipengaruhi oleh PK.
H1 : ρij > 0:
Secara individual, SK dipengaruhi positif oleh PK.
H0 : ρij = 0:
Secara individual, NS tidak dipengaruhi oleh PK.
H1 : ρij > 0:
Secara individual, NS dipengaruhi positif oleh PK.
H0 : ρij = 0:
Secara individual, ED tidak dipengaruhi oleh PK.
H1 : ρij > 0:
Secara individual, ED dipengaruhi positif oleh PK.
H0 : ρij = 0:
Secara individual, IK tidak dipengaruhi oleh PK, SK, NS, dan ED.
H1 : ρij > 0:
Secara individual, IK dipengaruhi positif oleh PK, SK, NS, dan ED.
Statistik Uji
Kreteria Uji
Nilai t
Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05
Nilai t
Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05
Nilai t
Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05
Nilai t
Diharapkan H0 ditolak, jika: nilai t > ttab pada α: 0,05
Dalam format analisis jalur, pengaruh antar variabel yang terdapat dalam model yang dianalisis dibedakan menjadi tiga yaitu, pengaruh langsung (direct causal effects, DCE), pengaruh tidak langsung (indirect causal effects, ICE), dan pengaruh total (total causal effects, TCE), (Maruyama, 1998; Finney, 1972; Green, 1972; Fox, 1980; Bollen, 1987). Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
168
Pengaruh langsung (DCE) adalah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel endogen lain. Besarnya pengaruh langsung ini ditunjukkan oleh besar kecilnya taksiran parameter koefisien jalur. Pengaruh tidak langsung (ICE) adalah pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel endogen lain sebagai variabel perantara. Besarnya pengaruh tidak langsung ditunjukkan oleh hasil kali antara koefisien jalur variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model. Berdasarkan pengaruh langsung dan tidak langsung selanjutnya dapat ditentukan besarnya pengaruh total (TCE) dengan cara menjumlahkan keduanya. Jadi TCE = DCE + ICE. Dengan demikian dalam format analisis jalur, hubungan yang sifatnya non kausalitas seperti hubungan korelasional antar variabel eksogen tidak dimasukkan dalam perhitungan pengaruh antar variabel (Kusnendi, 2005). 3.6.4. Kriteria yang Digunakan Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, hasil penelitian perlu diinterpretasikan secara kualitatif. Sebagaimana diketahui, sisi diagnostik suatu proses pengukuran adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor yang diperoleh (Azwar, 2010). Karena itu, supaya skor yang diperoleh dapat diinterpretasikan secara kualitatif, maka diperlukan suatu kriteria pengkategorian tertentu.
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
169
Menurut Saifuddin Azwar (2010:106-107) salah satu cara kategorisasi subjek secara normatif dengan memanfaatkan statistik deskriptif adalah kategorisasi berdasarkan model distribusi normal. Model ini mengasumsikan bahwa skor subjek dalam sampel merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi yang terdistribusi secara normal. Dengan demikian peneliti dapat membuat skor teoritis yang terdistribusi menurut model normal. Sejalan dengan penjelasan di atas, dalam penelitian ini interpretasi kualitatif terhadap skor variabel penelitian dikategorikan menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Khusus untuk variabel sikap kewirausahaan penyebutannya menjadi positif, netral, dan negatif. Sementara untuk variabel intensi kewirausahaan sebutan kategorinya adalah kuat, moderat, dan lemah. Kriteria yang digunakan mengacu kepada model pendekatan distribusi normal sebagaimana dikemukakan oleh Azwar (2010:109) sebagai berikut: X < (µ - 1,0σ)
: rendah/lemah/negatif
(µ - 1,0σ) ≤ X ≤ (µ +1,0σ) : sedang/cukup/netral X > (µ +1,0σ)
: tinggi/kuat/positif
Keterangan: X = skor rata-rata empiris µ = skor rata-rata teoritis σ = skor simpangan baku teoritis
Berdasarkan model di atas, maka interpretasi kualitatif terhadap skor variable kompetensi dosen, faktor psikologis mahasiswa, proses pembelajaran Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
170
yang dirasakan, norma sosial yang dirasakan, dan efikasi diri penelitian akan menggunakan pedoman kategorisasi sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.18 berikut ini: Tabel 3.18 Kategorisasi Tingkat Kompetensi Dosen, Faktor Psikologis Mahasiswa, Proses pembelajaran, Norma Sosial, dan Efikasi Diri Skor Skala Min.
Maks.
Rentang
1
4
3
Skor σ
Skor µ
Interval Skor
Kategori
0,5
2,5
1,00 – 1,99
Rendah/Negatif
2,00 – 3,00
Sedang/Netral
3,01 – 4,00
Tinggi/Positif
Sedangkan untuk variabel sikap kewirausahaan dan intensi kewirausahaan interpretasi kualitatifnya menggunakan pedoman kategorisasi sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.19 berikut ini: Tabel 3.19 Kategorisasi Tingkat Sikap Terhadap Kewirausahaan dan Intensi Kewirausahaan Skor Skala Min.
Maks.
Rentang
1
5
4
Skor σ
Skor µ
Interval Skor
Kategori
0,67
3
1,00 – 2,32
Negatif/Lemah
2,33 – 3,67
Netral/Moderat
3,68 – 5,00
Positif/Kuat
Sementara khusus untuk variabel pengetahuan kewirausahaan, interpretasi kualitatif terhadap skor yang diperoleh mahasiswa
menggunakan pedoman
kategorisasi sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3.20 berikut ini:
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
171
Tabel 3.20 Kategorisasi Tingkat Pengetahuan Kewirausahaan Skor Skala Min.
Maks.
Rentang
1
20
19
Skor σ
Skor µ
Interval Skor
Kategori
3,17
10,5
1,00 – 7,32
Rendah
7,33 – 13,67
Sedang
13,68 – 20,00
Tinggi
Iskandar, 2012 Efektivitas Pendidikan Kewirausahaan Dalam Mengembangkan Intensi Kewirausahaan Mahasiswa : Studi Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi Kewirausahaan Mahasiswa Berdasarkan Pendekatan ”Entrepreneurial Intention-based Models” pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Wilayah Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu