BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN
A. Ide Berkarya Waktu merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari rutinitas kehidupan manusia, tanpa waktu manusia akan sulit menjalankan kewajibannya. Waktu adalah bagian dari struktur dasar dari alam semesta, sebuah dimensi di mana peristiwa terjadi secara berurutan. Waktu merupakan suatu dimensi di mana terjadi peristiwa yang dapat dialami dari masa lalu melalui masa kini ke masa depan, dan juga ukuran durasi kejadian dan interval. Penunjuk waktu yang kita pakai sekarang ini adalah penunjuk waktu yang dipakai masyarakat dunia karena dinilai sebagai alat yang praktis, jam yang kita pakai sekarang merupakan perkembangan dari jam Matahari. Sampai saat ini jam Matahari dipakai orang tidak lebih sebagai ornamen yang memberikan aksentuasi tentang keantikan dan keilmuan yang terus dipelihara mengenai bagaimana orang mengidentifikasikan waktu mereka, bahkan terus diabadikan dalam sejarah kebudayaan manusia modern. Jam Matahari kemudian terus dibangun dan digunakan sebagai landmark atau elemen penanda taman kampus-kampus ternama, seperti jam Matahari atau sundial yang menjadi landmark Kota Baru Parahyangan. Bentuk visual karya grafis alumunium lithografi dengan menggunakan objek gedung Sundial Kota Baru Parahyangan dibuat ke dalam bentuk sebuah simbol dan mengandung misi yang ingin disampaikan penulis dalam upaya mengingatkan pentingnya waktu bagi semua kalangan masyarakat khususnya bagi penulis. Penggunaan teknik alumunium lithografi (Alugrafi) dalam karya ini penulis anggap dapat mewakili pesan mengingat teknik ini dipakai sebagai media informasi pada masa sebelum berkembangnya mesin cetak. Sedangkan objek yang akan dibuat adalah gedung Sundial yang penulis anggap dapat mewakili konsep dan pesan yang ingin disampaikan pada seluruh masyarakat akan pentingnya waktu.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
30
Dari instrumen inilah penulis menggabungkan beberapa gagasan waktu ke dalam sistem pengukuran jam Matahari atau Sundial sebagai simbolisasi waktu, dengan menampilkan objek gedung Sundial Kota Baru Parahyangan. Proses penciptaan karya yang penulis ciptakan, tidak terlepas dari konsep yang menjadi dasar pemikiran dalam membuat suatu karya. Penulis merasa mempunyai keterlibatan penting untuk mengubah pola hidup disiplin dengan mengatur manajemen waktu. Setelah melalui tahap pencarian ide dalam pembuatan karya ini, selanjutnya penulis menentukan jenis karya serta teknik yang akan digunakan dalam pembuatan karya tersebut. Teknik yang akan dipakai adalah teknik cetak datar alumunium lithografi (Alugrafi).
B. Kontemplasi Kontemplasi adalah proses merenungkan atau berpikir untuk mencari nilainilai yang bermakna. Tahapan ini sangat penting untuk seniman dalam membuat karya, di dalamnya terjadi proses kepekaan dan kepedulian untuk mengolah keterampilan dan diaplikasikan ke dalam material yang dipilih sesuai dengan kemampuan teknik, penggunaan alat dan bahan, serta pengolahan unsur seni. Pendalaman dan pengolahan ide dituangkan ke dalam bentuk visual. Dalam hal ini, penyusun menghadirkan objek sebagai ide berkarya seni grafis dengan menggunakan alugrafi atau alumunium lithografi. Pada dasarnya, proses kontemplasi tidak bisa diremehkan oleh seorang seniman. kontemplasi adalah perenungan yang di dalamnya terdapat proses pemikiran untuk merencanakan karya yang akan dibuat. Proses inilah yang memutuskan ada atau tidak adanya gagasan dalam karya yang kita buat. Terdapat beberapa cara melakukan kontemplasi tergantung dengan pribadi seniman untuk melakukannya, untuk merenungkan sebuah ide yang akan dibuat menjadi sebuah karya seni. Penulis juga tidak melewatkan proses kontemplasi ini, salah satunya dengan cara menyendiri dengan mendengarkan alunan musik dengan genre berbeda-beda.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
31
Hal ini yang dirasakan penulis sebagai cara yang efektif untuk merenungkan apa yang harus dibuat untuk dijadikan sebuah karya seni.
C. Stimulasi Stimulus adalah rangsangan yang memberi inspirasi dalam menciptakan suatu karya seni yang menjadi pemicu kreatifitas dalam proses penciptaan. Pada tahap ini penulis melakukan beberapa kegiatan, seperti observasi dan memotret Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan guna studi literatur maupun studi pengenalan teknis.
Gambar 3.1. Sundial Kota Baru Parahyangan Sisi Perspektif pada Malam Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
Gambar 3.2. Sundial Kota Baru Parahyangan Tampak Depan di Pagi Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.3. Sundial Kota Baru Parahyangan pada Siang Hari (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
D. Penetapan Teknik Teknik yang digunakan pada proses berkarya adalah dengan menggunakan teknik alumunium lithografi (alugrafi), atau teknik cetak datar pada media alumunium sebagai cetakan. Mengaplikasikan warna polikromatik pada teknik ini dan dicetak pada kertas 125 gram. Mengolah objek Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan, dengan tekstur crayon. Alumunium lithografi (alugrafi) adalah seni grafis dengan cetak datar, dengan menonjolkan goresan pensil lemak, seperti dermatograph dan oil pastel. Namun dalam penggunaan pensil, penyusun memilih untuk menggunakan pensil alis (eye liner) yang mengandung lemak.
E. Pemilihan Alat dan Bahan Beberapa proses yang dilakukan dalam penciptaan karya tugas akhir ini meliputi, kegiatan persiapan, termasuk mempersiapkan kebutuhan dalm pembuatan karya seni grafis teknik alumunium lithografi ini. Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses berkarya seni grafis teknik alumunium lithografi (alugrafi): 1.
Alumunium, alumunium 60 ml ini dipilih karena ketebalan yang cukup untuk membuat cetakan lebih dari satu untuk setiap platnya.
Gambar 3.4. Alumunium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
2. Tinta cetak offset merek Peony.
Gambar 3.5. Tinta Cetak Offset Merek Peony (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Terpentin, terpentin digunakan untuk membersihkan lemak setelah diolesi gom arab yang telah dicampur dengan phosporic acid, dan untuk membersihkan alat-alat setelah mencetak.
Gambar 3.6. Terpentin (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
4. Phosporic Acid, untuk campuran Gom Arab yang berfungsi mengubah bagian lemak untuk sensitif terhadap tinta cetak. Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Gambar 3.7. Phosporic Acid (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
5. Gom Arab, Gom Arab adalah sejenis bahan dasar lem. Pada teknik ini gom arab dipakai untuk memisahkan gambar yang berlemak pada permukaan plat, dengan cara dicampuri phosporic acid.
Gambar 3.8. Gom Arab (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
6. Botol kaca, penyimpanan aspaltun dan campuran gom dengan phosporic acid tidak boleh terkena udara, botol kaca adalah botol yang efektif untuk menyimpan cairan dari aspaltun dan juga gom.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Gambar 3.9. Botol Kaca (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
7. Aspaltum, dipakai sebagai penguat gambar pada cetakan.
Gambar 3.10. Aspaltum (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
8. Ampelas, ampelas berfungsi untuk membuat permukaan lebih bergerigi dan juga untuk menghapus jejak gambar sebelumnya.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Gambar 3.11. Ampelas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
9. Kertas roti, dipilih karena kertas ini transparan. Berfungsi untuk mempermudah mentrasfer sketsa gambar kedalam plat sebelum kertas karbon.
Gambar 3.12. Kertas Roti (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
10. Pensil lemak, pensil yang digunakan adalah pensil alis yang memiliki kandungan lemak. Kandungan lemak harus bagus dan tidak kadaluarsa,
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
supaya gambar pada permukaan plat akan meniggalkan jejak dengan goresan yang bagus.
Gambar 3.13. Pensil Lemak (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
11. Kertas karbon, kertas ini memiliki fungsi untuk menggandakan gambar yang kita toreh diatasnya. Kertas ini dipilih untuk menggandakan gambar sketsa pada plat.
Gambar 3.14. Kertas Karbon (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
12. Alat kebersihan, yaitu sarung tangan dan celemek, dipakai untuk melindungi pakaian agar tidak kotor juga melindungi anggota badan dari asam. Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
Gambar 3.15. Sarung Tangan dan Celemek (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
13. Scrab (pisau kape), digunakan untuk mencampur tinta. Alat yang digunakan ini memiliki ukuran yang bermacam-macam
Gambar 3.16. Pisau Kape (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
14. Roller, digunakan untuk meratakan tinta pada lembaran plat alumunium.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
Gambar 3.17. Roller (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
15. Kaca, digunakan untuk meratakan tinta ketika proses pencetakan.
Gambar 3.18. Kaca (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
16. Spon dan lap, spon berfungsi untuk mengulaskan air pada permukaan plat agar permukaan plat lembab. Lap berfungsi untuk membersihkan alat-alat cetak.
Gambar 3.19. Spon dan Lap (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
17. Kertas, media kertas yang digunakan adalah kertas jenis canson 125 gram. Kertas ini dipilih karena kekuatan kertas yang baik untuk pengolahan seni grafis teknik alumunium lithografi ini.
Gambar 3.20. Kertas 125 gram (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
18. Mesin Press, digunakan untuk menekan plat pada medium kertas, supaya gambar dapat tercetas sempurna.
Gambar 3.21. Mesin Press (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
19. Solatip, dipilih untuk menempelkan kertas pada tali ketika proses penjemuran.
Gambar 3.22. Solatip (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
F. Ukuran dan Jumlah Karya Dalam karya tugas akhir ini, penyusun menentukan ukuran yang berbeda. Dengan penentuan banyak warna. Maka penyusun memutuskan untuk membuat enam karya grafis teknik alumunium lithografi dan tata letak yang beragam. Ukuran yang ditetapkan antara lain: 1. 25 cm x 33 cm dengan posisi landscape 2. 28 cm x 38 cm dengan posisi potrait 3. 21 cm x 29 cm dengan posisi potrait 4. 21,5 cm x 30 cm dengan posisi potrait 5. 29,5 cm x 15 cm dengan posisi landscape 6. 32,7 cm x 20 cm dengan posisi landscape
G. Proses Berkarya Proses berkarya adalah rangkaian kerja dalam proses penciptaan karya. Untuk menciptakan karya seni grafis teknik alumunium lithografi ini memerlukan tahapan yang sistematis. Berikut adalah tahapan dalam proses penciptaan karya: 1. Tahap ke-1 Tahap
awal
dalam
pembuatan
karya
adalah
observasi
untuk
mengumpulkan data berupa foto Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan. Foto dengan berbagai sudut dan suasana ini menjadi bahan referensi untuk penyusun mengolah karya.
Gambar 3.23. Sundial (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
2. Tahap ke-2 Tahap kedua ialah pembuatan sketsa yang digarap dengan menggunakan oil pastel, karena oil pastel merupakan tekstur dari teknik alumunium lithografi ini.
Gambar 3.24. Sketsa I (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.25. Sketsa II (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Gambar 3.26. Sketsa III (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.27. Sketsa 1V (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
Gambar 3.28. Sketsa V (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.29. Sketsa VI (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Tahap ke-3 Tahap ketiga adalah mengampelas plat dengan ampelas. Ini dilakukan agar permukaan plat alumunium bergerigi dan menimbulkan tekstur crayon pada saat dicetak nanti. Ampelas ini bermacam-macam tipe untuk fungsi yang berbeda, pada teknik ini semua tipe bisa dipakai, tergantung tekstur apa yang diinginkan. Penyusun memilih tipe 180C, ampelas ini menghasilkan tekstur tidak terlalu kasar. Selain itu penyusun juga memilih tipe P120A, ampelas yang menghasilkan tekstur sangat kasar. Tekstur ini dapat membedakan karya satu dan selanjutnya, untuk menghasilkan karya
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Gambar 3.30. Proses Ampelas pada Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
4. Tahap ke-4 Setelah selesai proses ampelas, plat alumunium dibersihkan dengan membasuh plat menggunakan air, supaya plat alumunium ini tidak kotor dan sisa bekas ampelas tidak tertinggal pada plat.
Gambar 3.31. Membersihkan Permukaan Plat dengan Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
5. Tahap ke-5 Plat alumunium yang telah dibersihkan, kemudian ditiriskan hingga kering. Pengeringan ini dilakukan agar permukaan plat dapat digambar pada proses selanjutnya.
Gambar 3.32. Pengeringan Plat Alumunium (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
6. Tahap ke-6 Tahap ke enam dilakukan pemindahan gambar pada kertas roti lalu dipindahkan lagi melalui kertas karbon. Pada kertas roti karena kertas ini transparan dan dapat digunakan untuk mengukur plat pada ukuran gambar yang tersedia, sedangkan kertas karbon berfungsi untuk menggandakan gambar dari kertas roti atau sketsa pada permukaan plat alumunium.
Gambar 3.33. Pemindahan Sketsa Pada Kertas Roti (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Gambar 3.34. Pemindahan Gambar pada Plat Menggunakan Kertas Karbon (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
7. Tahap ke-7 Proses selanjutnya adalah menggambar dengan pensil lemak pada gambar yang sudah dipindahkan. Pensil lemak yang dipilih adalah eye liner padat yang mengandung lemak. Eye liner yang dipakai adalah jenis kosmetik palsu yang beredar di pasaran. Selain harganya murah eye liner ini memiliki kandungan lemak tinggi yang bagus untuk dipakai pada teknik ini namun berbahaya jika digunakan pada kulit, yang akan menimbulkan iritasi jika dipakai terus menerus.
Gambar 3.35. Proses Menggambar Menggunakan Pensil Lemak atau Eye Liner (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
8. Tahap ke-8 Pengolesan Gom Arab pada permukaan plat alumunium yang telah digambar. Gom Arab disini merupakan Gom Arab yang telah diproses melalui Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
pelarutan dengan air selama semalam, setelah cair Gom dicampur dengan Phosporic Acid pada botol kaca. Botol kaca ini membuat cairan ini lebih tahan lama dibanding menggunakan botol plastik, ini dikarenakan botol kaca lebih kuat dan kedap udara. Larutan gom ini diolesi pada permukaan plat yang telah digambar menggunakan pinsil lemak, larutan ini berfungsi mengubah bagian lemak sensitif terhadap tinta cetak.
Gambar 3.36. Permukaan Plat yang Telah Diolesi Larutan Gom (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
9. Tahap ke-9 Setelah permukaan plat telah diolesi larutan Gom, plat alumunium ini dikeringkan agar larutan ini meresap pada permukaan. Waktu yang dibutuhkan pada proses pengeringan, penyusun membutuhkan waktu 1 hari sampai dengan 2 hari, agar gambar lebih tahan lama untuk sensitif pada tinta cetak ketika dicetak nanti.
Gambar 3.37. Pengeringan Plat Ketika Sudah Diolesi Larutan Gom (Sumber: Dokumentasi Pribadi Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
10. Tahap ke-10 Permukaan plat yang sudah kering dari larutan Gom, maka gambar yang dibuat dengan pensil lemak tadi dihapus dengan menggunakan terpentin. Karena bagian sensitif lemak pada plat sudah terpisah.
Gambar 3.38. Proses Penghapusan Lemak Dengan Terpentin (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
11. Tahap ke-11 Proses selanjutnya adalah pengolesan bagian gambar pada plat alumunium dengan menggunakan Aspaltum. Aspaltum berfungsi menguatkan bagian sensitif lemak pada tinta cetak.
Gambar 3.39. Proses Pengolesan Aspaltum pada Permukaan Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
12. Tahap ke-12 Plat alumunium yang telah diolesi Aspaltum sebaiknya didiamkan selama beberapa jam, supaya mendapatkan cetakan yang lebih tahan lama.
Gambar 3.40. Proses Pengeringan Aspaltun pada Plat (Sumber: Dokumentasi Pribadi
13. Tahap ke-13 Proses selanjutnya adalah membersihkan plat alumunium dari larutan gom juga Aspaltun dengan membasuh menggunakan air sampai bersih.
Gambar 3.41. Plat Dibersihkan dengan Menggunakan Air (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
14. Tahap ke-14 Siapkan kaca, roller, dan tinta cetak. Tinta diratakan diatas permukaan kaca dengan menggunakan roller sampai merata. Proses ini dilakukan pada kaca dan roller yang bersih.
Gambar 3.42. Meratakan Tinta Cetak pada Permukaan Kaca (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
15. Tahap ke-15 Sebelum tinta cetak diratakan pada plat alumunium, plat alumunium ini sebaiknya dilembabkan dengan spon basah, agar bagian sensitif lemak dapat menangkap tinta dengan sempurna.
Gambar 3.43. Melembabkan Plat Alumunium dengan Spon Basah (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
16. Tahap ke-16 Plat yang sudah lembab jangan dibiarkan sampai kering, plat harus segera terkena tinta cetak yang diratakan dengan menggunakan roller. Pada tahap inilah dilakukan pencetakan pada kertas. Plat alumunium diletakan diatas kertas yang sudah diatur ukurannya, lalu dibalikan dengan posisi plat alumunium dibawah kertas. Pada bagian mesin kita harus teliti akan kebersihannya, supaya tidak mengotori kertas, dengan cara menabur bedak atau menyimpan kertas bersih pada bagian bawah kain flannel yang terdapat pada mesin press. Setelah persiapan tersebut sudah siap, maka kertas di press dengan menggunakan mesin press, agar tinta dapat menempel pada kertas.
Gambar 3.44. Mencetak Gambar dengan Mesin Press (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
17. Tahap ke-17 Kertas yang sudah dicetak, dapat diangkat dan dikeringkan.
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
Gambar 3.45. Pengeringan Kertas yang Sudah Dicetak (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
18. tahap ke-18 Proses diatas diulangi kembali untuk pewarnaan selanjutnya. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pewarnaan dari proses pencetakan yang dilakukan yang diambil contoh pada pewarnaan karya ke 5:
Pewarnaan ke-1
Pewarnaan ke-2
Pewarnaan ke-3
Pewarnaan ke-4
Pewarnaan ke-5
Pewarnaan ke-6
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
Pewarnaan ke-7
Pewarnaan ke-8
Pewarnaan ke-9
Pewarnaan ke-10
Pewarnaan diatas merupakan pengulangan tahapan pembuatan cetakan. Penulis sengaja memakai satu plat untuk satu warna karena dinilai efektif untuk menambahkan gradasi melalui penumpukan warna .
Fitri Salam Bhakti, 2014 Gedung Sundial Kota Baru Parahyangan Sebagai Objek Berkarya Seni Grafis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu