BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Stratigrafi Daerah Nanga Kantu Stratigrafi Formasi Kantu terdiri dari 4 satuan tidak resmi. Urutan satuan tersebut dari tua ke muda (Gambar 3.1) adalah Satuan Bancuh (Kompleks Kapuas) , Satuan Batupasir (Formasi Kantu bagian bawah), Satuan Batupasir – Batulempung (Formasi Kantu bagian atas), Satuan Intrusi Dioritik – Granitik (Batuan Terobosan Sintang). Pembagian Formasi Kantu menjadi Satuan Batupasir dan Satuan Batupasir – Batulempung didasarkan kepada ciri litologi.
Gambar 3.1 Kolom Stratigrafi Tidak Resmi Daerah Penelitian (Tanpa Skala) 22
3.1.1 Satuan Bancuh Satuan Bancuh merupakan satuan batuan tertua di daerah penelitian, menempati 8% dari daerah penelitian, dan terletak di bagian timur daerah penelitian di ujung timur Lintasan Badau (Gambar 3.3). Pada peta geologi (Gambar 3.3), satuan ini diberi warna ungu. Satuan ini terdiri dari basalt terubah, spilit, dolerit, breksi volkanik, rijang, batusabak, dan batulempung merah (Heryanto et al., 1993). Satuan yang berumur Jura Akhir hingga Kapur Awal ini mempunyai kontak sesar dengan Satuan Batupasir yang lebih muda. Secara regional berdasarkan Peta Geologi Lembar Sintang yang dibuat oleh Heryanto et al. (1993), Satuan Bancuh disetarakan dengan Kompleks Kapuas (di Sarawak dikenal sebagai Bancuh Lubok Antu).
3.1.2 Satuan Batupasir Satuan Batupasir adalah endapan Kenozoikum tertua di daerah penelitian. Satuan ini menempati 12% luas daerah penelitian. dan diberi warna kuning (Gambar 3.3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah Lintasan Badau, diwakili nomor sampel LS 101 A, LS 101 B, LS 102, LS 105 E, LS 105 G, dan LS 105 I. Berdasarkan profil singkapan Lintasan Badau yang dibuat oleh Tim Ketungau PSG (Lampiran D) satuan ini tersusun atas endapan batupasir, umumnya berstruktur masif dan tidak mengandung fosil. Litologi batupasir halus - sedang, putih keabu-abuan, pemilahan sedang hingga baik, kemas tertutup, komposisi terdiri dari kuarsa, fragmen batuan, mika, feldspar, setempat mengandung material karbon, kompak. Satuan Batupasir diendapkan di lingkungan darat. Satuan ini kontak sesar dengan Satuan Bancuh dan selaras dengan Satuan Batupasir – Batulempung. Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Sintang yang dibuat oleh Heryanto et al. (1993), Satuan Batupasir berumur Eosen Akhir bagian bawah dan disetarakan dengan Formasi Kantu.
23
3.1.3 Satuan Batupasir - Batulempung Satuan Batupasir – Batulempung merupakan satuan yang menempati area terluas di daerah penelitian, yaitu sebesar kurang lebih 65%, dan pada peta geologi diberi warna hijau. Satuan ini tersingkap terutama di Lintasan Kantu dan sebagian kecil di Lintasan Badau (Gambar 3.3), diwakili nomor sampel LS 13 A, LS 16 D, LS 16 E, LS 19 B, LS 19 C,LS 20, LS 24 D, LS 27, LS 37 C, LS 38 D, dan LS 39 B. Berdasarkan profil singkapan Lintasan Kantu yang dibuat oleh Tim Ketungau PSG (Lampiran C), satuan ini tersusun atas perselingan tipis batupasir – batulempung – batulanau, mengandung cukup banyak fosil foram, dan mengandung material karbon pada beberapa lapisan. Setempat, terdapat kemunculan sedimen berwarna merah yang menunjukkan tingkat oksidasi yang intensif. Bagian bawah satuan ini mengandung perselingan tipis batupasir – batulempung – batulanau dengan ketebalan 5 – 10 cm setiap perselingan dan beberapa lapisan batupasir setebal 25 – 30 cm. Di bagian atas satuan, perselingan litologi didominasi oleh batupasir dengan ketebalan lapisan setiap perselingan mencapai 0,4 hingga 2 m, yang mengindikasikan peningkatan rezim energi pengendapan. Pada satuan ini setempat terendapkan lapisan batubara. Struktur sedimen yang muncul pada satuan ini berupa laminasi sejajar, laminasi silang – siur, wavy lamination, flaser bedding, dan load cast. Satuan Batupasir – Batulempung diendapkan di lingkungan transisi hingga laut dangkal. Satuan ini diendapkan secara selaras di atas Satuan Batupasir. Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Sintang yang dibuat oleh Heryanto et al. (1993) Satuan Batupasir – Batulempung berumur Eosen Akhir bagian atas dan disetarakan dengan Formasi Kantu.
3.1.4 Satuan Intrusi Dioritik - Granitik Satuan Intrusi Dioritik – Granitik menempati kurang lebih 15% luas daerah penelitian. Pada peta geologi (Gambar 3.3) daerah satuan ini diberi warna merah. Satuan ini menerobos Satuan Batupasir dan Satuan Batupasir – Batulempung yang
24
lebih tua di daerah penelitian. Daerah persebaran satuan ini diperoleh dari Peta Geologi Lembar Sintang (Heryanto et al., 1993). Heryanto et al. (1993) menyatakan bahwa litologi satuan intrusi ini terdiri atas mikrodiorit, mikrogranodiorit, dasit, porfiri dasit, andesit piroksen, granit / mikrogranit, dan diorit kuarsa. Secara regional, berdasarkan Peta Geologi Lembar Sintang yang dibuat oleh Heryanto et al. (1993) Satuan Intrusi Dioritik - Granitik disetarakan dengan Batuan Terobosan Sintang.
3.2 Struktur Daerah Nanga Kantu Daerah penelitian Nanga Kantu merupakan bagian dari sayap utara Cekungan Ketungau yang secara struktural merupakan sebuah sinklin berarah barat – timur. Keberadaan bukti sesar tidak didapati dari observasi lapangan Lintasan Kantu dan Badau oleh Tim Ketungau PSG. Berdasarkan interpretasi citra DEM (Digital Elevation Model) (Gambar 3.2) didapati beberapa kelurusan yang dominan berarah baratlaut – tenggara. Dari Peta Geologi Lembar Sintang (Heryanto et al., 1993) terdapat sebuah sesar normal yang menjadi kontak antara Kompleks Kapuas dengan Formasi Kantu. Sesar tersebut menjadi batas antara Satuan Bancuh dengan Satuan Batupasir di daerah penelitian (Gambar 3.3).
25
Gambar 3.2 Interpretasi kelurusan daerah penelitian melalui citra DEM. Citra DEM diperoleh dari Tim Ketungau PSG (2009)
26
27 dan penampang merupakan interpretasi penulis.
lapisan diperoleh dari Tim Ketungau PSG (2009). Pembagian Satuan Batupasir, Satuan Batupasir-Batulempung,
Gambar 3.3 Peta Geologi Daerah Nanga Kantu modifikasi dari Heryanto et al., (1993). Jurus dan kemiringan