BAB III KONSEP, PROSES PENCIPTAAN DAN VISUALISASI KARYA
3.1. KONSEP PENCIPTAAN Penulis mengambarobjek secara langsung dilokasi yaitu Gedung Sate di Kota Bandung Jawa Barat Indonesia. Ketika penulis berada di lokasi yaitu di Gedung Sate Bandung, penulis mengamat-amati bangunan Gedung Sate tersebut sambil berkeliling-keliling disekitar bangunan Gedung Sate tersebut berada dengan berjalan kaki sambil membawa peralatan menggambar yaitu papan Gambar, Kertas, Pensil. Penulis melakukan pengamatandan analisa lapangan pada bangunan arsitektur Gedung Sate dari berbagai sudut dan beserta bagianbagiannya, kemudian berusaha untuk menangkap bentuk-bentuk yang menarik pada bangunan Gedung Sate tersebut yang mengandung unsur keindahan bentuk yang terdapat dalam bangunan, lalu memikirkan apa yang ditangkap dari objek hasil pengamatan tersebut lalu diresapi dengan jiwa dan kemudian merenungkan apa yang dialami dari peristiwa tersebut dan mulai menangkap intisari dari bentuk-bentuk bangunan tersebut. Setelah agak lama mengamati lalu penulis mulai bergegas mempersiapkan peralatan menggambar, lalu mulai memindahkan hasil
proses
pengamatan
yang
terlebih
dahulu
di
abstraksikan
lalu
mengekspresikanya dengan membuat garis-garis yang merepresentasikan intisari bentuk-bentuk bangunan tersebut pada secarik kertas. Lalu melakukannya lagi sampai menghasilkan sketsa sebanyak 20 lembar. Penulis mensketsa dengan cepat apa yang ditangkap dari pengamatan terhadap bangunan Gedung Sate bandung yang sudah melalui proses abstraksi atau pengambilan intisari. Lalu mencarisudut-sudut lainya pada bagian-bagian bangunan di sekitar bangunan Gedung Sate lalu mengamat-amati dan memikirkannya lalu merasakannya dan meresapinya dengan jiwa dengan
memusatkan perhatian pada objek yang di tuju lalu menangkap sesuatu intisari dari
objek
tersebut
dan
berusaha
untuk
mengekspresikannya
dengan
mengambarnya secara cepat, kurang lebih begitu seterusnya.Dibutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat mengabtraksikan obyek.kebetulan penulis datang langsung ke lokasi yaitu Gedung Sate sebanyak tiga kali, yang pertama penulis mengalami kesulitan untuk mengabstraksikan objek karena butuh waktu untuk beradaptasi lagi dengan Gedung Sate karena sudah lama tidak berkunjung kesana dan saya pun mencari waktu yang tepat untuk datang ke lokasi dikarenakan sering adanya demonstrasi massa di gedung sate bandung. Yang kedua kalinya penulis mencobanya lagi tetapi kurang berhasil dan pada yang ketiga kalinya penulis berhasil dan cukup memuaskan karena pada hari itu situasi dan kondisi memang kondusif, kebetulan hari itu tdak ada demonstrasi sehingga dapat melakukan aktivitas dengan aman dan nyaman dan bersyukur karena pada waktu itu tidak ada hambatan sehingga dapat melakukan kegiatan dengan lancar. Penulis memiliki keinginan untuk mengekspresikan gagasan menjadi sebuah karya yang muncul dari kesadaran, sehingga membutuhkan kebebasan dalam mengekspresikan gagasan tanpa harus terbelenggu oleh teori-teori seni yang sangat rumit dan tidak memuaskan yang seolah-olah memaksa harus mengikuti dan menganut teori-teori tersebut di dalam diri manusia yang pada akhirnya merubah cara pandang, pola pikir, kejiwaan dan mempengaruhi perasaan hati sehingga mengharuskan penganutnya untuk berkarya sesuai dengan pengarahan teori yang dianutnya secara paksa. Manusia-manusia seperti itu seperti sebuah produk hasil industri masal yang siap dijual dipasaran. Manusia seperti itu seperti sekumpulan robot yang di program untuk mentaati perintah sang programernya atau seperti sekumpulan tuyul yang di perintah si pemiliknya untuk mencari uang. Manusia yang berada dalam keadaan seperti demikian sesungguhnya berada dalam ketidaksadaran karena dia tidak bisa menggunakan penginderaan dan akal pikirannya beserta kemampuan jiwanya seperti perasaan hati yang dimilikinya secara mandiri untuk berbuat atau berkarya sesuai dengan kesadarannya. Tetapi yang terjadi adalah pengeksploitasian daya manusia seperti
penginderaan dan akal pikiran beserta seluruh aspek jasmani dan kejiwaan yang dimiliki oleh manusia yang secara massal di program oleh suatu sumber yang memiliki kekuasan politik dan ekonomi untuk mengubah keadaan, tatanan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupan termasuk kesenian sesuai dengan perintahnya. Apakah ini semua ada hubungannya dengan kejadian kelam di masa lampau yang sampai sekarang menghantui umat manusia pada umumnya dan bangsa Indonesia secara khususnya yang masih dipengaruhi oleh Ideologi Komunisme, Fasisme dan Kapitalisme baik secara terang-terangan maupun sembunyi- sembunyi yang merasuk kedalam seluruh aspek kehidupan manusia mulai dari pikiran, kejiwaan, hati nurani perorangan, keluarga, masyarakat, bangsa dan umat manusia yang mempengaruhi kesenian, kebudayaan, agama, pendidikan, ekonomi, hokum dan politik. Manusia secara perorangan mempunyai hak untuk menggunakan segenap daya kemampuan jasmani dan rohani yang dimilikinya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya termasuk aktivitas berkesenian.Manusia juga memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan manusia lainya. Dan sudah seharusnya manusia yang hidup berkelompok itu hidup berdampingan tanpa harus menghilangkan
hak-hak
perorangan,
singkat
kata:
Bersosialisasi
tanpa
Deindividualisasi. Sehingga manusia dapat menjalani kehidupannya dengan kesadaran sehingga dapat memberikan kepuasan jasmani dan rohani. Setiap manusia itu pada dasarnya memiliki Ego, yang dalam bahasa yunani artinya ‘Saya’. Apa maksudnya ‘Ego adalah Saya’ ?yang di maksud dengan ‘Saya’ yaitu individu, dan setiap individu mempunyai ‘Keinginan’ , jadi Ego adalah Keinginan. Setiap manusia baik secara perorangan maupun kelompok memiliki
keinginan,
yaitu
‘Keinginan
akan
Sesuatu’,
sesuatu
yang
dikehendakinya, dibutuhkannya yang dapat memuaskannya sehingga mencapai kebahagian. Keinginannya itu sangat beragam, keinginan akan kebutuhan Sandang, Pangan dan Papan yang bersifat kongkrit. Kebutuhan Sandang contohnya Pakaian,baju, celana dan sebagainya. Kebutuhan Pangan contohnya Makanan dan Minuman Kebutuhan Papan contohnya Tempat Tinggal, Rumah,
Gedung dan sebagainya yang semuanya merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus di penuhi. Kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan Pendidikan, Kesehatan, Pemuasan hasrat Seksual yaitu Kawin dan sebagainya. Dan Kebutuhan yang ketiga yaitu kebutuhan akan keyakinan, kebenaran, keadilan, keamanan, ketuhanan dan sebagainya yang bersifat abstrak namun pada umumnya Ego atau keinginan itu tertuju pada Kebahagiaan. Bilamana semua Keinginan akan suatu kebutuhan manusia tersebut tidak bisa terpenuhi maka manusia mengalami ketidakpuasan akibat tidak terpenuhinya kebutuhan yang di inginkannya tersebut sehingga
dapat
mengarah
kepada
ketidaksenangan,
ketidakamanan,
ketidaknyamanan dan ketidakbahagian yang nantinya dapat memicu pertengkaran, perselisihan, permusuhan, pemberontakan,perampasan, pencurian, pemerkosaan, terror, kekacauan, kerusuhan, pembunuhan, peperangan dan sebagainya baik yang dilakukan secara perorangan maupun secara massal. Dan keseluruhan hal tersebut dapat membahayakan kelangsungan kehidupan umat manusia. Gagasan penulis sederhana, yaitu mengekspresikan gagasan yang didapat dari hasil abstraksi yang didapat dari apa yang penulis lihat, pikirkan dan rasakan di kehidupan yang penulis alami dengan cara mengekspresikanya melalui garis-garis yang berulang-ulang dan terus menerus,tahap demi tahap sehingga mewujud suatu bentuk tertentu yang merepresentasikan gagasan sehingga menjadi sebuah karya, tetapi dalam kesempatan kali ini penulis secara khusus memilih satu objek yang menjadi pusat perhatian penulis yaitu gedung sate bandung, alasan penulisuntuk memilih objek ini selain karena gedung sate merupakan ikon kota bandung dan karena penulis sendiri merasa memiliki kedekatan emosional dengan bangunan gedung sate tersebut karena sejak kecil penulis sering berkunjung kesana dan sampai sekarangpun penulis masih sering melewati jalan tempat gedung sate itu berada sehingga memunculkan kesan tersendiri penulis, sehingga memunculkan
yang mendalam dalam diri
keinginan dalam diri pribadi untuk
menuangkannya dalam suatu karya seni. Dalam kesempatan kali ini yaitu pembuatan karya yang di tujukan untuk tugas akhir ini penulis memilih untuk membatasi objek agar fokus atau memusatkan perhatian kepada satu objek yang
akan menjadi sumber gagasan dalam berkarya yang melalui proses abstraksi atau pengambilan intisari menurut perspektif penulis sendiri, itulah yang penulis maksudkan mengenai judul tugas akhir ini yaitu “ perspektif abstrak”, perspektif atau sudut pandang penulis sendiri dalam mengabstraksi atau mengambil suatu intisari dari suatu kejadian, keadaan atau objek yang menjadi fokus atau pusat perhatian penulis selama pembuatan karya.
3.2. PROSES PENCIPTAAN Media Penciptaan Seluruh Karya dibuat dengan menggunakan media Kertas, kecuali 7 karya lainya yang menggunakan Media Kanvas. Karya dibuat dengan menggunakan medium Kertas seluruhnya berukuran A4 (210 x 297 mm), dengan penggunaan berbagai macam jenis kertas lainya, tetapi keseluruhan karya dibuat dengan menggunakan Kertas Ca Grain Canson 180 gr, Hammer 100 gr dan HVS 80 gr. Kertas-Kertas lainnya yang penulis gunakan adalah kertas : Canson Dessin 90 gr, Concorde 220-1, CCM (Classic Columns) 145, ULF (Ultra Felt) 145-1, SF (Sundance Felt) 145-1, CLN (Classic Linen) 145, Kopenhagen 210 gr, TOM (Tomohawk) 64, TOM (Tomohawk) 118, CSS (Coronado) 145-1, AP (Art Paper) 210, KT (kartuTik) 210 gr, COG (Cougar Opaque) 64, SLF (Select Felt), CRL (Crushed Leaf) 145-1, EG (Evergreen) 145-7, Gloria 210 gr, Diamond 100 gr, BC.Lux 160 gr, Mat Paper 220 gr, Melon 200 gr, Akasia 200 gr. Masih adalagi beberapa jenis kertas yang didapatkan namun penulis merasakan ketidakcocokan untuk menggunakan kertas tersebut dikarenakan tekstur, warnanya yang tidak sesuai dan ketahanan kertas yang kurang baik yang dapat mengakibatkan kertas tersebut rusak sehingga tidak digunakan dalam berkarya. Penulis berkeinginan untuk mencari sendiri kertas ke berbagai tempat yang menyediakan peralatan tulis, gambar dan yang menjual berbagai macam kertas, disana penulis mengamati dan mempelajari dan mengajukan berbagai macam pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kertas kepada penjaga toko
tersebut.Penulis mencari tempat-tempat lainya yang menjual berbagai macam kertas di suatu toko yang menjual peralatan seni, desain dan arsitektur. Penulis menajukan beberapa pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kertas dan penulis diberi informasi mengenai berbagai macam kertas baik yang tersedia maupun yang tidak tersedia di toko tersebut dan mendapatkan data berupa daftar jenis Kertas, Nama kertas, warna kertas, Berat dan Ukuran kertas dan Harga kertas yang didapatkan dari penjaga toko. Disana penulis mendapatkan berbagai macam kertas dengan tekstur yang bermacam-macam, tetapi hanya mendapatkan sedikit macam kertas, karena menurut penjaga toko ada banyak sekali jenis kertas dan tidak semua kertas tersedia di toko tersebut sehingga penilis memilih beberapa kertas yang kira-kira cocok untuk digunakan dalam berkarya. Dan penulis menemukan berbagai macam kertas yang cocok untuk digunakan dalam berkarya drawing karena dari segi tekstur, warna dan ketahan kertas baik sehingga memudahkan untuk menggambar dan tidak mengalami banyak kesulitan sehingga melancarkan dalam proses pembuatan karya. Seluruh Kertas yang digunakan untuk berkarya adalah :Ca Grain Canson 180 gr, Canson Dessin 90 gr, Hammer 100 gr. HVS 80 gr, Concorde 220-1, CCM (Classic Columns) 145, ULF (Ultra Felt) 145-1, SF (Sundance Felt) 145-1, CLN (Classic Linen) 145, Kopenhagen 210 gr, TOM (Tomohawk) 64, TOM (Tomohawk) 118, CSS (Coronado) 145-1, AP (Art Paper) 210, KT (kartuTik) 210 gr, COG (Cougar Opaque) 64, SLF (Select Felt), CRL (Crushed Leaf) 145-1, EG (Evergreen) 145-7, Gloria 210 gr, Diamond 100 gr, BC.Lux 160 gr, Mat Paper 220 gr, Melon 200 gr, Akasia 200 gr. Semuanya berjumlah 25 lembar kertas yang berbeda dan semuanya itu digunakan sebagai media dalam berkarya. Seluruh kertas yang penulis gunakan seluruhnya berukuran A4, tetapi untuk sekarang ini masih mengikuti ukuran standar kertas yang sudah ada dan berlaku secara internasional.pemilihan media,ukuran kertas untuk berkarya disesuikan dengan keinginan atas dasar pertimbangan gagasan dalam berkarya. Pada proses pengerjaanya penulis merasakan adanya kecocokan dalam menggunakan kertas ukuran ini dikarenakan mudah dan sudah terbiasa,tetapi mungkin dilain waktu dan
di lain kesempatan mungkin penulis akan menggunakan ukuran kertas yang berbeda. Dalam pembuatan karya penulis tidak mengalami masalah dengan ukuran kertas yang digunakan malah sebaliknya merasakan kelancaran dan kemudahan dalam berkarya sehingga tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia yang diakibatkan dari kebingungan dalam persoalan teknis. Penulis menggunakan berbagai macam alat untuk berkarya yaitu; Pensil, Cat Air (Water Colours), Tinta China (China Ink), Tinta Pena Parkerdan berbagai macam Ballpoint, tetapi hampir keseluruhan karya dibuat dengan menggunakan Ballpoint. Penulis menggunakan ballpoint dari berbagai jenis dan merk, penulis mencoba untuk mencari keberbagai tempat untuk mencari Ballpoint yang kira-kira cocok buat berkarya. Jenis Ballpoint yang digunakan untuk berkarya ; Ballpoint Pen, Semi Gel Pen, dengan berbagai ukuran ; Medium Point 1.0 mm, Fine Point 0.7 mm, 0.5 mm dengan berbagai macam merk seperti ; Pilot, Kenko,Joyko, Zebra, Faster. Penulis merasakan kemudahan dan kelancaran dengan menggunakan ballpoint untuk mengekspresikan gagasan pada medium kertas. Jika dibandingkan dengan pensil, pensil warna, konte, charcoal dan crayon, ballpoint lebih cocok karena lebih lancar dalam membuat garis-garis yang berulang-ulang secara terusmenerus karena tidak cepat habis dan tidak usah diserut sehingga bisa digunakan terus smpai tinta yang ada didalam ballpoint tersebut habis. Berbeda sekali jika dibandingkan dengan pensil dan charcoal yang jika dipakai sebentar saja lalu harus diserut kembali dengan menggunakan alat penyerut atau alat lainya sehingga bisa digunakan kembali. Sehingga dalam hal ini penulis merasakan kecocokan dengan ballpoint sebagai alat yang digunakan penulis dalam berkarya karena mendapatkan kemudahan dan kelancaran dalam membuat garis sehingga penulis memilih ballpoint untuk di gunakan dalam membuat karya.
Garap Penciptaan Penulis membuat karya sebanyak 130 karya, 7 karya diantaranya menggunakan kanvas dengan ukuran 1 m x 1 m sebanyak 2 karya, 4 karya berukuran 1m x 80
cm, 1 karya berukuran 30 cm x 40 cm dan Sketsa sebanyak 20 karya dan karya drawing sebanyak 103 karya yang telah menghabiskan ballpoint sebanyak 118 batang ballpoint. Karya sketsa sebanyak 20 karya saya buat langsung dilokasi, karya drawing sebanyak 103 karya di buat dirumah dan karya drawing di kanvas sebanyak 7 karya saya buat dirumah.Keseluruhan Karya memiliki judul yang sama yaitu ‘Gedung Sate’, tidak ada judul yang berbeda pada karya lainya, karena fokus pada satu objek yaitu Gedung Sate sesuai dengan gagasan awal.Sehingga pada proses kreasinya dari tahap awal sampai tahap akhir hanya fokus atau memusatkan perhatian sesuai koridor gagasan awal, hanya di tambah nomor urutan pada bagian akhir judul dengan maksud untuk membedakan karya yang satu dengan karya yang lainya supaya tidak membingungkan. Keseluruhan karya sebanyak 130 karya, sebagian besar karya drawing dibuat dengan menggunakan ballpoint dengan cara freehand dan sebagian besar karya dibuat tanpa sketsa, langsung gambar dan dengan cara terus- menerus menggaris secara berulangulang dari awal sampai selesai, sehingga dari proses awal pembuatan karya sampai akhir memakan waktu yang banyak dan padat dan terkadang mengalami sedikit kebingungan karena terlalu sering menggambar. Dan hasil proses kreasi dari awal sampai akhir sampai mewujud suatu karya menghasilkan cukup banyak karya, 7 karya diantaranya menggunakan kanvas dengan ukuran 1 meter x 1 meter sebanyak 2 karya yang dibuat di rumah, 4 karya berukuran 1meter x 80 centimeter di buat dirumah, 1 karya berukuran 30 centimeter x 40 centimeterdibuat di rumah dan Sketsa sebanyak 20 karya dibuat langsung di lokasi dimana objek tersebut berada dan karya drawing sebanyak 103 karya dibuat dirumah terus-menerus sehingga waktu yang di butuhkan banyak dan padat dan dilakukan seorang diri tanpa dibantu oleh keluarga dan teman dari mulai tahap awal sampai tahap akhir, sungguh suatu aktivitas yang melelahkan yang menguras mental dan tenaga, puji syukur kepada tuhan sehingga karya dapat terselesaikan.
Deskripsi Penciptaan
Bahasa visual yang di gunakan dalam penggambaran tema tersebut adalah dengan menggunakan media kanvas dan ballpoint yang diolah kembali dalam proses ekspresi, komposisi dan bentuk melalui garis- garis yang berulang-ulang dan terus menerus sehingga mewujud suatu bentuk tertentu yang sesuai dengan gagasan. Penulis membuat karya sebanyak 130 karya, sebagian besar karya drawing dibuat dengan menggunakan ballpoint dengan cara freehand dan sebagian besar karya dibuat tanpa sketsa, langsung gambar dan dengan cara terus-menerus menggaris secara berulang-ulang dari awal sampai selesai, sehingga dari proses awal pembuatan karya sampai akhir memakan waktu yang banyak dan padat dan terkadang mengalami sedikit kebingungan karena terlalu sering menggambar.7 karya diantaranya menggunakan kanvas dengan ukuran 1 meter x 1 meter sebanyak 2 karya, 4 karya berukuran 1meter x 80 centimeter, 1 karya berukuran 30 centimeter x 40 centimeter dan Sketsa sebanyak 20 karya dan karya drawing sebanyak 103 karya dan telah menghabiskan ballpoint sebanyak 118 batang ballpoint.Keseluruhan Karya memiliki judul yang samayaitu ‘GedungSate’, tidak ada judul yang berbeda pada karya lainya, karena focus pada satu objek yaitu Gedung Sate sesuai dengan gagasan awal.Sehingga pada proses kreasinya dari tahap awal sampai tahap akhir hanya fokus atau memusatkan perhatian sesuai dengan gagasan awal, hanya di tambah nomor urutan pada bagian akhir judul dengan maksud untuk membedakan karya yang satu dengan karya yang lainya supaya tidak membingungkan.
Karya Sketsa
3.3. Visualisasi Karya
Karya yang akan ditinjau yaitu karya drawing di kanvas sebanyak 6 karya, 2 karya diantaranya berukuran 1meter x 1 meter, 4 karya berukuran 1meter x 80 centimeter.Karya ini merupakan karya yang utama.
karya 1
Gambar III.1“Gedung sate 1”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 1 m, 2011.
Pada proses pembuatannya, awalnya karya ini dibuat dengan cara di sketsa terlebih dahulu di sebuah kanvas berukuran 1 meter x 1 meter. Jenis kanvas yang digunakan adalah kanvas cat minyak dengan permukaan halus yang berwarna putih. Pemilihan kanvas jenis ini untuk digunakan dalam berkarya dirasakan cocok, karena mudah untuk digambar secara langsung dengan menggunakan ballpoint sehingga mengalami kelancaran dalam proses pembuatannya. Lalu pada
tahap selanjutnya adalah mulai menggambar dengan teknik freehand secara langsung di sebuah bidang kanvas dengan menggunakan sebuah ballpoint. Karya ini berangkat dari gagasan untuk mengambil inti sari bentuk bangunan arsitektur yang merepresentasikan gedung sate secara langsung dan singkat. Dalam karya ini terlihat sebuah bangunan arsitektur gedung sate dari tampak depan, saya mengambil posisi dari tampak depan karena menarik dan to the point Sehingga menghasilkan objek yang tegas dengan latar belakang awanawan yang menghiasi langit disekitar gedung sate dan terlihat ada beberapa jendela dan atap, pada bagian atas terdapat pilar-pilar kecil di atasnya terdapat suatu bentuk yang mirip dengan sate yang berjumlah enam buah. Dan keseluruhannya berwarna hitam dan putih.
Karya 2
Gambar III.2“Gedung sate 2”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 1 m, 2011.
Karya ini dibuat tanpa melalui sketsa terlebih dahulu, langsung gambar di kanvas dengan menggunakan ballpoint dengan teknik freehand.Media yang digunakan dalam karya ini adalah Kanvas. Kanvas yang digunakan adalah ukuran 1m x 1m jenis kanvas cat minyak berwarna putih dengan tekstur halus. Alat yang digunakan adalah ballpoint hitam.Pada tahap awal yaitu mempersiapkan diri dengan gagasan yang hendak diwujudkan. Lalu pada tahap selanjutnya adalah mulai menggambar dengan teknik freehand secara langsung di sebuah bidang kanvas dengan menggunakan sebuah ballpoint. Cara menggambarnya mula-mula dengan perlahan-lahan, menengah lalu dengan kecepatan tinggi seperti pemindahan transmisi gigi kendaraan bermotor yang dimulai dari gigi satu, dua, tiga dan seterusnya. Pada saat mulai menggaris dengan perlahan-lahan diri sendiri merasakan lingkungan sekitar masih wajar lalu mulai untuk mengerahkan segala daya dan kemampuan yang dimiliki berupa tubuh,akal pikiran, jiwa dan hati nurani,tetapi ketika mulai menambah kecepatan sedikit demi sedikit sampai pada batas kemampuan yang dimiliki, diri sendiri seolah-olah berada dalam suatu
wilayah tak bertuan yang tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sesuatu yang tidak biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun hal tersebut tidak lantas membuat diri hilang ingatan lalu menjadi gila.Tetapi tetap berada dalam kesadaran. Sehingga ketika berhenti sejenak karena ballpoint kehabisan tinta dan mengambil ballpoint yang baru untuk meneruskannya lagi, diri sendiri merasakan keasingan terhadap lingkungan sekitar seolah-olah telah melakukan perjalanan batin ke suatu tempat antah-barantah yang tidak berpenghuni. Ketika berhenti sejenak karena kelelahan penulis dengan kesadarannya berusaha untuk mengerti apa yang telah dialami oleh diri sendiri ketika hal tersebut terjadi. Penulis menangkap sesuatu bahwa telah terjadi suatu proses peralihan dari sesuatu yang kongkrit ke sesuatu yang bersifat abstrak, dari fisik menuju nonfisik, dari sesuatu yang bersifat duniawi menuju ke sesuatu yang bersifat rohani melalui konsentrasi penuh. Pemilihan Ballpoint untuk digunakan dalam berkarya adalah warna Hitam untuk memaksudkannya sebagai suatu ketegasan dan kekuatan yang tanpa basa-basi menggores-gores permukaan kanvas yang berwarna putih suci lagi bersih.Seolah olah kanvas tersebut meraung-raung akibat merasakan kesakitan yang luar biasa.Dengan menggunakan tangan kanan yang memegang sebuah ballpoint yang di goreskan secara langsung di sebuah bidang kanvas yang dilakukan berulangulang dan terus-menerus sehingga menghasilkan garis-garis yang kuat dan ekspresif. Dengan penuh konsentrasi dan penjiwaan yang kuat lalu mulai mengekspresikan gagasan secara langsung di kanvas dengan cara menggaris berulang-ulang secara terus menerus sehingga mewujud suatu bentuk yang merepresentasikan gagasan. Karya ini mengambil sudut pinggir dari halaman depan gedung sate, karena sangat menarik bentuknya jika dilihat dari sebelah pinggir. Ini adalah bagian atas tampak depan gedung sate dengan pilar-pilar kecil dari sana orang bisa melihat sekitarnya dari depan, belakang, kanan dan kiri seolah-olah tempat tersebut dijaga oleh manusia-manusia yang mengawasi lingkungan sekitarnya dan pada bagian paling atas yaitu terlihat benda-benda bulat yang mirip sate atau jambu air yang
berjumlah enam buah beserta tusuknya yang secara historis melambangkan enam juta gulden yaitu banyaknya biaya yang dikeluarkan. Bagian ini yang diambil karena merepresentasikan bangunan gedung sate secara keseluruhan dari sekian luasnya bangunan Gedungsate. Latar belakang yaitu awan-awan yang menghiasi bagunan Gedungsate.Terlihat sebuah bangunan tua yang tetap berdiri kokoh walaupun zaman telah berubah menandakan betapa kuatnya bangunan tersebut.
Karya 3
Gambar III.3“Gedung sate 3”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 80 cm, 2011.
Karya 3 dibuat tanpa melalui sketsa terlebih dahulu, langsung gambar di kanvas dengan menggunakan ballpoint dengan teknik freehand.Media yang digunakan dalam karya ini adalah Kanvas. Kanvas yang digunakan adalah ukuran 1m x 80 cm jenis kanvas cat minyak berwarna putih dengan tekstur halus. Alat yang digunakan adalah ballpoint hitam. Bagian ini diambil dari bangunan gedung sate di bagian depan halaman gedung sate. Ini merupakan sebuah jendela yang terdapat di bagian atas posisinya ditengah bangunan gedungsate tampak depan dengan tiga buah kaca terpasang di bagian tengah, kiri dan kanan. Bagian ini menarik karena seolah-olah dari dalam jendela tersebut terdapat mata yang mengawasi aktifitas orang diluar gedung tersebut. Terlihat jendela tersebut tetap berdiri kokoh dan kuat walaupun diguyur hujan dan terkena terik sinar matahari.
Karya 4
Gambar III.4“Gedung sate 4”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 80 cm, 2011.
Karya ini langsung gambar di kanvas dengan menggunakan ballpoint berwarna hitam dengan teknik freehand.Media yang digunakan dalam karya ini adalah Kanvas. Kanvas yang digunakan adalah ukuran 1m x 80 cm jenis kanvas cat minyak berwarna putih dengan tekstur halus. Terlihat sebuah yang pilar besar, pilar yang serupa tersebut banyak terdapat di bangunan Gedung sate. Tampak sebuah
pilar
besar
yang
kokoh
tegak
berdiri
menopang
bangunan
Gedungsate.Bagian sudut pilar ini sangat menarik seolah-olah ingin menandakan suatu kekuatan tertentu yang berkaitan dengan kekuasaansekelompok manusia yang mempunyai wewenang untuk mengatur warganya. Ketika berada di lokasi gedung tersebut berada tampak dari kejauhan pilar yang besar tersebut sangat kuat dan kokoh menopang bangunan Gedungsate dari waktu ke waktu
Karya 5
Gambar III.5“Gedung sate 5”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 80 cm, 2011.
Karya 5 dibuat tanpa sketsa terlebih dahulu, langsung gambar di kanvas dengan menggunakan ballpoint dengan teknik freehand.Media yang digunakan dalam karya ini adalah Kanvas. Kanvas yang digunakan adalah ukuran 1m x 80 cm jenis kanvas cat minyak berwarna putih dengan tekstur halus. Alat yang digunakan adalah ballpoint hitam. Tampak depan sebuah jendela pintu yang besar, jendela pintu serupa ini banyak ditemui di sekitar bangunan gedung sate, jendela pintu yang terdiri dari bahan kayu dan kaca, dibalik jendela pintu tersebut terdapat sebuah gorden berbahan kain yang bagus. Komposisi karya ini berwarna hitam dan putih.
Karya 6
Gambar III.6“Gedung sate 6”, Ballpoint diatas Kanvas, 1 m x 80 cm, 2011.
Karya ini dibuat dengan cara langsung gambar di kanvas dengan menggunakan ballpoint dengan teknik freehand. Media yang digunakan dalam karya ini adalah Kanvas. Kanvas yang digunakan adalah ukuran 1m x 1m jenis kanvas cat minyak berwarna putih dengan tekstur halus. Alat yang digunakan adalah ballpoint hitam. Bentuk ini diambil dari bangunan gedung sate yang paling atas, ini merupakan bentuk sate yang berjumlah 6 buah dengan latar belakang awan yang menghiasi langit diatas gedung sate.
Karya Drawing