BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN 3.1
Tahapan Proses Penelitian Pada bab ini akan dijelaskan tentang proses penelitian yang dibagi dalam
beberapa tahap seperti berikut:
1.
Mempelajari konfigurasi layanan Ethernet Over SDH (EOS) pada jaringan akses milik PT Indosat. Tahapan ini bertujuan agar konfigurasi pengetesan yang akan dirancang sesuai dengan jaringan yang sudah ada
2.
Membuat diagram pengetesan, dimana data-data yang diperlukan sudah dikumpulkan pada tahap sebelumnya
3.
Menentukan skenario pengetesan atas bit rate link yang akan dilakukan pengetesan. Hal ini dikarenakan beragamnya bit rate yang disediakan oleh PT Indosat kepada pelanggan. Ada 2 (dua) macam skenario dalam proses pengetesan yang ditentukan oleh penulis, yaitu:
4.
a.
Melakukan pengetesan untuk link dengan bit rate 1 E1 atau sebesar 2 Mbps
b.
Melakukan pengetesan untuk link dengan bit rate 2 E1 atau sebesar 4 Mbps
Pengetesan link dilakukan dengan membandingkan
performa protokol
enkapsulasi yang digunakan pada kedua link tersebut. Pengetesan menggunakan alat tes ethernet smartclass dari JDSU 5.
Melakukan analisa hasil pengetesan dengan membandingkan hasil keluaran tersebut terhadap fitur dan spesifikasi perangkat yang dikehendaki
6.
Tahapan terakhir adalah pembuatan kesimpulan dari hasil analisa
37
Dan berikut penggambaran diagram alir dari penjelasan pada halaman sebelumnya,
START
1 MEMPELAJARI KONFIGURASI LAYANAN 2 MEMBUAT DIAGRAM PENGETESAN 3 MENENTUKAN SKENARIO PENGETESAN 4
PENGETESAN LINK 2 E1
PENGETESAN LINK 1 E1
5.2
5.1 ANALISA DATA
ANALISA DATA
6
MEMBUAT KESIMPULAN
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penelitian
3.2
Layanan Ethernet Over SDH (EOS) PT. Indosat Konsep Ethernet over SDH (EOS) merupakan solusi yang digunakan oleh PT
Indosat dalam memenuhi permintaan pelanggan akan layanan berbasis ethernet,
38
dimana lokasi pelanggan tersebut berada di luar jangkauan node metro ethernet milik PT Indosat. Sebelum menggunakan aggregator untuk menjembatani dua jaringan yang berbeda, konsep tersebut diimplementasikan melalui penggunaan perangkat konverter berpasangan. Dimana untuk lokasi pelanggan yang berada di luar jangkauan node metro ethernet yang ada dibantu oleh sarana transmisi tambahan seperti transmisi gelombang mikro yang mengarah ke radio BTS Seluler. Transmisi radio yang digunakan untuk menghubungkan pelanggan dan BTS Seluler adalah jenis radio point to point berbasis IP dengan frekwensi lebih besar atau sama dengan 7 Ghz. Dengan transmisi radio berbasis IP, maka antar muka yang diberikan kepada pelanggan berupa fast ethernet dengan kemampuan layanan hingga kecepatan 100 Mbps.
Gambar 3.2 Konfigurasi sebelum menggunakan aggregator
Perangkat konverter ditempatkan pada BTS Seluler dan proses konversi dimulai dari BTS Seluler hingga ke node Metro Ethernet dimana perangkat konverter pasangannya ditempatkan. Trafik ethernet yang ditransmisikan oleh radio IP dienkapsulasi dengan frame SDH untuk kemudian dibawa menuju ke node metro ethernet. Pasangan perangkat konverter yang terdapat pada node metro ethernet melakukan proses sebaliknya, trafik SDH yang dibawa melalui jaringan transmisi
39
diubah kembali menjadi bentuk semula, trafik ethernet, yang kemudian diintegrasikan dengan node metro ethernet. Selanjutnya, node metro ethernet akan memberi label pada frame-frame ethernet dalam trafik tersebut dengan VLAN (Virtual Local Area Network) tag. VLAN tersebut kemudian ditransmisikan melalui transport ring Metro Ethernet atau melalui jaringan MPLS. Beberapa hal yang menjadi perhatian dalam penggunaan konverter berpasangan, yaitu : 1.
Biaya investasi meningkat akibat dari pembelian dua unit perangkat converter untuk satu pelanggan
2.
Membutuhkan kapasitas ruangan yang besar
3.
Membutuhkan tray kabel yang luas
4.
Tidak efisien dalam penggunaan tenaga listrik
5.
Lebih banyak mengkonsumsi port switch
6.
Boros dalam penggunaan kabel UTP/STP
7.
Terlalu banyak point of failure bagi sebuah sirkit sehingga menyulitkan bagi tim lapangan pada saat melakukan perbaikan gangguan
8.
Waktu penyampaian layanan lebih lama
9.
Membutuhkan jalur kabel yang luas
10. Perangkat converter tidak termonitor Dengan semua keterbatasan tersebut, PT Indosat menggunakan perangkat aggregator yang mampu menampung hingga minimal 1 x STM1 (63 E1). Aggregator ini nantinya digunakan sebagai pasangan dari beberapa converter yang dipasang untuk beberapa pelanggan.
3.3
Perancangan Diagram Pengetesan Perancangan diagram pengetesan dilakukan dengan mengacu pada konfigurasi
layanan yang telah dibahas sebelumnya. Untuk memaksimalkan perancangan diagram pengetesan, maka fokus perancangan diagram pengetesan dibagi dalam beberapa hal, diantaranya :
40
3.3.1
Pembagian Jaringan Mengacu pada konfigurasi jaringan eksisting, ada 5 (lima) bagian penting
disisi penyedia jasa, PT Indosat, dalam mengimplementasikan konsep EOS, yaitu: 1.
Konverter E1 to ETH disisi pelanggan Dalam dunia penyedia jasa, perangkat yang ditempatkan paling dekat dengan perangkat pelanggan disebut dengan NTU (Network Terminating Unit). Dan bagian atau lokasi ditempatkannya NTU disebut dengan Customer End. Yaitu bagian yang merupakan titik temu antara NTU dengan jaringan Last Mile PT Indosat
2.
Radio PTP TDM Radio menghubungkan Customer End dengan node PT Indosat yang paling dekat dengan pelanggan. Bagian ini disebut dengan Last Mile. Selain radio TDM, bagian ini bisa berupa copper wire maupun fiber optic
3.
SDH SDH ini terhubung dengan ring jaringan SDH eksisting yang menghubungkan antar node SDH dengan kapasitas besar atau biasa disebut dengan backbone SDH
4.
Aggregator Merupakan perangkat yang menjembatani dua jaringan yang berbeda, SDH dan metro ethernet. Fungsi lainnya yaitu sebagai terminasi pasangan dari NTU
5.
Ethernet Based Network Merupakan jaringan berbasis Ethernet yang terhubung dengan node metro ethernet atau MPLS
Apabila digambarkan, pembagian jaringan yang telah dilakukan akan terlihat seperti berikut:
41
Gambar 3.3 Pembagian jaringan sebagai acuan diagram pengetesan
3.3.2
Sistem Komunikasi Jaringan Ada 2 (dua) sistem komunikasi dalam jaringan yang sudah ada, yaitu sistem
komunikasi trafik pelanggan dan sistem komunikasi antara NTU dengan perangkat aggregator. 1.
Sistem Komunikasi Trafik Pelanggan Sebelum memasuki aggregator, jaringan akses masing-masing pelanggan dipisahkan secara fisik, namun begitu masuk ke dalam aggregator, trafik ini akan bercampur. Sehingga harus ada sistem yang memisahkan trafik pelanggan satu dengan lainnya. Dan untuk memisahkan trafik pelanggan satu sama lain, diberikan identifikasi VLAN yang berbeda untuk tiap pelanggan. Aggregator bertugas
untuk
memberikan
label
VLAN
yang
kemudian
akan
mengkomunikasikan VLAN tersebut kepada perangkat metro ethernet di depannya.
42
Gambar 3.4 Sistem komunikasi trafik pelanggan
2.
Sistem Komunikasi Pelaksana – Server Manajemen Jaringan Saat ini, selain dapat diakses di lingkungan kantor PT. Indosat, sistem manajemen jaringan juga dapat diakses melalui jaringan internet. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspek keamanan jaringan agar data tidak menyebar kepada pihak lain yang tidak terkait, digunakannya VPN (Virtual Private Network) yang memungkinkan seorang pelaksana manajemen jaringan atau pihak yang terkait dapat mengakses NMS server melalui jaringan umum.
43
Gambar 3.5 Sistem komunikasi manajemen jaringan
3.
Sistem Komunikasi NTU-Aggregator Selain trafik pelanggan, ada keperluan trafik manajemen yang membutuhkan jalur tersendiri. Untuk itu, diperlukan lagi sebuah VLAN yang membedakan trafik pelanggan dengan trafik manajemen agar keduanya tidak bercampur. Dengan sistem komunikasi seperti ini, maka sebuah NTU harus mendukung fitur multi VLAN.
3.3.3
Diagram Pengetesan Mengacu pada pembagian jaringan yang telah ditetapkan pada Gambar 3.3,
maka diagram pengetesan ini dirancang mendekati keadaan serupa seperti berikut :
44
Loopback
SmartClass Ethernet Tester
Fast Ethernet
Ethernet Based Network
Aggregator
Switch Catalyst Cisco
GBIC 1
E-gate 100
Backbone SDH SDH 1684 LTU 29-5
STM-1
1xE1
E1 #40
VLAN 713
Cloud SDH
nxE1
Last Mile
Customer End
Laptop
2xE1
RICi E1
Fast Ethernet
Laptop
E1 #41-#42 RICi 4E1
VLAN 712
E1 #50 - #51 RICi 16E1
Traffic Generator
Gambar 3.6 Diagram fisik jaringan pengetesan
3.3.4
Ketentuan Umum Setelah mempelajari konfigurasi layanan dari jaringan yang sudah ada, maka
berikut adalah ketentuan-ketentuan dari diagram jaringan yang akan dilakukan pengetesan: 1.
Kecepatan Jaringan (Bit Rate) Diagram pengetesan yang dirancang harus mampu memenuhi permintaan pelanggan mulai dari kecepatan nx64 Kbps hingga 2048 Kbps atau kelipatannya.
45
2.
Throughput Keluaran yang dihasilkan minimal > 90% dari kecepatan jaringan yang disewa.
3.
MTU (Maximum Transfer Unit) Perangkat harus mampu mengakomodasi kebutuhan standar frame size interface ethernet yakni sebesar 1500 bytes dan frame size lebih besar dari 1500 bytes (mini jumbo frame) jika ada permintaan khusus dari pelanggan.
4.
Aggregator Aggregator yang digunakan harus memiliki kemampuan mendukung protokol GFP, LCAS dan VCAT dengan kemampuan menampung hingga minimal 1 x STM1 (63 E1).
5. Fault Propagation NTU yang memiliki fasilitas fault propagation memungkinkan perangkat mematikan port ethernet yang ke arah pelanggan jika link transmisi ke arah penyedia jaringan mati. Perangkat yang ditempatkan di lokasi pelanggan harus memiliki kemampuan ini agar pelanggan dan pelaksana di lapangan dapat mendeteksi gangguan yang terjadi di lapangan dengan lebih cepat. 6.
VLAN (Virtual Local Area Network) Perangkat yang akan dites harus memiliki kemampuan untuk labeling maupun melepas label VLAN.
7.
QinQ Perangkat harus dapat mengakomodasi kebutuhan teknologi VLAN over VLAN.
46