BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan didalam penelitian ini, akan dijelaskan mengenai parasosial, dan penjelasan mengenai remaja 2.1.
Parasosial
2.2.1. Pengertian Parasosial McCutcheon, dalam Julianto, (2005), dengan model ‘absorption-addiction’ menjelaskan fenomena parasosial, dari hubungan dan interaksi parasosial ini akan tercipta motivasi untuk menyerap identitas diri dari idola (absorption) yang selanjutnya membawa penggemar kepadarasa cinta yang mendalam (addiction) yang ditunjukkan melalui perilaku mereka.
Perilaku inilah yang disimpulkan sebagai
perilaku parasosial, yaitu perilaku yang ditunjukkan seseorang untuk menunjukkan rasa cinta mereka terhadap seorang artis idola. Perilaku parasosial memiliki ciri satu arah yaitu kontrol pada artis idolanya, apapun yang dilakukan atau dikatakan oleh artis tersebut, merupakan stimulasi bagi para penggemar untuk mengetahuinya, tidak peduli hal itu benar atau tidak. Penggemar pengalaman melalui perantara media ini dirasakan sebagai hubungan yang benar-benar terjadi nyata, sehingga tampak adanya perasaan hubungan layaknya para penggemar sangat mengenal artis idolanya, baik itu latar belakang pribadinya,
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
hobi, kepribadian mereka bahkan siapa saja yang pernah berhubungan dengan mereka (Horton & Wohl dalam Julianto 2005). Istilah television perfomer digunakan untuk menjelaskan untuk menjelaskan tokoh khas dan asli dalam kehidupan sosial yang ditampilkan di radio dan televisi seperti karakter fisik yang tampil dalam film atau opera, selain itu television perfomer bisa berasal dari tokoh yang menunjukkan karakter dirinya sendiri seperti pembawa acara, penyanyi, model, politikus, olah ragawan, dan lain-lain. television perfomer bisa juga bukan manusia nyata, melainkan tokoh kartun (Giles dalam Widiasari, 2002).
2.2.2. Karakteristik Individu Parasosial Terdapat beberapa faktor dari karakteristik individu yang memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan hubungan parasosial (Holffner, dalam Julianto, 2005): 1.
Interpesonal Attacment menggunakan tokoh televisi sebagai sarana pemuasan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhanyang tidak tercapai.
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.
Empati Individu Empati akan meningkat kecenderungan penonton dalam mengenali, memahami, dan saling berbagi dengan tokoh artis yang sedang disaksikannya.
3.
Perempuan Banyak penelitian membuktikan bahwa perilaku parasosial ini memiliki kecenderungan lebih kuat dan lebih sering terjadi pada perempuan (Holffner, 2002 dalam Julianto, 2005) .
2.2.3. Efek Parasosial Beberapa hal yang terbentuk atau dipengaruhi oleh adanya perilaku parasosial (Hoffner dalam Julianto 2005): a. Membentuk hubungan dan interaksi parasosial, penonton merasakan suatu kepuasan dalam kebutuhan interaksi sosialnya. b. Timbulnya rasa persahabatan yang semu antara penggemar dengan artis idolanya c. Pedoman bertingkah laku, perilaku yang ditunjukkan artis idola , bahkan nilai-nilai budaya menjadi panduan penggemar untuk bertingkah laku yang sama dalam kehidupan sehari-hari
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Penggemar mengguanakan situasi dan tingkah laku artis idolanya di dalam film maupun di dunia nyata, untuk mengartikan dan memahami kehidupan dirinya sendiri e. Penggemar yang membentuk hubungan maupun interaksi yang sangat kuat terhadap artis idolanya dapat menimbulakan gejala patologis, dimana individu akan melakukan segala hal yang dilakukan oleh artis idolanya. 2.2.4. Aspek Parasosial Parasosial mempunyai 3 (tiga) aspek yaitu (Hollfner dalam Julianto 2005); 1. Aspek sosial dan hiburan, dimana individu mengagumi artis idola dan merasakan bahwa hal tersebut menghibur. 2. Aspek intense personal feeling, individu merasakan adanya hubungan emosional dengan artis idolanya. 3. Aspek patologi ringan, dimana individu menunjukkan tanda-tanda patologi terhadap artis idolanya dan bahkan rela berbuat hal-hal berbahaya demi artis idolanya. 2.3.1. Definisi Remaja Masa remaja memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh faktor sejara-sosial, dengan berbagai batasan tersebut remaja (adolescence) diartikan
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencangkup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock, 2006). Remaja (adolescence) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja ini berkisar antara usia 12/1321 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, mengutip pendapat Erikson, maka remaja akan melalui masa krisis dimana remaja berusaha untuk mencari identitas diri ( search for self-identity) Dariyo (2004) Transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia & Olds, 2001). Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal 13 hingga 16 atau 17 tahun, dan masa remaja akhir 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Hurlock membedakan masa remaja awal dan akhir karena pada masa akhir individu telah sampai pada masa transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990). Tahap Perkembangan Remaja, Saraswaty 2009 Tiga tahap perkemangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan;
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.
Remaja Awal Seorang remaja pada tahap ini masih bingung akan perubahan yamg terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubanhan tersebut, pada masa remaja awal ini sulit dimengerti orang dewasa.
2.
Remaja Madya Tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman, selain itu pada tahap perkembangan remaja madya ini, remaja sedang berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Remaja pria harus mempererat hubungan dengan kawan-kawan lain dari lawan jenis.
3.
Remaja Akhir Tahap ini adalah masa kondisi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal berikut : 1) Minat yang makin mantap dengan fungsi-fungsi intelek 2) Egonya yang mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman baru 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4) Egoisentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh dinding yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) Karakteristik Perkembangan Remaja Isu perkembangan remaja meliputi identity (menentukan dan memahami diri sebagai individu), autonomy (mengembangkan sence of independence yang sehat), intimacy (mengekspesikan perasaan seksual dan menikmati kontak fisik dengan orang lain), sexuality dan achievement (menjadi seorang yang sukses dan kompeten sebagai anggota masyarakat). (Race dalam Saraswaty 2009), remaja memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Transformasi fisik Perubahan fisik yang terjadi secara signifikan, misalnya badan bertambah tinggi dan bertambah berat, bentuk badan yang membulat pada wanita, pertumbuhan jakun pada pria, dan lain sebagainya. 2) Meningkatnya testion (ketegangan) Perubahan fisik juga meliputi kematangan system reporduksi sehingga berpotensi mengakibatkan masalah psikologisn dan emosional
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3) Perubahan emosi Perubahan seksual tubuh remaja berdampak pada perubahan emosi dalam diri mereka dan sering mengakibatkan mereka kurang tepat dalam mengarahkan emosi dan terkadang dalam situasi, tempat, maupun orang yang salah. 4) Ketidak puasan status Status remaja dalam masyarakat dianggap kurang jelas, tidak dianggap sebagai anak-anak tetapi juga belum dikatakan dewasa. Gejolak emosi dan masalah remaja pada umumnya disebabkan oleh adanya konflik peras sosial tersebut. 5) Kedewasaan secara intelektual Remaja umumnya sudah mencapai tahap kedewasaan secara intelektual karena mereka sudah mencapai tahap format operation yang ditandai dengan kemampuan untuk berfikir abstrak (Piaget dalam Santrock, 2007). Priode formal operasional ini, remaja dianggap mampu mengemukakan alasan dengan cara abstrak dan logis, mampu merumuskan ide tanpa ketergantungan terhadap objek/peristiwa kongkrit, dan sudah memiliki sciencetific reasoning. 2.2.
Kerangaka Pemikiran Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka kerangga pemikiran sebagai
berikut
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1. Kerangka berfikir Remaja Mencari hubungan dengan orang lain Keinginan untuk keterlibatan sosial
Parasosial Interaksi parasosial Persahabatan semu Pedoman tingkah laku Menggunakan tingkah laku didalam dunia nyata Membuat hubungan yang sangat kuat
Pada tahap ini remaja mencari hubungan dengan orang lain dan keinginannya sangat besar untuk keterlibatannya dalam bersosialisasi. Remaja yang berperilaku parasosial memiliki persahabasan semu dengan idolanya dan menggunakan tingkah laku idolanya dalam dunianya sehingga membuat hubungan yang sangat kuat dengan selebriti idolanya.
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/