perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kajian Teori 1. Rokok a. Pengertian Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. (Jaya, 2009). b. Komponen Rokok Aditama (2011), mengatakan bahwa asap rokok mengandung sekitar 4.000 bahan kimia. Komponen rokok dibagi menjadi dua yaitu:
1) Komponen gas Komponen gas adalah yang dapat melewati filter yang terdapat di dalam asap rokok, antara lain : carbon monoksida (CO), amonia acrolin, benzopiren, lutidin, colidin, metil alcohol, formalin, arsenic dan lain-lain. Menurut Jaya (2009), gas carbon monoksida (CO) lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen, karena itu darah orang yang banyak kemasukan carbon monoksida (CO) akan berkurang daya angkut bagi oksigen dan orang tersebut dapat meninggal dunia karena keracunan carbon monoksida (CO) (Anantharaman, 2014). Benzopiren dan lutidin berasal dari tar tembakau yang dapat menyebabkan kanker. Colidin
menyebabkan kelumpuhan dan lama
kelamaan akan mengakibatkan kematian. Metil alcohol menimbulkan kebutaan. Formalin digunakan untuk mengawetkan mayat. Arsenik commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan sejenis racun yang dipakai untuk membunuh tikus (Aditama, 2011).
2) Komponen padat Komponen padat adalah bagian yang tertinggal pada filter, yaitu berupa nikotin dan tar. Nikotin adalah bahan adiktif yang menimbulkan ketergantungan atau kecanduan. Zat ini meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi. Tar adalah kumpulan beribu bahan kimia yang terdapat dalam rokok. Tar bersifat karsinogen (Mathalon, 2014).
c. Kategori Perokok Ada 2 jenis perokok yaitu : Perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang secara aktif merokok, sedangkan perokok pasif adalah seseorang yang sebenarnya tidak merokok, namun karena ada orang lain merokok di dekatnya, akhirnya ia pun terpaksa menghisap asap rokoknya (Aditama, 2011). Pengelompokkan perokok berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya yaitu : 1) Perokok aktif adalah seseorang yang memberi dan merokok 2) Perokok pasif adalah seseorang yang tidak merokok, tetapi sering berada dalam ruangan yang dicemari asap rokok atau bersama seseorang yang berada di dekat orang lain yang sedang merokok, dan ia pun terpaksa menghisap asap rokoknya. (Prasetyo, 2007) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk klasifikasi tipe perokokmenurut Smet (1994) adalah sebagai berikut : 1) Perokok berat yaitu apabila menghisap 15 batang rokok atau lebih dalam sehari. 2) Perokok sedang yaitu apabila menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3) Perokok ringan yaitu apabila menghisap 1-4 batang rokok setiap hari. d. Bahaya Rokok Rokok merupakan penyebab kematian dini yang dapat dicegah. Penyebab kematian utama yang disebabkan oleh karena rokok adalah penyakit jantung (1,69 juta kematian), penyakit paru obstruktif kronis (0,97 juta kematian), dan kanker paru-paru (0,85 juta kematian). Sekitar 90% kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. penyakit lain yang terkait dengan kebiasaan merokok adalah kanker kantong kemih, ginjal, leher rahim, esofagus, dan pankreas (Cahyono, 2008). Senyawa-senyawa kimia yang terkandung di dalam rokok terbukti membahayakan kesehatan para perokok aktif dan perokok pasif. Penyakit yang diakibatkan rokok antara lain : 1) Paru-paru Merokok dapat menyebabkan perubahan dan struktur fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru. Pada saluran nafas besar, sel mukosa memberas (hypertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (hyperplasia). Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) (Hahn, Payne, 2003; Green, 2014). 2) Penyakit kardiovaskuler Badan POM RI mengatakan bahwa satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebut dapat menyebabkan “Sudden Death” (kematian mendadak) (Sumartono, 2011). Nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan epinefrin dan norepinefrin dalam darah meningkat, yang mengakibatkan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, resiko hipertensi dan penyumbatan
arteri.
Debar
jantung
yang
lebih
cepat
akan
meningkatkan kebutuhan akan oksigen pada otot jantung. Persediaan oksigen menjadi menurun karena oksigen yang ada akan diikat oleh karbon monoksida (CO) yang dihasilkan rokok sehingga irama jantung tidak teratur, menimbulkan kerusakan lapisan dalam pembuluh darah dan serangan jantung (Goldstein, Niaura, 2000). Rokok juga menurunkan kadar HDL (kolestrol baik dalam darah) dan menurunkan tingkat elastisitas aorta (pembuluh darah terbesar pada tubuh manusia) yang dapat meningkatkan terjadinya penggumpalan darah sehingga memicu berbagai penyakit seperti : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Serangan jantung (trombosis koroner) : terjadi penggumpalan darah pada arteri yang menyumbat suplai darah pada jantung sehingga dapat mengakibatkan serangan jantung. b) Serangan otak (trombosis cerebral) : terjadi pemblokiran pada pembuluh darah yang menuju otak sehingga dapat menyebabkan pingsan, stroke dan kelumpuhan. c) Gagal ginjal : terjadi penggumpalan darah pada arteri yang menyumbat suplai darah pada ginjal sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah, bahkan gagal ginjal. d) Penyakit sistem sirkulasi : terjadi penyumbatan pada pembuluh darah kaki dan tangan sehingga megakibatkan pembusukan jaringan. Pecandu rokok rawan terkena penyakit Buerger, yaitu artritis pada pembuluh peripheral yang dapat menimbulkan gangrene (kematian jaringan) sehingga harus diamputasi. (Ekstrom, Gustafson, Boman, Nilsson, Murgia, Toren, 2014; Galve, 2014) 3) Impotensi Merokok menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah pada sistem vaskular yang mengarah ke penyumbatan arteri. Penis tidak bisa mendapatkan darah yang cukup dari arteri yang tersumbat dan akibatnya penis tidak bisa ereksi. Nikotin dapat mengganggu proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk (Green, 2014). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Gangguan saraf Sistem saraf simpatik adalah cabang dari sistem saraf otonomik (Autonomic Nervous System/ANS) yang merupakan bagian dari sistem saraf peripheral yang bertugas
mengontrol dan
mempengaruhi detak jantung, pencernaan, pernafasan, respirasi, diameter pupil, pembuangan urin dan ereksi. Senyawa kimia pada rokok akan memicu peningkatan aktivitas sistem saraf tersebut sehingga menambah beban pada sistem yang bertugas untuk mengatur pembuluh darah dan jantung (Mathalon, 2014). 5) Gangguan indra penglihatan Asap rokok dapat merusak pembuluh darah mata, sehingga menyebabkan mata merah dan gatal serta meningkatkan resiko terkena katarak yaitu memutihkan lensa mata sehingga menghalangi masuknya cahaya yang dapat menyebabkan kebutaan (Green, 2014; Hahn, Payne, 2003). 6) Gangguan indra pendengaran Tembakau menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke dalam telinga dalam, perokok dapat kehilangan pendengaran lebih awal daripada orang yang tidak merokok (Green, 2014). 7) Gangguan indra penciuman Racun-racun yang terkandung dalam rokok, terutama nikotin lama kelamaan akan merusak saraf-saraf penciuman sehingga dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengganggu fungsi indera penciuman. Pecandu rokok menjadi kurang sensitif terhadap jenis bau, bahkan ada kalanya tidak mampu membeda-bedakan bau secar tajam (Satiti, 2009). 8) Gangguan pernafasan Racun tar yang terkandung di dalam rokok mempengaruhi dan memproduksi lendir yang berlebihan di dalam paru-paru. Lendir tersebut
menyebabkan
borok dan
mengakibatkan perdarahan.
Gangguan pernafasan yang biasa dialami perokok berat adalah : i.
Bronchitis : gangguan serius pada dinding pipa-pipa udara yang lebih kecil yang melebar dan lemah yang disebabkan oleh paruparu dan alat-alat pernafasan yang telah lama sakit. Tanda pengidap bronchitis adalah batuk-batuk yang semakin parah.
ii.
Emphysema : penyakit bengkak pada paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara. Akibatnya, kecepatan dan frekuensi bernafas meningkat disertai rasa nyeri. Tanda-tanda pengidap emphysema adalah bernafas terengah-engah, dengan bunyi nafas yang nyaring, disertai batuk-batuk dengan frekuensi tinggi.
iii.
Radang saluran udara : penderita asma yang tetap merokok akan mengalami peradangan saluran udara yang sulit disembuhkan dengan obat-obatan (Green, 2014; Hahn, 2003)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9) Gangguan indra pengecap Racun-racun yang terkandung dalam rokok terutama nikotin secara bertahap akan merusak saraf-saraf pengecap sehingga mengganggu fungsi indera pengecap. Perokok berat kurang bisa menikmati cita rasa makanan dan minuman, sehingga nafsu makan cenderung menurun, padahal tubuh membutuhkan asupan gizi yang cukup. Akibatnya, berat badan perokok terus menerus menurun (Multani, 2013). 10) Gangguan pencernaan Lambung adalah organ yang paling sensitif. Tembakau merupakan salah satu bahan perangsang yang dapat menyulitkan alat-alat pencernaan. Ketika merokok, nikotin mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. (Anantharaman, 2014). Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan getah yang berguna untuk melidungi dinding dari serangan asam lambung. Itulah sebabnya seorang perokok berat cenderung mengalami gangguan pencernaan yang ditandai dengan berbagai gejala penyakit yaitu : mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian atas dan kembung. Pada tahap selanjutnya, berat badan perokok berat akan turun drastis karena mengalami peradangan selaput lendir lambung (gastritis) sehingga nafsu makan hilang, sakit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepala, muntah-muntah, bahkan perdarahan lambung. Perdarahan berat akan ditandai dengan tinja yang berwarna kehitam-hitaman (Satiti, 2009; Cadwell, 2009). 11) Gangguan hati Senyawa kimia di dalam rokok akan mengganggu fungsi hati, padahal hati merupakan organ yang bertugas untuk memproses pembuangan obat-obatan, alkohol dan racun-racun lainnya di dalam tubuh (Green, 2014; Satiti, 2009). 12) Gangguan pada gigi Jumlah karang pada gigi perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan akan menimbulkan keluhan seperti gusi berdarah. Gigi dapat berubah warna akibat efek dari tembakau (Anantharaman, 2014). Noda yang membekas pada gigi merupakan hasil pembakaran tembakau yang berupa tar. Pada orang yang merokok selama hidupnya, noda tersebut dapat masuk ke lapisan email gigi dan sukar untuk dihilangkan (Multani, 2013). 13) Gangguan pada kulit Merokok dapat menyebabkan penyakit kulit, eksim dan ruam pada perokok yang peka terhadap nikotin. Eksim adalah iritasi berat pada kulit, daerah kulit yang terkena eksim menjadi bersisik dan timbul rasa gatal. Eksim bisa juga ditimbulkan dari arsenik yang berasal dari tembakau (Green, 2014). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14) Gangguan pada rambut Merokok bisa menyebabkan menurunnya sistem kekebalan sehingga perokok lebih mudah terserang penyakit lupus erimatosis yang menyebabkan kerontokan pada rambut (Green, 2014). 15) Polisitenia Racun-racun di dalam rokok dapat menimbulkan penyakit polistenia, yaitu penyakit kelainan pertumbuhan sumsum tulang berupa kelebihan kadar Hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah. Kebiasaan menghisap rokok akan meningkatkan kadar Hb menjadi lebih dari 20 gram per desiliter. Penyakit yang lebih banyak menimpa pada laki-laki dan sulit diatasi ini, mengancam para perokok berat dan orang yang bermukim pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (Satiti, 2009). e. Faktor yang berhubungan dengan masalah merokok remaja 1) Faktor Predisposisi (predisposing factor) Merupakan faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Termasuk dalam faktor predisposisi diantaranya : a) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan dan Dewi, 2010). Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa untuk membentuk sebuah perilaku melalui beberapa proses, yaitu: (1)Awareness (kesadaran) : orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). (2)Interest (merasa tertarik) : individu mulai menaruh perhatian dan mulai tertarik kepada stimulus. (3)Evaluation
(menimbang-nimbang)
:
individu
akan
mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, menunjukan bahwa sikap responden sudah lebih baik lagi. (4)Trial : orang telah mulai mencoba perilaku baru. (5)Adoption : subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. b) Sikap Sikap merupakan respon evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka tidak suka terhadap sesuatu sebagai objek sikap.Beberapa karakteristik (dimensi) sikap diantaranya :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(1)Arah : sikap dibagi menjadi dua kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. (2)Intensitas : kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda. (3)Keluasan : kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap, dapat hanya mengenai aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap. (4)Konsistensi
:
kesesuaian
antara
pernyataan
sikap
yang
dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap yang dimaksud. (Wawan dan Dewi, 2010) c) Kepercayaan Merokok
untuk
laki-laki
menjadi
trademark
karena
kebanyakan laki-laki merokok. Tidak aneh jika merokok akhirnya menjadi sarana pergaulan dan ditawarkan saat bertemu dengan orang yang baru dikenal atau kawan lama. Masyarakat mempunyai kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian, tanpa menunjukkan sikap pro atau anti. Artinya, jika orang percaya bahwa merokok dapat menyebabkan kanker paru, maka dianggap hal itu benar, terlepas dari apakah dia suka atau tidak suka merokok (Fitriani, Sulchan, Astuti, 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Umur Semua umur bisa merokok, namun tidak ada bayi yang lahir dengan merokok. Perilaku merokok banyak ditemukan di sekolah menengah. Makin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Hal yang lebih memprihatinkan, usia orang mulai merokok setiap tahun semakin muda. Jika dulu orang mulai merokok biasanya mulai SMP, maka kini dapat dijumpai anak-anak SD sudah mulai banyak yang merokok secara diam-diam (Fitiani, Sulchan, Astuti, 2011). e) Jenis kelamin Perilaku merokok lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Namun tak sedikit pula perempuan yang saat ini sudah mulai merokok saat masih remaja (Nasution, 2007). f) Kondisi psikologis Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat menghilangkan stres (Nasution, 2007). 2) Faktor Pemungkin (enabling) Merupakan faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku tertentu tersebut. Yang termasuk dalam kelompok faktor pemungkin adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(a) Legalisasi merokok Larangan untuk merokok di tempat umum mulai digalakkan mengingat bahwa asap rokok mengandung 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya beracun dan 43 penyebab kanker, setiap batang rokok memperpendek usia 7 menit. Dalam upaya membudayakan perilaku hidup
bersih
dan
sehat
serta
melindungi
perokok
pasif,
diperkenankan untuk merokok di tempat yang telah disediakan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang memungkinkan untuk merokok dikarenakan
merokok
merupakan
suatu hal
yang
diperbolehkan (Nasution, 2007). (b)Reklame Remaja merupakan kelompok tertinggi yang rentan terhadap pengaruh iklan, baik di media massa (cetak dan elektronik) maupun papan iklan dipinggir jalan. Sekitar 86 persen remaja di dunia satu jenis merek rokok yang paling sering diiklankan, terutama di televisi. Sedangkan orang dewasa hanya 30 persen yang memilih jenis rokok yang sama meskipun kemungkinannya mereka lebih sering menyaksikan iklannya dibanding para remaja (Fitriani, Sulchan, Astuti, 2011). Melihat iklan di media massa cetak dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan memuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Nasution, 2007). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(c) Uang saku Pemberian uang saku pada remaja tidak dapat dihindarkan, namun sebaiknya pemberian uang saku diberikan dengan dasar kebijaksanaan dan jangan berlebihan (Lindawati, Miradwiyana, Sumiati, 2011). (d)Penjualan rokok Sejak rokok menjadi komoditi, keuntungan yang diraih oleh industri rokok terus meningkat dari tahun ke tahun. Kepentingan industri adalah menambah jumlah perokok, membuat perokok tidak berhenti, dan memperluas segmen perokok dari biasanya kaum pria juga meliputi wanita dan remaja (Kostova, Ross, Blecher, Markowitz, 2011). (e) Fasilitas kesehatan Sarana kesehatan yang telah diberikan oleh Pemerintah kepada seluruh masyarakat Indonesia misalnya Puskesmas dan obat – obatan (Fitriani, Sulchan, Astuti, 2011). 3) Faktor Penguat (reinforcing) Merupakan faktor yang memperkuat untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. Yang termasuk dalam kelompok faktor penguat diantaranya : (a) Orang tua Remaja yang orang tuanya tidak begitu memperhatikan anakanaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk menjadi perokok. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama yang baik dengan tujuan jangka panjang, lebih kecil sulit terlihat dengan rokok yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya (Pradhan, Niraula, Ghimire, Singh, Pokharel, 2013). (b)Teman Berbagai fakta memungkinkan, makin banyak remaja merokok makin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga. Dari fakta ini ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau teman-temannya yang terpengaruh (Sarwono, 2011). (c) Idola Remaja biasanya akan meniru gaya tokoh yang dikaguminya dan seringkali dijadikan idola bagi remaja (Sarwono, 2011). (d)Tokoh masyarakat Tokoh-tokoh panutan masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan, artis dan olahragawan sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok (Fitriani, Sulchan, Astuti, 2011). (e) Guru Diharapkan kepada guru
yang
mengajar
di sekolah
hendaknya menjadi contoh yang baik kepada anak-anaknya dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak menghisap rokok sewaktu mengajar di kelas atau di lingkungan sekolah (Siziya, Rudatsikira, Muula, 2007). 4) Lingkungan Perilaku merokok para remaja tidak pernah berkurang walaupun mereka tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Hali ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari seperti di lingkungan kantor, rumah, angkutan umum maupun dijalan-jalan (Rudatsikira, Muula, Siziya, 2009). 5) Pola Hidup Faktor paling dominan yang mempengaruhi pola hidup adalah remaja dan faktor yang mempengaruhinya, sehingga kebiasaan merokok
sudah
merupakan
pola
hidup
dalam
kesehariannya
(Rudatsikira, Muula, Siziya, 2009). 6) Kesehatan Hubungan antara kesehatan dengan kebiasaan merokok adalah faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok serta penyakit yang ditimbulkan akibat rokok (Fitriani, Sulchan, Astuti, 2011). 2. Jumlah Uang Saku Uang saku merupakan bagian dari pendapatan keluarga yang diberikan kepada anaknya untuk jangka waktu tertentu harian, mingguan, maupun bulanan. Perolehan uang saku sering menjadi suatu kebiasaan, anak diharapkan untuk belajar mengelola dan bertanggung jawab atas uang saku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dimilikinya. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima oleh anak (Dilapanga, 2008). Uang saku yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya. Biasanya remaja memilih barang atau makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan uang saku yang cukup besar, biasanya remaja sering mengkonsumsi makanan-makanan atau barang modern dengan pertimbangan prestise dan juga dengan harapan akan diterima di kalangan peer group mereka. Salah satu barang yang kebanyakan dibeli oleh remaja dengan uang saku mereka adalah rokok yang mana dapat dibeli secara ecer sehingga lebih murah sesuai dengan uang saku mereka. Peluang anak menjadi seorang konsumen sesungguhnya akan sangat ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan konsumsi untuk anak sangat dipengaruhi oleh daya beli (Unger, Sun, Johnson, 2007). Remaja yang telah diberi kepercayaan untuk mengelola uang sakunya sendiri cenderung memiliki kebebasan untuk memiliki kebebasan untuk memilih sesuka hatinya. Kebebasan memilih suatu barang atau makanan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan remaja. Dengan memiliki kebebasan untuk memilih sendiri makanan atau barang yang akan dibelinya, remaja cenderung untuk membeli apapun yang disukainya atau yang menarik menurut mereka, tanpa memperhatikan apakah barang tersebut baik atau tidak untuk kesehatannya. Remaja biasanya memilih makanan yang akan dikonsumsinya sesuai dengan uang saku mereka (Rachiotis, 2008). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Uang saku yang diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah bagi remaja diantaranya : a. Anak menjadi boros b. Anak tidak menghargai uang c. Anak menjadi malas belajar (Nilsson, Weinehall, Bengstrom, Stenlund, Janlert, 2009) Pemberian
uang
saku
dapat
mempengaruhi
remaja
untuk
mengkonsumsi banyaknya rokok yang akan dihisapnya perhari sesuai dengan besarnya uang saku yang mereka dapat (Suparlan, 2008). 3. Tingkat Stres a. Pengertian Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar terhadap bahaya ancaman. Stres memiliki dua komponen yaitu perubahan fisiologis dan psikologis, bagaimana seseorang merasakan keadaan dalam hidupnya. Perubahan keadaan fisik dan psikologis ini disebut sebagai stresor (pengalaman yang menginduksi respon stres) (Pinel, 2009). Menurut Selye, stres digolongkan menjadi dua yang berdasarkan atas persepsi individu terhadap yang dialaminya (Rice, 1992), yaitu : 1) Distress (stres negatif) Distress merupakan stres yang merusak atau bersifat tidak menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir atau gelisah, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan dan timbul keinginan untuk menghindarinya (Rice, 1992). 2) Eustress (stres positif) Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan pengalaman yang memuaskan, frase joy of stress untuk mengucapkan hal – hal yang bersifat positif yang timbul dari adanya stres. Eustress dapat meningkatkan
kesiagaan
mental,
kewaspadaan,
kognisi
dan
performasi kehidupan. Eustress juga dapat meningkatkan motivasi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni (Rice, 1992). Stres merupakan respon fisiologis, psikologis dan perilaku manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Branon dan Feist (2007) menjelaskan bahwa stres dapat didefinisikan melalui tiga cara yang berbeda, yaitu : 1) Stimulus, yaitu sebagai respon dan sebagai interaksi yang menimbulkan stres disebut juga dengan stresor. 2) Respon, yaitu respon dari individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat berupa respon fisiologis, seperti : jantung berdebar, gemetar dan pusing serta psikologis, seperti : takut, cemas, sulit tidur, sulit konsentrasi dan mudah tersinggung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Interaksi, yaitu hubungan seseorang dengan stimulus lingkungannya, individu sendiri merupakan agen aktif yang bisa mempengaruhi akibat dari stresor melalui tingkah laku, kognisi dan strategi emosi. Indri (2007) mengemukakan bahwa stres adalah keadaaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal maupun eksternal yang dapat membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara fisiologis maupun secara psikologis dan melakukan penyesuaian diri terhadap situasi yang menjadi stresor. d. Klasifikasi stres 1) Stres ringan Stres ringan sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Stres ini tidak merusak
aspek
fisiologis
seseorang.
Pada
respon psikologis
didapatkan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis, pada respon perilaku didapatkan semangat kerja yang terlalu berlebihan, merasa mudah lelah dan tidak bisa santai. Situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus. 2) Stres sedang Individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan
yang lain sehingga commit to user
mempersempit
lahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persepsinya. Respon fisilogis dari tingkat stres ini didapatkan gangguan pada lambung dan usus misalnya maag, buang air besar tidak teratur, ketegangan pada otot, berdebar-debar, gangguan pola tidur dan mulai terjadi gangguan siklus dan pola menstruasi. Respon psikologis dapat berupa perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional
semakin
meningkat,
merasa
aktivitas
menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit, serta timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. Pada respon perilaku sering merasa badan terasa akan jatuh dan serasa mau pingsan, kehilangan respon tanggap terhadap situasi, ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, daya konsentrasi dan daya ingat menurun. Keadaan ini bisa terjadi beberapa jam hingga beberapa hari. 3) Stres berat Persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal – hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan. Pada tingkat stres ini juga mempengaruhi aspek fisiologis yang didapatkan seperti gangguan sistem pencernaan semakin berat, ketidakteraturan pada siklus menstruasi, debaran jantung semakin keras, sesak napas dan sekujur tubuh terasa gemetar. Pada respon psikologis didapatkan, merasa kelelahan fisik semakin mendalam, timbul perasaan takut, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cemas yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. Respon perilaku dapat terjadi tidak dapat menyelesaikan tugas sehari-hari. 4) Stres sangat berat Orang dengan keadaan stres sangat berat melakukan sesuatu dengan pengarahan sudah sulit dan dapat menimbulkan tanda dan gejala seperti, debaran jantung teramat keras, susah untuk bernapas, sekujur tubuh terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk hal – hal yang ringan seperti bisa terjadi pingsan atau koma. (Maramis, 2009) e. Sumber stres (stresor) Sumber stres adalah semua kondisi stimulasi yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stres. Stres reaksi akut adalah gangguan sementara yang muncul pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari (Sunaryo, 2004). Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan diri dalam diri individu biasanya bersifat negatif yang menimbulkan
frustasi,
kecemasan,
dan
rasa
bersalah,
khawatir
berlebihan, serta rasa rendah hati, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh interaksi individu dengan lingkungannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banyak stresor sosial, yang bersifat traumatik yang tidak dapat dihindari seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, perceraian, masalah keuangan. Sumber stres bisa berasal dari diri sendiri, keluarga, dan komunitas sosial (Alloy, Riskind, Maros, 2004). Menurut Maramis (2009) dalam bukunya, ada empat sumber atau penyebab stres. 1) Frustasi Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil situasi yang diinginkan. Frustasi merupakan efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi (Maramis, 2009). 2) Konflik Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu : a) Approach-approach conflict, terjadi apabila individu harus memilih satu diantara dua alternatif yang sama – sama disukai. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan. b) Avoidance-avoidance conflict, terjadi bila individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama – sama tidak disenangi. Konflik jenis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini lebih sulit diputuskan menyelesaikan karena masing – masing alternatif memiliki konsekuensi yang tidak menyenangkan. c) Approach-avoidance conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama. (Maramis, 2009) 3) Tekanan (presure) Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari – hari dan memiliki bentuk yang berbeda – beda pada setiap individu. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya. Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peran yang harus dijalani seseorang, atau juga dapat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari – hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan sekolah dan mendapatkan pasangan (McKee, 2011).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Krisis Krisis yaitu keadaan mendadak yang menimbulkan stres pada individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan penyakit yang harus dioperasi (McKee, 2011). f. Faktor yang mempengaruhi tingkat stres 1) Kemampuan individu mempersepsikan stresor Jika stresor dipersepsikan akan berakibat buruk bagi individu tersebut, maka tingkat stres yang dirasakan akan semakin berat. Sebaliknya, jika stresor dipersepsikan tidak mengancam dan individu tersebut mampu mengatasinya, maka tingkat stres yang dirasakan akan lebih ringan. 2) Intensitas terhadap stimulus Jika intensitas serangan stres terhadap individu tinggi, maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental individu tersebut mungkin tidak akan mampu mengadaptasinya. 3) Jumlah stresor yang harus dihadapi dalam waktu yang sama Jika pada waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stresor yang harus dihadapi, stresor yang kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan. 4) Lamanya pemaparan stresor Memanjangnya
lama
pemaparan
stresor
dapat
menyebabkan
menurunnya kemampuan individu dalam mengatasi stres. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi stresor yang sama. 6) Tingkat perkembangan Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stresor yang berbeda sehingga risiko terjadinya stres pada tingkat perkembangan akan berbeda. (Rasmun, 2004) g. Gejala-gejala stres Anoraga (2009) membagi gejala stres menjadi 3 macam, diantaranya : 1) Gejala fisiologis Sakit kepala, maag, berdebar-debar, keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu, letih, kaku leher belakang sampai punggung, dada panas atau nyeri, rasa tersumbat di kerongkongan, gangguan psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit, gangguan menstruasi, keputihan, kejang – kejang, pingsan dan sejumlah gejala lain. 2) Gejala psikologis Pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan, cemas, was – was, kuatir, mimpi buruk, murung, mudah marah, mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah, pandangan putus asa, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Gejala perilaku Makin
banyak
merokok,
minum
atau
makan,
sering
mengontrol pintu jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, membunuh, dan lainnya. Hardjana (1994) mengatakan bahwa gejala stres antara lain : 1) Gejala fisikal Sakit kepala, pusing, susah tidur, sakit punggung, diare, sulit buang air besar, gatal – gatal, urat tegang, gangguan pencernaan, tekanan darah tinggi, banyak berkeringat, selera makan berubah, lelah, banyak melakukan kesalahan dalam kerja dan hidup. 2) Gejala emosional Cemas, sedih, depresi, mudah menangis, mood berubah – ubah cepat, mudah marah, gugup, harga diri turun, merasa tidak aman, mudah tersinggung, marah – marah, gampang bermusuhan, emosi tidak terkontrol. 3) Gejala intelektual Susah konsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas menurun, mutu kerja rendah, kekeliruan dalam bekerja bertambah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Gejala interpersonal Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau ingkar janji, menyerang orang dengan kata – kata, mengambil sikap terlalu membentengi dan mempertahankan diri, mendiamkan orang lain. b. Sikap a. Pengertian sikap Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Wawan dan Dewi, 2010). Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi
Stimulus Rangsangan
Proses Stimulus
Reaksi Tingkah Laku (terbuka)
Sikap (Tertutup) Gambar 2.1 Kerangka Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi (Notoatmodjo, 2007) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Komponen Sikap Notoatmodjo (2007) membagi sikap menjadi 3 komponen pokok yang membentuk sikap secara utuh (total attitude), yaitu : 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. Merupakan komponen kognitif yang merepresentasikan apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Pada siswa (SMA) lakilaki sebagai suatu objek sikap. Dalam hal ini, komponen kognitif sikap terhadap perilaku merokok pada siswa (SMA) laki-laki adalah apa saja yang dipercayai seseorang mengenai merokok pada siswa tersebut. Sering kali pendapat pada masyarakat umum sesuatu yang telah terpolakan jika para pelajar melakukan aktivitas merokok, maka para pelajar tersebut cenderung digolongkan atau dikategorikan kedalam para siswa yang nakal. Terlepas dari pada itu, bagi para remaja seperti yang diungkapkan sebelumnya bahwa merokok itu adalah lambang kematangan, lambang pergaulan, dan lambang kedewasaan. Sekali kepercayaan tersebut telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang diharapkan dari objek tertentu (Azwar dan Dewi, 2003). Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu terbentuk justru dikarenakan kurang atau tidak adanya informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi (Azwar dan Dewi, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. Merupakan komponen sikap yang berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu (Azwar dan Dewi, 2003). Sebagai contoh, dua orang mempunyai sikap negatif terhadap rokok, yang satu tidak menyukai rokok dan ketidak sukaannya ini dikarenakan dengan ketakutan akan bahaya yang diakibatkan bahanbahan kimia yang terdapat dalam rokok. Sedangkan orang yang kedua ketidak sukaannya disebabkan oleh rasa benci karena rasa sebal dan ingin muntah dikarenakan asap atau bau rokok. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai yang dianggap benar dan berlaku bagi objek tersebut. Bila kita percaya bahwa merokok membawa dampak negatif dan ancaman terhadap kesehatan, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau negatif terhadap rokok (Soamole, 2004). 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Merupakan komponen konatif yang berhubungan dengan kecenderungan bertingkah laku. Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar dan Dewi, 2003). Sebagai contoh, orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok lalu respon apa yang muncul dalam pikiran atau perasaannya, bisa saja orang tersebut tertarik, tidak tertarik atau mungkin masa bodoh, hal ini akan terjadi pada setiap orang, orang yang setuju ada kecenderungan akan melakukan atau menirunya, bagi yang tidak setuju akan ada kecenderungan untuk menghindarinya (Soamole, 2004). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007). Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2) Merespons (responding) Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan,
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Menghargai (valving) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko. (Notoatmodjo, 2007). c. Klasifikasi Sikap Wawan dan Dewi (2010) mengatakan bahwa sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif : 1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. 2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. d. Pembentukan Sikap Faktor - faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya: 1) Pengalaman pribadi Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. 2) Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. 3) Orang lain yang dianggap penting Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berati khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain. 4) Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. 5) Institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Faktor emosi dalam diri individu Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar, 2009). e. Ciri-ciri Sikap Wawan dan Dewi (2010) mengatakan bahwa sikap mempunyai ciri-ciri diantaranya : 1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. 2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3) Sikap tidak berdiri. 4) sendiri tetapi mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. 5) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 6) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. f. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Wawan dan Dewi, 2010). g. Sikap Tentang Merokok Keberadaan kita di lingkungan dan situasi sosial atau interaksi sosial jarang bagi kita untuk berada dalam keadaan netral. Keadaan netral tanpa rasa suka dan tidak suka terhadap mitra interaksi atau keadaan apapun. Kita juga mungkin tidak terlepas dari perasaan senang atau tidak senang dari persepsi dan perilaku kita sendiri bahkan orang lain. Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap orang lain atau sesuatu yang sedang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan kita akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita apa yang sedang kita hadapi saat ini. Begitu pula dengan sikap remaja terhadap rokok. Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja, mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya
membentuk sebuah pengalaman
baru
yang
mewarnai
perasaannya yang akhirnya ikut menentukan kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu akan ikut merokok atau menghindari dari aktivitas merokok (Soamole, 2004). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Perilaku Merokok Remaja a. Definisi Remaja Sarwono (2011) mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa ketika : 1) Individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda- tanda seksual sekundernya hingga mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial- ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. b. Definisi perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masingmasing (Notoatmodjo, 2003). Skiner (1938) seorang ahli psikologi dikutip dalam Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Respondent respons adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2) Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer karena mencakup respon. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa jika dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Perilaku tertutup (covert behavior) adalah respon atau reaksi terhadap stimulus
yang
masih
terbatas
pada
perhatian,
persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. c. Perilaku merokok remaja laki-laki 1) Pengertian Perilaku Merokok Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung (Istiqomah, 2003). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perilaku merokok muncul karena adanya faktor internal yaitu faktor biologis dan psikologis serta faktor eksternal yaitu faktor lingkungan sosial. Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok (Hahn, Payne, 2003). Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok menurut (Bustan, 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Sedangkan perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Tomkins dalam Mu’tadin (2002) membagi 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah : a) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila marah atau gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. c) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis. Mu’tadin (2002) menyatakan bahwa perilaku merokok dapat dilihat dari : a) Umur mulai merokok Semua umur bisa merokok, namun tidak ada bayi yang lahir dengan merokok. Perilaku merokok banyak ditemukan di sekolah menengah. Makin awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. b) Intensitas merokok Kriteria perokok ringan sampai berat dapat dilihat berdasarkan waktu (menit) yang dibutuhkan seseorang untuk segera merokok setelah bangun pagi dan jumlah batang rokok yang dihisap dalam hari. (1)Perokok sangat berat adalah perokok yang menghabiskan rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi. (2)Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan rokok setiap 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3)Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 1121 batang perhari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. (4)Perokok ringan adalah perokok yang menghabiskan rokok sekitar 10 batang perhari dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. (Triswanto, 2007) c) Lama merokok Makin lama seseorang mengkonsumsi rokok, makin banyak pula paparan racun dalam tubuhnya. d) Jenis rokok Jenis rokok yang dikonsumsi saat ini umumnya rokok non tradisional, antara lain : (5)Rokok sigaret adalah rokok hasil buatan pabrik, bersifat asam, semua nikotin diserap melalui paru, penyaringan nikotin lebih banyak
dari
pada
pipa
atau
cerutu,
sebatang
sigaret
menghasilkan 3 – 6% gas CO dan tar sekitar 10 -30 mg. (6)Cerutu adalah rokok bersifat alakali, kebanyakan nikotin diserap melalui mukosa mulut, kandungan COnya 2- 3 kali lebih banyak dari sigaret. (7)Rokok pipa adalah rokok bersifat alkali, kebanyakan nikotin diserap melalui mukosa mulut, kandungan CO nya 2 -3 kali lebih banyak dari sigaret. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Tahap-tahap Perilaku Merokok Laventhal dan Cleary (2006) mengungkapkan empat tahap dalam perilaku merokok, yaitu : a) Tahap Preparatory : seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga menimbulkan niat untuk merokok. b) Tahap Initiation : tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok. c) Tahap
Becoming
A
Smoker
:
apabila
seseorang
telah
mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. d) Tahap Maintaining Of Smoking : pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan. 3) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Hahn dan Payne (2003) mengatakan bahwa perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri juga disebabkan faktor dari lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Faktor Diri (internal) Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yang dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya (Komalasari, Helmi, 2000). b) Faktor Lingkungan (eksternal) Soetjiningsih (2004) menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok. (1)Orang Tua : pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-lain (Burza, 2012). (2)Teman Sebaya : pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, ketika remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tadin, 2002).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3)Iklan Rokok : banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok (Istiqomah, 2004). B. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang Merokok yang pernah dilakukan antara lain : 1. Gusti, Mukhsen Sarake, dan Muhammad Ikhsan (2013), meneliti tentang faktor yang mempengaruhi jumlah rokok yang dihisap perhari pada remaja pria di SMA N 1 Bungku Selatan Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali di Sulawesi Tengah tahun 2013. Jenis penelitian adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi adalah semua remaja pria SMA Negeri 1 Bungku Selatan yang berjumlah 116 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman sepermainan, iklan rokok, dan kepatuhan dan kebijakan pada undang-undang) menunjukkan hubungan signifikan (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian dan lokasi penelitian. 2. Kosmas Tri Sulistyo (2009), meneliti tentang hubungan antara stres dengan perilaku merokok pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah mahasiswa S1 dan D3 Universitas Katolik Soegijapranata semester genap tahun akademik 2008/2009. Teknik pengambilan sampel secara accidental. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara stres dengan perilaku merokok, semakin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tinggi stres, maka semakin tinggi pula perilaku merokoknya, sebaliknya semakin rendah tingkat stres, maka semakin rendah perilaku merokok pada mahasiswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian, populasi, sampel dan lokasi penelitian. 3. Jle W. Weiss, steven Cen, Michele Mouttapa, Andy C. Johnson, dan Jennifer Unger (2011), meneliti tentang pengaruh faktor pertengkaran, stres, dan kenakalan remaja terhadap kebiasaan merokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua siswa kelas 6, 7, dan 8 dari 24 sekolahan yang ikut berpartisipasi. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh pertengkaran, stres, dan kenakalan remaja terhadap kebiasaan merokok remaja. Semakin tinggi tingkat pertengkaran, stres dan kenakalan remaja, semakin tinggi pula kebiasaan merokok pada remaja tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian, populasi, sampel dan lokasi penelitian. 4. Pranil Man Singh Pradhan, Surya Raj Niraula, Anup Ghimire, Suman Bahadur Singh, Paras Kumar Pokharel, meneliti tentang hubungan faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan tembakau pada siswa di Dharan, Nepal Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan cara survei menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja dengan umur antara 14 – 15 tahun dan 16 – 19 tahun pada siswa kelas 9, 10, 11, dan 12 di Dharan, Nepal Timur. Jumlah sampel sebanyak 1312 remaja yang dipilih dengan statified random sampling. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jenis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelamin, tipe sekolah, suku, dan jumlah uang saku terhadap perilaku mengkonsumsi tembakau pada remaja Dharan, Nepal Timur. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian, populasi, sampel dan lokasi penelitian. 5. Seter Siziya, Emmanuel Rudatsikira, dan Adamson S. Muula, meneliti tentang perilaku merokok pada remaja di Kafue Zambia. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 7, 8, dan 9 pada 7 sekolahan di Kafue, Lusaka, Zambia. Hasil dari penelitian ini adalah perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi berupa umur, kelas, jumlah uang saku, dan faktor status merokok orang tua dan teman sebaya, serta iklan merokok di media massa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam hal tujuan penelitian, populasi, sampel dan lokasi penelitian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir Kerangka pemikiran dibuat berdasarkan teori bahwa jumlah uang saku, tingkat stres, serta sikap tentang merokok akan berpengaruh pada perilaku merokok remaja. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.2 Pengetahuan Sikap Faktor predisposisi Kepercayaan Umur
Lingkungan
Jenis Tingkat stres
Legalisasi merokok Faktor pemungkin
Reklame Jumlah uang
Perilaku Merokok
Pola hidup
saku Penjualan rokok Kesehatan Fasilitas kesehatan
Orang tua Faktor penguat
Teman Idola Tokoh masyarakat commit to user Guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 Kerangka pikir hubungan jumlah uang saku, tingkat stres dan sikap terhadap merokok dengan perilaku merokok remaja D. Kerangka Konsep Berdasarkan dari kerangka teori tersebut diatas, dikaitkan dengan permasalahan penelitian maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut : (1)
X1 (2)
(4)
X2
Y (3)
X3 Keterangan : X1 : jumlah uang saku X2 : tingkat stres X3 : sikap tentang merokok Y : perilaku merokok E. Hipotesis 1. Ada hubungan jumlah uang saku dengan perilaku merokok. 2. Ada hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok. 3. Ada hubungan sikap tentang merokok dengan perilaku merokok. 4. Ada hubungan bersama jumlah uang saku, tingkat stres dan sikap tentang merokok dengan perilaku merokok.
commit to user