BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Kajian Pustaka Dalam suatu penelitian diperlukan dukungan hasil penelitian yang telah
ada sebelumnya berkaitan dengan penelitian tersebut.Hasil dari penelitian terdahulu dapat berperan sebagai bahan perbandingan dan acuan dalam pelaksanaan penelitian yang sedang dilaksanakan.. Penelitian yang dilakukan oleh Yando Yulianto, 210111060073. 2009. Jurusan Manajemen Komunikasi. Fakultas Ilmu Komunikasi. Universitas Padjajaran. Penelitian tersebut berjudul “Hubungan Akulturasi Mahasiswa Pendatang dengan Minat Mahasiswa Pendatang dalam Menggunakan Bahasa Sunda”. Tujuan penelitian ini adalah. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar akulturasi mahasiswa pendatang dengan minat mahasiswa pendatang dalam menggunakan bahasa Sunda. Metode yang digunakan adalah Korelasional. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan angket dan studi pustaka. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
strata
proposional. Populasi yang dipakai adalah mahasiswa pendatang angkatan 20062008 S1 FIKOM UNPAD kampus Bandung yang berjumlah 745 orang dan dijadikan sampel penelitian sebanyak 75 orang. Hasil penelitian ini diketahui bahwa
tingginya
persepsi
intensitas
interaksi
dan
adaptasi
mahasiswa
mempengaruhi besar kecilnya minat mahasiswa untuk menggunakan bahasa Sunda. Untuk selanjutnya kesimpulan yang didapat dari peniltian ini adalah
21 repository.unisba.ac.id
22
terdapat hubungan antara akulturasi mahasiswa pendatang dengan minat mahasiswa pendatang untuk menggunakan bahsa Sunda Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh FiolaPanggalo. 2013. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanudin. Penelitian tersebut berjudul, “Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik Bugis Makasar di Kota Makasar”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengakategorikan perilaku antar etnik Toraja dan etnik Bugis Makasar di Kota Makasar, serta guna mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perilaku komunikasi antara etnik Toraja dan budaya etnik Bugis Makasar. Metode penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakuikan dengan cara dipilih secara sengaja (purposive sampling) yaitu orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitiannya adalah proses komunikasi antar etnik pendatang Toraja dan Penduduk kota di Kota Makasar sangat berliku. Namun hubungan antara keduanya semakin membaik dengan adanya aturandan kesadaran diantara keduanya untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, interaksi keduanya sangat baik dengan pemahaman bahwa penduduk asli sebisa mungkin harus bisa memahami komunikasi yang digunakan pendatang dari Toraja. Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Hessa Dayanti 210110080004.
Communication
Management
Fakultas
Ilmu
Komunikasi
Universitas Padjajaran Bandung. Penelitian tersebut berjudul.”Hubungan Faktor
repository.unisba.ac.id
23
Akulturasi Budaya Mahasiswa Pendatang Minang dengan Minat Menggunakan Bahasa Sunda”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor akulturasi
budaya
mahasiswa
pendatang
Minang
dengan
minta
untuk
menggunakan bahsa Sunda. Metode penelitian yang digunakan deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta penulis juga melakukan wawancara serta observasi di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran akan data di lapangan. Informan pada penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah informan yang diyakini penulis sebagai narasumber yang berkompeten di dalam penelitian ini. Di dalam penelitian ini penulis mengguanakan satu informan kunci, empat informan tambahan. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor utama terjadinya akulturasi di dalam diri mahasiswa pendatang di kota Bandung adalah kepribadian dari mahasiswa tersebut yang bersifat terbuka, sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya motivasi dari dalam diri yang kuat untuk mau belajar dan menghayati nilai budaya Sunda, dan lingkungan yang mendukung mahasiswa pendatang untuk memebentuk karakter kepribadian yang baru. Kesimpulan pada penelitian ini adalah akulturasi masyarakat Sunda yang selalu memegang adat istiadal warisan leluhurnya sehingga cara berfikir, sikap ramah terhadap pendatang dapat ditunjukan secara langsung sehingga banyak mahasiswa pendatang di kota Bandung yang merasa nyaman untuk tinggal dan belajar di kota Bandung. Untuk lebih mempermudah peneliti merangkum ketiga penelitian diatas kedalam bentuk tabel sebagai berikut :
repository.unisba.ac.id
24
TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar akulturasi mahasiswa pendatang dengan minat mahasiswa pendatang dalam menggunakan bahasa Sunda
NO
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITIAN
1
Yando Yulianto
Hubungan Akulturasi Mahasiswa Pendatang dengan Minat Mahasiswa Pendatang dalam Menggunakan Bahasa Sunda
2
Fiola Panggalo
Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik Bugis Makasar di Kota Makasar Perilaku Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dan Etnik Bugis Makasar di Kota Makasar
mengakategorikan perilaku antar etnik Toraja dan etnik Bugis Makasar di Kota Makasar, serta guna mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat perilaku komunikasi antara etnik Toraja dan budaya etnik Bugis Makasar
3
Hessa Dayanti
Hubungan Faktor Akulturasi Budaya Mahasiswa Pendatang Minang dengan Minat Menggunakan Bahasa Sunda
untuk mengetahui hubungan faktor akulturasi budaya mahasiswa pendatang Minang dengan minta untuk menggunakan bahsa Sunda
HASIL PENELITIAN tingginya persepsi intensitas interaksi dan adaptasi mahasiswa mempengaruhi besar kecilnya minat mahasiswa untuk menggunakan bahsa Sunda. Untuk selanjutnya kesimpulan yang di dapat dari peniltian ini adalah terdapat hubungan antara akulturasi mahasiswa pendatang dengan minat mahasiswa pendatang untuk menggunakan bahsa Sunda proses komunikasi antar etnik pendatang Toraja dan Penduduk kota di Kota Makasar sangat berliku. Namun hubungan antara keduanya semakin membaik dengan adanya aturandan kesadaran diantara keduanya untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, interaksi keduanya sangat baik dengan pemahaman bahwa penduduk asli sebisa mungkin harus bisa memahami komunikasi yang digunakan pendatang dari Toraja. faktor utama terjadinya akulturasi di dalam diri mahasiswa pendatang di kota Bandung adalah kepribadian dari mahasiswa tersebut yang bersifat terbuka, sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan, selanjutnya motivasi dari dalam diri yang kuat untuk mau belajar dan menghayati nilai budaya Sunda, dan lingkungan yang mendukung mahasiswa pendatang untuk memebentuk karakter kepribadian yang baru
repository.unisba.ac.id
25
Posisi penelitan yang dilakukan oleh penulis dalam peta pengembangan ilmu komunikai antarbudaya melalui penelitian yang berjudul “Hubungan komunikasi atarbudaya dengan sikap Mahasiswa(Studi Korelasional mengenai Komunikasi Antar Budaya di Organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Batam dengan mahasiswa berbudaya sunda yang berkuliah di Universitas Islam Bandung dengan Sikap Mahasiswa dikehidupan sehari-hari)”. Penelitian ini berjudul untuk mengetahui hubungan komunikasi antarbudaya dengan sikap mahasiswa. Fokus dalam penelitian ini adalah menggunakan variabel Komunikasi antarbudayaa yang berbeda
dengan
penelitian-peneletian
sebelumnya
yaitu
sosiobudaya,
psikobudaya, dan faktor lingkungan. Sedangkan untuk variabel sikap indikatornya antaralain kognisi, afeksi dan perilaku. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan
pendekatan kolerasional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total sampling. Terdapat kesamaan antara subjek dalam penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu mahasiswa perantau yang sedang menempuh pendidikan di kota Bandung. Namun yang membedakannya adalah dalam penelitian ini memfokuskan subjeknya dari satu daerah asal yaitu mahasiswa asal Batam yanhg sedang berkuliah di kota Bandung khususnya yang sedang berkuliah di Universitas Islam Bandung dengan total sampelnya 35 orang.
2.2.
Tinjauan Tentang Teori
2.2.1
Pengertian Komunikasi Sebelum sampai kepada pembahasan mengenai komunikasi antarbudaya
penulis
akan
akan
mengemukakan
terlebihdahulu
mengenai
pengertian
repository.unisba.ac.id
26
komunikasi. Untuk memudahkan pemahaman tentang komunikasi antarbudaya kiranya perlu menguraikan satu persatu mengenai pengetian tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki dorongan ingin maju, ingin tahu dan berkembang. Komunikasi adalaah salah satu sarananya. Komunikasi merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manuisia. Komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasl dari perkataan “communs” yang berarti sama dan jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain, berarti kita sedang mengadakan kesamaan dengan orang lain. Pada hakekatnya adalah membuat komunikan dan komunikator sasa-sama sesuai untuk satu pesan Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari komunikasi merukan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Pada dasarnya istilah komunikasi tersebut berasal dari istilah publisistik. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh M.O. Palapah dan Atang syamsudin dalam bukunya studi ilmu komunikasi : Istilah publisistik berasal dari perkataan bahasa Jerman Publiziztik yang selanjutnya berasal dari kata kerja Latin: Publicare yang artinya mengumumkan, memeberitahukan sevara formil untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang kemudian diikuti oleh pergiuruan tinggi lainya. (Palapah dan Syamsudin, 1983: 1).
R.A. Santoso Sastropoetro, dalam bukunya Komunikasi Sosial mengatakan bahwa: Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif/berhasil bilamana diantara penyebar pesan dan penerima pesan terdapat suatu pengertian yang sama mengenai isi pesan dan terdapat suatu pengertian yang sama mengenai isi pesan. Isi pesan disampaikan oleh penyebar melalui lambang yang berarti. Lambang-lambang itu dapat dikatakan sebagai “titian” atau “kendaraan” untuk membawa pesan kepada si penerima. Lambang-lambang atau simbol-simbol yang di pergunakan antar mereka dapat terdiri atas : bahasa,
repository.unisba.ac.id
27
baik lisan maupun tulisan, isyarat-isyarat, gambar-gambar, tanda-tanda. (Satropoetro, 1990: 8).
Dari pengertian komunikasi di atas, jelas terlihat bahwa komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan komunikasi, manusia bisa saling berhubungan dengan manusia lain,saling mengungkapkan keinginan, pikiran dan perasaan. Pada dasarnya “Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya”. (Effendy, 2003: 28) Pernyataan yang dimaksud disini dalam bahasa komunikasi dapat disebut sebagai pesan. Pesan yaitu apa yang akan ingin disampaikan dalam sebuah proses komunikasi. orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator, dan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Wilbur Scrahamm dalam definisinya mengatakan bahwa Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latincommunis artinya common atau sama. Jadi apabila manusia mengadakan komunikasi dengan orang lain, maka ia mengoperkan gagasan untuk memperoleh commones atau kesamaan dengan pihak lain atau mengenai sesuatu objek tertentu (palapah & Syamsudin, 1983: 2)
Dari definisi yang disanpaikan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyatakan pesan yang dapat berupa gagasan untuk memperoleh commones atau kesamaan persepsi dengan orang lain (komunikate) mengenai objek tertentu dimana
repository.unisba.ac.id
28
komunikate merubah
tingkah
lakunya sesuai
dengan
yang diharapkan
komunikator. Kalau diantara dua orang yang berkomunikasi itu terdapat persamaan pengertian, artinya tidak ada perbedaan terhadap pengertian tentang sesuatu maka terjadilah situasi yang disebut in tune. Maksudnya adalah kondisi atau situasi dimana terjadi satu kesamaan dan satu pemahaman akan satu hal. Dengan demikian jelaslah bahwa komunikasi memungkinkan manusia untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan, perasaan dan sikap. Selain itu manusia daat pula mengetahui ide-ide perasaan dan sikap individu lainnya yang akhirnya terdapat pengertian diantaranya individu-individu.
2.2.2
Bentuk-bentuk komunikasi Di dalam bukunya dimensi-dimensi komunikasi, Onong Uchyana Effendy
menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu: a. Komunikasi antar pribadi (diadic communication) yaitu komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini biasanya berlangsung berhadapan muka (face to face), bisa melalui medium seperti telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini sifatnya dua arah timbal balik (two way communication) b. Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antar seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. c. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas seperti siaran radio dan televisi yang ditunjukan kepada umum. (Effendy, 2003: 48) Ketiga bentuk komunikasi diatas dapat digunakan dalam suatu kegiatan komunikasi yang lebih dulu telah disesuaikan dengan tujuan komunikasi yang
repository.unisba.ac.id
29
akan dilakukan dalam hal ini menyangkut materi yang akan disampaikan, media yang akan dipergunakan dan kondisi khalayak yang akan dihadapi.
2.2.3
Pengertian Kebudayaan Kebudayaan diibaratkan sebagai sebuah lensa yang akan mempertajam
dan memfokuskan dalam melihat gejala-gejala sosial yang terjadi disekitar. Banyak orang yang mengartikan budaya itu sebagai seni, padahal kebudayaan itu lebih luas dari seni itu sendiri karena kebudayaan meliputi sebuah jaringan kerja dalam kehidupan manusia. Kebudayaan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Dengan kata lain semua manusia merupakan aktor kebudayaan karena manusia bertindak dalam lingkup kebudayaan. Alo Liliweri dalam bukunya Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya mengutip: Kebudayaan dapat berarti simpanan akumulatif dari pengeteahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, pilihan waktu, peranan, relasi ruang konsep yang luas, dan objek material ataukepemilikan yang dimilikidan dipertahankan oleh sekelompok orang atau suatu generasi. Demikian pula kebudayaan bisa berarti sistem pengatahuan yang dipertukarkan oleh sejumlah kelompok yang besar(Larry A samovar dan Richard E. Porter dalam Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Liliweri, 2007: 9). Pengertian kebudayaan tersebut mengandung beberapa karakteristik dan ciri yang sama, yakni kebudayaan itu ada diantara umat manusia yang sangat beraneka ragam, diperoleh dan diteruskan secara sosial memalui pembelajaran, dijabarkan dari komponen biologi, psikologi dan sosiologi sebagai eksistensi manusia berstruktur, terbagi dalam beberapa aspek dinamis dan nilainya relatif. Pengertian lain dikemukakan oleh Dedy mulyana dalam buku Komunikasi Antarbudaya, yaitu:
repository.unisba.ac.id
30
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi, dan milik yang diperoleh sekelompok orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompoknya (Mulyana, 2008: 18).
Dalam pengertian budaya diatas terlihat suatu konsep yang menunjukan bahwa budaya dapat dilihat pada pola-pola bahasa dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai acuan bagi tindakan penyesuaian diri dan gaya berkomunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masayarakat di suatu lingkungan geografis dan pada saat tertentu. Budaya tidak diturunkan begitu saja. Tetapi ada usaha yang harus dilakukan baik dari individu itu sendiri maupun dari lingkunagan atau kelompoknya. Dalam hal untuk menurunkan atau mewarisi nilai norma yang telah menjadi tradisi mereka dan orang-orang sebelum mereka. Sedangkan objek-objek yang di maksud dalam pengertian diatas adalah dapat berupa rumah, alat-alat yang dipergunakan dalam menjalani kehidupan bermasyarakatnya, alat-alat perang, alat transportasi dan lain sebagainya.Budaya secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga meninggal dunia, dan bahkan setelah meninggalpun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya yang kita anut.
2.2.4 Pendekatan atas Pengertian Kebudayaan Alo Liliweri mengatakan dalam bukunya Makna Budaya dalan Komunikasi Antarbudaya bahwa pengertian kebuayaan tersebut merupakan hasil dari beberapa pendekatan umum yang lazim dilakuan untuk memahami kebudayaan, diantaranya :
repository.unisba.ac.id
31
a.
b.
c.
Pendekatan deskriptif Ahli atropologi mengatakan, kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks yang di dalamnya meliputi pengetahuan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Oleh karena itu, cara termudah untuk menjabarkan kebudayaan adalah dengan mendiskripsikan rincian pengetahuan, seni, moral, kebiasaan, hukum, adat istiadat, dan setiap kemampuan atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dari kebudayaan teretentu. sebagai Pendekatan bawaan sosial Kebudayaan diyakini sebagai warisan turun temurun dari orang tua kepada anaknya. Bahwa manusia tidak dilahirkan dengan kebudayaan, tapi kebudayaan itu dipelajari oleh manusia sepanjang kehidupannya. Proses belajar itu merupakan salah satau bentuk bawaan sosial (social heredity), yang dimiliki manusia sejak dia dilahirkan. Pendekatan perseptual Kebudayaan dibentuk oleh perilaku manusia dan perilaku itu merupakan hasil persepsi manusia terhadap dunia. Perilaku tersebut merupakan perilaku terpolakarena tampilannyaberulang-ulang secara konsisten sehingga diterima sebagai pola-pola budaya. Cara terbaik untuk mempelajari kebudayaan adalah meniliti persepsi suatu kelompok masyarakat terhadap dunia, dan persepsi itu dengan mudah dapat diamati melalui perilaku-perilaku manusia setiap hari, sebagai wujud nyata daripersepsi mereka, (Liliweri, 2007: 11-12).
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena itu budaya tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orangorang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memeperhatikan dan menafsirkan pesan. Seluruh perilaku dan sikap yang kita tunjukan sangat bergantung pada budaya dimana kita dibesarkan. Dapat dikatakan bahwa budaya adalah landasan komunikasi. Apabila budaya beraneka ragam, maka bergam pulalah praktik komonikasi yang terjadi.
repository.unisba.ac.id
32
2.2.5 Pengertian Komunikasi Antar Budaya Tema Komunikasi akan lebih menarik jika dihubungkan dengan konsep antar budaya. Semua tindakan komunikasi itu berasal dari konsep kebudayaan. Berlo berasumsi bahwa kebudayaan mengajarkan kepada anggotanya untuk melaksanakan tindakan itu. Dengan kata lain, kontribusi latar belakang budaya sangat penting terhadap perilaku komnikasi seseorang termasuk memahami makna-makna yang dipersepsikan terhadap tindakan komunikasi yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda. Pada tahun 1979 “The Handbook of Cultural Communication di tulis oleh Molefi Asante dab Newmark. Buku yang mereka tulus ini berisan mengenai komunikasi antarbudaya. Gundyskunst, stewart dan Ting Toomey pernah menulis tentang komunikasi, kebudayaan, dan proses kerja sama antarbudaya pada tahun 1985. Tulisan lainnya komunikasi antar entik oleh kim pada 1986, adaptasi lintasbudaya oleh Kim dan Gudyskunt pada tahun 1988. Dan masih ada beberapalagi tulisan dari para ahli. (Liliweri, 2001: 3). Dalam komunikasi antar budaya ada dua konsep utama yaitu konsep kebudayaan dan konsep komunikasi. Hubungan antara keduanya sangat kompleks. Budaya mempengaruhi komunikasi dan komunikasi ikut menciptakan, menentukan dan memelihara budaya dari sebuah komunitas/kelompok (Martin dan Thomas, 2007:92) Dapat diibratkan bahwa komunikasi dan kebudayaan itu seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan saling bergantung dan mempengaruhi. Budaya turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia
repository.unisba.ac.id
33
miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku manusia sangat bergantung pada budaya tempat manusia tersebut dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Apabila budaya beraneka ragam, maka bermacam-macam pula praktik komunikasi. (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 20). Dengan melihat dan memahami konsep-konsep diatas , maka studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai sebuah ilmu yang menekankan pada kebudayaan terhadap proses komunikasi. Young Yun Kim mengatakan, tidak seperti ilmu-ilmu lain, hal yang terpenting dari komunikasi antarbudaya yang membedakannya dari keilmuan lain adalah tingkat perbedaan yang relatif tinggi pada latar belakang pengalaman pihak yang berkomunikasi karena adanya perbedaan-perbedaan kultur. (Mulyana, 2011: 65) Dalam perkembanganya, komunikasi antarbudaya dipahami sebagai proses transaksional, proses simbolik yang melibatkan makna antara individuindividu dari budaya yang berbeda. Sedangkan Tim-Tomey menjelaskan Komunikasi antar budaya sebagai proses pertukaran simbolik dimana individuindividu dari dua atau lebih komunitaas kultural yang berbeda menegosiasikan makna yang dipertukarkan dalam sebuah interaksi yang interaktif. Menurut Kim, asumsi yang mendasari batasan komunikasi antarbudaya adalah bahwa individuindividu yang memuliki budaya yang sama pada umumnya berbagi kesamaankesamaan atau homogenitas dalam keseluruhan latar belakang pengalaman mereka daripada orang yang berasal dari budaya yang berbeda
repository.unisba.ac.id
34
2.2.6 Model Komunikasi Antarbudaya Sebuah model diperlukan dalam melihat bagaimana proses komunikasi antarbudaya. Bagaimana komunikasi dilakukan dan dipahami sebagai proses penyampaian pesan yang melibatkan umpan balik dari komunikan sebagai proses penyampaian pesan. “Suatu model ko damunikasi ialah merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya proses komunikasi” (Sereno & Mortensen dalam Mulyana : 21) Terdapat model transformasi pesan atau proses komunikasi yang dikemukakan oleh laswell. Aristoteles dan Shannon & Weaver yang cukup terkenal dalam ilmu komunikasi Model komunikasi tersebut menjadi landasan rill dalam proses terjadinya kontak antar budaya, “terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lain” (Mulyana, 2005: 20). Budaya bertanggung jawab penuh kepada seluruh perilaku komunikasi dari tiap-tiap individu. Proses mempengaruhi yang terjadi diantara individu yang berbeda kebudayaan menjadikan pengaruh dan sifat yang berbeda pula. Model komunikasi antar budaya yang di lahirkan oleh Gudykunst dan Yun Kim, yaitu komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berbeda atau komunikasi dengan orang-orang asing. Meskipun disebut model komunikasi antarbudaya, model komunikasi ini dapat merepresentasikan komunikasi antara siapa saja, karena pada dasarnya tidak ada dua orang yang mempunyai budaya, sosiobuda dan psikobudaya yang sama persis. Berikut model komunikasi antarbudaya dari Gudykuns dan Yun Kim:
repository.unisba.ac.id
35
Sumber:
https://jurnalistiknuaink.files.wordpress.com/2011/09/12.jpg, pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 22.57 wib.
diakses
Model Gudykunst dan Yun kim ini mengamsumsikan dua orang yang setara dalam berkomunikasi, masing-masing sebagai pengirim dan sekaligus sebagai penerima, atau keduannya sekaligus melakukan penyandian (encoding) dan penyandian balik (decoding). Dalam model ini tampak bahwa pesan suatu pihak sekaligus juga adalah umpan balik bagi pihak lainnya. Pesan/umpan balik antara kedua peserta komunikasi direpresentasikan oleh garis dari penyandian seseorang ke penyandian balik orang lain dari penyandian orang kedua ke penyandian balik orang pertama. Kedua garis pesan/umpan balik menunjukan bahwa setiap kita berkomunikasi, secara serentak menyandi dan menyandi balik pesan (Gudykunst &Kim dalam Mulyana, 2011: 169-170).
Menurut gambaran model komunikasi Gudykunst dan Kim, kedudukan sender/decoder dengan receiver/decoder sama. Individu A dan Individu B dapat berperan sebagai pengirim sekaligus penerima. Masing-masing individu dapat melakukan penyandian pesan. Pesan suatu pribadi A dapat juga menjadi umpan balik bagi pribadi B dan begitu pula sebaliknya. Dalam penyampaian pesan, ada
repository.unisba.ac.id
36
faktor-faktor yang memepengaruhi komunikan dalam menanggapi pesan tersebut. Faktor-faktor tersebut berupa filter konseptual yang terdiri dari faktor sosiobudaya, psikobudaya, dan lingkungan Menurut Gudykunst dan Kim, “Penyandian pesan dan penyandian balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang
dikategorikan
menjadi
faktor-faktor
sosiobudaya,psikobudaya
dan
lingkungan” (Mulyana, 2011: 170). Lingkaran paling dalam, yang mengandunhg interaksi antara penyandian pesan paling dalam, yang mengandung interaksi antara penyandian pesan dan penyandian pesan balik pesan, dikelilingi tiga lingkaran lainnya yang merepresentasi pengaruh,budaya, sosiobudaya dan psikobudaya Dikelilingi tiga lingkaran lainya yang merepresentasikan pengaruh budaya, sosiobudaya, dan psikobudaya. Ketiga lingkaran dengan garis putus-putus mencerminkan hubungan faktor-faktor yang tidak dapat dipisahkan dan saling memepengaruhi. Lingkungan merupakan salah satu unsur yang melengkapai model Gudykuns dan Kim. Garis putus-putus yang melambangkan lingkungan merupakan pembuktian bahwa lingkungan tersebut bukanlah daerah tertutup. Lingkungan mempengaruhi kita kita dalam menyandi dan menyandi balik pesan. Lokasi geografis, iklim, situasi arsitektual (lingkungan fisik). Dan persepsi kita atas lingkungan dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain. Gudykunst dan Kim mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang akan memepengaruhi perilaku komunikasi manusia, yaitu :
repository.unisba.ac.id
37
a.
Sosiobudaya Sosiobudaya adalah pengaruh yang menyangkut proses penataan sosial (social ordering proses). Penataan sosial berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola prilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu. Sosiobudaya ini terdiri dari empat faktor utama, yaitu: keanggotaan kita dalam kelompo sosial, konsep diri kita, ekspektasi peran kita, dan definisi kita mengenai hubungan antarpribadi
b.
Psikobudaya Psikobudaya mencakup proses penataan pribadi (personal ordering process). Penatan pribadi ini adalah proses yang memberi stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor psikobudaya ini meliputi stereotip dan sikap (misalnya etnisentrisme dan prasangka) terhadap kelompok lain. Stereotip dan sikap kita kita menciptakan pengharapan mengenai bagaimana oranglain akan berprilaku. Pengharapan itu akan mempengaruhi bagaimana orang lain akan berprilaku. Etnosentrisme adalah sebuah sikap yang menyatakan bahwa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan orang lain.
c.
Lingkungan Salah satu unsur yang melengkapi model Gudykunst dan Kim ini adalah lingkungan. Lingkungan akan memepengaruhi kita adalam menyandi dan menyandi balik pesan. Lokkasi geografis, iklim, situasi arsitektual (lingkungan fisik), dan persepsi kita
atas lingkungan
repository.unisba.ac.id
38
tersebut, mempengaruhi cara kita menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang kita buat mengenai perilaku orang lain.
2.2.7
Konsep berkaitan dengan komunikasi Antarbudaya Dalam buku Alo Liliweri yang berjudul Makna budaya Dalam
Komunikasi antar budayandijelaskan bahwa pembahasan komunikasi antar budaya akan melibatkan beberapa konsep atau mungkin istilah yang berulangulang. Beberapa konsep itu adalah: a.
Etnik Kelompok entik adalah sebuah himpunan manusia yang di
persatukan oleh suatu kesadaran atas kesamaan sebuah kultur atau subkultur tertentu, atau karena kesamaan ras, agama, asal usul bangsa, bahkan peran dan fungsi tertentu (J. Jones dalam Liliweri, 2007: 14). b.
Ras Ras adalah suatu himpunan manusia dari suatu masyarakat yang
dicirikan oleh kombinasi karakteristik fisik, genetika keturunan, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang memudahkan kita untuk membedakan subkelompok itu dengan kelompok yang lain. (W.M. Krogman dalam Liliweri, 2007: 15) Perbedaan fisik itu meliputi warna kulit, bentuk kepala, roman wajah, warna rambu, dan faktor-faktor fisik lain yang membuat perbedaan antara satu kelompok manusia dengan kelompok lainnya. Yang membuat kita mengakui adanya perbedaan antara ras manusia.
repository.unisba.ac.id
39
c.
Etnosentrisme Konsep etnodentrisme seringh kali dipakai secara bersaman
dengan rasisme. Konsep ini mewakilisuatu pengertian bahwa setiap kelompok etnik/ras mempunyai semangat dan ideologi untuk menyatakan bahwa kelompoknya lebih tinggi dari kelompok ras lain. Akibat ideologi ini maka setiap kelompok etnik atau ras akan memiliki sikap etnosentrisme yang sangat tinggi. Sikap etnosentrisme berbentuk prasangka, stereotip, diskriminasi, dan jarak soaial terhadap kelompok lain (J.Jones dalam Liliweri 2007: 15) d.
Multikulturalisme Merupakan suatu paham atau situasi kondisi masyarakat yang
tersusun dar banyak kebudayaan. Orang-orang yang multi kultur atau multi budaya adalah mereka yang telah mempelajari dan menggunakan kebudayaan secara cepat, efektif, jelas serta ideal dalam interaksi dan komunikasi dengan orang lain. (David S. Hopes dalam Liliweri, 2007: 16) e.
Komunikasi Intrabudaya Komunikasi
intrabudaya
(sering
dianggap
sebagai
situasi
antarbudaya yang paling lemah) adalah komunikasi diantara para anggota yang berbudaya sama. Komunikasi intrabudaya meliputi semua bentuk komunikasi antar anggota suatu etnik/ras oleh siapa saja yang berkebudayaan yang sama. (Liliweri, 2007: 18)
repository.unisba.ac.id
40
f.
Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya adalah suatu studi tentang perbandingan
gagasan atau konsep dalam berbagai kebudayaan. Perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dalam satu kebudayaan. Disini terlihat bahwa komunikasi antarbudaya lebih meliputi interaksi antar orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, sedangkan komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan interaksi antar orang dari latar belakang budaya yang sama, atau perbandingan suatu aspek tertentu dari suatu kebudayaan dengan orang-orang dari suatu latar belakang budaya lain. (Liliweri, 2007: 18) g.
Komunikasi internasional Komunikasi internasional adalah komunikasi antar bangsa dan
antar lembaga-lembaga pemerintahan yang berbeda negara. Komunikasi internasional terjadi diantara dua atau lebih bangsa dan negara yang memiliki struktur politik yang berbeda, lebih dari sekedar komunikasi antara dua individu ysng berbeda bangsa dan negara. Bentuk komunikasi internasional ini biasanya penuh dengan acara ritual dan protokoler yang diadakan dalam situasi dan suasana yang sangat formal. Komunikasi internasional dipengaruhi oleh hukum internasional, kekuatan militer, perjanjian kerja sama, persutujuan rahasia, dan opini. (Larry Samofar & Richard dalam Liliweri, 2007: 19)
repository.unisba.ac.id
41
2.2.8 a.
Konteks Komunikasi antarbudaya
Komunikasi Antarpribadi komunikasi antarpribadi adalah berkomunikasi dengan seseorang secara
informal dan tidak berstruktur, yang terjadi diantara dua atau tiga orang. Dalam kenyataanya, proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua atau tiga orang dipengaruhi oleh faktor-faktorpersonal maupun kelompok. Faktor personal yang mempengaruhi komnikasi antarpribadi antara lain adalah faktor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri dan harga diri. Konteks komunikasi antarbudaya juga meliputi komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda budaya. b. Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok merupakan komunikasi diantara sejumlah orang di dalam sebuah kelompok. Komunikai antarbudaya sering terjadi di dalam konteks kelompok yang anggotanya berbeda latar belakang kebudayaan. Termasuk dalam pengertian konteks komunikasi kelompok adalah operai komunikasi antarbudaya di kalangan in group maupun out group. c. Komunikasi Publik Komunikasi Publik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang dalam situasi pertemuan (rapat, seminar, lokakarya, dan simposium). Komunikasi publik mengutamakan pengalihan pesan yang tersusun secara baik, dalam bentuk tulisan maupun lisan, yang dimulai dengan proses satu arah kemudian dibuka dialog antara pembicara dengan audiens. Harus diakui bahwa kebanyakan komunikasi publik meliputi audiens yang datang dari latar
repository.unisba.ac.id
42
belakang budaya yang berbeda terhadap pesan-pesan yang di sampaikan atau yang kemudian didiskusikan. Karna itu, efektivitas seluruh proses komunikasi publik ditentukan pula oleh komunikasi antarbudaya. d. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok yang bersifat impersonal yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok/unit kerja dalam satu organisasi. Organisasi merupakan wadah yang memperkerjakan karyawan yang berasal berbagai latar belakang pendidikan, pengalaman dan kebudayaana yang berbeda. Karna itu, efektifitas seluruh proses komunikasi publik ditentukan pula oleh komunikasi antarnbudaya. e. Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan massa yang umumnya dilakukan oleh media massa. Seperti surat kabar, majalah, buku radio dan televisi. Seluruh proses komunikasi massa sering kali melibatkan berbagai aspek perbedaan latar belakang budaya. Khalayak dalam komunikasi massa merupakan orang atau kelompok orang yang berbeda latar belakang budaya dan tersebar di berbagai ruang grafis yang luas. Dampak pesan yang dihadirkan oleh media massa bagi khalayak yang berasal dari kebudayaan yang berbeda sangat besar terhadap perubahan sikap. Karna itu pemahaman terhadap konsep komunikasi antar budaya sangat membantu untuk menganalisis konteks komunikasi massa.
repository.unisba.ac.id
43
2.2.9
Komunikasi Antarbudaya yang efektif Proses komunikasi dikatakan berhasil jika tujuan dalam berkomunikasi
telah tercapai, yakni ketika pesan apa yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima baik oleh komunikan dan dia memberi makna yang sama terhadap pesan tersebut. Jika dua orang atau lebih berkomunikasi antarbudaya secara efektif maka mereka akan berurusan dengan satu atau lebih pesan yang ditukar. Mereka harus bisa memberikan makna yang sama atas pesan. Singkatnya, komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dihasilkan oleh kemampuan para partisipan komunikasi lantaran mereka berhasil menekan sekecil mungkin kesalahpahaman. (Gudyskunst dalam Liliweri, 2007: 227228).
Dalam perjalanan hidupnya, manusia akan selalu berusaha memperoleh dan mendapatkan gambaran yang jelas menganai pikiran, perasaan dan kemampuan lainya demi tercapainya sebuah tujuan. Komunikasi yang efektif akan membantu manusia dalam mengembangkan relasi antarpribadi, mengantarkan manusia sukses menjadi seorang komunikator tanpa memperdulikan profesi mereka masing-masing. Dalam komunikasi antarbudaya selalu myncul adagium tentang kebimbangan terhadap komunikan, misalnya kita tidak mengenal secara baik tentang orang lain, yang menjadi lawan bicara kita tidak bisa diramalkan, keadaan yang sedang kita hadapai bersifat ambigu, misterius, aneh, dan tidak bisa dijelaskan. Dalam studi komunikasi antarbudaya, semua orang yang kita sebut sebagai komunikan selalu dinilai tidak bersahabat, tidak seperti biasanya, orang baru, atau orang asing. (Lusting & Koester dalam Liliweri 2007: 237).
repository.unisba.ac.id
44
2.2.4
Pengertian sikap Sikap manusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli.
Berkowitz bahkan menemukan adanya lebih dari tigapuluh defenisi sikap. Semua defenisi itu umumnya dapat dimasukan ke dalam salah satu kelompok kerangka pemikiran. (Berkowitz, dalam Syaifudin Azwar 2007: 4) Salah satu kelompok kerangka
pemikiran mengenai sikap adalah
kelompok yang diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), Lapierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport (1935). Menurut kelompok ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan dengan suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Lapiere juga mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. (Azwar, 2007:5) Jadi dari berbagai definisi sikap yang dikemukakan oleh para ahli, secara garis besar konsep sikap dibentuk oleh tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan prilaku. Komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal yang berkenaan dengan objek sikap, dapat berupa tangapan atau keyakinan, kesan, atribusi dan penilaian tentang objek sikap. Komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap.
repository.unisba.ac.id
45
2.2.10 Struktur sikap Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative). (Azwar, 2007: 24) a.
Komponen Kognitif Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b.
Komponen Afektif Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun, pengertian persaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudanya bila dikaitkan dengan sikap.
c.
Komponen konatif Komponen konatif atau perilaku dalam struktur sikap menuntukan bagaimana perilaku atau kecendrungan berperilaku yang ada dalam diri seseorangberkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Kecendrungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan dalam membentuk sikap individu.
repository.unisba.ac.id
46
2.2.11 Pembentukan sikap Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung aeti lebih daripada sekedar adnya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan yang saling mempengaruhi diantara individu yang satu dengan yang lainnya, terjadi hubungan timbal-balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individusebagai anggota masyarakat. Interaksi sosisal itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. (Azwar, 2007: 30) Dalam berinteraksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psokologis yang dihadapinya. Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi pembentukan sikap: a. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan emosional, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam danlebih lama berbekas. Namun, dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap. Individu sebagai orang yang menerima pengalaman, biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang dialaminya dari pengalamanpengalaman lain terdahulu.
repository.unisba.ac.id
47
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain yang berada di sekitar merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut memepengaruhi sikap manusia. Sesorang yang dianggap penting, seseorang yang berarti khusus, seseorang yang, akan banyak memberi pengaruh dalam pembentukan sikap. Orang-orang yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, teman dekat, sahabat, guru, suami, istri dan lain sebagainya. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searahdengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecendrungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana manusia hidup dan dibesarkan mempunyai andil yang sangat besar dalam pembentukan sukap manusia. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap
berbagai
masalah.
Kebudayaan
telah
mewarnai
sikap
masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memeberi corak pengalam individu yang menjadi anggota masyarakatnya. Hanya kepriabadian individu yang kuat dan mapanlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
repository.unisba.ac.id
48
d. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, suratkabar, majalah,dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian pesan sebagai tugasnya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai mengenai sesuatu hal memeberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal-hal baru. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moraldalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menetukan sikap individu terhadap suatu hal.
repository.unisba.ac.id