BAB III HASIL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga dan Fiber Optik 3.1.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga JARLOKAT digunakan untuk komunikasi, baik suara (voice) melalui telepon dan juga beberapa komunikasi data (multimedia) melalui komputer.Panjang saluran pelanggan tidak terbatas. Biasanya kabel tembaga yang dipakai berdiameter 0,6 mm atau 0,4 mm. Konfigurasi JARLOKAT dapat dilihat pada Gambar III.1.
Gambar 3.1 Konfigurasi Jaringan Lokal Akses Tembaga
1) Sentral Sentral telepon yaitu sebagai alat untuk menyambung dan memutuskan suatu sambungan atau saluran telepon.Main Distribution Frame (MDF) MDF adalah tempat penyambungan kabel sentral ke arah pelanggan.MDF terdiri dari ribuan pair kabel pelanggan. 2) Rumah Kabel (RK) Rumah kabel digunakan untuk mendistribusikan atau mengkoneksikan antara kabel primer dari kabel sentral dengan kabel sekunder.RK juga mempunyai fungsi sebagai tempat melaksanakan pengetesan untuk melokalisir gangguan, dan tempat melakukan penjumperan antara terminal port di sisi primer dengan terminal port di sisi sekunder, sehingga terhubung jaringannya ke pelangga.
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
3) Kotak Pembagi / Distribution Point (KP/DP) Kotak Pembagi merupakan unit terminal kabel tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi. 4) Kotak Terminal Batas (KTB) Kotak Terminal Batas adalah tempat penyambungan antara kabel distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah (indoor cable). KTB ini biasanya dipasang pada dinding rumah pelanggan dengan ketinggian kurang lebih 170 cm dari atas tanah. 5) Instalasi Kabel Rumah (IKR) Instalasi Kabel Rumah merupakan instalasi kabel yang digunakan dalam rumah yang meliputi, kabel indoor, roset dan pesawat telepon.[2]
3.1.2 Jaringan Lokal Akses Fiber Optik Selama ini akses fiber hanya dipakai untuk transmisi antara sentral, sebagai jaringan Backbone dan digunakan untuk komunikasi jarak jauh.Lalu mulai dikembangkanlah suatu jaringan lokal bahkan sampai ke terminal pelanggan dengan media fiber. Sistem transmisi fiber optikyang digunakan pada jaringan lokal tersebut dinamakan Jaringan LokalAkses Fiber (JARLOKAF).[1] Adapun modus aplikasi JARLOKAF ditunjukkan pada Gambar 3.2.JARLOKAF merupakan sebuah solusi strategis bagi jaringan akses pelanggan.Kelebihan dan kekurangan sistem JARLOKAF diuraikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Kelebihan dan Kekurangan FTTx
Kelebihan
Kekurangan
a.
Tidak mudah disadap.
a.
b.
Bebas interferensi
b.
Penyambungan Sulit
c.
Kapasitas besar sehingga
c.
Rentan terhadap gangguan
sangat cocok untuk digunakan di
Mudah patah.
fisik.[5]
kota-kota besar (daerah bisnis) dan yang membutuhkan jenis layanan yang beragam (tidak hanya telepon). d.
Ukuran kecil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Gambar 3.2 Modus Aplikasi JARLOKAFFTTx
Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki sistem JARLOKAF, maka untuk memenuhi kebutuhan manusia akan koneksi internet yang cepat diperlukan modernisasi dari sistem JARLOKAT ke sistem JARLOKAF.
3.2 FTTH dengan Teknologi GPON Pada konfigurasi FTTH, biasanya jarak antara pusat layanan dengan pelanggan maksimum berkisar 20 km. Dimana pusat penghantaran penyedia layanan (service provider) yang berada di kantor utama disebut juga dengan central office (CO), disini terdapat peralatan yang disebut dengan OLT. Kemudian dari OLT ini dihubungkan ke ONU yang ditempatkan di rumah-rumah pelanggan (customers) melalui jaringan distribusi serat optik (Optical Distribution Network, ODN). Sinyal optik yang dengan panjang gelombang (wavelength) 1490 nm dari hilir (downstream) dan sinyal optik dengan panjang gelombang 1310 nm dari hulu (upstream) digunakan untuk mengirim data dan suara. Sedangkan layanan video dikonversi ke format optik dengan panjang gelombang 1550 nm oleh pemancar video optik (optical video transmitter).Sinyal optik 1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan oleh pengabung (coupler) dan ditransmisikan ke pelanggan secara bersama. Jadi, tiga panjang gelombang ini membawa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
informasi yang berbeda secara simultan dan dalam berbagai arah pada satu kabel serat optik yang sama. GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mengirimkan informasisampai kepelanggan menggunakan kabel optik. Prinsip kerja dari GPON itu sendiri ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan fiber optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONU, untuk ONU sendiri akan memberikan data-data dan sinyal yang diinginkan pelanggan. Konfigurasi network GPON intinya dapat dibagi menjadi 5 bagian: 1) Network Management System (NMS) NMS merupakan perangkat lunak yang berfungsi untuk mengontrol dan mengkonfigurasi perangkat GPON. 2) Optical Line Termination (OLT) OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia layanan (service provider) data, video, dan jaringan telepon. Bagian ini akan membuat link ke system operasi penyedia layanan melalui Network Management System (NMS).Gambaran fisik OLT ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3Optical Line Termination (OLT)
3) Optical Distribution Cabinet (ODC) ODC (Optical Distribution Cabinet) adalah jaringan optik antara perangkat OLT sampai perangkat ODC. Letak dari ODC ini adalah terletak di rumah kabel.Gambaran fisik ODC ditunjukkan pada Gambar 3.4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Gambar 3.4Optical Distribution Cabinet (ODC)
ODC menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pengguna dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif.ODC menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONT. Perangkat Interior pada ODC terdiri dari: a. Konektor Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersama-sama tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain). Konektor yang digunakan pada Optical Access Network dapat dipasang di luar dan di lokasi pelanggan.Jenis konektor yang digunakan per elemen adalah SC-UPC seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5Konektor SC-UPC
b. Splitter Splittermerupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya optik dari satu input serat ke dua atau beberapa output serat. Splitterpada PON dikatakan pasif sebab tidak memerlukan sumber energi eksternal dan optimasi tidak dilakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda dari node splitter, sehingga cara kerjanya membagi daya optik sama rata. PassiveSplitter atau splitter merupakan optical fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal-sinyal kombinasi dalam suatu jalur.Gambaran fisik passivesplitter ditunjukkan pada Gambar 3.6, sedangkan nilai redaman untuk setiap rasionya diuraikan pada Tabel 3.2.
Gambar 3.6Passive Optical Splitter
Tabel 3.2 Redaman PassiveSplitter
Rasio
Redaman
1:2
2,8 – 4,0 dB
1:4
5,8 – 7,5 dB
1:8
8,8 – 11,0 dB
1:16
10,7 – 14,4 dB
1:32
14,6 – 18,0 dB
4) Optical Distribution Point (ODP) Instalasi atau terminasi yang bagus dari fiber adalah persyaratan utama untuk menjamin kemampuan transmisi pada kabel fiber optik, pada implementasi dari suatu jaringan, beberapa jenis DP yang diperkenalkan. Syarat utama DP adalah: a. DP dapat di ubah tanpa mengganggu kabel yang sudah terpasang dengan cara melebihkan kabel fiber optik beberapa meter. b. Setiap DP harus punya ruangan untuk memuat splitter. c. DP harus memiliki akses dari sisi depan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
d. Setiap DP harus memiliki penutup depan untuk melindungi orang dari cahaya laser yang langsung keluar dari ujung fiber. e. DP harus mempunyai ruang untuk memuat dan memandu kabel fiber optik.
Gambar 3.7ODP dengan Splitter
5) Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU) ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan. Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan.[4] Gambarin fisik perangkan ONT ditunjukkan pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Optical Network Termination(ONT)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3.3Modernisasi JARLOKAT dengan FTTH Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam suatu proyek harus sistematis agar efisien dan mudah menganalisis apabila terjadi kendala saat proses pengerjaan. Oleh karena itu, dibuat diagram alir proyek modernisasi ini seperti pada gambar 3.9.
MULAI
PEMBANGUNAN BERDASARKAN AS PLAN & PEMBUATAN BoQ
INPUT DATA PELANGGAN (i-DOSSIER)
PERANGKAT EXISTING IDLE (CADANGAN) ? MAPPING 1
YES
PELOLOSAN PERANGKAT EXISTING IDLE (CADANGAN)
SURVEY
NO
INSTALASI PERANGKAT BARU
PEMBUATAN DESAIN FEEDER & DISTRIBUSI (AS PLAN DRAWING)
MAPPING 2
MIGRASI DATA PELANGGAN
DRM
PELOLOSAN PERANGKAT EXISTING PEMBANGUNAN BERDASARKAN AS PLAN & PEMBUATAN BoQ
PEMBANGUNAN DI LAPANGAN SESUAI AS PLAN DRAWING ?
NO
PERUBAHAN DESAIN (AS BUILD DRAWING)
YES AMANDEMEN BoQ
SELESAI
Gambar 3.9 Diagram Alir Modernisasi JARLOKAT dengan FTTH
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Penjelasan dari pekerjaan-pekerjaan pada Gambar 3.9 adalah sebagai berikut: 1. Data pelanggan (i-Dossier) berisi informasi pelanggan sepertinama dan alamat pelanggan. 2. Kegiatan Mapping 1 adalah pengklasifikasian pelanggan, meliputi pelanggan HRB (High Rise Building) dan pelanggan Homepass. Hasil dari pengklasifikasian ini, diperoleh data berupa jumlah ONT yang diperlukan untuk ONT F821 dan ONT F660. Adapun ONT F821 digunakan pada pelanggan HRB, sedangkan ONT F660 digunakan pada pelanggan Homepass. 3. Paralel dengan kegiatan Mapping 1, tim survey pun bekerja dengan mentagging perangkat-perangkat existing yang sudah ada pada sistem JARLOKAT, seperti tiang, DP, RK, dan manhole. 4. Dari hasil survey dan mapping 1, maka dapat ditentukan boundary setiap ODC, ODP, dan dibuat skema distribusi seperti pada Gambar 3.10
Gambar 3.10 Contoh Skema Distribusi
Jika Gambar 3.10 diperbesar, akan terlihat kabel dari ODC yang masuk ke ODPODP. Salah satunya ditunjukkan pada Gambar 3.11.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Gambar 3.11 Kabel Distribusi dari ODC yang Masuk ke Salah Satu ODP (FAA/D04/16.66)
Skema distribusi ini menggambarkan jalur kabel distribusi dari satu ODC ke setiap ODP pada boundary ODC tersebut.Warna kabel distribusi yang berbeda pada skema distribusi menunjukkan kabel distribusi yang berbeda. Pada gambar contoh skema distribusi (Gambar 3.10), distribusi 1 digambarkan dengan warna merah, distribusi 2 dengan warna kuning, distribusi 3 dengan warna hijau dan distribusi 4 dengan warna magenta. Dari hasil survey dan mapping 1 juga, dapat ditentukan jalur yang optimal untuk kabel feeder dan dibuat skema feeder seperti pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Contoh Skema Feeder
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Jika Gambar 3.12 diperbesar, akan terlihat kabel dari CO yang masuk ke ODCODC. Salah satunya ditunjukkan pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13 Kabel Feeder dari CO yang Masuk ke Salah Satu ODC (ODC-TPR-FC)
Skema feeder ini menggambarkan jalur kabel feeder dari CO ke setiap ODC pada boundary STO tersebut.Warna yang berbeda pada desain skema feeder menunjukkan feeder yang berbeda.Pada contoh gambar skema feeder (Gambar 3.12), feeder 1 digambarkan dengan warna merah, feeder 2 dengan warna kuning, feeder 3 dengan warna hijau dan feeder 4 dengan warna cyan.Gambar perencanaan desain dari skema distribusi dan skema feeder ini disebut As Plan Drawing. Pada pembuatan desain ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: a. PassiveSplitter yang digunakan pada ODC adalah 1:4 dan pada ODP adalah 1:8 b. Setiap kabel feeder maupun kabel distribusi harus memiliki kabel cadangan (idle) c. Link Budget FTTH GPON dari OLT ke ONT adalah 28 dB. Tetapi, untuk mengantisipasi kebutuhan operasional (perbaikan jaringan FO), maka desain FTTH harus dibuat dengan redaman maksimum 25 dB atau ekuivalen dengan 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
km panjang fiber optik dari OLT ke ONT. Salah satu faktor yang memperngaruhi link budget adalah nilai redaman dari setiap komponen yang digunakan. Nilai masing-masing redaman untuk setiap komponen ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Kontribusi Loss Maksimum per Elemen
Network Element
Max. Loss
Cable
0.35 dB/km
Splicing
0.1 dB
Connector Loss
0.25 dB (Refer IEC 613003-34 Grade B Attenuation
Splitter 1:2
3.70 dB
Splitter 1:4
7.25 dB
Splitter 1:8
10.38 dB
Splitter 1:16
14.10 dB
Splitter 1:32
17.45 dB
Dalam pembuatan desain juga, dibuat penamaan untuk setiap ODC dan ODP.Pada skema distribusi, penamaan ODP dimulai dari ODP yang terjauh (menjadi ODP 01) dan dilanjutkan dengan searah jarum jam.Contoh penamaan pada ODC dan ODP ditunjukkan pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15.
Gambar 3.14 Contoh Penamaan ODC
ODC : Perangkat ODC TPR
: ODC tersebut berada pada boundary STO TPR (Tanjung Priok)
FC
: Identitas/nama ODC
144
: Kapasitas ODC
18C
: Jumlah core yang diterminasi pada ODC tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Gambar 3.15 Contoh Penamaan ODP
FAA : ODP tersebut berada pada boundary ODC-FAA D04
: Kabel distribusi yang masuk ke ODP tersebut adalah kabel distribusi 4
16
: Nomor core dari kabel distribusi yang masuk ke ODP tersebut adalah
core nomor 16 66
: Nomor urut ODP pada boundary ODC
Selain penamaan pada ODC dan ODP, setiap kabel pada skema distribusi dan skema feeder juga diberi label.Contoh pelabelan kabel feeder dan distribusi ditunjukkan pada Gambar 3.16 dan Gambar 3.17.
Gambar 3.16 Contoh Pelabelan pada Kabel Feeder
FE
: Kabel feeder
TPR
: Kabel feeder keluar dari STO TPR
01
: Feeder ke-1
01-01
: Tarikan feeder ke 01-01
(01-20 )
: Nomor core yang digunakan dari kabel feeder tersebut
KU
: Jenis kabel (Kabel Udara)
SM
: Jenis kabel (Single Mode)
G652D
: Standar kabel yang digunakan berdasarkan ITU G.652D
24
: Kapasitas kabel feeder 24 core
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
41m
: Panjang kabel feeder 41 meter
Gambar 3.17 Contoh Pelabelan Kabel Distribusi
DS
: Kabel distribusi
TPR
: Boundary STO TPR
FE-01-01
: Feeder ke-1 dan tarikan ke-1
02-01
: Distribusi ke-2 dan tarikan ke-1
KD-SM
: Jenis kabel (kabel duct-single mode)
G.652D
: Standar kabel yang digunakan berdasarkan ITU G.652D
24
: Kapasitas kabel distribusi 24 core
24m
: Panjang kabel distribusi 24 meter
5.
Setelah pembuatan desain As Plan Drawing selesai, kembali dilakukan
mapping (Mapping 2) untuk memetakan ONT ke boundary ODC nya. 6.
DRM (Design Review Meeting) bertujuan untuk mengkoordinasikan
desain As Plan Drawing yang sudah dibuat dengan PT Telkom. Jika sudah ada persetujuan dari PT Telkom atas desai tersebut, maka diterbitkan BA DRM (berita acara DRM). 7.
Pembangunan dilakukan sesuai dengan perencanaan desain pada As Plan
Drawing. Dari desain skema feeder dan skema distribusi yang sudah dibuat, material-material yang dibutuhkan dari setiap manhole atau setiap tiang dituangkan ke dalam matrix distribusi (seperti pada Gambar 3.18) dan matrix feeder(seperti pada Gambar 3.19) untuk selanjutnya dibuat daftar material secara keseluruhan
(List
of
Material)
dan
Bill
http://digilib.mercubuana.ac.id/
of
Quantity
(BoQ).
23
Table 3.4 Matrix Distribusi
Table 3.5 Matrix Feeder
Sebelum mengimplementasikan perangkat baru, perlu dilakukan Site Accuisition (SITAC)untuk penempatan perangkat-perangkat seperti ODC, dan perizinan untuk melakukan penggalian atau membuka manhole.Jika ada perangkat lama yang idle maka perangkat tersebut dapat diloloskan terlebih dahulu, kemudian instalasi perangkat baru, commissioning test, uji terima, dan pemindahan data pelanggan dari sistem existing (JARLOKAT) ke sistem baru (FTTH). Pemindahan data pelanggan ini disebut migrasi.Setelah migrasi selesai, perangkat-perangkat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
JARLOKAT dapat diloloskan. Untuk melakukan pelolosan juga diperlukan diagram blok yang menunjukkan alur pelolosan kabel primer dari RK sampai ke STO. Kabel-kabel primer yang masuk ke RK yang sama dikelompokkan menjadi cluster-cluster kecil seperti ditunjukkan pada Gambar 3.18. Kemudian dibuat skala prioritas pelolosan dengan menganalisiscluster-cluster tersebut.Cluster yang dapat diloloskan tanpa harus menunggu pelolosan clusterlain disebut cluster prioritas 1. Cluster yang dapat diloloskan setelah pelolosan satu clusteryang terhubung padanya disebut cluster prioritas 2.Cluster yang dapat diloloskan setelah pelolosan dua cluster yang terhubung padanya disebut cluster prioritas 3, dan begitu seterusnya.
Gambar 3.18 Contoh Clustering Kabel Primer
Pada Gambar 3.18, cluster 28 dan cluster 29 adalah cluster prioritas 1 karena cluster-cluster tersebut dapat diloloskan tanpa bergantung pada pelolosan cluster lain. Sedangkan cluster 30 adalah cluster prioritas 3 karena cluster ini dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
diloloskan hanya jika cluster 28 dan 29 yang terhubung dengannya telah diloloskan. Dari skala prioritas inilah kemudian dapat dibuat diagram blok pelolosan seperti pada Gambar 3.19.
Gambar 3.19 Blok Diagram ClusterPelolosan
Hal yang harus diperhatikan juga untuk pelolosan adalah aset tembaga (aset kabel) dan aset non-kabel pada sistem sebelumnya (JARLOKAT).Untuk mempermudah perhitungan aset tembaga ini, sebelumnya harus dibuat rekap per span (seperti pada Gambar 3.23) dari kabel primer (Gambar 3.20) pada STO tersebut. Informasi yang terdapat pada data rekap per span di antaranya adalah panjang total kabel tembaga dengan diameter dan pair
yang berbeda. Informasi ini kemudian
dikonversikan ke berat tembaga dan harga tembaga seperti pada Gambar 3.24.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Gambar 3.20 Skema Kabel Primer
Tabel 3.6 Rekap per Span Kabel Primer
Tabel 3.7 Aset Tembaga per Span
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Berat tembaga dihitung dengan persamaan: Berat tembaga =(PI()*Berat jenis tembaga*(Diameter/2)*(Diameter/2)* 2 * Pair kabel/1000)*Panjang kabel dengan berat jenis tembaga = 8.92 Harga tembaga dihitung dengan persamaan: Harga
tembaga
=
Berat
tembaga(kg)*67.5%*Kurs
tengah
nilai
tukar
rupiah*Harga LME/1000 dengan kurs tengah nilai tukar rupiah = Rp 11728 dan harga LME (London Metal Exchange) = $ 7295 per tanggal 12 Agustus 2014. 8. Dalam pembangunan alur kabel maupun saat implementasi perangkat baru, seringkali yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sehingga mengubah desain yang sudah dibuat. Penyebabnya bermacam-macam, karena masalah perizinan, SITAC yang tidak berjalan baik, terjadi kesalahan pada desain sebelumnya karena kurang koordinasi dengan mitra ataupun pihak peyedia layanan, dan lain-lain. Apabila desain As Plan Drawing tidak dapat diimplementasikan di lapangan, maka desain diubah dan dibuat As Build Drawing berdasarkan pengimplementasian di lapangan. Dengan adanya perubahan desain, maka matrix distribusi, matrix feeder, dan BoQ pun akan berubah. Oleh karena itu, diadakan amandemen BoQ untuk menyesuaikan perubahan desain.
3.4 Analisis Masalah 3.4.1 Analisis Desain Desain FTTH dapat dikatakan sukses jika desain tersebut ekonomis, mudah dan cepat dalam instalasi, serta mudah dalam maintenance. Untuk memenuhi kriteria itu, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat membuat desain FTTH, diantaranya: 1) Desain FTTH bersifat fleksibel, mudah disesuaikan dengan perkembangan jaringan dan perubahan demand. 2) Cost effectiveness.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
3) Desain FTTH sesuai dengan kondisi pada area implementasi. 4) Desain FTTH dapat diimplementasikan dengan perangkat yang sedikit. 5) Kompatibel dengan komponen dari berbagai vendor. 6) Sesuai dengan standar nasional dan global. [3] Pada proyek modernisasi ini, parameter-parameter dalam desain FTTH harus disesuaikan dengan standar GPON.Salah satu parameter yang penting adalah link budget.Link budget jaringan fiber optik GPON adalah 28 dB. Oleh karena itu, dalam membuat desain FTTH harus diperhitungkan redaman yang disebabkan oleh jarak (panjang kabel), redaman dari adapter, konektor, splitter, dan splicing agar link budget memenuhi standar GPON.Selain dengan perhitungan manual, link budget juga dapat dihitung dengan simulator, salah satunya dengan menggunakan Optiwave seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.21.
Gambar 3.21 Perhitungan Link Budget dari ODC ke ODP Terjauh dengan Simulator Optiwave
Hasil pengukuran pada simulator Optiwave dengan menggunakan Optical Power Meter ditunjukkan pada Gambar 3.22.
Gambar 3.22 Daya yang Diterima di Penerima
Dari hasil simulasi di atas, didapat bahwa daya yang diterima di sisi penerima adalah -24.736 dBm dengan daya pancar 0 dBm.Jadi,link budget untuk ODP terjauh masih memenuhi standar GPON.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Selain menggunakan simulator, perhitungan link budget juga dapat dilakukan secara menual dengan persamaan: total = na . a + nc .c + ns .s + l .+ splitter
[dB]
dengan na
: jumlah adapter
a
: redaman adapter
nc
: jumlah connector
c
: redaman connector
ns
: jumlah splicing
s
: redaman splicing
[dB]
l
: panjang kabel fiber optik
[km]
: redaman kabel/km
[dB/km]
splitter
: redaman splitter
[dB]
[dB] [dB]
Kesalahan pada gambar desain dapat terjadi karena salah dalam penamaan perangkat, kesalahan dalam pelabelan kabel, dan lain-lain.Contoh desain yang salah ditunjukkan pada Gambar 3.23.
Gambar 3.23 Contoh Desain yang Salah
Pada gambar di atas (Gambar 3.27), kesalahan dalam pembuatan desain terjadi pada kapasitas kabel feeder dan jumlah terminated core di ODC yang sama (24 core). Ini berarti pada kabel feeder tersebut tidak ada core yang menjadi cadangan, padahal seharusnya pada setiap kabel feeder ataupun kabel distribusi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
harus ada core yang menjadi cadangan.Jumlah core cadangan sendiri disesuaikan dengan kapasitas kabel yang digunakan. Jika kabel yang digunakan berkapasitas 8 core, maka 2 core harus menjadi cadangan. Jika kabel yang digunakan berkapasitas 24 core, maka 4 core harus menjadi cadangan, dan seterusnya. Kesalahan yang lain juga terjadi pada penomoran core yang tidak sesuai dengan kapasitas kabel. Dari Gambar III.27, pada pelabelan kabel tertulis (97-134) yang berarti ada 38 core yang terpakai dengan nomor core dimulai dari 97 sampai 134, sedangkan kabel feeder yang digunakan hanya berkapasitas 24 core. Agar tercapai cost effectiveness dalam investasi perancangan FTTH ini, pemilihan jenis kabel dan pola penggelaran untuk kabel feeder dan kabel distribusi juga harus tepat. Begitu pula dengan kapasitas kabelnya, perlu diperhitungkan agar pemakaian kabel efisien. Sebagai contoh, jumlah demand dalam suatu area adalah 245.Maka perhitungan materialnya adalah seperti pada Tabel 3.8. Tabel 3.8 Contoh Perhitungan Material Jumlah ODP
Kabel Distribusi ODC Kabel Feeder
245/6 = 41, menggunakan
245/12 = 21, menggunakan
splitter 1:8, dengan 2 core
splitter 2 x 1:8, dengan 4
idle di setiap ODP
core idle di setiap ODP
41 ODP x 1 core distribusi
21 ODP x 2 core distribusi
yang masuk ke setiap ODP =
yang masuk ke setiap ODP =
48 core, 7 core idle
48 core, 6 core idle Kapasitas 144
Dengan splitter di ODC 1:4, 48 core/4 = 24 core, 12 core idle
Sedangkan mode penggelaran FTTH segmen feeder dan distribusi disesuaikan dengan kondisi pada area penggelaran, seperti diuraikan pada Tabel 3.9.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Tabel 3.9 Mode Penggelaran Segmen Feeder dan Distribusi Mode Penggelaran Duct System
Distribusi
Feeder
Jenis Kabel
Ketentuan Jika pada area penggelaran terdapat polongan
FO Duct
existing dan demand berpotensi berkembang selama minimal 30 tahun.
Jika pada area penggelaran tidak memungkinkan sistem aerial Jika ada keterbatasan pembangunan dengan cara
Micro Duct Bawah Tanah
System
FO ABC (Air Blown Cable)
duct dan aerial. Diarahkan untuk HRB atau Jika tidak ada duct existing yang tersedia dan
kawasan di mana semua rumah dilayani FTTH
demand tidak berpotensi berkembang lagi.
sehingga dibutuhkan penarikan microduct ke semua lokasi karena dibutuhkan kualitas yang prima.
HDPE System (Kabel Tanam
Kabel HDPE
Jika tidak ada duct existing yang tersedia dan perkembangan demand lambat untuk solusi
-
jangka pendek minimal 3 tahun.
Langsung) Atas Tanah
Aerial
Kabel
System
Udara
Jika terdapat regulasi tidak boleh menggunakan kabel bawah tanah dan perkembangan demand lambat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Solusi prioritas utama dalam perancangan desain segmen distribusi FTTH
32
3.4.2 Analisis Manajemen Keberhasilan suatu proyek tidak hanya memerlukan konsep teknik yang tepat, tetapi juga harus diiringi dengan manajemen yang baik. Agar jalannya proyek ini berjalan dengan baik, maka dibuat Plan of Work (PoW) seperti pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Plan of Work (PoW)
Pembuatan PoW ini berdasarkan pada baseline sisa pekerjaan yang dilaporkan oleh team lapangan. Oleh karena itu, komunikasi dengan team lapangan harus terjalin dengan baik.PoW harus selalu diperbaharui sesuai dengan berubahnya baseline sisa pekerjaan seperti pada Tabel 3.11. Tabel 3.11 Baseline Sisa Pekerjaan
Dengan adanya baseline sisa pekerjaan, maka dapat diperkirakan waktu proyek akan selesai. Untuk mencapai target waktu penyelesaian proyek, kapabilitas team
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
harus ditingkatkan. Keterlambatan perbaharuan PoW ini seringkali terjadi karena lambatnya laporan dari team lapangan sehingga sulit untuk memantau progressproyek. Team lapangan juga wajib melaporkan kendala-kendala yang terjadi selama pengerjaan proyek di lapangan, seperti keterlambatan datangnya barang dari mitra, masalah dalam perizinan, kendala karena cuaca, dan lainlain.Progress proyek juga dilaporkan secara terbuka ke PT Telkom melalui website SMILE (Supply Management Information for Logistic Enhancement) PT Telkom seperti pada Gambar 3.30.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Gambar 3.24 Laporan Progress di Website SMILE PT Telkom
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/