BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pendahuluan Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan non MPLS dan MPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP), yang dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport terhadap jaringan non MPLS dan MPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan. Beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan di manfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan. Penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan teknologi jaringan komputer khususnya jaringan MPLS, kualitas layanan (QoS) dan traffic engineering antara lain adalah: 1. Penelitian tentang analisa penerapan traffic engineering pada jaringan non MPLS danMPLS terutama pada operator Internet Service Provider (ISP), yang dilakukan oleh Mohamed Hasan Omar (2008) . Setelah menganalisa secara komparatif throughput paket-paket protokol UDP dan TCP dari lapis transport terhadap jaringan non MPLS danMPLS, hasilnya menunjukkan bagaimana jaringan MPLS yang menerapkan traffic engineering mampu meningkatkan kinerja jaringan backbone dan skalabilitas jaringan internet pada lingkungan beban trafik yang tinggi untuk beberapa macam aplikasi yang berbeda. Ternyata
Universitas Sumatera Utara
penerapan traffic engineering adalah merupakan keunggulan jaringan MPLS terhadap jaringan berbasis IP (non MPLS), karena proses routing menjadi lebih cepat dengan melakukan pendefinisian jalur khusus (router LSP) untuk pengiriman paket data. Router LSP pada jaringan MPLS dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai jalur routing, sehingga utilisasi sumber-sumber jaringan lebih optimal dan pada gilirannya meningkatkan kinerja jaringan. 2. Dalam makalahnya di jurnal IEEE,
Daniel O.Awduche (1999)
menjelaskan tentang konsep, fungsi dan tantangan traffic engineering internet pada jaringan IP (non MPLS)dengan menggunakan beberapa model a.l: model overlay, model IP over ATM, model MPLS-TE. Selain itu didiskusikan pula aplikasi dan manfaat MPLS traffic engineering pada jaringan IP. Pada bagian penutup disimpulkan bahwa optimasi kinerja jaringan internet menggunakan teknologi jaringan MPLS dan peningkatan kualitas layanan (QoS) menggunakan differentiated services diperoleh berdasarkan pada model IP over ATM sebagai alternatif lain dari jaringan MPLS. 3. Rendy Munadi dan Nunut J T S (2005), pada makalahnya di Seminar Nasional “Soft Computing, Intelligent Systems and Information Technology” (SIIT 2005), melakukan penelitian tentang Perancangan, Simulasi dan Analisa Kinerja Jaringan IP MelaluiTeknologi
MPLS.
Penelitiannya
sehubungan
dengan perkembangan pesat jaringan internet dalam beberapa tahun terakhir ini yang ditandai dengan munculnya teknologi dan layanan-layanan baru menuntut pemakaian bandwidth secara efisien dan efektif. Hal ini ditempuh dengan meningkatkan kemampuan router untuk dapat membuat keputusan bahwa sebuah paket yang diterima akan dikirimkan dan diteruskan ke tujuan sesuai dengan header paket-nya. Dan ini diperoleh dengan memanfaatkan teknologi Multi Protocol Label Switching (MPLS). Dalam penelitiannya di lakukan kajian melalui simulasi terhadap kinerja jaringan IP melalui teknologi MPLS dengan melihat parameter Quality of Service (QoS) dan penyebab kongesti yang mungkin terjadi. Parameter kinerja yang diamati meliputi throughput, delay, paket loss dan hasilnya diperoleh peningkatan nilai throughput 40% dan penurunan delay 200% jika dibanding dengan teknologi non MPLS. Ternyata implementasi MPLS di
Universitas Sumatera Utara
jaringan dapat meminimalisasi efek kongesti yang terjadi dengan memanfaatkan bandwidth jaringan yang belum terpakai secara optimal. 4. Pada penelitiannya Xipeng Xiao and Lionel M. Ni, Michigan State University (1999) menunjukan bahwa integrated services, RSVP, differentiated services, multi protocol label switching (MPLS), dan constraint-based routing adalah komponen-komponen framework (susunan) dari internet quality of service (QoS). Dan ternyata berdasarkan tabel tersebut susunan komponen-komponen ini adalah untuk memenuhi kualitas jaminan QoS suatu layanan traffic data dan meningkatkan utilisasi sumber-sumber jaringan yang disediakan. MPLS dan constraint-based routing dapat digunakan bersama untuk mengatur jalur router yang dilewati traffic agar terhindar dari kongesti. 5. Dalam rangka optimalisasi penggunaan sumber-sumber transmisi, Md. Arifur Rahman,Ahmedul Haque Kabir, K. A. M. Lutfullah, M. Zahedul Hassan, M.R. Amin, East West University Mohakhali, Dhaka (2008) melakukan pengukuran traffic aliran data pada jaringan berbasis IP maupun jaringan MPLS, dimana hasilnya menunjukan bahwa delay maupun paket loss jaringan MPLS lebih baik dibandingkan dengan jaringan IP. Dengan membuat simulasi jaringan yang komprehensip, protokol pesinyalan MPLS: Constrainedbased Label Distribution Protocol (CR-LDP), Resource Reservation Protocol (RSVP) dan Traffic Extension RSVP (RSVP-TE) dapat digunakan untuk menjamin kualitas layanan QoS dan analisa kinerja jaringan, baik jaringan IP maupun jaringan MPLS. Selain itu dalam penelitiannya mereka menyimpulkan bahwa MPLS mampu menghindari kongesti dengan cara merekayasa traffic tunnel sehingga dapat memanfaatkan bandwidth yang disediakan dengan lebih effisien. Penelitian mereka membuktikan bahwa mekanisme rekayasa traffic mampu memperbaiki kinerja jaringan. 6. Reza Aditya Permadi, Yoanes Bandung, dan Armein Z.R. Langi (2009) dalam penelitiannya telah melakukan pengujian model jaringan best effort, diffserv, MPLS, dan diffserv over MPLS. Pada umumnya jaringan yang mempunyai kapasitas terbatas, perlu dilakukan diferensiasi trafik sehingga jaringan tetap dapat menjamin QoS untuk karakteristik trafik berbeda yang
Universitas Sumatera Utara
mengalir di dalamnya. Kecenderungan trafik yang tidak merata pada jaringan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas layanan trafik ketika satu jalur mengalami pembebanan trafik yang berlebihan. Penelitian mereka bertujuan untuk mengimplementasikan metoda Differentiated Services yang digabungkan dengan mekanisme Traffic Engineering melalui Multi protocol Label Switching (MPLS). Sistem dibangun dengan menggunakan sistem operasi Linux yang dilengkapi dengan modul MPLS dan Diffserv. Hasil pengujiannya menunjukkan jaringan Diffserv mampu memberikan jaminan kualitas layanan untuk trafik kelas EF dan AF, namun harus mengorbankan kualitas layanan trafik TCP background. Sementara itu, dengan tambahan mekanisme traffic engineering dengan MPLS, jaringan Diffserv mampu melakukan pembelokan trafik ketika satu jalur mengalami keadaan kongesti, sehingga selain trafik EF dan AF dapat dijamin, trafik TCP background juga dapat ditingkatkan kualitasnya dibandingkan dengan skenario Diffserv. Sebagai kesimpulan ternyata model jaringan MPLS yang menerapkan mekanisme traffic engineering dapat meningkatkan kualitas dan kinerja jaringan dalam menyediakan layanan ditinjau dari parameter waktu tunda, paket hilang, dan throughput trafik; sehingga bandwidth dapat lebih digunakan secara optimal.
2.2. Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching merupakan perkembangan terbaru dari multi layer switch yang diusahakan oleh IETF (Internet Engineering Task Force). Hal ini dilakukan agar terdapat standar untuk multi layer switch dan mendukung interoperabilitas. Disebut multi protokol karena tekniknya dapat diterapkan pada semua protokol layer jaringan. MPLS adalah suatu teknologi yang mempunyai kemampuan
menambah label-label
yang
mengandung informasi jaminan
quality, scalability, reliability dan security pada paket-paket IP untuk dilewatkan pada suatu jaringan data, (Miller, et.al, 2004). Konsep inti dari MPLS adalah memasukan sebuah label pada setiap paket data, dengan panjang label tetap. Label setiap paket data mengandung informasi
Universitas Sumatera Utara
pokok, yaitu kemana paket tersebut akan diteruskan. Adapun informasi label yang paling penting adalah mengenai (Rick, 2003): 1. Informasi Alamat tujuan (Destination Address) 2. Informasi IP Precedence 3. Informasi keanggotaanVirtual Private Network 4. Informasi Quality of Service (QoS) dari RSVP 5. Informasi rute untuk paket, sama dengan yang dipilih rekayasa trafik.
2.3. Komponen Jaringan MPLS Label Switched Path (LSP): LSP adalah jalur yang ditetapkan pada serangkaian link antar LSR dalam jaringan MPLS, yang mengizinkan paket untuk diteruskan dari LSR satu menuju LSR yang lain melalui jaringan MPLS. MPLS menyediakan dua cara untuk menetapkan LSP, yaitu : 1. Hop-by-hop routing , cara ini membebaskan masing-masing
LSR
menentukan hop selanjutnya untuk mengirimkan paket. Cara ini mirip seperti OSPF dan RIP dalam IP routing. 2. Explisit routing , dalam metode ini LSP akan ditetapkan oleh LSR pertama yang dilalui aliran paket. 2.3.1. Label Switching Router (LSR) dan Label Edge Router (LER) : LSR adalah sebuah router dalam jaringan MPLS yang berperan dalam menetapkan LSP dengan menggunakan teknik label swapping dengan kecepatan yang telah ditetapkan. Dalam fungsi pengaturan trafik, LSR dapat dibagi dua, yaitu : Ingress LSR dan Egress LSR. Ingress LSR berfungsi mengatur trafik saat paket memasuki jaringan MPLS sedangkan Egress LSR berfungsi untuk mengatur trafik saat paket meninggalkan jaringan MPLS menuju ke LER. Sedangkan, LER adalah suatu router yang menghubungkan jaringan MPLS dengan jaringan lainnya seperti Frame Relay, ATM dan Ethernet.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Forward Equivalence Class (FEC) : FEC adalah representasi dari beberapa paket data yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan resource yang sama di dalam proses pertukaran data. 2.3.3. MPLS Label : Label adalah deretan bit informasi yangditambahkan pada header suatu paket data dalam jaringan MPLS. Label MPLS atau yang disebut juga MPLS header ini terletak diantara header layer 2 dan header layer 3. 2.3.4. Label Distribution Protocol (LDP) : LDP adalah protokol baru yang berfungsi untuk mendistribusikan informasi yang ada pada label ke setiap LSR pada jaringan MPLS. Protokol ini digunakan untuk memetakan FEC kedalam label, untuk selanjutnya akan dipakai untuk menentukan LSP. LDP message dapat dikelompokkan menjadi : a. Discovery Messages, yaitu pesan yang memberitahukan dan memelihara hubungan dengan LSR yang baru tersambung ke jaringan MPLS. b. Session Messages, yaitu pesan untuk membangun, memelihara dan mengakhiri sesi antara titik LDP. c. Advertisement Messages, yaitu pesan untuk membuat, mengubah dan menghapus pemetaan label pada jaringan MPLS. d. Notification Messages, yaitu pesan yang menyediakan informasi bantuan dan sinyal informasi jika terjadi error .
2.4. Arsitektur Jaringan MPLS Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan teknik yang menggabungkan kemampuan pengaturan switching yang ada dalam teknologi ATM dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi IP. Konsep utama MPLS ialah teknik penempatan label dalam setiap paket yang dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara melabeli paket-paket data dengan label, untuk menentukan rute dan prioritas pengirimanpaket tersebut yang didalamnya memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket,
Universitas Sumatera Utara
diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan informasi label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke dalam jaringan untuk pertamakali. Router tersebut berada di tepi dan dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan Label Switching Router (LSR). Dengan teknik MPLS maka akan mengurangi teknik pencarian rute dalam pengoperasian jaringan dapat dioperasikan dengan efektif dan efisien mengakibatkan pengiriman paket menjadi lebih cepat. Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label switched router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress. Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC) diidentifikasikan pemasangan label, yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. LSP dibentuk melalui suatu protokol persinyalan yang menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap untuk mempercepat proses forwarding. Router dalam melakukan pengambilan keputusan ditentukan oleh semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu. Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base (LFIB). Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label switching akan membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket. MPLS ini akan memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM. Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi “label”, maka tidak perlu lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router, karena semua pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang ditambahkan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Struktur jaringan MPLS.
2.5. Distribusi Label Untuk menyusun LSP, label-switching table di setiap LSR harus dilengkapi dengan pemetaan dari setiap label masukan ke setiap label keluaran. Proses melengkapi tabel ini dilakukan dengan protokol distribusi label hampir serupa dengan protokol persinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol persinyalan MPLS. a.
Edge Label Switching Routers (ELSR) Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS,
dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk men switch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. Operasi dalam label switches memiliki persamaan dengan teknik switching yang biasa dikerjakan dalam ATM.
Universitas Sumatera Utara
b.
Label Distribution Protocol Label Distribution Protocol (LDP) merupakan suatu prosedur yang
digunakan untuk menginformasikan ikatan label yang telah dibuat dari satu LSR ke LSR lainnya dalam satu jaringan MPLS. Dalam arsitektur jaringan MPLS, sebuah LSR yang merupakan tujuan atau hop selanjutnya akan mengirimkan informasi tentang ikatan sebuah label ke LSR yang sebelumnya mengirimkan pesan untuk mengikat label tersebut bagi rute paketnya. Teknik ini biasa disebut distribusi label downstream on demand. 2.6.
Cara Kerja MPLS
Prinsip kerja MPLS ialah menggabungkan kecepatan switching pada layer dengan
kemampuan
routing
dan skalabilitas pada layer 3. Dengan
memperhatikan gambar 2, cara kerjanya adalah dengan menyelipkan label di antara header layer 2 dan layer 3 pada paket yang diteruskan. Label dihasilkan oleh Label Switching Router dimana bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Label berisi informasi tujuan node selanjutnya kemana paket harus dikirim. Kemudian paket diteruskan ke node berikutnya, di node ini label paket akan dilepas dan diberi label yang baru yang berisi tujuan berikutnya. Paket-paket diteruskan dalam path yang disebut LSP (Label Switching Path).
Gambar 2.2 Konsep MPLS Dengan label switching, paket dianalisa secara menyeluruh dari header lapisan 3 dan dilakukan hanya sekali, yakni pada label switch router (LSR) di edge, yang dialokasikan bagi setiap edge dari jaringan. MPLS hanya melakukan enkapsulasi
Universitas Sumatera Utara
paket IP dengan memasang header MPLS, perhatikan gambar 2.3 berikut ini. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses traffic engineering.
Gambar 2.3 Header MPLS Pada gambar 2.3 terlihat MPLS header memiliki panjang 32 bit yang terdiri dari: 1. Label, 20 bit yang merupakan nilai aktual untuk label. Label ini menentukan jalur pengiriman paket ke LSR berikutnya dan operasi yang akan dilakukan pada MPLS header sebelum dikirimkan. 2. EXP (Experimental ,3 bit yang dicadangkan untuk kegiatan eksperimen. Bagian ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi Class of Service (CoS ). 3. S sepanjang 1 bit yang merupakan dasar MPLS header. Bit ini akan diset ”satu” apabila paket yang dikirimkan merupakan paket terakhir pada MPLS header dan ”nol” untuk paket yang lainnya. 4. Time to Live (TTL) sepanjang 8 bit digunakan untuk mengkodekan suatu nilai TTL. Dalam proses pembuatan label ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu: a. Metode berdasarkan topologi jaringan, yaitu dengan menggunakan protocol IP-routing seperti OSPF dan BGP. b. Metode berdasarkan kebutuhan resource suatu paket data, yaitu dengan menggunakan protocol yang dapat mengontrol trafik suatu jaringan seperti RSVP ( Resource Reservation Protocol ).
Universitas Sumatera Utara
c. Metode berdasarkan besar trafik pada suatu jaringan, yaitu dengan menggunakan metode penerimaan paket dalam menentukan tugas dan distribusi sebuah label.
2.7. Performansi Jaringan Aplikasi yang beraneka ragam mensyaratkan performansi yang berbeda-beda pula. Misalnya, pengiriman data sangat peka pada distorsi tetapi kurang peka pada tundaan; sebaliknya komunikasi suara sangat peka pada tundaan tetapi kurang peka pada distorsi. Performansi jaringan merujuk ke tingkat kecepatan dan keandalan penyampaian berbagai jenis beban data di dalamsuatu komunikasi
(Alwayn,
sistem
2002). Performansi merupakan kumpulan berbagai
besaran teknis (Stalling, 1991). Beberapa parameter yang dijadikan referensi umum untuk dapat melihat performansi jaringan, yang terpenting adalah: 1.
Availability,
yaitu
persentase
hidupnya
sistem
atau
sub
sistem
telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%. 2.
Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Header-header dalam paket-paket data mengurangi nilai throughput. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga akan mengurangi nilai ini.
3.
Packet Loss, adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya. Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Paket yang hilang ini harus diretransmisi, yang akan membutuhkan waktu tambahan.
4.
Latency (Delay), adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit), atau kongesti (yang memperpanjang antrian),atau bisa juga akibat waktu olah yang lama (misalnya untuk digitizing dan kompresi data).
Universitas Sumatera Utara
5.
Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second [bps]. Bandwidth internet di sediakan oleh provider internet dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan. Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak menghabiskan bandwidth yang di sediakan oleh provider.
6.
Jitter, atau variasi dalam latency, diakibatkan oleh variasi- variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan.
7.
Utilitisasi/Okupansi,
teknologi
IP
adalah
teknologi
connectionless
oriented, dimana proses transmisi informasi dari pengirim ke tujuannya tidak memerlukan pendifinisian jalur terlebih dahulu, seperti halnya teknologi connection oriented. Utilisasi/Okupansi IP yang dinyatakan dalam persen, dapat dihitung sebagai berikut:
Tabel berikut (Dutta-Roy, 2000) memaparkan tingkat kepekaan performansi yang berbeda untuk jenis layanan network yang berlainan. Tabel 2.1 Kepekaan Performansi untuk beberapa jenis layanan
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan
menyediakan
jaminan
performansi
dan diferensiasi
layanan dalam network sering diacu dengan istilah QoS (quality of service). ITU, dalam rekomendasi E.800 (Rosen, 2001), mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan kepelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error, performance, response time dan throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan.Umumnya QoS dikaji dalam kerangka pengoptimalan kapasitas network untuk berbagai jenis layanan, tanpa terus menerus menambah dimensi network.
2.8. QoS (Quality of Service) Jika dilihat dari ketersediaan suatu jaringan, terdapat karakteristik kuantitatif yang dapat dikontrol untuk menyediakan suatu layanan dengan kualitas tertentu. Kinerja jaringan dievaluasi berdasarkan parameter –parameter kualitas layanan, yaitu delay, jitter, packet loss dan throughput. Berikut ini adalah definisi singkat dari keempat parameter layanan tersebut. 1. Jitter Merupakan variasi delay
yang terjadi akibat adanya selisih waktu
atau interval antar kedatangan paket di penerima. Jitter maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 75 ms. 2. Delay a. Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke tujuan (penerima). b. Delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU untuk aplikasi suara adalah 150 ms, dan yang masih bisa diterima pengguna adalah 250 ms. 3. Paket Loss Kehilangan paket ketika terjadi peak load dan congestion (kemacetan transmisi paket akibat padatnya traffic yang harus dilayani) dalam batas waktu tertentu. Paket loss maksimum yang direkomendasi oleh ITU adalah 1 %.
Universitas Sumatera Utara
4. Throughput Aspek utama throughput yaitu berkisar pada ketersediaan bandwidth yang cukup untuk suatu aplikasi. Hal ini menentukan besarnya trafik yang dapat diperoleh aplikasi saat melewati jaringan. Aspek penting lainnya adalah error (pada umumnya berhubungan dengan link error rate) dan losses (pada umumnya berhubungan dengan kapasitas buffer).
2.9. Routing Routing merupakan fungsi yang bertanggung jawab membawa data melewati sekumpulan jaringan dengan cara memilih jalur terbaik untuk dilewati data. Tugas Routing akan dilakukan device jaringan yang disebut sebagai Router. Router merupakan komputer jaringan yang bertugas atau difungsikan menghubungkan dua jaringan atau lebih. . 2.9.1. OSPF (Open Shortest Path First ) Open Shortest Path First adalah routing protokol yang digunakan pada MPLS. OSPF ini berdasarkan atas Link-state dan bukan berdasarkan atas jarak. Setiap node dari OSPF mengumpulkan data state dan mengumpulkan pada Link State Packet. LSP dibroadcast pada setiap node untuk mencapai keseluruhan network. Setelah seluruh network memiliki “map” hasil dari informasi LSP dan dijadikan dasar link-state dari OSPF. Kemudian setiap OSPF akan melakukan pencarian dengan metode SPF (Shortest Path First) untuk menemukan jarak yang lebih 4 efisien. Routing table yang dihasilkan berdasarkan atas informasi LSP yang didapat sehingga OSPF memberikan informasi LSP secara flood, karena OSPF sudah memiliki kemampuan untuk memilih informasi LSP yang sama maka flood ini tidak mengakibat exhousted. OSPF ini menggunakan protokol TCP bukan UDP, mendukung VLSM (Variable Length Subnet Mask). OSPF menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) oleh Dijkstra QoS Support.
Universitas Sumatera Utara