BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Limbah Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, dan sebagainya. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya (Ginting, 2007). Limbah cair adalah limbah berbentuk cairan atau berada dalam fasa cair. Limbah tersebut dapat berasal dari industri, rumah tangga, dan sebagainya. Limbah cair industri bersumber dari industri yang dalam prosesnya menggunakan air. Dalam limbah cair, terkandung zat-zat pencemar dengan konsentrasi tertentu yang akan mempengaruhi kualitas air. Zat-zat pencemar tersebut dapat berupa zat organik maupun zat anorganik. Limbah cair memiliki dampak negatif bagi lingkungan karena adanya kandungan zat-zat yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya. 2.2
Karakteristik Limbah Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat fisika, kimia, dan
biologi. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan agar dapat dipahami karakteristik-karakteristiknya dan sejauh mana tingkat pencemaran yang dapat ditimbulkan oleh limbah tersebut terhadap lingkungan (Ginting, 2007). 2.2.1
Sifat Fisika Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan kandungan padatan,
alkalinitas, kekeruhan, warna, bau, dan suhu.
4
Bab II Tinjauan Pustaka
5
Padatan Zat padat pada limbah diklasifikasikan secara umum menjadi padatan
terlarut dan padatan tersuspensi. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi
dapat bersifat organik dan anorganik tergantung dari sumber limbahnya.
Kekeruhan Kekeruhan merupakan ukuran sifat transmisi cahaya pada air. Sifat ini
dapat dilihat dengan mata secara langsung tanpa adanya alat bantu. Pengukuran kekeruhan didasarkan pada perbandingan intensitas cahaya yang dipancarkan dari suatu sampel terhadap intensitas cahaya yang dipancarkan dari larutan standar pada kondisi yang sama. Adanya partikel
koloid dalam air menyebabkan terabsorbsinya cahaya sehingga mencegah transmisi cahaya.
Bau Bau dapat terbentuk karena dekomposisi material organik atau senyawasenyawa yang terkandung pada air limbah. Selain itu, juga dapat berasal dari gas hasil penguraian zat anorganik yang mengandung belerang atau senyawa sulfat dalam kondisi kurang oksigen dan terjadi proses anaerob. Dengan kondisi anaerob maka kehidupan biota air terganggu karena tidak adanya suplai oksigen.
Suhu Suhu merupakan parameter yang sangat penting karena pengaruhnya terhadap reaksi kimia dan kecepatan reaksi dan juga kelangsungan kehidupan biota air. Suhu limbah yang terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan biota badan penerima limbah. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Selain itu, tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.
Warna Warna dalam air dapat disebabkan adanya material asing seperti mineralmineral alam, tumbuhan, dan organisme air. Permasalahan dari adanya warna pada air adalah tidak sedap dipandang. Selain itu, warna dalam air
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
6
akan menyerap oksigen terlarut dan juga bersifat sebagai racun (Dewi,
2010).
2.2.2
Karakterisik kimia pada limbah cair ditentukan oleh nilai Biological
Sifat Kimia
Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan kandungan logam-logam berat. Selain itu, karakteristik kimia pada limbah cair adalah
keasaman, alkalinitas, oksigen terlarut, dan sebagainya.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) BOD adalah kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat-zat organik yang terdapat dalam air. Semakin tinggi nilai BOD, semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Chemical Oxygen Demand (COD) COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat baik organik maupun anorganik secara kimia. Reaksi COD dilakukan terhadap zat organik dengan bantuan oksidator kuat (misal : K2Cr2O7). Metoda pengukuran nilai COD sering dipergunakan ketika dalam limbah cair terdapat logam-logam tertentu, sehingga pengukuran menggunakan BOD tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya. Metoda pengukuran dengan COD memiliki waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metoda pengukuran BOD.
Keasaman Pada industri kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang diharapkan hingga pengendalian limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Keasaman air limbah diukur dari pH. pH menunjukkan banyaknya ion H+ yang terdapat pada air limbah. pH limbah yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada biota air dan lingkungan di daerah pembuangan limbah tersebut.
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
7
Bab II Tinjauan Pustaka
Alkalinitas Alkalinitas didefinisikan sebagai kapasitas air dalam menerima proton.
Selain itu, alkalinitas juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan air
untuk menetralisir asam. Karakteristik ini, berfungsi sebagai buffer yang
menstabilkan dan mencegah adanya fluktuasi pH pada air. Alkalinitas
dalam air dipengaruhi oleh adanya senyawa karbonat, garam-garam
hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium yang terkandung pada air.
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut menunjukkan adanya kehidupan pada air. Selain itu, oksigen terlarut mempengaruhi kemampuan air untuk memulihkan diri
secara alami. Semakin tinggi nilai oksigen terlarut, semakin baik kualitas airnya
untuk
kehidupan.
Kurangnya
oksigen
dalam
air
dapat
mengakibatkan kondisi kurang oksigen atau anaerob. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian bagi sebagian besar makhluk hidup pada air (Dewi, 2010).
Kandungan-Kandungan Lain Selain beberapa hal yang telah disebutkan, ada beberapa karakteristik kimia pada air yaitu kandungan metan, lemak dan minyak, klorida, dan fosfat.
2.2.3
Sifat Biologi Sifat biologi dipengaruhi mikroorganisme yang terkandung dalam air.
Parameter biologi sangat penting dalam penentuan kualitas air terutama untuk air minum. Jenis mikroorganisme sangat bervariasi yaitu dapat berupa sel tunggal, bebas, ataupun berkelompok dan mampu melakukan proses-proses seperti metabolisme, tumbuh, dan bereproduksi (Dewi, 2010). 2.3
Chemical Oxygen Demand (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat-zat baik organik maupun anorganik secara kimia
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
8
Bab II Tinjauan Pustaka
(Nurhasanah,2009). Nilai COD menyatakan konsentrasi senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam suasana asam. Tingginya nilai COD
akan menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut pada air. Hal tersebut dikarenakan dengan nilai COD yang tinggi, dibutuhkan jumlah oksigen yang
banyak untuk mengoksidasi zat-zat organik pada air. Berkurangnya oksigen terlarut akan menyebabkan kematian pada biota air sehingga merusak ekosistem yang terdapat di dalamnya.
Pengukuran nilai COD biasanya dilakukan pada air limbah industri atau
perairan yang terkontaminasi. COD diukur dengan cara menginkubasi sampel air dengan senyawa oksidan kuat. Selama penentuan COD, hampir seluruh senyawa organik teroksidasi menjadi karbon dioksida dan air. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi karbon dioksida, amonia, dan air diperlihatkan oleh persamaan: CnHaObNc +
O2
nCO2 +
H2O + cNH3……(1)
Persamaan 1 tidak menghitung nilai kebutuhan oksigen yang disebabkan oleh oksidasi amonia menjadi senyawa nitrat. Persamaan oksidasi amoniak menjadi nitrat adalah sebagai berikut. NH3 + 2O2
NO3- + H3O+ …………………………………………..(2)
Senyawa oksidan berperan dalam penguraian zat-zat organik. Biasanya senyawa oksidan yang digunakan adalah kalium dikromat (K2Cr2O7). Dikromat tidak mengoksidasi amonia menjadi nitrat sehingga reaksi pembentukan nitrat tersebut dapat diabaikan. Pengukuran COD dilakukan pada kondisi asam dan panas sehingga dalam prosesnya diberi tambahan asam pekat, yaitu asam sulfat (H2SO4). Oksidasi terhadap senyawa organik oleh kalium dikromat akan mengikuti persamaan berikut ini : CnHaObNc + Cr2O72- + H+
CO2 + H2O + NH4+ + Cr3+ …….(3)
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
9
Bab II Tinjauan Pustaka
Umumnya digunakan larutan kalium dikromat 0,25 N dalam penentuan
COD, meskipun untuk sampel dengan nilai COD di bawah 50 mg/L digunakan konsentrasi kalium dikromat yang lebih rendah. Karena COD mengukur
kebutuhan oksigen dari senyawa organik pada sampel air, diharuskan tidak ada material organik dari luar yang tidak sengaja terhitung pada sampel air yang diukur. Untuk itu, diperlukan larutan blanko dalam penentuan COD. Blanko
dibuat dengan menambahkan semua reagen (misalnya asam dan oksidan) pada aquadest dan digunakan untuk dibandingkan dengam sampel air. Nilai kebutuhan
oksigen pada blanko dikurangi dari nilai COD pada sampel air untuk memastikan pengukuran yang sebenarnya dari material organik. Reaksi oksidasi menggunakan senyawa oksidan tersebut memerlukan pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat (Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada unsur chloride yang dapat mengganggu reaksi, maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut (Wardhana, 1995). Chloride dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium dikromat sesuai dengan reaksi berikut ini : 6Cl-
+ Cr2O72- + 14H+
3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O …………………...(4)
Dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel, sebelum penambahan reagen lainnya. Ion merkuri bergabung dengan ion klorida membentuk merkuri klorida, sesuai dengan reaksi dibawah ini : Hg2+
+ 2Cl-
HgCl2 ………………………………………………….(5)
Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak mengganggu oksidasi zat organik dalam uji COD.
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
10
Bab II Tinjauan Pustaka
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7
yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi
dengan ferro aluminium (FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut : 6 Fe 2+ + Cr2O72- + 14H+
6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O …………………..(6)
Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan
organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium dikromat/K2Cr2O7) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium dikromat sebagai oksidator, diperkirakan 95 persen hingga 100 persen bahan organik dapat dioksidasi (Effendi, 2003). 2.4
Pengolahan Limbah Cair Pengolahan limbah cair bertujuan untuk mengurangi polutan organik dan
anorganik dalam limbah cair agar limbah menjadi tidak membahayakan bagi lingkungan. Pengolahan tersebut dapat dilakukan secara fisika, kimia, maupun biologi. Unit pengolahan secara fisika merupakan metoda pengolahan dimana diaplikasikan
proses
fisik
seperti
penyaringan,
pencampuran,
flokulasi,
sedimentasi, pengapungan, filtrasi, dan transfer gas. Unit pengolahan secara kimia merupakan metoda pengolahan dimana penyisihan atau konversi kontaminan terjadi karena penambahan bahan kimia dan melewati reaksi kimia seperti presipitasi, adsorpsi, dan disenfeksi. Sedangkan unit proses biologi merupakan metoda pengolahan dimana kontaminan disisihkan melalui aktivitas biologi yang ditujukan untuk menghilangkan substansi organik biodegradable dalam limbah cair (Metcalf & Eddy,2004).
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
11
2.5
Sistem Pengolahan Air Limbah PT. Asia Pacific Fibers, Tbk
Gambar 2.1. Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah PT Asia Pacific Fibers Tbk
Pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Asia Pacific Fibers, Tbk terdapat 3 unit utama yaitu unit anoksik, unit aerasi, dan unit klarifikasi. Sistem pengolahan limbah pada pabrik tersebut menggunakan sistem lumpur aktif. Air limbah berasal dari plant PTA dan plant polimer. Limbah yang berasal dari plant PTA dialirkan langsung menuju unit anoksik untuk diolah, sedangkan limbah dari plant polimer dimasukkan dalam unit yang disebut dengan dump tank. Dump tank berguna untuk menyimpan limbah dari plant polimer karena limbah tersebut memiliki nilai COD yang tinggi. Air limbah yang mengalir ke IPAL diterima oleh unit anoksik. Anoksik seharusnya merupakan tangki tempat terjadinya proses denitrifikasi yang berguna untuk menghilangkan nitrogen pada air limbah, tetapi pada kenyataannya di PT. Asia Pacific Fibers, Tbk unit ini digunakan sebagai unit ekualisasi air limbah. Pada tangki anoksik, terjadi proses hidrolisa. Limbah yang masuk ke unit anoksik mengandung padatan produk, sehingga dilakukan pengadukan di unit tersebut agar padatan tersebut tidak mengendap. Selain dilakukan pengadukan, pada unit anoksik terdapat zona yang disebut splitter box. Pada zona tersebut dilakukan penambahan filter water yang berguna untuk menurunkan nilai Chemical Oxygen Demand (COD). Penurunan Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
12
dilakukan agar nilai COD yang masuk ke unit selanjutnya yaitu unit aerasi berada pada standar yang ditentukan. Nilai standar COD yang ditetapkan PT. Asia Pacific
Fibers, Tbk untuk unit aerasi A adalah kurang dari 6000 ppm. Selain penambahan water, pada splitter box juga terkadang dilakukan penambahan natrium filter
hidroksida (NaOH) jika nilai pH air limbah yang masuk ke unit anoksik terlalu rendah.
Air limbah yang telah diproses di unit anoksik kemudian dialirkan ke unit
aerasi A. Pada unit ini dimulai pengolahan dengan sistem lumpur aktif. Agar
bakteri memiliki oksigen yang cukup untuk mendekomposisi materi organik, maka air limbah dikontakkan dengan udara menggunakan bantuan aerator. Aerator akan membantu menambah kadar oksigen terlarut dalam air limbah. Oksigen terlarut harus memiliki nilai yang cukup untuk menjamin berlangsungnya proses biologis dalam kondisi aerob pada unit tersebut. Lumpur yang telah tercampur dengan air limbah pada aerasi A kemudian diendapkan di unit selanjutnya yaitu unit klarifikasi. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk memiliki tiga unit klarifikasi. Unit klarifikasi yang digunakan untuk air limbah dari unit aerasi A adalah unit klarifikasi 1 dan 2. Pada unit ini lumpur akan mengendap ke dasar tangki klarifikasi. Dengan adanya bantuan alat penyapu mekanis (scrapper), lumpur yang mengendap akan terkumpul di bagian tengah dasar tangki. Lumpur kemudian dipompakan kembali ke unit aerasi A sebagai Return Activated Sludge (RAS). Overflow dari unit klarifikasi kemudian dialirkan ke unit aerasi B. Sama halnya dengan unit aerasi A, pada unit aerasi B ini dilakukan pengontakkan dengan udara melalui bantuan aerator. Perbedaan unit aerasi A dengan unit aerasi B terdapat pada parameter nilai COD-nya. Pada unit aerasi B nilai COD jauh lebih rendah daripada unit aerasi A. Hasil pengolahan pada unit ini dialirkan ke unit klarifikasi 3. Pada unit tersebut dilakukan pengendapan lumpur yang masih terbawa dalam air limbah. Lumpur kemudian dipompakan kembali ke unit aerasi B sebagai RAS.
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
13
Dari unit klarifikasi 3, overflow-nya akan dialirkan ke monitoring box (MB). Pada monitoring box dilakukan analisa air limbah apakah sudah sesuai
baku mutu yang ditetapkan atau tidak. Jika karakteristik limbah sudah sesuai baku maka limbah akan dibuang ke badan penerima air, sedangkan jika belum mutu
sesuai baku mutu, air limbah akan dipompakan kembali ke unit aerasi A untuk diproses ulang (Sumber : IPAL PT Asia Pacific Fibers, Tbk).
2.6
Pengenceran Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pengenceran diterapkan pada suatu senyawa dengan cara menambahkan pelarut yang bersifat netral. Penambahan pelarut tersebut akan mengakibatkan turunnya kadar kepekatan dari senyawa yang diencerkan (Brady, 1999). 2.6.1
Macam-Macam Pelarut Pelarut yang digunakan dalam proses pengenceran biasanya bersifat netral.
Berikut beberapa pelarut yang biasa digunakan : a. Air Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O (satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu oksigen) dan memiliki sifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fasa zair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Sekitar 71% dari permukaan bumi tertutup oleh air. Sekalipun air jumlahnya relatif konstan air tidak diam. Air bersirkulasi akibat pengaruh cuaca sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
14
dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-
sumber air tersebut adalah (i) air permukaan yang merupakan air sungai
dan danau (ii) air tanah yang tergantung kedalamnnya bisa disebut air
tanah dangkal atau air tanah dalam (iii) air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Situmorang, 2007).
b. Air Reverse Osmosis (RO)
Air RO adalah air yang lebih bersih dibanding air biasa yang diproses
secara umum. Dengan sistem bio magnetized yaitu sistem penyaringan air limbah menjadi air murni kembali dipesawat ruang angkasa maka air yang dihasilkan sangat layak untuk dikonsumsi dengan Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 10 ppm sesuai standar World Health Organization (WHO) yang terbebas dari partikel dan zat berbahaya lainnya, seperti klorin, arsenik, kromium, kadmium, klor, natrium, phospat, nitrat, kuprum, air raksa, bakteri, kuman, virus, bau busuk, racun perusak, racun serangga, endapan, zat pewarna, zat pengawet, dan lain-lain. Air RO dihasilkan dengan proses penyaringan air melalui 5 tahap,yaitu : 1. Filter Sedimen Filter yang terbuat dari serat karbon 5 mikron yang berfungsi untuk menyaring partikel berbahaya seperti kapur, lumpur, endapan, zat polutan, karet, dan lain-lain. 2. Filter Pra Karbon Filter yang berfungsi untuk menyerap bahan organik, warna, spora, jamur, bahan karsinogen dan sebagainya. 3. Filter Karbon Perak Filter yang berfungsi dapat mencegah terjadinya pembiakan bakteri, kuman, virus sisa bau, sisa gas dan zat pencemar lainnya yang tidak diperlukan tubuh manusia. 4. Filter Bio Magnetized
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
15
Bab II Tinjauan Pustaka
Filter yang berfungsi memperkecil kelompok molekul air sehingga
dapat meningkatkan kandungan oksigen dalam molekul air yaitu tiga
kali lipat dari air biasa. 5. Filter Membran Reverse Osmosis Filter yang berfungsi untuk menyaring partikel berbahaya dalam
molekul air seperti arsenik, karbon, logam berat, dan lain-lain. c. Air Suling
Air suling adalah air yang telah mengalami proses pemurnian dari
senyawa pengotor, seperti logam berat dan lain-lain. Air suling didapatkan melalui proses distilasi (Fernandez,2009).
d. Filter Water Filter water adalah air yang digunakan untuk keperluan pabrik. Pada PT. Asia Pacific Fibers, Tbk. Sarana untuk mengolah air baku menjadi filter water adalah :
Cascade Aerator Cascade aerator adalah tempat terjadinya proses oksidasi atau pencampuran
air
dan
udara.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
menghilangkan bau dengan menurunkan kandungan gas-gas terlarut seperti CO2, H2S, dan NH3 dengan penambahan kadar O2. Sebelum masuk ke dalam cascade aerator ditambahkan aluminium oksida (Al2O3 cair) sebagai koagulan, sehingga terbentuk mikroflok.
Sedimentation Basin Sedimentation
basin
digunakan
untuk
memisahkan
padatan
tersuspensi pada air sungai dengan cara pengendapan.
Mixing Channel Penambahan polyelectrolyte (PE) sebagai flokulan dan lime (kapur) untuk menaikkan nilai pH jika diperlukan.
Flokulator
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
16
Penambahan gas klorin sebagai desinfektan pada proses flokulasi.
Flok-flok yang mengendap akan dibuang melalui drain chamber,
sedangkan flok-flok yang terbawa akan dialirkan ke tube settler untuk
diendapkan.
Tube Settler Pada tube settler terdapat lamela yang berfungsi untuk menarik flok-
flok yang terbawa dari flokulator, sehingga air menjadi bersih. Sludge
yang terdapat pada tube settler akan dibuang secara periodik ke drain chamber.
Gravity Filter Gravity filter berfungsi untuk menyaring flok-flok yang tidak terendapkan pada proses sebelumnya. Media penyaring pada gravity filter adalah karbon aktif, pasir, dan batu. Terdapat Back Wash Pump yang digunakan pada proses back wash untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada permukaan gravity filter (Sumber : Departemen Utilitas PT. Asia Pacific Fibers,Tbk).
2.6.2
Pembuangan dengan Pengenceran Pembuangan dengan pengenceran adalah metode sederhana pembuangan
air limbah ke badan air seperti sungai, danau, laut, atau muara sungai. Hal ini mengakibatkan pencemaran pada badan penerima air. Tingkat polusi tergantung pada volume dan komposisi air limbah yang dibandingkan dengan volume dan kualitas air yang bercampur. Ketika volume dan kandungan organik air limbah lebih kecil jika dibandingkan dengan volume air penerima, maka oksigen terlarut yang terdapat dalam air masih tersedia cukup banyak untuk proses dekomposisi aerobik padatan organik dalam air limbah. Efek dari pembuangan dengan cara mengencerkan air yang tidak diolah ke badan penerima limbah adalah adanya nutrien-nutrien yang berlebihan dalam air contohnya fosfor dan nitrogen. Kehadiran nutrisi yang berlebihan tersebut dapat merangsang pertumbuhan tanaman air seperti ganggang untuk tumbuh. Jika Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.
Bab II Tinjauan Pustaka
17
tanaman tersebut terlalu banyak, maka oksigen terlarut dalam air akan berkurang dan menyebabkan biota air yang lain tidak dapat hidup yang kemudian akan
mengarah ke rusaknya ekosistem.
Pengaruh Laju Alir Filter Water dengan Laju Alir Air Limbah terhadap Penurunan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada Unit Anoksik PT. Asia Pacific Fibers, Tbk.