9
BAB II KAJIAN TEORI
1. Pengertian Membaca Pemahaman Pada uraian di bawah ini akan dijelaskan mengenai (a) arti dan tujuan membaca pemahaman, (b) pengajaran membaca pemahaman, (c) tujuan dan langkah pengajaran membaca pemahaman. Adapun penjelasannya sebagai berikut. Membaca pemahaman sering disebut dengan istilah membaca intensif atau membaca cermat. Membaca pemahaman menurut Tarigan (1983 : 56) adalah jenis membaca yang merupakan rincian membaca intensif yang bertujuan untuk: 1) standar- standar atau norma- norma, 2) resensi kritis, 3) drama tulis, dan 4) pola- pola fiksi. Adapun yang mengatakan bahwa membaca intensif atau membaca pemahaman adalah perbuatan membaca yang dilakukan dengan hati- hati dan teliti. Biasanya cara membacanya lambat dengan tujuan untuk memahami keseluruhan bahan bacaan sampai ke bagian- bagian yang paling kecil. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti dapat mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang dilakukan dalam hati untuk memahami isi pokok wacana secara tepat dan mendalam. Pengajaran Membaca Pemahaman Dalam pelaksanaan pengajaran membaca ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan pedoman oleh para pengajar dalam melaksanakan tugasnya. Adapun
10
prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman tersebut diantaranya: 1) Belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap berbagai pengaruh eksteren. Pengaruh tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. 2) Belajar membaca pada hakikatnya bersifat individual. Setiap individu memiliki kondisi, daya mental, perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda, maka pengajar hendaknya memiliki sikap yang tepat dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca. 3) Bahan bacaan yang disajikan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 4) Membaca pada dasarnya merupakan proses memahami makna tuturan tertulis. 5) Pengajaran membaca harus dapat membina siswa untuk menguasai topik dan menangkap ide pokok,pemanfaatan judul untuk memahami masalah topik bacaan. 6) Pengajaran membaca harus mampu membina kebiasaan membaca siswa sebagai suatu kegiatan yang mengasyikkan. Tujuan Membaca Pemahaman Tujuan pengajaran membaca pemahaman dapat dijabarkan Rohim (1996:11) sebagai berikut. 1) Para siswa dapat menngajukan pertanyaan mengenai isi bacaan yang dibacanya. 2) Para siswa dapat menemukan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks. 3) Para siswa dapat menyusun ringkasan. 4) Para siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata- katanya sendiri secara tepat dan sistematis. Tujuan Pengajaran Membaca Pemahaman dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Mata Pelajaran Bahasa Bahasa Indonesia SD/MI. Sesuai dengan standar kompetensi kurikulum KTSP untuk keterampilan membaca dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas III dapat dijabarkan menjadi
11
tiga jenis keterampilan membaca yaitu membaca indah, membaca pemahaman, dan membaca kalimat berhuruf Bahasa Indonesia yang secara keseluruhan memiliki tujuan siswa mampu membaca dan memahami isi teks bacaan dalam berbagai ragam bahasa. Untuk membaca pemahaman tujuan yang hendak dicapai adalah memahami isi bacaan, mencari kata sukar dan menceritakan kembali dengan ragam bahasa tertentu. Tingkatan membaca pemahaman 1) Pemahaman literat adalah kemampuan pembaca mengenal dan menangkap bahan bacaan yang tertera secara tersurat (eksplesit). 2) Pemahaman interpretatif adalah pemahaman isi bacaan yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan. Pemahaman ini menuntut pembaca untuk mampu menafsirkan fakta dan informasi dalam bacaan. 3) Pemahaman kritis adalah pemahaman isi bacaan yang dilakukan pembaca dengan berpikir secar kritis terhadap isi bacaan. Dalam pemhaman ini pembaca tidak hanya menginterpretasikan isi bacaan tetapi juga memberikan penilaian. 4) Pemahaman kreatif adalah pemahaman terhadap bacaan yang dilakukan dengan kegiatan membaca melalui berpikir secara interpretatif dan kritis untuk
memperoleh
pandangan
baru,
gagasan-gagasan
segar
dan
pemikiran-pemikiran yang orisinil, pemahaman ini menuntut pembaca mampu berimajinasi,merenungkan kemungkinan-kemungkinan yang baru dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya serta informasi-informasi yang diolahnya dari bacaan.
12
Penilaian membaca pemahaman Berkaitan dengan penilaian membaca pemhaman, Tampubolon (1990;244) dalamAndini Nunik (2010;24) mengemukakan bahwa pemahaman terhadap bacaan diukur dengan persentasebdari jawaban benar tentang isi bacaan. Maksud dari persentase pemahaman ini adalah persentase jawaban yang benar dengan pertanyaan yang tersedia. Adalah misalnya, jika ada sepuluh pertanyaan dan jawaban yang benar adalah enam, maka persentase pemahaman adalah 6/8 X 100% = 75%. Interval persentase tingkat penguasaan
Keterangan
83%-100%
Baik sekali
75%-82%
Baik
60%-74%
Cukup
42%-59%
Kurang
0%-39%
Gagal
2. Jenjang Pemahaman Dalam membaca Terdapat beberapa macam pandangan terhadap jenjang pemahaman sebagai fungsi hakiki membaca. Smith (otto,et,al.1979:152-153) sebagai Carrell dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa organisasi retorik suatu teks berpengaruh pada membaca pemahaman (Lee,1986), Pengenalan latar belakang budaya yang relevan dengan teks,dan struktur retorik teks membantu dalam
membaca,(Tudor,
1988
dan
1989;Eskey,1986;
Mandler
dan
Johson,1977,Stein dan Glenn,1979;serta Dintefaas dalam Freedle dan Fine,1983).
13
Dalam hubungan dengan jenjang pemahaman ini,Barret ( Otto,et.al.1979:153) membagi atas 4 taksonomi,yaitu (1) pemahaman literal (2) pemahaman menyimpulkan
(3)
pemahaman
mengevaluasi,
dan
(4)
pemahaman
mengapresiasi.masing-masing jenjang pemahaman tersebut dijabarkan ke dalam kemampuan- kemampuan bawahan yang lebih kecil. Rockey (1987:16-17) membagi jenjang pemahaman itu menjadi tiga kategori,meliputi (1) kemampuan mengenal atau mengungkapkan kembali ,(2) kemampuan menyimpulkan ,(3) kemampuan mengevaluasi. Jenjang pemahaman yang dikemukakan oleh Turner (dalam Alexander,1988), yaitu pemahaman literal,pemahaman inferensial,dan pemahaman evaluatif.
3. Pengukuran Membaca Pemahaman Sebagai kegiatan pengajaran ,membaca pemahaman bisa diukur. Banyak aspek yang dapat diukur dalam membaca pemahaman. sebanyak aspek yang terlibat didalam membaca pemahaman itu sendiri. Dalam membaca pemahaman, pertanyaan bacaan sangat penting. Pertanyaan biasa berfungsi sebagai alat mengajar (teaching device) dan bisa pula sebagai alat tes (testing device) (abbas,1978. Dengan pertanyaan dapat dikembangkan kemampuan pemahaman baik secara literal, inferensial maupun evaluative. Dengan pertanyaan pembaca dapat menggali lebih jauh makna isi, atau informasi dari teks yang dibaca. Dalam tes membaca pemahaman ada dua unsur yang diukur yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Menurut Valencia (saukah, 1990) unsur utama berkaitan dengan bagian yang disebut sebagai bagian “penciptaan makna”, sedang
14
unsur penunjang terdiri atas (a) pengenalan topik, (b) pengetahuan dan strategi metakognitif, dan (c) sikap dan kebiasaan membaca serta persepsi diri. Bagian “penciptaan
makna”,
adalah
satu-satunya
bagian
pengukuran
membaca
pemahaman yang dijadikan indikator kemampuan memahami teks, sedangkan bagian penunjang hanya sebagai alat pengumpul data untuk membantu memperjelas hasil bagian utama. Dalam membaca pemahaman terdapat beberapa macam bentuk tes yang bisa digunakan. Bentuk-bentuk tes tersebut ialah: tes esai, tes pilihan ganda, tes cloze, short context technique, recall taks, dan membuat ringkasan. Tes esai biasanya dimuat langsung di bawah teks. Keunggulan tes esai ini dapat mengukur pemahaman pembaca secara mendalam terhadap teks yang dipahami., dan mudah menyusunnya. Pembaca mempunyai kebebasan dalam memberikan jawaban. Namun kelemahan tes esai ini ialah terbatasnya aspek yang dapat diukur karena jumlah pertanyaan terbatas dan diperlukan waktu yang banyak dalam mengoreksi (Anderson, 1979). Tes pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes yang juga dapat digunakan untuk pemahaman. Menurut Oller (1979) tes pilihan ganda ini selain dapat mengukur pemahaman juga dapat mengukur inteligensi. Banyak aspek dari teks yang dapat diukur dengan menggunakan tes pilihan ganda ini. Pengoreksian serta administrasian tes mudah dan dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak lama. Tes Cloze adalah salah satu bentuk tes membaca pemahaman yang bersifat integrative. Tes ini dibuat dengan cara menghilangkan kata-kata dari suatu teks yang utuh berdasarkan formula tertentu. Kelemahan tes ini ialah bahwa tes ini
15
pada umumnya lebih banyak berkaitan dengan tes tata bahasa dan kosa kata daripada pemahaman. Untuk mengukur kemampuan pemahaman inferensial dan evaluative sukar dengan menggunakan tes ini (Stevenson, 1981). Bentuk tes membaca pemahaman lainnya ialah short context technique yang dikemukakan oleh Jafarfur (1987). Tes ini dibuat dengan menggunakan bahan stimulus yang diikuti pertanyaan singkat, sekitar dua atau tiga kalimat, diikuti pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda. Menurut Jafarfur bentuk tes short context technique ini autentik, lebih valid dan lebih reliable serta terhindar dari kelemahan-kelemahan yang terdapat pada tes pemahaman lainnya. Bentuk tes membaca pemahaman lainnya ialah recall taks. Tes ini mempunyai daya ukur kemampuan membaca yang cukup tinggi. Dalam tes ini pembaca disuruh menceritakan kembali isi bacaan baik secara lisan ataupun secara tertulis. Bahasa yang digunakan pembaca dalam mengerjakan tes ini merupakan bahasa pembaca sendiri (Lee, 1986). Beberapa penelitian yang telah dilaksanakan berkaitan dengan menggunakan bentuk tes “recall taks” ini dan dihubungkan dengan latar belakang pengetahuan pembelajar, membaca bersuara dan membaca dalam hati serta struktur retorik suatu tes, adalah Carell (1986) dan Connor (1984). Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa teknik recall taks cukup efektif sebagai alat tes membaca pemahaman. Dari beberapa bentuk tes membaca pemahaman di atas, untuk mengukur kemampuan pemahaman dalam penelitian ini digunakan bentuk tes esai. Digunakannya tes ini dengan pertimbangan bahwa bentuk tes esai ini memberikan kesempatan kepada subjek tes untuk mengemukakan sendiri secara langsung
16
pikirannya. Dengan cara demikian, dapat dilihat bagaimana wawasan pikiran subjek tes serta bagaimana cara mereka menjawab serta alasan yang digunakan dalam menjawab. Dalam penelitian ini, alasan yang digunakan pembaca dalam menjawab tes sangat penting diketahui, karena alasan yang diberikan pembaca tersebut akan menjadi indikator penggunaan strategi kewacanaan. Adapun alat pengukur untuk mengetahui strategi kewacanaan yang digunakan pembaca dalam memahami teks dari tes membaca pemahaman ini adalah angket. Dengan angket ini, diharapkan pembaca dapat memberikan respon. Respon yang diberikan pembaca tersebut yang dijadikan dasar dalam menentukan strategi kewacanaan apa yang digunakan pembaca dalam memahami teks tersebut. Cara seperti ini, oleh Cohen (1986) disebutnya dengan self report, yaitu suatu deskripsi yang diberikan sendiri oleh pembaca atas apa-apa yang dilakukannya.
4. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994).Dijelaskan pengertian
IPA
(sain)sebagai
hasil
kegiatan
manusia
berupa
pengetahuan,gagasan,dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,penyusunan
dan
pengujian
gagasan-gagasan
dan
menarik
kesimpulan.Menurut Carin&Sound (1989)yang dikutip Reni dkk (2004:6) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu system yang diperoleh dari obsevasi dan percobaan.Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak
17
hanya merupakan cara kerja,cara berfikir,dan cara memecahkan masalah.Dengan kata lain,IPA dapat dipandang sebagai proses produk dan sikap. Menunjuk pengertian IPA menurut Carin & Sound (1989) maka dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA meliputi empat unsur utama yaitu : Sikap proses, produk dan aplikasi. Sikap menunjukkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses menunjukkan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan
hipotesis,
perancang
eksperimen
atau
percobaan,
evaluasi,
pengukuran dan penarikan kesimpulan. Produk menunjuk pada berupa fakta, prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum sekolah dasar (1994) IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang berorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain: Penyelidikan, Penyusunan dan Penyajian gagasan-gagasan. Dalam kurikulum berbasis kompetensi (2004) IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, faktafakta, prinsip-prinsip proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Dari kedua definisi tersebut IPA memiliki nilai lebih dalam, yakni menumbuhkan sikap ilmiah pada diri siswa, sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan kompetensi anak dituntut lebih aktif, kreatif dan inovatif.
18
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu : a) Kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, b) Kemampuan untuk memproduksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji tidak lanjut hasil eksperimen, c) Kemampuan mengembangkan sikap ilmiah. Dengan
demikian
proses
pembelajaran
IPA
seyogyanya
dapat
mengembangkan proses keterlibatan aktif fisik, mental secara tepat. Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya : 1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melalui percobaan-percobaan, 2) Menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, 3) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dan kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah melalui pendekatan keterampilan proses.
5. Pembelajaran IPA SD Penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses IPA salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan. Sejumlah faktor dan konsep,dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar
19
yang Comperensive Penguasaan konsep-konsep IPA pun berperan memberikan kemampuan dasar akademis bagi siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah tugas utama pendidikan (melalui kolaborasi guru-siswa).Untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini melalui proses pembelajaran IPA yang dikelola secara profesional.Hakikat pendidikan IPA sebagai proses ,produk dan sikap (nilai) tugas penting guru IPA dalam membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir saintis ini dapat dituangkan dalam pembelajaran IPA bagi anak melalui penyediaan konteks yang auntentik yang melibatkan benda-benda peristiwa.Istilah dan pengertian IPA adalah tugas utama pendidikan melalui kolaborasi guru –siswa untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini melalui proses pembelajaran IPA yang dikelola secara profesional.
6. Tujuan pembelajaran IPA Siswa dilibatkan dalam kegiatan IPA sejak dini akan menghasilkan generasi dewasa yang melek sains yang dapat menghadapi tangtangan hidup dalam
dunia yang makin kompretatif sehingga mereka mampu turut serta
memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan. (Depdiknas,2001
:
6;Rutherfard,F.J.&Ahlgren.A.,1990;Susan,etal..,1990:2/31;Yager1993:4;Connor,1 990:6/7;Carin &Sund,1989:16)
20
A. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang bersifat relatif menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil belajar dalam pengertiannya banyak berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Tipe-tipe hasil belajar biasanya tercantum dalam tujuan yang ingin dicapai. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual, sikap maupun ketrampilan psikomotor. Benyamin Bloom et al mengklasifikasikan hasil belajar kedalam tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotor. Bloom membagi masing-masing domain kedalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy dalam Kandar Endang ;2009).
Ranah Kognitif Ranah
kognitif
meliputi
kemampuan
penembangan
keterampilan
intelektual dengan tingkatan-tingkatan yaitu: a) recal of data (hafalan), merupakan kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.kemampuan yang dimiliki hanya menangkap informasi kemudian menyatakan kembali informasi tersebut tanpa harus memahaminya. Comphrehension (pemahaman), merupakan kemampuan untuk memahami arti, interpolasi, interpretasi intruksi, dan masalah (Syambari Munaf;2001:69). c. Aplication (penerapan), merupakan kemampuan untuk menggunakan konsep dalam situasi baru atau pada umumnya kongkrit..d. Analysis, merupakan kemampuan untuk memilah materi atau konsep kedalam
21
bagian-bagian
sehingga
struktur
susunannya
dapat
dipahami.
E.
Synthesis,merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi keseluruhan yang terpadu (Syamsubari Munaf;2001:73) f. Evaluasi,merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai-nilai atau ide-ide.
B. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran adalah proses yang didalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru,siswa dan komunikasi serta timbal balik yang langsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman:2001). Proses Pembelajaran guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan.Antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Menurut Hasibuan (1988)pola pembelajaran yang efektif adalah pola yang didalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa,artinya guru tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan pada pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi tetapi bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang harus menciptakan situasi memimpin,merangsang dan menggerakan siswa secara aktif. Selain itu guru harus dapat menimbulkan rasa keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya atau sekedar bertanya, hal ini disebabkan karena mengajar bukanlah hanya suatu aktifitas yang sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru dari informasi menjadi pengelola belajaran yang
22
bertujuan untuk membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu tujuan pembelajaran, adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus menyediakan peluang didalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan siswa lebih besar. Menurut Blosser dalam bukunya yang berjudul “Research Matters to the Sclence Taecher No.9001. Using Question in Sclence Classtoom”. Salah satu metode untuk merangsang siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan. Menurut pendapat dikemukakan Hasibuan (1988) dalam konteks pembelajaran dari sudut pandang teori belajar, pertanyaan merupakan suatu yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar sehingga anak akan lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Sejalan dengan itu sudut pandang lain juga mengatakan bahwa pertanyaan merupakan satu tindakan pedagogik guru dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan secara bersama. Pertanyaan merupakan salah satu metode sederhana yang dapat menjadi metode alternatif yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hasil belajar. Pendapat Piaget (dalam Dahar, 1996) bahwa perumusan pertanyaan merupakan salah satu bagian yang paling penting dan paling kreatif dalam pendidikan. Pengaruh positif dari kegiatan menggunakan evaluasi atau pertanyaan adalah : 1.
Meningkatkan partisipasi siswa dalam meningkatkan pembelajaran.
23
2.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
3.
Mengembangkan pola dan cara belajar aktif siswa.
4.
Menuntut proses berpikir siswa.
5.
Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
C. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TERPADU Fogarty (1991) mengemukakan bahwa terdapat 10 model pembelajaran terpadu.Namun dengan mempertimbangkan berbagai teknis penerapannya, Studi IPA di jawa timur (1999 s.d.2002) memilih tiga model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terpadu untuk diterapakn , yaitu : (a) model keterhubungan (connected) ,(b) model jaring laba –laba (webbed) ,dan (c) model keterpaduan (iiintegrated). Model
jaring
laba
–laba
merupakan
model
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.Dengan pendekatan ini , pengembangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terpadu dimulai dengan menentukan tema tertentu, misalanya interaksi.Tema dapat ditetapkan dengan kesepakatan antar guru dan siswa , tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesama guru. Setelah tema tersebut disepakati, dikembamgkan sub – sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu. Dari sub –sub tema ini dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa.
24
Tema
Gambar Diagram model jaring laba-laba (webbed) D. PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa ,baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip–prinsip keilmuan secara holistik ,bermakna dan autentik. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt,termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan beroerantasi pada kebutuhan dan perkembangan anak. Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru dan siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadaminta ,1983) . Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-
25
konsep dalam suatu mata pelajaran, tetapi juga keterkaitannya dengan konsepkonsep dari mata pelajaran lainnya. Adanya tema ini akan memberikan banyak keuntungan , diantaranya : (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) siswa dasar antara mata pelajaran dalam tema yang sama ; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkasan;
(4) kompetensi dasar dapat
dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa dapat lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) siswa dapat lebih bergairah belajar karena dapar berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalm satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan ,waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, dan pengayaan.
E. Landasan Pembelajaran Tematik Landasan yuridis berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Dalam UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
26
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat , minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1 – b). Disamping itu, keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi juga oleh lingkungan.
F. Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Anak SD Model pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar atau mengarahkan siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Pembelajran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan –kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungan; (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komuniksi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Pembelajaran tematik sangat penting diterapkan disekolah dasar sebab memiliki banyak nilai dan manfaat, diantaranya: (1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, (2) siswa dapat melihat hubungan- hubungan yang bermakna sebab
27
isi/ materi pembelajran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir; (3) pembelajran tidk terpecah- pecah karena siswa dilengkapi dengan pengalaman belajar yang lebih terpadu juga ; (4) memberikan penerapanpenerapan dari dunia nyata sehingga dapat mempertinggi kesempatan tranfer belajar (transfer of learning); (5) dengan adanya pemaduan antarmata pelajran, penguasaan materi pembelajaran , penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik dan meningkat.