BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengertian Manajemen dan Manajemen operasi dan produksi
2.1.1 Pengertian Manajemen Sebelum mengemukakan beberapa pendapat mengenai manajemen operasi dan produksi, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai arti manajemen itu sendiri karena manajemen operasi dan produksi merupakan bagian dari fungsi manajemen itu sendiri. Menurut Hasibuan (2007), manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber – sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Didalam teori tersebut menjelaskan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni dimana seorang atasan perlu mencari cara dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan Menurut John Sehermerhorn, Jr (2003) yang telah di alihbahasakan oleh M.
Purnawa
Putranta
mendefinisikan
manajemen
merupakan
proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap pengguna sumber daya untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Samsudin (2010) manajemen adalah bekerja dengan orang orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi manajemen sebagai ilmu dan seni dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian untuk mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan orang lain supaya sumber daya yang dimiliki termanfaatkan secara efektif dan efisien. Adapun proses manajemen dapat dilihat dari gambar berikut :
6
7
Gambar 2.1 Proses Manajemen 2.1.2 Pengertian manajemen operasi dan produksi Pengertian manajemen operasi dan produksi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Dengan istilah manajemen yang dimaksudkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan – kegiatan orang lain (Sofjan Assuari 2004). Dalam pengertian ini terdapat unsur yang penting, yaitu adanya orang yang bertanggung jawab akan tercapainya tujuan tersebut. Berikut adalah beberapa pengertian manajemen operasi dan produksi menurut para ahli, antara lain : “Opertaion is responsible for supplying the product or services of the organization.” McGraw-hill
(2007;3)
dalam
bukunya
“Operation
Management
International Edition” Yang artinya : “Manajemen Operasi merupakan tanggung jawab untuk memasok produk baik barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh organisasi” Menurut Sofjan Assauri (2004;12) didalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004” berpendapat bahwa : “Manajemen produksi atau operasi adalah proses pencapaian dan pengutilisasian sumber – sumber daya untuk menproduksi atau menghasilkan barang atau jasa yang berguna sebagai usahan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi”
8
Manajemen operasional menurut Murdifin Haming
dan Mahfud
Nurnajamuddin (2007;17) dalam bukunya “Manajemen produksi modern” diartikan sebagai : “Kegiatan yang berhubungan pengkoordinasian, penggerakan, dan organisasi atau perusahaan bisnis atau dengan proses pengolahan masukan tambahan yang lebih besar”
dengan perencanaan, pengendalian aktivitas jasa yang behubungan menjadi dengan nilai
Dalam kehidupan sahari – hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barang – barang dan jasa – jasa yang diproduksi untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan hidup manusia. Untuk memproduksi barang – barang dan jasa – jasa tersebut produsen menggunakan faktor faktor produksi yang ada seperti bahan, mesin, manusia dan dana yang terbatas. Dengan adanya keterbatasan pada faktor produksi itulah maka dibutuhkan suatu cara pengolahan dan faktor – faktor yaitu dengan menggunakan system manajemen, agar diperoleh hasil produksi yang maksimal dan dapat menciptakan suatu nilai tambah. Untuk menjelaskan Pengertian manajemen produksi, penulis mengutip beberapa pendapat para ahli sebagai berikut : Menurut Sofjan Assauri (2004;11), Pengertian produksi adalah : “Produksi merupakan proses yang mengubah masukan – masukan (inputs) dengan menggunakan sumber – sumber daya untuk menghasilkan keluaran – keluaran (outputs), yang berupa barang dan jasa” Sedangkan
menurut
Reksohadiprodjo
dan
Sukanto
(2000:2)
berpendapat : “Manajemen produksi adalah usaha pengelolaan secara optimal terhadap faktor-faktor produksi (resources) yang terbatas adanya untuk mendapatkan hasil tertentu dengan menggunakan prinsip-prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya atau dengan tingkat
9
hasil tertentu diusahakan dengan pengorbanan yang sekecil – kecilnya” Dan menurut Vincent Gasperz (2005) Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Mempunyai komponen – komponen atau elemen – elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen structural yang membangun system produksi itu. 2. Mempunyai
tujuan
yang
mendasari
keberadaannya,
yaitu
menghasilkan produk (barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga 3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efesien. 4. Mempupnyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber – sumber daya. Dari beberapa definisi produksi dan operasi diatas maka dapat dilihat bahwa yang dimaksud dengan pengertian produksi adalah suatu kegiatan penciptaan barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan mempertimbangkan pula kegiatan – kegiatan pendukung lainnya. 2.2
Pengertian perencanaan layout Perencanaan layout merupakan satu keputusan penting yang menentukan
efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai suatu strategi yang menunjang diferensiasi,biaya rendah atau respon cepat. Tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan. (heizer dan Render ; 2009)
10
Menurut Lalu Sumayang (2003) mengemukakan bahwa: “Tata ruang adalah tatanan secara fisik dari suatu terminal kerja beserta peralatan dan perlengkapan yang mengacu pada proses produksi” Adapun pengertian plant layout itu sendiri menurut Eddy Harjanto (2003) dikatakan bahwa: “Perancanan tata letak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi bahan jadi” Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2004) pengertian perencanaan layout “ fase yang termasuk dalam desain dari suatu produksi “. Menurut Manahan P. Tampubolon (2004) dikatakan perencanaan layout adalah : “Tata letak adalah susunan letak fasilitas operasional perusahaan, baik yang ada didalam bangunan maupun diluar” Menurut Lee Krajeski, Larry Ritzman, dan Manoj Malhotra (2007) perencanaan layout adalah : “Planning that involves decisions about the physical arrangement of economic activity centers needed by a facility’s various process” Yang diartikan : “Suatu perencanaan yang melibatkan keputusan mengenai penyusunan dan penataan tata letak dari suatu pusat aktivitas ekonomi yang dibutuhkan doleh setiap fasilitas yang memiliki berbagai macam proses”
11
Menurut Fred E Mayer dalam bukunya “Plant Layout And Material Handling” (2005) menyatakan bahwa : “Plant layout is the organization of the companies physical facilities to promote the efficiently use of equipment, material, people, and energy” Yang artinya : “Tata letak pabrik adalah pengorganisasian fasilitas fisik perusahaan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan peralatan, bahan, orang, dan energi” Menurut Joko (2001) beliau berpendapat : “Perencanaan layout adalah pengaturan tata letak dari seluruh fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan, dimana pengaturan ini meliputi penetapan lokasi setiap departemen yang ada, letak mesin – mesin atau stasiun kerja, letak gudang, lorong atau koridor dan seluruh lingkungan kerja baik sekarang digunakan atau yang akan diusulkan” Menurut
Reksohadiprodho
(2008)
dalam
bukunya
manajemen
operasional dan produksi berpendapat bahwa : “Layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin – mesin peralatan – peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan, dan fasilitas service bersama – sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya” Menurut Handoko (2000) beliau mengemukakan bahwa : “Penentuan layout peralatan dan proses produksi mengikuti pengaturan letak, fasilitas – fasilitas operasi termasuk mesin – mesin , personalia, bahan – bahan , perlengkapan untuk operasi, penanganan bahan ( Material handling ), dan semua peralatan serta fasilitas untuk pelaksanaan proses produksi dengan lancar dan efisien” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan layout yaitu merupakan suatu keputusan yang menyangkut penyusunan fasilitas operasi secara
12
teratur dan efisien yang mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian pusat kerja dan peralatan yang mengacu pada proses produksi (input-prosesoutput), baik yang ada didalam bangunan ataupun diluar sehingga kegiatan operasi berjalan dengan lancar. 2.3
Tujuan perencanaan layout Perencanaan layout Pabrik merupakan pemilihan secara optimum
penempatan mesin – mesin, peralatan pabrik, tempat kerja, tempat penyimpanan dan fasilitas servis, berasama – sama dengan penentuan bentuk gudang pabriknya ( Gitosudharmo : 2002). Tujuan utama yang ingin dicapai dalam perencanaan layout fasilitas produksi pada dasarnya adalah meminimumkan biaya atau efensiensi dalam pengaturan segala fasilitas produksi dan area kerja secara spesifik atau jika menurut Sritomo Wingjosoebroto (2009) dalam bukunya “Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan” adalah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk eporasi produksi yang aman dan nyaman sehingga akan dapat menaikan moral kerja dan performance dari operator. Layout fasilitas yang baik akan dapat memberi manfaat – manfaat dan keuntungan – keuntungan dalam sistem produksi, yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatkan jumlah produksi Suatu layout produksi secara baik akan memberikan kelancaran proses produksi yang memberikan output lebih besar dari biaya yang sama atau lebih sedikit, jam tenaga kerja dan jam kerja mesin menjadi lebih kecil atau berkurang. 2. Mengurangi waktu tunggu ( Delay ) Layout produksi yang akan memberikan keseimbangan beban dan waktu antara mesin – mesin departemen satu dengan yang lain. Pengaturan tata letak yang terkoordinir dan terencana dengan baik akan mengurangi penumpukan bahan dalam proses dan mengurangi waktu tunggu antara satu mesin dengan yang lain
13
3. Mengurangi proses pemindahan bahan Perencanaan layout produksi berusaha meminimalkan aktivitas pemindahan bahan pada proses produksi. Untuk merubah bahan menjadi produk jadi, maka hal itu memerlukan aktivitas pemindahan (movement) sekurangkurangnya satu dari tiga elemen dasar sistem produksi yaitu : bahan baku, orang/pekerja, atau mesin dan peralatan produksi, bahan baku akan lebih sering dipindahkan dibandingkan dengan dua elemen dasar produksi lainnya. Pada beberapa kasus maka biaya untuk proses pemindahan bahan ini bisa mencapai 30% sampai 90% dari total biaya produksi dengan mengingat pemindahan bahan yang sedemikian besarnya, maka mereka yang bertanggung jawab usaha perencanaan dan perancangan tata letak pabrik akan lebih menekankan desainnya pada usaha-usaha memindahkan aktivitas-aktivitas
pemindahan
bahan
pada
saat
proses
produksi
berlangsung. Hal ini dilakukan dengan beberapa alasan seperti : -
Biaya pemindahan bahan disamping cukup besar pengeluarannya juga akan terus ada dari tahun ke tahun selama proses produksi berlangsung
-
Biaya pemindahan bahan dengan mudah akan dapat dihitung dimana biaya ini akan proporsional dengan jarak pemindahan bahan yang harus ditempuh dan pengukuran jarak pemindahan bahan ini dapat dianalisis dengan memperhatikan tata letak semua fasilitas produksi yang ada dari pabrik.
4. Penghematan penggunaan ruang Perencanaan layout yang optimal akan memberikan dampak positif terhadap jalan lintas, penumpukan material, jarak antara mesin yang berlebihan dan segala sesuatu yang termasuk pemborosan pemakaian ruang. 5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan atau fasilitas produksi lainnya Faktor-faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan lain-lain adalah erat kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang terencana baik akan
14
banyak membantu pendayagunaan elemen-elemen produksi secara lebih efektif dan lebih efesien. 6. Mengurangi inventory in-process Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin bahan baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi berikutnya secepatcepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah jadi (material in process). Problem ini terutama bisa dilaksanakan dengan mengurangi waktu tunggu (delay) dan bahan yang menunggu untuk segera diproses. 7. Proses manufacturing yang lebih singkat Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan operasi berikutnya mengurangi bahan yang menunggu serta storage yang tidak diperlukan maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam pabrik akan juga bisa diperpendek sehingga secara total waktu produksi akan dapat pula diperpendek. 8. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dan operator Perencanaan tata letak pabrik juga ditunjukan untuk membuat suasana kerja yang nyaman dan aman bagi mereka yang bekerja didalamnya.Hal-hal yang bisa dianggap membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator haruslah dihindari. 9. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam suatu pabrik yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapih dan baik. Perencanaan yang cukup, sirkulasi yang enak, dan lain-lain akan menciptakan suasana lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga moral dan kepuasan kerja akan dapat lebih ditingkatkan. Hasil positif dari kondisi ini tentu saja berupa performa kerja yang lebih baik dan menjurus kearah peningkatan produktivitas kerja. 10. Mempermudah aktivitas supervisi Tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan dapat mempermudah aktivitas supervisi. Dengan meletakan kantor/ruangan diatas, maka
15
seseorang supervaisor akan dapat dengan mudah mengamati segala aktivitas mengamati segala aktivitas yang sedang berlangsung diarea kerja yang dibawah pengawasan dan tanggung jawabnya. 11. Mengurangi kesimpangsiuran Perpindahan material secara teratur dan selalu bergerak akan mengurangi kesimpangsiuran dan kemacetan dalam akitvitas penanganan bahan. Layout fasilitas pabrik yang baik akan memberikan raugan yang cukup untuk keseluruhan rangkaian operasi dan proses dapat berlangsung dengan mudah dan sederhana. Menurut Handoko (2000), tujuan penyusunan layout pabrik yaitu : o Menggunakan ruangan yang tersedia seefektif mungkin. o Meminimumkan biaya penanganan bahan dan jarak angkut o Menciptakan kesinambungan dalam proses produksi o Menyederhanakan proses produksi o Mendorong semangat dan efektifitas kerja karyawan o Menjaga keselamatan karyawan dan barang – barang yang sedang diproses o Menghindari berbagai bentuk pemborosan Dari hal-hal tersebut diatas dijelaskan bahwa perencanaan tata letak pabrik adalah dimaksudkan untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem produksi (mesin, peralatan, tanah, bangunan dan lain-lain) guna mendapatkan hasil yang optimal serta mencapai tujuan perusahaan secara efektif, efesien dan aman.
2.4
Macam macam Perencanaan layout Karena pola dari arus berbeda pada masing masing jenis proses makan
keputusan tentang perencanaan layout juga akan berbeda. Dimana menurut para ahli di bagi beberapa macam perencanaan layout yaitu sebagai berikut :
16
Menurut Lalu Sumayang (2003:133) didalam bukunya “Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi” ada tiga dasar pengaturan tata letak ruang yaitu sebagai berikut : 1. Tatanan yang berdasarkan keutamaan proses. 2. Tatanan yang berdasarkan keutamaan produk. 3. Tatanan tetap. Sedangkan menurut Jay Heizer dan Barry Render (2009:451), keputusan mengenai tata letak dibagi menjadi enam macam, antara lain : 1. Tata letak dengan posisi tetap, memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung. 2. Tata letak yang beorientasi pada proses, berhubungan dengan produksi volume rendah, dan bervariasi tinggi (juga disebut dengan “job shop”, atau produksi terputus). 3. Tata letak kantor, menempatkan para pekerja, peralatan mereka, dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi. 4. Tata letak ritel, menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan. 5. Tata letak gudang, melihat kelebihan dan kekurangan antara ruangan dan system penanganan bahan. 6. Tata letak yang berorientasi pada produk, mencari utilisasi karyawan dan mesin yang paling baik dalam produksi yang continue atau berulang. Menurut buku tersebut dinyatakan bahwa hanya beberapa dari keenam golongan tersebut yang dapat dimodelkan secara matematis. Sedangkan menurut Mardifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007:296) menyatakan bahwa :
17
“Jenis Product Layout dan Procces Layout bayak terkait dengan usaha manufaktur, werehouseand retail layout banyak berhubungan dengan usaha jasa, office layout berhubungan dengan administrasi dan manajemen perkantoran, sedangkan fixed position layout berhungan erat dengan pelaksanaan proyek.” Menurut Pangestu Subagyo (2000:80), layout dibagi menjadi empat macam yaitu layout fungsional, layout garis, layout kelompok, dan layout dengan posisi tetap. 2.4.1 Layout berorientasi proses / Layout Fungsional Layout ini digunakan untuk menata letak peralatan yang sama dikelompokan bersama pada suatu departemen atau stasiun kerja menurut fungsi yang dimilikinya sehingga produk dapat berjalan lancar ke arah mesin yang diperlukan pada waktu beroperasi. Tabel 2.1 Kriteria Layout Proses / Layout Fungsional no 1
Keterangan Deskripsi
Layout proses Pengelompokan mesin berdasarkan fungsinya
2
Jenis proses
Intermiten, job shop, batch production, biasanya digunakan pada pembuatan suatu produk
3 4 5 6 7 8
Produk Permintaan Volume Peralatan Tenaga kerja Persedian barang
Beragam dibuat berdasarkan pesanan Berfluktuasi Rendah Peralatan serba guna Keterampilan beragam Tinggi pada barang dalam proses dan rendah dalam barang jadi
9 10 11 12 13 14 15
Ukuran gedung Material handling Lorong Scheduling Kebijakan Layout Tujuan Keunggulan
Besar Jalur bervariasi Lebar Dinamis Penempatan mesin Meminimalisasi biaya material handling Fleksibel
Sumber : (Joko, 2001)
18
Gambar 2.2 Layout Fungsional Arus pengerjaan produk WIP = Sediaan barang dalam proses Arus data dan informasi Kebaikan layout proses atau layout fungsional (Handoko, 2000) a. Menghasilkan penggunaan spesialisasi mesin dari personalia yang paling baik b. Departemen fungsional lebih fleksibel dan dapat memproses macam – macam produk c. Mesin – mesinnya serba guna dengan biaya lebih kecil dibandingkan dengan mesin – mesin khusus d. Produk atau jasa yang memerlukan operasi yang berbeda – beda dapat dengan mudah mengikuti jalur berbeda melalui fasilitas – fasilitas
19
e. Fasilitas tidak terpengaruh oleh kerusakan salah satu mesin karena dapat dialihkan ke mesin lain yang memiliki fungsi serupa. f. Mesin dan karyawan tidak saling tergantung. Pola ini sesuai untuk pelaksanaan sistem upah borongan Keburukan layout proses atau layout fungsional a. Mesin – mesin seba guna biasanya beroperasi lebih lambat dibandingkan dengan mesin – mesin khusus, sehingga biaya operasi per satuan lebih tinggi b. Penentuan routing, scheduling dan akutansi biayanya memakan biaya karena setiap pemesanan baru dikerjakan tersendiri secara terpisah c. Penangan bahan dan biaya transportasi dalam pabrik tinggi karena produk – produk yang berbeda mengikuti jalur yang berbeda pula d. Tidak ekonomis untuk mempergunakan ban berjalan (Conveyor) sehingga truk, kereta dorong dan forklift harus mengangkut barang dalam proses dari pusat mesin satu ke pusat mesin yang lain. 2.4.2 Layout berorentasi produk / Layout “garis” Layout ini mengatur tata letak mesin dalam sebuah garis menurut urutan opersai yang diperlukan untuk mengassembling produk terpisah menjadi suatu produk jadi. Dengan demikian setiap produk memiliki jalur secara khusus yang dirancang agar sesuai dengan yang dibutuhkannya. Layout ini digunakan jika sebuah produk terstandarisasi proses produksinya, umumnya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar dan merupakan ciri proses yang kontinyu. Tiap produk memerlukan urutan operasional yang sama dari awal sampai akhir dan pusat – pusat kegiatan, mesin mesin, dan peralatan disusun membentuk suatu garis (On Lines) untuk mempersiapkan urutan operasional yang akan menghasilkan produk.
20
Tabel 2.2 Kriteria Layout produk / Layout “garis” no Keterangan 1 Deskripsi 2
Jenis proses
3 4 5 6 7 8
Produk Permintaan Volume Peralatan Tenaga kerja Persedian barang
9 10 11 12 13 14
Ukuran gedung Material handling Lorong Scheduling Kebijakan Layout Tujuan
15 Keunggulan Sumber: ( Joko, 2001 )
Layout proses Rangkaian secara berurutan dari mesin – mesin Continous, mass production, biasanya proses assembling Standarisasi dibuat untuk persediaan Stabil Tinggi Peralatan khusus Keterampilan terbatas Rendah pada barang dalam proses tetapi tinggi pada barang jadi Kecil Jalur tetap Sempit Keseimbangan setiap bagian Line balancing Penyeimbangan jumlah pekerjaan pada setiap stasiun kerja Efesiensi
Gambar 2.3 Layout Garis Kebaikan layout produk ( Reksohadiprodjo, 2008 ) a. Fasilitas mesin dapat dioperasikan secara tepat b. Penentuan routing dan scheduling mudah
21
c. Tidak perlu material handling d. Bahan cepat diproses. Pesanan tidak ada karena proses untuk pasar e. Tidak memerlukan banyak karyawan karena fasilitas otomatis Keburukan layout produk a. Fasilitas satu tergantung pada fasilitas lain b. Bila fasilitas ingin ditambah perlu serangkaian fasilitas sehingga investasi mahal c. Memerlukan perencanaan proses yang matang, pengawasan proses yang teliti 2.4.3 Layout Kelompok Layout ini memisahkan komponen yang memerlukan pemrosesan yang sama. Setiap komponen diselesaikan di tempat – tempat khusus dengan keseluruhan urutan pengerjaan mesin dilakukan di tempat tersebut
Gambar 2.4 Layout Kelompok Kebaikan layout kelompok ( Reksohadiprodjo, 2008 ) a. Menghemat biaya pengendalian bahan b. Mudah mengetahui dimana setiap kelompok berbeda c. Waktu pengiriman barang jadi dapat lebih tepat ditentukan scheduling sederhana.
22
d. Biaya tetap dapat dikurangi karena orang bisa mendasarkan diri pada kegiatan yang lalu. Keburukan layout kelompok a. Pemanfaatan fasilitas tidak penuh b. Perlu pengendalian bahan yang baik c. Bagian – bagian tidak luwes. d. Meson serba guna harus dimanfaatkan penuh
2.4.4 Layout posisi tetap Layout ini sering dipakai untuk memproses produk – produk besar dan kompleks seperti yang terdapat pada pabrik pesat terbang, pembuatan jembatan, kapal laut dan lain – lain. Dalam hal ini produk berada pada satu tempat selama periode perakitan dan kemudian dipindah ke tempat lain. Fasilitas untuk perakitan tertentu sampai selesai berada disatu tempat, sedangkan fasilitas lain di satu tempat. Pengaturan tempat kerja yang tetap merupakan satu satunya kemungkinan cara merakit produk / mesin yang besar. Faktor kritis tata letak ini ialah penentuan lokasi directie-kit, ukuran, dan jenis kontruksinya. Directie-kit menurut Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamuddin (2007) dimaksud akan dimanfaatkan sebagai : a. Ruang kerja aparatur langsung proyek b. Gudang bahan dan peralatan c. Tempat reparasi alat – alat proyek d. Asrama pengawas dan keamanan proyek
23
Gambar 2.5 Layout Posisi tetap 1. Sifat-sifat Layout Posisi Tetap a. Barang yang dikerjakan biasanya berat atau tidak mungkin berpindahpindah. b. Volume pekerjaan biasanya besar. c. Besarnya pekerjaan berupa proyek yang harus sesuai pada waktu yang telah direncanakan. d. Fasilitas produksi yang digunakan biasanya mudah dipindah-pindahkan. e. Komponen produk yang tidak mungkin dikerjakan di lokasi biasanya dikerjakan didalam pabrik atau ditempat lain. 2. Kebaikan-kebaikan dalam Layout Posisi Tetap a. Flexsible, dapat dikerjakan pada setiap pekerjaan yang berbeda b. Dapat diletakan dimana saja sesuai kebutuhan c. Tidak memerlukan bangunan pabrik. Apabila ada bangunan biasanya hanya untuk penyimpanan, kantor atau kegiatan-kegiatan pembantu 3. Kelemahan dalam Layout Posisi Tetap a. Tidak ada standar atau pedoman yang jelas untuk melaksanakan layoutnya b. Kegiatan pengawasan harus sering dilakukan dan relatif sulit
24
c. Biasanya keamanan barang-barang disekitar tempat pembuatan barang harus dijaga karena rawan pencurian
2.4.5 Layout ritel Pada jenis layout ini pengalokasian tata letaknya mengikuti selera pelanggan, atau diusahakan dapat memberi kesegaran dan daya tarik bagi pelanggan, dimana setiap waktu (mingguan atau bulanan ) dilakukan pergeseran tata letak dengan tujuan mempengaruhi pandangan pelanggan sehingga dapat menciptakan persepsi bagi pelanggan. Layout ini pada umumnya dapat mempengaruhi selera menjadi daya tarik bagi pelanggan untuk lebih sering datang berkunjung atau berbelanja. Layout ritel ini banyak digunakan pada perusahaan yang bergerak di bidang supermarket atau departement store (Tampubolon, 2004)
Gambar 2.6 Layout Ritel 2.4.6 Layout gudang Layout gudang bertujuan agar penanganan dan pengendalian barang dapat dilakukan secara baik, sehingga tidak ada barang yang rusak atau tertunda pengeluarannya. Layout gudang disesuaikan dengan sistem persedian yang dipergunakan seperti sistem persediaan barang dengan metode FIFO ( First In
25
First Out ) atau metode LIFO ( Last In First Out ). Artinya tata letak gudang diatur sedemikian rupa agar jalur masuk keluar barang menjadi mudah. 2.4.7 Layout kantor Tata letak kantor bertujuan untuk menentukan posisi karyawan dan dan peralatan agar menjamin kelancaran arus pekerjaan dan komunikasi antara semua pegawai dan manajer yang ada. Tata letak kantor modern difokuskan pada keterbukaan dan fleksibelitas yang tinggi. Ruangan kerja setiap karyawan harus disesuaikan luasnya dengan volume pekerjaannya. Dengan cara demikian, ruangan yang tersedia akan terpakai secara efesien. Karyawan dituntut untuk dapat bekerja secara produktif dan efektif. 2.5
Faktor – faktor perencanaan Layout Dalam menyusun perencanaan layout yang baik maka perlu diketahui
faktor – faktor yang mempengaruhi perencanaan tersebut. Menurut Sofjan Assauri (2004) ada beberapa faktor yaitu : 1. Jenis produk yang dihasilkan a. Apakah produk tersebut barang atau jasa? Karena jika produk yang dihasilkan barang atau jasa mempunyai perencanaan layout yang berbeda. b. Ukuran produk karena produk yang besar dan berat memerlukan handling yang khusus seperti penggunaan fork truck atau conveyor yang dilantai, sehingga memerlukan ruang bergerak yang besar. Sedangkan jika produknya kecil dan ringan handling akan lebih mudah dan ruang gerak yang tidak terlalu besar. c. Sifat dari produk tersebut yaitu apakah produk pecah belah atau tidak, produk jangka pendek atau jangka panjang . d. Volume produksi karena volume produksi mempengaruhi desain fasilitas sekarang dan pemanfaatan kapasitas sertnya penyediaan kemungkinan ekspansi dan perubahan.
26
2. Urutan produksinya. Faktor ini penting terutama bagi layout produksi karena penyusunan didasarkan pada urutan – urutan produksinya 3. Kebutuhan akan ruang yang cukup luas dalam hal ini diperhatikan luas ruang pabrik. 4. Peralatan / mesin-mesin itu sendiri. Apakah mesin-mesinnya berat, apabila berat maka diperlukan lantai yang kokoh. 5. Maintenance dan Replacment. Mesin-mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga maintenance-nya mudah dilakukan dan replacement-nya juga mudah. 6. Adanya keseimbangan kapasitas (Balance Capacity). Keseimbangan kapasitas harus diperhatikan terutama dalam product layout, karena mesinmesin diatur menurut urutan-urutan (sequence) prosesnya. 7. Minimum Movement. Dengan gerak yang sedikit, maka biayanya (cost) akan lebih rendah. 8. Aliran (flow)dari material. Flow ini dapat digambarkan, yaitu merupakan arus yang harus diikuti oleh produknya pada waktu dia dibuat, gambar mana yang sangat penting bagi perencanaan lantai, atau ruangan pabrik (floor plant). 9. Employe Area; tempat kerja buruh dipabrik harus cukup luas, sehingga tidak mengganggu keselamatan dan kesehatannya serta kelancaran produksi. 10. Service Area (seperti cafeteria, toilet, tempat istirahat, tempat parkir mobil, dan sebagainya.) Service area diatur sedemikian rupa sehingga dekat dengan tempat kerja dimana sangat dibutuhkan. 11. Waiting area; yaitu untung mencapai flow matrial yang optimum, maka harus diperhatikan tempat-tempat dimana kita harus menyimpan barangbarang disaat menunggu proses selanjutnya. 12. Plant climate; udara dalam pabrik harus diatur yaitu harus sesuai dengan keadaan produk dan buruh, jangan terlalu panas, jangan terlalu dingin, dan juga jangan merusak kesehatan buruh.
27
13. Flexibility; perubahan-perubahan dari produk atau proses/mesin-mesin dan sebagainya hampir tidak dapat dihindarkan, karena sesuai dengan perkembangan teknologi dan perubahan-perubahan kecil yang terjadi tidak memerlukan biaya yang tinggi
2.6
Kriteria Perencanaan Layout pabrik 1. Jarak angkut yang minimum Jarak angkut bahan dasar, bahan setengah jadi dan barang jadi yang harus dipindahkan dari tempat penerimaan melewati tempat – tempat produksi serta tempat penyimpanan dan akhirnya ke tempat pengangkutan harus di usahakan sependek – pendeknya sehingga biayanya pun menjadi lebih kecil. 2. Aliran material yang baik Aliran material tersebut diusahakan agar tidak menggangu proses produksi yang sedang berjalan dan tidak dapat berjalan dengan cepat. 3. Penggunaan ruang yang efektif Pemborosan ruangan berarti pemborosan uang pula sehingga harus diusahakan ruangan – ruangan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu sempit 4. Luwes Apabila perusahaan memproduksi berbagai macam produk dan diperlukan kombinasi produk yang berubah – ubah atau terdapat perubahan permintaan secara terus menerus maka diperlukan adanya layout yang luwes yang dapat menampung perubahan kombinasi produk tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai macam jalan tergantung dari perusahaan, misalnya dengan menggunakan mesin – mesin yang bersifat umum. 5. Keselamatan barang – barang yang diangkut 6. Kemungkinan perluasan dimasa depan 7. Biaya efektifitas yang maksimum atau dapat diartikan dengan biaya yang rendah
28
2.7
Hubungan Tata Letak dengan Material handling Perencanaan sistem material handling aktivitas yang sangat penting dalam
kagiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas produksi.
Aktivitas
ini
sendiri
sebetulnya
merupakan
aktivitas
yang
diklarifikasikan “non produktif” sebab tidak memberikan perubahan apa – apa terhadap material atau bahan yang dipindahkan. Disini tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi maupun sifat – sifat fisik atau kimiawi dari material yang dipindahkan. Disisi lain justru kegiatan pemindahan bahan/material tersebut akan menambah biaya (cost). Dengan demikian sedapat – dapatnya aktivitas pemindahan bahan tersebut adalah memindahkan bahan pada jarak yang sependek – pendeknya dengan mengatur tata letak fasilitas produksi atau departemen yang ada. Selain itu tujuan material handling adalah mencapai pemindahan bahan – bahan yang tertib dan teratur sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dengan biaya yang rendah. Menurut Fien Zulfikarijah (2005) untuk merencanakan material handling dengan baik, maka perlu diperhatikan beberapa hal dibawah ini: 1. Jenis angkutan material handling 2. Volume material handling 3. Jumlah material handling 4. Kecepatan material handling 5. Frekuensi material handling 6. Operator material handling 7. Rute yang harus dilalui material handling 8. Jarak tempuh material handling Dengan adanya tata letak yang baik pada perusahaan maka kegiatan material handling dapat berjalan dengan lancar sehingga proses produksi dapat berjalan seiring dengan tata letak yang ditetapkan dengan baik pula. Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa material handling merupakan kegiatan memindahkan bahan/barang dari satu tempat ke
29
tempat yang lainnya. Dalam pemindahan dapat menggunakan tenaga manusia, peralatan manual dan peralatan otomatis. Pada intinya material handling sangat berhubungan erat dengan tata letak yang bertujuan untuk meminimumkan waktu dan biaya. 2.8
Hubungan Tata Letak dengan Produktivitas Proses pembuatan barang dan jasa memerlukan transformasi sumber daya
menjadi barang dan jasa. Semakin efisien kita melakukan perubahan ini, kita menjadi semakin produktif dan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Produktivitas adalah perbandungan antara output (Barang dan jasa) dibagi dengan input (sumber daya seperti tenaga dan modal). Output yang didapatkan berhubungan dengan efektivitas dalam mencapai prestasi sedangkan sumberdaya yang digunakan berhubungan dengan efesiensi dalam mendapatkan hasil dengan menggunakan sumber daya yang minimal. Efektivitas berfokus pada keluaran yang berarti bahwa seberapa baik keluaran yang dihasilkan dari masukan sumber daya yang ada digunakan untuk menghasilkan keluaran yang optimal atau seberapa jauh kita mendayagunakan masukan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan keluaran yang sudah ditentukan. Dengan demikian kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien didalam penggunaan sumber daya seperti material, man, machine, methid, money dan market akan menghasilkan produktivitas yang relatif tinggi. Produktivitas akan meningkat jika terjadi : 1. Input tetap – output bertambah 2. Input berkurang – output tetap 3. Input bertambah sedikit – output bertambah lebih besar Pada dasarnya pelaksanaan tata letak pada suatu perusahaan adalah untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dan untuk mencapai produktivitas yang tinggi tersebut, biasanya diperlukan perbaikan dan penambahan pada salah
30
satu atau beberapa unsur dari material, man, machine, methode, money dan market . 2.9
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan pandangan pola pikir yang menjabarkan
berbagai variabel terkait yang akan diteliti dan membuat hubungan antara suatu variable dengan variabel lain. Proses produksi merupakan hal yang penting dalam perusahaan manufaktur karena ruang mesin, peralatan, jarak dan waktu perpindahan material sangat berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Dalam penelitian ini layout proses produksi yang digunakan oleh PT. ARKA FOOTWEAR ditinjau ulang supaya bisa meningkatkan output yang dihasilkan. Diajukan alternatif layout untuk bisa mengoptimalkan layout saat ini, selain itu digunakan juga analisis dengan mempertimbangan faktor – faktor ( flow material, product equipment, minimum movement, squence, maintenance, employee area,dan service area ) Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap penelitian ini, digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :
31
Layout perusahaan
Jenis produk
Proses produksi
Process Layout
Product Layout
Fixed Layout
Faktor – faktor pertimbangan : -
Flow material Product Equipments Minimum movement Sequence Maintenance Employee area Service area
Efektif dan Efisien
Sumber : Penulis Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran
32
2.10
Penelitian Terdahulu Tabel 2.3 Kajian Penelitian Terdahulu
Nama Pengarang Nina Puspita, Mahasiswa Program Studi Teknik Industri. (2011) Institut Teknologi Telekomunikasi Bandung
Joko Susetyo, Risma Adelina Simanjuntak, João Magno Ramos Jurusan Teknik Industri, FTI., IST. AKPRIND Yogyakarta
Judul
Variabel
Perancangan Tata Letak Departemen Finishing Pabrik CV. SGBANDUNG
Tata letak
Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Untuk Meminimalisasika n Ongkos Material handling
Tata letak
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Total momen perpindahan tata letak departemen finishing usulan adalah 1867,50. Setelah dilakukan perbaikan momen perpindahannya menjadi 1324,08 atau mengurangi sebesar 29% Dari perhitungan jarak antar mesin diketahui total jarak perpindahan material pada layout adalah 984 meter, total jarak perpindahan material pada relayout adalah 868 meter. Pengurangan jarak dan ongkos material handling pada layout dengan relayout adalah 116 meter dengan persentase 13,36%.
33
Nama Pengarang Renata Maywanto Siregar, Danci Sukatendel, Ukurta Tarigan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Judul Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menerapkan Algoritma Corelap Pada PT.XYZ
Variabel
Tata letak
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis CORELAP dalam perancangan ulang tataletak produksi. Rancangan layout algoritma CORELAP meningkatkan efisiensi aliran bahan sebesar 19,52%.