BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Loan to Deposit Ratio (LDR)
2.1.1 Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) Pengertian Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank.
Kasmir (2012: 319) mengartikan Loan to Deposit Ratio sebagai berikut: βLoan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.β
Sedangkan menurut Sipahutar (2007: 7), Loan to Deposit Ratio dinyatakan sebagai: βLDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga.β
Dendawijaya (2001: 101) mengartikan Loan to Deposit Ratio adalah seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang
8
9
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini menggambarkan kurang baiknya likuiditas bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia membatasi tingkat Loan to Deposit Ratio yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio berkisar antara 78% sampai dengan 92%. Loan to Deposit Ratio mempunyai peranan penting sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga Loan to Deposit Ratio juga dapat digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. Loan to Deposit Ratio dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya memiliki kecenderungan Loan to Deposit Ratio yang relatif rendah, sebaliknya manajemen yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio yang tinggi atau melebihi batas toleransi.
10
2.1.2 Perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima bank. Nilai Loan to Deposit Ratio dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP mengenai Pedoman Penghitungan Rasio Keuangan yaitu:
πΏπππ π‘π π·ππππ ππ‘ π
ππ‘ππ =
πΎπππππ‘ π·πππ ππβππ πΎππ‘πππ
Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Sedangkan dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan dan deposito tetapi tidak termasuk deposito antar bank.
2.2
Konsep Pengendalian Likuiditas
2.2.1
Pengertian Likuiditas Pengertian likuiditas menurut Riyanto (2002: 25) adalah: βLikuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi. Sedangkan menurut Syamsuddin (2007: 41), likuiditas adalah: βLikuiditas adalah suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.β
11
Siamat Dahlan (2005: 336), Oliver G. Wood Jr University of South California berpendapat bahwa pengertian likuiditas yaitu: βLikuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.β Dari beberapa definisi tentang likuiditas di atas, dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan suatu indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. 2.2.2
Manfaat Likuiditas Likuiditas suatu bank mempunyai peranan penting dalam keberhasilan
pengelolaan suatu bank. Likuiditas diperlukan antara lain untuk keperluan (Triandaru & Budisantoso, 2008: 110): 1. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan bank sentral. 2. Penarikan dana oleh deposan. 3. Penarikan dana oleh debitor. 4. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo. 2.2.3
Fungsi Likuiditas Bank Fungsi likuiditas bank menurut Hasibuan (2001: 95) antara lain:
1. Untuk memenuhi Ketetapan Bank Indonesia. 2. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat. 3. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring.
12
4. Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank. 5. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank. 6. Merupakan salah satu alat kebijaksanaan moneter pemerintah untuk mengatur jumlah uang beredar. 7. Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar mata uang. 8. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank. 2.2.4
Konsep Pengendalian Likuiditas Menurut Rusyamsyi (1999: 40) konsep pengendalian likuditas adalah
sebagai berikut: 1. Cost of Liquidity Concept Dalam upaya menjaga kestabilan likuiditasnya, maka pihak bank harus memperhatikan biaya-biaya yang timbul dalam pengendalian likuiditas, antara lain: 1) Biaya karena menahan alat likuid (cost maintaining level of liquidity), yaitu biaya yang timbul karena harus menahan sejumlah alat likuid dalam bentuk rekening di bank koresponden, bank sentral, dan dalam bentuk kas. 2) Biaya untuk mengkover risiko apabila terjadi kekurangan likuiditas (cost from insufficient liquidity), yaitu biaya yang timbul karena kurangnya likuiditas yang ditahan sehingga harus mengeluarkan biaya lain yang lebih besar dari biaya yang seharusnya dikeluarkan (biaya
13
denda overdraft, biaya fasilitas diskonto, biaya pengambilan uang kas yang mendadak). 2. Cash Flow Concept Cash flow konsep mendasarkan diri pada arus dana masuk (cash in) dan arus dana keluar (cash out). Langkah-langkah yang dilakukan dalam konsep ini adalah: 1) Menyusun tabel basic surplus, yaitu suatu tabel yang menggambarkan posisi neto antara dana masuk (liquid funds) dengan dana keluar (day to day funds) dalam suatu periode tertentu. 2) Menyusun liquidity profile (kebutuhan likuiditas), yakni kondisi yang menunjukkan jumlah dan yang harus disediakan/dibutuhkan dalam satu periode tertentu (1 bulan atau 3 bulan). 3) Menyusun indeks likuiditas (liquidity index). Likuiditas indeks ini digunakan untuk mengetahui sumber dan penggunaan dana bank secara keseluruhan ditinjau dari sudut likuiditas. 3. Balance Sheet Concept Balance sheet concept adalah konsep yang mendasarkan pada posisi neraca. Dalam konsep ini terdapat dua pendekatan, yaitu: 1) Pool of Fund Aproach Pendekatan ini berlandaskan pemikiran bahwa semua jenis sumber dana digabungkan menjadi satu wadah (pool) dengan tanpa membedabedakan jenis dananya, kemudian dialokasikan ke masing-masing penggunaan dana.
14
2) Asset Conversition Aproach Dasar pemikiran konsep ini adalah bahwa semua jenis dana dibedakan berdasarkan likuid tidaknya dana. 2.2.5
Rasio Likuiditas Harahap (2004: 301) mengemukakan bahwa rasio likuiditas adalah suatu
teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Terdapat beberapa indikator atau ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank antara lain (Triandaru & Totok, 2008: 112): 1. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga. Indikator ini untuk mengukur kemampuan alat likuid yang tersedia di bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas akibat adanya penarikan dan pihak ketiga. Alat likuid tersebut dapat berupa uang kas, saldo giro pada bank sentral dan bank koresponden, dan cek dalam proses penagihan. Dana pihak ketiga tersebut dapat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan kewajiban jangka pendek lainnya. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan likuiditas yang tinggi pula. 2. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio). Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang tinggi menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid.
15
3. Rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga. Semakin tinggi rasio surat berharga jangka pendek terhadap total surat berharga yang dimiliki suatu bank, maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan penulis dalam mengukur tingkat likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini dikarenakan LDR dapat mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengembangkan penyaluran kredit yang dananya berasal dari dana pihak ketiga.
2.3
Tinjauan Profitabilitas Bank
2.3.1
Pengertian Profitabilitas Bank Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik yaitu bank yang
mampu menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi. Tingkat profitabilitas bank menjadi suatu hal yang penting karena bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas yang terus meningkat. Bagi bank, profitabilitas lebih penting dari sekedar laba. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal dalam operasi, oleh karena itu keuantungan atau laba yang besar tidak menjamin bahwa ukuran suatu bank tersebut menguntungkan (profitable) sehingga dapat dikatakan bahwa profitabillitas tinggi lebih penting dari laba yang besar. Harahap (2004: 304) menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan
16
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Menurut Hasibuan (2002: 100) profitabilitas bank adalah: βProfitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya adalah laba (rupiah) yang dinyatakan dalam persentase profit.β
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. 2.3.2
Ukuran Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan perusahaan mendapatkan laba yang
optimal melalui semua kemampuan dari sumber yang ada. Menurut Sugiono dan Untung (2008: 70), rasio profitabilitas adalah: βRasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen yang mencerminkan pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.β
Menurut Irawati (2006: 58), indikator untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Net Profit Margin (NPM) 2. Gross Profit Margin (GPM) 3. Operating Profit Margin (OPM)
17
4. Operating Ratio (OR) 5. Return on Assets (ROA) 6. Return on Equity (ROE) 7. Earning per Share (EPS) 8. Return on Investment (ROI) Dalam penelitian ini, rasio yang sering digunakan penulis untuk mengukur tingkat profitabilitas bank adalah Return on Assets (ROA). Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang paling sering digunakan karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Beberapa alasan lainnya antara lain: 1.
Rasio ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. Dendawijaya (2001: 120) menjelaskan bahwa: βRasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva.β
2.
Penilaian kesehatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek rentabilitas/profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indikator Return on Asset (ROA).
Return on Assets (ROA) juga merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi
18
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2001: 201). ROA suatu bank harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal 1,5%.
2.3.3
Perhitungan Profitabilitas Bank Berdasarkan lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP
mengenai Pedoman Penghitungan Rasio Keuangan, adapun rumus dari ROA yaitu:
π
ππ‘π’ππ ππ π΄π π ππ‘ =
πΏπππ ππππππ’π πππππ π₯100% π
ππ‘π β πππ‘π πππ‘ππ π΄π ππ‘
Besarnya nilai untuk laba sebelum pajak dapat dilihat dari perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan rata-rata total aset dapat dilihat dari neraca.
2.3.4
Analisis Penilaian Profitabilitas Analisis
profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, sumber daya yang tersedia bagi perusahaan, seperti yang dilaporkan dalam neraca. Menurut Warren dalam Aria Farahmita, dkk (2005: 315) analisis utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan adalah:
19
1. Rasio penjualan bersih terhadap aktiva, 2. Tingkat laba atas total aktiva, 3. Tingkat laba atas ekuitas pemegang saham, 4. Tingkat laba atas ekuitas pemegang saham biasa, 5. Laba per lembar saham biasa, 6. Rasio harga saham terhadap laba atau price earning ratio (P/E), 7. Dividen per saham, 8. Hasil dividen.
2.4
Pengaruh Likuiditas terhadap Profitabilitas Bank Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peranan dalam menghimpun
dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat. Untuk mengetahui sejauh mana perbankan telah menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dapat menggunakan indikator keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang memiliki tingkat Loan to Deposit Ratio yang tinggi sesuai dengan batas yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Ini artinya bahwa bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan kredit. Sedangkan profit atau laba merupakan indikasi kesuksesan suatu perusahaan. Perolehan laba (profitabilitas) merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan tidak terkecuali bank. Rasio profitabilitas merupakan hasil
20
dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana bank. Melalui analisis profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektivitas suatu bank pada periode tertentu. Faktor ekspansi kredit yang ditunjukkan oleh rasio Loan to Deposit Ratio sangat penting dilakukan oleh bank guna memperoleh selisih atas penerimaan bunga kredit dengan beban bunga simpanan (spread). Dengan peningkatan dan pengelolaan penyaluran kredit yang baik akan mendorong suatu bank untuk meningkatkan
kemampuannya
dalam
memperoleh
laba
(profitabilitas).
Peningkatan laba akan berdampak pada peningkatan ROA. Namun ekspansi kredit yang berlebihan tanpa memperhatikan kualitas kredit akan membuat Loan to Deposit Ratio terlalu tinggi sehingga berdampak buruk bagi likuiditas. Hal ini justru menyebabkan penurunan laba dan berdampak pada penurunan profitabilitas.
21
2.5
Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Variabel Penelitian Independen: Loan to
Prasnanugraha
1
(2007)
Deposit Ratio (LDR)
Metode Analisis Metode analisis data menggunakan
Dependen: Return
analisis regresi
On Asset (ROA)
linier sederhana
Independen: Loan to Deposit Ratio (LDR)
2
Nusantara (2009)
Hasil Penelitian Loan to Deposit Ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA Secara parsial
Metode analisis data menggunakan
Dependen: Return
analisis regresi
On Asset (ROA)
linier berganda
Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan positif terhadap ROA bank
Independen: Loan to Werdaningtyas
3
(2002)
2.6
Deposit Ratio (LDR)
Metode analisis data menggunakan
Dependen: Return
analisis regresi
On Asset (ROA)
linier sederhana
Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap ROA
Kerangka Pemikiran Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
mengenai Perbankan, Bank dapat didefinisikan sebagai berikut: βBank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.β
22
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga kelompok jasa bank yang perlu dikelola secara profesional, yaitu menghimpun dana (funding), menyalurkan dana (lending) dan jasa-jasa bank lainnya (service) (Kasmir, 2012: 5). Pengelolaan yang utama yaitu pengelolaan kegiatan menghimpun dana. Melalui penghimpunan dana ini bank akan memperoleh uang yang siap dijual kembali ke masyarakat yang membutuhkan dana (Kasmir, 2012: 5). Menghimpun dana di sini maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat dengan berbagai upaya agar masyarakat tersebut mau menyimpan dananya di bank yang bersangkutan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menawarkan berbagai bentuk simpanan seperti simpanan tabungan, simpanan giro maupun simpanan deposito. Upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil jikalau tidak adanya kepercayaan dari masyarakat terhadap bank. Penciptaan suatu kepercayaan dapat dilakukan dengan cara menjamin dana yang disimpan oleh masyarakat, kualitas pelayanan prima yang diberikan oleh bank dan adanya pengelolaan kredit yang berdasarkan pada prinsip kehati-hatian. Oleh karena itu, pihak manajemen bank sangat perlu untuk menjaga kepercayaan masyarakat dengan terus meningkatkan kinerja yang ditunjukkan oleh tingkat likuiditas dan rentabilitas yang baik sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum. Tingkat likuiditas yang baik mengindikasikan rendahnya risiko-risiko yang dihadapi bank, salah satunya risiko kredit. Seperti pernyataan Rayhan et al. (2011) bahwa banks can attain success if relevant risks are effectively
23
controlled. Rasio likuiditas yang lazim digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang memiliki tingkat Loan to Deposit Ratio yang tinggi. Ini artinya bahwa bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi tingkat Loan to Deposit Ratio sesuai dengan batas yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia, spread based juga akan meningkat sehingga meningkatkan laba dan ROA pun meningkat. Jika Loan to Deposit Ratio berada dibawah batas bawah yang telah ditetapkan Bank Indonesia (<78%), artinya bank kurang agresif dalam menyalurkan kredit, laba yang diperoleh tidak maksimal. Jika Loan to Deposit Ratio berada di atas batas atas yang ditetapkan Bank Indonesia (>92%), artinya bank terlalu mudah memberikan kredit tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga risiko kredit meningkat dan pada akhirnya perolehan laba menurun. Profitabilitas bank dalam penelitian ini diukur dengan Return on Assets. ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh rentabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. ROA juga digunakan oleh bank sentral sebagai alat ukur untuk menilai kesehatan suatu bank dilihat dari aspek kemampulabaannya (profitabilitas).
24
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Profitabilitas (ROA)
2.7
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian, maka penulis
menarik hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : H0 :
Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank.
H1 :
Loan to Deposit Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas bank.